Вы находитесь на странице: 1из 11

Askep Bronkiektasis

May 27th, 2010

Askep Bronkiektasis

Pengertian Bronkiektasis

Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus yang
abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan muscular dinding bronkus
( Soeparman & Sarwono, 1990)

Bronkiektasis

Bronkiektasis berarti suatu  dilatasi yang tak dapat pulih lagi dari bronchial yang disebabkan oleh
episode pnemonitis  berulang dan memanjang, aspirasi benda asing, atau massa ( mis.
Neoplasma) yang menghambat lumen bronchial dengan obstruksi ( Hudak & Gallo,1997).

Bronkiektasis adalah dilatasi permanen abnormal dari salah satu atau lebih cabang-vabang
bronkus yang besar ( Barbara E, 1998).

Klasifikasi Bronkiektasis
Berdasarkan atas bronkografi dan patologi bronkiektasis dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

1.      Bronkiektasis silindris

2.      Bronkiektasis fusiform

3.      Bronkiektasis kistik atau sakular.

Etiologi Bronkiektasis

1.      Infeksi

2.      Kelainan heriditer atau kelainan kongenital

3.      Faktor mekanis yang mempermudah timbulnya infeksi

4.      Sering penderita mempunyai riwayat pneumoni sebagai komplikasi campak, batuk rejan, 
atau penyakit menular lainnya semasa kanak-kanak.

Patofiologi Bronkiektasis

Patofisiologi Bronkiektasis

Gambaran Klinis Bronkiektasis


Bronkiektasis merupakan penyakit yang sering dijumpai pada usia muda, 69 % penderita
berumur  kurang dari 20 tahun. Gejala dimulai sejak masa kanak-kanak, 60 % dari penderita
gejalanya timbul sejak umur kurang dari 10 tahun. Gejalanya tergantung dari luas, berat, lokasi
ada atau tidaknya komplikasi.

Tanda dan Gejala

1.      Batuk yang menahun dengan sputum yang banyak terutama pada pagi hari, setelah tiduran
dan berbaring.

2.      Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek  selama 1-2 minggu atau tidak ada gejala sama
sekali ( Bronkiektasis ringan )

3.      Batuk  yang terus menerus dengan sputum yang banyak kurang lebih    200 – 300 cc,
disertai demam, tidak ada nafsu makan, penurunan berat badan, anemia, nyeri pleura, dan lemah
badan  kadang-kadang sesak nafas dan sianosis, sputum sering mengandung bercak darah,dan
batuk darah.

4.      Ditemukan jari-jari tabuh pada 30-50 % kasus.

Pemeriksaan Diagnostik

1.      Pemerisaan Laboratorium.

Pemeriksaan sputum meliputi Volume sputum, warna sputum, sel-sel dan bakteri dalam sputum.

Bila terdapat infeksi volume sputum akan meningkat, dan menjadi purulen dan mengandung
lebih banyak leukosit dan bakteri. Biakan sputum dapat menghasilkan flora normal dari
nasofaring, streptokokus pneumoniae, hemofilus influenza, stapilokokus aereus, klebsiela,
aerobakter,proteus, pseudomonas aeroginosa. Apabila ditemukan sputum berbau busuk 
menunjukkan adanya infeksi kuman anaerob.

Pemeriksaan darah tepi.

Biasanya ditemukan dalam batas normal. Kadang  ditemukan adanya leukositosis menunjukkan
adanya supurasi yang aktif dan anemia menunjukkan adanya infeksi yang menahun.

Pemeriksaan urina

Ditemukan dalam batas normal, kadang  ditemukan adanya proteinuria yang bermakna yang
disebabkan oleh amiloidosis, Namun Imunoglobulin serum biasanya dalam batas normal kadang
bisa meningkat atau menurun.

Pemeriksaan EKG
EKG biasa dalam batas normal kecuali pada kasus lanjut yang sudah ada komplikasi
korpulmonal atau tanda pendorongan jantung. Spirometri pada kasus ringan mungkin normal
tetapi pada kasus berat ada kelainan obstruksi dengan penurunan volume ekspirasi paksa 1 menit 
atau penurunan kapasitas vital, biasanya disertai insufisiensi pernafasan  yang dapat
mengakibatkan :

 Ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi


 Kenaikan perbedaan tekanan PO2 alveoli-arteri
 Hipoksemia
 Hiperkapnia

Pemeriksaan tambahan untuk mengetahui faktor predisposisi dilakukan pemerisaan :

 Pemeriksaan imunologi
 Pemeriksaan spermatozoa
 Biopsi bronkus dan mukosa nasal( bronkopulmonal berulang).

2.      Pemeriksaan Radiologi.

 Foto dada PA dan Lateral

Biasanya ditemukan corakan paru menjadi lebih kasar  dan batas-batas corakan menjadi kabur,
mengelompok,kadang-kadang ada gambaran sarang tawon  serta gambaran kistik dan batas-batas
permukaan udara cairan. Paling banyak mengenai lobus paru kiri, karena mempunyai diameter
yang lebih kecil kanan dan letaknya menyilang mediastinum,segmen lingual lobus atas kiri  dan
lobus medius paru kanan.

 Pemeriksaan bronkografi

Bronkografi tidak rutin dikerjakan namun bila ada indikasi dimana untuk mengevaluasi penderita
yang akan dioperasi yaitu penderita dengan pneumoni yang terbatas pada suatu tempat dan
berulang yang tidak menunjukkan perbaikan klinis setelah mendapat pengobatan konservatif 
atau penderita dengan hemoptisis yang masif.

Bronkografi dilakukan setelah keadaan stabil, setalah pemberian antibiotik dan postural drainage
yang adekuat sehingga bronkus  bersih dari sekret.

Penatalaksanaan Bronkiektasis

Tujuan pengobatan adalah memperbaiki drainage sekret dan mengobati infeksi.

Penatalaksanaan meliputi :

 Pemberian antibiotik dengan spekrum luas ( Ampisillin, Kotrimoksasol, atau


amoksisilin ) selama 5- 7 hari pemberian
 Drainage postural dan latihan fisioterapi untuk pernafasan, serta batuk yang efektif untuk
mengeluarkan sekret secara maksimal

Pada saat dilakukan drainage perlu diberikan  bronkodilator  untuk mencegah bronkospasme dan
memperbaiki drainage sekret. Serta dilakukan hidrasi yang adekuat untuk mencegah sekret
menjadi kental dan dilengkapi dengan alat pelembab serta nebulizer untuk melembabkan sekret.

Asuhan Keperawatan Bronkiektasis


Pengkajian Data Dasar

1.      Riwayat atau adanya faktor-faktor penunjang

 Merokok produk tembakau sebagai faktor penyebab utama


 Tinggal atau bekerja di daerah dengan polusi udara berat
 Riwayat alergi pada keluarga
 Ada riwayat asma pada masa anak-anak

2.      Riwayat atau  adanya faktor-faktor pencetus eksaserbasi seperti :

 Allergen ( serbuk, debu, kulit, serbuk sari atau jamur)


 Sress emosional
 Aktivitas fisik yang berlebihan
 Polusi udara
 Infeksi saluran nafas
 Kegagalan program pengobatan yang dianjurkan

3.      Pemeriksaan fisik berdasarkan fokus pada system pernafasan yang meliputi :

Kaji frekuensi dan irama pernafasan

Inspeksi warna kulit dan warna menbran mukosa

Auskultasi bunyi nafas

Pastikan bila pasien menggunakan otot-otot aksesori bila bernafas :

 Mengangkat bahu pada saat bernafas


 Retraksi otot-otot abdomen pada saat bernafas
 Pernafasan cuping hidung

Kaji bila ekspansi dada simetris atau asimetris

Kaji bila nyeri dada pada pernafasan


Kaji batuk (apakah produktif atau nonproduktif). Bila produktif tentukan warna sputum.

Tentukan bila pasien mengalami  dispneu atau orthopneu

Kaji tingkat kesadaran.

4.      Pemeriksaan diagnostik meliputi :

Gas darah arteri (GDA) menunjukkan PaO2 rendah dan PaCO2 tinggi

Sinar X dada memunjukkan peningkatan kapasitas paru dan volume  cadangan

Klutur sputum positif bila ada infeksi

Esei imunoglobolin menunjukkan adanya peningkatan IgE serum

Tes fungsi paru untuk mengetahui penyebab dispneu dan menentukan apakah fungsi abnormal
paru ( obstruksi atau restriksi).

Tes hemoglobolin.

EKG ( peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF dan aksis vertikal.

5.      Kaji persepsi diri pasien

6.      Kaji berat badan dan masukan rata-rata cairan dan diet.

Diagnosa Keperawatan Bronkiektasis

1.      Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret atau
sekresi kental

2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen dan kerusakan
alveoli

3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah,produksi
sputum, dispneu

4.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis, malnutrisi.

5.      Ansietas berhubungan dengan takut kesulitan bernafas selama fase eksaserbasi,  kurang
pengetahuan tentang pengobatan yang akan dilaksanakan

6.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas

Intervensi Keperawatan Bronkiektasis


1.         Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi  
sekret, sekret kental.

Tujuan :

Mempertahakan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas.

Kriteria hasil :

Menujukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas( batuk yang     efektif, dan
mengeluarkan secret.

Rencana Tindakan :

1.      Kaji /pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi dan ekspirasi

R/ Tachipneu biasanya ada pada beberapa derajat dapat ditemukan pada penerimaan atau selam
stress/ proses infeksi akut. Pernafasan melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang disbanding
inspirasi

2.      Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas

R/ Derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat /tak dimanisfestasikan
adanya bunyi nafas.

3.      Kaji pasien untuk posisi yang nyaman,Tinggi kepala tempat tidur dan duduk pada
sandaran  tempat tidur

R/ Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan mempergunakan


gravitasi. Dan mempermudah untuk bernafas serta membantu menurunkan kelemahan otot-otot
dan dapat sebagai alat ekspansi dada.

4.      Bantu latihan nafas abdomen atau bibir

R/ Untuk mengatasi dan mengontrol dispneu dan menurunkan jebakan udara

5.      Observasi karakteriktik  batuk dan Bantu tindakan untuk efektifan upaya batuk

R/   Mengetahui keefktifan batuk

6.      Tingkatan masukan cairan sampai 3000ml/hari sesuai toleransi jantung serta berikan hangat
dan masukan cairan antara sebagai penganti makan

R/ Hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret,mempermudah pengeluaran.cairan hangat


dapat menurunkan spasme bronkus. Cairan antara makan dapat meningkatkan distensi gaster dan
tekana diafragma.
7.      Berikan obat sesuai indikasi

R/   Mempercepat proses penyembuhan.

2.         Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen dan  
kerusakan alveoli.

Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam
rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.

Kriteria :

GDA dalam batas normal, warna kulit membaik, frekuensi nafas 12-  24x/mt, bunyi nafas bersih,
tidak ada batuk, frekuensi nadi 60-100x/mt, tidak dispneu.

Rencana Tindakan :

1.   Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan serta catat penggunaan otot aksesori

R/ untuk mengevaluasi derajat distress pernafsan/ kronisnya suatu penyakit.

2.   Tingikan kepala tempat tidur dan Bantu untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas
.Kaji / awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa

R/ Suplai oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk
menurunkan kolaps jalan nafas.

3.   Dorong untuk pengeluaran sputum/ penghisapan bila ada indikasi

R/ Sputum menganggu proses pertukaran gas  serta penghisapan dilakukan bila batuk tidak
efektif.

4.   Awasi tingkat kesadaran / status mental

R/ Manisfestasi umum dari hipoksia

5.   Awasi tanda vital dan status jantung

R/ Perubahan tekanan darah menunjukkan efek hipoksia sistemik pada fungsi jantung

6.   Berikan oksigen tambahan dan pertahankan ventilasi mekanik dan Bantu intubasi

R/ Dapat memperbaiki atau mencegah terjadinya hipoksia dan kegagalan nafas serta tindakan
untuk penyelamatan hidup.
3.         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah,produksi sputum, dispneu

Tujuan  : Peningkatan dalam status nutrisi dan berta badan pasien

Kriteria hasil :

Pasien tidak mengalami kehilangan berat badan lebih lanjut atau mempertahankan berat badan.

Rencana tindakan :

1.      Pantau masukan dan keluaran tiap 8 jam, jumlah makanan yang dikonsumsi serta timbang
berta badan tiap minggu.

R/ Untuk mengidentifikasi adanya kemajuan atau penyimpangan dari yang diharapkan

2.      Ciptakan suasana yang menyenangkan ,lingkungan yang bebas dari bau selama waktu
makan

R/ suasana dan lingkungan yang tak sedap selama waktu makan dapat meyebakan anoreksia

3.      Rujuk pasien ke ahli diet untuk memantau merencanakan makanan yang akan dikonsumsi

R/ Dapat membantu pasien dalam merencanakan makan dengan gisi yang sesuai.

4.      Dorong klien untuk minum minimal 3 liter cairan perhari, jika tidak mendapat infus.

R/ untuk mengatasi dehidrasi pada pasien

4.         Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis,
malnutrisi.

Tujuan : Tidak terjadi/ adanya gejala -gejala infeksi

Kriteria hasil :

Tidak terjadi infeksi suhu tbuh berkisar 36-37 0c,Sel darah putih 5000-10000/mm.batuk produktif
tidak ada.

Rencana intervensi :

1.       Pantau suhu pasien tiap 4 jam, hasil kultur sputum dan hasil pemeriksaan leokusit serta
warna dan konsistensi sputum

R/ Untuk mengidentifikasi  kemajuan yang dapat dicapai dan penyimpangan dari sasaran yang
diharapkan ( infeksi yang mungkin terjadi ).
2.       Lakukan pemeriksaan sputum untuk pemeriksaan kultur.

R/Dapat membantu menegakkan diagnosa infeksi saluran nafas dan mengidentifikasi kuman
penyebabnya.

3.       Berikan nutrisi yang adekuat

R/ malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahan terhadap infeksi.

4.       Berikan antibiotik sesuai anjuran dan evaluasi keefektifannya

R/ Sebagai pencegahan dan pengobatan infeksi dan mempercepat proses penyembuhan.

5.         Ansietas berhubungan dengan takut kesulitan bernafas selama fase eksaserbasi, 
kurang pengetahuan tentang pengobatan yang akan dilaksanakan.

Tujuan : Hilangnya ansietas

Kriteria hasil :  Ekspresi wajah rileks, frekuensi nafas antara 12-24 x/mt,frekuensi   nadi 60-
100x/mt.

Intervensi Keperawatan :

1.      Selama periode distress pernafasan akut :

 Batasi jumlah dan frekuensi pengunjung


 Mulai berikan oksigen lewat kanula sebanyak 2 ltr/mt
 Demontrasikan untuk kontrol pernafasan
 Ijinkan seseorang untuk menemani pasien
 Pertahankan posisi fowler dengan posisi lengan menopang

R/ Membantu pasien untuk mengontrol keadaannya dengan meningkatkan relaksasi  dan


meningkatkan jumlah udara yang masuk paru-paru

2.      Hindari pemberian informasi  dan instruksi yang bertele-tele/sederhana mungkin ketika
pasien mengalami distress dan lakukan pendekatan dengan pasien secara tenang dan
menyakinkan.

R/ Pasien dapat menerima sedikit informasi dalam keadaan gelisah dan terlalu banyak informasi
dapat meningkatkan ansietas dan memberitauhkan apa yang diharpkan makakan dapat membantu
penurunan ansietas.

3.      Gunakan obat sedatif sesui dengan yang diresepkan.

R/ Obat penenang dapat mengontrol tingkat ansietasnya.


6.         Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas

Tujuan :Klien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas

Kriteria hasil :

Menurunnya keluhan tentang napas pendek dan lemah dalam melaksanakan aktivitas

Rencana Tindakan

1.   Pantau nadi dan frekuensi nafas sebelum dan sesudah aktivitas

R/  Mengidentifikasi kembali penyimpangan tujuan yang diharapkan

2.   Berikan bantuan dalam melaksanakan aktivitas sesuai yang diperlukan  dan dilakukan secara
bertahap

R/  Dapat mengurangi pengunaan energi yang berlebihan

3.   Anjurkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dengan makanan yang mudah dikunyah.

R/  Makanan dalam porsi besar sasah dikunyah dan memerlukan banyak energi

Daftar Pustaka :

Soeparman & Sarwono W, (1998), Ilmu penyakit dalam Jilid II Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Barbara E.,(1999), Rencana Asuhan keperawatan Medikal- Bedah Volume I, EGC, Jakarta

Barbara E.,(1999), Rencana Asuhan keperawatan Medikal- Bedah Volume  III, EGC, Jakarta

Barbara C. long,( 1996), Perawatan Medikal Bedah : suatu pendekatan proses keperawatan,
Alih bahasa Yayasan ikatan alumni pendidikan keperawatan bandung,Yayasan IAPK, Bandung

Hudak & Gallo, ( 1997), Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik, EGC, Jakarta

Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan


/pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta.

Вам также может понравиться