Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Askep Bronkiektasis
Pengertian Bronkiektasis
Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus yang
abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan muscular dinding bronkus
( Soeparman & Sarwono, 1990)
Bronkiektasis
Bronkiektasis berarti suatu dilatasi yang tak dapat pulih lagi dari bronchial yang disebabkan oleh
episode pnemonitis berulang dan memanjang, aspirasi benda asing, atau massa ( mis.
Neoplasma) yang menghambat lumen bronchial dengan obstruksi ( Hudak & Gallo,1997).
Bronkiektasis adalah dilatasi permanen abnormal dari salah satu atau lebih cabang-vabang
bronkus yang besar ( Barbara E, 1998).
Klasifikasi Bronkiektasis
Berdasarkan atas bronkografi dan patologi bronkiektasis dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
Etiologi Bronkiektasis
1. Infeksi
4. Sering penderita mempunyai riwayat pneumoni sebagai komplikasi campak, batuk rejan,
atau penyakit menular lainnya semasa kanak-kanak.
Patofiologi Bronkiektasis
Patofisiologi Bronkiektasis
1. Batuk yang menahun dengan sputum yang banyak terutama pada pagi hari, setelah tiduran
dan berbaring.
2. Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek selama 1-2 minggu atau tidak ada gejala sama
sekali ( Bronkiektasis ringan )
3. Batuk yang terus menerus dengan sputum yang banyak kurang lebih 200 – 300 cc,
disertai demam, tidak ada nafsu makan, penurunan berat badan, anemia, nyeri pleura, dan lemah
badan kadang-kadang sesak nafas dan sianosis, sputum sering mengandung bercak darah,dan
batuk darah.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan sputum meliputi Volume sputum, warna sputum, sel-sel dan bakteri dalam sputum.
Bila terdapat infeksi volume sputum akan meningkat, dan menjadi purulen dan mengandung
lebih banyak leukosit dan bakteri. Biakan sputum dapat menghasilkan flora normal dari
nasofaring, streptokokus pneumoniae, hemofilus influenza, stapilokokus aereus, klebsiela,
aerobakter,proteus, pseudomonas aeroginosa. Apabila ditemukan sputum berbau busuk
menunjukkan adanya infeksi kuman anaerob.
Biasanya ditemukan dalam batas normal. Kadang ditemukan adanya leukositosis menunjukkan
adanya supurasi yang aktif dan anemia menunjukkan adanya infeksi yang menahun.
Pemeriksaan urina
Ditemukan dalam batas normal, kadang ditemukan adanya proteinuria yang bermakna yang
disebabkan oleh amiloidosis, Namun Imunoglobulin serum biasanya dalam batas normal kadang
bisa meningkat atau menurun.
Pemeriksaan EKG
EKG biasa dalam batas normal kecuali pada kasus lanjut yang sudah ada komplikasi
korpulmonal atau tanda pendorongan jantung. Spirometri pada kasus ringan mungkin normal
tetapi pada kasus berat ada kelainan obstruksi dengan penurunan volume ekspirasi paksa 1 menit
atau penurunan kapasitas vital, biasanya disertai insufisiensi pernafasan yang dapat
mengakibatkan :
Pemeriksaan imunologi
Pemeriksaan spermatozoa
Biopsi bronkus dan mukosa nasal( bronkopulmonal berulang).
Biasanya ditemukan corakan paru menjadi lebih kasar dan batas-batas corakan menjadi kabur,
mengelompok,kadang-kadang ada gambaran sarang tawon serta gambaran kistik dan batas-batas
permukaan udara cairan. Paling banyak mengenai lobus paru kiri, karena mempunyai diameter
yang lebih kecil kanan dan letaknya menyilang mediastinum,segmen lingual lobus atas kiri dan
lobus medius paru kanan.
Pemeriksaan bronkografi
Bronkografi tidak rutin dikerjakan namun bila ada indikasi dimana untuk mengevaluasi penderita
yang akan dioperasi yaitu penderita dengan pneumoni yang terbatas pada suatu tempat dan
berulang yang tidak menunjukkan perbaikan klinis setelah mendapat pengobatan konservatif
atau penderita dengan hemoptisis yang masif.
Bronkografi dilakukan setelah keadaan stabil, setalah pemberian antibiotik dan postural drainage
yang adekuat sehingga bronkus bersih dari sekret.
Penatalaksanaan Bronkiektasis
Penatalaksanaan meliputi :
Pada saat dilakukan drainage perlu diberikan bronkodilator untuk mencegah bronkospasme dan
memperbaiki drainage sekret. Serta dilakukan hidrasi yang adekuat untuk mencegah sekret
menjadi kental dan dilengkapi dengan alat pelembab serta nebulizer untuk melembabkan sekret.
3. Pemeriksaan fisik berdasarkan fokus pada system pernafasan yang meliputi :
Gas darah arteri (GDA) menunjukkan PaO2 rendah dan PaCO2 tinggi
Tes fungsi paru untuk mengetahui penyebab dispneu dan menentukan apakah fungsi abnormal
paru ( obstruksi atau restriksi).
Tes hemoglobolin.
EKG ( peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF dan aksis vertikal.
6. Kaji berat badan dan masukan rata-rata cairan dan diet.
1. Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret atau
sekresi kental
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen dan kerusakan
alveoli
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah,produksi
sputum, dispneu
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis, malnutrisi.
5. Ansietas berhubungan dengan takut kesulitan bernafas selama fase eksaserbasi, kurang
pengetahuan tentang pengobatan yang akan dilaksanakan
Tujuan :
Kriteria hasil :
Menujukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas( batuk yang efektif, dan
mengeluarkan secret.
Rencana Tindakan :
1. Kaji /pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi dan ekspirasi
R/ Tachipneu biasanya ada pada beberapa derajat dapat ditemukan pada penerimaan atau selam
stress/ proses infeksi akut. Pernafasan melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang disbanding
inspirasi
R/ Derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat /tak dimanisfestasikan
adanya bunyi nafas.
3. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman,Tinggi kepala tempat tidur dan duduk pada
sandaran tempat tidur
5. Observasi karakteriktik batuk dan Bantu tindakan untuk efektifan upaya batuk
6. Tingkatan masukan cairan sampai 3000ml/hari sesuai toleransi jantung serta berikan hangat
dan masukan cairan antara sebagai penganti makan
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen dan
kerusakan alveoli.
Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam
rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Kriteria :
GDA dalam batas normal, warna kulit membaik, frekuensi nafas 12- 24x/mt, bunyi nafas bersih,
tidak ada batuk, frekuensi nadi 60-100x/mt, tidak dispneu.
Rencana Tindakan :
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan serta catat penggunaan otot aksesori
2. Tingikan kepala tempat tidur dan Bantu untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas
.Kaji / awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa
R/ Suplai oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk
menurunkan kolaps jalan nafas.
R/ Sputum menganggu proses pertukaran gas serta penghisapan dilakukan bila batuk tidak
efektif.
R/ Perubahan tekanan darah menunjukkan efek hipoksia sistemik pada fungsi jantung
6. Berikan oksigen tambahan dan pertahankan ventilasi mekanik dan Bantu intubasi
R/ Dapat memperbaiki atau mencegah terjadinya hipoksia dan kegagalan nafas serta tindakan
untuk penyelamatan hidup.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah,produksi sputum, dispneu
Kriteria hasil :
Pasien tidak mengalami kehilangan berat badan lebih lanjut atau mempertahankan berat badan.
Rencana tindakan :
1. Pantau masukan dan keluaran tiap 8 jam, jumlah makanan yang dikonsumsi serta timbang
berta badan tiap minggu.
2. Ciptakan suasana yang menyenangkan ,lingkungan yang bebas dari bau selama waktu
makan
R/ suasana dan lingkungan yang tak sedap selama waktu makan dapat meyebakan anoreksia
3. Rujuk pasien ke ahli diet untuk memantau merencanakan makanan yang akan dikonsumsi
R/ Dapat membantu pasien dalam merencanakan makan dengan gisi yang sesuai.
4. Dorong klien untuk minum minimal 3 liter cairan perhari, jika tidak mendapat infus.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis,
malnutrisi.
Kriteria hasil :
Tidak terjadi infeksi suhu tbuh berkisar 36-37 0c,Sel darah putih 5000-10000/mm.batuk produktif
tidak ada.
Rencana intervensi :
1. Pantau suhu pasien tiap 4 jam, hasil kultur sputum dan hasil pemeriksaan leokusit serta
warna dan konsistensi sputum
R/ Untuk mengidentifikasi kemajuan yang dapat dicapai dan penyimpangan dari sasaran yang
diharapkan ( infeksi yang mungkin terjadi ).
2. Lakukan pemeriksaan sputum untuk pemeriksaan kultur.
R/Dapat membantu menegakkan diagnosa infeksi saluran nafas dan mengidentifikasi kuman
penyebabnya.
R/ malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahan terhadap infeksi.
5. Ansietas berhubungan dengan takut kesulitan bernafas selama fase eksaserbasi,
kurang pengetahuan tentang pengobatan yang akan dilaksanakan.
Kriteria hasil : Ekspresi wajah rileks, frekuensi nafas antara 12-24 x/mt,frekuensi nadi 60-
100x/mt.
Intervensi Keperawatan :
2. Hindari pemberian informasi dan instruksi yang bertele-tele/sederhana mungkin ketika
pasien mengalami distress dan lakukan pendekatan dengan pasien secara tenang dan
menyakinkan.
R/ Pasien dapat menerima sedikit informasi dalam keadaan gelisah dan terlalu banyak informasi
dapat meningkatkan ansietas dan memberitauhkan apa yang diharpkan makakan dapat membantu
penurunan ansietas.
Kriteria hasil :
Menurunnya keluhan tentang napas pendek dan lemah dalam melaksanakan aktivitas
Rencana Tindakan
1. Pantau nadi dan frekuensi nafas sebelum dan sesudah aktivitas
2. Berikan bantuan dalam melaksanakan aktivitas sesuai yang diperlukan dan dilakukan secara
bertahap
3. Anjurkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dengan makanan yang mudah dikunyah.
R/ Makanan dalam porsi besar sasah dikunyah dan memerlukan banyak energi
Daftar Pustaka :
Soeparman & Sarwono W, (1998), Ilmu penyakit dalam Jilid II Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Barbara E.,(1999), Rencana Asuhan keperawatan Medikal- Bedah Volume I, EGC, Jakarta
Barbara E.,(1999), Rencana Asuhan keperawatan Medikal- Bedah Volume III, EGC, Jakarta
Barbara C. long,( 1996), Perawatan Medikal Bedah : suatu pendekatan proses keperawatan,
Alih bahasa Yayasan ikatan alumni pendidikan keperawatan bandung,Yayasan IAPK, Bandung
Hudak & Gallo, ( 1997), Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik, EGC, Jakarta