Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A. Latar Belakang
Penggunaan Sediaan :
Suspensi rekonstitusi merupakan sediaan suspensi yang fase terdispersinya
berupa serbuk atau granul, dan baru disuspensikan dalam fase pendispersi pada saat
akan digunakan oleh pasien. Suspensi jenis ini dibuat ketika suatu bahan aktif
dibutuhkan dalam jumlah besar tetapi kelarutannya dalam air atau pelarut campur
kecil, dan biasanya bahan aktif tersebut tidak stabil dalam air sehingga mudah
terhidrolisis.
Bentuk bahan aktif yang digunakan dalam suspensi rekonstitusi ini yaitu
eritromisin stearat atau eritromisin etilsuksinat yang potensinya harus disetarakan
dengan eritromisin basa. Eritromisin stearat atau eritromisin etilsuksinat dipilih
karena merupkan bahan yang saat ini tersedia di lab. Untuk eritromisin stearat tidak
se-rentan bentuk garam eritromisin lainnya. Hal ini dapat terjadi karena bentuk
garamnya berasal dari amin alifatik tersier dan asam stearat selain itu didukung
pula oleh kelarutannya yang rendah. Sementara eritromisin etilsuksinat tidak
memilki sifat rasa yang tidak berasa sehingga rasa pahit dapat dihindari untuk
sediaan oral. Dibandingkan dengan eritromisin stearat, eritromisin suksinat
memiliki potensi yang lebih besar.
Sediaan dengan bahan aktif eritromisin digunakan untuk infeksi saluran
nafas, infeksi kulit dan jaringan lunak, pneumonia, gonorhoea dan sifilis, difteri,
intestinal amoebiasis, tetanus, dan peradangan lain disebabkan mikroorganisme
yang peka.
Efek Farmakologis :
Eritromisin biasanya bersifat bakteriostatik, tetapi dapat bersifat bakterisidal
pada konsentrasi yang tinggi melawan organisme yang sangat rentan. Antibiotik ini
paling aktif pada uji in vitro melawan bakteri cocci aerobik Gram-positif dan
bacilli. Eritromisin inaktif dapat melawan kebanyakan bakteri basilus Gram-negatif
aerobik. Eritromisin tidak akan berefek pada kasus infeksi karena virus, fungi dan
ragi. Jenis bakteri yang dapat dihambat oleh eritromisin yaitu Mycoplasma
pneumoniae, Legionella pneumophila, Legionella miedadei, Legionella spp.,
Chlamydia trachomatis, Chlamydia pneumoniae, Campylobacter jejuni,
Streptococcus pneumoniae, Streptococcus pyogenes, Bordetella pertussis,
Staphylococcus aureus resisten-penisilin atau sensitif-penisilin, Clostridium tetani,
Corynebacterium diphtheriae.
Efek samping yang dapat disebabkan eritromisin yaitu reaksi alergi berupa
demam, eosinophilia, gangguan kulit, mual, muntah, keram abdominal, distress
epigastrik, diare.
Dosis :
Dosis Eritromisin ( Farmakope Indonesia, Edisi III, hal. 933-934, 969)
Dosis dewasa (oral):
Dosis lazim sekali: 250mg-500mg.
Dosis lazim sehari: 1 gram – 2 gram.
Dosis maksimum sekali: 500 mg.
Dosis maksimum sehari: 4 gram.
Dosis anak – anak dan bayi (oral):
Umur 1 tahun ke bawah dosis lazim sekali 50 mg diberikan setiap 6 jam.
Umur 1 – 5 tahun dosis lazim sekali 100 mg.
Umur 6 – 12 tahun dosis lazim sekali 200 mg.
Dosis Eritromisin Basa ( Goodman&Gilman’s, The Pharmacological Basis Of
Therapeutics, hal. 1185)
Dosis dewasa : 1-2 gram per hari, dalam dosis terbagi, biasanya setiap 6 jam.
Dosis anak-anak : 30-50 mg/ kg BB per hari, dibagi menjadi empat dosis, dosis
ini dapat digandakan untuk infeksi parah.
Dosis Eritromisin Etilsuksinat (Martindale Edisi 27, hal. 1133)
Dosis dewasa : 0,765 - 1,530 g/ hari, dalam dosis terbagi.
Dosis anak-anak : 22,95 – 76,50 mg/ kg BB per hari, dalam dosis terbagi.
Dosis Eritromisin Stearat (Farmakope Indonesia ed. III, hal. 933-934, 969)
Dosis dewasa (oral):
Dosis lazim sekali: 250mg-500mg.
Dosis lazim sehari: 1 gram – 2 gram.
Dosis maksimum sekali: 500 mg.
Dosis maksimum sehari: 4 gram.
Dosis anak – anak dan bayi (oral):
Umur 1 tahun ke bawah dosis lazim sekali 50 mg diberikan setiap 6 jam.
Umur 1 – 5 tahun dosis lazim sekali 100 mg.
Umur 6 – 12 tahun dosis lazim sekali 200 mg.
B. Permasalahan Farmaseutika
a. Zat aktif Eritromisin memiliki rasa pahit, sedangkan sediaan digunakan secara oral.
b. Eritromisin dan garamnya termasuk eritromisin etilsuksinat sukar larut dalam air.
c. Potensi 1 mg eritromisin etilsuksinat setara dengan 765 g eritromisin.
d. Stabilitas dari eritromisin dalam larutan berair sangat dipengaruhi oleh pH larutan.
e. Eritromisin etilsuksinat tidak memiliki rasa.
f. Penggunaan bahan alam seperti CMC-Na FSH rentan terhadap kontaminasi mikroba.
C. Penyelesaian masalah
a. Eritromisin berasa pahit, karena itu dalam pembuatan suspensi rekonstitusi ini
dipakai eritromisin etilsuksinat yang merupakan bentuk esternya yang hampir tidak
berasa sehingga rasa pahit dapat dihindari.
b. Eritromisin dan garam-garamnya termasuk eritromisin etilsuksinat sukar larut dalam
air. Oleh karena itu, eritromisin etilsuksinat untuk rute oral dibuat sediaan suspensi
rekonstitusi (suspensi kering yang baru direkonstitusikan dalam air ketika akan
digunakan).
c. Potensi 1 mg eritromisin etilsuksinat setara dengan 765 g eritromisin sehingga
untuk memperoleh potensi yang sama dengan 120 mg/5 ml eritromisin, eritromisin
etilsuksinat yang digunakan yaitu 156,86 mg/5 ml.
d. Eritromisin dibuat sediaan rekonstitusi sehingga berada dalam bentuk larutan
suspensi pada jangka waktu yang pendek maka tidak perlu ditambahkan dapar.
e. Eritromisin etilsuksinat hampir tidak berasa sehingga perlu ditambahkan pemanis
agar penerimaan oleh pasien lebih baik. Dalam sediaan yang digunakan sebagai
pemanis yaitu sukrosa sebesar 30%.
f. Kadar air pada serbuk rekonstitusi selalu dijaga kurang dari 2% sehingga dapat
meminimalisasi pertumbuhan mikroba. Selain itu, eritromisin sebagai bahan aktif
juga bersifat antimikroba sehingga dalam sediaan tidak ditambahkan pengawet.
D. Kesimpulan Formula
Formulasi yang dibuat adalah sebagai berikut:
No Bahan Jumlah Fungsi bahan tambahan
1 Eritromisin etilsuksinat 3,1372% (156,86mg/5ml) Antibiotika
2 Polivinil pirolidon 2% dari massa total Bahan pengikat
serbuk yang akan
digranulas
3 Etanol (95%) Qs
4 CMC-Na FSH 1% Bahan pensuspensi
5 Sukrosa 30% Pemanis dan bahan pembawa
6 Essens apel 0.01% Flavor
7 FD&C green#3 0.05% Pewarna
8 Aqua destillata Add 100% Pendispersi
Titik leleh warnanya menjadi coklat pada suhu kira-kira 227C dan
terbakar sebagian pada suhu kira-kira 252C.
Kandungan lembab umumnya mengandung kurang dari 10% air. Bagaimanapun,
natrium karboksimetilselulosa bersifat higroskopis dan dapat
mengabsorbsi air pada jumlah yang signifikan pada suhu 37C
dan kelembaban relatif 80%.
Kelarutan praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95%), eter dan toluen.
Mudah terdispersi dalam air, tidak bergantung temperatur,
membentuk larutan koloidal yang jernih. Kelarutan dalam air
akan bervariasi tergantung derajat substitusinya.
Struktur molekul
H. Prosedur Pembuatan
1. Kalibrasi botol kaca coklat 100 ml dengan aquades sebanyak 102 mL. Keringkan
botol dari sisa aquades.
2. Timbang sukrosa sebanyak 100 gram dalam cawan penguap, kemudian gerus
dalam mortir hingga halus, timbang kembali sebanyak 90 gram.
3. Timbang eritromisin etilsuksinat sebanyak 9,4116 gram dalam cawan penguap.
4. Timbang 2,1882 gram povidon di dalam cawan penguap, timbang 3 gram CMC-Na
FSH, timbang 500 mg pewarna hijau, timbang 100 mg essens apel.
5. Pembuatan granul:
Gerus sedikit sukrosa dalam mortir hingga halus, masukkan eritromisin stearat
dan pewarna hijau lalu digerus hingga homogen. Kemudian secara bertahap dan
geometris, tambahkan sisa sukrosa hingga habis.
Tambahkan 2-5 tetes essens apel lalu gerus hingga homogen
Larutkan 2,1882 gram PVP dengan penambahan etanol secukupnya (± 10 mL)
dalam cawan penguap
Tambahkan larutan povidon ke dalam campuran serbuk sedikit demi sedikit
dengan pipet sampai terbentuk massa yang dapat digranulasi. Jika larutan
povidon sudah habis namun belum terbentuk massa yang dapat digranulasi,
tambahkan 3 ml etanol (95%) ke massa hingga terbentuk massa yang dapat
digranulasi.
Massa granul diayak dengan ayakan 12 mesh.
Massa granul dikeringkan granul dengan mendiamkannya pada suhu kamar.
Kadar air granul ditentukan dengan alat.
Massa granul diayak kembali dengan ayakan 14 mesh.
Timbang serbuk CMC-Na FSH sebanyak 3 gram dalam cawan penguap.
Tambahkan serbuk CMC-Na FSH ke dalam massa granul yang telah kering.
6. Timbang massa total granul dan masukkan @100/300 massa total granul dalam dua
buah wadah sediaan 100 mL
7. Tuangkan granul yang telah ditimbang ke dalam botol sediaan yang telah
dikalibrasi, tutup, beri etiket, kemas dalam dusnya.
8. Satu botol sediaan digunakan untuk evaluasi waktu rekonstitusi
Sediaan yang telah didispersikan dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi. Catat
waktu pada saat memasukkan sediaan ke tabung sedimentasi. Amati sediaan pada
menit ke 10, 20, 30, 60, lalu 1 hari, 2 hari dan 3 hari.
I. Hasil Pecobaan
No Evaluasi Hasil Pengamatan
1 Berat Jenis
Alat yang digunakan adalah
piknometer dan neraca elektrik.
Piknometer yang telah
dibersihkan ditetapkan
bobotnya (W1). Piknometer lalu
diisi aquades (yang telah
dididihkan dan didinginkan)
sampai kapiler tutup
piknometer penuh, kemudian
ditimbang (W2). Piknometer
dibersihkan, lalu diisi larutan
uji sampai kapiler penuh,
kemudian ditimbang (W3).
Perhitungannya adalah
w3 w1
BJ
w2 w1
Penetapan pH
2
Alat yang dipakai adalah pH-
meter. pH campuran larutan
sebelum penggenapan volume
yang ditempatkan dalam gelas
kimia diukur dengan
menggunakan pH meter. pH
meter dibakukan dengan 2 jenis
larutan dapar baku pH 7 dan pH
4, kemudian dibilas dengan
aquades kemudian dikeringkan.
Pengukuran pH dilakukan
terhadap sampel larutan dengan
mencelupkan elektroda ke dalam
larutan sampel dalam vial
hingga kepala elektroda
terendam seluruhnya.
3 Evaluasi Organoleptika
Evaluasi ini dilakukan dengan
menggunakan organ-organ
tubuh biasa. Yang dilakukan
pada evaluasi ini adalah warna,
rasa, dan aroma.
4 Volume Terpindahkan
Jika suatu sediaan dituangkan ke
wadah lain, maka tentulah ada
sedikit sisa dari sediaan tersebut
yang tertinggal di wadah
semulanya, terutama pada
sediaan larutan. Jika ada bagian
yang tertinggal, maka tentulah
dosis dari sediaan tersebut akan
berkurang bagi pasien yang
menggunakannya. Oleh karena
itu evaluasi ini bertujuan untuk
menjamin bahwa pasien tetap
mendapatkan dosis yang
sebenarnya. Sediaan yang telah
digenapkan dalam botol sediaan
yang telah dikalibrasi
dipindahkan kembali ke gelas
ukur dan dilihat apakah volume
di gelas ukur sama dengan
volume sediaan yang telah kita
tentukan.
5 Pertumbuhan Mikroba
Evaluasi ini dilakukan untuk
menguji apakah pengawet yang
digunakan memiliki potensi
yang cukup baik untuk
melindungi sediaan dari
mikroba, karena adanya jamur
atau mikroba dapat mengubah
penampilan awal, atau mungkin
dapat menguraikan zat aktif
sehingga dosisnya berkurang,
atau memberikan senyawa
sampingan yang dapat bersifat
toksik.
6. Terbentuknya cap-locking
Evaluasi ini dilakukan untuk
membuktikan apakah dalam
sediaan dapat terjadi cap-
locking pada tutup sediaan. Jika
terjadi cap-locking artinya gula
menempel pada tutup sediaan
telah mengkristal.
8 Pengamatan sedimentasi
Parameter sedimentasi yang
diamati yaitu tinggi sedimentasi
(Hv) dan tinggi total larutan
suspensi (H0).
Hv
Buat grafik H0 untuk setiap
waktu pengamatan.
Waktu rekonstitusi
9 Waktu rekonstitusi merupakan
waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan pengocokan, mulai
dari sediaan yang telah ditambah
air tersebut dikocok, hingga
granul terdispersi sempurna
dalam sediaan. Semakin lama
waktu rekonstitusi, artinya
semakin lama waktu yang
dibutuhkan untuk mengocok
suspensi sebelum siap
digunakan.
K. Daftar Pustaka
British Pharmacopoeia Comission, British Pharmacopoeia, Departement of Health,
London, 2001, halaman 1146.