Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TUGAS GEOFISIKA
Oleh
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
2009
GAMBAR 1
2. Gelombang elektromagnet
∂D
∇xH = +J
∂t
∂B
∇xE = −
∂t
∇xB = 0
ρ
∇xE =
ε
c
1
Vm = ε r µ r 2
2 1 + P( 2
) + 1
dimana :
c = kecepatan cahaya dalam ruang hampa (3 x 108 m/s)
εr = konstanta dielektrik relatif
μr = permeabilitas magnetik relative
P = loss factor, dimana P = σ / ωε, σ adalah konduktifitas
ω = 2πf, f adalah frekuensi
ε = permitifitas dielektrik
f = frekuensi gelombang EM
εo= permitifitas ruang bebas (8,854 x 10-12 F/m)
Pada material dengan tingkat loss factor yang rendah sehingga P = 0, maka
kecepatan gelombang dapat diketahui memalui rumus :
c 0,3
Vm = =
εr εr
3. Koefesien refleksi
Koefesien refleksi (R) didefinisikan sebagai perbandingan energi yang
dipantulkan dan energi yang datang , persamaan untuk koefesien refleksi adalah
sebagai berikut :
R = (V1 – V2)/(V1 + V2)
Atau
R= ( )
ε r − ε 2 /( ε + ε r )
ε = (1 − φ )ε m + φε w
dimana :
φ = porositas
εm = konstanta relatif dielektrik untuk matrilks batuan
εw = konstanta relatif dielektrik untuk fluida
TABEL 1
KONSTANTA DIELEKTRIK RELATIF DAN KECEPATAN
GELOMBANG RADIO PADA MATERIAL ALAMI
DAN MATERIAL BUATAN MANUSIA
Material εr V (mm/ns)
Udara 1 300
Air tawar 81 33
Air asin 81 33
Silt (basah) 10 95
Tanah rata-rata 16 75
Beton 6 - 30 55 – 112
4. Skin depth
Skin depth adalah suatu besaran yang menyatakan kedalaman pada suatu
medium homogen dimana amplitudo gelombang elektromagnetik pada
kedalaman itu telah berkurang menjadi 1/e (mencapai 37 %) dari amplitudo
awalnya di permukaan bumi. Skin depth dirumuskan pada persamaan berikut :
εr
δ = 5,31
σ
Dimana :
δ = Skin Depth (m)
εr = konstanta dielektrik relatif
σ = konduktifitas tanah/meterial
Waktu yang ditempuh oleh gelombang untuk menjalar sepanjang lintasan SOR
atau dari antena pemancar ke penerimaan adalah berjarak 2r, maka:
2r
t=
Vt
Waktu tersebut adalah waktu tempuh dua arah gelomabang (two-way traval time),
dan r adalah :
2
x 2
r = + h1
2
Dan x atau offset adalah jarak pemancar ke penerima, sehingga waktu tempuh
yang diperlukan menjadi :
2
x 2 + 4h1
t= 2
V1
Sedang untuk menghitung t(x) yaitu t terpisah yang terekam pada jarak x dalam
jeda tertentu (∆t) yang disebut normal move out, dapat diketahui dengan rumus :
x2
t 2 ( x ) = t 2 ( 0) +
v 2 rms
Dimana :
x = jarak antena
h = kedalam reflektor
v = kecepatan perambatan gelombang
t(0) = two- way traval time (TWT)
t(x) = TWT yang terekam pada jarak x
vrms = kecepatan rata-rata
GAMBAR 3
SUSUNAN ALAT PENYELIDIKAN GPR
6. Akuisisi data ground penetrating radar
Setelah memutuskan tentang kedalaman yang akan diobservasi serta
pemilihan frekuensi berikutnya maka proses sesudahnya adalah mulai
mendeteksi kondisi bawah permukaan, dimana dalam operasi ini mula-mula
operator memindahkan kedua antena sesuai model awal yang dikehendaki.
Sinyal atau gelombang yang dipancarkan akan segera dipantulkan
kembali setelah menempuh two-way traval time tertentu, hasilnya akan terekam
pada alat grafik recorder yaitu radargram yang berbentuk penampang yang
menerus, konfigurasi inilah yang merupakan cerminan perbedaan litologi dari
reflektor di bawah permukaan.
Terdapat tiga model untuk memperoleh data penyelidikan GPR yakni :
reflection profiling (antena monostatik maupun bistatik), wide angel reflection
and refraction (WARR), common-midpoint (CMP) sounding yang merupakan
pengembangan dari WARR, dan transilluminasi atau disebut juga radar
tomografi
1. Radar reflection profiling
Cara ini dilakukan dengan membawa antena bergerak secara simultan di
atas permukaan tanah dimana nantinya hasil tampilan pada radargram
akan merupakan kumpulan dari tiap-tiap pengamtan. Cara ini serupa
dengan cara countinous seismik reflektion profiling pada metode seismik.
Kedalaman target atau reflektor dapat diketahui jika cepat rambat
gelomabang diketahui.
2. Wide angel reflection and refraction (WARR) atau common-midpoint
(CMP)
Cara WARR sounding ini dilakukan dengan meletakkan sumber pemancar
atau transmitter pada suatu posisi yang tetap, sedangkan receiver
dipindah-pindah sepanjang lintasan penyelidikan (Gambar 4). Cara ini
umumnya digunakan untuk reflektor yang realatif datar atau memiliki
kemiringan yang rendah. Tetapi asumsi bahwa reflektor cendrung datar
adalah tidak selalu benar, maka untuk mengatasi kelemahan ini digunakan
cara CMP, yang hanya sedikit berbeda dengan cara WARR, pada CMP
sounding, kedua antena bergerak menjauhi satu sama lainnya dengan titik
tengah pada titik yang tetap, kedua cara ini merupakan cara yang paling
umum digunakan.
GAMBAR 4
WIDE ANGEL REFLECTION AND REFRACTION
GAMBAR 5
COMMON-MIDPOINT
3. Transillumination
Cara ini dilakukan dengan menempatkan transmitter dan receiver pada
posisi yang berlawanan. Sebagai contoh jika transmitter diletakkan pada
lubang bor maka receiver diletakkan pada lubang bor lainnya
(Gambar 6). cara ini umumnya digunakan pada kasus non-destructive
testing (NDT) dengan menggunakan frekuensi antena yang tinggi, sekitar
900 Mhz.
GAMBAR 6
TRANSILLUMINATION
7. Pemprosesan data
Data-data yang diperoleh pada penyelidikan harus diproses terlebih
dahulu sebelum diinterpretasikan. Karena target dan material yang ada di bawah
permukaan bumi umumnya memiliki karakter yang tidak sama (heterogen) maka
sinyal yang dipancarkan dan yang kembali akan mengalami berbagai perubahan
sepanjang lintasannya menempuh perjalan, sinyal dapat berkurang (atenuasi)
karena berbagai sebab. Pemrosesan data dapat dibagi kedalam dua fase
pemrosesan yaitu :
1. Selama fase akuisisi
Sinyal yang diterima terlebih dahulu mengalami filtrasi untuk memilah-milah
data yang diperoleh menggunakan filter yang diset sedemikian rupa dengan
broadband seluas mungkin agar data-data yang potensial dapat terjaring
secara keseluruhan sehingga tidak memerlukan penyelidikan ulang yang
cenderung merugikan.
2. Setelah fase akuisisi
Untuk mendapatkan data yang lebih detail dan terfokus maka filtrasi turut
dilakukan pada pemrosesan data pasca fase akuisisi, pada tahap ini hanya data
digital yang dapat diproses, keberhasilan pemrosesan data seringkali
tergantung beberapa factor seperti biaya dan waktu yang tersedia, kualitas
data, dan kemampuan peralatan pemrosesan (hardware dan softwarenya).
8. Teknik Interpretasi
Pekerjaan akhir dalam penyelidikan geofisika adalah menerjemahkan data-data
sinyal yang telah diperoleh dari akuisisi untuk kemudian diplot kedalam
suatubentuk konfigurasi agar dapat dibaca dan diambil kesimpulan, pekerjaan ini
adalah interpretasi. Beberapa hal yang lazim diperhatikan dalam
penginterpretasian adalah :
1. Interpretasi grafik
Kecepatan gelombang dapat diketahui dengan berasumsi pada suatu konstanta
dielektrik relative yang mendekati atau sesuai dengan nilai material yang
diselidiki, dengan cara demikian two-way travel time (TWT) dapat
diterjemahkan menjadi kedalaman, dan jika ditambahkan dengan
pengidentifikasian sinyal pantulan dari target (refleksi), maka peta TWT
dapat dihasilkan guna menunjukkan kedalaman, ketebalan, perlapisan, dll.
Dari sini dapat diketahui nilai sebenarnya dari kecepatan gelombang.
2. Analisa kuantitatif
Dengan menggunakan beberapa analisa, kedalaman interpretasi sinyal juga
kedalaman target atau reflektor dapat dideterminasi tergantung kepada cukup
tidaknya nilai yang diketahui dari analisa kecepatan juga variasi konstanta
dielektrik relatif material yang dilewati, juga kepada analisa amplitude dan
koefisian refleksi.
3. Kegagalan interpretasi
Dua hal yang paling sering ditemui dan dianggap sebagai kelemahan dalam
interpretasi radar adalah tidak mampu mengindentifikasi permukaan tanah
dan misi identifikasi strata hitam-putih pada radargram. Hal ini dapat
disebabkan oleh perlakuan yang dialami oleh sinyal selama menempuh
perjalanan melewati medium.
9. Aplikasi Ground Penetrating Radar
Metode ground penetrating radar memiliki jangkauan aplikasi yang luas,
bahkan sangat luas, mengingat pemanfaatan gelombang elektromagnetik dalam
kehidupan manusia secara global, beberapa keuntungan menggunakan metode ini
dibandingkan metode lain diantaranya adalah :
1. Tidak memerlukan kontak langsung dengan tanah, artinya selain dengan
meletakkan dipermukaan tanah, survey dapat juga dilakukan dari udara atau
diatas permukaan air karena gelombang EM dapat merambat baik pada ruang
bebas maupun ruang hampa/vakum.
2. resolusinya tinggi, sehingga mampu mengidentifikasi material dengan
perbedaan konstanta dielektrik relative yang rendah.
3. murah dan mudah operasionalnya dan tergolong metode non-destruktif
4. survey lebih cepat, sinyal EM yang dipancarkan transmitter diterima ke receiver
hanya dalam waktu nanosekon (10-9 detik).
Bidang Aplikasi
Deteksi rongga-ronga dan celah-celah bawah tanah
Pemetan ambrukan (subsidence)
Pemetaan geometri sand body
Pemetaan cadangan dangkal
Geologi Pemetaan stratigrafi lahan
Eksplorasi mineral
Investigasi ketebalan gambut
Pemetaan struktur geologi
Penyelidikan air tanah
Lingkungan Penyelidikan lokasi kebocoran gas
Pemetaan lokasi pencemaran/kontaminasi
Pemetaan ketebalan es
Glasiologi Study pergerakan es kutub
Pemetaan stratigrafi salju
Analisa pngerasan jalan
Konstruksi Penyelidikan titik penguatan pada beton
Pengujian kelayakan bangunan
Arkeologi Penyelidikan lokasi struktur bangunan terpendam
Penyelidikan fosil dan kuburan kuno
Forensik Penyelidikan lokasi jenazah atau bukti terpendam
GAMBAR 8
Selain pada lubang bor yang sama, penyelidikan RAMAC juga dapat
dilakukan dengan konfigurasi antena yang berbeda, yaitu antena diletakkan
antara lubang bor (A), transmitter diletakkan di terowongan sedangkan
receiver di letakkan dalam lubang bor (B), dan profiling vertikal dimana
transmitter diletakkan dipermukaan semantara receiver diletakkan pada
lubang bor atau dikenal juga sebagai transillumination (C).
c. Penggunaan GPR sebagai detektor logam
Penggunaan GPR untuk meneliti objek-objek yang terbuat dari logam
atau bahan yang mengandung logam (metalik) menggunakan frekuensi
antenna sebesar 1000 MHz atau 1 GHz. Frekuensi ini tergolong tinggi
sehingga memberikan resolusi yang tinggi pula, tetapi kedalaman
penetrasinya terbatas. Untuk frekuensi observasi 1 GHz, objek metallic yang
mampu diidentifikasi dengan baik berkedalaman hanya 20 cm hingga 40 cm
dengan ketebalan dalam beberapa cm saja.
Berdasarkan konduktifitasya, pada logam yang semakin konduktif,
kecepatan rambat radar akan semakin kecil, sehinga terdapat kontras yang
terjadi antara medium dan bahan. Kontras ini yang mengakibatkan
perbedaan radargram yang dihasilkan oleh masing-masing logam. Pada
(Gambar 9) dapat dilihat profil aluminium dengan konduktifitas lebih besar
(kecepatan radar lebih kecil) dari pada logam besi, sehingga memberikan
pantulan yang lebih panjang.
GAMBAR 9
PROFIL ALUMINUM DAN BESI
Sedangkan profil tembaga pada kedalaman 20 cm dan kemiringan 45º yang
menunjukkan efek kemiringan dapat dilihat pada (Gambar 10).
GAMBAR 10
PROFIL PLAT TEMBAGA