Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Titik ST36 adalah titik akupuntur yang disebut Zusanli. Titik ini terdapat
di kaki di bagian depan dan sedikit di bawah lutut yang biasa disebut Stomach
Meridian Point #36 atau ST36. Pengobatan akupuntur pada titik ini diketahui
memperbaiki gangguan pencernaan, anemia, kelelahan, dan kelemahan. Studi
Functional Magnetic Resonance Imaging (fMRI) menunjukkan bahwa akupuntur
pada titik ST36 yang merupakan titik akupuntur utama pada kaki memodulasi
aktivitas neural dari CNS manusia (Cho ZH, 2008).
"All things are poison and nothing is without poison, only the dose permits
something not to be poisonous" Paracelsus (1493-1541). Pada penemuan terbaru
Bee venom mengandung Melittin. Melittin sudah di buktikan dapat mensupresi
NF-κB pada proliferasi vascular smooth muscle cell (VSCM) (S.S. Kang, 2002).
Oleh karena itu, tujuan dari gagasan tertulis ini adalah untuk mengetahui
potensi dan penerapan kombinasi stimulasi akupuntur dengan Bee Venom pada
titik ST36 sebagai penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner pada penderita DM
Tipe 2.
B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bahwa kombinasi akupuntur dengan bee venom pada titik ST36
dapat menurunkan aktivasi NF-κB, ROS, dan MAPK pada penderita Diabtes
Mellitus Tipe 2.
2. Mengetahui bahwa kombinasi Akupuntur dan injeksi toksin Bee Venom pada
titik ST36 dapat mencegah komplikasi vaskuler pada penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2.
3. Mengkaji aplikasi pengolahan,dosis konsumsi, cara dan batasan penggunaan
kombinasi akupuntur dengan Bee Venom pada titik ST36 untuk mencegah
komplikasi vaskuler pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2.
C. Manfaat Penulisan
GAGASAN
A. Diabetes Mellitus
mortalitas dan morbiditas pada pasien diabetes (Guyton dan Hall, 2004). 3)
aterosklerosis dan CHD, aterosklerosis akan bermanifestasi pada terjadinya CHD.
Prevalensi terjadinya CHD pada DMT2 berkisar 70% dan merupakan penyebab
kematian pada DMT2. Postpandrial hiperglikemia dapat menginduksi
pembentukan AGEs dan ROS yang berperan pada terjadinya kelainan
kardiovaskuler; 4) diabetes neuropati, Neuropati diabetik berhubungan denagn
faktor risiko dari komplikasi vaskuler lain, seperti buruknnya kontrol
metabolisme, dislipidemia, hipertensi, BMI, merokok, mikroalbuminuria, dan
retionopati; 5) penyakit pembuluh darah perifer seperti kaki diabetes dan ulkus
diabetes (Guyton dan Hall, 2004).
Endurance training). Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki,
jogging, lari, renang, bersepeda, dan mendayung(Suyono, 2007).
3. Obat hipoglikemik
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang
teratur tetapi kadar glukosa darahnya masih belum baik, dipertimbangkan
pemakaian obat berkhasiat hipoglikemik. Walaupun mudah dipakai, penggunaan
obat ini harus sesuai dosis atau berdasarkan petunjuk dokter, bila dosis terlalu
rendah komplikasi kronis akan muncul lebih dini, sedangkan dosis yang berlebih
atau cara pemakaian yang salah dapat menimbulkan hipoglikemia. (Suyono,
2007).
a. Obat hipoglikemik oral
1) Sulfonilurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara menstimulasi
pelapasan insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi
insulin, dan meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa.. Klorpropamid berbahaya untuk insufisiensi renal dan
orang tua karena resiko hipoglikemia yang berkepanjangan,
demikian juga glibenklamid. (Suyono, 2007).
2) Biguanid
Biguanid menurunkan kadar glukosa darah. Preparat yang ada dan
aman adalah metformin. (Suyono, 2007).
3) Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α
glukosidase untuk menurunkan penyerapan glukosa(Suyono, 2007).
b. Insulin
Preparat insulin yang tersedia, antara lain :
1) Kerja pendek (Actrapid Human 40/humulin, Actrapid Human 100)
2) Kerja sedang (Monotard Human 100, Insulatard, NPH)
3) Kerja panjang (PZI)
4) Campuran kerja pendek dan sedang/panjang seperti Mixtard
(Suyono, 2007)
Obat- obat hipoglikemik ini memiliki beberapa efek samping, contohnya
seperti efek samping pada saluran pencernaan yaitu rasa tak nyaman di perut,
diare, rasa seperti logam di lidah, dan kembung.
1. Akupuntur
Terapi akupuntur merupakan salah satu bagian dari pengobatan
komplementer dan alternative telah dipercaya secara ilmiah sebagai komponen
yang berguna pada praktek klinik di asia timur. Berdasarkan TCM (Traditional
Chinese Medicine), energi vital yang disebut aliran Qi melalui meridian tubuh.
Ketika aliran energy (Qi) mengalami obstruksi pada meridian, nyeri atau gejala
akan muncul. Tujuan dari pengobatan akupuntur adalah membuka kembali
meridian dan mengembalikan aliran dari qi (Culliton BJ, 2007). Pada prakteknya,
terapi akupuntur digunakan untuk menyembuhkan penyakit dan mempertahankan
6
2. Bee Venom
Pengobatan bee venom (BV) sebagai suatu pengobatan oriental sudah
digunakan bertahun-tahun lalu untuk mengobati penyakit inflamasi seperti
rheumatoid arthritis (RA), suatu penyakit autoimun yang belum diketahui
penyebabnya. Pada penelitian yang dilakukan baru-baru ini, kadar sitokin
proinflamasi TNF-α memiliki kadar yang lebih rendah pada kelompok BV
10
3. Mekanisme Kerja Akupuntur dengan Bee Venom pada Titik ST36 (Zusanli)
dalam Mencegah Komplikas Vaskuler pada DMT2.
Pada DMT2 yang menjadi fokus permasalahan dalam terjadinya
komplikasi vaskuler adalah ROS. ROS bekerja sebagai sebagai perusak membran
lipid sel, protein, maupun DNA. Diketahui bahwa, kombinasi akupuntur dan bee
venom pada titik akupuntur ST36 mampu mengakibatkan perubahan ekspresi gen
di hipotalamus dan perubahan aktivitas enzim antioksidatif. Titik ST36 atau titik
Zusanli terletak pada 3 inci di bawah tepi inferior patella dan 1 inci disebelah
lateral anterior crest dari tibia. Bee venom akupuntur pada titik ST36 mampu
meningkatkan aktivitas superoxide dismutase, Glutatione Peroxidase, dan
menurunkan ROS. Apabila induksi akupuntur dengan bee venom telah
menghambat peningkatan ROS pada DMT2, maka diduga bahwa terjadinya
kerusakan protein dan DNA dapat dihambat. Tidak hanya itu, dengan
dihambatnya ROS melalui bee venom akupuntur, pembentukan AGEs juga akan
dapat ditekan sehingga dapat menurunkan amplifikasi pembentukan ROS oleh
AGEs.
Adanya hambatan terhadap ROS oleh akupuntur menyebabkan turunya
aktivitas ROS dalam menstimulasi IKK, dengan demikian aktivasi NF-κB dapat
ditekan. Bee venom akupuntur tidak hanya mampu mengahambat ROS, namun
11
juga mampu menghambat aktivitas MAPK dan NF-κB secara langsung, sehingga
kerja akupuntur menjadi lebih kompleks yaitu pada radikal bebas yang terbentuk
pada DMT2 dan secara genomik. Dengan hambatan pada ROS, MAPK, dan NF-
κB maka aktivitas NF-κB pada gen target akan mengalami down-regulation
dalam menghasilkan enzim inflamasi, molekul adhesi, sitokin, maupun kemokin
yang berperan terhadap disfungsi endothel dan komplikasi vaskuler.
Leptin
plasma
BEE VENOM + AKUPUNTUR
INSULI
OB-R Hiperglikemia
INSULIN
RESEPTO
IRS
MAPK
NFκB RAG
IKK Polyol pathway
antioxidant
Glucose autoxidation
IκB defend Protein glycosylation
Schiff Base
ROS
κB-binding site
Amadory products
Komplikasi
Gambar
Vaskuler 4.6 Skema usulan analisis potensi bee venom akupuntur
Venom bisa masuk ke dalam kulit bersamaan dengan ketika jarum ditusukkan ke
kulit pasien. Sebelum jarum akupuntur ditusukkan, sebaiknya diberikan antiseptik
di permukaan kulit pasien yang akan di tusuk. Hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya infeksi pada pasien.
KESIMPULAN
dapat masuk ke dalam kulit. Dosis yang dibutuhkan 0,1 ml Bee Venom yang
ditusukkan dengan metode akupuntur pada titik akupuntur ST36 yang terdapat
pada 3 inci di bawah tepi inferior patella dan 1 inci disebelah lateral anterior crest
dari tibia. Metode ini dilakukan 2 kali seminggu, dengan total 5 kali.
Terapi kombinasi akupuntur dan Bee Venom tidak dapat dilakukan yaitu
pada pasien yang mempunyai riwayat hiperalergi atau menderita komplikasi
penyakit jantung kronis dan lever. Selain itu, pasien yang berusia di bawah 8
tahun sebaiknya tidak melakukan terapi kombinasi ini, hal ini dilakukan untuk
menghindari pasien yang belum tahan terhadap sengatan lebah.
Cara Pengolahan
Diabetes Mellitus Dosis
Tipe 2 Cara Penggunaan
Batasan Penggunaan
ROS
Titik ST36
NF-κB
(Zusanli)
Manfaat dan dampak yang diperoleh dari gagasan ini antara lain dapat
menurunkan angka kejadian komplikasi vaskuler pada DMT2 di Indonesia, selain
itu, dari segi ekonomi gagasan ini bermanfaat dalam menciptakan lapangan kerja
baru dan meningkatkan pendapatan bagi penduduk yang bekerja pada bidang
peternakan lebah di Indonesia dan juga meningkatkan nilai jual dari lebah dengan
memanfaatkan pula Bee Venomnya untuk dijadikan bahan terapi kombinasi
dengan akupuntur.
DAFTAR PUSTAKA
Beckman JA, Creager MA, Libby P. Diabetes and atherosclerosis: epidemiology,
pathophysiology, and management. JAMA, 287:2570-81, 2002
Boutouyrie P, Corvisier R, Azizi M, Lemoine D, Laloux B, Hallouin M-H,
Laurent S. Effects of acupuncture on radial artery hemodynamics:
controlled trials in sensitized and naïve subjects. Am J Physiol Heart Circ
Physiol 2001;280:H628–H633
15
Chung SH, Dickenson A. Pain, enkephalin and acupuncture. Nature 283: 243-
244, 2005.
Culliton BJ. Neuroimmunie basis of acupuncture. Nat Med 3: 1307, 2007.
Gongwang L, Hyodo A. Fundamentals of Acpuncture and Moxibustion. Tianjin,
China: Tianjin Science and Technology Translation and Publishing Corp.,
2004.
Gutterman D. Vascular dysfunction in hyperglycemia. Is Protein Kinase-C the
culprit. Circ Res. 90:5-7, 2002
Guyton dan Hall. 2004. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Lariviere WR, Melzack R. 2006. The bee venom test: a new tonic-pain test. Pain
66:271–277.
Lee JH, Kwon YB, Han HJ, Mar WC, Lee HJ, Yang IS, Beitz AJ, Kang SK.
2001. Bee venom pretreatment has both an antinociceptive and anti-
inflammatory effect on carrageenan-induced inflammation.J Vet Med Sci
63:251–259.
Makiko Komori, Katsumi Takada. Microcirculatory Responses to Acupuncture
Stimulation and Phototherapy.Anesth Analg 2009;104:308–11
Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius.
Price, S.A. and Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit (Volume 2 Edisi 6). Jakarta : EGC.
Shutenko Z, Henry Y, Pinard E, et al. 2009. Influence of antioxidant quercetin in
vivo on the level of nitric oxide determined by electron paramagnetic
resonance in rat brain during global ischemia and reperfusion. Biochem
Pharmacol;57:199-208.
Suyono, Slamet. (2007). “Patofisiologi Diabetes Melitus” dalam Penatalaksanaan
Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Pusat Diabetes dan Lipid RSUP
Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Tu AT. 2007. Venoms: Chemistry and molecular biology. Toronto: John Wiley.
Uchida S, Kagitani F, Suzuki A, Aikawa Y. Effect of acupuncture-like stimulation
on cortical cerebral blood flow in anesthetized rats. Jpn J Physiol 50: 495-
507, 2000. Acupuncture. NIH Consensus Statement 15: 1-34, 2007.
Van Acker SA, Tromp MN, Haenen GR, etal. 2005. Flavonoids as scavengers of
nitric oxide radical. Biochem Biophys Res Commun ;214:755-9.
WHO. 2008. Diabetes. (Online) (http://www.who.int/diabetes/facts/
world_figures/en/, diakses 18 September 2010)
Yusharmen, I Nyoman Kandun, Hariadi Wibisono, Endang R Sedyaningsih,
Widarso. 2005. New England Journal of Medicine, 355(21) : 2186-94.