Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Perusahaan
Pada mulanya PPN Gula WatoeToelis ini terdiri dari PG. WatoeToelis
ditambah dengan perusahaan serat (Vezelondermining) Jengkol, dengan
demikian riwayat singkat ini meliputi kedua perusahaan tersebut. Keterangan-
keterangan yang dapat dikumpulkan menerangkan bahwa perkebunan jengkol
didirikan pada tahun 1912 oleh Naaloze Vennootscha Handels Vergining
Amsterdam (NV HVA) dengan tujuan mengusahakan tanaman tapioka dan
serat. Pada waktu penjajah Jepang masuk Indonesia. Perusahaan ini bekerja
terus secara operasional diambil oleh Jepang hingga tahun 1945 dan setelah
proklamasi Kemerdekaan (tahun 1945) dibawah penguasaan Pemerintah
Republik Indonesia.
Tanggal 10 Desember 1957 berdasarkan keputusan penguasa tertinggi
Menteri Pertahanan Nomor 1053/PMT/1957 yang dikeluarkan pada tanggal 9
Desember 1957 dan berdasarkan Undang-Undang Nomor 186 tahun 1956
tentang Nasionalisasi terhadap semua perusahaan-perusahaan milik Belanda
dikuasai oleh pemerintah Republik Indonesia dengan menggunakan nama
Perusahaan Perkebunan Negara.
Berdasarkan PP Nomor 1 tahun 1963 tanggal 28 Januari 1963 didirikan
Perusahaan Perkebunan Gula Negara yang disingkat PPN Gula. Tanggal 1
April 1966 nama PPN Gula diganti dengan nama PNP (Perusahaan Negara
Perkebunan) sehingga menjadi PNP X dan PNP XII berdasarkan peraturan
pemerintah Republik Indonesia No.19 tahun 1960.
Dalam peraturan pemerintah No 23/1973 (L.N. No. 29 Tahun 1973)
diadakan penggabungan PNP XXI dengan PNP XXII menjadi PT. Perkebuna
XXI – XXII (Persero) dimana PG. Watoetoelis dan Pabrik-pabrk gula di
Karisedena Surabaya termasuk didalamnya dengan modal seluruhnya dimiliki
oleh negara dan kekayaan negara yang dipisahkan. Perlu diketahui bahwa
tanaman pokok pada waktu itu terdir tebu giling dan tebu bibit.
5
B. Lokasi Pabrik
PG. Watoetoelis berlokasi di :
- Desa : Temu
- Kecamatan : Prambon
- Kabupaten : Sidoarjo
- Propinsi : Jawa Timur
Lokasi pabrik berada tepatnya di Jalan Raya Krian – Mojosari sekitar 4
Km dari Stasiun Kereta Api Krian. Pabrik Gula Watoetoelis ditinjau letaknya
cukup strategis baik dari segi pemasaran hasil bahan baku, transportasi,
sumber tenaga kerja, dan sumber air yang berasal dari 2 (dua) sungai yaitu
Kali Purbaya dan Kali Kedung Uling yang mengapit PG. Watoetoelis.
STRUKTUR ORGANISASI
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X (PERSERO)
PABRIK GULA WATOETOELIS
ADMINISTRATUR
TU HASIL
PERSONALIA GUDANG SKW SKW SINDER RIL
EMPL. KAS
POLIKLINIK MATRIAL SKW SKW
KVA
PENDIDIKAN SKW SKW
KOMPUTER
TK
KEAMANAN
8
Pembagian Kerja
a. Sinder kebun atau sinder tanaman
Bertugas : Mengawasi tanaman, melakukan pengamatan tebu,
mengawasi penebangan, pengiriman tebu ke pabrik untuk digiling.
b. Instalasi
Bertugas : Mengawasi dan memelihara keseluruhan peralatan
proses pembuatan gula.
c. Laboratorium
Bertugas : Mengadakan penelitian tebu, apakah sudah ditebang
atau belum, serta penelitian pada proses.
d. Pabrikasi
Bertugas : Mengawasi proses merubah gula dari bentuk larutan
menjadi gula dalam bentuk kristal sesuai standart dan
mengusahakan kehilangan gula yang sekecil-kecilnya.
D. Tenaga Kerja
Karyawan
10
E. Instalasi
Instalasi di PG. Watoetoelis terbagi beberapa stasiun, yaitu :
1. Stasiun Gilingan ( Milling Station )
2. Stasiun Tengah :
Stasiun Pemurnian ( Purification Station )
Stasiun Penguapan ( Evaporation Station )
Stasiun Masakan/Kristalisasi ( Crystallization Station )
3. Stasiun Puteran
4. Stasiun Ketel
5. Stasiun Listrik
6. Stasiun Besali
7. Stasiun Kendaraan
1. Stasiun Gilingan
Tujuan : Untuk mengambil nira dari tebu secara maksimal dengan
menekan kehilangan gula seminimal mungkin.
Peralatan :
1. Meja tebu, yaitu suatu alat dimana bentuknya seperti meja untuk
membongkar dan meratakan tebu yang telah diangkat oleh crane dari
truk atau lori untuk diarahkan menuju carrier I. Meja tebu yang
digunakan adalah Tipe Teral yaitu meja miring yang bergerak.
2. 2 buah carrier
c. Carrier I, yaitu alat yang digunakan untuk membawa tebu
dari meja tebu ke Cane Cutter I dan II, unigrator.
d. Carrier II, yaitu alat yang digunakan untuk memindahkan
potongan-potongan atau cacahan tebu dari unigrator menuju ke alat
penggilingan.
3. 2 buah Cane Cutter, yaitu alat yang digunakan untuk mencacah tebu
menjadi potongan yang lebih pendek untuk dibawa ke unigrator. Cane
cutter ini terdiri dari 40 buah pisau pada masing-masing cane cutter
yang digerakkan oleh elektromotor.
4. 1 buah Unigrator, yaitu alat yang digunakan untuk menumbuk dan
sebagai pengoyak tebu menjadi serabut halus berukuran ± 5 - 10 cm,
sehingga akan memudahkan pengambilan nira dalam proses
penggilingan.
5. Sugar Cane Mill atau gilingan tebu, yaitu alat yang digunakan untuk
memerah serpihan serabut halus tebu sehingga dihasilkan nira mentah.
Terdapat 4 unit gilingan tebu di PG. Watoetoelis, yang masing-masing
unitnya terdiri dari :
o Feeding Roll, yaitu suatu alat yang berfungsi sebagai
pengumpan untuk membantu masuknya tebu ke bagian depan
gilingan.
o Tiga rol pemerahan, yaitu rol atas, rol depan, dan rol
belakang.
16
b. Pemerahan
Fungsi dari pemerahan ini yaitu untuk memerah nira tebu sebanyak
banyaknya serta menekan kehilangan nira sedikit mungkin. Terdapat
4 unit gilingan tebu di PG. Watoetoelis. Dalam setiap unit gilingan
terdiri dari 3 rol gilingan :
Tebu
M B
17
Keterangan:
a. Rol A (rol atas / Top roll).
Berfungsi untuk memerah tebu yang masuk dengan
menggunakan alas rol muka dari belakang
b. Rol M (rol muka / Voor roll)
Berfungsi sebagai alat penekan ampas dari rol bagian belakang
dengan ini bagian atas.
c. Rol B (rol belakang / Achter roll).
Berfungsi sebagai alat penekan ampas dari bagian belakang
dengan rol bagian atas.
Tebu diangkut menggunakan lori dan truk, tebu yang dari truk
ditimbang dengan menggunakan timbangan digital, tebu yang dari
lori ditimbang dengan menggunakan timbangan berkel / manual,
kemudian tebu dari truk dipindahkan ke lori. Dari lori, tebu dipindah
ke meja dengan menggunakan Cane Unloading. Pada meja tebu
dilengkapi dengan rantai melintang dan tebu akan berjalan ke tepi
meja dan tebu akan jatuh pada Cane Carrier I kemudian masuk ke
Cane Cutter yang terdiri dari 2 alat yaitu Leveller I dan Leveller II
yang masing-masing bertujuan sebagai alat pemotong awal tebu dan
mencacahnya menjadi batangan kecil di mata pisaunya disusun
sedemikian rupa dan terbuat dari bahan stainless steel.
Selanjutnya hasil potongan dilewatkan Unigrator (alat
penghalus tebu) yang berputar berlawanan arah dengan Cane Carrier
I (berputar ke atas) dimana pada alat tersebut pada dinding bagian
belakang terdapat parut yang berfungsi untuk mengoyak tebu yang
belum terpotong dan menjadi lebih halus (berupa serabut).
Kehalusan ampas tebu harus benar-benar diperhatikan karena ampas
18
semula antara 250 - 350 ppm menjadi 300 ppm agar proses
pemurnian berjalan dengan baik. Ampas akhir dari gilingan IV
diangkut menuju ke ketel sebagai bahan bakar dan ampas halusnya
dihembuskan oleh blower menuju ke Mixer Bagasilo.
Dari Unigrator diangkut oleh Cane Carrier II menuju gilingan I
sehingga menghasilkan nira I dan ampas I. disini mulai terjadi
pemerasan. Ampas I diteruskan ke gilingan II menghasilkan nira
perahan II dan ampas II. Nira hasil perahan I dan II dialirkan menuju
bak nira mentah. Ampas II masuk ke gilingan III menghasilkan nira
III dan ampas III. Nira III sebagai imbibisi pada ampas I. ampas III
masuk gilingan IV menghasilkan nira IV dan ampas IV. Untuk
mengambil sisa nira pada ampas, sebelum masuk gilingan IV ampas
o
diberi air imbibisi (air murni) suhu 70-90 C. nira IV digunakan
sebagai imbibisi pada ampas II. Ampas IV diangkut oleh Conveyor
ke stasiun ketel sebagai bahan bakar ketel dan sebagian dibawa oleh
Conveyor ke Bagase House untuk disimpan. Dan bila berlebih
dikirim ke pabrik kertas.
2. Stasiun Tengah
Stasiun Pemurnian
Tujuan : Untuk memisahkan kotoran, koloid dan senyawa bukan
gula yang terdapat dalam nira mentah dengan beberapa
tahap, yakni :
a. Secara fisis, yaitu dengan pemanasan dan
pengendapan.
b. Secara khemis, yaitu dengan mereaksikan
komponen nira dengan bahan pembantu proses
sehingga dihasilkan endapan yang baik.
c. Secara khemis dan fisis, yaitu dengan
adsorbsi kotoran koloid sehingga terjadi reaksi
penggumpalan dan pengendapan.
20
Stasiun Penguapan
Tujuan : Untuk menguapkan air yang terdapat dalam nira encer,
karena nira encer dari hasil pemurnian masih mengandung
air sekitar 80 – 85%, sehingga tercapai brix 65%. Sistem
penguapan yang dipakai adalah Quadrupple Effect
Evaporator (4 buah evaporator). Sistem ini menghemat
25
Proses :
Nira masuk ke dalam evaporator karena adanya perbedaan
tekanan dalam evaporator. Steam masuk lewat pipa dan
mengalir terdistribusi dalam pipa calandria. Dengan adanya
perpindahan panas, maka steam terkondensasi menjadi
kondensat. Uap nira yang terbentuk akan mengalir ke bagian
atas evaporator dan selanjutnya sebagian digunakan untuk
pemanas pada evaporator berikutnya.
Proses penguapan dilakukan dalam kondisi vacuum untuk
menekan kerusakan gula akibat suhu tinggi karena gula tidak
tahan pada suhu tinggi. Selain itu juga untuk penghematan
steam.
Uap nira dari evaporator I digunakan sebagai pemanasan
evaporator II, sebagian lagi dibleeding ke pan masakan. Uap
nira dari evaporator II digunakan sebagai pemanasan evaporator
III. Sebagian lagi dibleeding ke pemanas I. Uap nira dari
evaporator III digunakan untuk memanaskan evaporator IV. Uap
nira dari evaporator IV dialirkan ke kondensor.
Kondensat yang tidak mengandung gula digunakan sebagai
air pengisi ketel. Sedangkan kondensat yang mengandung gula
digunakan sebagai pencuci pada masakan, air siraman RVF dan
putaran, serta air imbibisi pada gilingan III.
Nira kental dari evaporator terakhir biasanya lebih keruh
dibanding nira sebelumnya karena adanya kenaikan konsentrasi,
penggumpalan, dan suspensi dari beberapa jenis zat bukan gula.
Untuk menghilangkan warna gelap, nira dialirkan ke tangki
26
Peralatan :
1. Evaporator yaitu alat yang berfungsi untuk mengurangi
kandungan air yang terdapat dalam larutan nira menjadi lebih
kental. Di PG. Watoetoelis digunakan sistem Quadruple Effect
Evaporator (4 unit evaporator)
2. Pompa hampa udara sentral, digunakan untuk menurunkan
tekanan vacuum terdiri dari dua bagian tekanan, yaitu pompa
vacuum dan kondensor.
3. Pompa kondensat untuk mengeluarkan air kondensat.
4. Tangki sulfitir yang digunakan untuk proses sulfitasi nira
kental.
5. Peti diksap untuk menampung nira kental
6. Mesin uap untuk mempercepat terjadinya kondisi vakum.
7. Pompa injeksi untuk menghindari suhu yang terlalu panas yang
mengakibatkan tekanan evaporator naik.
27
Stasiun Masakan
Tujuan : Untuk mengubah nira dari larutan kental menjadi bentuk
semi solid, dimana dalam proses ini juga terjadi
pembibitan untuk pembentukan kristal yang lebih besar.
ii. MASAKAN C
Bahan : nira kental, gula C/D2, dan klare SHS.
Proses : Proses pertama membuat bibitan masakan A yang artinya
akan dipecah menjadi gula A1 yang merupakan gula produk
sebanyak 4 kali. Penentuan pemecahan ini adalah dari
ukuran kristal gula yang telah terbentuk. Jika kristal gula
yang telah terbentuk sudah besar, maka pemecahan yang
dilakukan tidak terlalu banyak karena semakin banyak
pemecahan akan semakin menurunkan HK masakan yang
akan berpengaruh pada produk smaping. Kadang prosesnya
tidak melalui gula A4 tetapi bisa menjadi A3 atau A2 yang
artinya gula A3 bisa dipecah menjadi gula A1 sebanyak 3
kali dan gula A2 bisa dipecah menjadi gula A1 sebanyak 2
kali tergantung dari ukuran gula yang telah terbentuk tadi.
Ukuran yang diinginkan untuk menjadi gula produk adalah
0,9 -1,1 mm.
A1
A2
A1
A1
A4 A3
A1
A1
A2
A2
A1
A1
A1
A2
A1
Peralatan :
1. Pan masakan (vacuum pan), yang berfungsi membuat
kondisi lewat jenuh larutan gula dan untuk mempercepat proses
kristalisasi. Tersedia 8 buah pan masakan
2. Kondensor sentral, berfungsi untuk mengkondensasikan
uap yang keluar masakan.
3. Pompa vacuum untuk memvacuumkan pan masakan.
32
mengalami proses putaran yang kedua di putaran SHS. Putaran SHS ini
dilengkapi dengan steam pemanas yang berguna untuk menghilangkan
warna sehingga warna gula menjadi putih bening dan juga ada
penambahan air panas ± 65-70°C untuk melarutkan gula yang berukuran
sangat kecil sehingga tidak menyumbat saringan. Kristal gula yang
keluar putaran masih panas dan akan kering dengan sendirinya dengan
melewatkan pada talang goyang yang panjang dan dilengkapi dengan
blower pendingin. Putaran SHS menghasilkan gula produk dengan nilai
HK ± 99,9 dan juga klare SHS yang merupakan bahan baku dari masakan
A.
Gula dari palung pendingin C hanya akan mengalami satu kali
proses putaran, yaitu di putaran C. Kristal gula C dipompa ke feed
distributor C yang kemudian dialirkan ke putaran C. Pada putaran C
ditambahkan air dengan suhu kamar untuk pengenceran agar mudah
dialirkan ke proses selanjutnya. Hasil dari putaran ini berupa stroop C
dengan HK ± 52 sebagai bahan baku masakan D dan gula C sebagai inti
bibitan masakan A.
Gula dari palung pendmgin D akan mengalami dua kali proses
putaran. Masakan D yang telah diproses ditempatkan pada palung
pendingin D selama 16-20 jam dengan tujuan agar terjadi Nakristalisasi
(kristalisasi lebih lanjut) karena pada masakan D, gula D telah terbentuk
tetapi gulanya sangat kecil sehingga jika diputar gula D akan terikut ke
tetes pada putaran D1. Gula D akan dimasukkan pada feed mixer D
kemudian dialirkan ke putaran D1 dan akan menghasilkan tetes dengan
HK < 32 sebagai hasil samping gula D1 dan selanjutnya dimasukkan ke
putaran D2. Putaran D2 menghasilkan klare D dan gula klare D akan
dikembalikan lagi sebagai bahan baku masakan D sedangkan gula D2
akan digunakan sebagai inti bibitan masakan C. Pada D1 dan D2
ditambahkan air dingin untuk pengenceran supaya hasil dari putaran
dapat dialirkan dengan mudah.
34
Stasiun Penyelesaian
Tujuan : Untuk mengeringkan gula dan mengemas gula agar siap
dipasarkan.
Peralatan:
a. Talang goyang (grash hopper), merupakan talang yang
dilengkapi dengan saringan / ayakan untuk membawa gula dari
stasiun putaran ke stasiun penyelesaian.
b. Vibrating screen untuk memisahkan gula dengan ukuran
yang diinginkan.
c. Timbangan untuk menimbang gula sesuai dengan berat
yang diinginkan.
35
Proses :
Gula SHS dari putaran dibawa oleh tangga yacob menuju vibrating
screen (VS). Pada stasiun penyelesaian terdapat 3 jenis vibrating screen
dengan ukuran 4 x 4, 8 x 8, 23 x 23 lubang/m2. Pertama-tama gula SHS
dipisahkan dengan vibrating screen 4 x 4,dan dibawa ke vibrating screen
8 x 8. Gula yang terbawa dipisahkan lagi dengan vibrating screen 23 x 23
sehingga diperoleh gula produk yang diharapkan yaitu gula yang
memenuhi standar antara gula halus dan gula kasar dengan diameter ±
0,9 - 1,1 mm. Kemudian dimasukkan ke pengemasan dengan berat netto
50 kg/karung. Setelah itu karung dijahit dan dimasukkan dalam gudang
gula.
Gula halus dan gula kasar dari hasil kerja vibrating screen ditampung
dan dilebur kembali kemudian dibawa ke stasiun pemurnian atau stasiun
masakan tergantung kondisi dan jensi gula yang didapatkan.
36
Tebu
Bahan pendukung :
Susu kapur, asam, Stasiun Pemurnian Uap
phospat, gas SO2,
flokulan
Gula SHS
4. Stasiun Ketel
a. Pengertian umum
Ketel uap adalah pesawat untuk memproduksi uap pada suatu
jumlah tertentu setiap jamnya dengan suatu tekanan dan suhu yang
telah ditentukan besarannya.
Uap yang dihasilkan dengan menggunakan panas langsung dari
hasil pembakaran bahan bakar.bahan bakar ini dapat berupa padat
,cairan dan gas. Untuk bahan bakar di pabrik gula watoetoelis ini
menggunakan bahan bakar ampas tebu, moulding dan residu.
37
Dilihat dari cara pemasukan panas, panas ketel uap dibagi menjadi
dua kelompok yaitu ketel pipa api dan ketel pipa air.ketel piapa api
adalah dimana hasil-hasil pembakaran bahan bakar dan gas panas
melalui dalam pipa yang diluarnya dikelilingi oleh air.jenis ketel ini
juga sering disebut ketel tekan rendah.ketel piapa air adalah ketel
dimana air melalui dalam pipa yang diluarnya adalah hasil-hasil
pembakaran dan gas panas.ketel jenis ini juga sering disebut ketel
tekanan menengah dan tinggi.
Ketel pipa api dan kete pipa air mempunyai perbedaan prinsipal,
pipa – piapa pada ketel pipa api berada di dalam drum yang berisi
air.hal ini sangat berbeda dengan ketel pipa air yang mana pipa – pipa
air dimana pipa – pipa air diletakkan dan disusun diluar drum. Untul
ukuran ketel kecil , ketel pipa api merupakan ketel pipa api yang
kompak. Tetepi untuk ukuran besar, kapasitas ketel pipa api
mempunyai keter batasaan yang disebabkan ukuran drum yang
diperlukan. Disinilah pipa air mempunyai kelebihan yang sangat
berbeda dari ketel pipa api ,karena pada pipa ketel air, pipa –pipa
dapat disusun menjadi beberapa bentuk susunan untuk mendapatkan
bidang pemanasan yang jauh lebih besar.
38
5. Stasiun Listrik
Stasiun listrik berfungsi sebagai sumber power yang terdiri dari :
Turbin Alternator untuk pembangkit daya
Turbin uap untuk menggerakkan generator yang kemudian
menghasilkan listrik
6. Stasiun Besali
Stasiun ini berfungsi sebagai tempat perawatan atau perbaikan
komponen-komponen mesin dari semua stasiun
Stasiun Besali di PG. Watoetoelis memiliki beberapa alat perbaikan
yang terdiri dari :
Mesin Bubut
Mesin Skrap
Mesin Frais
Mesin Bor
Dapur Pengecoran/Peleburan
Las Listrik
7. Stasiun Kendaran
39