Вы находитесь на странице: 1из 106

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3

PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK


DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR SISWA


KELAS VIII B SMP MUHAMMADIYAH 2 BANGIL DALAM
PEMBELAJARAN KONSEP ATOM, ION, DAN MOLEKUL
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE

Asni Harumindari1,2
Anggraeni Sayu M2
Linda Isnawati2
Muntholib3

1
SMPN 2 Rembang Pasuruan,
2
SMP Muhammadiyah Bangil 2 Pasuruan,
3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak: Makalah ini dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sebuah proses pembelajaran Kimia
yang dilakukan dengan menggunakan Model Pembelajaran Scramble. Kompetensi Dasar pembelajaran
ini adalah “Menjelaskan konsep atom, ion, dan molekul”. Pembelajaran berlangsung di kelas VIII B
SMP Muhammadiyah 2 Bangil tanggal 31 oktober 2009 dengan guru model Linda Isnawati R, Guru
IPA SMP Muhammadiyah 2 Bangil. Tujuan penerapan Model Pembelajaran Scramble ini adalah untuk
meningkatkan partisipasi dan aktifitas siswa dalam pembelajaran konsep atom, ion, dan molekul yang
selama ini terasa membosankan dan sulit dipahami. Penerapan model ini diharapkan juga sesuai dengan
karakteristik siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 2 Bangil yang sangat aktif dan visual. Dengan
model pembelajaran scramble ini diharapkan siswa dapat lebih aktif belajar melalui permainan yang di-
lakukan dengan cara memasangkan kartu soal dengan kartu jawaban yang disediakan. Permainan lebih
diaktifkan dengan kompetisi antar kelompok siswa untuk mendapatkan poin sebagai reward. Hasil
pembelajaran menunjukkan bahwa: (1) menurut pengamatan observer aktifitas siswa mencapai 80 %
dan (2) berdasarkan hasil evaluasi 75% siswa dapat menjawab kuis tentang konsep atom, ion, dan
molekul dengan baik.

Kata kunci: Sramble, Kimia, Atom, Ion Molekul

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan tujuan ingin berbagi pengalaman dengan para
(KTSP) menuntut setiap guru agar dapat mengem- peserta seminar.
bangkan daya kreatif untuk menjamin terlaksana- Pendidikan pada dasarnya untuk merubah
nya pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan kondisi dari tidak bisa menjadi bisa atau dari tidak
menyenangkan (PAKEM) Salah satu cara untuk tahu menjadi tahu atau menjadi lebih tahu dari
menginspirasi kreativitas adalah dengan melakukan kondisi sebelumnya. Masalah utama yang umum
pengamatan pada sebuah pembelajaran yang dila- yang dialami guru dalam kelas pada saat menyam-
kukan oleh orang (guru) lain. Dan tulisan atau ma- paikan materi pembelajaran adalah adanya keje-
kalah ini adalah salah satu contoh hasil sebuah nuhan siswa dalam belajar, siswa tidak optimis
pengamatan yang kami lakukan (oleh kelompok atau tidak semangat dalam mengikuti proses pem-
kami) pada sebuah pembelajaran open class yang belajaran. Secara pribadi kondisi seperti ini sering
dilakukan oleh Guru Model dari SMP Muhamma- kita alami sehingga dibutuhkan solusi untuk meru-
diyah 2 Bangil (Linda Isnawati R), dan oleh karena bah kondisi dari kondisi jenuh dan statis menjadi
uniknya pembelajaran itu berdasar hasil observasi, kodisi dinamis yang enjoy dalam proses pembela-
kami tertarik untuk diangkat menjadi makalah pada jaran.
Seminar Nasional Lesson Study 3 dengan maksud

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 1


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Seperti yang telah ditulis oleh Wahyu Indah 1. Pada kegiatan pendahuluan dengan waktu 10
A (PTK, 2009) bahwa pembelajaran yang menye- menit, melakukan kegiatan apersepsi dengan
nangkan (Joyful Learning) bukan semata-mata langkah sebagai berikut:
pembelajaran yang mengharuskan siswa tertawa 2. Meminta salah satu siswa untuk maju ke depan
terbahak-bahak, melainkan sebuah pembelajaran kelas untuk memotong kentang menjadi 4
yang di dalamnya terdapat kohesi kuat antara guru bagian yang sama besar, kemudian mengambil
dengan siswa dalam suasana yang sama sekali ti- bagian untuk di potong kembali menjadi 4
dak ada tekanan, yang ada hanyalah jalinan komu- bagian. Kemudian siswa melanjutkan
nikasi yang saling mendukung (Achmad Sapari, pemotongan sampai diperoleh bagian kentang
2003). Dengan joyful learning, melalui model terkecil dan tidak dapat dibagi lagi (salah
scramble, diharapkan dapat membuat siswa merasa seorang siswa maju dan melakukan
nyaman dan senang dengan pelajaran kimia. Pem- pemotongan)
belajaran menyenangkan dapat dilakukan dengan 3. Memberikan pertanyaan secara klasikal, “ba-
banyak hal, antara lain dengan bercerita, bernyanyi, gaimanakah sifat dari kentang hasil pemoton-
gerak tubuh, menari, dan sebagainya. Di samping gan pertama, kedua, sampai pemotongan tera-
itu dapat juga dilakukan dengan bermain sambil khir?” (Diharapkan siswa menjawab “sama”,
belajar. bila tidak ada yang menjawab maka guru
Setiap pembelajaran memiliki tantangan da- memberikan penjelasan bahwa sifat dari ken-
lam proses pembelajaran, termasuk Pembelajaran tang hasil pemotongan pertama sampai pemo-
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada pembelajaran tongan terakhir adalah sama).
IPA bertujuan agar siswa memahami fenomena
alam dan konsep-konsep IPA secara sederhana ser- Kegiatan inti, direncanakan 45 menit, dengan
ta mampu menggunakan metode ilmiah, bersikap tahap-tahap sebagai berikut:
ilmiah, kritis, kreatif, dan inovatif dalam meme- 1. Guru terlebih dahulu menyampaikan tujuan
cahkan masalah-masalah yang dihadapi (BSNP, pembelajaran.
2006). 2. Guru memberikan penjelasan singkat tentang
Tema kegiatan pembelajaran yang diamati pengertian atom, ion, dan molekul serta mem-
oleh kelompok kami adalah ”Mengaktifkan Pem- berikan contoh-contohnya (siswa memperhati-
belajaran Kimia Melalui Model Pembelajaran kan dan mencatat informasi yang diperlukan)
Scramble pada Materi Menjelaskan Konsep 3. Siswa melakukan kegiatan 1, dengan tahap-
Atom, Ion, dan Molekul”. tahap sebagai berikut:
4. Guru membagikan 1 amplop berisi 5 kartu
METODE soal, dan satu amplop berisi 5 kartu jawab pada
masing-masing kelompok.
Pada waktu kegiatan open class dimulai, dia- 5. Guru meminta tiap kelompok untuk mema-
wali dulu dengan kegiatan plan yaitu diskusi men- sangkan kartu soal dan kartu jawab hingga di-
genai bagaimana alur pembelajaran dan tujuan peroleh.
pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa kelas 6. Guru meminta salah satu kelompok mempre-
VIII B nantinya. Penulis menginginkan apersepsi sentasikan hasil diskusinya ke depan kelas.
yang merangsang keingintahuan siswa untuk Dua siswa melakukan kegiatan 2, dengan
benar-benar mempelajari materi atom, ion dan tahap-tahap sebagai berikut:
molekul dengan membawahkan bahan yang sudah 1. Guru membagikan 5 amplop berisi rumus ki-
diketahui dan digunakan oleh siswa, sedangkan tu- mia (Perwakilan kelompok mengambil am-
juan pembelajaran yang ingin dicapai adalah: plop, kemudian kembali ke kelompok masing-
Siswa dapat menjelaskan pengertian atom, masing)
kation, anion, molekul unsur, dan molekul senya- 2. Guru menginstruksikan kepada siswa untuk
wa. membuka salah satu amplop (Siswa meng-
Siswa dapat mengelompokkan beberapa ru- ambil rumus kimia yang ada dalam amplop
mus kimia berdasarkan konsep atom, kation, anion, kemudian mendiskusikannya)
molekul unsur, dan molekul senyawa. 3. Guru memberikan waktu selama 3 menit pada
Kemudian dari hasil diskusi dibuatlah lang- masing-masing kelompok untuk mencocokkan
kah pembelajaran sebagai berikut: rumus kimia yang ada di dalam amplop de-

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 2


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

ngan tabel di papan tulis (dan seterusnya sam- dan benar dengan sintaks scramble sebagai berikut
pai amplop yang ke 5) sebagai berikut:
4. Kelompok yang telah menemukan jawaban se- 1. Guru menyiapkan kartu soal sesuai dengan
gera berlari ke depan kelas, memasangkan ja- topik pembelajaran
wabannya, dan menjelaskannya pada kelom- 2. Guru menyiapkan kartu jawaban sesuai dengan
pok yang lain. topik pembelajaran.
5. Guru memberikan poin kepada jawaban 3. Guru menyajikan materi sesuai dengan topik
kelompok. pembelajaran.
Cepat benar : 10 4. Guru membagikan kartu soal dan kartu jawab-
Cepat salah :5 an pada siswa.
Lambat benar :7 5. Siswa memasangkan kartu soal dan kartu ja-
Lambat salah :3 waban hingga diperoleh pasangan yang tepat.
6. Guru memberikan penjelasan dan penegasan
7. Memberikan penghargaan pada kelompok Berdasar sintaks yang telah dilakukan oleh
yang memiliki kinerja bagus guru model, diperoleh catatan dari observer bahwa
model scramble tepat digunakan untuk materi men-
Kegiatan penutup 20 menit dengan merefleksi jelaskan atom, ion dan molekul di kelas VIII B
kembali kegiatan pembelajaran dengan: (1) mem- SMP Muhammadiyah 2 Bangil dengan alasan:
berikan 5 soal pemantapan: Kondisi mayoritas siswa kelas VIII B terma-
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan atom? suk dalam golongan visual yang mudah mengingat
Berikan 1 contoh! apa yang dilihat daripada apa yang didengar. Siswa
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ion? kelas VIII B sebagian besar adalah siswa yang ter-
Berikan 1 contoh! golong aktif bergerak dan berbicara, diharapkan
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan molekul dengan menerapan model pembelajaran scramble
unsur? Berikan 1 contoh! akan memacu keberhasilan mereka dalam belajar.
4. Apa yang dimaksud dengan molekul senyawa Berbagai bentuk kartu soal dan kartu jawab
? Berikan 1 contoh! yang tersedia dan dimasukkan di dalam amplop
5. Berilah tanda cek ( √ ) pada kolom yang paling dapat memotivasi siwa untuk memahami materi
tepat! atom, ion, dan molekul terbukti 80 % kelompok
siswa dapat mencari pasangan dari kartu-kartu
Rumus
olekul olekul
tersebut serta diikuti dengan presentasi setiap ke-
o Kimia tom ation nion
2+
Unsur Senyawa lompok siswa tentang kartu yang dipegang oleh
Mg
. (magnesium) kelompoknya (kelompok 1, 2, 3, dan 4)
H2 Keaktifan siswa mengikuti pelajaran kimia
. (hidrogen) sangat tinggi, terbukti setiap kelompok berlomba
Cr
. (krom) siapa yang tercepat menyelesaikan tugasnya de-
HCl ngan maju ke depan setiap wakil kelompok untuk
. (asam klorida)
Zn
menempelkan jawaban yang diperoleh.
. (seng) Model scramble juga memupuk kerja sama
setiap kelompok, terbukti saat guru memberikan
(2) Siswa dengan bimbingan guru membuat kesim- aba-aba untuk membuka amplop setiap kelompok
pulan, dan (3) Guru memberikan tugas rumah. segera kerja sama membuka dan menyelesaikan
tugas yang ada di dalam amplop (kelompok 1, 3, 4,
HASIL DAN PEMBAHASAN dan 5)
Pemberian reward berupa gambar yang me-
Keefektifan Model Pembelajaran miliki point tertentu untuk kecepatan dan kebenar-
an memasangkan juga memacu siswa untuk ber-
Pada pembelajaran materi pengelompokan ru- kompetisi dengan kelompok lain.
mus kimia ke dalam kelompok atom, ion, dan mo- Pada kegiatan 2, saat siswa selesai mema-
lekul digunakan model pembelajaran scamble yang sangkan pada tabel, guru menanyakan pula alasan
dari jawaban itu sehingga dapat membantu siswa
dipadukan dengan pemberian point atau reward
bagi kelompok/siswa yang menjawab dengan cepat lain yang masih belum memahami materi.

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 3


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Keaktifan Kerja Kelompok Media Pembelajaran


Media pembelajaran yang digunakan dalam
Dari pengamatan para observer, penyusunan pembelajaran ini adalah media power point yang
kegiatan sudah bisa membuat siswa berinteraksi berisi materi atom,molekul, dan ion serta tabel
dengan kelompoknya, sehingga sebagian besar dari yang disajikan di papan tulis sebagai media siswa
kelompok sudah terjadi proses diskusi dan kerja- untuk menempelkan kartu pada kegiatan penge-
sama yang baik, meskipun ada beberapa siswa da- lompokan.
lam kelompok yang belum bisa bekerja sama,
antara lain:
1. Di kelompok 5, ada satu siswa yang belum Penggunaan Kartu Soal dan Kartu Jawaban
memahami materi yang disampaikan guru, Kartu soal dan kartu jawab yang dimasukkan
akan tetapi saat kegiatan 1 dan 2 dilakukan dia di dalam amplop membuat siswa aktif dan saling
sedikit demi sedikit mulai memahami materi berlomba untuk maju ke depan guna menampilkan
yang sedang dia pelajari. Ada juga siswa lain hasil diskusi kelompoknya.
yang terlihat lamban, hingga guru model di- Keaktifan siswa ini juga dipengaruhi oleh
harapkan dapat lebih memperhatikannya. adanya poin yang diberikan guru setiap kali siswa
2. Di kelompok 3, ada satu siswa yang tidak menempelkan dan mempresentasikan karya kelom-
memperhatikan guru saat menyampaikan ma- poknya yang berupa reward gambar senyum.
teri Selain itu model ini juga memupuk kerja sa-
3. Di kelompok 2, ada satu siswa yang pasif hal ma antar siswa untuk memahami materi konsep
ini dikarenakan karena siswa tersebut pen- atom, ion, dan molekul dengan rasa gembira.
diam. Perlu adanya perhatian dan motivasi dari
guru model.
KESIMPULAN
Dari pengamatan tersebut di atas dapat Penyampaian materi pengelompokan atom,
disimpulkan bahwa hendaknya: ion, dan molekul dengan model pembelajaran
1. Materi yang disampaikan guru, proporsional scramble bisa memotivasi belajar siswa kelas VIII
sesuai topik pembelajaran hari itu. Pendalaman B di SMP Muhammadiyah 2 Bangil, bisa memu-
materi dapat dilakukan pada pertemuan beri- puk kerjasama antar individu dalam kelompok. Hal
kutnya, mengingat materi atom, ion, dan ini ditunjukkan dengan 80% kelompok yang diben-
molekul adalah materi kimia yang dianggap tuk bisa mengelompokkan rumus kimia kedalam
abstrak oleh siswa. kelompok atom, ion, dan molekul dan 75 % bisa
2. Mengingat sebagian besar siswa di kelas VIII menjawab pertanyaan evaluasi.
termasuk dalam tipe visual, hendaknya pe- Dari keberhasilan ini perlu dilanjutkan de-
nyampaian materi oleh guru didominasi de- ngan kegiatan penelitian untuk melihat model pem-
ngan gambar dan tidak terlalu banyak tulisan. belajaran scramble ini dapat meningkatkan prestasi
3. Pembentukan kelompok hendaknya juga men- belajar siswa dan dapat meningkatkan kualitas
jadi perhatian guru, siswa dengan karakter pembelajaran pada umumnya.
pendiam, lamban dan sebagainya hendaknya
digabung dengan teman yang bisa diajak untuk
berkomunikasi sehingga dia aktif dalam pem-
belajaran.

DAFTAR RUJUKAN

Ariyani, W.I., 2009, Catatan-catatan diskusi Refleksi Herdian, 2009. Browse >Home/ posting 29 April 2009,
LS di Home base Bangil tahun 2009-2010 diakses tanggal 23 September 2010
BSNP, 2006, Standar Kompetensi dan Kompetensi MGMP Lesson Study, 2008. Diktat Model Model
Dasar Tingkat SMP dan MTs Mata Pelajaran Pembelajaran : Pasuruan
IPA: Jakarta Nishitani, I., 2009, Personal Comunication
Departemen Pendidikan nasional, 2006, Standar Wardani, I.G.A.K. dan Julaeha, S., 2007, Keterampilan
Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat Dasar Mengajar, Jakarta: Universitas Terbuka.
SMP dan MTs : Jakarta

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 4


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

SENI MENGAJAR MAHASISWA SEBAGAI ORANG DEWASA


MATAKULIAH KIMIA FISIKA I (KIU 420) DI PROGRAM
SARJANA PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN KIMIA FMIPA UM

Darsono Sigit
Mahmudi
Muhadi

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak: Kompetensi lulusan program sarjana Pendidikan Kimia Jurusan Kimia FMIPA UM antara
lain: Menguasai dasar-dasar keilmuan dan kegiatan ilmiah untuk melakukan analisis, sintesis dan
perumusan permasalahan yang dihadapinya. Menguasai konsep, prinsip, hukum dan teori ilmu kimia
dan pedagogi kimia untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari yang inovatif dan kreatif. Memiliki
landasan keilmuan yang memadai untuk mengembangkan ide-ide baru ,inovatif, kreatif berdasarkan
pengalaman belajar dan mengajarnya sehari-hari. Mampu menginformasikan ide- ide barunya kepada
lingkungannya dengan memperhatikan etika profesional dan kultural setempat. Selanjutnya apresiasi
apakah yang perlu dilakukan dosen agar kompetensi tersebut dapat tercapai. Kompetensi kelulusan
sarjana Pendidikan Kimia yang telah dicanangkan tersebut, agar tercapai, perlu kiranya mendapatkan
apresiasi penuh dari setiap dosen, khususnya dosen matakuliah Kimia Fisika I (KIU 420) yang
mengajarkan kepada mahasiswa tentang materi: Persamaan Keadaan, Model Kinetika Gas, dan Gas
Nyata; Kekekalan Energi, Energi Internal, dan Entalpi; Termokimia: Entropi dan Energi Gibbs;
Termodinamika Transisi dan Diagram Fasa; dan Termodinamika Campuran, Sifat Koligatif, dan
Diagram Fasa Campuran. Wujud apresiasi yang dapat dilakukan dosen Kimia Fisika I, berupa :
Memandang dan memperlakukan mahasiswa peserta matakuliah Kimia Fisika I sebagai orang dewasa
bukan lagi sebagai anak-anak. Seni dan ilmu yang digunakan dosen untuk mengajar mahasiswa adalah
seni dan ilmu untuk mengajar orang dewasa, bukan lagi ilmu untuk mengajar anak-anak. Melibatkan
mahasiswa dalam perencanaan dan evaluasi dari pembelajaran Kimia Fisika I yang mereka ikuti
(berkaitan dengan konsep diri dan motivasi untuk belajar). Pengalaman belajar mahasiswa yang juga
sebagai prasyarat: KIU 402; KIU 404. KIU 406 (termasuk pengalaman berbuat salah saat mengikuti
perkuliahan Kimia Fisika I bagi yang mengulang) menjadi dasar untuk aktivitas belajar (konsep
pengalaman). Mahasiswa paling berminat pada pokok bahasan belajar Kimia Fisika I yang mempunyai
relevansi langsung dengan perkulihan lain yang sedang diikuti seperti Praktikum Kimia Fisika atau
yang berkaitan dengan kehidupan pribadinya, seperti persiapan mengikuti Program Kreatifitas
Mahasiswa DP2M-DIKTI (kesiapan untuk belajar). Belajar bagi mahasiswa mulai dipusatkan pada
permasalahan pembelajaran kimia fisika tentang: teori, praktikum dan tugas akhir, selain juga isi dari
materi kimia Fisika I sendiri (orientasi belajar).

Kata Kunci : seni mengajar, mahasiswa, kimia fisik I

Kompetensi lulusan program sarjana Pendi- tugasnya sehari-hari yang inovatif dan kreatif.
dikan Kimia Jurusan Kimia FMIPA UM antara Memiliki landasan keilmuan yang memadai untuk
lain: Menguasai dasar-dasar keilmuan dan kegiat- mengembangkan ide-ide baru, inovatif, kreatif ber-
an ilmiah untuk melakukan analisis, sintesis dan dasarkan pengalaman belajar dan mengajarnya
perumusan permasalahan yang dihadapinya. Me- sehari-hari. Mampu menginformasikan ide-ide ba-
nguasai konsep, prinsip, hukum dan teori ilmu runya kepada lingkungannya dengan memperhati-
kimia dan pedagogi kimia untuk melaksanakan kan etika profesional dan kultural setempat.

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 5


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Jurusan Kimia FMIPA UM, untuk men- Selanjutnya dengan mempertimbangkan bah-
dukung pelaksanaan kegiatan program studi, baik wa usia mahasiswa yang sudah termasuk orang
akademik maupun non-akademik, telah didukung dewasa. Pembelajaran Kimia Fisika I yang didu-
oleh sumberdaya yang memadai Sumberdaya kung oleh SDM dan fasilitas yang memadai.
utama dan pendukung yang ada dapat dikelompok- Apresiasi apakah yang perlu dilakukan dosen
kan ke dalam dua; kateori utama, yakni kepada mahasiswa, agar kompetensi pembelajaran
sumberdaya manusia (SDM) dan sumberdaya non- Kimia Fisika I dapat tercapai dengan baik?
manusia yang dapat berupa, fasilitas atau sarana-
prasarana, seperti gedung kuliah (teori dan
B. LANDASAN PELAKSANAAN
praktek), ruang seminar dan diskusi, laboratorium,
peralatan dan instrumental, laboratorium, perleng- Kompetensi kelulusan sarjana Pendidikan
kapan perkuliahan (peralatan dan media pembela- Kimia yang telah dicanangkan tersebut, agar ter-
jaran), dan fasilitas pendukung lainnya. Memiliki capai, perlu kiranya mendapatkan apresiasi pe-
46 orang dosen serta 11 orang laboran dan tenaga nuh dari setiap dosen, khususnya dosen mataku-
administrasi. Di antara dosen-dosen tersebut 3 liah Kimia Fisika I (KIU 420). Maka perlu
orang adalah profesor dan 22 orang adalah lektor kiranya seorang dosen sebelum memberikan
kepala. Dosen yang bergelar doktor berjumiah 10 perkuliahan Kimia Fisika I kepada mahasiswa-
orang dan 32 orang bergelar master. nya, terlebih dahulu memahami hal-hal sebagai
Laboran/teknisi dan karyawan lainnya terdiri dari berikut:
11 orang, dengan kualifikasi akademik sebagai
berikut: SI Teknik Kimia (1 orang), SI Pendidikan 1. Pengalaman Belajar Mahasiswa
Kimia (2 orang), S1-Kimia (2 orang), D3- Perkuliahan Kimia Fisika I (KIU 420)
Pendidikan Kimia (1 orang), D3-Teknik disajikan pada tahun kedua semester ketiga.
Informatika (1 orang), SMA (2 orang), SMP (2 Dengan demikian mahasiswa tersebut telah ber-
orang). pengalaman dan memilki pengalaman belajar
Usia mahasiswa Jurusan Kimia rata-ratanya matakuliah yang ditempuh pada semester per-
adalah sudah menginjak remaja di atas 17 tahun. tama, meliputi: Matematika I; Kimia Umum;
Maka penerapan prinsip ilmu/seni mengajar orang Fisika Umum; Praktikum Kimia Umum; Dasar-
dewasa (mahasiswa) dalam kegiatan pembelajaran- dasar sains. Pengalaman belajar pada semester
nya kimia, khususnya matakuliah Kimia Fisika I dua meliputi: Matematika II; Fisika Dasar; Kimia
(KIU 420) yang diberikan pada semester ketiga, Dasar; Praktikum Kimia Dasar; Praktikum Fisika
telah menjadi suatu kelayakan untuk diterapkan. Dasar; Dasar-dasar Komputer dan pengalaman
Perlunya penerapan prinsip seni mengajar orang telah mengikuti perkulihan Kimia Fisika I ter-
dewasa (mahasiswa) dikarenakan upaya dahulu bagi yang mengulang. Pengalam belajar
membelajarkan orang dewasa (mahasiswa) berbeda mahasiswa pada semester satu dan dua dan KIU
dengan upaya membelajarkan siswa. Membelajar- 420 bagi mahasiswa yang mengulang tersebut
kan siswa lebih banyak merupakan upaya merupakan pengalaman yang penting bagi dosen
mentransmisikan sejumlah pengalaman dan untuk diketahuhi, agar pada saat memulai
keterampilan dalam rangka mempersiapkan siswa pembelajaran Kimia Fisika I dapat dimulai dari
untuk menghadapi kehidupan di masa datang. Apa pengetahuan yang telah dimiliki mahasiswa.
yang di transmisikan didasarkan pada pertim-
bangan siswa sendiri, apakah hal tersebut akan ber- 2. Kompetensi,Materi, Pustaka Kimia Fisika I
manfaat bagi siswa di masa datang. Sebaliknya, (KIU420)
pembelajaran orang dewasa (mahasiswa) lebih Uraian kompetensi,materi, pustaka Kimia
menekankan pada membimbing dan membantu Fisika I (KIU420) sebagai berikut: Kompetensi:
mahasiswa untuk menemukan pengetahuan, Memahami secara komprehensif dan konseptual
keterampilan, dan sikap dalam rangka memecah- tentang sifat-sifat gas, hukum-hukum termodina-
kan, masalah-masalah kehidupan yang mika, sifai-sifat zat murni dan campuran untuk
dihadapinya. Ketepatan pendekatan yang diguna- dapat menjelaskan gejala-gejala kimia yang
kan dalam penyelenggaraan suatu kegiatan pem- terkait. Materi: Persamaan Keadaan, Model
belajaran tentu akan mempengaruhi hasil belajar Kinetik Gas, dan Gas Nyata; Kekekalan Energi,
mahasiswa. Energi internal dan Entalpi; Termokimia; Entropi

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 6


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

dan Energi_Gibbs; Termodinamiika. Transisi 1) Konsep Diri Mahasiswa


dan Diagram Fasa; dan Termodinamika Campur- Dalam mengajar mahasiswa, proses pema-
an, Sifat Koligatif, dan Diagrarn Fasa Campuran tangan mahasiswa merupakan kewajaran bagi
(Kesetimbangan Fasa). Pustaka: 1) Alberty, seorang individu mahasiswa untuk bergerak dari
R.A.2005. Physical Chemistry.New York: Mc. ketergantungan ke arah kemandirian. Perpindah-
Graw Hill. 2) Atkins, P.W. 2009. The Elements an ini secara bertahap dan dengan kecepatan
of Physical Chemistry.5th edition. London: yang berbeda-beda sesuai dengan masiswa ma-
Oxford: 3) Castellan, G.W. 1983. Physcal sing-masing dan dimensi kehidupannya. Para
Chemistry.3rd edition. Massachusetts: Addison dosen bertanggung jawab untuk menggalakkan
Wesley 4) Levine, L N, 2009. Physical Chemis- dan memelihara gerakan ini. Mahasiswa mem-
try.6th Ed. New York: Mc Graw-Hill. Kompe- punyai kebutuhan psikologis yang dalam untuk
tensi,materi, pustaka Kimia Fisika I penting mandiri, meskipun dalam situasi-situasi tertentu
diketahuhi bagi dosen dan mahasiswa, agar bergantung pada pihak lain.
diperoleh kesamaan persepsi, arah dan tujuan
dalam proses belajar mengajar Kimia Fisika I.
2) Pengalaman Belajar Mahasiswa
3. Asumsi-asumsi Mengajar Mahasiswa Dalam pembelajaran orang dewasa (maha-
Mahasiswa yang telah dianggap sebagai siswa), pengalaman dinilai sebagai sumber bela-
orang dewasa, perlu kiranya mendapatkan per- jar yang cukup kaya. Untuk dapat mendayaguna-
lakukan-perlakukan dari dosennya sebagaimana kan pengalaman belajar kimia terdahulu sebagai
mestinya perlakuan yang diberikan kepada orang bahan belajar maka dalam proses pembelajaran
dewasa. Beberapa potensi mahasiswa sebagai Kimia Fisika I digunakan teknik komunikasi dua
orang dewasa yang perlu dipertimbangkan oleh arah, seperti: diskusi, permainan, simulasi. Ma-
dosen pengajar Kimia Fisika I, khususnya materi syarakat memberikan arti yang lebih besar
kesetimbangan fasa, bahwa: Mahasiswa telah kepada pengetahuan yang diperoleh dari penga-
mempunyai konsep diri, yaitu suatu pribadi yang laman daripada yang diperoleh secara pasif.
tidak tergantung kepada orang lain yang mem- Karena itu teknik utama yang dalam pembela-
punyai kemampuan mengarahkan dirinya sendiri jaran Kimia Fisika I digunakan pula teknik pen-
dan kemampuan mengambil keputusan. Maha- galaman seperti: eksperimen, laboratorium, dis-
siswa berbekal kekayaan pengalaman belajar ki- kusi, pemecahan persoalan, pengalaman lapan-
mia dan matematika yang merupakan sumber gan.
yang penting dalam belajar kesetimbangan fasa.
Kesiapan belajar mahasiswa berorientasi kepada
tugas-tugas perkembangannya di kampus mau- 3) Kesiapan Belajar Mahasiswa
pun di lingkungan sosialnya sesuai dengan pe- Mahasiswa menjadi siap untuk mempelajari
ranan sosialnya masing-masing. Mahasiswa me- materi perkuliahan Kimia Fisika I, khususnya
miliki perspektif waktu dalam belajar, dalam arti kesetimbangan fasa, bila mahasiswa merasakan
secepatnya mengaplikasikan apa yang dipela- kebutuhan untuk mempelajari hal itu, dengan tu-
jarinya kepada tugas kimia yang lain. Oleh sebab juan agar dapat menyelesaikan tugas atau persoa-
itu dalam proses pembelajaran kepada mahasis- lan hidup mereka dalam arti persoaal dengan
wa, perlu dilakukan, diterapkan oleh dosen ten- yang lebih memuaskan, diantaranya untuk me-
tang seni/ilmu mengajar untuk orang dewasa ngerjakan tugas-tugas perkuliahan lain yang ber-
(mahasiswa). kaitan dengan kesetimbangan fasa. Dosen meme-
Dalam seni mengajar orang dewasa (maha- gang tanggung jawab menciptakan kondisi pem-
siswa) ada asumsi-asumsi yang perlu diketahuhi belajaran dan menyediakan media, peralatan ki-
dan dilaksanakan oleh dosen Kimia Fisika I mia, prosedur untuk membantu mahasiswa me-
dalam menyampaikan perkulihannya kepada nemukan solosi berkaitan kebutuhan atau ke-
mahasiswa. Asumsi tersebut meliputi: aspek kon- ingintahuan mereka. Dengan demikian program
sep diri, pengalaman, kesiapan belajar dan orien- belajar hendaknya disusun menurut kategori
tasi terhadap belajar. Asumsi itu dapat dikemu- penerapan dalam kehidupan sehari-hari maha-
kakan sebagai berikut: siswa dan diurutkan dan diawali sesuai dengan
kesiapan belajar mahasiswa.

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 7


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

siswa, cara ini meliputi antara lain: ceramah,


4) Orientasi Belajar Mahasiswa debat, dialog, wawancara, panel, demonstrasi,
Mahasiswa memandang pendidikan sebagai film, slide, pameran, darmawisata, dan membaca
suatu proses pengembangan kemampuan untuk pustaka kesetimbangan fasa. 2) Partisipasi maha-
mencapai potensi kehidupan yang ideal. Maha- siswa, meliputi cara-cara: tanya jawab, permain-
siswa ingin dapat menerapkan pengetahuan dan an peran, kelompok pendengar panel berjenjang/
keterampilan apapun yang mereka peroleh saat gabungan, dan panel yang diperluas tentang
mengikuti perkulihan kesetimbangan fasa, untuk kesetimbangan fasa. 3) Diskusi. cara ini terdidi
kehidupan kelak yang lebih baik. Sebaiknya, pe- atas diskusi terpimpin, diskusi yang bersumber-
ngalaman belajar kesetimbangan fasa, sebaiknya kan dari pustaka, diskusi pemecahan masalah,
disusun menurut kategori-kategori pengembang- dan diskusi kasus kesetimbangan fasa.
an kemampuan penerapannya dalam kehidupan Pilihan beberapa cara mengajar orang de-
sehari-hari mahasiswa, diatanya dirancang pada wasa yang tersebut selanjutnya dipadukan dan
akhir perkulihan, mahasiswa selain mendapatkan diselaraskan dengan tujuan pembelajaran kese-
pengetahuan kesetimbangan fasa yang cukup timbangan fasa, potensi mahasiswa; media pem-
memadai, dapat pula mengimplementasikan pen- belajaran yang tersedia kedalam bentuk Rencana
getahuannya kedalam bentuk karya-karya ilmiah Persiapan Pembelajaran (RPP) Kesetimbangan
yang dilombakan atau diterapkan sendiri. Di- Fasa. Pelaksanaan pembelajaran kepada
harapkan orientasi mahasiswa terhadap belajar mahasiswa merupakan wujud dari RPP
kesetimbangan fasa berpusat pada karya atau Kesetimbangan Fasa. Pelaksanaan pembelajaran
prestasi. meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan
kegiatan penutup.
C. SENI MENGAJAR KIMIA FISIKA I
(KIU420) 1) Kegiatan Pendahuluan
Materi perkuliahan Kimia Fisika I Dalam kegiatan pendahuluan pengajaran
(KIU420) diantaranya adalah diagaram fasa, kesetimbangan fasa, dosen:
adalah materi yang termasuk dalam pembelajar- a. Menyiapkan mahasiswa secara psikis dan
an kesetimbangan fasa. Pembelajaran materi ke- fisik untuk mengikuti proses pembelajaran,
setimbangan fasa meliputi: kriteria kesetimbang- dengan cara mengabarkan tentang kesehatan-
an; persamaan Clapeyron dan Clausius Clapey- nya dan jumlah, macam buku pustaka yang
ron; Aturan fasa; sistem satu komponen; sistem dimilki dan yang dibawanya berkenaan den-
dua komponen; sistem tiga komponen. Materi gan kesiapannya mengikuti pelajaran ke-
kesetimbangan fasa tersebut perlu diberikan setimbangan fasa diataranya pustaka: a). Al-
kepada mahasiswa secara tuntas agar mahasiswa berty, R.A.2005. Physical Chemistry.New
dapat menggunakan sebagai bekal untul York: Mc. Graw Hill. b). Atkins, P.W. 2009.
mempelajari lebih lanjut tentang ilmu kimia yang The Elements of Physical Chemistry.5th edi-
berkaitan dengan kesetimbangan fasa. Selanjut- tion.London:Oxford: c). Castellan, G.W.
nya mahasiswa juga dapat mengimplentasikan 1983. Physcal Chemistry.3rd edition. Massa-
pengetahuan kesetimbangan fasa dalam kehidup- chusets: Addison Wesley d). Levine, L N,
an sehari harinya mahasiswa. 2009. Physical Chemistry.6th Ed. New York:
Dosen yang bertugas memberikan per- Mc Graw-Hill.
kuliahan kimia fisika tentang kesetimbangan b. Mengajukan tanya-jawab yang mengaitkan
fasa, perlu kiranya berbekal ilmu/seni mengajar pengetahuan sebelumnya (aturan fasa) den-
mahasiswa, sebagaimana mengajarkan kepada gan materi yang akan dipelajari (sistem satu
orang dewasa. Bekal ilmu/seni mengajar orang komponen), menayakan tentang: a) penger-
dewasa yang cukup bagi dosen, diharapkan dapat tian dan contoh fasa; b) pengertian dan con-
dimplementasikan pada saat dosen mengajar toh komponen; c) pengertian dan contoh
mahasiswa tentang kesetimbangan fasa. Dosen derajad kebebasan; d) rumus dan contoh per-
dapat memilih cara-cara mengajar orang dewasa hitungan aturan fasa.
yang akan diterapkan kepada mahasiswanya.
Terdapat beberapa pilihan cara mengajar orang Hand Out Dosen:
dewasa sebagai berikut: 1) Presentasi oleh maha-

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 8


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Kata "fase" berasal dari bahasa Yunani Dalam sistem komponen-tunggal (c = 1),
yang berarti pemunculan. Fase adalah keadaan tekanan dan temperatur dapat diubah secara
materi yang seragam di seluruh bagiannya, bu- bebas jika hanya ada satu fase (p = 1). Jika kita
kan hanya dalam komposisi kimianya, melainkan mendefinisikan varian F sistem sebagai banyak-
juga dalam keadaan fisiknya. Terdapat: fase nya variabel intensif yang dapat diubah dengan
padat, cair, dan gas suatu zat, dan mengenai ber- bebas tanpa mengganggu banyaknya fase yang
bagai fase padat (seperti fosfor hitam dan fosfor berada dalam kesetimbangan, maka f = 2. Jadi,
putih). Yang dimaksud dengan komponen adalah sistem itu,bivarian dan mempunyai dua derajat
spesies yang ada dalam sistem, seperti zat terla- kebebasan. Di dalam satu perhitungan yang
rut dan pelarut dalam larutan biner. Banyaknya paling indah dalam keseluruhan termodinamika
fase dalam sistem diberi notasi p. Gas, atau cam- kimia, J.W. Gibbsl menarik kesimpulan tentang
puran gas, adalah fase tunggal; kristal adalah fase aturan fase. Yang merupakan hubungan umum
tunggal; dan dua cairan yang dapat campur se- antara varian f, jumlah komponen c dan jumlah
cara total membentuk fase tunggal. Es adalah fase pada kesetimbangan p untuk suatu sistem
fase tunggal (p = 1), walaupun es itu dapat dipo- dengan komposisi sembarang: f = c - p + 2
tong-potong menjadi bagian-bagian kecil. Cam- Untuk sistem safu-komponen, seperti air
puran es dan air adalah sistem dua fase (p = 2) murni, f=3-p. Jika hanya ada satu fase, f = 2 dan
walaupun sulit untuk menentukan batas antara P dan T dapat diubah-ubah dengan bebas.
fase-fasenya. Campuran dua logam adalah sistem Dengan kata lain, fase tunggal digambarkan
dua fase (p = 2) jika logam logam itu tak dapat dengan daerah pada diagram fase. Jika dua fase
campur, tetapi merupakan sistem satu fase (p = ada dalam kesetimbangan, f = l, yang berarti
1) jika logam-logamnya dapat campur. tekanan bukanlah variabel bebas jika kita sudah
Banyaknya komponen dalam sistem c menentukan temperaturnya. Jadi, kesetimbangan
adalah jumlah minimum spesies bebas yang dua fase digambarkan dengan garis di dalam
diperlukan untuk menentukan komposisi semua diagram fase. Daripada memilih temperatur, kita
fase yang ada dalam sistem. Definisi ini mudah dapat memilih tekanan, tetapi dengan pemilihan
diberlakukan jika spesies yang ada dalam sistem itu, kedua fase mencapai kesetimbangan pada
tidak bereaksi, sehingga kita hanya menghitung temperatur tertentu. oleh karena itu, pembekuan
banyaknya. Misalnya, air murni adalah sistem (atau fansisi fase yang lain) terjadi pada tempera-
satu-komponen (c = 1) dan campuran etanol dan tur tertentu pada tekanan tertentu.
air adalah sistem dua-komponen (c = 2). Jika
spesies bereaksi dan berada pada kesetimbangan c. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan
kita harus memperhitungkan arti kalimat "semua dicapai. Dosen menyampaikannya dengan
fase" dalam definisi tersebut. Jadi, untuk amo- menuliskan tujuan pembelajaran yang akan
nium klorida yang dalam kesetimbangan dengan diajarkan: a) Mahasiswa dapat membaca dan
uapnya: NH4Cl(s) ↔ NH3(g) + HCl(g) kedua fase menggambarkan diagram fasa air b) Maha-
mempunyai komposisi formal "NH4 CI" dan sis- siswa dapat membaca dan menggambarkan
tem mempunyai satu komponen. Jika HCI(g) ber- diagram fasa CO2.
lebih ditambahkan, sistem mempunyai dua kom- d. Menyampaikan cakupan materi sistem satu
ponen karena sekarang jumlah relatif HCl dan komponen a) Tinjauan zat murni (satu
NH3 berubah ubah. Sebaliknya, kalsium kar- kmponen) dengan aturan fasa f = 3 - p. Jika
bonat berada dalam kesetimbangan dengan uap- p=1; 2; 3, maka f = 2; 1; 0. Maksimal ada 2
nya: CaCO3(s) ↔ CaO(s) + CO2(g) adalah sistem variabel intensih untuk menyatakan keadaan
dua komponen karena "CaCO3" tidak menggam- sistem. Penggabaran setiap keadaan dari
barkan komposisi uapnya. (Karena tiga spesies suatu sistem dengan satu titik pada diagaram
dihubungkan oleh stoikiometri reaksi maka kon- P terhadap T, akan tergambar sifat-sifat zat
sentrasi kalsium oksida bukanlah variabel bebas). seperti: titik didih, titik leleh, titik tripel,
Dalam hal ini, C = 2, apakah kita mulai dari kal- daerah padat, cair, gas, daerah
sium karbonat murni, atau jumlah yang sama dari kesetimbangan padat-cair, padat-gas, gas-
kalsium oksida dan karbon dioksida, atau jumlah cair; tekanan dan suhu kritis. b) Diagram fasa
yang berubah-ubah dari ketiganya. air melibatkan: penggunaan persamaan
Clapeyron dan Clausius-Clapeyron; garis

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 9


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

kestimbangan cair-gas; padat-gas; padat-cair; Fisika I, Bandung: JICA-IMSTEP-FMIPA UPI;


perpotongan garis padat-cair, cair-gas, padat- 2) Menggunakan beragam model pembelajaran:
gas (titik tripel). c) Diagram fasa CO2 STAD; LC-5E, media pembelajaran: diagram P
melibatkan: perbedaannya dengan diagram vs T untuk air dan CO2, dan sumber belajar lain:
fasa air; padatan CO2 pada tekanan 1 pengalaman belajar fisika dasar, Kimia Umum
atmosfer menyublin menjadi uap jika (KIU 402), Kimia Dasar (KIU 404). Praktikum
dipanaskan. Padatan CO2 dinakaman es Kimia Dasar (KIU 406) mahasiswa tentang titik
kering; titik kritits pada P dan T tertentu. didih, titik beku, suhu sublimasi; 3) Mem-
fasilitasi terjadinya interaksi antar mahasiswa
2. Kegiatan Inti serta antara mahasiswa dengan dosen, lingkun-
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses gan, dan sumber belajar lainnya, Cara yang
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajar- ditempuh dosen adalah dengan memberikan per-
an yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, tanyaan terbuka untuk dimintakan penjelasan
menyenangkan, menantang, memotivasi maha- dari beberapa mahasiswa; 4) Melibatkan maha-
siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberi- siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembe-
kan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, lajaran kesetimbangan fasa, dengan meminta
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan mahasiswa menjelaskan diagram, melakukan
perkembangan fisik dan psikologis mahasiswa demo percobaan dihadapan temannya; dan 5)
sebagai orang dewasa. Kegiatan inti mengguna- Memfasilitasi minat mahasiswa melakukan per-
kan cara-cara: Presentasi oleh mahasiswa, cara cobaan kesetimbangan fasa satu komponen di la-
ini meliputi antara lain: ceramah, debat, dialog, boratorium kimia fisika Jurusan Kimia FMIPA
wawancara, panel, demonstrasi, film, slide, pa- UM diluar jam perkuliahan.
meran, darmawisata, dan membaca pustaka
kesetimbangan fasa. Partisipasi mahasiswa, me- Cuplikan proses eksplorasi sebagai berikut:
liputi cara-cara: tanya jawab, permainan peran,
kelompok pendengar panel berjenjang/gabungan,
dan panel yang diperluas tentang kesetimbangan
fasa. Diskusi. cara ini terdiri atas diskusi terpim-
pin, diskusi yang bersumberkan dari pustaka,
diskusi pemecahan masalah, dan diskusi kasus
kesetimbangan fasa. Cara yang disesuaikan de-
ngan karakteristik mahasiswa sebagai orang me-
nginjak dewasa dan materi pembelajaran kese-
timbangan fasa, yang dapat meliputi proses
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Gambar 1. Diagram Fasa Air
a. Eksplorasi
Pada proses eksplorasi mahasiswa diberi Diagram fase untuk air, di atas ini adalah
kesempatan untuk bekerja baik secara mandiri versi yang disederhanakan. Tentukan titik mana-
maupun secara kelompok percobaan, membuat kah yang menandai temperatur titik tripel; titik
hipotesis, melakukan pengamatan, mengumpul- didih normal, dan titik beku normal. Pada
kan data, kajian pustaka sampai pada membuat tekanan 1 atmosfer terdapat garis yang dilewati
suatu kesimpulan dari data percobaan/kajian titik-titik secara berurutan mulai dari titik a , b, c,
pustaka yang dilakukan. untuk menjawab per- d, e. Jelaskanlah lintasan proses apa yang terjadi
tanyaan terbuka dari dosen. Dosen kimia fisika I pada pada titik a,b,c,d,e. Dan berikan penjelasan
pada proses eksplorasi juga: 1) Melibatkan ma- berkaitan dengan fasenya di titik a,b,c,d,e.
hasiswa mencari informasi yang luas dan dalam
tentang kesetimbangan fasa berkaitan dengan sis- Hand out dosen: Sistem satu-komponen
ten satu komponen yang akan dipelajari dengan Untuk sistem satu-komponen, seperti air
menerapkan prinsip kontekstual dan belajar dari murni, f = 3 - p. Jika hanya ada satu fase, f = 2
aneka sumber diantarnya jurnal dan buku pus- dan P dan T dapat diubah-ubah dengan bebas.
taka: Ijang Rohman & Sri Mulyani, 2000. Kimia Dengan kata lain, fase tunggal digambarkan

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 10


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

dengan daerah pada diagram fase. Jika dua fase memberi kesempatan untuk berpikir, meng-
ada dalam kesetimbangan, f = l, yang berarti analisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak
tekanan bukanlah variabel bebas jika kita sudah tanpa rasa takut; 4) memfasilitasi mahasiswa
menentukan temperatumya. Jadi, kesetimbangan dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
dua fase digambarkan dengan garis di dalam 5) memfasilitasi mahasiswa berkompetisi secara
diagram fase. Daripada memilih temperatur, kita sehat untuk meningkatkan prestasi belajar; 6)
dapat memilih tekanan, tetapi dengan pemilihan memfasilitasi mahasiswa membuat laporan ek-
itu, kedua fase mencapai kesetimbangan pada splorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertu-
temperatur tertentu. Oleh karena itu, pembekuan lis, secara individual maupun kelompok; 7)
(atau transisi fase yang lain) terjadi pada tem- memfasilitasi mahasiswa untuk menyajikan hasil
peratur tertentu pada tekanan tertentu. kerja individual maupun kelompok; 8) memfasi-
Jika ketiga fase ada dalam kesetimbangan, litasi mahasiswa melakukan pameran, turnamen,
f = 0. Kondisi invarian yang khusus ini hanya festival, serta produk yang dihasilkan; 9) mem-
dapat terjadi pada temperatur dan tekanan terten- fasilitasi mahasiswa melakukan kegiatan yang
tu. Oleh karena itu, kesetimbangan tiga fase itu menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri
digambarkan dengan satu titik, yaitu titik tripel, mahasiswa.
pada diagram fase. Empat fase tidak dapat berada
pada kesetimbangan dalam sistem satu kompo- Cuplikan proses elaborasi sebagai berikut:
nen karena f tidak dapat negatif. Diagram fasa CO2 diperlihatkan seperti
Tahapan-tahapan fasenya air digambarkan pada Gambar 2 di samping ini. Bacalah diagram
dengan diagram fase air seperti terlihat dalam tersebut berkaitan dengan keadaan titik leleh.
Gambar 1. dan kejadian-kejadian yang berlang- Titik tripel; sublimasi pada tekanan 1 atmosfer.
sung ketika sampel pada a didinginkan pada Titik kritis.
tekanan tetap. Seluruh sampel tetap berupa gas
sampai temperatur mencapai b, ketika muncul
cairan. Sekarang, kedua fase dalam kesetimbang-
an dan f = l. Karena kita memutuskan untuk
menentukan tekanan, sehingga kita kehilangan
satu-satunya derajat kebebasan, temperatur
dimana kesetimbangan ini terjadi, di luar kendali
kita. Penurunan temperatur membawa sistem ke
c dalam daerah caiian satu-fase. Sekarang,
temperatur dapat diubah-ubah di sekitar titik c
sesuai dengan keinginan kita, dan baru ketika es
muncul di d, varian menjadi 1 lagi. Gambar 2. Digram Fasa CO2

b. Elaborasi
c. Konfirmasi
Kegiatan belajar pada proses elaborasi, Dalam kegiatan konfirmasi/penegasan dan
dosen mengarahkan mahasiswa menerapkan kon-
pengesahan dosen: 1) memberikan umpan balik
sep-konsep kesetimbangan fasa sistem satu kom- positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
ponen yang telah dipahami dan keterampilan isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan
yang dimiliki pada situasi yang baru dan serupa mahasiswa, 2) memberikan konfirmasi terhadap
melalui percobaan atau menganalisis data-data
hasil eksplorasi dan elaborasi mahasiswa melalui
yang bertujuan untuk memperkuat pengetahuan
berbagai sumber, 3) memfasilitasi mahasiswa
dan pemahaman mahasiswa terhadap materi melakukan refleksi untuk memperoleh penga-
yang telah mereka pelajari. Dalam kegiatan laman belajar yang telah dilakukan, 4) memfa-
elaborasi, dosen juga: 1) membiasakan mahasis- silitasi mahasiswa untuk memperoleh penga-
wa membaca dan menulis yang beragam melalui
laman yang bermakna dalam mencapai tujuan
tugas-tugas tertentu yang bermakna; 2) mem-
pembelajaran: a) berfungsi sebagai narasumber
fasilitasi mahasiswa melalui pemberian tugas, dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan ma-
diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan ga- hasiswa yang menghadapi kesulitan, dengan
gasan baru baik secara lisan maupun tertulis; 3)
menggunakan bahasa yang baku dan benar; b)

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 11


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

membantu menyelesaikan masalah; c) memberi belajar mahasiswa; e. menyampaikan rencana


acuan agar mahasiswa dapat melakukan penge- pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
cekan hasil eksplorasi; d) memberi informasi un-
tuk bereksplorasi lebih jauh; e) memberikan mo-
tivasi kepada mahasiswa yang kurang atau be- Cuplikan proses penutup sebagai berikut:
lum berpartisipasi aktif. Pada pertemuan berikutnya akan dibahas
mengenai sistem dua komponen dengan pemba-
Cuplikan proses konfirmasi sebagai berikut: caan diagram fasa cair-cair yaitu kita mulai den-
Setelah saudara membaca diagram fasa air gan membahas sistem biner yang terdiri atas
dan diagram fasa CO2, jelaskanlah perbedaan dan pasangan cairan campur sebagian, yaitu cairan
kesamaan apa yang terdapat pada diagram air yang tidak bercampur dalam semua proporsi
dan CO2 tersebut. pada semua temperatur. Contohnya adalah hek-
sana dan nitrobenzena. Tugas saudara adalah pe-
Hand Out Dosen: lajari dan coba baca diagram Diagram temperatur
Diagram fasa air dan diagram fasa CO2, un- komposisi untuk heksana dan nitrobenzena pada
tuk CO2 titik lelelmya naik dengan naiknya te- 1 atm. di bawah ini.
kanan. Hal ini dapat dilihat dari kemiringan garis
iesetimbangan padat-cair yang bertrarga positif'
Penyebabnya adalah karena Titik
tripel CO2 ada pada tekanan 5,l 1 atm. Oleh
karena itu pada 1 atm padatan CO2 akan me-
nyublim menjadi uapnya jika dipanaskan. Hal ini
menyebabkan padatan CO2 disebut sebagai "es
kering", karena dengan pemanasan, padatannya
tidak berubah menjdi cair melainkan langsung
menjadi uapnya. Sama halnya seperti pada air,
garis cairan–uap pada diagram P-T berhenti di ti-
tik kritis pada T-P tertentu. Di atas titik kritis
cairan dan uapnya tidak dapat dibedakan.
Apa bila saudara telah betul-betul
memahami dalam pembacaan kedua diagram Gambar 3. Diagram Fasa Heksana dan
tersebut, maka saudara dapat memulai menyusun Nitrobenzena
ide-ide inovatif dan kreatif berkaitan dengan
kesetimbangan fasa sistem satu komponen
tersebut. Ide-ide yang inovatif dan kreatif D. KESIMPULAN
tersebut dapat disalurkan dan ditulis dan diikut Wujud apresiasi yang dapat dilakukan
sertakan kedalam Program Kreativitas dosen dalam mengajarkan materi Kimia Fisika I
Mahasiswa DP2M DIKTI pada tahun-tahun (KIU 420) sebagai berikut: Memandang dan
mendatang. memperlakukan mahasiswa peserta matakuliah
Kimia Fisika I sebagai orang dewasa bukan lagi
3. Kegiatan Penutup sebagai anak-anak. Seni dan ilmu yang diguna-
Dalam kegiatan penutup, dosen: a. bersama- kan dosen untuk mengajar mahasiswa adalah
sama dengan mahasiswa dan/atau sendiri mem- seni dan ilmu untuk mengajar orang dewasa, bu-
buat rangkuman/simpulan pelajaran; b. melaku- kan lagi ilmu untuk mengajar anak-anak. Meli-
kan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan batkan mahasiswa dalam perencanaan dan eva-
yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan luasi dari pembelajaran Kimia Fisika I yang
terprogram; c. memberikan umpan balik terhadap mereka ikuti (berkaitan dengan konsep diri dan
proses dan hasil pembelajaran; d. merencanakan motivasi untuk belajar). Pengalaman belajar
kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembela- mahasiswa yang juga sebagai prasyarat: Kimia
jaran remedi, program pengayaan, layanan kon- Umum (KIU 402); Kimia Dasar (KIU 404).
seling dan/atau memberikan tugas baik tugas in- Praktikum Kimia Dasar (KIU 406), termasuk
dividual maupun kelompok sesuai dengan hasil pengalaman berbuat salah saat mengikuti perku-

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 12


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

liahan Kimia Fisika I bagi yang mengulang, pribadinya, seperti persiapan mengikuti Program
menjadi dasar untuk aktivitas belajar (konsep Kreatifitas Mahasiswa DP2M-DIKTI (kesiapan
pengalaman). Mahasiswa paling berminat pada untuk belajar). Belajar bagi mahasiswa mulai di-
pokok bahasan belajar Kimia Fisika I yang mem- pusatkan pada permasalahan pembelajaran kimia
punyai relevansi langsung dengan perkuliahan fisika tentang: teori, praktikum dan tugas akhir,
lain yang sedang diikuti seperti Praktikum Kimia selain juga isi dari materi kimia Fisika I sendiri
Fisika atau yang berkaitan dengan kehidupan (orientasi belajar).

DAFTAR RUJUKAN

Alberty, R.A. 2005. Physical Chemistry.New York: Mc. Knowles, Malcom S,1984. Andragogy in Action. Apply-
Graw Hill. ing modern principles of adult education, San
Atkins, P.W. 2009. The Elements of Physical Chemis- Francisco: Jossey Bass.
try.5th edition.London:Oxford Lunandi, A.G. 1984. Pendidikan Orang Dewasa. Ja-
Castellan, G.W. 1983. Physcal Chemistry.3rd edition. karta: Gramedia.
Massachusets: Addison Wesley d). Levine, L N, Nurhaeni, Ds. 2010. Andragogi Suatu Orientasi Baru
2009. Physical Chemistry.6th Ed. New York: Mc dalam Pembelajaran. Makasar : (Online) Jurnal
Graw-Hill. PILAR Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dama, 2006. Aplikasi Andragogi Dalam Pembelajaran Rusydi Hikamawan, 2007. Andragogi Pendidikan untuk
Pendidikan Non Formal. Sulteng : BPKB Pendewasaan (Online)
(Online) http://www.jugaguru.com/article http://pelajarislam.wordpress.com/2007/10/2
/49/tahun/2006/bulan/ 10/ tanggal/10/id/184/ 3/andragogi-pendidikan-untuk-
Ijang, R. 2000. Kimia Fisika I . Bandung : JICA- pendewasaan/
IMSTEP-FPMIPA UPI. Standar Proses. 2007. Jakarta. Badan Standar Nasional
Istamar Syamsuri & Ibrohim, 2008. Lesson Study (Studi Pendidikan
Pembelajaran). Malang: FMIPA UM. Suprijanto 2007. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta:
Katalog FMIPA UM Jurusan Kimia. 2010. FMIPA Bumi Aksara.
Universitas Negeri Malang. Tamat, Tisnowati ,1985. Dari Pedagogik Ke Andragogik
Knowles, Malcom S. 1970. The Moderns Practice of Jakarta: Penerbit Pustaka Dian
Adult Education: Andragogy Versus Pedagogy.
New York: Association Press.
Knowles, Malcom S. 1980. The Modern Prcatice of
Adult Education: From Pedagogy to Andragogy.
N.Y.: Cambridge, The Adult Education Com-
pany.

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 13


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING


DAN PROBLEM POSING SECARA KOOERATIF UNTUK
MEMAKSIMALKAN PROSES PEMBELAJARAN
TERMODINAMIKA

Dian Novianti
Suhadi Ibnu
Darsono Sigit

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak: Problematika yang dihadapi dalam pembelajaran kimia adalah bagaimana cara meningkatkan
penguasaan konsep-konsep kimia. Salah satu materi kimia yang banyak mengandung konsep-konsep
abstrak dan perhitungan matematis adalah materi termodinamika. Kesulitan dalam mempelajari dalam
materi termodinamika dapat disiasati dengan cara pengajar menerapkan model pembelajaran yang
menunjang pengembangan kemampuan berpikir pembelajar. Model pembelajaran problem solving dan
problem posing dapat digunakan sebagai alternatif untuk diterapkan dalam pembelajaran
termodinamika. Problem solving dan problem posing akan lebih efektif jika masing-masing dipadukan
dengan pembelajaran yang mendukung yakni pembelajaran kooperatif. Tujuan dari makalah ini adalah
sebagai berikut: 1) Untuk mendeskripsikan penggunaan model pembelajaran problem solving dan
problem posing untuk materi termodinamika. 2) Untuk mengetahui sintaks atau langkah yang sesuai
untuk model pembelajaran problem solving dan problem posing sehingga dapat diterapkan di kelas
secara maksimal. Penyusunan makalah ini didasarkan pada analisis kualitatif informasi wawancara
penulis dengan mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah Kimia Fisika I (KIU 420) kelas AA
Jurusan Kimia FMIPA UM. Selanjutnya dilakukan pengkajian mendalam dengan menggunakan
rujukan pustaka tentang termodinamika, problem solving, problem posing, kooperatif dan dilanjutkan
kros-cek kebenarannya dengan dosen Kimia Fisika I (KIU420) Jurusan Kimia FMIPA UM.
Pembahasan hasil susunan makalah ini, dapat dijelaskan bahwa: 1) kesulitan dalam mempelajari dalam
materi termodinamika diharapkan dapat disiasati dengan cara pengajar menerapkan model
pembelajaran yang menunjang pengembangan kemampuan berpikir pembelajar. Model pembelajaran
problem solving dan problem posing dapat digunakan sebagai alternatif untuk diterapkan dalam
pembelajaran termodinamika. Penerapan model pembelajaran problem solving dan problem posing
secara kooperatif di kelas membuat waktu belajar menjadi lebih efektif. Selain itu, adanya pembagian
tugas dan tanggung jawab dalam kelompok serta aktivitas diskusi akan dapat memaksimalkan proses
belajar. 2) Model pembelajaran problem solving dan problem posing lebih tepat dipadukan dengan
pembelajaran kooperatif. Dengan menerapkan sintaks atau tahapan pembelajaran problem solving dan
problem posing secara kooperatif dengan benar maka proses pembelajaran di kelas akan maksimal.

Kata kunci: problem posing, problem solving, kooperatif

Kimia merupakan salah satu cabang sains pik sulit dalam kimia (Payne dalam Jegede,
yang di dalamnya banyak terdapat topik-topik yang 2007:801). Menurut Sastrawijaya (1998:113), tuju-
sulit. Salah satu karakteristik ilmu sains adalah pe- an pembelajaran kimia adalah memperoleh pema-
mecahan masalah. Semua aspek dalam kimia men- haman yang telah lama perihal fakta, kemampuan
cakup pemecahan suatu masalah. Dengan mening- mengenal dan memecahkan masalah, mempunyai
katkan kemampuan pemecahan masalah maka akan keterampilan dalam penggunaan laboratorium, ser-
membantu pembelajar untuk memahami topik-to-

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 14


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

ta mempunyai sikap ilmiah yang dapat dikembang- alami kesulitan dalam memahami materi termodi-
kan dalam kehidupan sehari-hari. namika. 3) Pemahaman terhadap konsep-konsep
Termodinamika merupakan salah pokok dan prinsip-prinsip penting sangat kurang sehingga
bahasan dalam materi kimia yang dianggap sulit mahasiswa cenderung belajar dengan hanya meng-
bagi sebagian mahasiswa, karena dalam termodina- hafal rumus-rumus tanpa memahami maknanya.
mika sebagian besar mengandung konsep-konsep Selain itu, berdasarkan hasil survei lapangan yang
yang bersifat abstrak dan berjenjang, dari konsep telah dilakukan di Universitas Negeri Malang
yang sederhana menuju konsep-konsep yang lebih untuk tahun ajaran 2010/2011 didapatkan fakta
kompleks dan masih sering diajarkan secara kon- bahwa di setiap kelas selalu ada mahasiswa yang
vensional. Materi termodinamika secara umum mengulang mata kuliah Kimia Fisik I.
berisikan konsep-konsep abstrak serta berbagai Kecenderungan baru dalam pengajaran kimia
perhitungan dan rumus matematis mulai dari yang saat ini adalah pada penguasaan konsep kimia yang
sederhana sampai yang bersifat kompleks (Yudha, dicapai dengan melakukan pendekatan proses. Arti-
2009). nya, dalam pembelajarannya lebih ditekankan pada
Contoh konsep abstrak di dalam termo- bagaimana proses yang dialami oleh pembelajar
dinamika yang harus dipahami pembelajar adalah untuk menguasai konsep kimia, bukan dengan cara
Hukum Pertama Termodinamika yang berbunyi menghafal informasi yang diberikan. Selain itu,
“energi dalam suatu sistem besarnya tetap kecuali agar tujuan pembelajaran dapat dicapai lebih efektif
jika diubah dengan melakukan kerja atau dengan maka digunakan paradigma baru dalam pendidikan
pemanasan”. Pembelajar harus dapat memahami kimia, yakni paradigma kontruktivis. Hal ini
bahwa Hukum Pertama Termodinamika berkaitan bertujuan agar permasalahan dalam pembelajaran
dengan kekekalan energi, dimana energi sistem dapat dipahami dan dipecahkan oleh pembelajar
tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan tetapi sendiri (Rahayu, 2001), sehingga pembelajar tidak
dapat ditransfer dengan berbagai cara. Energi akan mudah melupakan apa yang diperolehnya.
dalam sistem akan diubah menjadi kerja dan kalor. Sebagian besar pembelajar kurang terlatih
Energi dalam sistem merupakan jumlah energi dalam mengembangkan ide-idenya di dalam me-
yang dimiliki sistem yang terdiri dari jumlah kerja mecahkan masalah, belum mampu berpikir kritis
(w) yang dilakukan dan besarnya kalor yang dan berani mengungkapkan pendapat. Hal ini me-
dipindahkan (q) (Atkins, 1999:34). Konsep pertu- nyebabkan perlunya diterapkan model pembelajar-
karan energi perlu dipahami pembelajar sehingga an yang dapat meningkatkan kemampuan peme-
pembelajar dapat mengembangkan pengetahuan- cahan masalah. Pengembangan kemampuan peme-
nya mengenai konsep ini, baik dalam menyelesai- cahan masalah akan lebih baik ditingkatkan melalui
kan suatu permasalahan maupun dalam aplikasinya strategi instruksional pemecahan masalah. Bebera-
dalam kehidupan nyata. Sebagai contoh, pada me- pa literatur cenderung menganjurkan strategi ins-
sin-mesin pembangkit energi dan pengguna energi, truksional yang berbeda untuk meningkatkan ke-
semuanya hanya mentransfer energi dan tidak mampuan pemecahan masalah (Payne dalam
menghilangkan atau menciptakan energi. Selain Jegede, 2007:801). Adapun model pembelajaran
memahami konsep-konsep, pembelajar juga di- yang dapat menjadi alternatif untuk diterapkan
tuntut untuk memahami pengetahuan yang me- antara lain problem solving dan problem posing.
nyangkut perhitungan (algoritmik) dari perluasan Problem solving dan problem posing merupakan
hukum termodinamika tersebut. pembelajaran yang membutuhkan proses berpikir,
Karakteristik materi termodinamika yang analisis data, evaluasi, dan refleksi. Oleh karena itu,
kompleks menimbulkan beberapa kendala dalam problem solving dan problem posing dirasa tepat
proses pembelajarannya di kelas. Untuk mengeta- untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
hui lebih jauh mengenai kendala-kendala yang dite- masalah. Pada problem solving, pemecahan masa-
mui pada saat mempelajari materi termodinamika lah dilakukan dengan cara menyelesaikan masalah
maka dilakukan wawancara pada mahasiswa yang yang diberikan. Sedangkan pada problem posing,
telah mengikuti mata kuliah Kimia Fisik I. pemecahan masalah diperoleh dengan cara
Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bah- merumuskan masalah yang dapat diselesaikan
wa: 1) Mahasiswa cenderung tidak menunjukan (Sheikhzade, 2010:1-3).
minat/ketertarikan yang baik terhadap materi Model pemecahan masalah (problem solving)
termodinamika. 2) Mahasiswa masih sering meng- adalah model pembelajaran yang melatih pembe-

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 15


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

lajar menghadapi berbagai masalah baik itu model pembelajaran ini memiliki beberapa kele-
masalah pribadi atau perorangan maupun masalah mahan antara lain: 1) Memerlukan alokasi waktu
kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara yang lebih panjang dibandingkan dengan model
bersama-sama (Kusumah, 2008). Permasalahan pembelajaran yang lain. 2) Pada problem solving,
dalam problem solving dapat berasal dari pengajar jika masalah terlalu kompleks dapat menimbulkan
(dosen) maupun teksbook yang permasalahannya kecemasan dan menurunkan motivasi pembelajar.
sudah pasti. Pembelajar akan dilatih untuk mema- 3) Pada problem posing, kualitas pertanyaan yang
hami suatu permasalahan (berupa pertanyaan atau dihasilkan terkadang tidak terlalu bagus karena hal
soal) yang diberikan. Dalam problem solving, ini sangat bergantung pada pengetahuan mendasar
pembelajar melakukan pendekatan dan mengana- yang dimiliki pembelajar terkait dengan topik
lisis masalah dengan lebih rinci dan sistematis. Hal masalah.
ini dilakukan dengan cara mencari hubungan antar Untuk memaksimalkan proses pembelajaran
konsep yang berkaitan dengan masalah sehingga di kelas maka diperlukan suatu solusi yang tepat
dapat diperoleh solusi dari masalah tersebut. untuk mengatasi problematika di atas. Hal ini
Model pembelajaran lain yang dapat diguna- penting untuk diperhatikan agar pembelajaran ter-
kan sebagai alternatif adalah problem posing. modinamika di kelas dengan menggunakan pro-
Problem posing merupakan model pembelajaran blem posing dan problem solving dapat terlaksana
yang proses belajarnya disesuaikan dengan ke- dengan efektif sehingga dapat dicapai kompetensi
mampuan pembelajar (Najoan dalam Mustapa, peserta didik yang diharapkan.
2009:29). Sebagian pembelajar mungkin tidak Berdasarkan uraian latar belakang yang telah
mengalami kesulitan dalam memahami dan menye- dijelaskan di atas maka dapat dituliskan rumusan
lesaikan suatu permasalahan yang diberikan oleh masalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah cara
pengajar. Akan tetapi, sebagian lagi mungkin akan memaksimalkan pelaksanaan model pembelajaran
mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah. problem solving dan problem posing pada materi
Jika masalah yang dipecahkan terlalu kompleks, termodinamika? 2) Bagaimanakah sintaks yang
dapat menimbulkan rasa cemas dan menurunkan sesuai untuk model pembelajaran problem solving
motivasi pembelajar dalam memecahkan masalah dan problem posing pada pembelajaran termodi-
(Yudha, 2009:51). Oleh karena itu, cara lain yang namika di kelas?
bisa dipakai adalah problem posing. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka
Problem posing dapat diartikan membangun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut: 1)
atau membentuk permasalahan. Pembelajar dilatih Untuk mendeskripsikan penggunaan model pembe-
untuk memecahkan suatu masalah dengan meru- lajaran problem solving dan problem posing untuk
muskan pertanyaan yang bisa diselesaikan. Peng- materi termodinamika. 2). Untuk mengetahui
ajar memberikan situasi masalah dan yang menyu- sintaks atau langkah yang sesuai untuk model pem-
sun atau merumuskan masalah adalah pembelajar. belajaran problem solving dan problem posing se-
Problem posing dapat dijadikan alternatif bagi hingga dapat diterapkan di kelas secara maksimal.
pembelajar yang kurang berhasil dalam problem
solving. Pembelajar diberikan situasi masalah yang PEMBAHASAN
lebih familiar sehingga membuat masalah yang
dirumuskan menjadi lebih menarik. Pembelajar Problematika yang ditemui pada saat mene-
yang mengajukan masalah menjadi lebih tertarik rapkan model pembelajaran problem solving dan
dan termotivasi dalam menemukan solusinya problem posing adalah memerlukan waktu pelaksa-
(Dickerson dalam Akay and Boz, 2006:1282). Mo- naan yang cukup lama karena aktivitas mental yang
del pembelajaran problem posing meningkatkan harus dilalui pembelajar cukup banyak. Keseluruh-
keaktifan pembelajar selama proses pembelajaran an aktivitas mental tersebut harus dilalui pembe-
karena pembelajar dilatih untuk membuat soal. lajar agar proses berpikir pembelajar dapat
Pembelajar perlu memiliki pengalaman yang berkembang menjadi lebih baik. Jika salah satu dari
bervariasi dalam membuat soal dan mengerjakan- tahap kognitif tersebut tidak dilalui oleh pembelajar
nya. maka dikhawatirkan akan memberikan pengaruh
Model pembelajaran problem solving dan terhadap proses berpikirnya sehingga menjadi tidak
problem posing memiliki keunggulan dalam me- maksimal. Hal tersebut menjadi kendala bagi
nunjang kemajuan berpikir pembelajar. Akan tetapi pengajar dalam melaksanakan model pembelajaran

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 16


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

problem solving dan problem posing. Apalagi jika V1 T1 = 293 K


pembelajar belum terbiasa dengan problem solving T1 = 293 K
dan problem posing. Pada tahap awal akan cukup
sulit karena peran yang dituntut adalah menjadi Dugaan kualitatif awal:
pembelajar aktif dan mandiri sehingga perlu pem- Berdasarkan persamaan dU = Cv dT +
bimbingan intensif dari pengajar. (∂U/∂V)T dV maka U adalah fungsi T sehingga
Hal ini dapat disiasati dengan cara mem- jika dipanaskan  T2 > T1  ∆U = (+) (artinya:
biasakan pembelajar untuk memecahkan masalah ∆U >>>)
(problem solving) dan membentuk pertanyaan serta Isokorik: V2 = V1  ∆U = (+)  Q = (+)
menyelesaikannya (problem posing). Selain mela- (artinya: sistem menyerap kalor)
kukan kegiatan tersebut di kelas, pengajar perlu
memberikan task kepada pembelajar untuk dipe- Tahap Perencanaan Penyelesaian
lajari dan diselesaikan di luar kelas (pekerjaan ru- Hubungan yang dapat digunakan:
mah). Contoh penggunaan problem solving dalam dU = Cv dT + (∂U/∂V)T dV, karena
materi termodinamika dapat ditampilkan sebagai diasumsikan gas ideal maka (∂U/∂V)T dV = 0
berikut. sehingga dU = Cv dT
Cv = n x Cv molar
Problem 1 dU = đq – P dV, karena keadaan isokorik
maka dV = 0 sehingga dU = đq
Di sebuah laboratorium kimia, satu mol gas
He yang diasumsikan ideal dipanaskan pada volum
Tahap Pelaksanaan Penyelesaian
tetap dari suhu 200C sampai 500C. Kapasitas kalor
a. dU = Cv dT
molar gas tersebut adalah 5/2 R. Berikan penjelas- ∫ dU = ∫ Cv dT
an secara kualitatif dan kuantitatif mengenai kese- ∆U = Cv (T2 – T1)
luruhan energi yang dimiliki gas He tersebut serta
∆U = (n x Cv molar) (T2 – T1)
kalor yang terlibat dalam proses pemanasan ter-
= 1 mol x 5/2 x 8,314 J/K mol x
sebut.
(323 K – 293 K)
∆U = 623,55 joule
Tahap Pemahaman Masalah
b. Isokorik: dU = đq
Diketahui:
∆U = Q = 623,55 joule
n He = 1 mol Cv molar = 3/2 R
T1 = 200C = 293 K T2 = 500C = 323 K
Tahap Review
V2 = V1 Asumsi: gas ideal
Pada tahap review dilakukan hal-hal sebagai
berikut:
Ditanya:
1. Menyimpulkan masalah:
∆U dan q (dalam joule)
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa energi dalam pada volum tetap
Konsep:
meningkat sebanyak 623,55 joule, yang berasal
Hukum I Termodinamika  dU = đq – P dV
dari kalor yang diserap oleh sistem.
Fungsi keadaan energi dalam 
2. Pemeriksaan pada tahap pemahaman,
dU = Cv dT + (∂U/∂V)T dV
perencanaan, dan penyelesaian yang
mencakup:
Skema:
 Apakah jawaban sesuai dengan dugaan
kualitatif awal?
 Apa saja prinsip kimia yang digunakan
untuk memecahkan masalah?
 Apakah semua perhitungan telah
dilakukan dengan benar?
 Apakah dapat digunakan metode
Keadaan 1 Keadaan 2 penyelesaian lain untuk memecahkan
n1 = 1 mol V2 = V1 masalah di atas?

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 17


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

 Apakah masalah yang lain juga dapat Alternatif pertanyaan yang dapat dirumuskan:
diselesaikan? 3. Apa yang dimaksud dengan energi dalam?
4. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
Sedangkan contoh penggunaan problem besarnya energi dalam suatu sistem?
posing dalam materi termodinamika dapat 5. Energi dalam merupakan fungsi keadaan.
ditampilkan sebagai berikut: Jelaskan maksud pernyataan tersebut!
6. Bagaimana perubahan energi sistem yang
berisi molekul-molekul gas jika suhu sistem
Problem Situation 1 dinaikkan dan volume dibuat tetap?
Bagaimana pula jika suhu diturunkan?
Energi dalam (∆U ) adalah keseluruhan energi
7. Bagaimanakah perubahan energi dalam suatu
yang dimiliki sistem dalam keadaan tertentu.
sistem yang di dalamnya tidak terjadi kerja
Energi dalam merupakan jumlah kalor dan kerja
volum dan tidak terjadi proses penyerapan atau
yang dimiliki sistem. Energi dalam merupakan
pelepasan kalor?
fungsi keadaan dan dipengaruhi oleh keadaan
8. Bagaimanakah perubahan energi dalam suatu
sistem. Variabel sistem seperti suhu dan tekanan
sistem yang melepaskan 10 kJ panas dan di
mempengaruhi besarnya energi dalam yang
dalamnya tidak terjadi kerja volum?
dimiliki sistem.
9. Bagaimanakah perubahan energi dalam 1 mol
Buatlah dua pertanyaan berdasarkan situasi
air yang memiliki kapasitas kalor spesifik
soal di atas:
4,184 J/gram K saat dipanaskan pada volum
a)..................................................................
tetap dari suhu 250C sampai suhu 500C?
b)..................................................................
Tahap Pemeriksaan Solusi
Tahap Pengulasan Informasi
Pada tahap pemeriksaan solusi dilakukan
Energi dalam yang dimiliki sistem berupa
pemeriksaan solusi dari pertanyaan yang telah
kalor dan kerja.
dirumuskan yang mencakup:
∆U = q + W
Apakah solusi pertanyaan yang dirumuskan
(kalor) (kerja)
telah benar?
Energi dalam merupakan fungsi keadaan
Apakah ada kemungkinan penyelesaian lain
karena hanya dipengaruhi oleh keadaan awal dan
dari pertanyaan yang dirumuskan?
keadaan akhir, tanpa memperhatikan bagaimana
Apakah ada informasi baru yang berkaitan
proses tersebut terjadi.
dengan pertanyaan yang dirumuskan?
dU = đq + đW
dU : fungsi keadaan
Tahap Review
đq dan đW : bukan fungsi keadaan
Pada tahap review dilakukan pemeriksaan
Energi dalam merupakan fungsi variabel
pada tahap pengulasan informasi, pembentukan
sistem yakni fungsi suhu dan volum.
masalah, dan pemeriksaan solusi yang mencakup:
U = U (T,V)
1. Apakah pertanyaan yang telah dirumuskan
Contoh: Jika pada sistem terjadi perubahan
sudah sesuai dengan situasi masalah yang
suhu atau tekanan maka akan terjadi perubahan
diberikan?
energi dalam yang dimiliki sistem.
2. Apakah pertanyaan telah dirumuskan bisa
diselesaikan?
Tahap Pembentukan Masalah
3. Apakah ada cara lain yang lebih mudah dalam
Skema:
merumuskan pertanyaan?
4. Apakah dapat dirumuskan pertanyaan yang
lain?

Pemberian task (pekerjaan rumah) bertujuan


untuk membekali pembelajar terlebih dahulu
sehingga pada saat pelaksanaan problem solving
dan problem posing di kelas pembelajar telah
terbiasa dengan cara belajar tersebut. Waktu

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 18


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

pelaksanaan menjadi lebih efektif. Tahapan atau mampu menggunakan strategi berpikir tingkat
sintaks dari problem solving dan problem posing tinggi, serta mampu membangun hubungan inter-
juga dapat terlaksana secara maksimal dan personal. Pembelajaran kooperatif memungkinkan
keseluruhan materi akan dapat tersampaikan pembelajar menguasai materi pada tingkat pengu-
kepada pembelajar. asaan yang relatif sama (Mariani, 2008).
Selain itu, problematika pembelajaran yang Pembelajaran kooperatif telah banyak dikem-
ditemui pada saat pembelajaran khususnya pada bangkan di berbagai penelitian di bidang pendidik-
saat menggunakan problem solving adalah jika an. Beberapa hasil penelitian tentang pembelajaran
masalah terlalu kompleks dapat menimbulkan kooperatif menunjukkan bahwa pembelajaran
kecemasan dan menurunkan motivasi pembelajar. kooperatif memiliki dampak positif terhadap pem-
Hal ini dapat diantisipasi dengan memodifikasi belajar yang rendah hasil belajarnya (Sanjaya,
model pembelajaran. Pengajar dapat menerapkan 2009:241-242). Penelitian yang dilakukan oleh
pembelajaran secara kooperatif dalam memecah- Robert Slavin, Spencer Kagan, David Johnson
kan masalah. Hal ini akan membantu mengurangi mengungkapkan bahwa belajar kooperatif dapat
kecemasan pembelajar dalam memecahkan memperbaiki perolehan dan retensi isi pelajaran
masalah yang kompleks. Pembelajar dapat berbagi serta meningkatkan keterampilan-keterampilan in-
dalam kelompok dan bertukar pengetahuan yang terpersonal serta kemampuan berpikir yang lebih
dimiliki untuk menyelesaikan masalah. baik (Heinich, et al., 2002). Suasana belajar yang
Kendala pada saat pembelajaran dengan belum kooperatif atau masih individual memberi-
menggunakan problem posing adalah terkait kan andil dalam menurunkan motivasi belajar se-
dengan kualitas pertanyaan yang dibentuk. Kualitas hingga berdampak pada rendahnya hasil belajar.
pertanyaan berhubungan dengan pengetahuan Model pembelajaran problem solving dan
mendasar yang dimiliki pembelajar terhadap topik problem posing secara kooperatif dirasa tepat untuk
masalah. Dengan memodifikasi problem posing memaksimalkan proses belajar. Selain itu, dengan
dengan pembelajaran kooperatif maka kualitas bekerja dalam kelompok akan memberikan kontri-
pertanyaan dapat ditingkatkan. Pengelompokan busi yang positif terhadap setiap tahap kognitif
yang heterogen menunjang proses pembelajaran yang dilalui pembelajar. Dengan melakukan proses
dengan menggunakan problem posing. Pembelajar pembelajaran secara berkelompok, pembelajar
yang memiliki kemampuan rendah akan dapat lebih termotivasi untuk belajar. Pembelajaran koo-
membentuk pertanyaan sesuai dengan kemampuan peratif memberikan dampak positif dalam hal
yang dimiliki. Keuntungan lainnya adalah dapat pencapaian akademik, terutama pada pembelajar
berbagi pengetahuan antar anggota kelompok yang kemampuannya rendah. Untuk membuat
sehingga pembelajar dengan kemampuan rendah pembelajaran kooperatif menjadi lebih efektif,
juga dapat meningkatkan kualitas pertanyaan yang pengelompokan harus heterogen dan dilakukan
dibentuk. Keuntungan bagi pembelajar yang me- dengan cermat. Jika pembelajaran kooperatif ini
miliki kemampuan tinggi adalah dapat ber- diorganisir dengan baik akan mengarah kepada
eksplorasi lebih luas dalam mencari alternatif suatu proses pembelajaran yang aktif dan keteram-
pertanyaan yang akan dibentuk. pilan sosial pembelajar juga akan berkembang
Pada pembelajaran kooperatif terdapat unsur dengan baik melalui proses kelompok. Dengan
kerjasama. Kerjasama menjadikan proses pembe- menerapkan model pembelajaran kooperatif akan
lajaran disenangi oleh pembelajar. Tujuan pembe- membuat waktu belajar menjadi lebih efektif.
lajaran kooperatif adalah meningkatkan kerjasama Adanya pembagian tugas dan tanggung jawab
akademik, membentuk hubungan positif, mengem- dalam kelompok serta proses diskusi di dalam
bangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan ke- proses belajar menjadikan kegiatan belajar
mampuan akademik melalui aktivitas kelompok. maksimal.
Pembelajaran kooperatif memberikan saling keter- Dalam melaksanakan proses pembelajaran
gantungan positif di antara pembelajar untuk men- diperlukan langkah-langkah sistematis. Salah satu
capai tujuan pembelajaran. Aktivitas belajar berpu- usaha pengajar adalah menggunakan model pem-
sat pada pembelajar dalam bentuk diskusi, menger- belajaran yang tepat sesuai materi dan kemampuan
jakan tugas bersama, saling membantu dalam me- pembelajar sehingga menunjang terciptanya kegiat-
mecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang an pembelajaran yang kondusif dan menarik bagi
efektif pembelajar lebih termotivasi, percaya diri, pembelajar. Dalam hal ini perlu dikembangkan

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 19


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

model pembelajaran yang dapat meningkatkan pembimbing. Pengajar kan berbagai argu-
pemahaman konsep dan perhitungan matematis, memonitor proses mennya dalam
keaktifan dan kreativitas pembelajar, serta me- diskusi di setiap proses pembelajaran
ngembangkan interaksi kelompok dan kerjasama. kelompok. melalui proses dis-
kusi dalam kelom-
Model pembelajaran problem solving dan problem pok belajarnya.
posing secara kooperatif menjadi alternatif yang Dalam proses dis-
sesuai untuk pembelajaran termodinamika di kelas. kusi kelompok ter-
Adapun langkah-langkah model pembelajaran jadi interaksi antar
problem solving (Sudjana dalam Saprudin, pembelajar dan pro-
2010:414-415) yang dimodifikasi dengan pembela- ses saling membela-
jaran kooperatif disajikan pada Tabel 1. jarkan satu sama
Sedangkan langkah-langkah model pem- lain.
4 Menilai setiap alterna-
belajaran problem posing menurut Silver and Cai,
tif pemecahan masalah
yang dimodifikasi dengan pembelajaran kooperatif Pengajar memberi Kelompok yang
disajikan pada Tabel 2. pertanyaan dan ditunjuk oleh
tanggapan mengenai pengajar mempre-
Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran pemecahan masalah sentasikan hasil
Problem Solving Kooperatif yang telah dilakukan diskusi kelompok-
oleh kelompok belajar. nya mengenai
No Aktivitas Pengajar Aktivitas Di tahap ini, terjadi pemecahan
Pembelajar interaksi yang harmonis masalah. Kelompok
1 Orientasi antara pengajar dan lain memberikan
Pengajar menyampaikan Pembelajar pembelajar. Pengajar tanggapan. Pada
garis besar materi dan memusatkan mengontrol jalannya tahap ini, terjadi
mencontohkan cara perhatiannya dengan proses diskusi kelas. proses diskusi kelas.
melakukan problem sugguh-sungguh 5 Menarik kesimpulan
solving. Pengajar meres- pada materi yang Pengajar bersama-sama Pembelajar me-
pon pertanyaan yang disampaikan pembelajar menyimpul- nyimpulkan hasil
ditanyakan oleh pembe- pengajar. Pembelajar kan masalah yang diskusi dengan
lajar mengenai materi mengajukan diberikan. arahan dari
yang dipelajari. Pengajar pertanyaan- pengajar.
membentuk kelompok pertanyaan di bagian
belajar kooperatif yang materi yang masih Tabel 2. Langkah-langkah Model Pembelajaran
terdiri dari 4-5 orang. kurang jelas. Problem Posing Kooperatif
2 Identifikasi masalah
Pengajar memberikan Setiap kelompok No Aktivitas Pengajar Aktivitas
masalah untuk mendapatkan per- Pembelajar
dipecahkan. Pengajar masalahan dari
1 Pengajar menyampai-
memberikan kesempatan pengajar.
kan materi sebagai
kepada setiap kelompok Pembelajar mem-
pengantar
untuk memberikan baca dan mema-
Pengajar menyampai- Pembelajar memu-
respon terhadap masalah hami permasalahan.
kan garis besar materi satkan perhatiannya
yang diberikan. Di tahap ini pembe-
dan mencontohkan cara dengan sugguh-
lajar memasuki fasa
melakukan problem sungguh pada mate-
berpikir internal
posing. Pengajar ri yang disampai-
yang terjadi dalam
merespon pertanyaan kan pengajar.
mental pembelajar.
yang ditanyakan oleh Pembelajar meng-
3 Mencari alternatif pembelajar mengenai ajukan pertanyaan-
pemecahan materi yang dipelajari. pertanyaan di
Pengajar menyiapkan Pembelajar meman- Pengajar membentuk bagian materi yang
bahan atau alat sebagai faatkan berbagai kelompok kooperatif masih kurang jelas.
sumber belajar berupa sumber belajar yang terdiri dari 4-5
buku dan lain-lain. untuk mencari pe- orang
Dalam hal ini pengajar mecahan masalah. 2 Pembelajar diminta
berperan sebagai Pembelajar dituntut
untuk menyusun/
fasilitator dan untuk mengemuka-
membentuk soal

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 20


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Pengajar memberikan Pembelajar menda-


situasi masalah kepada patkan situasi
setiap kelompok. masalah.
Pengajar meminta Pembelajar memba-
pembelajar untuk ca dan memahami
merumuskan situasi masalah. Di Apabila pengajar dapat menerapkan tahapan-
pertanyaan secara tahap ini pembela- tahapan pembelajaran problem solving dan pro-
berkelompok jar memasuki fasa
blem posing kooperatif di kelas secara benar dan
berpikir internal
yang terjadi dalam sesuai seperti yang dipaparkan di atas maka proses
mental pembelajar pembelajaran akan menjadi efektif. Dengan demi-
terkait dengan kian disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
situasi masalah. memiliki beberapa kelebihan antara lain: 1) Mem-
3 Soal yang disusun, berikan kesempatan pada pembelajar untuk melak-
didiskusikan dengan sanakan pembelajaran dengan menggunakan pro-
teman blem solving dan problem posing sehingga menjadi
Pengajar mengumpul- Setiap kelompok
lebih mudah. 2) Kelompok dapat memecahkan dan
kan soal yang dibuat menerima pertanya-
masing-masing an yang dibuat oleh
atau merumuskan permasalahan yang lebih kom-
kelompok kemudian kelompok lain. pleks dibandingkan jika bekerja secara individu,
menukarkannya ke Masing-masing sehingga pembelajar dapat mengambil keuntungan
kelompok lain. kelompok mengkaji dari pembelajaran ini. 3) Setiap individu dapat ber-
Pengajar meminta pertanyaan dan latih mempraktikkan rencana yang disusun dan
kelompok lain mencari penyelesai- memonitor kemampuan yang harus dimiliki untuk
mendiskusikan dan annya. Pembelajar menunjang proses belajarnya 4) Dalam proses dis-
menyelesaikan dituntut untuk kusi, pembelajar saling berhubungan satu sama lain
pertanyaan tersebut. mengemukakan
berbagai argumen- dan dapat memperbaiki miskonsepsi yang mungkin
nya dalam proses terjadi. 5) Mengurangi rasa takut dan cemas dalam
diskusi dalam diri pembelajar karena mereka tidak menjawab
kelompok belajar- secara individu, tetapi berkelompok.
nya. Dalam proses
diskusi kelompok
KESIMPULAN DAN SARAN
terjadi interaksi
antar pembelajar Kesulitan dalam mempelajari dalam materi
dan proses saling
membelajarkan satu
termodinamika diharapkan dapat disiasati dengan
sama lain. cara pengajar menerapkan model pembelajaran
4 Membahas jawaban yang menunjang pengembangan kemampuan ber-
soal yang dibentuk pikir pembelajar. Model pembelajaran problem sol-
Pengajar meminta Kelompok pengkaji ving dan problem posing dapat digunakan sebagai
kelompok pengkaji per- pertanyaan yang alternatif untuk diterapkan dalam pembelajaran
tanyaan untuk mempre- ditunjuk oleh peng- termodinamika. Penerapan model pembelajaran
sentasikan penyelesaian ajar mempresenta- problem solving dan problem posing secara koo-
dari pertanyaan yang sikan hasil diskusi
peratif di kelas membuat waktu belajar menjadi
dibuat oleh kelompok kelompoknya me-
lain. Pengajar meminta ngenai penyelesai- lebih efektif. Selain itu, adanya pembagian tugas
kelompok pembuat per- an pertanyaan yang dan tanggung jawab dalam kelompok serta aktivi-
tanyaan memberikan telah disusun. tas diskusi akan dapat memaksimalkan proses bela-
tanggapan dan diikuti Kelompok lain jar. Model pembelajaran problem solving dan pro-
oleh kelompok lain. memberikan tang- blem posing lebih tepat dipadukan dengan pembe-
Pengajar mengontrol gapan. Pada tahap lajaran kooperatif. Dengan menerapkan sintaks
jalannya proses diskusi. ini, terjadi proses atau tahapan pembelajaran problem solving dan
Pengajar memberikan diskusi kelas.
problem posing secara kooperatif dengan benar
tanggapan di akhir
diskusi. maka proses pembelajaran di kelas akan maksimal.
5 Menarik kesimpulan Disarankan, sebaiknya dalam menerapkan model
Pengajar bersama-sama Pembelajar me- pembelajaran problem solving dan problem posing

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 21


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

secara kooperatif benar-benar diorganisir dengan pembelajaran termodinamika di kelas menjadi


baik materi dan waktu pelaksanaannya agar proses efektif.

DAFTAR RUJUKAN

Akay, H. and Boz, N. 2006. The Effect of Problem Pos- Mata Kuliah Kimia Dasar I FKIP Universitas
ing Oriented Calculus-II Instruction on Aca- Tadulako. Tesis tidak diterbitkan. Malang:
demic Success, (Online), Program Pascasarjana UM.
(http://ietc2008.home.anadolu. edu.tr, diakses Rahayu, S. 2001. Kecenderungan Pembelajaran Kimia di
tanggal 1 Pebruari 2010). Awal Abad 21. Jurnal MIPA. 30(2): 1-18.
Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisika (terjemahan) edisi Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi
keempat. Jakarta: Erlangga. Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Heinich, et al. 2002. Instructional Media and Technol- Prenada Media Group.
ogy for Learning. New Jersey: Prentice-Hall Inc. Saprudin. 2010. Pengembangan Model Pembelajaran
Jegede, S.A.C. 2007. The Effcet of Problem-Solving Pemecahan Masalah untuk Mengembangkan
Technique on Students’ Competence in Tackling Kecakapan Berpikir Rasional Siswa dalam
Chemical Problems. Research Journal Of Ap- Pembelajaran Fisika di SMP. Prosiding Seminar
plied Sciences, 2(7): 801-803. Nasional Fisika 2010, ISBN: 978-979-98010-6-7.
Kusumah, W. 2008. Model-model Pembelajaran, Sheikzade, M. 2010. Promoting Skills of Problem-
(Online), (http://www.wijaya labs.com/2008/04/, Posing and Problem-Solving in Making a Crea-
diakses tanggal 1 Januari 2010). tive Social Studies Classroom, (Online),
Mariani. 2008. Pembelajaran Kooperatif, (Online), (http://www.inter -disciplianary.net, diakses
(http://scmariani-unnes.blog tanggal 24 April 2010).
spot.com/2008/11/pembelajaran-kooperatif- Yudha, I. 2009. Pengaruh Model Pembelajaran Prob-
pembelajaran.html, diakses tanggal 1 Januari lem Solving-Kooperatif terhadap Pemahaman
2010). Konseptual dan Algoritmik, serta Motivasi Bela-
Mustapa, K. 2009. Efektivitas Pembelajaran Problem jar Mahasiswa pada Pokok Bahasan Termodi-
Posing dalam Meningkatkan Proses Belajar, namika Kimia. Tesis tidak diterbitkan. Malang:
Motivasi, dan Hasil Belajar Mahasiswa pada Program Pascasarjana UM.

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 22


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

KENDALA DAN ALTERNATIF SOLUSI IMPLEMENTASI


LESSON STUDY PADA PEMBELAJARAN PEMISAHAN
CAMPURAN DI SMP NEGERI 1 SUKOREJO

Dwi Ratna Wati


Hayuni Retno Widarti

SMPN I Sukorejo Kabupaten Pasuruan


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak: Lesson study merupakan salah satu cara untuk meningkatkan proses dan ketercapaian tujuan
pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru. Di
Pasuruan telah dilakukan kegiatan Lesson Study berbasis Sekolah (LSBS) di SMPN 1 Sukorejo.
Berdasarkan hasil observasi dan ferleksi pembelajaran pada kegiatan Lesson Study di SMPN 1 Sukorejo
pada pelajaran Kimia tentang pemisahan campuran ditemukan beberapa kendala yang dialami oleh
guru dan siswa. Kendala tersebut, pertama adalah siswa belum paham langkah-langkah percobaan,
solusinya adalah siswa diminta membaca LKS dengan cermat sebelum melakukan percobaan. Kedua
perlu waktu yang lama dalam mengaduk garam dan air, solusinyagaram yang dipakai sebaiknya garam
halus butirannya. Ketiga siswa kesulitan mengisi table pada LKS, solusinya kalimat pada table lebih
sederhana dan komunikatif agar siswa mudah paham. Keempat masih ada siswa yang pasif dalam
setiap kelompok, solusinya sebaiknya dalam setiap kelompok ada pembagian tugas dan peran yang
baik. Kelima siswa tidak konsentrasi pada saat presentasi hasil praktikum karena kelas lain sudah
banyak yang pulang, solusinya lebih banyak melibatkan siswa dan memotivasi siswa bahwa kelasnya
terpilih sebagai kelas percontohan dalam kegiatan lesson study. Dari hasil refleksi diperoleh kesimpulan
sebagai berikut: dalam menyusun RPP termasuk LKS hendaknya dibaca dulu dan minta saran dari guru
lain dengan bidang studi yang sama. Langkah-langkah pada LKS hendahnya menggunakan bahasa
yang sederhana dan komunikatif agar lebih mudah dipahami oleh siswa. Sebelum melakukan
percobaan sebaiknya LKS diuji coba lebih dahulu agar mengetahui kendala yang mungkin terjadi. Perlu
dukungan dari pihak kepala sekolah untuk mendukung kegiatan lesson study.

Kata kunci: Lesson Study, pemisahan campuran

Lesson study merupakan salah satu model puti berbagai disiplin keilmuan antara lain Bilogi,
pembinan profesi guru melalui pengkajian pembe- Kimia dan Fisika. Kimia adalah cabang dari Ilmu
lajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlan- pengetahuan (sains) yang mempelajari materi (zat)
daskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual dan perubahannya.
lerning untuk membangun komunitas belajar. Les- Dalam kehidupan sehari-hari kita senantiasa
son study telah diterapkan di Kabupaten Pasuruan berhubungan dengan bahan-bahan kimia baik yang
dan merupakan salah satu kegiatan di Kabupaten alami maupun buatan, sehingga Kimia merupakan
Pasuruan yang bekerjasama dengan project ilmu yang berhubungan langsung dengan kehidup-
SiSSTEM-JICA yang merupakan salah satu kegiat- an peserta didik. Oleh karena itu pembelajaran ki-
an pendukung untuk meningkatkan mutu pendidik- mia bertujuan agar peserta didik memahami kon-
an di Indonesia khususnya dalam bidang studi sep-konsep kimia dan peranannya yang sangat pen-
MIPA. Kegiatan Lesson study banyak memberikan ting untuk memenuhi kebutuhan manusia, karena
solusi dalam meningkatkan mutu proses pembe- jika kita perhatikan benda-benda disekitar kita
lajaran. sebagian besar dihasilkan melalui proses kimia.
Ilmu Pengetahuan (sains) merupakan ilmu Salah satu materi pokok bahasan dalam Kimia
yang diperoleh melalui pengamatan dan penelitian di SMA adalah campuran. Campuran banyak dite-
terhadap alam serta gejala-gejala alam. Sains meli- mukan di alam misalnya air, tanah, udara minyak

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 23


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

bumi, dan batuan. Sebagian zat penyusun campur- LESSON STUDY


an sangat berguna bagi manusia, sedangkan seba-
giannya lagi merugikan. Zat-zat yang merugikan Lesson Study (Studi Pembelajaran) merupa-
bagi manusia perlu dipisahkan dari zat penyusun- kan suatu model pembinaan profesi pendidik (guru
nya yang berguna. Sebagai contoh zat-zat pengotor dan dosen) melalui pengkajian pembelajaran secar
perlu dipisahkan pada pengolahan air minum supa- kolaboratif berkelanjutan berdasarkan prinsip-
ya layak dikonsumsi. Oleh karena itu perlu dilaku- prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk
kan proses pemisahan untuk memperoleh zat-zat membangun komunitas belajar secara sederhana.
yang layak dikonsumsi untuk kebutuhan hidup ma- Lesson Study dapat diartikan sebagai sebuah “in-
nusia. service training” bagi guru dan dosen (Istamar dan
Proses pemisahan zat-zat penyusun dalam Ibrohim, 2008)
campuran tidak hanya untuk memisahkan zat yang Lesson Study dapat diibaratkan sebuah cermin
merugikan, pemisahan juga dilakukan berdasarkan karena dengan adanya cermin maka kita dapat
manfaat dari setiap zat penyusun. Bagaimana cara melihat penampilan diri kita dan dapat memper-
memisahkan zat-zat penuyus dari suatu campuran? baiki diri kita sendiri sebelum kita dilihat atau di-
Zat-zat penyusun campuran dapat dipisahkan nilai oleh orang lain. Lesson Study dilaksanakan
berdasarkan perbedaan sifat setiap zat. Contoh dalam tiga tahapan yaitu Plan (Perencanaan), Do
sifat-sifat zat tersebut adalah perbedaan titik didih, (Pelaksanaan), dan See (Refleksi) atau melihat
kelarutan atau ukuran partikel. Campuran dapat di- kembali. Ketiga tahapan tersebut dilakukan secara
pisahkan dengan menggunakan berbagai macam berulang dan terus menerus sehingga merupakan
metode. Beberapa metode pemisahan campuran siklus yang tak pernah berakhir, artinya selama gu-
adalah sebagai berikut. ru ingin terus meningkatkan kemampuan dan kuali-
tas mengajarnya maka studi pembelajaran sabagai
PENYARINGAN (FILTRASI) jawabannya (Istamar dan Ibrohim, 2008).
Kegiatan Lesson Study berbasis sekolah sudah
Penyaringan digunakan untuk memisahkan dilaksanakan di SMPN I Sukorejo Pasuruan. Ke-
campuran yang zat penyusunnya berupa cairan dan giatan tersebut dilaksanakan pada hari Sabtu tang-
padatan. Ukuran padatan cukup kecil sehingga ti- gal 3 Mei 2010, penulis menjadi guru model de-
dak mengendap didasar cairan tetapi tersebar pada ngan pembelajaran kimia tentang pemisahan cam-
cairan. Penyaringan dilakukan dengan menuang puran pada kelas VII F. Kelas VII F merupakan
campuran keatas kertas saring yang ada di atas se- salah satu kelas yang belum pernah digunakan un-
buah corong gelas, kertas saring akan menahan pa- tuk kegiatan open class selama kegiatan Lesson
datan yang lebih besar daripada ukuran pori-pori study berlangsung di SMP N 1 Sukorejo. Disam-
kertas saring. Padatan yang tertinggal pada kertas ping itu kelas VII F juga merupakan kelas yang
saring disebut residu, sementara zat dengan ukuran memiliki predikat kurang menyenangkan bagi Ba-
partikel lebih kecil dari lubang saring akan lolos pak & Ibu guru yang mengajar di kelas tersebut
melalui kertas saring. Zat yang dapat melewati ker- karena siswanya yang ramai dan kurang kooperatif.
tas saring disebut filtrate. Metode Penyaringan da- Kegiatan pembelajaran pada kelas VII F dimulai
pat digunakan untuk memisahkan pengotor yang pada jam 08.30 sampai dengan jam 09.40.
terdapat dalam suatu cairan atau udara. Berdasarkan hasil observasi kegiatan Lesson
Study di SMPN I Sukorejo pelajaran Kimia tentang
PENGUAPAN (EVAPORASI) pemisahan campuran tersebut ditemukan beberapa
kendala yang terjadi pada saat pelaksanaan open
Penguapan dapat digunakan untuk memisah-
class. Setelah dilakukan pelaksanaan pembelajaran
kan larutan yang zat penyusunnya padatan dan
(open class) dengan pengamatan terhadap pelak-
cairan dimana padatan tersebut larut dalam cairan.
sanaan pembelajaran yang dilakukan oleh para ob-
Metode penguapan dilakukan dengan memanaskan
server, maka dilakukan refleksi. Dari hasil dikusi
larutan. Pemanasan dapat mengakibatkan pelarut
pada kegiatan refleksi diperoleh beberapa alter-
akan menguap sedangkan padatan yang terlarut
native solusi yang merupakan masukan dari para
akan tertinggal kedalam wadah. Metode penguapan
observer. Adapun kendala dan alternative solusiya
dapat digunakan untuk proses pengolahan garam
diantaranya adalah sebagai berikut:
dari air laut.

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 24


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Guru terkesan terburu-buru pada waktu men- son Study sehingga dihadiri oleh banyak guru se-
jelaskan langkah-langlah percobaan sehingga siswa bagai observer.
belum paham benar langkah-langkah percobaan- Berdasarkan Penilaian Unjuk Kerja Kelom-
nya. Hal ini disebabkan pada kegiatan Lesson Study pok dari Observer menyatakan bahwa siswa yang
sebelumnya (Tahun 2008) dengan materi biasanya tidak aktif di kelas dengan kegiatan Les-
pemisahan campuran tersebut waktu yang diguna- son Study siswa tersebut menjadi lebih aktif. Hal ini
kan pasti melebihi waktu pembelajaran yang 2x40 bisa juga disebabkan karena adanya banyak ob-
menit. server sehingga mereka menunujukkan keaktifan-
Solusinya, guru harus tetap tenang dan jelas nya dan takut kalau tidak aktif akan mendapatkan
dalam memberikan penjelasan pada siswa sehingga nilai yang jelek. Adanya beberapa observer juga
siswa memahami benar langkah-langkah percoba- membuat kelas VII F tidak ramai lagi serta terlihat
an, selain itu siswa harus membaca Lembar kerja tetap enjoy (dalam zona nyaman) dalam mengikuti
Siswa (LKS) sebelum melakukan percobaan agar pelajaran.
tidak melakukan kesalahan dalam percobaan.
Pada waktu mengaduk garam dan air siswa PENUTUP
melakukannya dalam jangka waktu yang lama, se-
Kegiatan Lesson Study dapat menjadi cermin
hingga banyak waktu yang digunakan dalan mela-
diri bagi guru dalam pembelajaran yang dilakukan.
rutkan garam saja dan langkah yang berikutnya jadi
Apabila terjadi kendala dan kekurangan dalam
lambat.
pembelajaran, maka akan dapat diperbaiki dalam
Solusinya, garam yang digunakan seharusnya
kegiatan refleksi, dimana guru akan dapat mene-
tidak perlu terlalu kasar (garam grosokan) sehingga
mukan alternative solusi dari kendala yang ada,
siswa tidak membutuhkan waktu yang lama untuk
baik itu pendapat dari teman-teman guru atau dari
melarutkan garam.
Bapak dan Ibu Dosen pendamping sehingga guru
Siswa kesulitan dalam mengisi tabel yang ada
model dapat memperbaiki pembelajaran dimasa
di LKS, karena kalimatnya yang membuat siswa
yang akan dating. Memang tidak ada pembelajaran
bingung.
yang sempurna tetapi guru sebagai pendidik harus
Solusinya, Tabel yang ada di LKS kalimatnya
berusaha terus menerus untuk memperbaiki dan
lebih disederhanakan lagi dan komunikatif agar ti-
meningkatkan kualitas pembelajarannya.
dak membuat siswa bingung dan mempermudah
Kegiatan Lesson Study yang dapat membantu
siswa dalam mengisi dan melengkapi table. Di-
keberhasilan pembelajaran di kelas tidak akan da-
samping itu sebaiknya guru terlebih dahulu mem-
pat berlangsung dengan baik tanpa bantuan dari
berikan contoh cara pengisian dan melengkapi ta-
berbagai pihak, baik dari para guru, kepalasekolah
bel tersebut kepada siswa.
dan DIKNAS. Oleh karena itu perlu kerjasama dan
Terdapat siswa yang masih pasif dalam setiap
dukungan baik itu melalui instansi pemerintah
kelompok.
maupun swasta, karena kemajuan bangsa salah
Solusinya, sebaiknya dalam setiap kelompok
satunya dapat tercermin dari kemajuan di bidang
siswa terdapat pembagian tugas yang merata atau
kependidikan.
setiap siswa memiliki tugas sendiri-sendiri sehing-
ga bisa membuat siswa lebih aktif.
Siswa mulai tidak konsentrasi dan fokus pada
waktu presentasi karena situasi dan kondisi kelas
yang lainnya sudah pulang terlebih dahulu.
Solusinya, Memeberikan motivasi lagi pada
siswa bahwa kelas mereka terpilih untuk dijadikan
contoh buka kelas (open class) dalam kegiatan Les-

DAFTAR RUJUKAN

Joharmawan, R. 2006. Reformasi Sekolah melalui Syamsuri, I. dan Ibrohim. 2008. Lesson Study (Studi
Kegiatan Lesson Study Kasus SMA Laborato- Pembelajaran). Malang: FMIPA Universitas
rium UM. Prosiding Seminar Nasional, 1(1): Negeri Malang.
235-244. Luthfi, 2004. Sains Kimia SMP untuk kelas VIII (tolong
dilengkapi)

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 25


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Johnson, 2004. Sains Kimia SMP untuk kelas VII

IMPLEMENTASI MODEL-MODEL PENGOLAHAN


INFORMASI DALAM KEGIATAN LESSON STUDY

Endang Budiasih

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak: Pergeseran paradigma pembelajaran diakui telah terjadi pada saat ini. Namun demikian,
banyak peneliti yang melaporkan tentang permasalahan rendahnya pemahaman konsep, utamanya
dalam bidang sains. Rendahnya pemahaman konsep ini dikontribusi oleh pembelajaran yang sifatnya
penerusan informasi atau pemberitaan isi buku yang masih banyak dilakukan dalam dunia pendidikan
kita. Pembelajaran lebih banyak menekankan pada konten, penjejalan fakta, dan kurang menekankan
pada proses. Pembelajaran sains seharusnya menekankan baik konten maupun proses. Pendekatan
inkuiri telah diyakini unggul dalam pembelajaran sains untuk meningkatkan pemahaman konsep, sikap
ilmiah, dan keterampilan strategi kognitif yang diperlukan dalam memecahkan masalah. Ada dua
macam pendekatan inkuiri, yaitu inkuiri terbimbing dengan contoh pembelajaran menggunakan POGIL
Activity, dan inkuiri bebas dengan contoh pembelajaran menggunakan MORE Thinking Frame.

Kata kunci: inkuiri, POGIL Activity, MORE Thinking Frame

Pada abad pengetahuan sekarang ini, telah masalah, penyelidikan (inkuiri), penemuan, dan
terjadi pergeseran paradigma pembelajaran, seperti: penciptaan.
1) dari fokus pada penyajian materi menjadi fokus Pergeseran paradigma pembelajaran diakui
pada penciptaan lingkungan belajar yang sesuai telah terjadi pada saat ini. Namun, banyak peneliti
dengan kebutuhan pebelajar, 2) dari pembelajaran yang melaporkan tentang permasalahan rendahnya
yang terkesan mencurahkan informasi menjadi pemahaman konsep, utamanya dalam bidang sains.
proses membantu pebelajar mengembangkan ilmu Rendahnya pemahaman konsep ini dikontribusi
pengetahuan, 3) dari pebelajar pasif menjadi pe- oleh pembelajaran yang belum mempertimbangkan
belajar aktif, 4) dari pembelajaran yang kurang hakekat belajar dan hakekat pebelajar. Pembelajar-
konstektual menjadi lebih kontekstual, dan 5) dari an yang sifatnya penerusan informasi atau merosot
evaluasi yang bersifat “pencil and paper test” pada pemberitaan isi buku, masih banyak dilaku-
menjadi evaluasi yang bersifat “authentic asses- kan dalam dunia pendidikan kita. Selain itu,
sment”, dan tugas-tugas bermakna. Seiring dengan pembelajaran lebih banyak menekankan pada
pergeseran arah pembelajaran, peran guru juga konten, penjejalan fakta, dan kurang menekankan
berubah, yaitu dari “sage on stage” menjadi “guide pada proses. Hal ini hanya akan mendorong tercip-
on the side” (Reigeluth & Cheliman, 2009). Seiring tanya sumber daya yang hanya mampu berpikir
dengan pergeseran paradigma pembelajaran terse- pada tingkat rendah. Oleh karena itu, pembelajaran
but, maka konsep-konsep belajar didorong pada yang bersifat penerusan informasi dan “content
penciptaan sumber daya yang mampu bekerja oriented” perlu dihindari (Raka Joni, 2008).
sama, mengambil inisiatif, berpikir kritis, dan Hasil evaluasi kegiatan Bimtek KTSP tahun
memecahkan masalah. Ardhana (2008) mengemu- 2009 dan hasil supervisi dan evaluasi RSKM/
kakan bahwa abad pengetahuan menginginkan RSSN, RPBKL, RPSB, dan KTSP tahun 2009
paradigma belajar yang berorientasi pada proyek, yang dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan
SMA menemukan bahwa pada umumnya pembela-

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 26


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

jaran sudah mulai bergeser ke “student centered”, Sains pada hakekatnya adalah produk dan
tetapi guru belum termotivasi untuk memodifikasi proses. Pembelajaran sains tidak bisa mengabaikan
model-model pembelajaran yang ada. Guru belum aspek penting bagaimana proses pemerolehan
memahami bahwa model pembelajaran sangat produk sains. Pembelajaran sains sudah semestinya
berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran, belum menekankan baik produk (content) maupun proses.
dapat membedakan antara pendekatan, strategi, Pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri
metode, dan teknik dalam model pembelajaran. telah diyakini unggul dalam pembelajaran sains un-
Guru lebih mementingkan penyampaian informasi tuk meningkatkan pemahaman konsep, sikap il-
daripada membelajarkan siswa. Bahkan ada indi- miah, dan keterampilan strategi kognitif yang di-
kasi guru menganggap bahwa model pembelajaran perlukan dalam memecahkan masalah. Oleh karena
yang efektif harus menggunakan peraatan yang itu dalam bahasan selanjutnya akan lebih ditekan-
canggih/lengkap. Sementara itu, di beberapa seko- kan pada pendekatan inkuiri yang sesungguhnya
lah belum memiliki peralatan yang dimaksud. Kon- sudah diimplementasikan pada kegiatan-kegiatan
disi ini digunakan sebagai alasan untuk belum me- Lesson Study.
ngembangkan model-model pembelajaran yang
inovatif. MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
Dalam Juknis yang sama dituliskan pula
tentang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Menurut Joyce & Weill (1996), pembelajaran
No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional inkuiri termasuk dalam rumpun model-model
Pendidikan Pasal 19 ayat 1, yang tertulis sebagai pengolahan informasi. Inkuiri berasal dari bahasa
berikut; Proses pembelajaran pada satuan pendidik- Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses
an diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta di- pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan
dik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek per-
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan per- tanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu pro-
kembangan fisik serta psikologis peserta didik. ses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi
Metode pembelajaran digunakan oleh guru dengan melakukan observasi dan atau eksperimen
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah
pembelajaran agar peserta didik mencapai kompe- terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan
tensi dasar atau seperangkat indikator yang telah menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis.
ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran dise- Inkuiri sebenarnya merupakan prosedur yang biasa
suaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik dilakukan oleh ilmuwan dan orang dewasa yang
serta karakteristik dari setiap indikator dan kompe- memiliki motivasi tinggi dalam upaya memahami
tensi yang hendak dicapai pada setiap masa fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan me-
pelajaran. nerapkannnya dalam kehidupan sehari-hari.
Joyce & Weill (1996) menggolongkan model- Secara umum, inkuiri merupakan proses yang
model pembelajaran ke dalam empat rumpun yaitu bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengob-
sebagai berikut: servasi, merumuskan pertanyaan yang relevan,
 Rumpun model-model pengolahan informasi, mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi
misalnya model latihan induktif, latihan lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau
inkuiri, synectics dan yang lainnya; investigasi, mereview apa yang telah diketahui,
 Rumpun model-model pribadi/individual, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan
misal model pengajaran non direktif, system menggunakan alat untuk memperoleh data, meng-
konseptual, dan yang lainnya; analisis dan menginterpretasi data, serta membuat
 Rumpun model-model sosial, misalnya role prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya. Seba-
playing (bermain peran), dan pasangan dalam gai strategi pembelajaran, inkuiri dapat diimple-
belajar (partners in learning); mentasikan secara terpadu dengan strategi lain
 Model-model perilaku, misalnya mastery sehingga dapat membantu pengembangan pengeta-
learning, self control. huan dan pemahaman serta kemampuan melakukan
kegiatan inkuiri oleh siswa.

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 27


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Melalui pembelajaran dengan model latihan Berikut diberikan contoh satu pembelajaran
inkuiri ini, siswa diperlakukan sebagai ilmuwan inkuiri yang disebut Process-Oriented Guided In-
yang mengembangkan metode ilmiah dalam proses quiry Learning (POGIL). Kelas yang mengguna-
menemukan. Hasil pembelajaran yang dapat diraih kan POGIL sebagai pendekatan mempunyai ciri-
siswa antara lain kemampuan merancang dan ciri sebagai berikut:
melakukan penemuan ilmiah, merumuskan penje-  Siswa bekerja dalam kelompok kecil (biasanya
lasan ilmiah dari hasil penemuan eksperimen, serta 3-4 orang);
mampu mengkomunikasikan secara efektif hasil  guru bertindak sebagai fasilitator;
penemuan ilmiahnya.  siswa bekerja dengan aktivitas yang dirancang
dengan baik, biasanya dalam kegiatan belajar
BEBERAPA MACAM POLA PEMBELAJARAN dengan Model Learning Cycle;
SECARA INKUIRI  siswa melakukan refleksi terhadap hasil dan
proses belajarnya.
Terdapat dua macam tingkatan inkuiri berda- Aktivitas POGIL difungsikan untuk meng-
sarkan variasi bentuk keterlibatan siswa selama ikuti tiga fase pembelajaran dalam model “Lear-
proses pembelajaran, yaitu: ning Cycle”. Learning Cycle adalah strategi pembe-
Inkuiri Terbimbing lajaran yang pertama kali dipergunakan dalam ele-
mentary science program yang dinamakan “The
Disebut juga inkuiri tingkat pertama, dimana Science Curriculum Improvement Study (SCIS,
masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber 1974). Strategi ini banyak dipergunakan dalam
dari buku teks kemudian siswa bekerja untuk berbagai jenjang pembelajaran, termasuk tingkatan
menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di universitas, walau pertama kali diperlukan pada
bawah bimbingan yang intensif dari guru. Inkuiri tingkat elementary. Learning Cycle mempunyai
tipe ini, tergolong kategori inkuiri terbimbing tiga fase pembelajaran, yaitu exploration, concept
karena siswa dibimbing secara hati-hati untuk introduction, dan concept application. Pada fase
menemukan jawaban terhadap masalah yang exploration, siswa mencari pola keteraturan dari
dihadapkan kepadanya. konsep yang akan dipelajari. Tujuan fase ini adalah
Dalam inkuiri terbimbing kegiatan belajar “to engage the student in a motivating activity, re-
harus dikelola dengan baik oleh guru dan luaran quiring hands-on experiences and verbal interac-
pembelajaran sudah dapat diprediksikan sejak tion, that will provide a basis for the development
awal. Inkuiri jenis ini cocok untuk diterapkan of specific concepts or concepts and vocabulary
dalam pembelajaran mengenai konsep-konsep dan pertinent to concepts”. Sebagai contoh, pada pem-
prinsip-prinsip yang mendasar dalam bidang ilmu belajaran tentang sel, yaitu perbedaan antara sel
tertentu. Ada beberapa karakteristik dari inkuiri hewan dan tumbuhan, maka pada fase ini siswa
terbimbing yang perlu diperhatikan yaitu: (1) siswa akan mengamati berbagai sel seperti Onion skin,
mengembangkan kemampuan berpikir melalui Squamous epithelium, dan Elodea, di bawah mik-
observasi spesifik hingga membuat inferensi atau roskop. Siswa menggambarkan perbedaan dan ke-
generalisasi, (2) sasarannya adalah mempelajari samaan dari sel-sel tersebut.
proses mengamati kejadian atau obyek kemudian Pada fase berikutnya, yaitu concept introduc-
menyusun generalisasi yang sesuai, (3) guru tion atau concept invention, guru mengumpulkan
mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran informasi dari siswa tentang hasil eksplorasinya,
misalnya kejadian, data, materi dan berperan dan menggunakannya untuk memperkenalkan kon-
sebagai pemimpin kelas, (4) tiap-tiap siswa sep-konsep utama, dan hubungan antar konsep
berusaha untuk membangun pola yang bermakna ataupun istilah-istilah yang diperlukan terkait
berdasarkan hasil observasi di dalam kelas, (5) pokok bahasan yang dipelajari. Oleh karena itu,
kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium fase ini disebut juga “concept invention” atau “term
pembelajaran, (6) biasanya sejumlah generalisasi introduction” (Lawson, 1995). Selama fase ini guru
tertentu akan diperoleh dari siswa, (7) guru bisa menyarankan siswa untuk melihat text books,
memotivasi semua siswa untuk mengkomunikasi- audio visual aids, atau materi pembelajaran yang
kan hasil generalisasinya sehingga dapat diman- lain. Pada fase ini bisa terjadi diskusi siswa-siswa
faatkan oleh seluruh siswa dalam kelas. maupun guru-siswa untuk mengklarifikasi konsep-
konsep yang dipelajari. Dengan menggunakan con-

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 28


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

toh pembelajaran tentang sel di atas, guru memper- 13. Nomor massa adalah angka yang terdapat di
silahkan siswa untuk melaporkan apa yang diamat- sebelah kiri atas simbol atom (seperti pada
inya di bawah mikroskop tentang perbedaan sel gambar). Bagaimana menentukan besar
tumbuhan dan hewan. Dengan menggunakan in- nomor massa berdasarkan struktur atom?
formasi dari siswa ini, guru memberikan penjelasan 14. Dimana terdapat sebagian besar massa
lebih jauh tentang perbedaan sel tumbuhan dan sebuah atom, di dalam inti atau di luar inti?
hewan. Kemukakan alasan anda dengan
Fase terakhir, yaitu “concept application” menggunakan Bahasa Inggris yang baik dan
mempersilahkan siswa untuk mengaplikasikan benar.
konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Pada
pembelajaran tentang sel tersebut, siswa diminta Pada fase aplikasi konsep, siswa bisa diajak
lebih jauh mengidentifikasi sejumlah sel, dan di- menganalisis sistim periodik unsur, terkait
minta untuk mengelompokkan apakah sel tersebut makna simbol-simbol dan tabel tersebut. Jadi,
termasuk sel hewan atau sel tumbuhan, serta alasan jelas pada POGIL Activity, tidak hanya
(reasoning) dasar pengelompokan tersebut. ditekankan pada penguasaan konsep melalui
Contoh lain dari POGIL Activity adalah pada pemahaman oleh siswa, tapi juga meningkatkan
pembelajaran struktur atom. Pada fase eksplorasi, kemampuan learning skills, seperti berpikir
siswa mengamati gambar 1. kritis, pemecahan masalah, dan self assessment.
Setelah siswa mengamati Gambar 1 dengan
dipandu oleh guru, siswa mencoba menjawab per- An Example of a High School Student’s Initial
tanyaan yang bersifat critical thinking question Model (oleh siswa)
pada fase “concept invention” atau concept intro- “An antacid is a more basic substance that
duction. Dengan menggunakan pertanyaan yang will try to neutralize or raise the pH of the acid
bersifat “guiding question”, siswa belajar lebih jauh in the stomachs. The antacids break the acid par-
tentang atom, ion, nomor massa, isotop, dan se- ticles apart to make the molarity lower. When the
terusnya. Beberapa contoh critical thinking ques- antacid, if it a base, is added to the acid in the
tion dapat dituliskan sebagai berikut: stomach, they would make water and salt as a
1. Berapa jumlah proton yang terdapat pada product. (Student drawing showing antacid being
12
C? 13C? 13C-? added to stomach, and water and salt as prod-
2. Berapa jumlah netron yang terdapat pada ucts).
12
C? 13C? 13C-?
3. Berapa jumlah elektron yang terdapat pada Stomach + antacid  H2O (water + salt)
12
C? 13C? 13C-? (acid) (base)
4. Apa yang membedakan antara atom netral
dengan ion? The smaller the molarity of the acid, the
5. Buat satu pernyataan untuk menentukan less harsh it will be. Therefore, when the molar-
muatan sebuah ion. ity is lowered, it will lower the pH and relieve
6. Berdasarkan model pada Gambar 1. the pain it is causing.”
7. Apa persamaan dari atom karbon dan ion
karbon? Important characteristic of effective antacids
8. Apa persamaan dari atom hidrogen dan ion “pH level, the higher the better; chewable,
hidrogen? swallowable, or liquid; molarity, higher pH;
9. Berapa jumlah proton, netron, dan elektron size, lower surface area = higher rate of reac-
pada sebuah atom 1H+? tion; type of base used. The acid will start out
10. Angka yang terdapat di atas simbol atom with a high level of hydronium or H2O+, and to
pada tabel sistem periodik disebut nomor neutralize it, hydroxide or OH- must be added.
atom. Apa arti dari nomor atom? When using an antacid, when it reacts, would it
11. Berdasarkan jawaban anda pada soal nomor fizz or bubble? Would the fizzing and bubbling
6, apa persamaan dari seluruh atom nikel have anything to do with LeChatlier’s theory?”
(Ni)?
12. Apa yang membedakan ciri isotop pada
elemen tertentu?

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 29


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

particles are attracted to acid particles to even


the pH out. The antacid particles come between
the acid particles and reattach with their polar
matched ion. (Student drawing showing reac-
tants composed of Ant+Ant- and H+Cl- and prod-
ucts composed of Ant+Cl- and H+Ant-). These
antacids don’t necessarily contain hydroxide but
more often contain a type of carbonate. It is true
that the lower the original molarity of the acid,
the easier and faster the pH will raise. We were
unable to test the pH of the antacid before, so we
don’t know the original pH of the antacids…”

KESIMPULAN

Sains pada hakekatnya adalah produk dan


Gambar 1: Atom proses. Pembelajaran sains tidak bisa mengabaikan
aspek penting bagaimana proses pemerolehan pro-
Keterangan: duk sains. Penekanan pembelajaran sains seharus-
 Inti atom terdiri dari proton dan netron nya berimbang, yaitu menekankan baik produk
 amu = atomic mass unit (satuan massa atom) (konten) maupun proses. Pembelajaran mengguna-
 1H and 2H isotop hidrogen. 12C and 13C kan pendekatan inkuiri telah diyakini unggul dalam
adalah isotop karbon pembelajaran sains untuk meningkatkan pemaha-
man konsep, sikap ilmiah, dan keterampilan stra-
An Example of a High School Student’s Final Re- tegi kognitif yang diperlukan dalam memecahkan
fined Model masalah. Salah satu pembelajaran menggunakan
“On the macroscopic level the main thing pendekatan inkuiri yang banyak dilakukan di seko-
we can see is fizzing and bubbling.the color also lah adalah Learning Cycle, yang terdiri dari tiga
changed because of the pH indikator. When we fase pembelajaran, yaitu fase “exploration”, “con-
started, the acid had a very low pH and the ant- cept invention/ term introduction”, dan “concept
acid always significantly raise the pH… On the application”.
molecular level, when the basic molecules come Terdapat dua tingkatan dalam pendekatan
into contact with the acidic ones, they break each inkuiri, yaitu inkuiri terbimbing (guided inquiry)
other apart and form a substance. We discovered dan inkuiri bebas. Sebagai contoh inkuiri terbimb-
that the most effective antacids have calcium ing adalah Process Oriented Guided Inquiry Learn-
carbonate as their main ingredient. This means it ing (POGIL), yang biasanya selalu mengikuti pem-
won’t create a salt and water but instead it will belajaran dengan model Learning Cycle. Sedang-
create water, carbon dioxide, and a salt. This kan inkuiri bebas bisa dicontohkan dengan MORE
would explain why the products bubbles and Thinking Frame. Pembelajaran dengan pendekatan
fizzes. (Student drawing showing bubbles labeled inkuiri dapat dimasukkan dalam rumpun pembela-
“CO2”rising from a container of liquid. The liq- jaran pengolahan informasi.
uid phase is labeled “H2O + salt.”) I am not sure
what the actual antacid particles look like on a
molecular level, but I am guessing the antacid

DAFTAR RUJUKAN

Ardhana, I.W, 2005. Konstruktivisme dan Penerapannya American Chemical Society, 2008. Chemistry in Na-
dalam Pembelajaran. Makalah Seminar tional Science Education Standards. Washington
Pembelajaran Berbasis Kontrukstivistik: Jurusan DC: ACS.
Kimia Universitas Negeri Malang. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Me-
nengah Atas. 2010. Petunjuk Teknis Pelaksanaan

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 30


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Pembelajaran dalam Implementasi KTSP di Raka Joni, T. 2008. Resureksi Pendidikan Profesional
SMA. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional. Guru. Malang: LP3 UM. Cakrawala Indonesia.
Joyce, B.P & Weill, M. 2996. Models of Reigeluth, C.M & Cheliman, A.A. 2009. Instructional-
Teaching. Boston: Allyn and Bacon. Design Theories and Models. Vol. III. New
Lawson, A.E. 2995. Science Teaching and The Devel- York: Taylor and Francis, Publishers.
opment of Thinking. California: Wadworth, Inc.

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 31


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

KONSEP SUKAR DAN KESALAHAN KONSEP TATANAMA


SENYAWA BINER DAN ION POLIATOMIK SISWA SMA

Fariati
Herunata
Hayu Winarsi (alm)

Prodi Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak: Konsep sukar dan kesalahan konsep dasar kimia mulai diteliti sejak tahun 2008. Salah satu
penelitiannya dilakukan oleh Winarsi (alm) yaitu konsep sukar dan kesalahan konsep tatanama senyawa
biner dan ion poliatomik. Hasil penelitiannya dengan menggunakan soal diagnostik yang disebut Model
Hayu, dilaporkan bahwa diperoleh dua konsep sukar yaitu: dua konsep sukar yaitu: sistem Stock dan
anion poliatomik; 8 kesalahan konsep yang ditemukan ialah: tatanama unsur terhadap lambangnya;
muatan kation; muatan anion; sistem Stock digunakan sesuai indeks pada kation; sistem Stock
digunakan pada kation menggunakan indeks pada anion; bilangan oksidasi pada anion poliatomik tidak
mempengaruhi tatanama anion poliatomik dan senyawa yang mengandung unsur logam-nonlogam
menggunakan tatanama senyawa biner nonlogam-nonlogam. Kesalahan konsep terbesar dan juga
merupakan konsep sukar yaitu muatan anion pada siswa kelas X sedangkan siswa kelas XI mengalami
kesalahan konsep terbesar dan juga merupakan konsep sukar pada konsep bilangan oksidasi pada anion
poliatomik tidak mempengaruhi tatanama anion poliatomik.

Kata kunci: Konsep sukar, Kesalahan konsep, Tatanama senyawa biner dan Ion poliatomik

Proses belajar mengajar kimia di SMA sudah jenjang yang lebih tinggi dan berkaitan. Salah satu
dilakukan dengan berbagai inovasi yang dilaksana- konsep dasar kimia adalah tatanama senyawa biner
kan agar siswa SMA dapat mencapai Standar dan ion poliatomik. Dalam KTSP 2006 tatanama
Kelulusan Minimal (SKM). Hal ini membuat para senyawa anorganik diajarkan di kelas X SMA.
guru berupaya agar semua siswa lulus dalam mata- Pokok bahasan tatanama senyawa anorganik di
pelajaran kimia. Karakteristik konsep kimia yaitu: SMA adalah nama senyawa yang terdiri dari dua
bersifat abstrak, berjenjang dan saling terkait unsur disebut senyawa biner diajarkan di kelas X
sehingga diperlukan strategi proses belajar semester satu dan tatanama senyawa anorganik
mengajar yang cocok agar siswa tidak salah dalam yang mempunyai bilangan oksidasi bermacam-ma-
memahami konsep kimia. Dari hasil ulangan kimia cam diajarkan pada pokok bahasan reaksi redoks di
diperoleh data bahwa banyak siswa SMA salah kelas X semester dua. Pemahaman tatanama senya-
menjawab soal ulangan kimia sehingga mendapat wa biner diperlukan untuk mempelajari kimia lebih
nilai di bawah SKM (komunikasi pribadi). tinggi dan berkaitan seperti menuliskan persamaan
Kesalahan memahami konsep dasar kimia yang reaksi, perhitungan kimia, ikatan kimia, asam-basa
dibuat siswa SMA akan berdampak saat siswa dan lain-lain.
mempelajari konsep kimia lebih tinggi dan terkait. Sampai sekarang siswa SMA bahkan maha-
siswa kimia sering berbuat kesalahan dalam menu-
PEMBAHASAN liskan nama senyawa anorganik (komunikasi priba-
di). Kesalahan tatanama senyawa biner yang dila-
Pembelajaran kimia di SMA diharapkan dapat kukan menyebabkan terjadi konsep sukar yaitu
membuat siswa paham tentang konsep dasar kimia konsep yang dianggap sukar oleh siswa dan bukan
dan mampu mempelajari konsep kimia dengan konsep kimia yang dipelajari tergolong sukar Kon-

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 32


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

sep sukar didefinisikan sebagai konsep yang tidak deks pada kation; sistem Stock digunakan pada
dapat dipahami atau salah oleh lebih besar atau kation menggunakan indeks pada anion; bilangan
sama dengan 61% siswa menjawab salah soal oksidasi pada anion poliatomik tidak mempenga-
(Anjarwati, 2008). Konsep sukar yang dimiliki sis- ruhi tatanama anion poliatomik dan senyawa yang
wa akan menimbulkan kesalahan konsep. Kesalah- mengandung unsur logam-nonlogam menggunakan
an konsep adalah kesalahan yang ajeg dilakukan tatanama senyawa biner nonlogam-nonlogam.
siswa dan memiliki sumber-sumber tertentu dalam Data konsep sukar sistem Stock yang ditemu-
menafsirkan konsep, hubungan konsep dan pene- kan adalah 61% siswa kelas X saja pada soal no 3
rapan konsep yang terjadi karena ada perbedaan Untuk konsep sukar anion poliatomik ditunjukkan
pemahaman konsep yang dimaksud oleh buku pada soal no 10 sebesar 79% siswa kelas X; 94%
acuan atau ilmuwan atau masyarakat ilmiah (Berg siswa kelas XI.
dam Efendy, 2002). Kesalahan siswa SMA dalam Pada soal no 3 pilihan jawaban A, CuCl2 =
memberi nama senyawa biner menarik untuk dite- tembaga diklorida, siswa menyatakan bahwa ang-
liti. Sejumlah penelitian tentang kesalahan tatana- ka indeks pada atom Cl menunjukkan jumlah atom
ma senyawa anorganik telah dilakukan. Cl pada senyawa CuCl2 sehingga namanya adalah
Hasil penelitian Widodo (2003) melaporkan tembaga diklorida. Pilihan jawaban B, Cu2O =
bahwa 63,03% siswa kelas X SMAN sekota Mojo- tembaga(II) oksida, siswa menjelaskan bahwa
kerto mengalami kesulitan dalam menuliskan ru- angka indeks pada atom Cu menunjukkan bilangan
mus kimia. Syukrillah (2009) menunjukkan bahwa oksidasinya. Pilihan jawaban C, Li2O – litium(I)
56% siswa kelas X dan 43% siswa kelas XI SMA oksida, siswa menerangkan bahwa atom Li memi-
Laboratorium Universitas Negeri Malang mengala- liki bilangan oksidasi +1 dan merupakan golongan
mi konsep sukar dalam tatanama senyawa dari lo- transisi maka tatanamanya dengan menuliskan bi-
gam dan nonlogam. Penelitian Vaudhi (2009) me- langan oksidasinya. Pilihan jawaban E, SnO =
nyatakan bahwa konsep sukar pada jenis partikel Seng(II) oksida, siswa membei alasan bahwa na-
suatu senyawa yang terbentuk dari unsur logam- ma unsur dengan lambang Sn adalah seng. Siswa
nonlogam pada kelas XI SMAN-1 Malang sebesar belum memahami bahwa lambang unsur menggu-
70,8%, dari unsur nonlogam-nonlogam sebanyak nakan singkatan nama dengan menggunakan baha-
75,3% siswa kelas X; 21% siswa kelas XI dan 24% sa Latin dan bukan bahasa Indonesia.
siswa kelas XII. Data tersebut sangat mengejutkan Soal no 10 merupakan salah satu soal model
dan menimbulkan rasa ingin tahu kesukaran siswa Hayu melaporkan bahwa jumlah siswa menjawab
memahami tatanama senyawa biner sehingga salah terbanyak pada pilihan jawaban A yaitu 53%
menimbulkan konsep sukar dan kesalahan konsep. siswa kelas X dan 45% siswa kelas XI memilih B.
Penelitian dengan judul: IDENTIFIKASI Pada pilihan jawaban A, siswa kelas X menjawab
KONSEP SUKAR DAN KESALAHAN KON- bahwa ion sulfit memiliki lambang SO3- karena
SEP TATANAMA SENYAWA BINER DAN siswa tidak memahami tatanama anion poliatomik.
ION POLIATOMIK SISWA SMA NEGERI 1 Siswa menyimpulkan bahwa ion sulfat adalah
MALANG, telah dilakukan oleh Winarsi, alm. SO42- maka ion sulfit adalah SO3-. Siswa kelas XI
(2010). Subyek penelitian yang digunakan pada memilih pilihan jawaban B sebagai kesalahan
penelitiannya adalah 76 siswa kelas X dan 73 siswa dominan dengan alasan ion sulfat adalah SO42-
kelas XI IPA SMAN-1 Malang. Sumber data yang maka ion manganat adalah MnO42-.
digunakan yaitu tes diagnostik berjumlah 13 soal
dengan 5 alternatif jawaban yang disusun pada kisi- Kation Nama anion Nama senyawa
kisi soal sesuai taksonomi Bloom C1-C4.(jenjang poliatomik litium
pengetahuan, pemahaman, penerapan dan analisis). I) NaSO3
Ion sulfit
Realibilitas soal tes diagnostik dihitung dengan ru- II) NaSO4
mus KR20 dan diperoleh sebesar 0,65 dengan kri- III) Na2MnO4
Ion manganat
teria tinggi. Soal yang dirakit Winarsi (alm) diberi IV) Na2MnO3
V) NaPO3
nama Model Hayu yang melaporkan bahwa di- Ion natrium Ion kromat
VI) Na(PO4)3
peroleh dua konsep sukar yaitu: sistem Stock dan
VII) Na2CrO4
anion poliatomik; 8 kesalahan konsep ialah: tata- Ion kromat
VIII) NaCrO4
nama unsur terhadap lambangnya; muatan kation; IX) NaBrO2
muatan anion; sistem Stock digunakan sesuai in- Ion bromit
X) NaBrO4

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 33


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Soal model Hayu no 10 disajikan berikut: Tabel 1. Pengecoh tatanama unsur terhadap lam-
Pasangan anion dan rumus kimia yang benar adalah bangnya
A) a dan I
B) b dan III No Soal Pengecoh Lambang Nama
C) c dan V Unsur Unsur
D) d dan VIII 1 A Be Besi
E) e dan IX 3 E Sn Seng
4 C B Bromin
Kesalahan konsep tatanama unsur terhadap 5 A K Kalsium
lambangnya ditunjukkan oleh pilihan jawaban se- 6 A Ni Nitrogen
bagai pengecoh yaitu pada Tabel 1.
Kesalahan konsep muatan anion merupakan PENUTUP
kesalahan terbesar dan juga merupakan konsep
sukar untuk siswa kelas X. Siswa kelas XI meng- Data penelitian Winarsi (alm) menguatkan
alami kesalahan konsep terbesar dan juga merupa- bahwa perlu diberin perhatian khusus pembelajaran
kan konsep sukar pada konsep bilangan oksidasi tatanama senyawa anorganik (biner dan anion poli-
pada anion poliatomik tidak mempengaruhi tata- atomik) supaya tidak terjadi konsep sukar dan kesa-
nama anion poliatomik. lahan konsep yang dimiliki siswa sampai ke jen-
jang pendidikan yang lebih tinggi.

DAFTAR RUJUKAN

Anjarwati, N. L. 2008. Identifikasi Konsep Sukar dan Syukrillah, H. 2009. Identifikasi Konsep Sukar dan
Kesalahan Konsep Stoikiometri pada Siswa Kesalahan Konsep Pokok Bahasan Materi pada
SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang. Siswa SMA Laboratorium Universitas Negeri
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan kimia Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
Universitas Negeri Malang Jurusan kimia Universitas Negeri Malang
Effendy.2002. Upaya Untuk Mengurangi Kesalahan Vaudhi, F. 2009. Identifikasi Konsep Sukar dan
konsep Dalam Pengajaran Kimia Dengan Kesalahan Konsep Mol
Menggunakan Strategi Konflik. Media
Komunikasi Kimia. 2(6):1-22

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 34


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM


MENGKOSTRUKSI TES KIMIA YANG BAIK BENTUK
PILIHAN GANDA DENGAN METODE “DIPRESENTGAP”

Habiddin
Prayitno

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak: Telah dilakukan penelitian untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa Pendidikan Ki-
mia UM dalam mengembangkan tes kimia yang baik dengan metode “DiPresentGap”. Penelitian ini di-
laksanakan dengan format penelitian tindakan kelas dan berlangsung selama 3 siklus. Metode DiPre-
sentGap diterapkan pada setiap siklus. Penelitian ini dilakukan berdasarkan masalah yang ditemukan
pada perkuliahan Penilaian Pendidikan Kimia pada mahasiswa Semester VI Angkatan 2007 off A, di-
mana mahasiswa belum mampu mengkostruksi tes kimia yang baik khususnya bentuk soal pilihan
ganda (multiple choice). Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan mahasiswa
dalam mengkontruksi tes kimia yang baik mulai dari siklus 1 sampai siklus 3. Pemerian data dalam
penelitian ini dilakukan secara kualitatif berdasarkan norma-norma penyusunan tes pilihan ganda yang
baik.

Kata kunci: tes kimia yang baik, soal pilihan ganda, DiPresentGap

Sajian mata kuliah Penilaian Pendidikan & Reid dalam Bunce & VandenPlas (2005:160),
Kimia diberikan untuk membekali mahasiswa mengemukakan bahwa hasil-hasil penelitian
agar mampu melakukan perencanaan, pembuatan menunjukkan kemampuan mahasiswa dalam
alat ukur atau instrumen, pengadministrasian mengkontruksi tes kimia bentuk pilihan ganda
pengukuran, pengolahan dan penarikan (Multiple Choice) tidak sebaik mengkontruksi
kesimpulan dari informasi hasil belajar serta bentuk essay (uraian). Lebih lanjut Bunce &
bagaimana menindaklanjuti hasil penilaian. VandenPlas menyimpulkan bahwa dibutuhkan
Pembuatan instrument tes berupa tes kimia penelitian yang ekstensif tentang kemampuan
terstandar merupakan hal yang sulit dilakukan mahasiswa dalam mengkontruksi tes kimia yang
oleh mahasiswa. Hal teesebut Nampak pada berkualitas.
beberapa pertemuan awal dengan topik kajian Proses mengkonstruksi tes memiliki banyak
mengembangkan tes yang berkualitas. keuntungan bagi mahasiswa diantaranya dapat
Berikut ini disajikan contoh soal yang mengikatkan pemahaman mahasiswa terhadap
dibuat oleh mahasiswa pada awal perkuliahan. materi kimia. Hal ini diperkuat oleh hasil
“Hitunglah molalitas larutan yang terjadi bila 24 penelitian Bunce & VandenPlas (2006). Peranan
gram kristal MgSO4 dilarutkan dalam 400 gram tes yang berkualitas dalam mengidentifikasi
air (Mr MgSO4 = 120)…. pemahaman mahasiswa telah banyak dibuktikan.
(A) 0,2 molal (D) 3,33 molal Stamovlasis, dkk (2005) telah menganalisis
(B) 0,5 molal (E) 0,14 molal pemahaman konseptual dan algoritmik ber-
(C) 0,0005 molal dasarkan tes yang diberikan. Tan, dkk (2005)
Konstruksi soal, pengurutan option jawaban menggunakan tes diagnostik untuk meng-
yang berbentuk angka, pertimbangan distraktor, identifikasi pemahaman siswa tentang energi
belum memenuhi kriteria soal yang baik. Danili ionisasi.

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 35


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Kemampuan mahasiswa mengkonstruksi tes kurangan dari tes tersebut diungkap secara
kimia terstandar akan terbentuk dengan baik jika kelas serta pemberian saran-saran perbaikan.
mahasiswa dikondisikan untuk termotivasi dan Tahap ini dipandu oleh Dosen Pembina mata
tertantang untuk berlatih. Namun, mengingat hal kuliah. Dosen Pembina memberikan penjela-
ini tidak mudah maka mahasiswa perlu dibim- san dan saran-saran kepada mahasiswa ter-
bing dan dibiasakan. Dengan demikian, penerap- kait soal hasil kontruksi mahasiswa.
an metode “DiPresentGap” (diskusi-presentasi-  Tanggapan dan Refleksi
tanggapan) merupakan langkah yang tepat untuk Kelebihan dan kekurangan tes yang telah
membentuk kemampuan mahasiswa mengem- dibuat dijelaskan, selanjutnya ditugaskan un-
bangkan tes terstandar. tuk membuat soal konsep kimia yang lain.

METODE Siklus 2
 Pemberian masalah 2 (adaptasi)
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa
Mahasiswa ditugaskan melakukan browsing
peserta Mata Kuliah Penilaian Pendidikan Kimia
soal-soal kimia terstandar khususnya dari luar
semester genap, tahun akademik 2009/2010
negeri. Selanjutnya mahasiswa ditugaskan
Jurusan Kimia FMIPA UM Malang. Penelitian
membuat soal dengan mengadaptasi soal-soal
ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK)
kimia terstandar hasil browsing. Soal yang di-
karena masalah yang diteliti bersumber dari tugaskan difokuskan pada soal-soal yang ditu-
masalah real yang ditemukan oleh dosen dalam runkan dari tabel, grafik, kurva atau gambar.
proses perkuliahan. Penelitian ini dilakukan  Langkah selanjutnya sama dengan siklus 1
dalam 3 siklus. Setiap siklus dilaksanakan
dengan metode “DiPresentGap”. Mahasiswa Siklus 3
dibagi dalam 5 kelompok dengan anggota
masing-masing kelompok 5 orang. Langkah-  Pemberian masalah 3 (mandiri)
langkah penelitian, yaitu: (1) pemberian masalah, Mahasiswa ditugaskan mengkonstruksi soal
(2) diskusi kelompok, (3) observasi (presentasi yang diturunkan dari tabel, grafik, kurva atau
kelas), (4) Tanggapan dan refleksi gambar. Tiap mahasiswa menghasilkan soal
yang merupakan hasil karya terbaiknya, ada
Siklus 1 yang berbahasa Indonesia dan ada yang berba-
hasa Inggris.
 Pemberian masalah 1  Langkah selanjutnya sama dengan siklus 1
Mahasiswa ditugaskan membuat tes kimia
bentuk pilihan ganda biasa sebanyak yang di- Hasil setiap siklus dianalisis secara kua-
inginkan dalam Bahasa Indonesia dan Ba- litatif. Data dalam penelitian ini dianalisis secara
hasa Inggris. Mahasiswa diberi petunjuk un- deskriptif, yaitu pemberian secara sistematis dan
tuk mencari rambu-rambu penulisan tes yang faktual terhadap aspek-aspek kualitas tes kimia
baik dalam buku-buku evaluasi dan penilaian hasil kontruksi mahasiswa untuk layak tidaknya
pendidikan. Soal yang dikembangkan dise- ditetapkan sebagai tes kimia yang baik sesuai
suaikan dengan indikator dan tujuan penya- kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Dengan
jian materi kimia dasar yang dipilih pada demikian tidak ada data kuantitatif pada setiap
setiap soal. siklus.
 Diskusi kelompok
Mahasiswa mendiskusikan tes yang di-
kembangkan dalam kelompok yang telah di- HASIL DAN PEMBAHASAN
bentuk sebelumnya. Dalam kelompok terse-
Produk Soal Mahasiswa Pada Siklus 1
but, antara mahasiswa saling memberi masu-
kan dan kritik terhadap soal yang dibuat oleh Pada “Siklus 1” mahasiswa ditugaskan
yang lain. untuk membuat soal kimia tanpa diberikan
 Observasi (presentasi kelas), penjelasan atau contoh terlebih dahulu tentang
Sejumlah mahasiswa mempresentasikan soal cara mengkontruksi tes yang baik. Mahasiswa
yang telah dikembangkan. Soal tersebut akan diminta mengeksplorasi sendiri pengetahuannya
dibahas dalam kelas. Kelebihan dan ke- tentang cara mengkontruksi tes kimia yang baik

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 36


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

melalui penelusuran literatur. Contoh soal kimia soal-soal standar hasil browsing. Mahasiswa
hasil bentukan mahasiswa pada tahap ini diminta menyertakan sumber soal kimia yang
diberikan pada Tabel 1 di bawah ini. diadaptasi. Pada saat evaluasi kinerja, mahasiswa
menunjukkan sisi perbedaan antara soal yang
Tabel 1. Tes Kimia Hasil Kontruksi Mahasiswa disusunya dengan sumber soal yang diadaptasi.
Pada “Siklus 1” Contoh soal kimia hasil bentukan mahasiswa
pada tahap ini diberikan pada tabel.
1. Diketahui reaksi sebagai berikut:
Zn(s) + HCl(aq) ZnCl2(s) + H2(g) Tabel 4. Tes Kimia Hasil Kontruksi Mahasiswa
Jika 16,345 gram Zn yang direaksikan
Pada “Siklus 2”
menghasilkan 5 liter gas H2 pada suhu dan
tekanan tertentu, berapakah 28 gram gas
nitrogen pada suhu dan tekanan yang sama? No. Soal Sumber
(Ar H=1; N=14; Cl=35,5; Zn=65,38) Adaptasi
A. 0,05 L Berikut merupakan beberapa B-R, Sherry,
B. 20 L kemungkinan struktur ion et all. 2005.
C. 1,25 L hidrogensulfat. 2005 U. S.
D. 40 L Di antara keempat struktur National
E. 280 L tersebut yang merupakan Chemistry
pasangan kanonis yang Olympiad.
2. Zat aktif yang terdapat dalam pemutih paling stabil adalah… New York:
adalah…. A. (ii) saja, karena jumlah State Univer-
A. NaCl muatan formalnya = -1 sity of New
B. NaClO B. (i) dan (iii), karena York. (soal
C. NaClO2 distribusi muatan formal no. 51 hal 7)
D. NaClO3 ion memenuhi syarat de-
E. NaClO4 ngan jumlah muatan for-
mal = -1 dan mempunyai
3. How much NaOH 0,0015 M must be titrated PEB yang sama banyak
1.
in solution 50 mL HCl 0,03 M in order to get C. (ii) dan (iii), karena ke-
equilibrium point ? duanya memiliki
A. 15 mL C. 150 mL E. 1000 mL jumlah muatan formal
B. 50 mL D. 500 mL sama dengan -1
D. (i) dan (ii), karena
Soal-soal yang ditampilkan pada tabel 1 di mempunyai jumlah
atas menggambarkan kemampuan mahasiswa PEB sama banyak dan
jumlah ikatan π dan σ
dalam mengkontruksi tes kimia terstandar masih
yang sama banyak pula
kurang. Badan soal dan pokok soal umumnya E. (iv) saja, karena
masih sukar dibedakan, seperti yang terlihat pada distribusi muatan
soal no. 1 dan 3. Penyajian angka pada soal no. formal ion memenuhi
2 belum diurutkan berdasarkan nilainya. syarat dan memiliki
Demikian pula aturan-aturan penulisan soal yang banyak PEB pada
berlaku secara nasional, misalnya penggunaan substituen
huruf kapital pada option jawaban (A, B, C, D, Perhatikan grafik harga California
E). keseragaman jumlah titik pada akhir pokok ionisasi pertama unsur- Standard Test
soal juga belum diperhatikan dengan baik. Soal unsur periode 3. 2008. (No. 15)
no. 4 yang berbahasa inggris cukup baik dari segi Harga ionisasi pertama un-
sur magnesium, fosfor, dan
grammar karena dimungkinkan mahasiswa
belerang berturut-turut
mencontoh soal yang telah ada dalam buku kimia 2. ditunjukkan oleh….
berbahasa ingggris. (A) B, D, E
(B) C, D, F
Produk Soal Mahasiswa Pada siklus 2 (C) B, E, F
(D) D, F, G
Pada “Siklus 2” mahasiswa ditugaskan
untuk membuat soal kimia dengan mengadaptasi (E) C, E, F

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 37


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Pada tahap ini mahasiswa mengkonstruksi D. 3,612 x 1024 molekul C dan 3,612
soal dengan mengadaptasi soal-soal hasil x 1024 molekul D yang dihasilkan.
browsing internet. Hal ini dimaksudkan agar E. 3,612 x 1024 molekul C dan 1,806
pada tahap mahasiswa dapat mengkonstruksi x 1023 molekul D yang dihasilkan.
soal yang baik dengan memetik pelajaran dari
3. Sebanyak 100 ml larutan A 0,2 M
soal-soal terstandar tersebut. dititrasi dengan 0,5 M larutan B dari
buret. Dari titrasi tersebut diperoleh
Produk Soal Mahasiswa Pada “Siklus 3”
grafik perubahan pH larutan seperti di
Pada “Siklus 3” mahasiswa hanya di- bawah ini.
wajibkan menghasilkan 1 soal yang merupakan
4. Perhatikan gambar kesetimbangan
karya terbaiknya. Soal-soal tersebut kemudian
antara gas CO dan gas H 2 menurut
didiskusikan secara kelas. Berdasarkan hasil persamaan reaksi berikut:
diskusi tersebut, selanjutnya dihasilkan 10 soal CO (g) + 3 H 2 (g) CH 4 (g) + H 2 O(g)
terbaik. Soal-soal tersebut siap untuk divalidasi.
Hal ini dapat dilakukan jika hendak dibentuk Pada suhu tetap, pengaruh penambahan
soal kimia terstandar. Contoh soal tersebut tekanan terhadap reaksi kesetimbangan:
disajikan pada Tabel 3. (1) konsentrasi CH 4 bertambah
(2) kesetimbangan bergeser ke kanan
Tabel 3. Tes Kimia Hasil Konstruksi Mahasiswa (3) tidak mempengaruhi harga K c
Pada “Siklus 3” (4) Q c > K c
Pernyataan yang benar berdasarkan
1. Perhatikan diagram sel elektrokimia keadaan diatas adalah....
berikut: (A) (1),(2), dan (3)
(A). (B) (1) dan (3)
(B). (C) (2) dan (4)
(C). (D) (4) saja
(D). (E) (1), (2), (3), dan (4)
Dengan melihat diagram sel volta di atas,
maka pernyataan di bawah ini yang benar 5. Pembentukan kristal NaCl dari unsur-
adalah … unsurnya disajikan pada siklus Born-
A. Reaksi dapat berlangsung dengan Haber di bawah ini.
menghasilkan potensial sebesar 0,04 volt.
B. Reaksi dapat berlangsung jika ada Besarnya harga entalpi pembentukan kristal
potensial sebesar 0,04 volt mengalir NaCl adalah...
dalam sel tersebut. A. - 439 kJ/mol D. 289,9 Kj/mol
C. Reaksi dapat berlangsung dengan B. - 289,9 kJ/mol E. 439 kJ/mol
menghasilkan potensial sebesar 1,56 volt. C. 58,6 kJ/mol
D. Reaksi dapat berlangsung jika ada
potensial sebesar 1,56 volt mengalir 6. Di bawah ini merupakan grafik titik
dalam sel tersebut. senyawa hidrida golongan VI
E. Reaksi dapat berlangsung dan diantaranya H2O, H2Se, H2S, dan H2Te:
menghasilkan potensial sebesar 2,36 volt.
Urutan titik didih senyawa yang benar untuk
2. Ketika suatu molekul A dibakar dengan A, B, C, dan D adalah….
molekul B, diperoleh molekul C dan D, A. H2O, H2Se, H2S, H2Te
reaksinya sesuai gambar berikut ini. B. H2S, H2O, H2Te, dan H2Se
C. H2O, H2S, H2Se, dan H2Te
Apabila 67,2 Liter molekul A bereaksi D. H2Te, H2Se, H2S, dan H2O
dengan 134,4 liter molekul B, maka…. E. H2O, H2Te, H2Se, dan H2S
A. 18,06 x 1023 molekul C dan 18,06
x 1023 molekul D yang dihasilkan.
B. 36,12 x 1023 molekul C dan 18,06
x 1023 molekul D yang dihasilkan.
C. 18,06 x 1023 molekul C dan 3,612
x 1024 molekul D yang dihasilkan.

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 38


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

KESIMPULAN dalam mengkontruksi tes kimia terstandar


perlu ditingkatkan, mengingat hal tersebut
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
sangat penting dalam melaksanakan tugas
dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan
kelak sebagai guru. Soal-soal yang
bahwa berdasarkan parameter kualitatif,
mengandung gambar, grafik, atau tabel hasil
kemampuan mahasiswa mengembangkan tes
kontruksi mahasiswa perlu mendapat perhatian
kimia bentuk pilihan ganda semakin baik dari
karena umumnya daya dukung gambar, tabel
silus 1 ke siklus 3. Berdasarkan temuan-
atau grafik terhadap soal konstruksi mahasiswa
temuan yang diperoleh, dikemukakan saran-
tidak krusial
saran berikut ini. Kemampuan mahasiswa

DAFTAR RUJUKAN

Bunce, D.M. & VandenPlas, J.R. 2006. Student Recog- Chemistry Examination. The Royal Society of
nition and Construction of Quality Chemistry Es- Chemistry, Chemistry Education Research and
say Responses. The Royal Society of Chemistry, Practice, 6(2) : 104-118
Chemistry Education Research and Practice, Tan, K.C.D., Taber, K.S., Goh, N.K., & Chia, L.S. 2005.
7(3) :160-169 The Ionization Energy Diagnostic Instrument: A
Danili, E. & Reid, N. 2005. Assessment Formats: Do Two-Tier Multiple-Choice Instrument to Deter-
They Make A Difference? The Royal Society of mine High School Students’ Understanding of
Chemistry, Chemistry Education Research and Ionization Energy. The Royal Society of Chemis-
Practice, 6(4): 204-212 try, Chemistry Education Research and Practice,
Stamovlasis, D., Tsaparlis, G., Kamilatos, C., Papaoiko- 6(4): 180-179
nomou, D., & Zarotiadou, E. 2005. Conceptual
Understanding Versus Algorithmic Problem
Solving: Further Evidence From A National

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 39


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

STUDI TENTANG PELAKSANAAN LESSON STUDY


DI SMA LABORATORIUM UNIVERSITAS NEGERI MALANG
TAHUN AJARAN 2009/2010

Hayuni Retno Widarti


Darsono Sigit
Mahmudi

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak: Lesson study merupakan suatu model pembinaan pendidikan melalui pengkajian
pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual
learning untuk membangun komunitas belajar. Lesson study dilakukan sebagai upaya untuk mengkaji
kegitan pembelajaran melalui kegiatan perencanaan (plan), pelaksanaan (do) dan refleksi (see) bersama
yang bertujuan meningkatkan kualitas pembelajaran itu sendiri. Penelitian yang dilakukan merupakan
penelitian diskriptif dengan sampel guru PPL dan siswa kelas X3 dan X5 di SMA Laboratorium
Universitas Negeri Malang. Data penelitian diperoleh dengan memberikan angket, lembar observasi
kegiatan pembelajaran, lesson learned report. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) kegiatan lesson
study di SMA LAboratorium UM dilakukan secara rutin dan banyak memberikan manfaat kepada guru,
2) terdapat peningkatan terhadap kerja guru dengan kategori baik, 3) tanggapan siswa terhadap kegiatan
lesson study positif dengan persentase rata-rata sebesar 69%.

Kata kunci: lesson study, SMA Laboratorium UM, Guru PPL

Salah satu topik pendidikan yang belakangan pengajaran (plan), mengobservasi pada saat pelak-
ini menarik untuk diperbincangkan yaitu tentang sanaan (do), meninjau kembali dan melaporkan
lesson study, yang muncul sebagai salah satu alter- hasilnya pada aplikasi dalam pengajaran berikutnya
natif guna mengatasi masalah praktik pembelajaran (refleksi). Lesson Study merupakan salah satu
yang selama ini dipandang kurang efektif. Seperti upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pem-
dimaklumi, bahwa sudah sejak lama praktik pem- belajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru
belajaran di Indonesia pada umumnya cenderung secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam
dilakukan secara konvensional yaitu melalui cera- merencanakan, melaksanakan, mengobservasi, me-
mah, untuk merubah kebiasaan praktik pembelajar- refleksi dan melaporkan hasil pembelajaran. Lesson
an dari pembelajaran konvensional dengan cera- Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam
mah ke pembelajaran yang berpusat kepada siswa pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya
memang tidak mudah. Lesson study tampaknya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajar-
dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif guna an yang dilakukan oleh sekelompok guru secara
mendorong terjadinya perubahan dalam praktik kolaboratif dan berkesinambungan.
pembelajaran di Indonesia menuju ke arah yang Pelaksanaan lesson study melibatkan bebera-
jauh lebih baik. pa guru dalam kelompok-kelompok diskusi kecil
Lesson study yang dalam bahasa Jepang dengan aktifitas antara lain berdiskusi dalam me-
disebut jugyokenkyu merupakan proses pembelajar- nyusun perencanaan mengajar, melakukan observa-
an yang mengkolaborasikan guru dalam grup kecil si terhadap proses belajar mengajar dan melakukan
dengan orang lain (dosen, guru mata pelajaran, atau diskusi setelah pembelajaran untuk melakukan
guru mata pelajaran lainnya) untuk merencanakan berbagai perbaikan pada proses berikutnya. Salah

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 40


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

satu guru menjadi guru model dan yang lainnya perhitungan tanggapan siswa dapat dilihat dalam
menjadi observer sehingga suasana kelas bisa Tabel 4.
terkondisi dengan baik. Oleh karena itu dengan
adanya lesson study diharapkan ada pola perubahan PEMBAHASAN
belajar siswa sehingga siswa menjadi lebih tertarik
dan antusias selama proses pembelajaran berlang- Pelaksanaan kegiatan lesson study pada kelas
sung. Proses pelaksanaan lesson study pada dasar- yang diajar dengan learning cycle (kelas X3)
nya adalah kegiatan plan - do - see (Perencanaan- dilakukan empat kali pertemuan, sedangkan pada
Implementasi-diskusi) (Joharmawan, 2006). Pada kelas ceramah bermakna (kelas X5) dilakukan tiga
tahap perencanaan anggota lesson study merancang kali pertemuan. Urutan pelaksanaan kegiatan
kegiatan untuk meningkakan mutu belajar siswa Lesson study adalah membuat perencanaan (plan),
dari pembelajaran yang dilakukan oleh salah se- pelaksanaan perencanaan (do), dan pembahasan
orang guru. Pada pelaksanaan perencanaan pembe- hasil pelaksanaan (refleksi).
lajaran yang sudah dirancang bersama, kemudian Tahap perencanaan 1. Guru PPL melakukan
diobservasi oleh teman atau guru yang lain, setelah serangkaian kegiatan yaitu menyiapkan rencana
itu melakukan refleksi bersama atas hasil peng- pelaksanaan pembelajaran (RPP), menyiapkan
amatan pembelajaran yang baru saja dilakukan. lembar kerja 1 siswa, menyiapkan tugas individu 1,
Dari hasil observasi yang didapatkan di SMA menyiapkan hand out, menyiapkan lembar
Laboratorium Universitas Negeri Malang lesson penilaian keaktifan siswa, menyiapkan lembar
study sudah diterapkan sejak tahun 2002. Oleh penilaian kinerja guru, lesson learned report,
karena itu perlu diadakan penelitian tentang pelak- lembar observasi pembelajaran dalam kegiatan
sanaan kegiatan lesson study di SMA Laboratorium pembelajaran, daftar hadir pengamat lesson study,
Universitas Negeri Malang khususnya tentang ma- dan mempersiapkan anggota kelompok belajar.
teri kimia pada pokok bahasan redoks. Tahap pelaksanaan dan observasi, pelaksanaan
pembelajaran dimulai dengan penggalian
METODE pengetahuan awal siswa agar siswa bisa
konsentrasi saat pembelajaran berlangsung. Siswa
Penelitian yang dilakukan merupakan peneli- diberikan permasalahan yang harus dipecahkan
tian diskriptif yang memaparkan pelaksanaan ke- oleh siswa sedangkan guru hanya memberikan
giatan lesson study oleh mahasiswa jurusan Kimia penguatan dan penjelasan jika siswa tidak
yang sedang melaksanakan praktek pengalaman mengerti. Pada saat pelaksanaan pembelajaran,
lapangan (PPL) semester genap 2009/2010. Ran- sebagian besar siswa tidak mengikuti kegiatan
cangan penelitian terdiri dari tahap penyusunan belajar dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari siswa
RPP, lembar observasi kegiatan lesson study, dan yang masih terlambat, berbicara sendiri saat guru
angket tanggapan siswa terhadap kegiatan lesson menerangkan, siswa yang dibelakang tidak punya
study, serta tahap analisis data Penelitian dilaksana- modul, dan ada juga saat guru menerangkan ada
kan pada bulan Mei sampai Juni tahun 2010 siswa yang jalan-jalan menuju bangku temannya.
dengan subyek penelitian kelas X3 dan X5 guru, Tahap refleksi, peneliti banyak mendapat masukan
mahasiswa PPL dan siswa SMA laboratorium UM dari para observer antara lain agar memperhatikan
pada materi kimia dengan pokok bahasan redoks. siswa yang duduk dibelakang dan berkeliling saat
Pengumpulan data pada saat plan- do dan see dila- pembelajaran berlangsung, dalam menjelaskan
kukan oleh peneliti terhadap guru bidang studi, 2 materi pelan-pelan, penguasaan kelas lebih di-
mahasiswa PPL dan siswa. tingkatkan lagi, meningkatkan motivasi siswa
Sedangkan hasil observasi kinerja guru pada dengan memberikan reward seperti stiker berpoint
kelas X3 dan kelas X5 dapat dilihat Tabel 3. atau tambahan nilai bagi siswa yang mau
Hasil tanggapan siswa terhadap kegitan lesson mengemukakan pendapatnya.
study diperoleh dari pemberian angket. Data

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 41


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Tabel 1. Hasil Observasi Kegiatan Lesson Study Kelas X3


Pertemuan Plan Do See
Pertemuan RPP, LKS, soal kuis(tugas Pelaksanaan pembelajaran dimu- Guru lebih memperhatikan
ke-1 individu), hand out, lembar lai dengan melakukan apersepsi siswa yang duduk dibelakang
penilaian kinerja guru dengan untuk membuat hipotesis, siswa dan berkeliling saat
model learning cycle, lembar membaca modul, siswa menjelas- pembelajaran berlangsung,
penilaian keaktifan siswa. kan, mengerjakan kuis, siswa dalam menjelaskan materi
Lesson learned report, membuat kesimpulan. pelan-pelan, penguasaan kelas
lembar observasi Hanya sebagian siswa yang be- lebih ditingkatkan lagi. Guru
pembelajaran dalam kegiatan lajar, masih ada siswa yang ter- memberikan reward seperti
pembelajaran, daftar hadir lambat, berbicara sendiri saat gu- stiker berpoint atau tambahan
pengamat lesson study. ru menerangkan, siswa yang di- nilai
belakang tidak punya modul, saat
guru menerangkan ada siswa
yang jalan-jalan ke temannya.
Pertemuan RPP dengan masukan saran Guru mengajukan pertanyaan, Jika ada siswa yang belum
ke-2 refleksi pertemuan ke-1, LKS, siswa membuat hipotesis, guru memahami materi sebaiknya
soal kuis, hand out, lembar menjelaskan materi yang belum guru mengulang lagi materi
penilaian kinerja guru dengan dipahami siswa, mengerjakan yang dipelajari sampai siswa
model learning cycle, lembar soal, siswa membuat kesimpulan. paham, guru mengajukan
penilaian keaktifan siswa. Tidak semua siswa belajar materi pertanyaan kepada siswa yang
Lesson learned report, lembar yang diajarkan guru, ada siswa membuat gaduh agar siswa
observasi pembelajaran dalam yang membuat gaduh dan berma- memperhatikan.
kegiatan pembelajaran, daftar in HP,ada siswa yang tidak
hadir pengamat lesson study mendengarkan penjelasan guru.
Pertemuan RPP dengan masukan saran Guru memotivasi siswa, siswa Siswa sudah mulai aktif
ke-3 refleksi pertemuan ke-2, LKS, membuat hipotesis, guru membe- dalam menjawab pertanyaan
soal kuis, hand out, lembar rikan penguatan, mengerjakan yang diberikan guru karena
penilaian kinerja guru dengan soal, membuat kesimpulan. adanya reward berupa
model learning cycle, lembar Tidak semua siswa belajar materi tambahan nilai, masih ada
penilaian keaktifan siswa. yang diajarakan, ada siswa yang siswa yang kurang percaya
Lesson learned report, lembar masih bingung mengenai materi diri untuk mengerjakan tugas
observasi pembelajaran dalam yang dijelaskan, siswa berbin- di papan tulis.
kegiatan pembelajaran, daftar cang-bincang dengan temannya
hadir pengamat lesson study sehingga siswa tidak memperhati-
kan guru, ada siswa yang bermain
sendiri
Pertemuan RPP dengan masukan refleksi Pelaksanaan pembelajaran dimu- Siswa belum siap untuk kuis,
ke-4 pertemuan ke-3, LKS lai dari pemberian kuis dan meng- setiap siswa harus mendapat
praktikum, hand out, lembar ajukan pertanyaan kepada siswa LKS untuk mennunjang
penilaian kinerja guru dengan agar siswa membuat hipotesis praktikum sehingga
model learning cycle, lembar praktikum. Guru memberikan pe- pemerataan jobdis bagi setiap
penilaian keaktifan siswa. modelan cara praktikum agar siswa.
Lembar penilaian kerja siswa tidak kesulitan ketika mela- Pembagian kelompok masih
laboratorium, Lesson learned kukan praktikum. kurang teratur,pembagian
report, lembar observasi Sebagian besar siswa sudah bela- waktu haus lebih diperhatikan
pembelajaran dalam kegiatan jar, hal ini terlihat dari cara siswa lagi karena sebelum materi
pembelajaran, daftar hadir menjawab kuis dan pertanyaan selesai waktu sudah habis.
pengamat lesson study, alat yang diberikan oleh guru, tetapi
dan bahan untuk praktikum keadaan masih tetap ramai ketika
diberi pertanyaaan.
Ada siswa yang tidak memperha-
tikan guru, tidak membaca modul
karena tidak membawa, bermain
dan mengobrol sendiri dengan
teman-temannya.

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 42


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Tabel 2. Hasil Kegiatan Lesson Study Kelas X5

Pertemuan Plan Do See


Pertemuan RPP, LKS, soal kuis, hand out, Guru memotivasi siswa dengan Meminta siswa yang tidak
ke-1 lembar penilaian kinerja guru memberikan pertanyaan, guru mempunyai modul untuk
dengan model ceramah menerangkan materi, siswa duduk dengan siswa yang
bermakna, lembar penilaian berdiskusi, diakhir kegiatan siswa mempunyai modul, kuis
keaktifan siswa. Lesson mengerjakan kuis. Hanya diberikan setelah siswa
learned report, lembar sebagian siswa yang benar-benar membuat kesimpulan,
observasi pembelajaran dalam belajar, siswa gaduh, bermain Hp, memberikan pertanyaan
kegiatan pembelajaran, daftar mengobrol dengan teman kepada siswa yang ramai agar
hadir pengamat lesson study sebangkunya, melamun. Melihat mau memperhatikan.
keluar jendela, tidak berdiskusi
saat mengerjakan LKS, siswa
menghadap ke belakang saat guru
menjelaskan
Pertemuan RPP dengan masukan Guru mengingtkan materi pada Menegur dan sering
ke-2 refleksi pertemuan ke-1, pertemuan sebelumnya, guru mendatangi siswa yang
LKS, soal kuis, hand out, menerangkan materi, siswa ramai, meminta siswa untuk
lembar penilaian kinerja guru berdiskusi, diakhir kegiatan mengerjakan tugas dipapan
dengan model ceramah siswa mengerjakan kuis. Tidak tulis, perlu meningkatkan
bermakna, lembar penilaian senua siswa belajar topik pengelolaan kelas agar
keaktifan siswa. Lesson pembelajaran, ada siswa yang siswa tidak gaduh didalam
learned report, lembar tidur, diam dan melamun saat kelas.
observasi pembelajaran pembelajaran berlangsung,
dalam kegiatan siswa tidak mempunyai modul,
pembelajaran, daftar hadir saat mengerjakan LKS bergurau
pengamat lesson study dan mencontoh pekerjaan
temannya.
Pertemuan RPP dengan masukan Guru memberikan pertanyaan Alokasi waktu perlu
ke-3 refleksi pertemuan ke-2, konsep oksidator dan reduktor, diperhatikan, mengaitkan
LKS praktikum, hand out, guru menjelaskan cara hasil praktikum dengan
lembar penilaian kinerja guru melakukan praktikum, siswa persamaan reaksi dan
dengan model ceramah membuat laporan praktikum. konsep atau teori yang
bermakna, lembar penilaian Tidak semua siswa belajar, dipelajari, memberikan
keaktifan siswa. Lembar siswa mondar mandir gambaran secara ringkas
penilaian kerja laboratorium, kebelakang, keluar masuk kelas, cara kerja di papan tulis
Lesson learned report, bermain, gaduh, tidak agar siswa mudah
lembar observasi memperhatikan penjelasan guru, memahami dan tidak
pembelajaran dalam kegiatan tidak menerjakan LKS, LKS bingung saat praktikum
pembelajaran, daftar hadir masih kosong, siswa kurang berlangsung.
pengamat lesson study, alat siap menerima pelajaran, kurang
dan bahan untuk praktikum memahami prosedur percobaan.

Tabel 3. Hasil Observasi Kinerja Guru PPL Kelas X3 dan Kelas X5

Pengamat Kelas X3 Pertemuan ke- Kelas X5 Pertemuan ke-


1 2 3 4 1 2 3
Pengamat 1 86 84 80 80 75 80 90
Pengamat 2 73 82 84 89 88 85 85
Pengamat 3 84 80 84 78 95 98 90
Rerata Nilai 81 82 83 83 86 87 88
Keterangan Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 43


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Tabel 4. Hasil Perhitungan Tanggapan Siswa terhadap Kegiatan Lesson Study Kelas X3
dan Kelas X5

Interval Kelas X3 Kelas X5


skor Jumlah Persentase Kriteria Jumlah Persentase Kriteria
20-35 11 2% Sangat negatif 11 2.00% Sangat negatif
36-51 208 32 % Negatif 164 25.0% Negatif
52-67 341 52 % Positif 388 62.0% Positif
68-80 101 15 % Sangat positif 56 9.00% Sangat positif

Pertemuan kedua guru PPL juga membuat papan tulis agar peneliti lebih memotivasi siswa
tahap perencanaan 2 yaitu memperhatikan perbaik- lagi.
an dalam menyiapkan rencana pelaksanaan pembe- Tahap perencanaan 4, serangkaian kegiatan
lajaran (RPP) yang telah dibuat berdasarkan yang dilakukan guru PPL antara lain RPP, LKS
refleksi pada pertemuan pertama, menyiapkan praktikum, menyiapkan hand out, lembar penilaian
lembar kerja siswa 2, menyiapkan tugas individu 2. kerja laboratorium. Menyiapkan lembar penilaian
Menyiapkan hand out, menyiapkan lembar penilai- keaktifan siswa, lembar penilaian kinerja guru
an keaktifan siswa, menyiapakan lembar penilaian dengan model learning cycle, lesson learned
kinerja guru, lesson learned report, lembar report, lembar observasi pembelajaran dalam
observasi pembelajaran dalam kegiatan pembela- kegiatan pembelajaran, daftar hadir pengamat
jaran, daftar hadir pengamat lesson study yang lesson study yang sama dengan pertemuan 1. Alat
sama dengan pertemuan 1. Tahap pelaksanaan dan dan bahan untuk praktikum. Pelaksanaan dan
observasi 2, dalam tahapan ini tidak semua siswa obsevasi, pelaksanaan pembelajaran dimulai dari
belajar dengan baik. Hal ini dapat dilihat masih pemberian kuis dan mengajukan pertanyaan kepada
adanya siswa yang membuat gaduh dan bermain siswa agar siswa membuat hipotesis praktikum.
handphone, ada siswa yang tidak mendengarkan Guru memberikan pemodelan cara praktikum agar
penjelasan guru. Tahap refleksi 2, saran yang siswa tidak kesulitan ketika siswa melakukan
didapatkan peneliti adalah jika ada siswa yang praktikum. Sebagian besar siswa sudah belajar, hal
belum memahami materi sebaiknya guru meng- ini terlihat dari cara siswa menjawab kuis dan
ulang lagi materi yang dipelajari sampai siswa pertanyaan yang diberikan oleh guru, tetapi
paham, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa keadaan masih tetap ramai ketika diberi
yang membuat gaduh agar siswa memperhatikan. pertanyaaan. Ada siswa yang tidak memperhatikan
Tahap perencanaan 3, guru PPL menyiapkan guru, tidak membaca modul karena tidak
lagi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), membawa modul, bermain dan mengobrol sendiri
menyiapkan lembar kerja siswa 3. Menyiapkan dengan teman-temannya. Tahap refleksi, siswa
tugas individu 3, menyiapkan hand out, menyiap- belum siap untuk kuis sehingga perlu dimotivasi
kan lembar penilaian keaktifan siswa, menyiapakan lagi agar siswa mau belajar di rumah, setiap siswa
lembar penilaian kinerja guru, lesson learned sebaiknya mendapat LKS untuk menunjang
report, lembar observasi pembelajaran dalam praktikum sehingga pemerataan tanggung jawab
kegiatan pembelajaran, daftar hadir pengamat bagi setiap siswa. Pembagian kelompok masih
lesson study yang sama dengan pertemuan 1. kurang teratur, hal ini terlihat dari siswa yang
Tahap pelaksanaan dan observasi, tidak semua pindah-pindah kelompok. Pembagian waktu harus
siswa belajar materi yang diajarkan, ada siswa yang lebih diperhatikan lagi karena sebelum materi
masih bingung mengenai materi yang dijelaskan, selesai waktu sudah habis.
siswa berbincang-bincang dengan temannya se- Pelaksanaan lesson study dalam kelas
hingga siswa tidak memperhatikan guru, ada siswa ceramah bermakna (kelas X5). Tahap perencanaan
yang bermain sendiri. Kegiatan refleksi, observer 1, dalam perencanaan guru PPL melakukan hal-hal
memberikan masukkan kepada peneliti bahwa berikut: serangkaian kegiatan guru yang dilakukan
siswa sudah mulai aktif dalam menjawab perta- untuk kelancaran pelaksanaan pembelajaran yaitu
nyaan yang diberikan guru karena adanya reward RPP, LKS, soal kuis, hand out, lembar penilaian
berupa tambahan nilai tetapi masih ada siswa yang kinerja guru dengan model ceramah bermakna,
kurang percaya diri untuk mengerjakan tugas di lembar penilaian keaktifan siswa. Lesson learned

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 44


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

report, lembar observasi pembelajaran dalam ke- servasi pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran,
giatan pembelajaran, daftar hadir pengamat lesson daftar hadir pengamat lesson study, yang sama
study. Tahap pelaksanaan dan observasi, dengan pertemuan 1. Menyiapkan alat dan bahan
pelaksannaan dimulai dari pemberian motivasi untuk praktikum.Tahap pelaksanaan dan observasi.
siswa kepada siswa dengan memberikan Pelaksanaan pembelajarn dimulai dengan guru
pertanyaan, guru menerangkan materi, siswa memberikan pertanyaan konsep oksidator dan re-
berdiskusi, diakhir kegiatan siswa mengerjakan duktor, guru menjelaskan cara melakukan prakti-
kuis. Hanya sebagian siswa yang benar-benar kum, siswa membuat laporan praktikum. Tidak
belajar, siswa gaduh, bermain Hp, mengobrol semua siswa belajar, siswa mondar mandir kebe-
dengan teman sebangkunya, melamun. Melihat lakang, keluar masuk kelas, bermain, gaduh, tidaak
keluar jendela, tidak berdiskusi saat mengerjakan memperhatikan penjelasan guru, tidak mengerjakan
LKS, siswa menghadap ke belakang saat guru LKS, LKS masih kosong, siswa kurang siap mene-
menjelaskan. Tahap refleksi. Saran yang dipeoleh rima pelajaran, kurang memahami prosedur perco-
dalam kegiatan lesson study pertemuan pertama ini baan. Tahap refleksi, saran untuk perbaikkan pem-
antara lain: meminta siswa yang tidak mempunyai belajaran berikutnya antara lain alokasi waktu perlu
modul untuk duduk dengan siswa yang diperhatikan, mengaitkan hasil praktikum dengan
mempunayai modul, kuis diberikan setelah siswa persamaan reaksi dan konsep atau teori yang dipe-
membuat kesimpulan, memberikan pertanyaan lajari, memberikan gambaran secara ringkas cara
kepada siswa yang ramai agar mau memperhatikan. kerja di papan tulis agar siswa mudah tidak bin-
Tahap perencanaan 2, guru PPL memperhati- gung saat praktikum berlangsung.
kan perbaikan dalam menyiapkan rencana pelak- Kinerja guru PPL dalam kelas X3 dan X5
sanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat ber- meningkat meskipun tidak terlalu tinggi dan kinerja
dasarkan refleksi pada pertemuan pertama, LKS, guru dikategorikan baik. Tanggapan siswa terhadap
soal kuis. Hand out, lembar penilaian kinerja guru kegiatan lessosn study rata-rata sebesar 69%.
dengan model ceramah bermakna, lembar
penilaian keaktifan siswa. Lesson learned report, KESIMPULAN DAN SARAN
lembar observasi pembelajaran dalam kegiatan
pembelajaran, daftar hadir pengamat lesson study Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan dari
yang sama dengan pertemuan 1. Tahap pelak- penelitian baik untuk kelas yang diajar dengan
sanaan dan observasi, pelaksanaan tindakan dimu- learning cycle maupun ceramah bermakna adalah
lai dengan mengingatkan materi pada pertemuan sebagai berikut:
sebelumnya, guru menerangkan materi, siswa 1. Pelaksanaan kegiatan lesson study di SMA La-
berdiskusi, diakhir kegiatan siswa mengerjakan boratorium Universitas Negeri Malang dilaku-
kuis. Tidak semua siswa belajar topik pem- kan guru PPL secara rutin yang merupakan
belajaran, ada siswa yang tidur, diam dan melamun salah satu inovasi dari sekolah, sehingga dapat
saat pembelajaran berlangsung, siswa tidak mem- digunakan sebagai upaya memperbaiki citra
punyai modul, saat mengerjakan LKS bergurau dan sekolah.
mencontoh pekerjaan temannya. Dalam pelaksaan 2. Kegiatan lesson study dapat meningkatakan
ini keaktifan siswa meningkat tetapi masih dalam kinerja guru PPL di SMA Laboratorium
kategori kurang. Hal ini dikarenakan saat pembela- universitas negeri Malang.
jaran siswa sanagt ramai. Tahap refleksi, saran un- 3. Tanggapan siswa terhadap kegiatan lesson
tuk perbaikan pertemuan berikutnya adalah mene- study positif, rata-rata siswa yang tertarik
gur dan sering mendatangi siswa yang ramai, terhadap lesson study sebesar 69%.
meminta siswa untuk mengerjakan tugas dipapan Saran yang dapat diberikan terhadap hasil
tulis, perlu meningkatkan pengelolaan kelas agar penelitian adalah:
siswa tidak gaduh didalam kelas. 1. Sebaiknya kegiatan lesson study dilanjutkan
Tahap perencanaan 3, serangkaian kegiatan terus-menerus dengan harapan kebiasaan siswa
yang dilakukan oleh guru PPL antara lain RPP, dan guru dalam proses pembelajaran menjadi
LKS praktikum, hand out, lembar penilaian kinerja lebih baik dan dapat tercipta lingkungan belajar
guru dengan model ceramah bermakna, lembar yang menyenangkan dan kondusif.
penilaian kerja laboratorium, lembar penilaian
keaktifan siswa, lesson learned report, lembar ob-

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 45


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

2. Agar kegiatan lesson study dapat berlangsung pembelajaran melalui lesson study, disaranakn
dengan baik perlu adanya kemauan guru untuk pada guru agar diperoleh hasil yang lebih baik.
memperbaiki diri.
3. Perpaduan suatu pendekatan pembelajaran
dengan pendekatan lain atau perpaduan model

DAFTAR RUJUKAN

Joharmawan, Ridwan. 2009. Pengalaman Lesson Study Sumari dan Muhammad Su’ aidy. 2006. Monitoring dan
di Malang. (online), (http://djejak- Evaluasi Pelaksanaan Piloting dan Lesson Study
pro.blogspot.com diakses tanggal 4 April 2009). Mata Pelajaran Kimia di SMPN 4 dan SMA Lab
Joharmawan, Ridwan. 2006. Reformasi Sekolah melalui UM Malang. Prosiding Seminar Nasional, 1(1):
Kegiatan Lesson Study Kasus SMA 214-225.
Laboratorium UM. Prosiding Seminar Nasional, Syamsuri,Istamar dan Ibrohim. 2008. Lesson Study(Studi
1(1): 235-244. Pembelajaran). Malang:FMIPA Universitas
Mahmudi, Ali. 2009. Mengembangkan Kompetensi Negeri Malang.
Guru Melalui Lesson Study. Forum Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan
Kependidikan. 28(2)84-89. Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel,
Rukmini, Elisabeth. 2007. Pendekatan Metode Makalah, Laporan Penelitian. Edisi keempat.
Kolaboratif dalam Pembelajaran Kimia. Jurnal Malang: Biro Administrasi Akademik,
Kajian Teori dan Praktik Kependidikan. Kemahasiswaan, Perencanaan, dan Sistem
34(2)135-143. Informasi (BAAKPSI) bekerja sama dengan
Safrudiannur dan Suriaty. 2008. Penerapan Belajar Penerbit Universitas Negeri Malang (UM
Kelompok dalam Tahapan Lesson Study pada PRESS).
Materi Teknik Integral. Didaktika (Jurnal Widhiarta, Putu Ashintya dkk. 2008. Lesson
Pendidikan Pengembangan Kurikulum dan Study(Sebuah Upaya Peningkatan Mutu
Teknologi Pembelajaran, 9(3): 258-268. Pendidik Pendidikan Nonformal. Surabaya: Balai
Sudrajat. Akhmad. 2008. Lesson Study Untuk Pengembangan Pendidikan Nonformal dan
Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran, Informal Balai PNFI Regional IV Surabaya.
(online),
(http://ridwanjoharmawan.wordpress.com
diakses 4 April 2009).

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 46


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN


KIMIA MELALUI LESSON STUDY BERBASIS MGMP
DI KABUPATEN MALANG

Herbandri

Ketua MGMP Kimia SMA Kab.Malang; Guru Kimia SMA PGRI Lawang Kab.Malang;
e-mail: herbandri@yahoo.com

Abstrak: Guna meningkatkan kualitas guru kimia SMA di Kab.Malang telah dilaksanakan kegiatan
lesson study berbasis MGMP. Kegiatan ini sesuai dengan program MGMP Kimia Kab.Malang yang
berawal dari memperkenalkan tentang apa itu lesson study, mengapa perlu mengadakan lesson study
dan bagaimana cara melaksanakan lesson study yang penulis sampaikan kepada rekan-rekan peserta
MGMP, yang kemudian dilanjutkan dengan mendatangkan seorang dosen jurusan kimia Universitas
Negeri Malang yang lebih berkompeten untuk membimbing kegiatan lesson study berbasis MGMP ini
mulai dari persiapan sampai pelaksanaannya. Kegiatan lesson study ini dilaksanakan dalam tiga kali
pertemuan yaitu bulan Januari dan Pebruari 2010 tentang persiapan dan perencanaan lesson study (plan)
hingga bulan Maret 2010 saat pelaksanaan open lesson. Berdasarkan hasil diskusi bersama dalam tahap
perencanaan, penulis ditunjuk sebagai guru penyaji untuk tampil dalam open lesson sekaligus memper-
siapkan mulai dari RPP, LKS, media pembelajaran, lembar penilaian proses dan hasil pembelajaran
sampai lembar observasi pelaksanaan. Pelaksanaan pembelajaran (do) diadakan tanggal 27 Maret 2010
sekaligus see-nya bertempat di aula SMA PGRI Lawang yang diikuti oleh 21 guru kimia yang menga-
jar di berbagai SMA Negeri maupun swasta di wilayah Kab.Malang ditambah 5 orang mahasiswa PPL
di SMA Negeri Kepanjen dari jurusan Kimia UM sebagai pengamat dan Drs. Ridwan Joharmawan,
M.Si sebagai dosen pembimbing sekaligus pengamat. Materi pokok dalam pelaksanaan open lesson
adalah Hidrolisis Garam yang diberikan kepada siswa kelas XI IPA dengan menggunakan model pem-
belajaran Jigsaw dalam waktu 2 jam pelajaran yang disesuaikan dengan jadual guru penyaji di tempat
mengajarnya. Setelah selesai pelaksanaan (do) dilakukan see yaitu refleksi dalam diskusi bersama untuk
melihat sejauh mana tanggapan-tanggapan yang disampaikan baik dari guru penyaji maupun pengamat
tentang pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam see tersebut pengamat diminta untuk menanggapi
bagaimana siswa belajar, bukan menanggapi bagaimana guru mengajar. Berbagai tanggapan yang
disampaikan pengamat menjadikan masukan yang sangat berharga baik bagi guru penyaji maupun guru
pengamat demi perbaikan praktik pembelajaran dikemudian hari. Hasil kegiatan lesson study ini mem-
perlihatkan banyak kendala yang harus diperbaiki, sedang guru peserta lesson study menyatakan termo-
tivasi untuk melakukan praktik pembelajaran yang lebih baik lagi dan dapat mencontoh rekan guru
yang telah melaksanakan lesson study dengan mengambil hal-hal yang positif. Adanya lesson study
berbasis MGMP sangat perlu untuk diteruskan dan ditindak lanjuti oleh para guru untuk bagaimana
cara membelajarkan siswanya lebih baik lagi dalam rangka meningkatkan tugas keprofesionalannya.

Kata kunci: Kualitas Pembelajaran, Lesson Study, MGMP

Undang-undang no. 14 tahun 2005 tentang orang guru harus terus menerus belajar bagaimana
Guru dan Dosen, pasal 2 ayat 1 menyatakan bahwa caranya membelajarkan siswanya lebih baik karena
kedudukan guru sebagai tenaga profesional. Seseo- tuntutan jaman yang makin berubah. Kalau dulu
rang yang menyatakan dirinya profesional harus siswa dianggap cukup apabila siswa hanya mengu-
terus menerus meningkatkan layanan profesinya asai aspek-aspek kognitif saja dalam pembelajaran,
untuk meningkatkan kemaslahatan anak didiknya. tapi sekarang hal itu sangatlah tidak memadai. Sis-
Karena tugasnya yaitu membelajarkan siswa, se- wa juga harus menguasai berbagai kecakapan

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 47


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

hidup yang oleh UNESCO dirumuskan dalam ben- dosen pendamping dapat pula berkolaborasi untuk
tuk empat pilar pendidikan yaitu learning to be, memperkaya ide-ide. Perencanaan diawali dari
learning to know, learning to do, dan learning to analisis permasalahan yang dihadapi dalam pembe-
live together. lajaran. Permasalahan dapat berupa materi bidang
Memperhatikan tuntutan tugas keprofesional- studi, bagaimana menjelaskan suatu konsep atau
an guru tersebut, maka untuk memperbaiki praktik dapat juga berupa pedogogik tentang model pem-
pembelajarannya lesson study merupakan suatu al- belajaran yang tepat yang disesuaikan dengan ma-
ternatif untuk mengatasinya. Lebih lanjut Lewis teri pelajaran agar pembelajaran lebih efektif dan
(2002) menguraikan bagaimana lesson study dapat efisien atau permasalahan fasilitas, bagaimana
memberikan sumbangan terhadap pengembangan mensiasati kekurangan fasilitas pembelajaran.
keprofesionalan guru, yaitu dengan memberikan Berdasarkan situasi dan kondisi di lapangan
delapan pengalaman kepada para guru yaitu lesson dengan terpaksa segala perencanaan dibuat oleh
study memungkinkan guru untuk: 1) memikirkan guru penyaji seorang diri, tanpa didiskusikan de-
dengan cermat mengenai tujuan pembelajaran, ma- ngan guru-guru yang peserta MGMP. Hal ini dise-
teri pokok, dan pembelajaran bidang studi, 2) babkan pelaksanaan (do) akan segera dilakukan
mengkaji dan mengembangkan pembelajaran ter- dalam pertemuan bulan berikutnya. Berdasarkan
baik yang dapat dikembangkan, 3) memperdalam hasil diskusi bersama dalam tahap perencanaan, pe-
pengetahuan mengenai materi pokok yang diajar- nulis ditunjuk sebagai guru model atau guru penya-
kan, 4) memikirkan secara mendalam tujuan jangka ji untuk tampil dalam open lesson sekaligus mem-
panjang yang akan dicapai yang berkaitan dengan persiapkan mulai dari RPP, LKS, media pembe-
peserta didik, 5) merancang pembelajaran secara lajaran, lembar penilaian proses dan hasil pembela-
kolaboratif, 6) mengkaji secara cermat cara dan jaran sampai lembar observasi pelaksanaan.
proses belajar serta tingkah laku peserta didik, 7) Tahap kedua adalah pelaksanaan (do) pembe-
mengembangkan pengetahuan pedagogis yang se- lajaran untuk menerapkan rancangan pembelajaran
suai utuk membelajarkan peserta didik, dan 8) me- yang telah dirumuskan dalam perencanaan. Pelak-
lihat hasil pembelajaran sendiri melalui mata pe- sanaan pembelajaran (do) diadakan pada tanggal 27
serta didik dan kolega. Maret 2010 sekaligus see-nya bertempat di aula
Berdasarkan hal itulah, dalam rangka untuk SMA PGRI Lawang yang diikuti oleh 21 guru ki-
meningkatkan kualitas guru dalam praktik pembe- mia yang mengajar di berbagai SMA Negeri mau-
lajarannya maka guru-guru yang tergabung dalam pun swasta di wilayah Kab. Malang ditambah 5
MGMP Kimia SMA Kab.Malang diupayakan da- orang mahasiswa PPL di SMA Negeri Kepanjen
pat mengikuti lesson study walaupun dengan biaya dari jurusan Kimia UM sebagai pengamat dan Drs.
mandiri. Para guru yang tergabung dalam MGMP Ridwan Joharmawan, M.Si sebagai dosen pembim-
Kimia yang mengadakan pertemuan rutin sebulan bing sekaligus pengamat. Materi pokok dalam pe-
sekali selama ini arah pembinaannya belum opti- laksanaan open lesson adalah Hidrolisis Garam
mal, maka lesson study berbasis MGMP dengan yang diberikan kepada siswa kelas XI IPA seba-
pendamping dosen dari Universitas Negeri Malang nyak 27 orang dengan menggunakan model pem-
diharapkan bisa menjadikan guru terbuka untuk belajaran Jigsaw dalam waktu 2 jam pelajaran yang
menerima saran perbaikan mutu pembelajaran disesuaikan dengan jadual guru penyaji di tempat
sekaligus meningkatkan kemampuan melakukan mengajarnya.
inovasi-inovasi pembelajaran. Sebelum pembelajaran dimulai dilakukan
briefieng kepada para pengamat untuk menginfor-
PEMBAHASAN masikan kegiatan pembelajaran yang direncanakan
oleh seorang guru dan mengingatkan bahwa selama
Lesson study dilaksanakan dalam tiga tahap- pembelajaran berlangsung pengamat tidak meng-
an. Tahap pertama adalah perencanaan (plan) ber- ganggu kegiatan pembelajaran tetapi mengamati
tujuan merancang pembelajaran yang dapat mem- aktivitas siswa selama pembelajaran.
belajarkan siswa dan berpusat pada siswa, bagai- Tahap ketiga adalah refleksi (see). Setelah
mana supaya siswa berpartisipasi aktif dalam pro- selesai pembelajaran langsung dilakukan diskusi
ses pembelajaran. Perencanaan yang baik tidak di- antara guru model atau guru penyaji dan pengamat
lakukan sendirian tetapi dilakukan bersama, bebe- yang dipandu oleh personil yang ditunjuk untuk
rapa guru dapat berkolaborasi atau guru-guru dan membahas pembelajaran yang baru berlangsung.

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 48


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Guru penyaji mengawali diskusi dengan menyam- ngan diberikan secara terbuka tapi sebaiknya
paikan kesan-kesan dalam melaksanakan pembela- individu
jaran. Selanjutnya pengamat diminta bergantian Belum menunjukkan pelaksanaan model
menyampaikan komentar dari pembelajaran ter- pembelajaran Jigsaw yang sebenarnya, mengingat
utama berkenaan dengan aktifitas siswa. Tentunya waktu yang terbatas
kritik dan saran untuk guru penyaji disampaikan Pertanyaan-pertanyaan dalam LKS terlalu ba-
secara bijak demi perbaikan pembelajaran, bukan nyak mengakibatkan siswa cenderung tidak me-
mencari-cari kesalahan guru penyaji. Berdasarkan ngerjakan secara kolaboratif, tapi lebih fokus pada
masukan selama diskusi tersebut dapat dirancang bagaimana menyelesaikan tugas dalam LKS
kembali pembelajaran berikutnya yang diharapkan sehingga diskusi tampak belum hidup
untuk menjadi lebih baik.
Hasil diskusi dan berbagai kendala yang KESIMPULAN
tampak disampaikan pengamat dalam tahap see:
Waktu pelaksanaan (do) lebih dari 2 jam Hasil kegiatan lesson study memperlihatkan
pelajaran sehingga terpaksa meminta jam guru lain, bahwa siswa merasa pembelajaran pada open les-
hal ini disebabkan guru penyaji ingin menyelesai- son berbeda dibanding biasanya karena disaksikan
kan semua rencana yang telah tersusun dalam RPP orang banyak dan masih belum mendapatkan hasil
yang akhirnya terpaksa melebihi batas waktu yang maksimal, sedang bagi beberapa guru peserta
tersedia lesson study menyatakan termotivasi untuk mela-
Masih ada beberapa siswa yang belum bisa kukan pembelajaran lebih baik dan dapat
bekerjasama dalam kelompok ahli maupun kelom- mencontoh guru penyaji yang telah melaksanakan
pok asal dalam menyelesaikan tugas yang pembelajaran.
diberikan Mengingat lesson study ini baru dilaksanakan
Masih adanya kesalahan penggunaan satu pi- untuk yang pertama kali di lingkup MGMP Kimia
pet untuk beberapa larutan dari beberapa siswa SMA di Kabupaten Malang tentunya masih banyak
Masih adanya siswa yang pasif dan pendiam kekurangan yang perlu dibenahi untuk terus ditin-
yang hanya menggantungkan pada teman teman daklanjuti demi perbaikan pelaksanaannya yang
lain dalam kelompoknya melibatkan kolaborasi antara guru peserta MGMP
Masih ada siswa dengan kemampuan awal dengan dosen-dosen pembimbing dari LPTK
(apersepsi) masih kurang, tetapi guru sudah dalam rangka peningkatan kualitas guru dalam
melanjutkan ke materi inti, untuk itu pertanyaan- melaksanakan pembelajaran di kelas.
pertanyaan yang berhubungan dengan apersepsi ja-

DAFTAR RUJUKAN

Cerbin, Bill & Kopp, Bryan. 2006. Lesson Study for Col- Pendidik (Pengalaman IMSTEP-JICA). Band-
lege Teacher: An Online Guide, (On line) ung: UPI Press.
http://www.unwlax.edu/sotl/lsp/intro.htm. diak- Susilo, H. Chotimah, H. Joharmawan, R. Jumiati. Sari,
ses 19 September 2007. YD. Sunarjo. 2009. Lesson Study Berbasis
Hendayana, Sumar dkk. 2007. Lesson Study Suatu Sekolah Guru Konservatif Menuju Guru Inovatif.
Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Malang: Bayumedia Publishing.

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 49


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

MASALAH-MASALAH UTAMA PEMBELAJARAN YANG


TERPANTAU MELALUI KEGIATAN OPEN CLASS

Muntholib

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak: Salah satu aspek yang memicu perdebatan panjang Ujian Nasional (UN) adalah aspek sosial
dan psikologis pelaksanaannya. Patokan standar nilai kelulusan yang ditetapkan dalam UN menimbul-
kan kecemasan psikologis, khususnya bagi peserta didik dan orang tuanya. Kecemasan ini intensitasnya
akan meningkat apabila banyak peserta didik yang skor Training UN-nya di bawah patokan standar
nilai kelulusan. Kecemasam massal ini memang beralasan, sebab skor Training UN peserta didik yang
rendah (baca: tidak lulus) tidak dapat diubah menjadi tinggi (baca: lulus) dalam waktu pendek. Bila pe-
serta didik benar-benar tidak lulus UN, dampak psikologisnya yang negatif bisa sangat panjang. Untuk
mencegah terjadinya persoalan ini diperlukan suasana belajar yang kondusif, khususnya pembelajaran
yang memungkinkan semua peserta didik dapat belajar dengan baik. Tujuan penulisan studi kasus ini
adalah mengetahui masalah-masalah utama pembelajaran di kelas. Terungkapnya masalah-masalah ini
menjadi masukan bagi guru dalam memperbaiki kualitas pembelajarannya. Dengan demikian peluang
terjadinya kegagalan peserta didik, khususnya dalam menempuh UN, dapat diminimalisir. Studi ini
mendeskripsikan dan menganalisis pembelajaran di kelas. Objek penelitian ini adalah pembelajaran di
mana peneliti berperan sebagai observer dalam 7 kegiatas open class yang berlangsung bulan Agustus-
September 2009. Untuk memperkuat analisis, peneliti juga memperhatikan 27 pembelajaran peer teach-
ing yang berlangsung dalam kegiatan PLPG (Pendidikan dan Latihan Profesi guru). Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa: (1) Kebanyakan guru model mengimplementasikan appersepsi sebagai review
materi sebelumnya dan penyampaian tujuan pelajaran, hanya satu dari tujuh guru model yang men-
gubah tujuan pelajaran menjadi pertanyaan yang membimbing siswa memahami materi pelajaran; (2)
Kebanyakan guru model tidak memetakan konsep-konsep umum suatu topik dan tidak memfokuskan
konsep yang akan dipelajari peserta didik dalam suatu pelajaran, hanya ada satu guru model yang me-
metakan materi pelajaran (topik) dan menunjukkan bagian yang akan dipelajari saat itu; (3) Kebanya-
kan guru masih menggunakan metode ceramah satu arah dalam menjelaskan suatu konsep, hanya ada
satu guru yang benar-benar menggali konsep dari siswanya melalui tanya jawab; (4) Ada tiga guru
model yang memberikan perhatian pada individu siswa dan satu guru model yang perhatiannya hanya
tertuju pada siswa yang pandai saja, perhatian guru model yang lain masih tertuju pada kelompok
siswa; (5) Kebanyakan guru model yang menyampaikan dua konsep atau lebih dalam suatu pembela-
jaran mengintrodusir konsep-konsep tersebut secara berurutan, tanpa memeriksa pemahaman siswa
(atau memberikan pemantapan) terhadap konsep yang telah diberikan sebelum mengintrodusir konsep
yang baru; (6) Semua guru model yang memberikan latian soal memberikan semua soal latihan pada
akhir proses pembelajaran, tidak ada yang memberikan latihan soal tahap demi tahap secara memadahi
menurut kompleksitas materi yang diajarkan; (7) Kebanyakan guru mendominasi pembuatan kesimpu-
lan sehingga kesimpulan terkesan dibuat oleh guru, hanya ada satu guru model yang menggali kesimpu-
lan dari siswa melalui tanya jawab; (8) Kebanyakan guru model tidak menyiapkan catatan untuk di-
bawa pulang peserta didik, LKS disiapkan untuk kelompok dan dibagi satu-dua lembar per kelompok,
hanya ada satu guru model yang secara khusus menyiapkan catatan untuk dibawa pulang peserta didik,
itupun dalam bentuk latihan soal.

Kata kunci: Prestasi belajar; Masalah pembelajaran; Pembelajaran Berkualitas

Ujian Nasional (UN) telah memicu perde- lahkan, di antaranya oleh Koalisi Pendidikan,
batan panjang. Salah satu aspek yang dipermasa- adalah aspek sosial dan psikologis pelaksanaan

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 50


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

UN. Patokan standar nilai kelulusan 3,01 untuk mengangkat masalah ini dalam sidang kabinet
tahun 2002/2003; 4,01 untuk tahun 2003/2004; (12/3/2007). Dalam sidang tersebut presiden me-
dan 4,25 untuk tahun 2004/2005 dan seterusnya maparkan beberapa langkah yang akan dilakukan
menimbulkan kecemasan psikologis peserta di- pemerintah guna meningkatkan kualitas pendi-
dik dan orang tuanya (Koran Tempo, 4 Februari dikan di Indonesia, salah satunya adalah mening-
2005). Media massa lain juga memberitakan katkan mutu pendidikan dengan meningkatkan
bahwa kecemasan psikologis ini juga mendera kualifikasi guru dan dosen, serta meningkatkan
guru, kepala sekolah, kepala dinas pendidikan, nilai rata-rata kelulusan dalam ujian nasional.
dan bahkan kepala daerah. Menurut pengamatan Memang, mutu pendidikan hanya bisa dicapai
penulis, kecemasan massal ini memang cukup apabila kualifikasi guru dan dosen cukup mema-
beralasan. Dari beberapa Training Ujian Nasio- dai, khususnya kualifikasi profesional yang ter-
nal diketahui bahwa banyak peserta didik yang cermin dalam pembelajaran di kelas. Berdasar-
skor ujiannya di bawah patokan standar nilai kan rasional tersebut maka peneliti bermaksud
kelulusan. Dengan kata lain, bila skor Training mengungkap masalah-masalah pembelajaran di
UN mencerminkan skor UN maka banyak kelas khususnya yang terpantau melalui imple-
peserta didik yang tidak dapat mencapai patokan mentasi Lesson Study (Studi Pembelajaran) sela-
standar nilai kelulusan alias tidak lulus. ma penulis berperan sebagai observer (penga-
Rendahnya skor Training UN memang mat).
mencemaskan. Penguasan siswa terhadap materi
pelajaran yang rendah tidak dapat diubah secara METODE
mendadak menjadi tinggi. Untuk dapat meng- Penelitian ini mengeksplorasi, mendeskrip-
ikuti UN saja umumnya siswa harus belajar di sikan dan menganalisis pembelajaran di kelas
bangku SMP/SMA selama tiga tahun. Apabila yang dilakukan oleh guru model. Objek peneliti-
masa studi yang panjang ini tidak mampu an ini adalah 7 (tujuh) guru model yang mem-
mengantarkan siswa mencapai patokan standar buka kelas pada bulan Juli-September 2009.
nilai kelulusan dalam Training UN, apakah sisa Pengamatan difokuskan pada: (1) apperception,
waktu yang tersisa antara Training UN dengan (2) pemfokusan materi pelajaran, (3) ceramah
UN yang jaraknya beberapa bulan saja mampu dan tanya jawab, (4) perhatian kepada individu
mengubah peserta didik dari kemungkinan tidak siswa, (5) mengecek pemahaman siswa sebelum
lulus menjadi lulus UN ? Keadaan inilah yang mengintrodusir konsep baru, (6) latihan, (7)
mencemaskan pihak-pihak tersebut. pembuatan kesimpulan, dan (8) catatan siswa.
Lazimnya sekolah-sekolah Indonesia mem-
bekali siswanya untuk menghadapi UN dengan HASIL-HASIL PENELITIAN
latihan soal-soal. Bahkan ada di antara sekolah- Apperception
sekolah tersebut yang menghabiskan materi Kebanyakan guru model mengimplementa-
pelajarannya di semester V. Semester VI dikhu- sikan appersepsi sebagai review materi sebelum-
suskan untuk menyiapkan siswanya menghadapi nya dan penyampaian tujuan pelajaran yang akan
UN dengan latihan soal-soal. Sudah barang tentu disampaikan. Hanya satu guru model yang me-
ini merupakan langkah yang kurang arif. Pe- ngubah tujuan pelajaran menjadi pertanyaan.
nguasaan siswa terhadap materi pelajaran tidak Kebanyakan guru telah memahami bahwa apper-
dapat dibangun dengan problem solving saja, sepsi merupakan bagian penting dari pembelajar-
tetapi harus melalui pembangunan konsep yang an yang baik, minimal mereka telah mengisinya
mantap terlebih dahulu. Dengan demikian, dengan review materi sebelumnya dan menyam-
seyogyanya UN disikapi sebagai potret pe- paikan tujuan pembelajaran. Bahkan sudah ada
nguasaan siswa terhadap materi pelajaran mulai yang membuka pelajaran dengan masalah yang
dari semester I sampai semester VI. Oleh karena harus dipecahkan oleh siswa di dalam kelas.
itu, pembinaan peserta didik yang serius tidak Pemahaman ini bagus dan perlu diperdalam,
hanya dilakukan di semester VI saja, tetapi harus demikian juga penerapannya juga perlu divariasi.
dimulai dari semester I. Appersepsi perlu mempertimbangkan tiga
Pembinaan peserta didik telah lama menjadi hal; kontekstualitas, bahan ajar terkait yang
sorotan. Tidak tanggung-tanggung, Presiden mendahuluinya, dan memancing pikiran siswa
Susilo Bambang Yudhoyono bahkan pernah untuk mengetahuinya. Sejauh mungkin appersep-

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 51


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

si perlu dilakukan secara kontekstual. Belajar Ada tiga guru model yang memberikan per-
yang paling mudah dimulai dari hal yang kong- hatian pada individu siswa dan satu guru model
krit, yang kontekstual. Siswa akan mengalami yang perhatiannya pada siswa yang pandai saja.
banyak kesulitan apabila pembelajaran dimulai Perhatian guru model yang lain masih tertuju
dari yang abstrak dan diikuti dengan yang pada kelompok siswa.
abstrak. Apabila materi pelajaran memang
abstrak, appersepsi perlu dilakukan dengan me- Mengecek Pemahaman Siswa Sebelum Mengintro-
nunjukkan peta materi pelajaran atau peta konsep dusir Konsep Baru
yang membantu memahami materi pembelajaran Kebanyakan guru model yang menyampai-
secara global. kan dua konsep atau lebih mengintrodusir kon-
Memancing pikiran siswa untuk terikat sep-konsep tersebut berurutan, tanpa memeriksa
dengan materi pelajaran sepanjang waktu pembe- pemahaman siswa atau memberikan pemantapan
lajaran dapat dilakukan dengan menyampaikan terhadap konsep yang telah diberikan sebelum
tujuan pembelajaran dengan kalimat tanya. mengintrodusir konsep yang baru.
Penggunaan kalimat tanya dalam appersepsi
hendaknya mempertimbangkan tiga hal. Pertama, Latihan
pertanyaan sangat menarik untuk dipecahkan Semua guru model yang memberikan latian
siswa. Kedua, tidak bisa dijawab oleh siswa soal memberikan semua soal latihan pada akhir
sebelum pelajaran berlangsung. Ketiga, harus proses pembelajaran.
dipecahkan atau direview pada akhir pembela-
jaran. Sudah barang tentu, hal ini sangat cocok Pembuatan Kesimpulan
dengan pembelajaran inkuiri. Contoh appersepsi Kebanyakan guru mendominasi pembuatan
yang dapat digunakan untuk menjelaskan konsep kesimpulan. Hanya ada satu guru model yang
asam basa Arrhenius adalah sebagai berikut: menggali kesimpulan dari siswa melalui tanya
jawab.
 Guru menunjukkan asam cuka dalam botol
kecil kemudian bertanya, “Anak-anak, ini
Catatan Siswa
apa?”
Kebanyakan guru model tidak menyiapkan
 Siswa menjawab, “Asam cuka”. catatan untuk siswa, LKS disiapkan untuk
 Kalau dicicipi, bagaimana rasanya? kelompok dan dibagi satu-dua lembar per
 Guru menunjukkan kelompok. Hanya ada satu guru model yang se-
 Baik, secara perkalimat tanya yang dapat cara khusus menyiapkan catatan untuk siswa.
digunakan adalah: Tahapan belajar yang
Pertama, review materi sebelumnya apabila
sudah ada materi terkait yang sudah PEMBAHASAN
dipahami oleh siswa. Kedua, tujuan Apperception
pembelajaran yang akan disampaikan. Menurut Oxford English Dictionary (2008),
apperception is assimilation into the mind of a
Pemfokusan Materi Pelajaran new concept. Terjadinya asimilasi dalam rangka
Hanya ada satu guru model yang memeta- pembentukan konsep baru dalam pikiran peserta
kan materi pelajaran (topik) dan menunjukkan didik sekurang-kurangnya dipermudah oleh 3
bagian yang akan dipelajari saat itu. Ini berarti (tiga) hal; pengaitan dengan konsep yang sudah
kebanyakan guru model lemah dalam masalah ada, pengaitan dengan dunia nyata yang dapat
ini. diamati (kontekstual konkrit), dan membangun
rasa ingin tahu siswa yang besar dengan mengu-
Ceramah dan Tanya Jawab bah tujuan pembelajaran dari kalimat berita
Kebanyakan guru masih ceramah satu arah menjadi kalimat tanya. Dari tiga hal ini, hanya
dalam menjelaskan suatu konsep. Hanya satu satu hal yang sudah sering dilakkan oleh guru,
guru yang benar-benar menggali konsep dari yaitu mengaitkan konsep baru dengan konsep
siswanya dengan cara tanya jawab. yang sudah ada. Sedangkan pembelajaran kon-
tekstual, membawa dunia nyata yang kongkrit ke
Perhatian kepada Individu Siswa dalam kelas, dan mengubah tujuan pembelajaran

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 52


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

dari kalimat berita menjadi kalimat tanya masih percepatan yang dialami benda
jarang dilakukan oleh guru. tersebut? Bagaimana cara
Kebanyakan guru model mengimplementa- menentukannya? Berapa
sikan apersepsi sebagai review materi sebelum- percepatan pergeseran meja ini
nya dan penyampaian tujuan pelajaran. Pada apabila saya dorong dengan gaya
tingkat ini yang dilakukan kebanyakan guru tertentu? Bagaimana cara
sudah cukup baik. Review materi pelajaran menentukannya? Coba pikirkan!
terdahulu yang terkait dengan konsep baru yang Nah, inilah yang sekarang akan kita
akan diintrodusir adalah langkah yang tepat. Ini pelajari.
bisa membantu siswa memahami posisi dan pe- Di samping menyampaikan tujuan
ngertian konsep baru yang diterimanya. Demiki- pelajaran dengan kalimat tanya yang
an juga membangun rasa ingin tahu siswa. menarik, guru ini juga melakukan
Sayangnya kebanyakan guru membangun rasa apersepsi secara kontekstual. Seperti
ingin tahu siswa melalui penyampaian tujuan yang terdapat pada kalimat beriktu
pelajaran. Ini terkesan monoton dan kurang ini:
menarik bagi siswa. Hanya satu guru model yang Guru : Ya, pintar sekali. Tarikan atau
membangun rasa ingin tahu siswa melalui dorongan yang diterima oleh suatu
kalimat tanya. Berikut transkrip pembicaraannya: benda. Kuda menarik pedati
dengan suatu gaya, pegas
Guru : Pada pertemuan terakhir kita mendorong anak panah dari
berbicara tentang apa? busurnya dengan suatu gaya,
Siswa : Gaya Pak. mesin mendorong mobil dengan
Guru : Masih ingat, apa yang dimaksud suatu gaya. Semua sudah mengerti?
gaya?
Siswa : Tarikan atau dorongan terhadap Dalam apersepsi, kontekstual seperti ini
suatu benda. sudah cukup. Sebab ini hanya mengingatkan
Guru : Coba A (mungkin siswa kelompok materi pelajaran sebelumnya. Sayangnya, dari 7
atas), apa gaya tadi? guru model yang diamati, hal ini hanya muncul
Siswa A : Tarikan atau dorongan. satu kali saja.
Guru : Bagus. Coba B (mungkin siswa
kelompok sedang), menurutmu apa? Pemfokusan Materi Pelajaran
Siswa B : Tarikan atau dorongan yang diterima Apabila suatu topik membutuhkan beberapa
oleh suatu benda Pak. pertemuan, materi pelajaran dalam topik tersebut
Guru : Yak, bagus sekali. Coba C (mungkin perlu dibuat peta sehingga gambaran global ma-
siswa kelompok bawah), tirukan teri tersebut dapat disimpan dalam memori siswa
temanmu tadi. dengan mudah. Hal ini juga berlaku untuk topik-
Siswa C : Tarikan atau dorongan Pak. topik yang kaya akan konsep, meskipun materi-
Guru : Ya, pintar sekali. Tarikan atau nya tidak terlalu banyak, misalnya gerak pada
dorongan yang diterima oleh suatu tumbuhan, partikel, materi dan sifat-sifatnya,
benda. Kuda menarik pedati dengan perubahan materi, dan sebagainya. Sayangnya,
suatu gaya, pegas mendorong anak dari 7 guru model yang menjadi objek penelitian
panah dari busurnya dengan suatu ini, hanya satu saja yang memetakan materi
gaya, mesin mendorong mobil pelajaran (topik) dan menunjukkan bagian yang
dengan suatu gaya. Semua sudah akan dipelajari saat itu. Konsekuensinya, tidak
mengerti? mudah bagi siswa untuk segera memahami apa
Siswa : Sudah Pak. yang seharusnya dipelajari. Akibatnya, siswa
Guru : Ya, saya senang. Kalian semua membutuhkan lebih banyak waktu dari pada
sudah mengerti. Sekarang yang semestinya dibutuhkan untuk mempelajari
pertanyaan akan saya lanjutkan. materi pelajaran.
Perhatikan baik-baik. Apabila suatu
benda ditarik atau didorong
dengan suatu gaya, berapa

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 53


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Ceramah dan Tanya Jawab khususnya siswa kelompok C atau kelompok


Ceramah adalah metode mengajar yang lemah.
paling preference dan populer di Indonesia. Bisa
jadi ini warisan dari perguruan tinggi. Dosen Latihan
yang matang, santun, tutur katanya lembut, kali- Sekurang-kurangnya latihan soal-soal mem-
matnya runtut, dan pengetahuannya luas biasa- punyai empat manfaat; memantau pemahaman
nya menjadi vaforit mahasiswa. Sudah barang siswa, menerapkan pemahaman siswa untuk
tentu, dosen seperti ini biasanya senior dan me- memecahkan masalah, memantapkan pemaham-
ngajar dengan cara ceramah. Kekaguman inilah an siswa, melatih keterampilan intelektual siswa.
yang kemudian diwarisi dan diterapkan di seko-
lah. Apalagi cara ini sangat mudah, cukup Pembuatan Kesimpulan
dengan memahami materi pelajaran dan melaku- Kesimpulan merupakan rangkuman terpen-
kan sistematisasi saja. Inilah kharakter umumnya ting materi pelajaran. Oleh karena itu harus
orang Indonesia, sukanya yang gampang-gam- dibuat sederhana, ringkas dan mudah dipahami.
pang tetapi banyak uang, seperti dalam bahasa Namun demikian, karena memuat pemahaman
pergaulan anak muda: muda foya-foya, tua yang sudah dipahami oleh siswa, kesimpulan
kaya raya, mati masuk surga. Bahkan ketika harus dibuat oleh siswa. Dalam hal ini peranan
guru menyebut metode mengajar tanya jawab se- guru hanyalah sebagai editor isi dan bahasa.
kalipun, bila dilihat di kelas dalam proses pem- Sayangnya kebanyakan guru masih mendominasi
belajaran, dia tetap mengajarnya dengan metode pembuatan kesimpulan sehingga seolah-olah
ceramah. Bukan tanya jawab seperti yang ditulis gurulah yang membuat kesimpulan tersebut. Dari
dalam RPP. 7 guru model yang diamati, ternyata hanya satu
Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran yang benar-benar menggali kesimpulan materi
umum orang Indonesia tersebut. Dari 7 guru pelajaran dari siswa melalui tanya jawab.
model yang menjadi objek penelitian ini, hanya
satu guru yang benar-benar menggali konsep dari Catatan Siswa
siswanya dengan cara tanya jawab. Guru ini Siswa membutuhkan catatan yang ringkas,
adalah guru yang dibahas pada bagian apersepsi representatif, sistematis, dan mudah dipahami.
di atas. Catatan semacam ini sangat penting dan memu-
dahkan siswa dalam belajar, terutama untuk
Perhatian kepada Individu Siswa menghadapi ujian bagian, ujian semester, ujian
Ada tiga guru model yang memberikan akhir dan lomba. Sayangnya tidak banyak guru
perhatian pada individu siswa dan satu guru yang memberikan perhatian dalam masalah ini.
model yang perhatiannya pada siswa yang pandai Di antara 7 guru model yang diamati dalam
saja. Perhatian guru model yang lain masih penelitian ini hanya satu yang secara khusus
tertuju pada kelompok siswa. menyiapkan catatan untuk siswa, itupun dalam
bentuk kuiz akhir pelajaran, dibahas bersama-
Mengecek Pemahaman Siswa Sebelum sama dan dibawa pulang. Sudah barang tentu
Mengintrodusir Konsep Baru isinya kurang mewakili materi pelajaran saat itu.
Kebanyakan guru model yang menyampai- Memang, banyak guru yang menyiapkan
kan dua konsep atau lebih mengintrodusir lembar kerja siswa (LKS, worksheet). Tetapi
konsep-konsep tersebut berurutan, tanpa meme- LKS ini hanya disiapkan untuk kelompok dan
riksa pemahaman siswa atau memberikan pe- dibagi satu atau dua lembar per kelompok. Tentu
mantapan terhadap konsep yang telah diberikan saja ini mengurangi keleluasaan siswa dalam
sebelum mengintrodusir konsep yang baru. belajar karena harus berebut LKS atau menunggu
Konsep yang saling berhubungan dibangun dari giliran untuk membacanya. Padahal setiap siswa
yang sederhana menuju ke yang kompleks. perlu segera memperoleh panduan dan referensi
Apabila konsep yang sederhana belum dipahami untuk memahami materi pelajaran. Anehnya lagi,
siswa, konsep yang lebih kompleks kurang bisa ada guru yang menarik kembali LKS-nya pada
dipahami pula oleh siswa. Oleh karena itu, akhir pelajaran. Akibatnya, siswa praktis siswa
diperlukan pengecekan pemahaman siswa, tidak mempunyai catatan pelajaran.

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 54


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Catatan siswa harus benar-benar dipikirkan. 4. Perhatian guru masih bersifat klasikal,
Di samping manfaatnya sangat penting dan perhatian individu malah diberikan kepada
banyak, catatan siswa juga meninggalkan bekas siswa yang pandai, bukan siswa yang
yang mendalam bila di dalamnya terdapat tertinggal.
kesalahan. Lebih dari itu, bila kurang informatif 5. Introdusir konsep-konsep sering disampaikan
dan kurang sistematis catatan siswa bahkan bisa secara bersamaan, tanpa memeriksa pema-
bisa mengganggu pemahaman siswa. haman siswa terhadap konsep yang telah
diberikan sebelumnya sebelum mengintrodu-
KESIMPULAN sir konsep yang baru.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat di- 6. Latihan siswa masih kurang sehingga pema-
simpulkan bahwa pembelajaran di kelas masih haman siswa berhenti pada pemahaman,
diwarnai banyak permasalahan, antara lain: bahkan hafalan, dalam klasifikasi tingkat
1. Apersepsi yang kurang variatif, belum ada kesukaran Bloom.
guru model yang membangun minat belajar 7. Pembuatan kesimpulan pembelajaran masih
siswa dengan mengemukakan tujuan pem- didominasi oleh guru yang semestinya cukup
belajaran dalam bentuk kalimat tanya yang menjadi fasilotator.
menantang.
2. Pemfokusan pada materi pelajaran masih Catatan siswa kurang mendapat perhatian
lemah, pertanyaan yang diajukan kepada sehingga siswa tidak memiliki catatan yang
siswa masih benyak menimbulkan interpre- sistematis untuk menghadapi ujian.
tasi dan jawaban ganda sehingga tidak
mudah dimengerti oleh siswa.
3. Pembelajaran masih didominasi oleh metode
ceramah, meskipun dalam RPP mengguna-
kan metode tanya-jawab, diskusi, demon-
trasi, atau metode yang lain.

DAFTAR RUJUKAN

Anonymus. 2009. Panduan untuk Peningkatan Proses Ramli, M. 2006. Menilai Mutu Pendidikan, Graduate
Belajar dan Mengajar. JICA School of Education and Human Development,
Faqih, A. 2007. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan. Nagoya University, Japan. http://indosdm.com
http://abdullahfaqih.multiply.com diakses 30 diakses 30 September 2009
September 2009 Ramli, T. 2009. Ujian Nasional dan Peningkatan Mutu
Nishitani, I. 2009. Lesson Study dan Ujian Sekolah di Pendidikan. http://www.slideshare.net diakses 11
Jepang. Personal Comunication September 2009

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 55


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN


BERTANYA DALAM PAIKEM

Muntholib

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak: Keterampilan bertanya adalah salah satu dari delapan keterampilan dasar mengajar yang
merupakan komponen penting dari kompetensi pedagogis. Keterampilan bertanya merupakan
keterampilan dasar mengajar yang paling sederhana yang mendasari dan menjadi syarat bagi
penguasaan keterampilan dasar mengajar yang lain. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui
implementasi keterampilan bertanya beserta pengembangannya dalam pembelajaran yang dilakukan
oleh guru-guru di wilayah Pasuruan dalam kurun waktu 2009-2010. Studi ini mendeskripsikan dan
menganalisis implementasi keterampilan bertanya beserta pengembangannya dalam pembelajaran di
kelas. Objek penelitian ini adalah guru-guru model yang peneliti observasi Agustus 2009 -- Juli 2010.
Pengamatan difokuskan pada 11 komponen keterampilan bertanya beserta pengembangannya oleh guru
model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tanya jawab termasuk metode pembelajaran yang
cukup populer, 5 dari 16 pembelajaran yang diobservasi mencantumkan metode tanya jawab dalam
RPP-nya; (2) tidak semua guru model yang mencantumkan metode tanya jawab dalam RPP-nya benar-
benar mengajar dengan metode tanya jawab; (3) tidak banyak komponen keterampilan bertanya muncul
dalam pembelajaran; dan (4) ada dua pengembangan pertanyaan penting yang dilakukan oleh guru
model; (a) mengubah tujuan pembelajaran dari bentuk pernyataan menjadi pertanyaan dan (b)
mendahulukan penunjukan siswa sebelum mengemukakan pertanyaan dalam rangka penyebaran
pertanyaan dan pelibatan setiap individu siswa dalam pembelajaran.

Kata kunci: Keterampilan bertanya, Implementasi keterampilan bertanya, Pengembangan keterampil-


an bertanya.

Menurut PP Nomor 19 tahun 2005 tentang laskan, membuka dan menutup pelajaran, mem-
Standar Nasional Pendidikan dan UU Nomor 14 bimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas,
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi dan keterampilan mengajar kelompok kecil dan
pendidik mencakup 4 komponen, yaitu (1) perorangan. Di antara delapan keterampilan dasar
kompetensi pedagogis, (2) kompetensi profesional tersebut, keterampilan bertanya merupakan
(penguasaan bidang ilmu yang diajarkan), (3) keterampilan dasar mengajar yang paling sederha-
kompetensi sosial, dan (4) kompetensi kepribadian. na yang mendasari dan menjadi syarat bagi pengu-
Kompetensi pedagogis adalah kemampuan guru asaan keterampilan dasar mengajar yang lain.
dalam mengelola pembelajaran yang mendidik Dengan kata lain, keterampilan dasar mengajar
yang memungkinkan peserta didik membangun yang lain tidak dapat dikuasai apabila keterampilan
kharakter dan mengaktualkan potensi-potensinya. bertanya belum dikuasai dengan baik.
Untuk mencapai komptensi ini pendidik perlu Bagi guru, bertanya tidak sekedar cara
menguasai teori belajar dan pembelajaran, terma- untuk memperoleh informasi, tetapi menjadi alat
suk menguasai dan mengimplementasikan kete- untuk membangun interaksi antara guru dengan
rampilan dasar mengajar dengan baik. siswa dan antara siswa dengan siswa serta men-
Turney (1979) mengidentifikasi delapan dorong setiap siswa untuk berpartisipasi aktif
keterampilan dasar mengajar yang menentukan dalam pembelajaran. Secara terinci, sekurang-
keberhasilan pembelajaran; keterampilan bertanya, kurangnya ada empat alasan mengapa guru harus
memberi penguatan, mengadakan variasi, menje- menguasai dan menerapkan keterampilan berta-

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 56


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

nya dalam pembelajarannya: Pertama, mening- nyebaran dimaksudkan agar semua siswa mem-
katkan partisipasi siswa dalam pembelajaran peroleh kesempatan yang sama dalam mengaju-
sehingga pembelajaran menjadi lebih hidup dan kan atau menjawab pertanyaan. Ini menghindari
variatif. Kedua, membangun budaya bertanya kebiasaan di mana hanya siswa kelompok ter-
bagi siswa. Alasan ini didasari atas fakta bahwa tentu saja yang biasa mengajukan atau menjawab
budaya kita tidak membiasakan anak untuk aktif pertanyaan. Bila pertanyaan yang diberikan tidak
bertanya. Ketiga, penerapan pembelajaran bisa dijawab, guru perlu memberikan tuntunan
PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, (clues) sehingga siswa bisa menjawab. Berbeda
Efektif, dan Menyenangkan) mengharuskan dengan pemberian acuan yang diberikan sebelum
siswa terlibat secara mental-intelektual dalam guru mengajukan pertanyaan, pemberian tuntun-
pembelajaran. Keempat, menghapus anggapan an dilakukan apabila siswa belum bisa menjawab
bahwa pertanyaan hanya berfungsi untuk pertanyaan yang sudah diajukan oleh guru.
menguji pemahaman siswa. Pemberian tuntunan ini lebih penting bagi siswa
Brown dan Edmonson (1984) dalam War- golongan bawah.
dani dan Julaeha (2007) mendefinisikan per- Keterampilan bertanya lanjut mencakup
tanyaan sebagai pernyataan yang menginginkan empat komponen; pengubahan tuntutan kognitif
tanggapan secara lisan. Ini berarti pertanyaan pertanyaan (dari suatu tingkat kognitif ke tingkat
mencakup mencakup perintah dan pertanyaan itu kognitif yang lain), pengaturan urutan pertanyaan
sendiri. Dengan cakupan ini, pertanyaan dapat (dari tingkat rendah ke tingkat tinggi; dari
mempunyai banyak fungsi, di antaranya adalah hafalan ke pemahaman, aplikasi, analisis atau
(1) meningkatkan keterlibatan siswa dalam pem- yang tuntutan kognitifnya lebih tinggi lagi; tidak
belajaran, (2) merangsang siswa untuk mengaju- boleh dibalik), penggunaan pertanyaan pelacak,
kan pertanyaan, (3) mendiagnosis kelemahan dan peningkatan terjadinya interaksi. Pengguna-
siswa, (4) memusatkan perhatian siswa pada satu an pertanyaan pelacak pada komponen keteram-
masalah, (5) membangkitkan minat belajar siswa pilan bertanya lanjut berbeda dengan pemberian
terhadap materi pelajaran, (6) mengendalikan tuntunan (clues) pada komponen keterampilan
pembelajaran sehingga berlangsung secara opti- bertanya dasar. Pemberian tuntunan dimaksud-
mal, (7) memberikan kesempatan kepada siswa kan untuk menuntun siswa menjawab pertanyaan
untuk mengekspresikan pemahaman dan penda- yang sebelumnya belum bisa dijawab, sedangkan
patnya, dan (8) membangun kebiasaan siswa penggunaan pertanyaan pelacak dimaksudkan
untuk berdiskusi memecahkan masalah, baik untuk membantu siswa menyempurnakan jawab-
dengan guru maupun sesama siswa. annya yang belum sempurna tetapi sudah me-
Menurut Turney (1979), keterampilan ber- ngandung kebenaran. Dengan kata lain, per-
tanya mencakup 11 komponen. Komponen- tanyaan pelacak hanya digunakan untuk per-
komponen keterampilan bertanya ini dibagi tanyaan yang menuntut tingkat kognitif tinggi.
menjadi dua kelompok; keterampilan bertanya Komponen peningkatan terjadinya interaksi antar
dasar dan keterampilan bertanya lanjut. Keteram- siswa dimaksudkan untuk meningkatkan keter-
pilan bertanya dasar terdiri atas 7 komponen; libatan mental siswa dalam pembelajaran. Ini
pertanyaan singkat dan jelas, pemberian acuan, dapat dibangun dengan penggunaan pertanyaan
pemusatan, pemindahan giliran, penyebaran, yang tidak hanya bisa dijawab oleh siswa
pemberian waktu berpikir, dan pemberian tertentu saja, mendorong siswa untuk mengaju-
tuntunan. Pemberian acuan dimaksudkan untuk kan pertanyaan, dan melemparkan pertanyaan
memberi informasi awal sehingga siswa bisa seorang siswa ke siswa yang lain.
menjawab pertanyaan yang diberikan kepadanya.
Pemusatan adalah pergeseran cakupan pertanya-
METODE
an dari pertanyaan umum ke pertanyaan khusus.
Pemindahan giliran dimaksudkan supaya per- Pengumpulan data dilakukan melalui obser-
tanyaan kompleks yang menuntut jawaban lebih vasi dan tanya jawab. Observasi dilakukan ter-
dari satu tidak hanya dijawab oleh satu siswa hadap guru model yang sedang mengajar, se-
saja. Pemindah giliran juga membantu guru dangkan tanya jawab dilakukan setelah obser-
mendapatkan jawaban yang sempurna dari siswa. vasi. Observasi difokuskan pada metode pem-
Sedikit berbeda dengan pemindahan giliran, pe- belajaran, pengunaan pertanyaan (tanya jawab)

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 57


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

dalam pembelajaran, komponen keterampilan keterampilan dasar mengajar tertentu, termasuk


bertanya yang digunakan, dan inovasi/ keterampilan bertanya. Namun demikian, pen-
pengembangan dalam penggunaan pertanyaan. cantuman suatu metode pembelajaran dalam RPP
mestinya by design, ada konsekuensinya, ada
HASIL DAN PEMBAHASAN
penekanan dan persiapan khusus. Oleh karena
itu, RPP – barang kali – tidak sekedar mencan-
Metode Tanya Jawab Cukup Populer tumkan metode pembelajaran, tetapi metode
Tanya jawab termasuk metode pembelajar- pembelajaran perlu tercermin dalam langkah-
an yang populer. Dari 16 guru model observan, 5 langkah pembelajaran.
(31%) di antaranya mencantumkan tanya jawab
sebagai metode pembelajarannya. Ini menduduki Inovasi Keterampilan Bertanya
peringkat dua popularitasnya setelah diskusi Barangkali sudah menjadi standar baku
yang membukukan angka 13 (81%). Secara pembelajaran di kelas-kelas Indonesia bahwa
formal angka ini sesuai dengan hasil penelitian tujuan pembelajaran dikemukakan dalam bentuk
Brown dan Edmonson (1984) yang menunjukkan kalimat berita setelah apersepsi. Beberapa guru
bahwa 30% waktu pembelajaran dihabiskan oleh model observan telah memodifikasi kebiasaan ini
guru untuk bertanya. Namun demikian pencan- dengan mengganti kalimat berita menjadi kali-
tuman ini tidak linier dengan penggunaannya mat tanya. Ini merupakan inovasi yang luar
dalam pembelajaran di kelas. Tidak semua guru biasa. Ketika mengajarkan “pola barisan bilang-
model observan yang mencantumkan tanya ja- an sederhana”, misalnya, guru model membuat
wab sebagai metode pembelajarannya meng- apersepsi sebagai berikut:
habiskan lebih dari 30% waktunya untuk tanya
jawab. Sebaliknya, tidak semua guru model Guru : Siapa yang sudah tahu atau
observan yang tidak mencantumkan tanya jawab mempunyai facebook ? Angkat
sebagai metode pembelajarannya menghabiskan tangan.
kurang dari 30% waktunya untuk tanya jawab. Siswa : Semua siswa angkat tangan.
Sudah barang tentu ini merupakan anomali guru Guru : Apa fungsi facebook?
yang menjadi objek observasi. Fakta ini melahir- Siswa : Sebagian angkat tangan.
kan pertanyaan: mengapa RPP yang merupakan Guru : Coba A.
rancangan pembelajaran yang telah disiapkan Siswa A : Untuk komunikasi Pak.
oleh guru tidak selalu dijadikan pegangan dalam Guru : Bagus. Ada yang lain?
pembelajaran ? Adakah penyiapan RPP hanya Siswa : Sebagian angkat tangan.
sekedar untuk memenuhi kebutuhan administratif Guru : Coba B.
? Mudah-mudahan ini hanya sekedar kasus saja. Siswa B : Untuk mencari teman Pak.
Guru : Bagus sekali. Ya fungsi facebook
Tidak Banyak Komponen Keterampilan Bertanya yang memang banyak. Salah satunya
Diimplementasikan dalam Pembelajaran untuk mencari teman. Nah apabila
Meskipun secara formal 31% guru model seminggu setelah membuat
observan mencantumkan tanya jawab sebagai facebook seseorang memperoleh
metode pembelajarannya, tetapi tidak banyak dua orang teman, satu minggu
komponen keterampilan bertanya yang diimple- berikutnya temannya menjadi
mentasikan dalam pembelajaran. Dari 11 kom- empat, satu minggu kemudian
ponen keterampilan bertanya yang di kemukakan menjadi delapan, ... berapakah
oleh Turney (1979), hanya rumusan pertanyaan teman facebooker tersebut setelah
(singkat dan jelas), pemberian acuan, dan penye- 52 minggu membuat facebook?
baran yang benar-benar diimplementasikan oleh Guru : Bagus sekali. Ya fungsi facebook
guru. Adapun 8 komponen lainnya tidak muncul memang banyak. Salah satunya
dalam pembelajaran. Pembelajaran berlangsung untuk mencari teman. Nah apabila
secara variatif, melibatkan semua keterampilan seminggu setelah membuat
dasar mengajar. Penggunaan keterampilan dasar facebook seseorang memperoleh
tunggal hanya ada dalam micro teaching, latihan dua orang teman, satu minggu
mengajar. Tidak ada keharusan menggunakan berikutnya temannya menjadi

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 58


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

empat, satu minggu kemudian


menjadi delapan, ... berapakah Guru : Yes, right. Coba C (siswa
teman facebooker tersebut setelah kelompok bawah), tirukan
52 minggu membuat facebook ? temanmu tadi.
Siswa : Berfikir berusaha mencari jawaban. Siswa C : Tarikan atau dorongan Pak.
Guru : Untuk bisa menjawab pertanyaan Guru : Ya, pintar sekali. Tarikan atau
tersebut kita harus mempelajari dorongan yang diterima oleh suatu
“pola barisan bilangan sederhana” benda. Kuda menarik pedati
terlebih dahulu. Coba bergabung dengan suatu gaya, pegas
menurut kelompok masing-masing! mendorong anak panah dari
busurnya dengan suatu gaya, mesin
Dibandingkan dengan pernyataan, penyam- mendorong mobil dengan suatu
paian tujuan pembelajaran dalam bentuk kalimat gaya. Semua sudah mengerti?
tanya seperti di atas jauh lebih banyak melibat- Siswa : Sudah Pak.
kan aktifitas mental intelektual siswa. Apalagi Guru : Ya, saya senang. Kalian semua
dikemas dalam format tanya jawab secara kon- sudah mengerti. Sekarang
tekstual. Sudah barang tentu, dari sisi pedagogis pertanyaan akan saya lanjutkan.
ini merupakan inovasi yang luar biasa. Perhatikan baik-baik. Apabila
Keberhasilan guru dalam apersepsi menen- suatu benda ditarik atau
tukan keberhasilan pembelajaran. Menurut didorong dengan suatu gaya,
Nishitani (2009), 60% keberhasilan pembelajar- berapa percepatan yang dialami
an ditentukan oleh keberhasilan guru dalam benda tersebut? Bagaimana cara
membawa aktifitas mental siswa ke dalam kelas menentukannya? Berapa
melalui apersepsi. Oleh karena itu, setiap hendak percepatan pergeseran meja ini
mengajar hendaknya guru mempersiapkan aper- apabila saya dorong dengan gaya
sepsi secara serius. Dengan demikian, inovasi ini tertentu? Bagaimana cara
mempunyai nilai yang sangat penting dalam menentukannya? Coba pikirkan!
pembelajaran. Siswa : Melakukan aktifitas untuk
Menentukan siswa sebelum mengajukan menemukan jawaban.
pertanyaan termasuk kebiasaan yang harus dihin- Guru : Untuk menemukan jawabanya,
dari dalam pembelajaran (Wardani dan Julaeha, mari kita diskusikan bersama-
2007). Pernyataan ini hendaknya tidak diterima sama.
hitam putih. Dalam pembelajaran setiap siswa
berhak untuk belajar dan memahami materi Contoh tersebut menggambarkan bahwa
pelajaran dengan baik. Konsekuensinya guru penentuan/penunjukkan siswa sebelum mengaju-
wajib membantu setiap siswa untuk belajar. Di kan pertanyaan sekurang-kurannya mempunyai
samping itu guru juga harus menyebarkan dua manfaat. Pertama, menyebarkan pertanyaan
pertanyaan kepada semua siswa. Dengan logika kepada seluruh siswa untuk menghindari tanya
tersebut, penentuan/penunjukan siswa sebelum jawab dengan siswa tertentu saja. Kedua, me-
mengajukan pertanyaan tidak harus dilarang, mantau pemahaman setiap siswa atau kelompok
seperti yang terekam dalam tanya jawab berikut: siswa terhadap konsep atau masalah tertentu
yang sudah atau sedang dipelajari.
Guru : Pada pertemuan terakhir kita
berbicara tentang apa ? KESIMPULAN
Siswa : Gaya Pak. 1. Tanya jawab termasuk metode pembelajaran
Guru : Masih ingat, apa yang dimaksud yang populer, 5 dari 16 guru model observan
gaya? mencantumkan metode tanya jawab dalam
Siswa A : (siswa kelompok atas) Tarikan atau RPP-nya.
dorongan terhadap suatu benda. 2. Tidak banyak komponen keterampilan
Guru : Coba B (siswa kelompok sedan g), bertanya muncul dalam pembelajaran.
apa gaya tadi? Komponen keterampilan bertanya yang
Siswa B : Tarikan atau dorongan yang cukup populer adalah penyebaran.

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 59


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

3. Inovasi dan pengembangan yang muncul pertanyaan dalam rangka penyebaran


dalam observasi adalah: (a) mengubah tujuan pertanyaan dan pelibatan setiap individu
pembelajaran dari bentuk pernyataan menjadi siswa dalam pembelajaran.
pertanyaan dan (b) mendahulukan
penunjukan siswa sebelum mengemukakan

DAFTAR RUJUKAN

Anonymus. 2009. Panduan untuk Peningkatan Proses Ramli, T. 2009. Ujian Nasional dan Peningkatan Mutu
Belajar dan Mengajar. Jakarta: JICA Pendidikan. http://www.slideshare.net diakses 11
Faqih, A. 2007. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan. September 2009
http://abdullahfaqih.multiply.com diakses 30 Suparno dan Waras, K. 2008. Pengembangan
September 2009 Profesionalitas Guru. Malang: Universitas Negeri
Nishitani, I. 2009. Lesson Study dan Ujian Sekolah di Malang.
Jepang. Personal Comunication Wardani, I.G.A.K. dan Julaeha, S. 2007. Kerampilan
Ramli, M. 2006. Menilai Mutu Pendidikan, Graduate Dasar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
School of Education and Human Development,
Nagoya University, Japan. http://indosdm.com
diakses 30 September 2009

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 60


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

HAMBATAN PENGGUNAAN METODE DISKUSI-SIMULASI


PADA PEMBELAJARAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
KIMIA(HASIL KEGIATAN OPEN CLASS LESSON STUDY)

Oktavia Sulistina

Kimia FMIPA UM, Jl. Semarang 5 Malang, E-mail: oktavia@um.ac.id

Abstrak: Kompetensi yang diharapkan pada Matakuliah Strategi Belajar Mengajar Kimia (SBMK)
adalah mahasiswa mampu memilih dan melaksanakan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan
hakekat pembelajaran kimia di Sekolah Menengah. Salah satu metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mencapai kompetensi tersebut adalah metode diskusi-simulasi (DS). Metode ini
memberi kesempatan mahasiswa untuk memperoleh penjelasan-penjelasan dari berbagai sumber data;
merangsang kemampuan berpikir kritis dan keberanian mengemukakan ide, pertanyaan, dan pendapat;
memberikan gambaran yang nyata dan pengalaman langsung tentang topik yang di pelajari;
mengembangkan kreatifitas, memupuk rasa percaya diri; serta memperkaya pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis. Kegiatan
open class lesson study bertujuan untuk mengkaji hambatan yang ditemui pada saat penerapan metode
DS pada pembelajaran SBMK pada semester Gasal 2009/2010 di Jurusan Kimia FMIPA UM. Kegiatan
tersebut dilakukan 2 kali, masing-masing meliputi tahap plan, do, see. Tahap plan dilakukan oleh 2
orang pengampu mata kuliah SBMK, tahap do dan see diikuti oleh 5 orang dosen Kimia FMIPA UM
dari berbagai bidang ilmu. Hasil kegiatan observasi dan refleksi pada open class menunjukkan terdapat
beberapa hambatan dalam penggunaan metode DS dalam pembelajaran SBMK. Hambatan tersebut
adalah masih ditemuinya mahasiswa yang kurang perhatian pada saat mahasiswa lain melakukan
presentasi maupun simulasi, adanya dominasi peran, sebagian besar kelompok belum bisa
mengorganisasi waktu secara efektif dan efisien. Untuk meminimalkan hambatan yang mungkin akan
ditemui pada penerapan metode DS disarankan agar pendidik mengelola pembelajaran dengan baik,
menjelaskan tugas dan sistem penilaian dengan jelas, sehingga dapat diperoleh hasil pembelajaran yang
optimal.

Kata kunci: metode diskusi-simulasi, pembelajaran kimia, lesson study

Strategi dalam kegiatan belajar-mengajar da- lah Menengah harus berprinsip pada pembelajaran
pat diartikan sebagai seni dan ilmu untuk membe- yang berbasis kompetensi. Prinsip pembelajaran
lajarkan peserta didik dalam mencapai tujuan pem- yang berbasis kompetensi antara lain adalah (a)
belajaran yang telah ditetapkan secara efisien dan berpusat pada peserta didik agar mencapai kompe-
efektif. Dalam perkembangannya, strategi pem- tensi yang diharapkan; (b) pembelajaran dilakukan
belajaran diartikan sebagai rencana tindakan dengan sudut pandang adanya keunikan individual
(rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode setiap peserta didik; (c) pembelajaran dihadapkan
dan pemanfaatan berbagai sumber belajar untuk pada situasi pemecahan masalah, sehingga peserta
mencapai tujuan pembelajaran tertentu. didik menjadi pembelajar yang kritis, kreatif, dan
Matakuliah SBMK merupakan matakuliah mampu memecahkan masalah yang dihadapi; (d)
yang memberikan bekal kepada mahasiswa calon pembelajaran dilakukan dengan multi strategi dan
guru untuk dapat memilih dan melaksanakan stra- multimedia sehingga memberikan pengalaman be-
tegi belajar mengajar yang sesuai dengan hakekat lajar beragam bagi peserta didik; dan (e) peran
pembelajaran kimia di Sekolah Menengah (ano- guru sebagai fasilitator, motivator, dan narasumber
nim, 2010). Sesuai dengan tuntutan Kurikulum (Depdiknas, 2008). Selaras dengan tuntutan
Tingkat Satuan Pendidikan, pembelajaran di Seko- KTSP, dalam matakuliah SBMK mahasiswa calon

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 61


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

guru dibekali dengan pengetahuan tentang konsep pendekatan berpusat pada pembelajar (Anitah,
penting dalam proses belajar mengajar (PBM), 2007). Jika kedua metode tersebut digabungkan
keterampilan mengelola PBM, penerapan maka diharapkan akan menghasilkan pembelajaran
pendekatan pembelajaran yang konstruktivistik, yang dapat memberikan pengetahuan yang utuh
penggunaan media dan penerapan asesmen otentik. terhadap suatu topik materi yang dipelajari, mem-
Sehingga dengan bekal tersebut, diharapkan maha- bina sikap ilmiah pembelajar, melatih keterampilan
siswa mampu memilih dan melaksanakan strategi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang di-
belajar mengajar yang sesuai dengan hakekat inginkan.
pembelajaran kimia di Sekolah Menengah. Sebagai sebuah metode pembelajaran, meto-
Pelaksanaan kegiatan perkuliahan, menekan- de DS tentunya juga memiliki kelemahan. Kele-
kan keterlibatan aktif mahasiswa dalam memper- mahan ini dapat diidentikasi dari berbagai
oleh pengetahuan tentang strategi pembelajaran hambatan yang ditemui selama proses pembelajar-
yang dipelajari melalui metode diskusi dan mem- an. Hambatan tersebut dapat menghasilkan pembe-
peroleh gambaran langsung langkah-langkah pem- lajaran yang kurang optimal, sehingga perlu segera
belajaran dalam strategi tersebut melalui metode untuk diidentifikasi dan dicari pemecahan ma-
simulasi. Sehingga dengan metode diskusi- salahnya agar tercapai tujuan pembelajaran yang
simulasi (DS) ini mahasiswa diharapkan dapat me- diinginkan. Melalui kegiatan open class lesson
mahami secara utuh tentang strategi pembelajaran study diharapkan hambatan selama penerapan
yang sedang dipelajari dan pada akhirnya dapat metode DS dapat diidentifikasi oleh para observer,
memilih serta menerapkannya dalam pembelajaran sehingga temuan dari para observer dapat dijadi-
di kelasnya kelak. kan acuan untuk pengembangan perencanaan pem-
Metode DS merupakan gabungan antara me- belajaran yang lebih baik. Iswahyudi (2009)
tode diskusi dan metode simulasi. Metode diskusi melaporkan bahwa kegiatan lesson study memberi-
memberikan ruang kepada pembelajar untuk kan pengaruh bagi peningkatan kompetensi guru
menggali pengetahuannya sendiri melalui berbagai dan siswa, karena dalam kegiatan tersebut guru
sumber data, melatih pembelajar untuk berani dibiasakan untuk menerima masukan dan atau
mengemukakan ide, pertanyaan, dan pendapat, saran dari observer dengan terbuka, sehingga hal
melatih kemampuan berpikir kritis, membina sikap tersebut berimplikasi terhadap peningkatan inovasi
menghargai pendapat orang lain, dan menjunjung dan kreatifitas guru dalam menyusun rencana
keputusan yang telah dibuat bersama. Hal ini pembelajaran yang lebih baik dan pada akhirnya
senada dengan pengertian metode diskusi yaitu siswa merasakan dampak dari meningkatnya
merupakan cara penyajian pembelajaran yang kualitas pembelajaran.
memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk
mengadakan perbincangan ilmiah melalui interaksi METODE
antara siswa-siswa dan atau siswa-guru dengan tu-
juan untuk memecahkan suatu permasalahan, men- Kegiatan open class lesson study matakuliah
jawab pertanyaan, menambah dan memahami SBMK dilaksanakan dua kali di jurusan Kimia
pengetahuan pembelajar, serta untuk membuat FMIPA. Masing-masing kegiatan terdiri dari tahap
suatu keputusan (Killen, 1998; Arifin, 2000; dan plan, do, dan see. Pelaksanaan tahap plan I tanggal
Gulo, 2002). Metode simulasi dapat memberikan 9 Oktober 2009, tahap do I tanggal 12 Oktober
gambaran yang nyata dan pengalaman langsung 2009 dan tahap see I tanggal 13 Oktober 2009.
tentang topik yang di pelajari; mengembangkan Tahap plan II dilaksanakan tanggal 13 Oktober
kreatifitas, memupuk rasa percaya diri; serta mem- 2009, tahap do II 16 Oktober 2009 dan tahap see II
perkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan 19 Oktober 2009. Perencanaan pembuatan rencana
yang diperlukan dalam menghadapi berbagai pelaksanaan perkuliahan (RPP) dan instrumen pe-
situasi sosial yang problematis. Sanjaya (2006), nilaian dilakukan pada tahap plan. Kegiatan ini
menyatakan hal yang sama, yaitu mengartikan me- dilakukan oleh dua dosen pengampu matakuliah.
tode simulasi sebagai cara penyajian pengalaman RPP dan instrumen penilaian yang dibuat pada
belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk tahap plan II merupakan hasil revisi berdasarkan
memahami tentang konsep, prinsip atau keteram- kegiatan see I. Kegiatan pada tahap do dan see
pilan tertentu. Kedua metode tersebut dapat di- diikuti oleh 5 orang, 1 orang dosen model dan 4
kategorikan sebagai metode yang menekankan orang dosen observer. 1 orang observer merupakan
pada ketercapaian keterampilan proses dengan dosen pengampu matakuliah Kimia Fisik, 2 orang

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 62


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

pengampu matakuliah Kimia Analitik, dan 1 orang muan observer, mahasiswa model tampak kurang
pengampu matakuliah SBMK. menguasai strategi yang dimodelkan, mahasiswa
model cenderung hanya menjelaskan materi kimia-
HASIL DAN PEMBAHASAN nya. Sehingga pada kegiatan diskusi/tanya jawab
tentang hasil simulasi, mahasiswa terkesan pasif.
Kegiatan Open Class Lesson Study I Pada tahap see, para observer memberikan
masukan agar hambatan yang ditemui pada saat
Metode yang digunakan dalam pembelajaran pembelajaran dapat diminimalkan, sehingga peng-
matakuliah SBMK pada kegiatan open class lesson gunaan metode DS dalam pembelajaran lebih opti-
study I adalah diskusi-simulasi (DS). Adapun mal dan menghasilkan kualitas pembelajaran yang
langkah-langkah pembelajaran dengan metode ini lebih baik. Masukan itu antara lain: dosen model
adalah: 1) membagi mahasiswa menjadi beberapa harus harus menjelaskan aturan selama proses
kelompok; 2) memberikan tugas masing-masing pembelajaran secara jelas yaitu adanya pembatasan
kelompok untuk membuat makalah tentang waktu presentasi, diskusi dan simulasi, adanya
strategi pembelajaran dan mensimulasikan strategi pembagian peran yang merata dalam kelompok;
tersebut; 3) mahasiswa mempresentasikan makalah tempat duduk diatur sedemikian rupa sehingga
yang telah disusun; 4) membuka forum antara mahasiswa kelompok penyaji dan non pen-
diskusi/tanya jawab terkait dengan makalah yang yaji dalam posisi yang nyaman, saling berhadapan
dipresentasikan; 5) kelompok penyaji mensimu- dan pada akhirnya perhatian lebih meningkat;
lasikan strategi yang dibahas; dan 6) membuka fo- pembuatan alat penilaian yang lebih meningkatkan
rum diskusi/tanya jawab terkait dengan strategi peranan mahasiswa dalam menilai proses pembe-
yang disimulasikan. Menurut dosen model, kese- lajarannya sendiri. Tahap see atau refleksi ini
suaian metode pembelajaran yang dilaksanakan digunakan sebagai acuan untuk penyusunan RPP
dengan harapan adalah 80%. Hal ini disebabkan untuk kegiatan open class lesson study II yang le-
dosen model merasa waktu (2 x 50 menit) kurang bih baik sehingga hambatan yang ditemui pada
mencukupi dan masih merasa grogi dengan ke- saat pembelajaran dengan metode DS dapat di-
hadiran observer. minimalkan.
Hasil temuan para observer pada tahap do Kegiatan Open Class Lesson Study II
juga memperlihatkan hasil yang hampir mirip de-
ngan yang dialami oleh dosen model, yaitu proses
pembelajaran kurang optimal. Observer menemu- Pada tahap plan, dihasilkan perbaikan RPP.
kan beberapa hal/faktor yang dimungkinkan men- Langkah-langkah yang digunakan dalam kegiatan
jadi penghambat pada proses pembelajaran, se- pembelajaran dengan metode DS tidak berubah,
hingga dihasilkan pembelajaran yang kurang opti- hanya aturan dalam pembelajaran yang diperketat
mal. Adapun beberapa faktor penghambat tersebut dan diperjelas. Aturan tersebut adalah 30 menit
adalah (a) terdapat dominasi peran oleh salah seo- waktu presentasi, 20 menit waktu diskusi/tanya
rang dari anggota kelompok penyaji, dimana nam- jawab hasil presentasi, 30 menit waktu simulasi,
pak dialah yang paling menguasai topik yang di- dan 20 menit waktu diskusi/tanya jawab hasil si-
bahas; (b) kurangnya perhatian dari kelompok non mulasi. Aturan ini diinformasikan kepada maha-
penyaji. Menurut observer, hal tersebut kemungki- siswa sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
nan disebabkan pada saat mempresentasikan Format penilaian dijadikan lebih rinci, penilaian
makalah, penyaji banyak yang membaca teks terdiri dari tiga aspek yaitu penilaian presentasi,
makalahnya sehingga nampak kurang menguasai penilaian diskusi/tanya jawab, dan penilaian simu-
bahan yang dipresentasikan; tampilan power point lasi. Penilaian dilakukan dengan melibatkan 2
kurang jelas, dikarenakan pencahayaan dari orang mahasiswa non penyaji untuk memberikan
proyektor yang kurang sempurna; waktu presentasi skor, dan hasilnya digabung dengan penilaian
yang tidak dibatasi sehingga terkesan terlalu lama; dosen pengampu.
posisi duduk mahasiswa dalam kelompok- Berdasarkan hasil kegiatan pada tahap do dan
kelompok memungkinkan mereka kurang leluasa see, dosen model merasa ada peningkatan terhadap
untuk memperhatikan penyaji dan tayangan power optimalisasi pembelajaran yaitu 90% sesuai
point yang posisinya berhadapan.; (c) Kurangnya dengan tujuan yang diharapkan, meningkat 10%
penguasaan strategi pembelajaran yang dimodel- dari hasil kegiatan open class I. Para observer
kan oleh mahasiswa model. Berdasarkan hasil te- menemukan, perhatian sebagian besar mahasiswa

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 63


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

lebih meningkat dibandingkan pada kegiatan I wa- KESIMPULAN


laupun masih ditemui 2-3 orang mahasiswa yang
kurang memperhatikan. Keterampilan presentasi Melalui kegiatan open class lesson study,
maupun simulasi kelompok penyaji lebih baik. Hal hambatan selama proses kegiatan perkuliahan
tersebut terlihat, pada saat mempresentasikan SBMK dengan menggunakan metode pembelajar-
makalahnya penyaji berupaya untuk tidak memba- an DS dapat diidentifikasi dan dapat diminimal-
ca teks, demikian pula pada saat simulasi langkah- kan. Hambatan tersebut adalah masih ditemuinya
langkah pembelajaran pada strategi yang dimo- mahasiswa yang kurang perhatian pada saat maha-
delkan lebih tampak meskipun masih ditemui ada siswa lain melakukan presentasi maupun simulasi,
beberapa kekurangan. Tahap diskusi/tanya jawab adanya dominasi peran, sebagian besar kelompok
juga berlangsung cukup baik, dimana sebagian belum bisa mengorganisasi waktu secara efektif
besar mahasiswa terlibat aktif untuk saling bertu- dan efisien. Hal ini akan membawa pengaruh ter-
kar ide, pendapat dan atau pertanyaan. Sehingga hadap kurang optimalnya pencapaian tujuan pem-
dapat disimpulkan bahwa dengan perencanaan dan belajaran. Hambatan ini dapat diminimalkan den-
pengelolaan pembelajaran yang baik serta gan perencanaan dan pengelolaan pembelajaran
penjelasan tugas dan penilaian yang jelas dapat yang baik, penjelasan aturan, tugas dan penilaian
meminimalkan hambatan pada saat proses dengan jelas.
pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil
pembelajaran yang lebih optimal.

DAFTAR RUJUKAN

Anonim. 2010. Katalog FMIPA UM Jurusan Kimia. Lesson Study 2 yang diselenggarakan oleh
Malang: FMIPA UM. PELITA-JICA FIMPA UM di Malang pada
Arifin, M. 2000. Strategi Belajar Mengajar: Common tanggal 17 Oktober 2009.
Textbook. Bandung: UPI-JICA. Killen, R. 1998. Effective Teaching Strategies: Lesson
Anitah, S.W. 2007. Materi Pokok Strategi Pembelajaran from Research and Practice. 2nd edition. Austra-
di SD. Jakarta: Universitas terbuka. lia: Social Science Press.
Depdiknas. 2008. Pengembangan Model Pembelajaran Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Tatap Muka, Penugasan Terstruktur dan Tugas Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Mandiri Tidak Terstruktur. Prenada Media
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Grasindo.
Iswahyudi. 2009. Program Pengembangan Lesson Study
di Kabupaten Pasuruan dan Pengaruhnya
terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan.
Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 64


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

MODEL PEMBELAJARAN STAD - EKSPERIMEN UNTUK


MENINGKATKAN KERJA KELOMPOK DI KELAS VII
SMP A. YANI TAHUN 2009–2010

Robithoh
Suryaningsasi
Darsono Sigit

SMPN2 Bangil Pasuruan,


SMPN2 Rembang Pasuruan,
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak: Kegiatan lesson study pembelajaran di kelas VII SMP A. Yani pada tanggal 18 April 2009,
dilakukan Open Class (OC) pembelajaran kimia dengan materi campuran homogen dan heterogen.
Peneliti sebagai guru model, pelaksanaan pembelajaran disajikan dengan model Student Teams
Achievement Divisions (STAD) dan melakukan praktikum yang kontekstual. Tujuan dari penelitian
ini adalah, untuk mengetahuhi apakah dengan menggunakan model pembelajaran STAD disertai
praktikum dapat mengaktifkan siswa. Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi yang didasarkan
pada kajian teori pendidikan untuk siswa SMP tentang pembelajaran STAD dengan penerapan
praktikum yang kontekstual. Selanjutnya hasil kajian teori oleh peneliti, disusun dan diselaraskan
dengan hasil pengalaman yang berharga peneliti saat mengikuti plan-do-see (refleksi tanggal 18 April
2009) di SMP Achmad Yani untuk kelas VII pada program Kegiatan MGMP Lesson Study
SISTTEMS JICA Home Base SMPN 2 Bangil Pasuruan. Hasil penelitian menjelaskan: Model
pembelajaran STAD disertai praktikum yang bersifat kontektual, dapat menggali/memperluas wacana
berpikir siswa saat mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS), yang dihubungkan dengan
pengetahuan dan pengalaman praktikum siswa dari mencampurkan bahan dan mengelompokkannya
pada kolom campuran heterogen atau homogen. Kegiatan praktikum ini juga mengaktifkan kerja
siswa, hal ini diakui juga oleh guru kelas sehari-harinya. Dengan praktikum 85% siswa menjadi aktif
dan mampu mengemukakan pendapatnya. Penilaian hasil ketercapaian tujuan pembelajaran setelah
akhir pembelajaran sebesar 80%.

Kata kunci: STAD, eksperimen, kerja kelompok

Pendidikan pada tingkat SMP, dituntut untuk lebih aktif, mencari dan memecahkan
senantiasa melakukan inovasi dalam pembelajaran, permasalahan belajar, dan guru membantu
pada berbagai aspeknya, mulai dari visi, misi, kesulitam siswa yang mendapat hambatan,
tujuan, program, layanan, metode, teknologi, kesulitan dalam memahami, dan memecahkan
proses, sampai evaluasi. Bagi seorang guru IPA permasalahan. Untuk mengefektifkan pembelajaran
(Kimia) pemilihan model pembelajaran hendaknya dan mengaktifkan, biasanya seorang guru memilih
dilakukan secara cermat, agar pilihan itu tepat atau model kooperatif untuk melatih siswa saling
relevan dengan berbagai aspek pembelajaran yang bekerja sama, saling menunjang keberhasilan
lain, efisien dan menarik. Hal tersebut dikarenakan individu dan bisa menjadi tutor sebaya bagi siswa
dalam kelas, guru berperan sebagai komunikator yang kurang pandai. Kelough & Kelough (1999)
dan guru sebagai fasilitator memiliki peran mendefinisikan cooperative learning sabagai
memfasilitasi siswa untuk belajar secara maksimal sesuatu strategi pembelajaran yang secara
dengan menggunakan berbagai strategi/metode, berkelompok, siswa belajar bersama-sama dan
media, dan sumber belajar. Dalam proses pembela- saling membantu dalam membuat tugas dengan
jaran siswa sebagai titik sentral belajar, siswa yang penekanna saling support diantara anggota

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 65


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

kelompok, dimana keberhasilan belajar adalah hari, di dasari sebelum penulis menjadi guru
keberhasilan kelompok. Menurut Kasihani (2007) model, observasi dulu ke kelas yang akan dibuat
ada lima prinsip yang mendasari pembelajaran Open Class (OC) ke guru kelasnya dan
kooperatif yaitu: 1) Saling ketergantungan secara mendapatkan data sebagai berikut: 1) Siswa di
positif, artinya anggota kelompok saling menyadari kelas VII yang akan dibuat OC dalam setiap
bahwa mereka perlu bekerja sama untuk mencapai pembelajaran kurang aktif. 2) Siswa yang
tujuan. 2) Semua anggota kelompok saling menduduki kelompok A sedikit, dan rata-rata ada
berinteraksi dengan saling berhadapan. 3) Setiap pada kelompok B dan C. 3) Materi Kimia bagi
anggota kelompok harus belajar dan kelas VII, masing dianggap materi baru karena di
menyumbangkan hasil pemikirannya demi SD belum menerima materi ini.
pekerjaan dan keberhasilan kelompok. 4)
Ketrampilan bekerjasama dan bersosialisasi Tabel 2. Fase dan Kegiatan Guru Model STAD
diperlukan untuk berhasilnya pekerjan kelompok,
untuk ini perlu bimbingan guru agar siswa dapat Fase Kegiatan guru
berkolaborasi. 5) Siswa perlu menilai bagaimana Menyampaikan semua tujuan
mereka dapat bekerja secara efektif. pembelajaran dan memotivasi
siswa. Menyampaikan materi
Menurut Trianto (2007), model pembelajaran Awal
pembejaran bisa dengan jalan
kooperatif yang bisa digunakan untuk mengak- demontrasi atau memberi
tifkan kerja kelompok siswa salah satu diantaranya paparan
adalah STAD dengan keunggulan seperti pada ta- Membagi siswa dalam kelompok
bel 1. jika belum ada, jika kelompok
sudah terbentuk sebelumnya
Tabel 1. Keunggulan Model STAD maka tinggal meminta siswa
Inti untuk duduk pada kelompoknya,
Tujuan Kognitif Informasi akademik dan membimbing siswa dalam
sederhana kelompok ubtuk menyelesaikan
Tujuan sosial Kerja kelompok dan kerja masalah dalam LKS, membahas
sama hasil kerja siswa
Struktural tim Kelompok belajar Menyimpulkan atau merefleksi
heterogen dengan 4 – 5 kegiatan kemudian memberi
orang anggota evaluasi dapat berupa kuis atau
Akhir
Pemilihan Topik Biasanya guru pertanyaan lisan, diakhir kegiatan
Tugas utama Siswa dapat menggunakan ini guru memberi penghargaan
lembar kegiatan & saling kelompok.
membantu untuk
menuntaskan materi
belajarnya Dari data yang diperoleh ini, maka
Penilaian Tes mingguan dipilihlah model STAD ini untuk dapat
Pengakuan Lembar pengakuan & mengaktifkan sekaligus mengefektifkan
publikasi lain
proses pembelajaran Kimia di kelas VII SMP
A. Yani pada saat penulis mendapatkan
Sedangkan sintak/tahapan pembelajaran
model STAD seperti uraian dalam tabel 2.
giliran untuk menjadi guru model saat lesson
Penghargaan kelompok inilah yang menjadi study berbasis MGMP Wilayah di home base
keistimewaan model STAD, harapan dari Bangil.
penghargaan kelompok ini adalah semua anggota
kelompok akan termotivasi untuk bertanggung METODE
jawab atas keberhasilan kelompoknya, karena
pada saat kuis masing-masing anggota tidak Ketika mendapatkan giliran untuk menjadi
boleh saling membantu, agar kemajuan prestasi guru model, dan sudah memiliki data tentang
kelompok tersebut bisa terdeteksi. Pemilihan karakter siswa yang akan diobservasi, penulis
model STAD pembelajaran kimia di kelas VII meminta pada pada teman sejawat untuk
SMP A. Yani untuk materi tentang campuran memilihkan model pembelajaran dan kegiatan
homogen dan heterogen dalam kehidupan sehari- afektif yang membangkitkan semangat siswa
agar dari kegiatan awal siswa termotivasi untuk

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 66


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

mengikuti kegiatan pembelajaran dengan tujuan kelompok dapat mengerjakan tugas-tugas


yang akan dicapai: 1) Siswa dapat membedakan yang ada LKS sesuai dengan tujuan
campuran homogen dan heterogen. 2) Siswa pembelajaran yang ingin dicapai.
dapat menyebutkan jenis campuran homogen dan  Memotivasi siswa agar selalu berinter-aksi
heterogen dalam kehidupan sehari-hari. dengan teman siswa lain dalam kelompok,
Akhinya dipilih STAD dengan menggunakan siswa- guru; siswa – media, siswa dengan
eksperimen untuk mengaktifkan pembelajaran, dirinya sendiri.
dengan alasan ada pemberian penghargaan  Siswa melakukan aktivitas sesuai petunjuk di
terhadap kelompok agar me-motivasi siswa untuk LKS.
aktif di kelompokmya, dan untuk kegiatan  Ditunjuk salah satu siswa menyajikan hasil
apersepsinya, ditunjukkan berbagai minuman yang kegiatan kelompoknya, kelompok lain
biasa dikonsumsi oleh siswa, seperti okky jelly memperhatikan dan menanggapi..
drink, kopi, teh dan nutrisari, untuk menunjukkan  Guru menguatkan konsep-konsep yang
jenis campuran yang terbentuk pada masing- disampaikan oleh siswa.
masing minuman tadi. Dari motivasi ini siswa  Guru membimbing siswa menarik kesim-
diharapkan mengetahui bahan apa saja yang pulan tentang:
terkandung dalam larutan minuman tadi dan  Konsep larutan homogen dan larutan
menentukan apakah jenis campuran tersebut heterogen
homogen atau heterogen. Hasil diskusi teman
sejawat, akhirnya tersusunlah langkah
pembelajaran sebagai berikut: Jenis Campuran
No Nama Bahan
Homogen Heterogen
1. Pendahuluan 1. Air susu
2. Energen cereal
 Setelah memeriksa kesiapan kelas, guru 3. Nescaffe
menunjukkan minuman: okky jelly drink. 4. Nutrisari
 Kemudian meminta siswa untuk menyebut- 5. Ademsari
kan komposisi bahan yang terkandung di 6. Teh manis
dalam minuman tersebut (harapan guru : 7. Kopi tubruk
salah seorang siswa menjawab: gula, bubuk 8. Air dan minyak
agar-agar), dari campuran yang terbentuk goreng
bisakah kalian membedakan bahan-bahan 9. Jas jus
tersebut! (jawaban: tidak bisa) 10 Milo
 Kemudian menunjukkan minuman kopi. Ciri larutan yang termasuk homogen dan
Kemudian meminta siswa untuk menye- larutan heterogen.
butkan komposisi bahan yang terkandung di
dalam minuman tersebut (harapan guru: 3. Penutup
salah seorang siswa menjawab: gula, kopi),
 Memberikan tes individual
dari campuran yang terbentuk bisakah kalian
membedakan bahan-bahan tersebut! jawaban  Golongkan zat-zat berikut ini kedalam larut-
: bisa) an Homogen dan Heterogen dengan memberi
tanda cek (√), pada kolom yang sesuai!
 Dari jawaban siswa, kemudian guru men-
jelaskan ciri campuran heterogen.  Di akhir pembelajaran guru memberikan
penghargaan kelompok.
 Menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai  Kategori super ( 80 – 100 )
 Kategori hebat ( 65 – 79 )
2. Inti  Kategori baik ( 55 – 64 )
Tahapan ini digunakan saat kegiatan do-
 Membagi siswa dalam kelompok see, pada tanggal 18 April 2009 dimana saat
 Membagi LKS pada siswa sambil memberi itu peneliti bertindak sebagai guru model.
petunjuk/ cara mengerjakan.
 Membimbing dan membantu kelompok
belajar dan bekerja, berkeliling mendampingi HASIL DAN PEMBAHASAN
setiap kelompok siswa, sampai setiap

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 67


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Kegiatan do-see, dilanjutkan dengan diskusi maka perlu menjadi catatan pendidik untuk
refleksi dengan hasil kesepakan bersama guru melatih siswa berkomunikasi dengan
perserta lesson study sebagai berikut: kelompoknya atau dengan seluruh warga
1. Pembelajaran yang memakai/menyertakan kelas, seperti yang tercantum dalam haket
praktikum bersifat kontekstual dapat belajar IPA, bahwa siswa harus mampu
menggali proses berpikir siswa saat mensosialisasikan hasul eksperimennya ke
mengerjakan LKS yang dihubungkan dengan lingkungannya, dan terakhir ada pertanyaan
pengetahuan siswa dari mencampurkan kuis, dimana harus dijawab sendiri oleh
bahan dan mengelompokkannya pada kolom siswa dan tidak minta bantuan temannya atau
campuran heterogen ataukah homogen, dari membantu temannya, yang ternyata dari
kegiatan ini juga mengaktifkan kerja siswa, proses penilaian saat evaluasi tidak bisa
hal ini diakui juga oleh guru kelas sehari- dilakukan karena waktu kurang dan terpakai
harinya, dengan praktikum 85% siswa di kegiatan praktikum, karena guru harus
menjadi aktif dan mampu mengemukakan menjelaskan dahulu cara mencampurkan
pendapatnya, penilaian hasil ketercapaian bahan dengan air, hal ini terjadi karena kelas
tujuan pembelajaran setelah akhir tersebut baru pertama kali melakukan
pembelajaran adalah 80%. praktikum sehingga waktu banyak terbuang
2. Salah satu model yang dapat digunakan di penjelasan langkah kerja. Catatan
dalam pembelajaran kimia adalah pem- pembelajaran ini akhirnya dipakai untuk
belajaran kooperatif STAD, yang diharapkan perbaikan saat pembelajaran selanjutnya,
dapat menggali tingkat kerjasama dalam yaitu, perlu pembimbingan siswa dalam
kelompok mengingat kondisi siswa kelas VII kelompok agar bisa terdeteksi siswa yang
di SMP Achmad Yani Bangil, yang sangat tidak bisa bekerja dengan kelompoknya,
heterogen baik tingkat kecerdasan intele- siswa dibiasakan dengan pembelajaran
gensi, emosi dan sosialnya. Model pembela- eksperimen, sesuai dengan tujuan pembelaja-
jaran STAD juga membantu guru dalam me- ran IPA yang mengharapkan siswa mampu
ningkatkan percaya diri siswa dalam menemukan konsep dari hasil eksperimen
kelompok, karena adanya sistem yang dilakukan dan mengkomunikasikan ke
penghargaan yang diberikan pada kelompok lingkungannya.
yang terbaik diakhir pembelajaran, tetapi ada 4. Untuk bisa mencapai tujuan pembelajaran
2 kelompok yang pembagian kelompoknya ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
kurang pas, karena dari 4 anggota siswa antara lain dalam membuat perencanaan
perempuannya hanya satu, kebetulan pembelajaran harus ada kesesuaian antara
temannya tidak masuk, sehingga mengham- metode yang digunakan dengan materi yang
bat proses diskusi, karena siswi tersebut akan disampaikan, selain itu pemilihan
terlihat enggan untuk aktif melakukan model pembelajaran untuk efektifitas pe-
diskusi dengan kelompoknya, hal ini kurang nyampaian materi juga harus diperhatikan
terekam oleh guru sehingga sampai akhir agar antara waktu yang tersedia dengan ke-
pembelajaran siswi ini tampak minder, tuntasan materi bisa diefektifkan dan alat
walaupun saat evaluasi siswi ini ternyata atau media yang digunakan juga harus mam-
mampu menjawab pertanyaan. Dari catatan pu memberi pesan yang positif terhadap sis-
ini dapat direfleksi untuk pendidik, bahwa wa agar tidak terjadi kesalahan konsep atau
keaktifan siswa bisa terhambat karena kerancuan siswa dalam memahami konsep.
ketidak nyamanan siswa dalam mengikuti 5. Untuk menghadapi tantangan sekarang ini
pelajaran. metode/pendekatan kontekstual sangat co-
3. Proses penilaian yang dilakukan guru, selain cok, mengingat siswa kita memiliki pengeta-
menilai hasil kerja kelompok juga menilai huan awal yang harus digali dari pengalaman
tingkat kerja sama masing-masing individu belajar untuk mendapatkan pengetahuan baru
dalam kelompok, saat penilaian kerja yang awet. Dari pembelajaran kontekstual
kelompok kendala ada pada presentasi kelas, juga melatih siswa untuk berpikir kritis dan
siswa masih malu jika harus presentasi menanggapi setiap persoalan yang ada di
didepan, maka untuk latihan mereka lingkungannya.
presentasi di bangkunya, dari kendala ini

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 68


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

6. Apabila keadaan siswa dalam kelas memiliki kultural, emosional, dan intelektual, mengua-
karakter yang sangat heterogen baik tingkat sai teori belajar dan prinsip-prinsip pembela-
kecerdasan intelektual, emosi dan sosialnya jaran yang mendidik, menyelenggarakan
seperti siswa kelas VII, di SMP Achmad pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan
Yani Bangil, maka model pembelajaran koo- teknologi informasi dan komunikasi untuk
peratif sangat tepat untuk melatih kerjasama kepentingan pembelajaran, memfasilitasi pe-
dan rasa sosial untuk saling membantu dan ngembangan potensi peserta didik untuk
melengkapi. Ada 3 tingkat dalam pembela- mengaktualisasikan berbagai potensi yang
jaran kooperatif, yaitu tingkat awal, menen- dimiliki, melakukan tindakan reflektif untuk
gah dan mahir yang didasarkan pada dasar kepentingan kualitas pembelajaran. Apabila
pemikiran siswa, hal ini sangat baik dilaku- hal tersebut senantiasa dilakukan, maka tidak
kan untuk mengukur proses belajar siswa, menutup kemungkinan kualitas pembelajaran
bila masih belum pernah menggunakan juga meningkat, apabila kualitas pembela-
model kooperatif sebaiknya mencoba yang jaran meningkat secara tidak langsung pres-
tingkat awal, yaitu siswa hanya menjalankan tasi belajar juga meningkat pula.
tugas terstruktur dari guru, untuk tingkat
awal ini bisa mencoba tipe STAD atau Jig-
KESIMPULAN
saw, kemudian ditingkatkan ke menengah
pada tingkat ini siswa melatih diri untuk aktif Model pembelajaran STAD disertai prakti-
bertanya dan mengulang kembali apa yang kum yang bersifat kontektual, dapat meng-
sudah didapat dengan kalimat yang berbeda gali/memperluas wacana berpikir siswa saat
tetapi masih dalam pengertian yang sama, mengerjakan LKS, yang dihubungkan dengan
untuk tingkat ini bisa mencoba tipe Think pengetahuan dan pengalaman praktikum siswa dari
Pair and Share (TPS) dan untuk tingkat mencampurkan bahan dan mengelompokkannya
kooperatif yang lebih mahir siswa sudah pada kolom campuran heterogen atau ho-
mampu menarik kesimpulan sendiri dari mogen.Kegiatan praktikum ini juga mengaktifkan
konsep yang diajarkan oleh guru, untuk ting- kerja siswa, hal ini diakui juga oleh guru kelas se-
kat mahir ini kita bisa memakai tipe Investi- hari-harinya. Dengan praktikum 85% siswa men-
gasi kelompok. jadi aktif dan mampu mengemukakan pendapatnya.
7. Karena ada tuntutan kerja profesional, maka Penilaian hasil ketercapaian tujuan pembelajaran
seorang pendidik harus senantiasa me- setelah akhir pembelajaran sebesar 80%.
ningkatkan kemampuan pedagogisnya, dian-
taranya; menguasai karakteristik peserta
didik dan aspek fisik, moral, spiritual, sosial,

DAFTAR RUJUKAN

Sigit, D. 2009a. Laporan Kegiatan MGMP Lesson Stu- Sigit, D. 2009e. Laporan Pendampingan Pelaksanaan
dy SISTTEMS JICA Home Base SMPN 2 Lesson Study PELITA-JICA Home Base
Bangil. Malang: Koordinator Lokal (LC) JICA SMPN1 Bangil Pasuruan 10 Oktober 2009.
FMIPA UM. Malang: Koordinator Lokal (LC) JICA FMIPA
Sigit, D. 2009b. Laporan Kegiatan MGMP Lesson UM.
Study SISTTEMS JICA Home Base SMP Darut Sigit, D. 2009f. Laporan Pendampingan Pelaksanaan
Tauhid Bangil. Malang: Koordinator Lokal (LC) Lesson STUDY PELITA-JICA Home Base
JICA FMIPA UM. SMP Achmad Yani Bangil Pasuruan 18 April
Sigit, D. 2009c. Laporan Kegiatan MGMP Lesson 2009. Malang: Koordinator Lokal (LC) JICA
Study SISTTEMS JICA Home Base SMP FMIPA UM.
Muhammadiyah 2 Bangil. Malang: Koordinator Kasihani K.E. Suyanto, 2007. Pendekatan, Metode dan
Lokal (LC) JICA FMIPA UM Teknik Pembelajaran. Malang.
Sigit, D. 2009d. Laporan Kegiatan MGMP Lesson Nurman, 2009, Pengembangan Profesional Guru,
Study SISTTEMS JICA Home Base MTsN Browse > Home/ posting 8 September 2009,
Bangil. Malang: Koordinator Lokal (LC) JICA diakses tanggal 23 September 2010.
FMIPA UM Mahanal, S. 2006. Penerapan Pembelajaran Berdasarkan
Masalah dengan Strategi Kooperatif model

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 69


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

STAD pada Mata Pelajaran Sains Untuk Men- Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif
ingkatkan Kemampuan Berpikir Kritis siswa Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
Kalas V MI Jendral Sudirman Malang. Malang. Pustaka.

PENGAJARAN PENGELOMPOKAN BAHAN


(ASAM, BASA, GARAM) BAGI SISWA KELAS VII
SMPN 2 BANGIL 2009 – 2010

1
Thohari
2
Agus Daheri
3
Trinil Windayati
4
Darsono Sigit

1 SMPN 2 Bangil
2&3 SMPN 2 Rembang Pasuruan
4 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak: Pembelajaran IPA (kimia) SMP akan baik, jika dalam pelaksanaanya memperhatikan aspek-
aspek kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang ingin dicapai oleh siswa sesuai kompetensi
dan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu indikator keberhasilan pembelajaran IPA (kimia)
SMP adalah siswa selalu aktif, karena terjadinya inter-aksi antara: siswa- guru; siswa-siswa lain; siswa
– bahan ajar kimia; siswa – dirinya sendiri. Agar siswa selalu aktif, guru sebaiknya selalu memotivasi
siswa terus-menerus secara langsung, komprehensif baik fisik, mental maupun emosinya. Jadwal pem-
belajaran IPA (kimia) klasifikasi zat mengenai pengelompokan sifat larutan asam,basa dan garam dia-
jarkan pada awal semester ganjil untuk siswa kelas VII SMP. Mengingat materi pengelompokan sifat
larutan asam basa dan garam yang merupakan materi baru bagi siswa, yang belum pernah diajarkan se-
belumnya di kelas VI SD. Maka perlu kiranya diupayakan oleh guru, bagaimana cara pembelajaran
yang membuat siswa selalu aktif dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran pengelompokan bahan
yang termasuk larutan asam, basa dan garam, dengan praktikum menggunakan bahan-bahan yang su-
dah dikenal dan dipakai siswa sehari-hari? Penelitian ini merupakan penelitian yang didasarkan pada
kajian teori pendidikan untuk anak-anak tentang pembelajaran direct intruction dengan penerapan prak-
tikum yang kontekstual. Selanjutnya hasil kajian teori oleh peneliti, disusun dan diselaraskan dengan
hasil pengalaman yang berharga peneliti saat mengikuti plan-do-see program Kegiatan MGMP Lesson
Study SISTTEMS JICA Home Base SMPN 2 Bangil Pasuruan. Hasil penelitian, menjelaskan bahwa
pembelajaran pengelompokan bahan yang termasuk larutan asam, basa dan garam, dapat dilaksanakan
dengan cara direct intruction-praktikum untuk siswa kelas VII di SMPN 2 Bangil. Kelompok belajar
siswa yang aktif berinteraksi sesama anggota sebanyak 80%. Siswa yang menjawab benar soal tes akhir
pembelajaran sebanyak 85%.

Kata kunci: direct intruction; praktikum; asam, basa, garam

Dalam pembangunan nasional, pendidikan di- ngan memberikan tunjangan profesi, tinggal bagai-
artikan sebagai upaya meningkatkan harkat dan mana seorang pendidik meningkatkan kualitas
martabat manusia serta dituntut untuk menghasil- pembelajarannya untuk menunjang peningkatan
kan kualitas manusia yang lebih tinggi guna men- kualitas belajar siswa.
jamin pelaksanaan dan kelangsungan pembangun- Pembaharuan kurikulum 2006 yang disesuai-
an. Peningkatan dan kesejahteraan pendidik dan te- kan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
naga kependidikan lainnya, sudah dipenuhi Peme- teknologi tanpa mengesampingkan nilai-nilai luhur
rintah melalui peningkatan kesejahteraan Guru de- sopan santun dan etika serta didukung penyediaan

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 70


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

sarana dan prasarana yang memadai, karena pendi- melalui praktikum dengan bahan-bahan yang sudah
dikan yang dilaksanakan sedini mungkin dan ber- dikenal dan dipakai dalam sehari-hari. Dengan
langsung seumur hidup menjadi tanggung jawab dasar tersebut penulis membuat RPP dan penyiapan
keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah. media pembelajaran yang merangsang keaktifan
Pada era globalisasi, perkembangan iptek semakin siswa dan keberhasilan proses Kegiatan Pembela-
marak dimasyarakat. Maraknya perkembangan ip- jaran ini peneliti catat dan kemudian dibuat kajian
tek disebabkan oleh adanya tuntutan manusia untuk teori, selanjutnya dirumuskan, disusun dan dise-
berkembang dan maju dalam berbagai bidang se- laraskan dengan penglaman berharga peneliti saat
suai dengan perkembangan zaman. Tuntutan terse- mengikuti plan-do-see pada Kegiatan MGMP Les-
but, dapat diperoleh melalui informasi aktual dari son Study SISTTEMS JICA Home Base SMPN 2
peralatan iptek yang canggih. Bangil, dengan judul: Direct Instruction – Prakti-
Pembelajaran yang baik adalah bersifat me- kum untuk Pengajaran Pengelompokan Bahan
nyeluruh dalam melaksanakannya dan mencakup (Asam, Basa, Garam) bagi Siswa Kelas VII SMPN
berbagai aspek, baik aspek kognitif, afektif, mau- 2 Bangil Tahun 2009 – 2010.
pun psikomotorik, sehingga dalam pengukuran
tingkat keberhasilannya selain dilihat dari segi METODE
kuantitas juga dari kualitas yang telah dilakukan di
sekolah-sekolah. Untuk pembelajaran yang aktif Peneliti adalah peserta program lesson study
ditandai adanya rangkaian kegiatan terencana yang yang berlangsung di SMPN2 Bangil Pasuruan.
melibatkan siswa secara langsung, pomprehensif Kegiatan lesson study meliputi plan, do, see .
baik fisik, mental maupun emosi. Hal semacam ini Plan: Sebelum kegiatan open class, diawali
sering diabaikan oleh guru karena guru lebih dulu dengan kegiatan plan yaitu diskusi mengenai
mementingkan pada pencapaian tujuan dan target bagaimana alur pembelajaran dan tujuan pembela-
kurikulum. Salah satu upaya guru dalam mencipta- jaran yang akan dicapai oleh siswa kelas VII SMP
kan suasana kelas yang aktif, efektif dan menye- nantinya dalam bentuk silabus dan RPP. Peneliti
nangkan dalam pembelajaran yakni dengan meng- menginginkan persepsi yang merangsang keingin-
gunakan model pembelajaran yang interaktif dan tahuan siswa untuk benar-benar mempelajari materi
memanfaatkan alat peraga. Hal ini dapat memban- pengelompokkan larutan yang bersifat asam dan
tu guru dalam menggerakkan, menjelaskan gam- basa dengan memberikan bahan yang sudah biasa
baran ide dari suatu materi. diketahui dan digunakan oleh siswa, sedangkan
Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahu- tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah: 1)
an Alam (IPA) adalah agar siswa memahami kon- Siswa dapat menguji berbagai zat yang bersifat
sep-konsep IPA secara sederhana dan mampu asam dan basa menggunakan indikator. 2) Siswa
menggunakan metode ilmiah, bersikap ilmiah un- dapat mengelompokkan zat yang bersifat asam dan
tuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi basa berdasarkan percobaan menggunakan indika-
dengan lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan tor. 3) Siswa dapat menyebutkan ciri-ciri zat yang
pencipta alam (BSNP, 2006) Pembelajaran IPA termasuk asam dan basa dari percobaan yang
memiliki fungsi yang fundamental dalam menim- dilakukan.
bulkan serta mengembangkan kemampuan berpikir Do: Kemudian RPP dari hasil diskusi peneliti
kritis, kreatif dan inovatif. Agar tujuan tersebut da- dengan guru peserta lesson study yang lain dapat
pat tercapai, maka IPA perlu diajarkan dengan cara dilaksanakan (do) oleh guru model peneliti sendiri.
yang tepat dan dapat melibatkan siswa secara aktif Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan pe-
yaitu melalui proses dan sikap ilmiah. Pembagian neliti sebagai berikut ini:
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di ke-
las VII tingkat SMP meletakkan Konsep dasar Kegiatan Pendahuluan dengan waktu 10 menit,
klasifikasi zat pada awal semester ganjil, diantara- melakukan kegiatan apersepsi dengan langkah
nya mengenai pengelompokan sifat larutan asam sebagai berikut:
basa dan garam yang merupakan materi baru bagi Meminta salah satu siswa untuk maju dan
siswa, karena mereka belum mengenal teori kimia mencicipi rasa larutan jeruk, kemudian menanya-
di Sekolah dasar, sehingga perlu di buat cara pem- kan rasa larutan tersebut, (salah seorang siswi maju
belajaran yang membuat siswa aktif dan tertarik dan mencicipi rasa larutan jeruk tadi dan menja-
untuk mengikuti pembelajaran pengelompokan ba- wabnya masam)
han yang termasuk larutan asam, basa dan garam,

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 71


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Meminta siswa lain untuk maju dan mencicipi nyebutkan ciri-ciri zat asam dan zat basa dari hasil
bubuk soda kue, dan menanyakan bagaimana rasa praktikum).
bubuk tersebut, (salah seorang siswi maju dan men- Di akhir kegiatan inti guru meminta siswa un-
cicipi rasa larutan jeruk tadi dan menjawabnya tuk menyimpulkan hasil pelajaran hari ini. Selan-
pahit) jutnya guru yang menyempurnakannya. Kemudian
Setelah itu guru memberikan pertanyaan se- guru memberikan penghargaan pada kelompok
cara klasikal, dari jawaban teman kalian, mengapa yang memiliki kinerja yang paling bagus.
ada rasa berbeda asam dan pahit? Zat apa yang di-
kandung 2 larutan tadi ? Kegiatan penutup 15 menit dengan merefleksi
kembali kegiatan pembelajaran, dengan memberi-
Diharapkan ada siswa yang menjawab karena kan 4 soal yaitu:
2 larutan tersebut memiliki kandungan zat yang 1. Sebutkan 2 Ciri-ciri zat yang bersifat asam.
berbeda. (Bila tidak ada yang menjawab maka guru 2. Berikan 3 contoh zat yang bersifat asam diseki-
memberikan penjelasan bahwa di lingkungan kita tarmu.
ada zat yang bersifat asam dan ada yang bersifat 3. Sebutkan 2 Ciri-ciri zat yang bersifat basa.
basa). 4. Berikan 3 contoh zat yang bersifat basa diseki-
Setelah itu guru memberikan penjelasan sing- tarmu.
kat dengan demonstrasi cara menentukan zat asam
dan basa melalui percobaan larutan jeruk dan soda Pada akhir kegiatan, guru memberi tugas ke-
diteteskan pada kertas lakmus merah dan biru, pada siswa, agar membawa bahan-bahan untuk in-
sekaligus memberikan rambu-rambu peringatan da- dikator alami pengelompokan asam dan basa.
lam eksperimen nanti. (siswa memperhatikan dan See: Setelah open class selama 2 jam pelajar-
mencatat informasi yang diperlukan). an ( 2 x 40 menit ), dilanjutkan dengan kegiatan re-
Kemudian guru menjelaskan tujuan belajar fleksi. Peneliti sebagai guru model, diberikan ke-
hari ini. sempatan pertama, untuk menyampaikan penga-
laman peneliti sebagai guru model. Peneliti seba-
Kegiatan inti, direncanakan 55 menit, dengan gai guru model, mengemukaan bahwa: Pada pem-
tahap-tahap sebagai berikut: belajaran materi klasifikasi zat menggunakan
Guru terlebih dahulu membagi siswa dalam model pembelajaran Direct Intruction (pembelajar-
kelompok (4 anggota per kelompok). Menjelaskan an langsung) dengan sintak sebagai berikut:
secara singkat cara kerja LKS. Siswa duduk dalam Sintaks Model pengajaran langsung disajikan
kelompok masing-masing dan bersiap mengerjakan dalam 5 (lima) tahap, seperti ditunjukkan pada Ta-
tugasnya. bel 1.
Ketua kelompok mengambil perangkat prak-
tikum dan setiap anggota aktif melakukan percoba-
an dan mencatat hasil di tabel pengamatan. Tabel 1. Sintak Direct Intruction
Guru membagikan LKS dan perangkat prakti- Fase Peran Guru
kum, membimbing siswa dalam kelompok sambil Fase 1 Guru menjelaskan tujuan
memeriksa kelengkapan praktikum disetiap kelom- Menyampaikan tujuan pembelajaran, informasi latar
pok. dan mempersiapkan belakang pelajaran,
Guru memotivasi siswa, membimbing, meng- siswa pentingnya pelajaran, mem-
persiapkan siswa untuk bela-
amati siswa terus menerus, sampai seluruh tujuan jar.
pembelajaran satu persatu dapat tercapai. Fase 2 Guru mendemonstrasikan
Setelah guru mengetahui beberapa kelompok Mendemonstrasikan keterampilan dengan benar,
yang telah mengerjakan LKS dengan benar, Selan- pengetahuan dan atau menyajikan informasi
jutnya guru meminta salah satu kelompok untuk keterampilan tahap demi tahap
mempresentasikan hasil diskusi dan membimbing Fase 3 Guru merencanakan dan
diskusi kelas. (Salah satu kelompok mempresenta- Membimbing pelati- memberi bimbingan pelatihan
sikan hasilnya dengan menempelkan hasil kerja han awal
diskusinya). Fase 4 Mencek apakah siswa telah
Meminta salah satu siswa untuk menyebutkan Mengecek pema- berhasil melakukan tugas
haman dan mem- dengan baik, memberi umpan
ciri-ciri zat asam dan zat basa (salah satu siswa me- berikan umpan balik balik
Fase 5 Guru mempersiapkan

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 72


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Memberikan kesempatan melakukan jadi overlab perorangan/kerja individual dalam


kesempatan untuk pelatihan lanjutan, dengan kegiatan praktikum.
pelatihan lanjutan dan perhatian khusus pada Berkaitan dengan penggunaan alat dan pema-
penerapan penerapan kepada situasi lebih kaian bahan praktikum:
kompleks dan kehidupan
Pemberian label bahan harus dipersiapkan se-
sehari-hari.
belumnya, agar proses praktikum lebih cepat.
Kertas lakmus biru yang digunakan prakti-
HASIL DAN PEMBAHASAN kum diusahakan yang belum terkontaminasi de-
ngan bahan agar anak bisa memperhatikan warna
Berdasar sintak direct intruction dalam pem-
yang berubah saat ditetesi dengan bahan yang
belajaran kali ini memperoleh catatan dari
mengandung larutan asam.
pengamatan para observer yaitu; model direct ins-
Berkaitan dengan pelaksanaan direct instruc-
truction sangat tepat digunakan untuk menanam-
tion yang dipadukan dengan praktikum didalam-
kan konsep pengelompokkan larutan yang bersifat
nya: observer menjelaskan bahwa pembelajaran
asam dan basa, dengan alasan;
pengelompokan bahan yang termasuk larutan
Materi klasifikasi zat untuk siswa kelas VII
asam, basa dan garam, dapat dilaksanakan dengan
masih belum pernah mengenal pelajaran kimia, se-
cara direct intruction-praktikum untuk siswa kelas
hingga perlu diberi penjelasan-penjelasan awal
VII di SMPN 2 Bangil.
latar belakang mempelajari materi larutan asam,
Berkaitan dengan keaktifan dan keberhasilan
basa dan garam, dan bimbingan melakukan prakti-
belajar siswa: Observer menjelaskan bahwa kelom-
kum dengan didemonstrasikan cara meneteskan
pok belajar siswa yang aktif berinteraksi sesama
cairan bahan ke kertas lakmus, dan perlu dijelaskan
anggota sebanyak 80%. Siswa yang menjawab
cara menyimpulkan setelah diperoleh data penga-
benar soal tes akhir pembelajaran sebanyak 85%.
matan.
Masukan dosen pendamping lesson study
Adanya umpan balik untuk merangsang siswa
1. Penyimpanan dan peletakan lakmus biru seba-
aktif saat melakukan diskusi dan yang sangat perlu
iknya di atas uap amoniak agar tetap biru, kare-
diperhatikan adalah, bila kondisi jumlah siswa ter-
na lakmus biru sangat peka dengan kondisi ru-
lalu banyak (> 25), maka tempat berdiri guru harus
angan.
diperhatikan agar semua siswa bisa memperhatikan
2. Pemakaian indikator sebaiknya yang alami,
penjelasan materi dan cara pemakaian alat.
misalnya bunga-bunga yang ada di sekitar se-
Berkaitan dengan keaktifan kerja kelompok:
kolah, bisa dimanfaatkan dengan pembanding
Menurut pengamatan para observer; pembuatan
larutan NaOH untuk yang basa dan HCl untuk
LKS sudah bisa membuat siswa untuk berinteraksi
yang asam, sehingga bisa melakukan prakti-
dengan kelompoknya, sehingga sebagian besar dari
kum tanpa hambatan, diantaranya tidak
kelompok sudah terjadi proses diskusi dan kerjasa-
memiliki kertas lakmus.
ma yang baik, dari 9 kelompok hanya 2 (yaitu ke-
3. Karena bahan kimia ada yang membahayakan
lompok 3 dan 9) kelompok yang belum bisa
bagi tubuh manusia, maka disarankan saat
bekerja sama karena;
praktikum bahan tidak dicicipkan terhadap
Di kelompok 3 tersebut terdiri 3 siswa dengan
siswa.
komposisi 2 siswi dan 1 siswa, sehingga kemung-
kinan besar siswa ini merasa minder dan malu un-
Refleksi:
tuk berdiskusi karena 2 temannya perempuan, se-
Dari catatan pengamatan, diskusi dan masuk-
hingga dia lebih banyak diam dan hanya sesekali
an dari dosen pendamping di atas, dapat diambil
saja dia ikut meneteskan bahan ke kertas lakmus.
kesimpulan bahwa: Sebaiknya sebelum melakukan
Di kelompok 9, ada satu siswa yang tidak
pembelajaran seorang guru memikirkan terlebih
memperhatikan saat temannya melakukan percoba-
dahulu, apa sebenarnya tujuan yang akan dicapai
an, karena dia tidak mendapatkan tugas dari kelom-
oleh siswa, bagaimana karakter materi pelajaran
poknya, walaupun demikian saat evaluasi, siswa
yang akan disampaikan dan media yang digunakan
tersebut dapat mengerjakan dengan benar.
dapat menanamkan konsep pelajaran ataukah tidak,
Dari pengamatan tersebut dapat diartikan
sehingga hal tersebut kembali pada kemampuan
bahwa dalam pembentukan kelompok perlu diper-
paedagogik seorang pendidik, dengan 10 indikator
hatikan keheterogenan anggota, agar tidak terjadi
berikut (dalam Nurman, 2009); 1) menguasai ka-
minder atau malu karena tidak ada “teman“. Perlu
rakteristik peserta didik dan aspek fisik, moral,
dibuat tugas disetiap kerja kelompok agar tidak ter-

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 73


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelek- KESIMPULAN


tual. 2) menguasai teori belajar dan priinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik. 3) mengembangkan Penyampaian materi klasifikasi zat untuk
kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang konsep pengelompokkan laruran asam dan larutan
diampu. 4) menyelenggarakan pembelajaran yang basa dengan menggunakan Model Pembelajaran
mendidik. 5) memanfaatkan teknologi informasi Direct Instruction dan Praktikum bisa memotivasi
dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. belajar siswa kelas VII di SMPN 2 Bangil, dan bisa
6) memfasilitasi pengembangan potensi peserta memupuk kerjasama antar individu melalui kerja
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi kelompok saat praktikum. Hal ini ditunjukkan den-
yang dimiliki. 7) berkomunikasi secara efektif, gan 80 % kelompok yang dibentuk bisa menge-
emperik, dan santun dengan peserta didik. 8) men- lompokkan kedua jenis larutan tersebut dan 85 %
yelenggarakan penilaian dan evaluasi, proses dan siswa bisa menjawab pertanyaan evaluasi. Keber-
hasil belajar. 9) memanfaatkan hasil penilaian dan hasilan ini, perlu dilanjutkan dengan kegiatan pene-
evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. 10). me- litian untuk melihat pembelajaran Direct Instruc-
lakukan tindakan reflektif untuk kepentingan kuali- tion ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
tas pebelajaran dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
Kegiatan lesson study yang meliputi plan-do- pada umumnya.
see, menjelaskan bahwa pembelajaran pengelom- Kualitas pembelajaran tergantung dari kreati-
pokan bahan yang termasuk larutan asam, basa dan vitas guru, disarankan guru IPA (kimia) termasuk
garam, dapat dilaksanakan dengan cara direct ins- peneliti sendiri sebagai seorang pendidik dapat
truction-praktikum untuk siswa kelas VII di SMPN memahami dan meningkatkan kemapuan profesi-
2 Bangil. Kelompok belajar siswa yang aktif ber- nya sebagai guru, seperti 10 indikator kemampuan
interaksi sesama anggota sebanyak 80%. Siswa pedagogis guru yang tercantum dalam penjelasan
yang menjawab benar soal tes akhir pembelajaran UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
sebanyak 85%.

DAFTAR RUJUKAN

BSNP, 2006, Standart Kompetensi dan Kompetensi Departemen Pendidikan Nasional, 2006, Standart
Dasar Tingkat SMP dan MTs Mata Pelajaran I P Kompetensi dan
A: Jakarta. Kompetensi Dasar Tingkat SMP dan MTs: Jakarta.
Darsono Sigit, 2009a. Laporan Kegiatan MGMP Indrawati dan Sohib M. 2007. Model Pembelajaran
Lesson Study SISTTEMS JICA Home Base Terpadu untuk Guru SMP dan SMA. Bandung :
SMPN 2 Bangil . Malang : Koordinator Lokal Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan dan
(LC) JICA FMIPA UM. Tenaga Pendidikan IPA.
Darsono Sigit, 2009b. Laporan Kegiatan MGMP Kanreguru 2009, Model Pengajaran Langsung
Lesson Study SISTTEMS JICA Home Base (Direct Instruction),, Browse > Home/ posting
SMP Darut Tauhid Bangil . Malang : 12 September 2009, diakses tanggal 23
Koordinator Lokal (LC) JICA FMIPA UM. September 2010.
Darsono Sigit, 2009c. Laporan Kegiatan MGMP Michael Purba, 2006. IPA Kimia untuk SMP Kelas VII.
Lesson Study SISTTEMS JICA Home Base Jakarta : Erlangga.
SMP Muhammadiyah 2 Bangil . Malang :
Nurman, 2009, Pengembangan Profesional Guru,
Koordinator Lokal (LC) JICA FMIPA UM
Browse > Home/ posting 8 September 2009,
Darsono Sigit, 2009d. Laporan Kegiatan MGMP diakses tanggal 23 September 2010.
Lesson Study SISTTEMS JICA Home Base
Nurul Kamilati, 2006. Kimia SMP Kelas VII. Kebumen:
MTsN Bangil . Malang : Koordinator Lokal
Yudistira.
(LC) JICA FMIPA UM
Darsono Sigit, 2009e. Laporan Pendampingan
Pelaksanaan Lesson Study Pelita-Jica Home
Base SMPN1 Bangil Pasuruan 10 Oktober 2009
. Malang : Koordinator Lokal (LC) JICA FMIPA
UM.

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 74


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

PENGGUNAAN MEDIA BOLA PLASTIK DALAM


PEMBELAJARAN KONSEP ATOM DAN MOLEKUL

Tuti Ismaniyah

SMP Negeri 3 Nguling Kabupaten Pasuruan

Abstrak: Dalam kegiatan proses belajar mengajar guru harus dapat melayani setiap siswa sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai indikator. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai guru harus
pandai memilih metode dan media pembelajaran yang tepat. Penggunaan media pembelajaran yang
tepat akan menjadikan siswa tertarik dan tidak bosan sehingga dapat dengan mudah memahami materi
pelajaran. Di SMP Negeri 3 Nguling siswa lebih banyak memiliki kemampuan belajar yang kurang dan
sedang. Melihat kemampuan siswa yang demikian, maka guru harus berpikir bagaimana siswa dapat
memahami materi pelajaran dengan lebih mudah dan siswa yang demikian lebih banyak menggunakan
indera mata untuk dapat lebih memahami materi ajar. Agar siswa memahami dengan mudah materi
pelajaran mengenai atom dan molekul, dan merasa tertarik guru menggunakan Lembar Kegiatan Siswa
(LKS) dengan warna-warna pada gambar atom, dan molekul serta menggunakan bola plastik kecil
warna-warni untuk menggambarkan atom, molekul unsur dan molekul senyawa. Dari hasil
pembelajaran dengan menggunakan bola-bola plastik yang berwarna warni diperoleh bahwa siswa
mampu merangkai bola-bola plastik menjadi model molekul. Dalam membuat model molekul tersebut
siswa ada yang benar tetapi ada juga yang salah atau kurang benar. Namun demikian siswa telah
mampu memahami apa yang dimaksud atom, molekul unsur, dan molekul senyawa. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran berupa bola-bola plastik kecil sangatlah efektif
dalam menanamkan konsep atom dan molekul.

Kata kunci: guru yang efektif, media belajar, hasil belajar

Dalam proses belajar mengajar seorang guru Siswa yang belajar di SMP Negeri 3 Nguling
harus dapat melayani setiap siswa sehingga tujuan rata-rata memiliki kemampuan sedang dengan da-
pembelajaran dapat tercapai sesuai indikator. Cara sar hasil UASBN SD. Dengan kemampuan siswa
mengajar seorang guru sangat berpengaruh terha- yang demikian guru dalam proses belajar menga-
dap hasil belajar siswa. Siswa dapat belajar dengan jarnya harus pandai memilih metode, pendekatan
baik apabila siswa dapat mempelajari apa yang se- atau media pembelajaran sehingga pembelajaran
harusnya dipelajari. Dalam mengajar unsur yang berjalan efektif dan efisien. Namun kadangkala gu-
penting yaitu merangsang serta mengarahkan siswa ru belum bisa memilih metode, pendekatan atau
belajar. media pembelajaran yang sesuai sehingga hasil
Dalam kegiatan proses belajar mengajar anta- belajar siswa masih jauh dari yang diharapkan atau
ra guru dan siswa harus terjadi interaksi dua arah di tidak tercapainya indikator pembelajaran sebagai
mana antara keduanya terjadi komunikasi (trans- target keberhasilan siswa. Dengan demikian, maka
fer) yang intens dan terarah menuju pada suatu tar- guru harus menyesuaikan metode, pendekatan
get yang telah ditetapkan sebelumnya. Di dalam ataupun penggunaan media belajar. Penggunaan
terjadinya interaksi tersebut guru kadang membu- media belajar sangatlah diperlukan untuk siswa
tuhkan sarana agar dapat mencapai tujuan. Untuk dengan kemampuan kurang dan sedang tersebut.
itu guru diharapkan menggunakan media agar sis- Pembelajaran dilakukan pada siswa kelas
wanya tertarik dan tidak bosan sehingga dapat de- VIII C SMP Negeri 3 Nguling tahun pelajaran
ngan mudah memahami materi pelajaran. 2010/2011. Dari pengalaman selama mengajar di
SMP Negeri 3 Nguling, ternyata siswa SMP Ne-

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 75


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

geri 3 Nguling mayoritas malas membaca, di ru- belajar, (5) adanya kegiatan yang menarik dalam
mah jarang belajar dengan mengandalkan belajar belajar, dan (6) adanya lingkungan belajar yang
di sekolah. Bila diberi tugas banyak siswa yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang sis-
mengerjakan di sekolah. Kemampuan siswa rata- wa dapat belajar dengan baik (Hamzah, 2006:23).
rata sedang bahkan banyak yang kemampuannya
kurang atau siswa yang punya kemauan belajar de- EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN
ngan kemampuan yang sangat kurang. Hal ini sa-
ngat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar Dalam pembelajaran seorang guru pada
di kelas. Guru harus memiliki kesabaran cukup umumnya masih bersifat satu arah dengan men-
tinggi untuk melayani siswa dan setiap siswa me- transfer dan memberikan konsep-konsep secara
miliki gaya belajar berbeda. Dengan demikian guru langsung kepada siswa. Dalam pembelajaran ter-
harus pandai memilih metode, alat/media pembela- sebut menurut Clements & Battista (2001), siswa
jaran supaya pembelajaran di kelas dapat berjalan secara pasif “menyerap” struktur pengetahuan
sesuai yang diharapkan. yang diberikan guru atau yang terdapat dalam buku
Dalam pembelajaran dengan penanaman kon- pelajaran. Pembelajaran hanya sekedar penyampai-
sep atom dan molekul digunakan media berupa bo- an fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan kepada
la-bola plastik kecil berwarna-warni yang bertuju- siswa. Senada dengan itu, Soedjadi (2000) menya-
an mempermudah pemahaman siswa terhadap takan bahwa dalam kurikulum sekolah di Indone-
konsep atom dan molekul dan diharapkan siswa sia terutama pada mata pelajaran eksak (matemati-
dapat membedakan molekul unsur dan molekul ka, fisika, kimia) dan dalam pengajarannya selama
senyawa dengan benar. ini terpatri kebiasaan dengan urutan sajian pem-
Seorang guru yang memiliki kemampuan belajaran sebagai berikut: (1) diajarkan teori/teore-
mengajar yang baik belum tentu dapat membuat ma/definisi, (2) diberikan contoh-contoh, dan (3)
siswa belajar dengan baik, untuk itu seorang guru diberikan latihan soal-soal. Tetapi dalam pandang-
harus memiliki kesadaran yang tinggi dimana ada an konstruktivisme hal tersebut sangat bertolak
usaha sadar dalam membelajarkan siswanya untuk belakang karena dalam kontruktivisme menurut
mencapai hasil belajar yang diharapkan sesuai Suparno (1997) adalah sebagai berikut: (1) Penge-
indikator ketercapaian. Mengajar pada hakikatnya tahuan dibangun sendiri oleh siswa, baik secara
tidak lebih dari sekedar menolong para siswa untuk personal maupun secara sosial, (2) Pengetahuan
memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali
serta ide dan apresiasi yang menjurus kepada peru- hanya dengan keaktifan siswa menalar, (3) Siswa
bahan tingkah laku dan pertumbuhan siswa (Subi- aktif mengkonstruksi terus-menerus, sehingga sela-
yanto, 1988:30) dalam Trianto (2009:17). lu terjadi perubahan konsep ilmiah, (4) Guru ber-
peran sebagai fasilitator menyediakan sarana dan
MOTIVASI BELAJAR situasi agar proses konstruksi pengetahuan siswa
berjalan mulus.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang Sistem pembelajaran dalam pandangan kons-
saling memengaruhi. Belajar adalah perubahan truktivis menurut Hudojo (1998) mempunyai ciri-
tingkah laku secara relatif permanen dan secara ciri sebagai berikut: (1) Siswa terlibat aktif dalam
potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau pe- belajarnya. Siswa belajar materi (pengetahuan)
nguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan secara bermakna dengan bekerja dan berpikir, (2)
untuk mencapai tujuan tertentu. informasi baru harus dikaitkan dengan informasi
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan sebelumnya sehingga menyatu dengan skemata
internal dan eksternal pada siswa-siswa yang se- yang dimiliki siswa. Selain sistem pembelajaran,
dang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah dalam pandangan konstruktivis diperlukan penye-
laku pada umumnya dengan beberapa indikator diaan lingkungan belajar yang konstruktif. Masih
atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai menurut Hudojo (1998) adalah lingkunan belajar
peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam yang, (1) Menyediakan pengalaman belajar yang
belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifi- mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan
kasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan ke- yang telah dimiliki siswa sehingga belajar merupa-
inginan berhasil, (2) adanya dorongan dan kebu- kan proses pembentukan pengetahuan, (2) Menye-
tuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita- diakan berbagai alternatif pengalaman belajar, (3)
cita masa depan, (4) adanya penghargaan dalam Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 76


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

realistik dan relevan dengan melibatkan pengalam- optimal, artinya tidak seluruh materi pelajaran
an konkret, (4) Mengintegrasikan pembelajaran dapat dipahami dengan baik oleh siswa, lebih pa-
yang memungkinkan terjadinya interaksi dan kerja rah lagi siswa sebagai penerima pesan salah me-
sama antara siswa, 5) Memanfaatkan berbagai nangkap isi pesan yang disampaikan. Untuk meng-
media agar pembelajarlan lebih menarik, dan 6) hindari semua itu, maka guru dapat menyusun
melibatkan siswa secara emosional dan sosial. strategi pembelajaran dengan memanfaatkan media
Menurut tim Pembina Mata kuliah Didaktik dan sumber belajar.
Metodik Kurikulum IKIP Surabaya (1998) dalam Media pembelajaran menurut Rossi dan
Lince (2001:42) yang sekarang menjadi UNESA , Breidle (1996:3) bahwa media pembelajaran ada-
bahwa efisiensi dan keefektifan mengajar dalam lah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai un-
proses interaksi belajar yang baik adalah segala tuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio,
daya upaya guru untuk membantu para siswa agar televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya.
bisa belajar dengan baik. Menurut Soemosasmito Kemudian menurut Gerlach secara umum media
(1988:119) suatu pembelajaran dikatakan efektif itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan
apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan
pengajaran, yaitu: (1) Presentasi waktu belajar siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM, (2) sikap.
Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi Media pembelajaran yang digunakan dalam
di antara siswa, (3) Ketetapan antara kandungan proses belajar mengajar memiliki fungsi dan
materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi berperan untuk: (1) Menangkap suatu obyek atau
keberhasilan belajar) diutamakan, dan (4) Me- peristiwa-peristiwa tertentu, (2) Memanipulasi kea-
ngembangkan suasana belajar yang akrab dan posi- daan, peristiwa, atau obyek tertentu, dan (3) Me-
tif, mengembangkan struktur kelas yang mendu- nambah gairah dan motivasi siswa. Selain fungsi
kung butir 2 tanpa mengabaikan butir 4. Masih me- dan perannya, dalam penggunaan media pembela-
nurut Soemosasmito (1988:119) bahwa guru yang jaran ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan,
efektif adalah guru yang menemukan cara dan diantaranya: (1) Media yang akan digunakan oleh
selalu berusaha agar anak didiknya terlibat secara guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai
tepat dalam suatu mata pelajaran dengan presentasi tujuan pembelajaran bukan untuk media hiburan,
waktu belajar akademis yang tinggi dan pelajaran atau semata-mata dimanfaatkan untuk mempermu-
berjalan tanpa menggunakan teknik yang memak- dah guru menyampaikan materi, akan tetapi benar-
sa, negatif atau hukuman. Selain itu, guru yang benar untuk membantu siswa belajar sesuai dengan
efektif menurut Kardi dan Nur (2000:5) adalah tujuan yang ingin dicapai, (2) Media yang akan di-
orang-orang yang menjalin hubungan simpatik gunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran,
dengan para siswa, menciptakan lingkungan kelas (3) Media pembelajaran harus sesuai dengan
yang mengasuh, penuh perhatian, memiliki sautu minat, kebutuhan, dan kondisi siswa, (4) Media
rasa cinta belajar, menguasai sepenuhnya bidang yang digunakan harus memerhatikan efektifitas
studi mereka dan dapat memotivasi siswa untuk dan efisien, dan (5) Media yang digunakan harus
bekerja tidak sekedar mencapai suatu prestasi na- sesuai dengan kemampuan guru dalam mengope-
mun juga menjadi anggota masyarakat yang rasikannya.
pengasih.
PELAKSANAAN KEGIATAN BELAJAR
MEDIA PEMBELAJARAN MENGAJAR

Menurut Wina Sanjaya (2006), bahwa proses Pelaksanaan pembelajaran diawali siswa
pembelajaran merupakan proses komunikasi. mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) untuk
Dalam suatu proses komunikasi selalu melibatkan memahami konsep atom, ion dan molekul. Dalam
tiga komponen pokok, yaitu komponen pengirim mengerjakan LKS, siswa belajar berkelompok
pesan (guru), komponen penerima pesan (siswa), dengan cara berdiskusi. Pertanyaan dalam LKS
dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya dijawab dalam kelompok kemudian didiskusikan
berupa materi pelajaran. Kadang-kadang dalam secara klasikal dengan bimbingan guru. Pertanyaan
proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi. dijawab dengan cara mengerjakan satu soal
Artinya materi pelajaran atau pesan yang disam- kemudian langsung dibahas. Setelah itu dilanjutkan
paikan guru tidak dapat diterima oleh siswa dengan dengan mengerjakan soal berikutnya dan langsung

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 77


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

dibahas, begitu seterusnya hingga pertanyaan siswa. Dari 10 kelompok yang maju ternyata ada 2
selesai dijawab semua. Bila terdapat siswa yang kelompok yang salah menyusun. Kelompok yang
belum paham saat itu, maka guru langsung men- salah menyusun tersebut diberi pengarahan kemu-
jelaskan secara klasikal. Dalam menjawab per- dian diminta untuk membetulkan dan ditunjukkan
tanyaan dilakukan kegiatan demi kegiatan. kembali di depan kelas. Kelompok yang lain sudah
Pada kegiatan satu bertujuan membedakan benar dalam arti mereka paham dan mengerti.
atom, ion dan molekul. Pembahasan kegiatan satu Kegiatan selanjutnya merupakan penguatan
ini membutuhkan waktu 15 menit. Dalam kegiatan (reinforcement) terhadap apa yang telah mereka
ini, siswa merasa kesulitan dalam menjawab poin pelajari. Guru menunjukkan model atom/molekul
A, yaitu definisi ion. Dari sepuluh kelompok yang unsur/molekul senyawa dan siswa diminta untuk
dapat menjawab hanya satu kelompok. Dari peng- menjawab sesuai model yang ditunjukkan guru.
amatan tersebut maka guru langsung membahas Ternyata pertanyaan yang diajukan guru dapat di-
secara klasikal dengan membimbing siswa agar jawab dengan benar oleh siswa yang ditunjuk teru-
paham dan dapat menjawab dengan benar. Selesai tama siswa yang berkemampuan kurang dan se-
menjawab kegiatan satu, dilanjutkan pada kegiatan dang.
dua dengan tujuan membedakan molekul unsur Dari apa yang telah dilakukan guru selama
dan molekul senyawa. Dalam menjawab poin A proses belajar mengajar berlangsung, tampak
mengenai definisi molekul unsur dan molekul bahwa siswa sangat aktif dan merasa senang sekali
senyawa semua kelompok dapat menjawab dengan dengan gambar-gambar model atom dan molekul
benar dengan waktu yang dibutuhkan 10 menit. yang berwarna. Begitu pula saat guru memberikan
Untuk memperkuat pemahaman siswa, guru bola plastik berukuran kecil sebagai alat untuk
meminta setiap siswa menunjukkan atom dengan membuat model molekul untuk menguji pema-
menggunakan bola yang ada. Kemudian siswa di- haman siswa dalam proses belajar mengajar. De-
minta lagi untuk menunjukkan model molekul ngan bola-bola plastik kecil ternyata siswa dapat
unsur. Apabila ada siswa yang salah menunjukkan membuat model molekul sesuai dengan soal yang
model molekul unsur, guru segera membenarkan. diberikan kepada kelompoknya. Hal ini menun-
Selanjutnya siswa diminta untuk menunjukkan jukkan bahwa siswa telah memahami apa yang te-
model molekul senyawa dan bila ada siswa yang lah mereka pelajari.
juga salah, maka guru segera membenarkan. Pem- Dengan menggunakan bola-bola plastik kecil
bahasan dilanjutkan ke poin B dengan waktu yang berwarna warni sebagai media pembelajaran, maka
dibutuhkan 10 menit dengan menuliskan jumlah diharapkan dapat :
masing-masing atom yang menyusun molekul. Se- 1. Meningkatkan pemahaman siswa dengan lebih
telah pembahasan poin B ini, guru memberi cepat,
penguatan (reinforcement) dengan menunjukkan 2. Membuat daya ingat siswa lebih lama terha-
model molekul dan meminta siswa untuk men- dap hasil pembelajaran,
jawab jumlah atom yang menyusun model molekul 3. Membuat siswa merasa tertarik dan tidak bo-
tersebut. san dalam pembelajaran,
Dalam poin C siswa diminta untuk membuat 4. Meningkatkan hasil belajar siswa,
model molekul dengan menggunakan bola-bola 5. Meningkatkan kreatifitas guru dalam menggu-
plastik yang berwarna warni. Sebelum membuat nakan media pembelajaran.
model molekul guru menunjukkan contoh model
molekul dan cara membuatnya sehingga siswa me- KESIMPULAN
ngerti apa yang harus dilakukan. Tiap-tiap kelom-
pok mengerjakan satu soal dengan alat dan bahan Dalam proses belajar mengajar seorang guru
yang telah disediakan guru. Dalam poin C ini harus pandai memilih metode dan alat/ media pem-
siswa tampak begitu antusias dan begitu senang belajaran. Dengan metode dan alat/media pembela-
membuat model molekul yang ditampakkan de- jaran yang tepat akan mampu menjadikan proses
ngan kerjasama yang baik sehingga model molekul belajar mengajar yang efektif sehingga siswa dapat
yang dibuat cepat selesai. Pelaksanaan poin C belajar dengan baik dan memahami materi ajar
membutuhkan waktu 20 menit. dengan baik pula.
Waktu berikutnya wakil dari masing-masing Guru sebaiknya belajar memilih metode dan
kelompok membawa model molekul yang dibuat alat/media pembelajaran yang tepat sebelum meng-
ke depan kelas untuk diperlihatkan kepada semua ajar di kelas. Selain itu guru harus lebih sabar da-

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 78


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

lam melayani siswa terutama siswa dengan ke- mampuan kurang dan sedang.

DAFTAR RUJUKAN

Baharudin & Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembe- Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi
lajaran. Jakarta: Ar-Ruzz Media Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Uno, Hamzah. 2006. Teori Motivasi dan Pengu-
kurannnya. Jakarta : PT Bumi Aksara
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi
Pustaka

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 79


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

PENERAPAN STUDENT CENTER LEARNING UNTUK


MENINGKATKAN PERFORMANCE SISWA DALAM
PRAKTIKUM LAJU REAKSI MELALUI LESSON STUDY DI
MAN MODEL BANGKALAN

Utiya Azizah
Sri Wahyuni

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya,


Kampus UNESA Ketintang Gedung C3. Lt 1 Telp. 031-8298761, Email: azizah.utiya@gmail.com

Abstrak: Dalam rangka meningkatkan performance siswa dalam praktikum laju reaksi di MAN Model
Bangkalan, maka diterapkan Student Centered Learning (SCL). Desain penelitian ini adalah The One
Shot Case Study yang di analisis secara deskriptif kuantitatif dengan menerapkan Lesson Study di kelas
XI IPA-2 semester 1. Dari hasil analisis diperoleh beberapa temuan sebagai berikut: (1) Penerapan
Student Centered Learning (SCL) untuk meningkatkan performance siswa dalam praktikum laju reaksi
yang dilaksanakan dalam 2 pertemuan meliputi tahapan plan I dan II telah sesuai dengan permasalahan
penelitian, do pada pertemuan II siswa menjadi lebih tertib, aktif, kooperatif dan interaksi siswa dengan
guru dan perangkat pembelajaran lebih baik dari pada pertemuan I, dan see telah menghasilkan solusi
atas permasalahan pembelajaran pada pertemuan I dijadikan bahan perbaikan pembelajaran (replan)
pada pertemuan II; (2) Ada peningkatan performance siswa secara klasikal dari nilai 81,11 (pertemuan
I) dengan kategori sangat baik, menjadi nilai 84,24 (pertemuan II) dengan kategori sangat baik.

Kata kunci: Student center learning, Performance, Lesson Study

Perubahan paradigma pendidikan yang ber- sebagai subyek yang aktif dan mandiri, dengan
pusat pada guru (teacher centered) menjadi kondisi psikologi sebagai adult learner, bertang-
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student gung jawab sepenuhnya atas pembelajarannya, ser-
centered) diharapkan dapat mendorong siswa untuk ta mampu belajar beyond the classroom. Dengan
terlibat secara aktif dalam membangun pengeta- aktifnya siswa, maka performance siswa pada
huan, sikap dan perilaku. Kunci perubahan tersebut domain kognitif, psikomotor dan afektif akan
terdapat pada pemikiran bahwa siswa secara aktif berkembang. Di sisi lain, para guru beralih fungsi,
membentuk pengetahuannya sendiri, yang dikenal dari pengajar menjadi mitra pembelajaran maupun
sebagai pemikiran konstruktivisme. Dari sudut sebagai fasilitator (from mentor in the center to
pandang teori konstruktivis, guru tidak dapat begitu guide on the side).
saja memberikan pengetahuan kepada siswanya. Menurut Ruseffendi, (2000:9), bahwa
Agar pengetahuan yang diberikan kepadanya dapat keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh
bermakna, maka siswa sendirilah yang harus beberapa faktor yang terdiri dari faktor dalam
memproses informasi yang diterimanya, menstruk- (kecerdasan, kesiapan, bakat, kemauan belajar, dan
turnya kembali dan mengintegrasikannya dengan minat) dan faktor luar (model penyajian materi,
pengetahuan yang dimilikinya. Dengan demikian pribadi dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi
pengetahuan tersebut menjadi bagian integral dari guru, dan kondisi luar). Dari pendapat tersebut,
struktur kognitifnya, bermakna dan bermanfaat dan jelas faktor guru merupakan salah satu faktor yang
dapat digunakan untuk menyesuaikan diri dengan ikut menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh
lebih baik lagi terhadap lingkungannya (Slavin, karena itu, guru pun harus selalu melakukan
1997). Student Center learning (SCL) merupakan inovasi-inovasi dalam pembelajaran agar
strategi pembelajaran yang menempatkan siswa menghasilkan siswa yang berkualitas, yaitu

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 80


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis, (RPP) secara kolaboratif dengan sesama guru,
logis, kreatif, dan kemauan bekerja sama yang kegiatan pembelajarannya diobservasi oleh para
efektif. Dengan demikian guru diharapkan selalu observer (guru), dan setelah selesai kegiatan
meningkatkan kemampuannya secara terus- pembelajaran (open lesson) dilakukan refleksi
menerus agar dapat melaksanakan pembelajaran terhadap pembelajaran tadi. Dari hasil refleksi,
yang memungkinkan tumbuhnya kemampuan guru yang melaksanakan open lesson akan men-
siswa yang kita harapkan. Sehubungan dengan hal dapat masukan dari para observer. Masukan
tersebut, maka guru harus dapat mengevaluasi tersebut akan bermanfaat bukan hanya untuk
pembelajaran yang telah dilaksanakannya. Dengan guru yang melaksanakan open lesson, tapi akan
demikian, perlu dilakukan pengumpulan data bermanfaat juga bagi para observer. Dengan
tentang pembelajaran tersebut untuk digunakan melihat proses pembelajaran yang dilaksanakan
sebagai sarana dalam meningkatkan efektivitas dan oleh salah seorang guru, guru yang lain pun akan
efisiensi pembelajaran. dapat mengambil manfaat untuk perbaikan
Mengevaluasi pembelajaran meliputi evaluasi pembelajaran di kelasnya. Kedua, ditinjau dari
terhadap proses dan hasil belajar siswa. Artinya di segi siswa, dalam Lesson Study pembelajarannya
sampan guru juga harus mengevaluasi sampai harus hands-on activities. Artinya siswa supaya
sejauh mana dia telah dapat membelajarkan siswa- memahami materi pelajaran secara konstruktivis,
nya. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana melalui kegiatan yang menggunakan alat peraga
berlangsungnya proses belajar mengajar. Dalam atau alat bantu lainnya. Ketiga, ditinjau dari
proses belajar mengajar tentu akan teramati segi biaya, dalam Lesson Study diharapkan guru
bagaimana para siswa belajar dan bagaimana guru dapat mengembangkan pembelajaran yang dapat
membelajarkan siswa. membuat siswa dapat terlibat secara aktif,
Akan tetapi melakukan evaluasi terhadap diri menjadi kaya dengan practical work sehingga
sendiri bukan merupakan hal yang mudah dilaku- hands on activities siswa semakin meningkat,
kan. Oleh karena itu, maka Lesson Study meru- dengan menggunakan local material, bahan yang
pakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk digunakan murah (low cost material), dan mudah
keperluan tersebut. Karena menurut Hendayana, didapat. Dengan demikian untuk mengaktifkan
dkk., (2006:10), Lesoon Study merupakan suatu siswa tidak memerlukan biaya yang terlalu
model pembinaan profesi pendidik melalui pengka- mahal, karena dapat menggunakan benda-benda
jian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelan- yang ada di sekitar, sehingga pembelajaran yang
jutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan inovatif memungkinkan untuk dilaksanakan.
mutual learning untuk membangun komunitas be- Keempat, ditinjau dari lingkungan sekitar,
lajar. Karena dalam Lesson Study pengkajian pem- dalam Lesson Study terbentuk learning
belajaran dilakukan secara kolaboratif dan Lesson community yang terdiri dari siswa, guru dan para
Study dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu plan observer lainnya, sehingga mereka bisa saling
(merencanakan), do (melaksanakan), dan see belajar.
(merefleksi) yang berkelanjutan. Skema kegiatan Kimia adalah ilmu yang mencari
lesson study ditunjukkan sebagai berikut: jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan
bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan
Plan Do dengan komposisi, struktur dan sifat, peru-
(Merencanakan ) (Melaksanakan)
bahan, dinamika, dan energetika zat. Oleh
karena itu, pembelajaran kimia dan penilaian
See
hasil belajar kimia harus memperhatikan
(Merefleksi) karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan
produk. Pembelajaran kimia hendaknya
Skema Kegiatan Lesson Study ditekankan pada pemberian pengalaman
Mengapa Lesson Study dipandang sebagai langsung untuk mengembangkan kemampu-
sarana yang baik untuk melakukan perbaikan an agar siswa mampu memahami alam
yang terus menerus? Karena pertama, ditinjau sekitar. Dengan demikian performance siswa
dari segi guru, dalam Lesson Study seorang guru dalam praktikum perlu ditingkatkan.
yang akan melaksanakan pembelajaran,
membuat Rencana Pelaksanaan perkuliahan

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 81


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

METODE dapat face to face. Untuk bahan- bahan


Penelitian ini adalah penelitian deskriptif praktikum disediakan di depan (meja
kuantitatif yang ingin mendeskripsikan demonstrasi).
peningkatan performance siswa dalam praktikum 2. Tahap Do
laju reaksi melalui lesson study di MAN Model Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran,
bangkalan. Penelitian ini dilakukan dengan seluruh guru melakukan pertemuan singkat di
menggunakan “One-Shot Case Study” yang ruang pertemuan MAN Model Bangkalan, dan
hanya memberi perlakuan pada satu kelompok tim peneliti menjelaskan secara umum kegiatan
saja tanpa adanya kelompok pembanding Lesson Study yang akan dilakukan. Guru model
(kelompok kontrol) dan tanpa pre tes. yang akan melaksanakan pembelajaran diberi
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua kesempatan mengemukakan rencana
pertemuan yang terdiri dari plan I dan II, do and pembelajaran secara singkat. Guru
see I dan II. Instrumen penelitian: perangkat menyampaikan lembar kerja siswa, peta posisi
performance assessment siswa, dan lembar tempat duduk dan nama siswa.
observasi. Teknik analisis data: Selanjutnya seluruh peserta pertemuan
1. Performance siswa: hasil penilaian menuju ruang laboratorium (tempat proses
performance siswa dalam kelompok diberi belajar mengajar), dan menempati tempat yang
skor berdasarkan rubrik penskoran untuk me- strategis sesuai rencana pengamatannya masing-
nentukan kriteria kemampuan performance masing. Guru bertugas sebagai pengajar
siswa. Keberhasilan belajar siswa pada melakukan proses pembelajaran sesuai dengan
materi laju reaksi dihitung dengan meng- rencana. Setiap observer mengamati aktivitas
gunakan rumus : siswa secara umum dan mengamati kelompok
siswa yang telah disepakati sebelumnya antar
 Skor Perolehan Kelompok "O"  100 observer. Hasil pengamatan interaksi antara
 Skor Maksimal siswa-siswa, siswa-guru, dan siswa-perangkat
2. Data Observasi ajar melalui lembar observasi disajikan pada
Hasil observasi dari observer dianalisis tabel 1.
secara deskriptif kuantitatif.
Tabel 1. Hasil Observasi Para Observer Lesson
study Pertemuan I
Kategori
Hasil Observasi Keterangan
HASIL DAN PEMBAHASAN Observasi
Siswa 1. Siswa terkejut dengan 1. Awal pembe-
Pertemuan 1 dengan adanya tim observer dan lajaran
1. Tahap Plan Siswa pengambilan gambar. Hal (pukul 10.00 –
ini diketahui saat awal 10.05 WIB)
Pada kegiatan perencanaan (plan) yang pelaksanaan praktikum
diikuti oleh guru model, guru dan tim peneliti siswa sedikit ramai
sebagai pengamat, menghasilkan perangkat membicarakan tentang
pembelajaran dengan Kompetensi Dasar 3.1 adanya observer dan
pengambilan gambar.
Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan 2. Siswa merubah posisi
melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang tempat duduk yang telah
mempengaruhi laju reaksi. Dalam plan disiapkan sehingga kurang
dihasilkan juga tentang rencana praktikum yang tertib.
3. Siswa agak ramai
akan dilaksanakan untuk meningkatkan perfor- (kurang tertib) karena 2. 10.05 – 11.30
mance siswa, yaitu pengaruh konsentrasi dan Siswa yang tidak mengerti WIB (selama
luas permukaan terhadap laju reaksi. Untuk bertanya pada siswa lain proses pem-
mengoptimalkan strategi pembelajaran Student yang berbeda kelompok. belajaran)
4. Interaksi siswa dengan
Center Learning (SCL), dan supaya siswa siswa dalam masing-masing 3. 10.05 – 11.00
dengan mudah dapat berinteraksi, maka siswa kelompok cukup karena WIB (selama
dibagi dalam sepuluh kelompok, tiap kelompok siswa laki-laki lebih praktikum)
terdiri dari 4 siswa dan satu kelompok terdiri dari aktif/lebih dominan dalam
pelaksanaan praktikum.
3 siswa, karena jumlah siswa kelas XI IPA-2 5. Kerjasama
adalah 39 siswa. Demikian pula, seting tempat antar siswa dalam
duduk dikondisikan agar siswa dalam kelompok kelompok cukup. Hal ini

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 82


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Kategori 61 – 80 = B (baik)
Hasil Observasi Keterangan
Observasi 41 – 60 = C (cukup)
disebabkan oleh ada 4. 10.10 – 11.00 21 – 40 = D (kurang)
sebagian kelompok yang WIB (selama 0 – 20 = E (sangat kurang)
anggotanya kurang aktif praktikum)
dalam melakukan
praktikum.

5. 10.10 – 11.00
WIB (selama
praktikum)
Siswa Interaksi siswa dengan Kelompok:
dengan guru cukup baik. Hal ini Neon (10.30
Guru terlihat dari siswa bertanyaWIB) Keterangan:
pada guru bila kurang jelas Oksigen (10.45 1 = Klorin 6 = Neon
dalam hal memahamiWIB) 2 = Xenon 7 = Hidrogen
prosedur praktikum dan Radon (10.50 3 = Nitrogen 8 = Radon,
siswa menunjukkan hasilWIB) 4 = Argon 9 = Oksigen
dari praktikum. Helium (10.53 5 = Helium 10 = Fluorin
WIB) Grafik 1. Performance Kognitif, Psikomotor, dan
Siswa 1. Interaksi siswa Kelompok : Afektif siswa
dengan dengan LKS kurang karena Oksigen (10.10
Bahan Ajar ada sebagian kelompok WIB)
masih bingung dengan apa Xenon (10.12 Berdasarkan tabel 2 diatas dapat
yang akan dilakukan WIB) disajikan grafik 1. Berdasarkan tabel 1 dan grafik
(belum memahami prosedur Helium (10.15 1 dapat diketahui bahwa pada pertemuan I,
dengan baik dan benar). WIB) performance kognitif siswa memperoleh nilai
2. Interaksi siswa Argon (10.16
dengan perlengkapan WIB) rata-rata 80,79 dengan kategori sangat baik (A),
praktikum kurang karena Hidrogen (10.40 performance psikomotor siswa memperoleh nilai
sebagian kelompok ada WIB) rata-rata 83,72 dengan kategori sangat baik (A)
yang belum terampil Klorin (10.43 dan performance afektif siswa memperoleh nilai
menggunakan stopwatch. WIB)
rata-rata 81,11 dengan kategori sangat baik (A).
Secara klasikal performance siswa dalam
Sedangkan data hasil performance siswa praktikum laju reaksi pada pertemuan I
dalam praktikum laju reaksi pada pertemuan I memperoleh nilai rata-rata 81,88 dengan kategori
disajikan pada tabel dan grafik sebagai berikut: sangat baik (A).

Tabel 2. Performance Domain Kognitif, 3. Tahap See


Psikomotor, dan Afektif Refleksi dilakukan segera setelah pem-
belajaran di kelas selesai dilaksanakan. Dalam
Performance refleksi ini diikuti oleh seluruh guru dan tim
Kelompok Kogni Psiko Afektif Total
tif motor
peneliti. Hasil refleksi sebagai berikut: (1)
Klorin 75,83 76,11 77,78 229,72 tempat duduk siswa yang berderet 4 orang,
Xenon 75,00 81,67 83,33 240,00 sehingga siswa yang duduk dibagian samping
Nitrogen 81,67 87,78 77,78 247,23 tidak aktif melakukan kegiatan percobaan; (2)
Argon 78,33 85,00 83,33 246,66 bahan-bahan praktikum yang disediakan di meja
Helium 88,33 78,89 77,78 245,00
Fluorin 74,59 90,56 83,33 248,48
depan (demonstrasi) kurang efektif, sebaiknya
Hidrogen 85,42 88,33 77,78 251,53 disediakan di meja masing-masing kelompok; (3)
Radon 83,75 91,11 83,33 258,19 kalimat dalam prosedur praktikum diperbaiki,
Oksigen 83,75 75,56 83,33 242,64 disesuaikan dengan taraf berfikir siswa SMA; (4)
Neon 81,25 82,23 83,33 246,81 memotivasi siswa agar lebih memahami prosedur
Total 807,92 837,24 811,1 2456,26
Rata-rata 80,79 83,72 81,11 81,88
praktikum (mempelajari prosedur praktikum
Kategori Sangat Sangat Sangat Sangat sebelum melaksanakan praktikum); (5) terjadi
baik baik baik baik fluktuasi keaktifan siswa selama proses
(A) (A) (A) (A) pembelajaran.
Keterangan : Berdasarkan data diperoleh bahwa solusi
81 – 100 = A (sangat baik)
atas permasalahan pembelajaran pada pertemuan

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 83


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

I dijadikan bahan perbaikan pembelajaran


(replan) pada pertemuan II dengan kata lain Kategori
Hasil Observasi Keterangan
solusi atas permasalahan dalam pembelajaran Observasi
Siswa 1. Siswa mulai 1. 09.00 –
sebagai bahan perbaikan pada pembelajaran dengan terbiasa dengan adanya 10.10 WIB
berikutnya. Siswa tim observer dan (selama
pengambilan gambar. proses pem-
Pertemuan 2 Hal ini terlihat dari belajaran)
siswa tidak ramai
1. Tahap Plan membicarakan tentang
Pada kegiatan perencanaan (plan) diikuti adanya tim observer
dan pengambilan
oleh guru model, guru dan tim peneliti sebagai
gambar.
pengamat, menghasilkan perangkat 2. Interaksi siswa
pembelajaran untuk pertemuan II dengan dengan siswa dalam
mempertimbangkan hasil refleksi (see) per- masing-masing
temuan I. Dalam plan dihasilkan juga tentang kelompok lebih baik 2. 09.00 –
dari pada pertemuan I 09.50 WIB
rencana praktikum yang akan dilaksanakan untuk (tidak ada dominasi (selama
meningkatkan performance siswa, yaitu siswa laki-laki) praktikum)
pengaruh suhu dan katalis terhadap laju reaksi. 3. Siswa tidak 3. 09.0
Untuk mengoptimalkan strategi pembelajaran ada yang bertanya pada 0 - 09.50
kelompok lain bila ada WIB
Student Center Learning (SCL), dan supaya yang kurang jelas (selama
siswa dengan mudah dapat berinteraksi, maka sehingga tidak praktikum)
siswa tetap dibagi dalam sepuluh kelompok, tiap menimbulkan
kelompok terdiri dari 4 siswa dan satu kelompok keramaian.
4. Tidak ada 4. 09.0
terdiri dari 3 siswa, karena jumlah siswa kelas XI dominasi siswa laki- 0 – 09.50
IPA-2 adalah 39 siswa. Demikian pula, seting laki dalam pelaksanaan WIB
tempat duduk dikondisikan agar siswa dalam praktikum. (selama
kelompok dapat saling berhadapan. Untuk 5. Kerjasama praktikum)
antar siswa dalam
bahan- bahan praktikum disediakan di masing- kelompok baik karena 5. 09.0
masing meja kelompok. seluruh siswa 0 - 09.50
mengerjakan WIB
2. Tahap Do praktikum dengan baik (selama
Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran, (kompak). praktikum)
Siswa Interaksi siswa dengan Kelompok:
seluruh guru melakukan pertemuan singkat di dengan guru sangat baik. Hal ini Neon (09.10
ruang pertemuan MAN Model Bangkalan, dan Guru terlihat dari siswa WIB)
guru model yang akan melaksanakan bertanya pada guru bila Xenon (09.25
pembelajaran diberi kesempatan mengemukakan kurang jelas dan WIB)
menunjukkan hasil dari Klorin (09.26
rencana pembelajaran secara singkat. Guru praktikum mereka. WIB)
menyampaikan lembar kerja siswa, peta posisi Helium (09.27
tempat duduk dan nama siswa. WIB)
Selanjutnya seluruh peserta pertemuan Fluorin (09.29
WIB)
menuju ruang laboratorium (tempat proses belajar Hidrogen
mengajar), dan menempati tempat yang strategis (09.40 WIB)
sesuai rencana pengamatannya masing-masing. Radon (09.41
Guru bertugas sebagai pengajar melakukan proses WIB)
Argon (09.45
pembelajaran sesuai dengan rencana. Setiap WIB)
observer mengamati aktivitas siswa secara umum Oksigen
dan mengamati kelompok siswa yang telah (09.46 WIB)
disepakati sebelumnya antar observer. Hasil Nitrogen
(09.47 WIB)
pengamatan interaksi antara siswa melalui lembar Siswa 1. Interaksi siswa Kelompok :
observasi disajikan pada tabel sebagai berikut: dengan dengan LKS baik. Hal Oksigen
Bahan ini terlihat dari siswa (09.21 WIB)
Tabel 3. Hasil Observasi Para Observer Lesson study Ajar tidak merasa bingung Xenon
dengan prosedur (09.25WIB)
Pertemuan II praktikum yang Neon
terdapat pada LKS (09.26WIB)

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 84


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Kategori dengan kategori baik (B), performance


Hasil Observasi Keterangan
Observasi psikomotor siswa memperoleh nilai rata-rata
sehingga siswa tidak
saling bertanya.
86,11 dengan kategori sangat baik (A) dan
2. Interaksi siswa performance afektif siswa memperoleh nilai rata-
dengan perlengkapan rata 92,22 dengan kategori sangat baik (A).
praktikum sudah baik Secara klasikal kinerja siswa dalam praktikum
tetapi masih ada laju reaksi pada pertemuan II memperoleh nilai
sebagian kelompok
yang belum mengerti rata-rata 84,24 dengan kategori sangat baik (A).
cara menggunakan Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
thermometer yang performance siswa dalam praktikum laju reaksi
benar (dalam hal bila dibandingkan dengan pertemuan I.
memegang
thermometer dan
thermometer
menyentuh dinding
gelas kimia).

Berdasarkan tabel 4 diperoleh bahwa pada


tahap do pertemuan II siswa menjadi lebih tertib,
aktif, kooperatif dan interaksi siswa dengan guru
dan bahan ajar lebih baik dari pada pertemuan I. Keterangan:
Dengan demikian diketahui bahwa performance 1 = Klorin 6 = Neon
siswa dalam praktikum laju reaksi melalui lesson 2 = Xenon 7 = Hidrogen
3 = Nitrogen 8 = Radon,
study dapat membuat siswa lebih aktif, bertang- 4 = Argon 9 = Oksigen
gung jawab atas jawaban pertanyaan yang 5 = Helium 10 = Fluorin
diajukan, dan menemukan konsep sendiri.
Data hasil performance siswa dalam Grafik 2. Penilaian Performance Kognitif,
praktikum laju reaksi pada pertemuan II Psikomotor, dan Afektif
disajikan pada tabel dan grafik sebagai berikut:
3. Tahap See
Tabel 4. Performance Domain Kognitif, Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa
Psikomotor, dan Afektif masih ada beberapa guru yang mengkritik
gurunya, namun sebagian besar sudah berfokus
Performance pada siswa. Hal ini sesuai dengan Manabu Sato
Kelompok Kogni Psiko Afektif Total dalam Liliawati, dkk. (2007) bahwa prinsip-
tif motor prinsip dasar dari diskusi/refleksi yaitu
Klorin 66,25 86,11 94,44 246,80 ditekankan pada kapan siswa belajar dan kapan
Xenon 75,00 88,89 94,44 258,33 siswa tidak dapat belajar, para pengamat belajar
Nitrogen 81,67 88,89 88,89 259,45
melalui pelajaran yang mereka amati, setiap
Argon 76,25 80,56 88,89 245,70
pengamat sebaiknya harus memiliki kesempatan
Helium 78,75 83,33 94,44 256,52
Fluorin 76,67 88,89 94,44 260,00 untuk berbicara sehingga diskusi yang bersifat
Hidrogen 67,50 88,89 88,89 245,28 demokratis akan terwujud.
Radon 70,00 88,89 94,44 253,33 Refleksi dilakukan segera setelah pem-
Oksigen 83,75 83,34 88,89 255,98 belajaran di kelas selesai dilaksanakan. Dalam
Neon 67,92 83,33 94,44 245,69 refleksi ini diikuti oleh seluruh guru dan tim
Total 743,76 861,12 922,2 2527,08 peneliti. Hasil refleksi sebagai berikut: (1)
Rata-rata 74,38 86,11 92,22 84,24 tempat duduk siswa yang berhadapan telah
Kategori Baik Sangat Sangat Sangat membantu siswa untuk mengembangkan
(B) baik baik baik (A) performance mereka baik secara kognitif,
(A) (A) psikomotor dan afektif melalui kegiatan
percobaan; (2) terjadi fluktuasi keaktifan siswa
Berdasarkan tabel 4 di atas dapat disajikan selama proses pembelajaran; (3) siswa tidak
grafik 2. Berdasarkan tabel 4 dan grafik 2 dapat terpengaruh dengan adanya observer.
diketahui bahwa pada pertemuan II, performance
kognitif siswa memperoleh nilai rata-rata 74,38
Berdasarkan data diperoleh bahwa hasil
diskusi pada tahap see dapat dijadikan solusi

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 85


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

efektif dalam permasalahan pembelajaran se- II siswa menjadi lebih tertib, aktif, kooperatif
hingga dapat meningkatkan kualitas pembe- dan interaksi siswa dengan guru dan
lajaran secara umum. perangkat pembelajaran lebih baik dari pada
pertemuan I, dan see telah menghasilkan
KESIMPULAN solusi atas permasalahan pembelajaran pada
Berdasarkan hasil dan analisis data yang pertemuan I dijadikan bahan perbaikan
diperoleh selama kegiatan penelitian, maka dapat pembelajaran (replan) pada pertemuan II
disimpulkan sebagai berikut : 2. Ada peningkatan performance siswa
1. Penerapan Student Centered Learning (SCL) secara klasikal dari nilai 81,11
untuk meningkatkan performance siswa (pertemuan I) dengan kategori sangat
dalam praktikum laju reaksi yang baik, menjadi nilai 84,24 (pertemuan II)
dilaksanakan dalam 2 pertemuan meliputi dengan kategori sangat baik.
tahapan plan I dan II telah sesuai dengan
permasalahan penelitian, do pada pertemuan

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu http://www.smu-net.com/main.php?&act=bg&xkd=429.


Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Diakses tanggal 4 Maret 2008.
Firman, Harry. 2007. Monitoring dan Evaluasi Program Mulyana, Edi Hendri. 2005. Assesmen dalam Pembela-
Lesson Study. Bandung : UPI PRESS. jaran Sains SD. http://re-
Hendayana, Sumar, dkk. 2007. Lesson study. Bandung : searchengines.com/0405edi.html. Diakses pada
UPI Press. tanggal 21 Maret 2008.
http://www.sisttems.org/id/lesson-study/theory.html. Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan
Lesson study. Diakses pada tanggal 4 Maret Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
2008. Raharjo, Sentot Budi. 2008. Kimia Berbasis Eksperimen
Karim, Muchtar Abdul. 2007. Apa, Mengapa, Dan Ba- 2. Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
gaimana Lesson study. Bahan Ceramah pada Sudrajat, Akhmad. 2008. Lesson study Untuk
Pendidikan dan Pelatihan Mutu Pendidik dan Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran.
Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/22
Nasional yang Diselenggarakan di Lembaga Pen- /lesson-study-untuk-meningkatkan-proses-dan-
jamin Mutu Pendidikan (LPMP) DKI Jakarta hasil-pembelajaran/. Diakses pada tanggal 4 Ma-
Tanggal 29 s.d. 31 Mei 2007 oleh Direktorat ret 2008.
Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan Jakarta.
Maryoto, Gunawan. 2008. Pengalaman Terapkan Les-
son study.

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 86


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN KIMIA


DI SEKOLAH DALAM RANGKA IMPLEMENTASI
KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

I Wayan Dasna

Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145, e-mail: idasna@um.ac.id

Abstrak: Pembelajaran kimia di sekolah berpedoman pada KTSP yang dikembangkan oleh sekolah.
Implementasi KTSP khususnya matapelajaran kimia setelah 4 tahun implementasi masih menunjukkan
adanya masalah-masalah yang perlu diperbaiki. Kualitas proses dan hasil pembelajaran kimia yang ma-
sih rendah merupakan salah satu indikator masih adanya masalah implementasi KTSP di sekolah. Be-
berapa faktor yang menunjukkan problematika implementasi KTSP (kimia) adalah: (1) pembelajaran
kimia lebih mengarah pada “pematematikaan kimia” dimana informasi rumus-rumus, hitungan, dan
pengerjaan soal-soal lebih dominan dibandingkan konstruksi konsep, (2) pengembangan perangkat
pembelajaran lebih cenderung digunakan sebagai kelengkapan administratif dibandingkan operasional,
(3) organisasi materi lebih mengikuti kisi-kisi ujian nasional dibandingkan kompetensi yang harus dia-
jarkan (standar isi), (4) pembelajaran proses kurang diminati dibandingkan dengan pembelajaran teori,
dan (5) penggunaan lembar kerja siswa lebih dominan sebagai sumber belajar. Untuk mengatasi
keadaan tersebut sangat penting dikembangkan rancangan pembelajaran kimia yang operasional seba-
gai komplemen KTSP dan dikembangkan pembelajaran aktif yang dapat mendorong terbentuknya
karakter dan ketrampilan berpikir (tingkat tinggi) dalam pembelajaran. Penekanan pada pembelajaran
proses (pendekatan inkuiri) baik dalam implementasi metode maupun pengembangan bahan ajar sangat
relevan diterapkan dalam pembelajaran kimia (sesuai hakekat ilmu kimia).

Kata kunci: pembelajaran kimia, KTSP, problematika pembelajaran

Sejak ditetapkannya Peraturan Menteri menentukan kualitas pembelajaran. Rancangan


Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22, yang baik sesuai dengan parameter-parameter
23, dan 24 tahun 2006 sekolah-sekolah mengem- pengembangan pembelajaran akan dapat
bangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan diterapkan dengan baik sehingga pembelajaran di
(KTSP). Sampai saat ini, KTSP telah dilaksanakan kelas menjadi berkualitas. Pelaksanaan
oleh sekolah hampir 4 tahun, telah meluluskan pembelajaran sesuai dengan rencana yang dibuat
siswa yang dari kelas VII (SMP) atau kelas X merupakan kegiatan inti pelaksanaan kurikulum di
(SMA) dibelajarkan dengan mengacu pada KTSP. sekolah. Proses pembelajaran yang berkualitas baik
Sejauh ini belum dilakukan evaluasi menyeluruh akan dapat menghasilkan lulusan yang
keterlaksanaan KTSP di sekolah sehingga perlu berkompetensi sebagaimana yang ditetapkan dalam
dilakukan kajian-kajian. kurikulum. Dalam konteks pembelajaran kimia,
Kajian implementasi KTSP di sekolah dapat pembelajaran di kelas harus sesuai dengan hakekat
diamati minimal dengan tiga parameter yaitu: ilmu kimia yaitu pembelajaran proses dan produk
kualitas racangan pembelajaran, pelaksanaan (konsep, teori) yang dilaksanakan dengan strategi
pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Produk pembelajaran yang relevan. Sedangkan evaluasi
akhir dari implementasi KTSP di kelas adalah terkait dengan instrumen yang digunakan atau
kompetensi lulusan tingkat satuan pendidikan metode pengumpulan informasi sebagaimana yang
tersebut. Rancangan pembelajaran merupakan satu disarankan oleh KTSP yaitu penilaian autentik.
indikator penting karena kegiatan ini merupakan Sejauh ini kegiatan evaluasi yang menonjol adalah
titik awal pembelajaran di kelas yang dapat tes tulis baik di tingkat sekolah(ujian sekolah),

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 87


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

regional (ujian bersama), dan nasional (ujian diperoleh siswa melalui matapelajaran khusus
nasional) (untuk mengetahui kemampuan kognitif). tetapi melalui kegiatan proses pembelajaran pada
Untuk mengetahui gambaran hasil belajar semua pelajaran yang dibelajarkan di kelas. Bila
dengan KTSP di sekolah secara formal dapat keadaan tersebut ditelusuri dari sumbernya, apakah
ditinjau dari hasil belajar siswa pada ujian nasional tidak mungkin rendahnya penguasaan materi siswa
(UN) 2009 seagaimana disajikan pada Tabel 1. disebabkan oleh masih rendahnya kualitas proses
Data tersebut menyajikan 5 kisi soal dari 40 soal pembelajaran yang terjadi di kelas atau belum
yang diujikan. Walaupun ada pihak yang optimalnya implementasi KTSP di sekolah?
meragukan objektivitas UN, data yang diberikan
adalah sah. Analisis 5 jenis kisi dan penguasaan Tabel 1. Data Penguasaan Materi Soal Kimia
siswa pada tingkat nasional. Kelima kisi soal yang
SMA UN tahun 2009
disajikaan menghasilkan soal pada tingkat
kesukaran mudah dan sedang, namun kelima soal No. Kisi Soal
Tingkat
Nas
tersebut dikuasai lima paling rendah dibandingkan Kesukaran
1. Disajikan suatu proses
dengan 40 soal yang lainnya. pelarutan/pembakaran
Ditinjau dari tingkat kesulitannya, soal-soal suatu zat hingga terjadi
0.528
tersebut merupakan soal-soal yang mudah dan perubahan suhu tertentu, 49,87
Sedang
sedang sehingga seharusnya sebagian besar siswa siswa dapat menghitung
dapat menyelesaikannya. Soal-soal yang kategori H reaksi jika
parameternya diketahui
mudah dapat diselesaikan lebih dari 75% siswa 2. Diberikan tabel hasil uji
pada tingkat nasional. Sedangkan soal-soal kategori beberapa air limbah
sedang (sedikit leih sulit) kurang dari 70% siswa dengan beberapa indikator, 0.678
60,77
yang dapat menyelesaikannya atau sebagian besar siswa dapat memperkira- Sedang
siswa tidak dapat menyelesaikan soal-soal yang kan harga pH air limbah
tersebut.
dikategorikan sedang. Namun pada kisi yang lain 3. Diberikan 3 notasi unsur
terdapat satu soal dengan tingkat kesulitan kategori tak dikenal.
0.622
tinggi (data no. 6) namun dapat diselesaikan oleh Siswa dapat menentukan
Sedang
67,64
sebagian besar siswa. Apakah yang terjadi pada gambar susunan elektron
ion unsur tertentu
siswa kita? Mengapa soal yang sulit (hitungan)
4. Diberikan beberapa meto-
dapat diselesaikan oleh sebagaian besar siswa de atau contoh, pencegah-
sebaliknya yang dikategorikan mudah dan sedang an korosi dalam kehidupan 0.845
77,32
(leih konseptual) tidak dapat diselesaikan oleh sehari-hari, siswa dapat Mudah
sebagian besar siswa? memilih metode yang
paling tepat/sebaliknya
Bila dikaji soal demi soal diketahui bahwa
5. Diberikan persamaan
kisi no. 1 sampai 5 merupakan soal-soal yang reaksi untuk mendapatkan
menggunakan data untuk menyelesaikannya. suatu unsur logam/non
Walaupun soal-soal tersebut tergolong mudah logam dari batuan mineral- 0.770
76,25
namun siswa harus menggunakan olah pikirnya nya, Siswa dapat memilih Mudah
kegunaan unsur/senyawa
(ketrampilan berpikir) untuk menjawabnya. yg mengandung unsur tsb
Sebaliknya soal sukar yang berisi tentang hitungan dengan benar
dan telah sering dikerjakan oleh siswa maka soal- 6. Diberikan suatu rangkaian
soal tersebut menjadi mudah. Penyelesaian soal- sel volta, siswa dapat
0.252
menentukan diagram sel 60,74
soal yang melibatkan kemampuan berpikir menjadi Sukar
dari reaksi tersebut dengan
masalah bagi siswa. Keadaan yang sama dijumpai benar
pada soal-soal seleksi masuk SMA RSBI (Dasna,
2010) dan soal-soal seleksi mahasiswa baru melalui Sumber data: Puspendik, 2009
SNMPTN (LP3UM, 2010). Keadaan tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa masih
melakukan kegiatan menghafal dalam belajar atau Hasil observasi penulis terhadap pembela-
belum optimal menggunakan kemampuan berpikir jaran kimia di beberapa sekolah SSN dan RSBI
terutama kemampuan berpikir tingkat tinggi menunjukkan bahwa: (1) pembelajaran konstruksi
(higher order thinking) dalam memecahkan konsep terkalahkan oleh penggunaan rumus atau
masalah. Kemampuan berpikir tersebut tidak simbol lain. Konstruksi konsep dianggap menyita

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 88


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

waktu terlalu lama sehingga belajar kimia kurikulum di sekolah dapat tidak sesuai dengan
cenderung memperkenalkan rumus-rumus atau paradigma yang ditetapkan dalam kurikulum.
simbol lain dan latihan soal. Adanya bimbingan Disamping kurikulum, perangkat kurikulum
belajar yang lebih mengajarkan cara memperoleh yang utama seperti silabus dan rencana pelaksana-
jawaban yang benar tanpa menekankan mengapa an pembelajaran yang dikembangkan oleh guru
jawaban tersebut benar mendukung rendahnya pada umumnya juga masih sebagai perangkat ad-
konstruksi konsep. (2) penggunaan lembar kerja ministratif pembelajaran. Sedangkan pembelajaran
siswa (LKS) yang berisi ringkasan materi dan yang dilaksanakan pada umumnya mengacu pada
latihan soal-soal menjadi dominan dibandingkan sumber belajar (buku paket) yang digunakan oleh
dengan menggunakan bahan ajar yang bervariasi. guru dan siswa. Keadaan tersebut tidak sesuai den-
Materi-materi kimia telah lebih banyak dibelajar- gan tujuan pengembangan perangkat pembelajaran
kan dengan mengerjakan soal-soal dan membaca sebagai acuan yang digunakan oleh pengajar untuk
ringkasan atau rumus yang ada. Sementara itu mengembangkan pembelajaran yang mendidik se-
waktu membaca siswa untuk memperdalam dan suai dengan paradigma KTSP yaitu pembelajaran
memperluas materi sangat sedikit; (3) pembelajaran yang konstruktivistik.
melalui kegiatan praktikum dan penerapan metode Menurut Dick and Carey (1990) rancangan
pembelajaran aktif lebih banyak dihindari karena pembelajaran yang dikembangkan seharusnya me-
memerlukan waktu yang lebih lama sehingga target rupakan kajian komprehensip dari analisis kompe-
kurikulum bisa tidak terjangkau, Kegiatan pem- tensi, analisis karakterisitik siswa yang akan dibela-
belajaran didominasi dengan menjelaskan, latihan jarkan, analisis karakteristik materi (konten), anali-
soal, dan menjawab soal. Tidak cukup banyak per- sis tujuan pembelajaran, evaluasi yang digunakan,
tanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa sampai dengan pengembangan perangkat, dan
ketika belajar namun cukup banyak informasi yang evaluasi formatif perangkat tersebut. Dengan mela-
disajikan. Siswa kurang memperoleh porsi untuk kukan analisis yang komprehensif maka rancangan
mengembangkan kreativitas kemampuan berpikir- pembelajaran yang dibbuat guru merupakan ran-
nya; cangan pembelajaran yang operasional atau ran-
Keadaan tersebut dapat menggambarkan se- cangan yang dapat diterapkan di kelas.
cara kasar implementasi KTSP yang telah dilaksa- Hasil observasi penulis terhadap RPP matape-
nakan sejak tahun 2006 di sekolah. Makalah ini lajaran kimia yang digunakan di SMA kategori
membahas beberapa prolematika penerapan KTSP SSN dan RSBI di beberapa kota di Jawa Timur
di sekolah sehingga kualitas proses dan hasil menunjukkan bahwa: (1) sebagian besar RPP me-
belajar siswa belum optimal. rupakan deskripsi tujuan dan langkah-langkah
pembelajaran yang belum dilengkapi dengan hands
Perencanaan Pembelajaran sesuai KTSP out, alat evaluasi, media, worksheet. (2) Sering kali
Setiap sekolah saat ini telah mengembangkan strategi atau metode pembelajaran yang digunakan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan di kelas tidak sesuai dengan RPP yang dibuat, (3)
secara formal telah disahkan oleh pejabat yang ter- RPP antar sekolah bahkan ada yang lintas kabu-
kait. Namun demikian, hasil wawancara dengan paten isinya hampir sama sehingga tidak relevan
para guru pengembang KTSP di beberapa sekolah dengan KTSP (kondisi masing-masing sekolah).
SSN dan RSBI (Dasna, 2010) menunjukkan bahwa Keadaan tersebut menunjukkan bahwa pengem-
KTSP tersebut dikembangkan dengan mengadap- bangan RPP sebagai implementasi KTSP di seko-
tasi contoh-contoh kurikulum yang telah ada. lah belum dilaksanakan melaui kajian yang kom-
Adaptasi yang dilakukan belum sepenuhnya men- prehensif sesuai dengan kondisi sekolah dan siswa
gakomodasi kondisi sekolah yang ada sehingga ku- yang belajar. Keadaan tersebut menyebabkan RPP
rikulum tersebut belum dapat dilaksankan secara yang dibuat tidak dapat dilaksanakan operasional di
optimal. Dengan demikian KTSP yang ada di seko- sekolah. Berdasarkan keadaan tersebut, problem-
lah cenderung sebagai perlengkapan alat adminis- atika pengembangan rancangan pembelajaran sea-
trasi sekolah dibanding kurikulum sebagai seper- gai implementasi KTSP di sekolah adalah:
angkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi Rancangan pembelajaran belum dikembang-
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan se- kan berdasarkan analisis faktor-faktor belajar yang
bagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembe- komprehensif agar sesuai dengan karakteristik
lajaran untuk mencapai tujuan pendidikan pada siswa, kondisi sekolah, karakteristik materi yang
tingkat satuan pendidikan. Selain itu, pelaksanaan dibelajarkan, dll

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 89


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Rancangan pembelajaran masih dipandang matematika yang sulit. Apakah dalam penguasaan
sebagai kelengkapan administrasi pembelajaran bu- konsep-konsep ilmu kimia harus selalu
kan sebagai acuan kegiatan pembelajaran di kelas menggunakan hitung-menghitung? Lebih lanjut
Waktu bagi guru untuk mengembangkan RP Bodner menjelaskan bahwa latihan soal (excercise)
yang lengkap dan relevan belum dikoordinasikan dan pemecahan masalah tidak harus selalu identik
dengan baik (terkait dengan kompetensi guru juga). dengan penggunaan algoritma atau hitung
Pengelola sekolah dan pengawas “mungkin” menghitung. Bila siswa memperoleh konsep
masih mengevaluasi ketersediaan RPP bukan isi, melalui proses kerja ilmiah sehingga terjadi
relevansi, dan kelengkapannya. konstruksi konsep pada diri siswa maka kegiatan
menghafal akan dapat dikurangi.
Terkait dengan pelaksanaan lesson study (LS) Herron (1996) menjelaskan bahwa belajar
di sekolah-sekolah yang saat ini sangat didorong ilmu kimia adalah kompleks yang dipengaruhi oleh
pelaksanaannya oleh pemerintah, tahap plan yang banyak faktor. Paling tidak terdapat empat kategori
bertujuan untuk mengembangkan RPP oleh peserta variabel yang mempengaruhi siswa belajar kimia
LS secara bersama-sama masih perlu dioptimalkan. sebagaimana disajikan pada Gambar 1.
Hasil wawancara beberapa guru yang melaksana-
kan LS menyatakan bahwa: (1) ada kelompok
dalam kegiatan pengembangan RPP hanya dilaku-
kan oleh guru model sedangkan guru-guru yang
lain hanya menyetujui, atau belum melakukan
pengembangan RPP secara bersama-sama, (2) RPP
yang dikembangkan belum dilengkapi dengan alat
evaluasi, lembar observasi, hands out, dan media,
(3) peserta seringkali belum memperoleh masukan
yang optimal dari pendamping sehingga penulisan
RPP belum sesuai dengan format dan isinya. Pen- Bagi orang kimia Gambar 1 telah umum
yelenggaraan LS di sekolah-sekolah dan PT hen- diketahui sebagai bentuk tetrahedral dari molekul
daknya dapat mendorong para guru untuk CH4. Sebagaimana suatu senyawa, kemampuan
mengembangkan RPP yang operasional sehingga guru mengkoordinasikan gugus-gugus yang ter-
sesuai dengan karakteristik siswa, materi yang ikat (variabel-variabel) satu dengan yang lainnya
dibelajarkan, dan kondisi sekolah. Dengan RPP akan dapat menentukan efektivitas proses pem-
yang operasional maka pelaksanaan pembelajaran belajaran yang terjadi di kelas. Masing-masing
akan dapat berlangsung sesuai dengan rancangan variabel pada gugus-gugus tersebut adalah
pembelajaran. independent namun Gambar 1. Variabel yang
mempengaruhi belajar.
Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas Kestabilan proses akan sangat bergantung
Johnstone (1986) menyatakan bahwa salah pada kekuatan ikatan yang terjadi dengan atom
satu sumber kesulitan para siswa dalam karbon (guru). Keadaan tersebut menunjukkan
mempelajari kimia adalah overload kapasitas yang bahwa guru sangat berperan pada kualitas proses
dirasakan ketika siswa membutuhkan memori pembelajaran yang terjadi di kelas. Bila guru
untuk mengingat (Bodner, 1987). Artinya, ketika menciptakan kondisi belajar dimana siswa harus
siswa butuh menggunakan rumus tertentu dia tidak banyak menggunakan memorinya maka siswa
dapat mengingatnya maka dia akan merasakan hal akan susah payah menghafal, demikian pula
itu adalah sulit. Bila belajar kimia membutuhkan sebaliknya bila pembelajaran dikondisikan agar
daya ingat yang besar dan kuat maka akan sangat siswa menggunakan kemampuan berpikirnya
sedikit yang dapat menguasai Kimia. Pada maka hal itu akan dapat terjadi. Pada Gambar 1,
kenyataannya matapelajaran Kimia banyak sekali karakteristik pebelajar terkait dengan kemampu-
menggunakan rumus-rumus, prinsip-prinsip, dan an awal (prior knowledge), kematangan sosial,
teori sehingga bila tidak dapat disimpan dalam bakat, dan bagaimana pola belajar siswa; karak-
memori maka pembelajaran tersebut dianggap sulit. teristik materi terkait dengan bagaimana sifat
Rumus-rumus tersebut pada umumnya digunakan konsep, abstraksi, keterkaitan antar konsep;
untuk menyelesaikan soal-soal latihan sehingga karakteristik penugasan terkait dengan bagai-
kimia dan fisika akan identik dengan penggunaan mana siswa diminta mendemontrasikan kompe-

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 90


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

tensinya; dan karakteristik aktivitas belajar Fakta


merujuk pada bagaimana aktivitas siswa apakah
bekerja secara individu, aktif, pasif, atau kerja
kelompok. Dalam menciptakan pembelajaran
yang mendidik atau pembelajaran aktif di kelas
sangat penting mengkoordinasikan antar kluster simbol/
Konsep reaksi
(empat variabel) terkait. Kondisi pada masing-
masing variabel dapat dipaparkan sebagai
berikut. Gambar 2. Kaitan antara fakta, konsep, dan
Karakteristik pebelajar yang perlu memper- simbol
oleh perhatian agar pembelajaran menjadi aktif
adalah tersedianya waktu membaca, mengguna- Misalnya ketika materi terkait dengan
kan sumber belajar yang bervariasi, dan men- konsentrasi larutan, paparan seyogyanya dimulai
sintesis/mengelaborasi pemahaman yang diper- dengan fakta bahwa ada larutan garam yang
olehnya. Pada saat ini, siswa atau mahasiswa rasanya sangat asin, kemudian cukup asin, atau
sangat sedikit waktunya untuk membaca atau kurang asin. Dari fakta tersebut dapat digali
memperdalam konsep yang dipelajari baik konsep mengapa terjadi perbedaan rasa yaitu
sebelum atau sesudah pembelajaran di kelas berbedanya kadar zat terlarut yang ada pada
sehingga ketika masuk kelas mereka datang larutan tersebut. Setelah konsep konsentrasi
dengan “kepala kosong”. Seyogyanya pebelajar diperoleh barulah kemudian siswa diperkenalkan
datang ke kelas untuk menghaluskan dan bagaimana menentukan konsentrasi dalam
memperluas pengetahuan yang diperolehnya dari bentuk molaritas, molalitas, persentase, dan
sumber belajar sehingga pemahamannya lebih sebaginya.
baik. Oleh sebab itu, guru sangat penting Dengan alur paparan yang demikian maka
memberikan kesempatan kepada siswa membaca siswa akan menyadari bahwa materi kimia yang
sumber belajar yang bervariasi. Pada saat ini, dipelajari terkait dengan kehidupan sehari-hari
banyak sekolah yang lebih fokus menggunakan sehingga penting untuk dipelajari. Keadaan
lembar kerja siswa (LKS) yang berisi ringkasan tersebut diharapkan dapat memotivasi siswa
materi dan latihan soal-soal sehingga paparan belajar dan mengurangi kesan bahwa kimia itu
konsep yang dibaca siswa sangat terbatas dan sebagai matapelajaran yang sulit.
cenderung dangkal. Wawasan konseptual yang Karakteristik penugasan yang dapat meng-
sempit dan dangkal akan menyebabkan siswa aktifkan pebelajar dapat dilakukan dengan me-
mengalami kesulitan menerapkan konsep-konsep minta siswa mendemontrasikan pemahaman
yang dipelajari dalam pemecahan masalah yang diperolehnya seperti dalam bentuk pre-
sehari-hari. sentasi, pembuatan makalah, penyelidikan, kerja
Karateristik materi sains (kimia) mengan- kelompok (kooperatif) dan sebagainya. Kemam-
dung konsep-konsep yang abstrak sehingga puan guru menggali potensi pebelajar dengan
untuk memahami memerlukan kemampuan ber- mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
fikir formal. Sayangnya, menurut hasil peneliti- mendorong kemampuan berpikir tingkat tinggi
an, para siswa SMA walaupun telah berumur sangat menentukan terjadinya belajar aktif.
diatas 11 tahun sebagian besar masih belum Pengembangan kemampuan berpikir pada tingkat
memiliki taraf berfikir formal. Keadaan ini penerapan (aplikasi), analisis, evaluasi, dan
menuntuk pengajar (guru) mendesain paparan sintesis melalui pertanyaan-pertanyaan terbuka
konsep mulai dari peristiwa yang faktual. Dari pada proses pembelajaran akan dapat mencipta-
fakta tersebut kemudian dielaborasi konsep- kan proses pembelajaran yang aktif atau proses
konsep terkait yang dapat menjelaskan mengapa pembelajaran berpusat pada siswa(Joyce et al,
fakta tersebut terjadi. Elaborasi lebih lanjut dapat 2009) atau sering juga disebut pembelajaran
menggali b. Dengan demikian, paparan materi yang mendidik(Joni, 2005). Karakteristik penu-
bukan dimulai dari rumus/reaksi tetapi dari fakta gasan yang diberikan oleh guru akan sangat
sebagaiman disajikan pada Gambar 2. mempengaruhi terjadinya pembelajaran aktifdi
kelas.

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 91


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Tabel 2. Aspek-aspek yang perlu dan kurang Problematika pelaksanaan pembelajaran di


ditekankan pada design pembelajaran kelas dapat dirangkum sebagai berikut:
aktif • Penggalian pengetahuan awal yang kurang
dalam untuk memulai pembelajaran sehingga
Less emphasis on More emphasis on
siswa kesulitan menghubungkan antar
Mengetahui fakta-fakta Memahami konsep-konsep konsep seelumnya dengan materi yang akan
ilmu kimia dan informasi kimia dan mengembangkan dipelajari.
kemampuan inkuiri • Pembelajaran langsung lebih disukai diban-
Mempelajari materi kajian Mempelajari materi kajian dingkan dengan pembelajaran konstruksi
dan disiplin/bidang-bidang terkait dalam konteks
kajian ilmu kimia inkuiri, teknologi, sain konsep melalui eksplorasi dengan alasan
dalam perspektif personal keterbatasan waktu, materi yang padat.
dan sosial, dan proses • Penyajian rumus-rumus lebih disukai diban-
penemuan ilmiah ding penyajian fakta, analisis konsep sehing-
Memisahkan pengetahuan Mengintegrasikan semua
ga siswa cenderung menghafal dan meng-
ilmiah dan konten/kajian aspek kajian kimia
ilmu kimia hitung.
Melingkupi banyak topik- Mempelajari beberapa • Pelaksanaan pembelajaran masih belum
topik ilmu kimia konsep kimia yang optimal mendorong siswa untuk belajar atau
fundamental tetapi guru belum dapat menciptan kondisi agar
mendalam (less is more)
anak terdorong belajar (stimulate to learn)
Mengimplementasikan Mengimplementasikan
inkuiri sebagai rangkaian inkuiri sebagai strategi tetapi masih menekankan how to teach.
proses pembelajaran, kemampuan, • Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS)
dan ide-idea untuk belajar sebelum pembelajaran materi masih sering
dilakukan sehingga pembelajaran konsep
Karakteristik aktivitas belajar merujuk pada menjadi dangkal dan siswa cenderung mem-
bagaimana pendekatan, strategi, metode, dan baca ringkasan materi untuk mengerjakan
teknik yang digunakan oleh guru dalam pembe- soal-soal.
lajaran. Bagaimana pembelajaran didesain oleh
guru akan sangat mempengaruhi terjadinya pem- Problematika pembelajaran yang digambar-
belajaran aktif di kelas. Ray (2007) mendeskrip- kan pada paparan tersebut seyogyanya dapat
sikan aspek-aspek yang harus lebih ditekankan diatasi dengan berbagai cara termasuk melalui
(more emphasis) dan yang kurang ditekankan kegiatan LS. Pelaksanaan pembelajaran dan
(less emphasis) dalam mendesign pembelajaran refleksi perbaikannya (tahap do dan see dalam
sebagaimana disajikan pada Tabel 2. LS) hendaknya dapat memberikan masukan yang
Berdasarkan paparan pada Tabel 2 dapat konstruktif agi guru model dan guru peserta LS
diketahui bahwa kaitan antara konteks dan lainnya sehingga pembelajaran aktif di kelas
konsep yang diperoleh melalui inkuiri oleh siswa dapat terjadi. Seringkali guru peserta LS
sangat penting untuk meningkatkan pemahaman mengeluhkan bahwa expert pendamping LS
atau perolehan konsep siswa. Inkuiri adalah belum optimal memberikan masukan terhadap
suatu model yang digunakan dalam pembelajaran pelaksanaan pembelajaran yang terkait dengan
dan mengacu pada suatu cara untuk memperta- urutan materi, kedalaman materi, keluasan
nyakan, mencari pengetahuan atau informasi, konsep yang harus dibahas, dan miskonsepsi
atau mempelajari suatu gejala/objek yang terjadi. Fokus seringkali pada metode atau
(Handayanto, 2003:12). Pada pembelajaran media yang digunakan sehingga konsep-konsep
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, siswa dan prinsip-prinsip penting atau bahkan kons-
didorong untuk terlibat secara aktif dalam me- truksi konsep dalam pembelajaran terlewatkan.
lakukan percobaan, menggali pengetahuan dan
informasi secara langsung sampai memungkin- 1. Pelaksanaan Evaluasi
kan mereka menemukan prinsip-prinsip yang KTSP menyarankan bahwa evaluasi pembe-
berguna bagi diri mereka sendiri. Keadaan lajaran dilakukan dengan asesmen otentik artinya
pembelajaran sebagaimana yang dipaparkan di guru harus mengumpulkan informasi tentang
atas belum optimal dilaksanakan di kelas sebagai kompetensi siswa dengan berbagai cara dan
implementasi KTSP. berbagai alat evaluasi. Selain paper and pencil
test untuk penilaian kognitif, guru dapat

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 92


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

menggunakan alat ukur lain seperti makalah, konseptual


presentasi, portofolio, pemecahan masalah atau
lainnya yang dapat menggambarkan kemampuan
kognitif siswa. Dalam konteks KTSP, telah Kecepatan memecahkan Kecermatan dan
dilakukan penilaian kognitif, afektif, dan masalah kemampuan berpikir
psikomotor melalui berbagai cara namun kualitas tingkat tinggi (analisis,
alat ukur yag digunakan masih perlu sintesis, evaluasi)
dioptimalkan. Beberapa problema yang diamati
dalam rangka pelaksanaan KTSP adalah: PENUTUP
• Tes kognitif yang digunakan masih lebih Walau telah diberlakukan KTSP di semua
banyak berfokus pada soal-soal algoritmik sekolah namun pelaksanaan pembelajaran di
(hitungan) sedangkan soal-soal yang meng- kelas masih belum berbeda jauh dengan
ukur penguasaan konsep masih kurang. Kea- implementasi kurikulum sebelumnya. Implemen-
daan ini dapat mendorong siswa belajar un- tasi KTSP di kelas sejak 2006 masih belum
tuk mengerjakan soal-soal sehingga pengua- optimal, terkait dengan perencanaan pembelajar-
saan konsep menjadi nomor dua. Adanya an walau telah dilaksanakan berbagai workshop
metode-metode smart solution mendorong namun belum berbasis kebutuhan.
siswa mencari jawaban yang benar tanpa me- Lesson Study sebagai alternatif optimalisasi
mikirkan mengapa jawaban tersebut benar. implementasi KTSP di sekolah sebaiknya
Kondisi ini tidak sesuai dengan kompetensi diarahkan pada penyiapan, pelaksanaan, dan
yang diharapkan dari KTSP. evaluasi pembelajaran yang benar dan kompre-
• Ranah kognitif soal-soal yang diujikan lebih hensif dan bukan untuk memperkenalkan Lesson
dominan pada lower order thinking sehingga Study atau hanya memberi pengalaman pada
pengukuran higher order thinking skill masih guru. Pemelajaran kimia dalam rangka
sangat sedikit. Kondisi ini dapat mendorong implementasi KTSP hendaknya bukan berfokus
siswa tidak termotivasi mempelajari konsep pada: how to teach tetapi hendaknya berorientasi
tetapi cenderung melakukan drill. pada how to stimulate learning (Brook &
Brook,1993).
Dalam memberikan penugasan kepada siswa
setelah pembahasan konsep, seringkali diberikan
tugas untuk mengerjakan soal-soal bukan
pemecahan masalah. Keadaan ini mengurangi
kemampuan analisis, sintesis, dan evalusi yang
sangat penting dilatihkan kepada siswa. Terkai
dengan penugasan beberapa aspek yang harus
ditingkatkan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan


dalam penugasan

Sebaiknya dikurangi Seharusnya ditekankan

Mengerjakan soal-soal saja Melakukan pemecahan


masalah untuk aplikasi
konsep
Menekankan perolehan Menekankan mengapa
jawaban jawabannya seperti itu,
cara menjawab secara

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 93


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

DAFTAR RUJUKAN

Bodner, G. M. 1987. The role of algorithms in teaching Joni, R.T. 2005. Pembelajaran yang mendidik. Makalah
problem soling. Journal of Chemical Education, seminar disajikan di PPs Universitas Negeri
64(6), 513 -514. Malang, Oktober 2005.
Brooks, J.G. dan Martin G. Brooks. 1993. In search of Joyce, B., Weil, M.,Calhoun, E. 2009. Model of teaching
understanding: The case for constructivist Model-model pengajaran. Terjemahan oleh
classroom. Virginia: Association for Supervision Ahmad Fawaid dkk. Jakarta: Pustaka Pelajar.
and Curriculum Development. Pienta, N. J., Cooper, M. M., Greenbowe, T.J. 2009.
Dasna, IW. 2010. Hasil analisis data seleksi masuk SMA Chemists’ Guide to Effective Teaching Volume
RSBI SMAN 2 Kediri. (Dokumen pribadi). II. New Jersey: Prentice Hall.
Dick, W. & Carey, L. 1990. The Systematic Design of Puspendik.2009. Analisis hasil Ujian Nasional 2009.
Instruction. Second Edition. Illinois: Scott, (Dokumen LP3 UM).
Foresman and Company. Ray, B. 2007. Modern Methods to Teaching Chemistry.
LP3 UM. 2010. Hasil analisis jawaban peserta SNMPT New Delhi: APH Publishing Corporation
2010. (Dokumen LP3).
Herron, J. D. 1996. The chemistry classroom: formula
for successful teaching. Washington DC:
American Chemical Society.

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 94


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

CONTEXT-RICH PROBLEMS DAN PENGANTAR BILINGUAL


UNTUK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
MATERI KIMIA LARUTAN

Yusran Khery

Dosen IKIP Mataram, Mahasiswa Program Studi S2 Pendidikan Kimia PPS UM; E-mail: y_kapek@yahoo.co.id

Abstrak: Makalah ini membahas tentang gagasan pengembangan bahan ajar kimia larutan berdasarkan
pendekatan pemecahan masalah dengan context-rich problems dan pengantar bilingual. Hasil observasi
menunjukkan bahwa kebutuhan terhadap desain bahan ajar yang dimaksud sangat tinggi. Makalah ini
disusun melalui studi literatur. Di dalam makalah ini digambarkan tentang prototype bahan ajar yang
dimaksud. Bahan ajar ini diharapkan dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah, pemahaman konseptual maupun algoritmik, serta menyeimbangkan kemampuan menyelesai-
kan soal-soal dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Sedangkan penelitian lebih lanjut untuk
pengembangan bahan ajar tersebut melalui suatu metode tertentu masih diperlukan. Hal ini perlu untuk
mengetahui pengaruh penggunaannya terhadap prestasi belajar, kemampuan menyelesaikan soal kon-
septual dan algoritmik, dan kemampuan menyelesaikan soal berbahasa Indonesia dan Inggris.

Kata kunci: pendekatan pemecahan masalah, context-rich problems, bilingual, pemahaman konsep-
tual, kemampuan algoritmik, bahan ajar.

Ilmu kimia merupakan salah satu pela- (Alp dkk, 2005; Deming dkk, 2003; Smith and
jaran yang dianggap sulit oleh siswa SMU Metz, 1996), atau kesulitan pada keduanya
maupun mahasiswa perguruan tinggi karena (Alfatie, 2009; Nisak, 2010; Sari, 2007). Oleh
sifatnya yang abstrak (Kean dan Middlecamp, karena itu, dibutuhkan suatu metode yang dapat
1985), konsep yang dipelajari sangat banyak mengembangkan pemahaman konseptual
(makroskopis, mikroskopis, dan simbolis) maupun algoritmik secara seimbang sehingga
(Colburn, 2009) serta berurutan, dan rendahnya siswa akan mampu menyelesaikan berbagai tipe
kemampuan siswa dalam operasi matematik. masalah yang berbeda.
Materi pembelajaran kimia menuntut kemampu- Disisi lain, mengacu pada tuntutan
an penyelesaian masalah konseptual dan algorit- globalisasi, siswa dituntut untuk memiliki
mik (Alp dkk, 2005), salah satunya adalah kimia kompetensi yang dapat bersaing di tingkat
larutan. Terlebih lagi, berdasarkan penelitian global. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
Ratcliffe (2002), jumlah guru di A-level che- Depdiknas mendorong berdirinya sekolah
mistry yang mengalami kesulitan penyampaian berstandar internasional baik di tingkat sekolah
materi kimia larutan mencapai 50 % (khususnya dasar, menengah, maupun perguruan tinggi
materi kesetimbangan asam-basa). (Kompas, 2005). Pembelajaran di kelas-kelas
Dalam beberapa studi seputar pembelajaran sekolah bertaraf internasional pun diupayakan
kimia menyatakan bahwa siswa dapat melakukan semaksimal mungkin menggunakan bahasa
penyelesaian masalah konseptual dengan lebih Inggris sebagai pengantar. Akan tetapi, ada
baik daripada masalah algoritmik dalam materi kendala yaitu guru (RSBI) maupun siswa yang
tertentu, misalnya pada pokok bahasan konsep asli Indonesia tidak memiliki kemampuan yang
mol dan hukum gas. Akan tetapi, pada pokok memadai dalam bahasa Inggris (Kompas, 2009;
bahasan kimia yang lain, siswa dapat mengalami Republika, 2009; Joglosemar, 2009). Oleh sebab
kesulitan lebih besar dalam menjawab pertanya- itu, akan sangat mungkin muncul miskonsepsi
an konseptual daripada pertanyaan algoritmik, selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil
misalnya pada materi sifat-sifat atom dan larutan penelitian Nikmah (2009) menunjukkan adanya

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 95


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

perbedaan yang signifikan antara kemampuan itu, juga diharapkan dapat membantu siswa
siswa dalam menyelesaikan soal-soal dalam dalam mengembangkan keahlian pemecahan ma-
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Oleh ka- salah, kemampuan bilingual, dan mencapai
rena itu, disarankan untuk lebih menyeimbang- pemahaman konseptual dan algoritmik secara
kan kemampuan siswa dalam menyelesaikan seimbang.
soal-soal dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sebelum menulis makalah ini, penulis telah
Inggris dengan memberikan latihan-latihan soal melakukan studi tentang kebutuhan pengem-
baik berupa pre-test, post-test, maupun latihan- bangan bahan ajar materi kimia larutan dengan
latihan soal selama proses pembelajaran berlang- context-rich problems dan pengantar bilingual.
sung. Berdasarkan data angket, diketahui bahwa guru
Berbagai permasalahan yang telah di- membutuhkan bahan ajar materi kimia larutan
paparkan dalam paragraf sebelumnya akan dapat yang disertai soal-soal kontekstual karena siswa
diatasi dengan penerapan pendekatan pembela- menyukainya. Bahan ajar yang digunakan guru
jaran yang tepat. Sedangkan untuk mengatasi telah menyajikan soal-soal dan penyelesaian
masalah kemampuan dalam bahasa, pelaksanaan dalam porsi yang cukup, akan tetapi sedikit saja
pembelajaran dapat dilakukan secara bilingual. yang bersifat kontekstual. Sebanyak 57 %
Salah satu pendekatan pembelajaran yang responden setuju dengan gagasan pengembangan
dapat dijadikan alternatif pengembangan pema- bahan ajar ini sedangkan sisanya menyatakan
haman konseptual dan algoritmik adalah pende- sangat setuju. Lalu bagaimanakah bentuk bahan
katan pemecahan masalah (Probelm Solving). ajar yang dikembangkan berdasarkan pendekatan
Dalam penerapan pendekatan pemecahan masa- pemecahan masalah dengan context-rich
lah, akan banyak dicantumkan masalah atau soal- problems dan pengantar bilingual tersebut akan
soal yang harus dipecahkan oleh siswa (Arifin menjadi pokok pembahasan di dalam makalah
dkk., 2005). ini.
Strategi pemecahan masalah dapat di- PEMBAHASAN
terapkan dengan menyajikan Context-rich
Problems (soal-soal yang diperkaya konteks). Kemampuan Siswa dalam Pembelajaran Materi-
Context-rich Problems dimaksudkan untuk materi Kimia Larutan
mendorong siswa menggunakan suatu strategi Banyak dari materi ilmu kimia menuntut
pemecahan masalah yang logis dan terorganisir pemahaman konseptual dan algoritmik yang
daripada menggunakan rumus atau resep cepat memadai pada diri siswa. Dengan kedua
(Anonym, 2010). Soal-soal sesi khusus dan kemampuan tersebut, siswa akan dapat
konseptual dapat meningkatkan kemampuan memahami materi-materi kimia tersebut dengan
siswa dalam memahami dan menyelesaikan baik. Misalnya saja materi-materi kimia larutan
masalah konseptual dan agoritmik (Nakhleh, et seperti larutan dan sifat-sifatnya; kelarutan dan
al., 1996). Meskipun awal kemunculannya hasil kalil kelarutan, netralisasi dan titrasi,
adalah untuk mengatasi masalah dalam penentuan pH, konsep mol, dan perhitungan-
pembelajaran fisika, bukan tertutup peluang perhitungan dalam larutan (Ramsen, 2000; Clark,
bahwa strategi ini dapat diterapkan dalam 2000). Materi kimia larutan selain membutuhkan
pembelajaran kimia di kelas. keahlian menentukan rumus yang tepat juga
Sementara itu, guru memiliki peran penting pemahaman konsep yang benar.
dalam mengembangakan keahlian pemecahan Pemahaman konseptual adalah kemampuan
masalah dan kemampuan siswa dalam kombinasi siswa dalam menjawab soal yang didasarkan atas
dua bahasa. Dibutuhkan desain instruksional teks, diagram, dan fenomena yang melibatkan
berupa bahan ajar yang tepat dalam membantu konsep-konsep pokok yang bersifat abstrak dari
peran guru tersebut. Oleh karena itu, teori-teori dasar sains (Zoller, et al., 1995).
Pengembangan bahan ajar berdasarkan Pemahaman konseptual mentuntut kemampuan
pendekatan pemecahan masalah dengan context- menghafal informasi kimia, menguasai konsep
rich problems dan pengantar bilingual menjadi kimia, aturan-aturan dan hukum-hukum dalam
hal yang penting. Bahan ajar yang seperti ini ilmu kimia, serta menguasai aturan khusus dalam
diharapkan akan dapat membantu guru dalam sintesis/pemodelan rumus matematika dan
menerapkan strategi pemecahan masalah dengan pemahaman grafik/diagram. Pemahaman kon-
pengantar bilingual dalam pembelajaran. Selain septual akan terbentuk apabila siswa mampu

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 96


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

memahami keterkaitan antara informasi- kemampuan penyelesaian soal konseptual dan


informasi yang tersimpan dalam memori, dan algoritmik (Bakar, 2006). Hasil penelitian
keterkaitan antara bagian pengetahuan yang telah tersebut memberikan harapan menuju perbaikan
ada dengan sesuatu yang baru dipelajari. pemahaman konseptual dan algoritmik. Berda-
Kemampuan algoritmik adalah kemampuan sarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa
siswa dalam menggunakan prosedur yang dengan metode yang tepat, pengembangan
dikembangkan, rumus perhitungan untuk pemahaman konseptual dan algoritmik yang baik
mendapatkan jawaban yang berupa angka pada siswa dapat diupayakan tercapai secara
terhadap permasalahan (Nakhleh, 1993). Ke- bersamaan dan sejalan.
mampuan algoritmik menuntut keahlian meme-
cahkan soal-soal generik dan memilih/meng- Strategi Pemecahan Masalah dengan Context-Rich
gunakan rumus dengan proses penyelesaian yang Problems dalam Pembelajaran Kimia
tepat. Kemampuan algoritmik akan terbentuk Pendekatan pemecahan masalah (Problem
dalam diri siswa apabila siswa dapat membentuk Solving Approach) menekankan agar
pengetahuan yang dimiliki dalam representasi pembelajaran memberikan kemampuan kepada
matematika dengan algoritma yang tepat. siswa tentang bagaimana cara memecahkan
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk masalah secara objektif dan memahami dengan
mengetahui kemampuan pemahaman konseptual baik apa yang dihadapi. Dalam kurikulum dan
dan algoritmik siswa dalam materi cakupan buku-buku yang merujuk pada pendekatan
kimia larutan. Berdasarkan penelitian diketahui pemecahan masalah, dicantumkan masalah atau
bahwa masih terdapat kesulitan-kesulitan pada soal-soal yang harus dipecahkan siswa. Tahap-
siswa sekolah menengah dalam memahami tahap pemecahan masalah di sekolah oleh pelajar
konsep dan penyelesaian masalah algoritmik adalah sebagai berikut (Arifin dkk, 2005).
dalam pokok bahasan kelarutan dan hasil kali a) Tahap analisis dan perumusan masalah agar
kelarutan (Alfatie, 2009; Nisak, 2010). Jumlah dapat menyimpulkan data.
siswa yang mengalami kesulitan dalam b) Tahap perencanaan masalah, meliput:
memahami konsep mol dan stoikiometri berada pemecahan rumus standar; penelitian
diatas 50 %, yang artinya bahwa jumlah siswa hubungan antar konsep; transformasi rumus
yang mengalami kesulitan dalam memahami dan konsep.
konsep mol cukup besar (Andhatini, 2008; Irusti, c) Tahap perhitungan dan membuat solusi
2008; Rahmah, 2009;), padahal konsep mol d) Tahap pengecekan dan evaluasi
adalah konsep yang sangat penting (Uce, 2009).
Konsep Stoikiometri Larutan dan Larutan Melalui pendekatan pemecahan masalah,
Penyangga merupakan konsep yang banyak siswa tidak hanya mengingat materi pelajaran
melibatkan perhitungan matematika dan ber- akan tetapi juga memahami dan menguasai
kaitan erat dengan konsep-konsep sebelumnya secara penuh. Selain itu pendekatan ini dapat
sehingga siswa kesulitan untuk mempelajari meningkatkan keterampilan berfikir rasional,
(Kaczmarek & Orgill., 2006). Menurut penelitian kemampuan menganalisis situasi, mengenal
Sari (2007), siswa yang tidak dapat menjawab perbedaan fakta dan pendapat, dan mampu
pertanyaan konseptual maupun algoritmik dalam membuat putusan secara objektif. Pendekatan ini
materi stoikometri masih cukup tinggi yakni dapat memberi tantangan intelektual, dan
sebesar 43%. dorongan agar siswa lebih bertanggung jawab
Meskipun masih terdapat hambatan dalam belajarnya (Sanjaya, 2006).
kesulitan kemampuan siswa dalam menyele- Pembelajaran yang didasarkan pendekatan
saikan masalah konseptual dan atau algoritmik pemecahan masalah adalah salah satu alternatif
pada materi-materi kimia larutan, bukan berarti yang menjanjikan guna mengembangkan
tidak ada cara untuk mengatasinya. Beberapa pemahaman konseptual dan algoritmik siswa
hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman secara bersamaan dan sejalan. Pendekatan
konseptual siswa dalam materi-materi kimia pemecahan masalah dapat meningkatkan
umum tidak tertinggal dibandingkan pemahaman kemampuan siswa dalam mengembangkan ide
algoritmiknya (Lin, et al., 1996; Sari, 2007). dan inisatif ilmiah, menghargai pendapat orang
Dalam penelitian lain diketahui terdapat korelasi lain, mengembangkan suatu hasil karya, kreatif
positif antara hasil belajar berdasarkan dan berperan aktif memecahkan suatu masalah

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 97


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

dan mengajukan pertanyaan, jawaban, atau cahan masalah konseptual dan algoritmik
tanggapan, meningkatkan keterampilan peme- disebabkan karena keahlian reasoning yang
cahan masalah dan kemampuan berfikir kritis rendah (Crololice, et al, 2008). Pembelajaran
(Gallet, 1998; Setyowati, 2007; Sulistiana, yang memberi kesempatan pada siswa untuk
2008), hasil belajar (Adim, 2008; Bakar, 2006), mendiskusikan dan mempertahankan idenya dan
ketuntasan, dan dianggap sebagai pendekatan penerapan pemecahan masalah dalam masalah
pembelajaran yang menyenangkan oleh siswa algoritmik dan konseptual praktis dapat
(Setyaningsih, 2008). Strategi pemecahan menstimulasi motivasi, meningkatkan interaktif,
masalah lebih efektif untuk mengembangkan dan ketertarikan. Soal-soal sesi khusus dan
kemampuan pemecahan masalah siswa konseptual dapat meningkatkan kemampuan
khususnya dalam menentukan, memanggil kem- siswa dalam memahami dan menyelesaikan
bali, menentukan hukum yang berhubungan dan masalah konseptual dan algoritmik (Nakhleh, et
menyelesaikan ekspresi matematika bermakna. al., 1996). Instruktor/ guru dapat menfasilitasi
Guru kimia dihimbau agar meningkatkan peng- perkembangan keahlian reasoning siswa dengan
gunaan strategi pemecahan masalah daripada meningkatkan penekanan pemecahan masalah
strategi text book untuk mempercepat bagi siswa berdasarkan kemampuan yang telah
kemampuan pemecahan masalah siswa (Jeon, et mereka miliki (Crololice, et al, 2008).
al, 2005). Salah satu penerapan strategi pemecahan
Guru memiliki peran penting dalam me- masalah dalam pembelajaran di kelas adalah
ngembangakan keahlian pemecahan masalah dengan menerapkan Context-rich Problems
siswa. Keseringan siswa di dalam kelas akan (soal-soal yang diperkaya konteks). Context-rich
menyelesaikan permasalahan dengan cara yang Problems mencoba membawa siswa memasuki
sama sebagaimana contoh yang diberikan. Dalam permasalahan yang biasa ditemuinya di dunia
memberi pemecahan masalah, guru harus sangat nyata. Menurut Katsberg dan D’Ambrosio,
hati-hati untuk menyampaikan bentuk pertanyaan dalam situasi nyata, integrasi pengetahuan adalah
yang akan ditanyakan. Guru sebisa mungkin me- sangat penting guna kesuksesan pengamalan
nunjukkan seluruh proses yang digunakan dalam pemecahan masalah. Semakin akrab konteks
memecahkan masalah dan menempatkan secara dimana permasalahan itu dihadirkan dan semakin
tepat setiap langkah yang diambil. Siswa akan dekat permasalahan tersebut dengan pengalaman
sangat kesulitan untuk mengambil langkah yang keseharian siswa, maka siswa akan semakin
besar dalam penyelesain masalah karena masih menyukai untuk membuat hubungan-hubungan
merasa asing. Tidak sedikit dari mereka akan yang diperlukan dan tiba pada penafsiran yang
kehilangan langkah dengan sangat cepat ketika tepat terhadap permasalahan (Herron, 1996).
harus menyelesaikan masalah dengan cara yang Context-rich Problems didesain untuk
benar-benar sama sebagaimana yang ditirukan mendorong siswa menggunakan strategi
kepada mereka (Gilbert, 1980). pemecahan masalah yang terorganisisr dan logis.
Dalam meningkatkan kemampuan menye- Dengan demikian siswa terdorong
lesaikan masalah konseptual, diperlukan memepertimbangkan konsep-konsep pada
pengembangan keahlian kognitif. Pengembangan konteks objek nyata; memandang pemecahan
keahlian kognitif adalah komponen yang esensial masalah sebagai sebuah deretan pemilihan
dalam pendidikan siswa. Ingatan algoritmik saja keputusan, dan menggunakan konsep-konsep
tidak akan memberi dampak terhadap keahlian yang fundamental untuk melakukan analisa
ini. Pengembangan keahlian kognitif harus kualitatif terhadap permasalahan sebelum
menjadi pusat perhatian karena ia merupakan melakukan manipulasi-manipulasi rumus
bagian yang penting dalam mengembangkan matematika.
kemampuan ”scientific reasoning”. Keahlian Penerapan item-item konstektual dapat
reasoning adalah kemampuan memberi memberi informasi tentang banyak aspek dalam
argumentasi logis dan menduga kesimpulan kemampuan reasoning siswa sebagaimana
berdasarkan bukti, latar belakang, dasar-dasar dampak terhadap kultur pengujian kemampuan
pengetahuan, dan asumsi. Keahlian reasoning siswa. Penggunaan item-item kontekstual akan
yang rendah akan menghambat kemampuan memberitahukan kompleksitas pembelajaran
dalam menyelesaikan masalah konseptual. siswa dan kemampuan mereka untuk
Timbulnya perbedaan antara kemampuan peme- mengintegrasikan konstruksi pengetahuan yang

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 98


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

majemuk guna memecahkan masalah yang bahkan oleh negara tetangganya sendiri.
mereka hadapi. Kemudian dengan bertambahnya Universitas-universitas di Malaysia kini menuju
pengalaman siswa dalam menghadapi berbagai pengembangan pendidikan bertaraf internasional.
soal terbukti menimbulkan peningkatan menuju Karena universitas di Malaysia memiliki nama
tingkah laku pemecahan masalah yang kian dan kualitas yang diakui dunia intenasional,
mahir, mampu memulai dengan analisis kualitatif Malaysia kini menjadi pillihan keempat
dan lebih selektif dalam mencari dan menyajikan masyarakat Indonesia yang ingin belajar ke luar
informasi (Antonenko, et al., 2007). negeri. (Bisnis Indonesia, 2003). Australia,
Karakteristik context-rich problems adalah Inggris, Amerika, dan beberapa Negara di Asia
sebagai berikut (Anonym, 2010). memiliki standar pendidikan maju, beberapa
 Setiap soal merupakan cerita pendek dengan alasan diantaranya adalah Negara tersebut aktif
karakter utamanya adalah siswa. Yakni setiap dalam menciptakan globalisasi seperti
pernyataan soal menggunakan kata ganti pertumbuhan ekonomi, penguasaan Iptek, dan
personal “kamu/anda”. penerapan aspek linguistic yang condong
 Pernyataan soal mengandung motivasi atau menerapkan bahasa dunia (bahasa Inggris)
alasan bagi “anda” (dalam hal ini siswa) untuk sebagai media penyampaian pesan (Triyono,
memecahkan/menghitung sesuatu. 2009).
 Obyek-obyek dalam soal nyata dan dapat Oleh karena itu, universitas-universitas di
dibayangkan. Indonesia mulai membuka kelas-kelas
 Tidak ada gambar atau diagram sehingga internasional guna meningkatkan mutu pen-
siswa harus memvisualisasikannya melalui didikan di perguruan tinggi. Kelas internasional
latihan-latihan yang pernah dilakukan. dibuka tidak hanya bagi mahasiswa Indonesia
 Soal tidak dapat dipecahkan dengan satu akan tetapi bagi mahasiswa asing yang ingin
langkah yakni memasukan angka-angka ke belajar di Indonesia. (Media Indonesia, 2002). Di
dalam rumus. Indonesia telah dikembangkan pula Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang
Banyak siswa berpendapat bahwa me- kurikulumnya dikembangkan berdasarkan KTSP
nyelesaikan soal algoritmik kimia hanyalah dan Kurikulum Internasional (Depdiknas, 2007).
tentang pengerjaan yang bersifat matematis dan Pendidikan teknologi dasar, meteri mata
tidak ada aplikasi konsep dalam dunia yang pelajaran yang umumnya ditulis dalam bahasa
sebenarnya. Hal ini dapat disebabkan karena Inggris, dan persaingan internasional melalui
rancangan soal dan penyelesaiannya cenderung berbagai perlombaan/olimpiade (matematika,
didominasi matematika daripada aplikasi konsep. sains, bahasa, dan sebagainya) merupakan bagian
Dengan karakteristik Context-rich Problems, penting dalam program pengembangan
siswa dituntut untuk memecahkan soal dengan kurikulum SBI.
menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dan Munculnya Sekolah Bertaraf International
sekaligus mendorong siswa untuk (SBI) di Indonesia dianggap sebagai langkah
menggambarkan pemecahan masalah yang dapat maju tumbuhnya perkembangan pendidikan
mereka kerjakan dengan baik. setara luar negeri atau Internasional.
Pengembangan SBI sendiri didasarkan pada UU
RSBI DAN PEMBELAJARAN KIMIA DI KELAS
No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 50
Disisi lain, mengacu pada tuntutan ayat 3 yang secara garis besar ketentuan ini berisi
globalisasi, siswa dituntut untuk memiliki bahwa pemerintah didorong untuk
kompetensi yang dapat bersaing di tingkat mengembangkan satuan pendidikan bertaraf
global. Depdiknas kini sedang dalam upaya internasional. Visi SBI sendiri yakni
melakukan reformasi pendidikan. Salah satu mewujudkan insan Indonesia cerdas, beriman
yang penting dari upaya tersebut adalah dan bertakwa kepada Tuhan Y.M.E, berakhlak
internasionalisasi pendidikan. Depdiknas men- mulia, berjati diri Indonesia, dan kompetitif
dorong berdirinya sekolah berstandar secara global. Dengan adanya dasar dan visi
internasional baik di tingkat sekolah dasar, pengembangan SBI tersebut pemerintah terus
menengah, maupun perguruan tinggi (Kompas, berusaha menyertakan ratusan SMP dan SMA
2005). Usaha ini sangat membutuhkan seluruh Kabupaten/Kotamadya di Indonesia
dukungan, sehingga Indonesia tidak tertinggal (Triyono, 2009).

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 99


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Pembelajaran di kelas-kelas sekolah ber- Pada program bilingual maintenance, siswa


taraf internasional pun diupayakan semaksimal belajar bidang studi dalam bahasa ibu.
mungkin menggunakan bahasa Inggris sebagai Selanjutnya,untuk meningkatkan penguasaan
pengantar. Akan tetapi, ada kendala yaitu guru mereka terhadap materi bidang studi, siswa
(RSBI) maupun siswa yang asli Indonesia tidak mempelajari materi bidang studi mereka dalam
memiliki kemampuan yang memadai dalam bahasa asing. Dalam pola ini siswa tidak dibekali
bahasa Inggris (Kompas, 2009; Republika, 2009; dengan keterampilan berbahasa asing.
Joglosemar, 2009). Oleh karena itu, akan sangat Sedangkan program pembelajaran bilingual
mungkin muncul miskonsepsi selama proses pengayaan, sejumlah atau sebagian materi bidang
pembelajaran berlangsung. Hasil penelitian studi diajarkan dengan maksud untuk pengayaan
Nikmah (2009) menunjukkan adanya perbedaan penguasaan pengetahuan bidang studi. Dalam
yang signifikan antara kemampuan siswa dalam bentuk pembelajaran bilingual pengayaan
menyelesaikan soal-soal dalam bahasa Indonesia semacam ini, materi bidang studi disajikan baik
dan bahasa Inggris dimana kemampuan siswa dalam bahasa ibu maupun bahasa asing.
dalam menyelesaikan soal berbahasa Inggris
lebih tinggi daripada soal yang berbahasa BAHAN AJAR MATERI KIMIA LARUTAN
Indonesia baik untuk soal tipe pilihan ganda YANG DIKEMBANGKAN DENGAN CONTEXT-
maupun uraian. Berdasarkan hasil penelitian RICH PROBLEMS DAN PENGANTAR
tersebut, disarankan untuk lebih BILINGUAL
menyeimbangkan kemampuan siswa dalam Dalam kesempatan ini penulis akan mem-
menyelesaikan soal-soal dalam bahasa Indonesia berikan gambaran tentang bahan ajar materi
dan bahasa Inggris dengan memberikan latihan- kimia larutan yang dikembangkan dengan
latihan soal sebagaimana dalam penelitian context-rich problems dan pengantar bilingual.
tersebut baik berupa pre-test, post-test, maupun Bahan ajar bilingual yang dimaksud adalah alat
latihan-latihan soal selama proses pembelajaran bantu visual non-projected berupa teks sebagai
berlangsung. media cetak yang berisi informasi dan
Untuk mengatasi masalah tersebut dapat keterampilan secara utuh dan lengkap dalam
diterapkan pembelajaran bilingual dalam cakupan subjek/materi pelajaran tertentu yang
pembelajaran kimia. Pembelajaran bilingual ada- disajikan dalam dua bahasa (bahasa indonesia
lah pembelajaran yang menggunakan kombinasi dan bahasa inggris). Dalam lampiran, penulis
dua bahasa dalam proses pembelajaran. Dalam menyajikan prototype bahan ajar yang penulis
pembelajaran bilingual umumnya digunakan anggap layak untuk memenuhi kebutuhan
kombinasi bahasa ibu dan bahasa selainnya tersebut.
(bahasa asing) dalam kasus ini adalah bahasa Di dalam pengembangan bahan ajar terebut,
Indonesia dan Inggris. Pembelajaran bilingual penulis menerapkan prinsip-prinsip perancangan
memiliki keunggulan yaitu anak yang memiliki sebagai berikut, Mengumpulkan materi yang
kemampuan bilingual dapat berfikir lebih tajam, dibutuhkan; Analisis konteks (eksplisit dan
fleksibel, kreatif, dan dapat membawa seseorang inplisit), konsep, dan strategi pemecahan
menjadi lebih hati-hati dalam komunikasi masalah yang dibutuhkan; Siratkan konteks dan
(Beker, 2000 dalam The, 2007). motivasi; Hubungkan materi dengan konsep dan
Secara umum terdapat tiga program strategi pemecahan masalah yang telah
bilingual, yaitu transitional (transisi), mainte- diketahui/diperlukan; dan Menata bagian-bagian
nance, dan enrichment (pengayaan). Pada dalam bahan ajar (materi, contoh soal, dan
program transisi siswa mempelajari materi latihan soal) sedemikian rupa sehingga dapat
bidang studi dengan menggunakan bahasa ibu digunakan dengan baik. Bila huruf awal dari
terlebih dahulu. kemudian siswa dilatih prinsip-prinsip tersebut diambil, maka akan
berbahasa asing. Ketika penguasaan bahasa diperoleh singkatan MASHUM.
asingnya telah dianggap memadai, selanjutnya Beberapa bagian dalam desain bahan ajar
siswa belajar materi bidang studi menggunakan tersebut dijelaskan sebagai berikut. Pertama, di
bahasa Inggris. Dalam kelas baru ini, seluruh dalam bahan ajar tersebut terdapat kotak dialog
materi bidang studi disajikan dalam bahasa yang berisi strategi pemecahan masalah dan
asing. konsep-konsep penghubung yang dibutuhkan
siswa untuk memahami materi dengan lebih

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 100


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

baik. Kotak dialog ini terdapat baik pada bagian urutan tertentu saja. Kelemahan cara ini yaitu
materi maupun bagian soal. Dengan adanya siswa dapat kehilangan langkah dengan sangat
kotak dialog ini, dapat dikatahui pengetahuan cepat ketika harus menyelesaikan masalah
dan pemahaman pendahuluan yang diperlukan dengan cara yang benar-benar sama sebagaimana
untuk dapat memahami materi yang sedang yang ditirukan.
disampaikan. Dengan begitu, guru dapat Pada bagian ini peran guru sangatlah
memberi bekal atau memberi penyegaran penting guna mempercepat pencapaian ke-
pengetahuan tentang strategi pemecahan masalah mampuan pemecahan masalah siswa. Guru
dan pemahaman konsep-konsep yang telah sebisa mungkin menunjukkan seluruh proses
diberikan sebelum memasuki materi yang yang digunakan dalam memecahkan masalah dan
bersangkutan. Sedangkan siswa dapat membekali menempatkan secara tepat setiap langkah yang
dirinya atau melakukan penyegaran kembali diambil. Guru harus benar-benar menjelaskan
terhadap konsep-konsep yang telah dikuasainya mengapa dan bagaimana langkah-langkah
sebelum memasuki materi tersebut. pemecahan masalah tersebut dilakukan. Guru
Kedua, bagian contoh soal dilengkapi harus memberi pengertian kepada siswa bahwa
dengan dua buah soal yang membahas konsep setelah siswa memahami, siswa tidak harus
yang sama. Pada contoh soal pertama, diberikan menyelesaikan permasalahan dengan cara yang
pembahasan yang tidak terlalu mendetil dalam benar-benar sama sebagaimana contoh yang
langkah-langkah penyelesaian soal. Hal ini diberikan. Sedangkan siswa, selain harus
dimaksudkan agar tibul pertanyaan-pertanyaan memperhatikan, juga harus berusaha untuk
dalam diri siswa tentang mengapa langkah- benar-benar memahami langkah pemecahan
langkah penyelesaian tersebut perlu dilakukan. masalah yang diambil dan alasan-alasan dibalik
Sedangkan pada contoh soal kedua, pembahasan langkah-langkah tersebut. Pada bagian inilah
dibuat lebih mendetil. Pada pembahasan contoh keahlian reasoning siswa akan terbentuk.
soal kedua digambarkan langkah pemecahan Bagian ini perlu karena dalam mening-
masalah dengan sangat cermat sehingga sedekat katkan kemampuan menyelesaikan masalah
mungkin dengan tahap-tahap pemecahan masa- konseptual, diperlukan pengembangan keahlian
lah. Langkah pemecahan masalah tersebut kognitif. Pengembangan keahlian kognitif adalah
meliputi analisis masalah, penerapan strategi komponen yang esensial dalam pendidikan
pemecahan masalah, melakukan penyelesaian, siswa. Ingatan algoritmik saja tidak akan
dan memverifikasi jawaban. Penyelesaian dalam memberi dampak terhadap keahlian ini.
bagian contoh soal kedua menunjukkan seluruh Pengembangan keahlian kognitif harus menjadi
proses yang digunakan dalam memecahkan pusat perhatian karena ia merupakan bagian yang
masalah dan menempatkan secara tepat setiap penting dalam mengembangkan kemampuan
langkah yang diambil (Gilbert, 1980). Pada ”scientific reasoning”. Keahlian reasoning
bagian ini siswa diajak untuk dapat memecahkan adalah kemampuan memberi argumentasi logis
masalah berdasarkan kemampuan yang telah dan menduga kesimpulan berdasarkan bukti,
mereka miliki dan membantu siswa latar belakang, dasar-dasar pengetahuan, dan
mengembangkan kemampuan ”scientific asumsi. Keahlian reasoning yang rendah akan
reasoning”. Dengan cara ini, diharapkan siswa menghambat kemampuan dalam menyelesaikan
tidak mudah kehilangan langkah dalam masalah konseptual. Timbulnya perbedaan antara
menyelesaikan masalah. kemampuan pemecahan masalah konseptual dan
Menurut pengamatan penulis, di dalam algoritmik disebabkan karena keahlian reasoning
sebagian bahan ajar yang telah ada, penyajian yang rendah (Crololice, et al, 2008).
langkah pemecahan masalah pada bagian contoh Ketiga, bagian latihan soal yang dibutuhkan
soal dibuat kurang cermat dan tidak memiliki untuk memberi kesempatan kepada siswa
penjelasan yang gamblang. Langkah pemecahan menerapkan pengetahuan pemecahan masalah
masalah hanya berupa pemilihan rumus dan yang telah dimilikinya. Soal-soal pada bagian ini
penerapannya dalam menjawab soal tanpa dibuat agar dapat meningkatkan kemampuan
memaparkan mengapa rumus tersebut dipilih dan siswa dalam memahami dan menyelesaikan
bagaimana menerapkannya. Langkah penyele- masalah konseptual dan agoritmik. Pemberian
saian masalah yang disajikan hanya merupakan pengalaman pemecahan soal-soal akan dapat
kumpulan simbol dan angka dengan urutan-

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 101


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

menstimulasi kemampuan mereka dan menjadi puan bahasa yang rendah dapat menimbulkan ke-
lebih mahir (Antonenko, 2007). salahan konsep dan akan mengalami kesulitan
Keempat, di dalam bahan ajar tersebut juga dalam menjawab soal-soal berbahasa Inggris.
dikembangkan tipe Context-rich Problems. Agar tujuan ini tercapai, maka bentuk penyajian
Gambaran mengenai perbedaan antara Context- bahan ajar dengan pengantar bilingual meru-
rich Problems dan soal konvensional disajikan pakan hal yang harus diperhatikan.
dalam tabel 1.
Dalam penyusunan context-rich problems Tabel 1. Perbandingan bentuk soal konvensional
digunakan konteks yang sebaiknya berupa isu dan Context-rich Problems
mutakhir, konteks yang menyimpan makna
(mengandung variabel target/ clue), dan kalimat- Soal
Context-rich Problems
kalimat motivasi. Penggunaan item-item kon- konvensional
tekstual akan memberitahukan kompleksitas soal Sebanyak 25,0 Ketika anda menemukan
dan membantu mereka mengkonstruksi pengeta- cm3 larutan larutan pembersih lantai
huannya yang majemuk guna memecahkan asam klorida di kamar mandi, anda melihat
titrasi dengan bahwa larutan tersebut
masalah (Antonenko, et al., 2007). Pada contoh
37,5 cm3 larutan mengandung asam klorida
dalam tabel 1, kalimat pendahuluan merupakan standar yang tidak tertulis
pengenalan konteks masalah yang dekat dengan potasium konsentrasinya pada
dunia nyata siswa. Kemudian pada potongan hidroksida kemasan. Kemudian
kalimat ” ...anda mendapati bahwa indikator (KOH) 0.500 sebanyak 25,0 cm3 larutan
bromtimol biru berubah dari kuning menjadi biru mol/dm3. Hitung pembersih tersebut anda
setelah larutan asam tersebut direaksikan dengan konsentrasi titrasi dengan larutan
....”. Kalimat tersebut adalah konteks yang larutan asam standar potasium
menuntut pengetahuan bahwa kesetimbangan klorida tersebut? hidroksida (KOH) 0.500
reaksi terjadi saat indikator berubah warna. Jadi, mol/dm3 di laboratorium.
Ternyata anda mendapati
kalimat menyimpan makna (inplisit) bahwa
bahwa indikator bromtimol
netralisasi tercapai dan reaksi setimbang.
biru berubah dari kuning
Kemudian pada Latihan nomor 2 pada lam- menjadi biru setelah
piran terdapat penggalan kalimat ” Because of larutan asam tersebut
your interest in the environment and your knowl- direaksikan dengan 37,5
edge of chemistry, you are a member of a Citi- cm3 larutan potassium
zen's Committee investigating. You wondering to hidroksida. Hitung konsen-
know what is the concentration of acid in rain- trasi asam klorida dalam
water of your city….”. Penggalan kalimat terse- larutan pembersih anda
but mengandung konteks dan kalimat motivasi. tersebut?
Dengan hadirnya kalimat motivasi seperti itu, di-
harapkan akan muncul motivasi intrinsik pada Tabel 2. Bentuk penyajian materi dalam bahan ajar
bilingual
siswa yang dapat memfasilitasi perkembangan
intelektual siswa tersebut (Herron, 1996).
Bentuk Bahasa Bahasa
Pada bagian ini, guru dituntut untuk mampu
Penyajian Indonesia Inggris
menjelaskan dan memaknai konteks sehingga
1 Materi A, Materi A,
penyajian konteks akan mempermudah siswa Materi B Materi B
mencapai penafsiran yang tepat terhadap perma- 2 Materi A Materi A,
salahan. Selain itu guru juga perlu memberi Materi B
penekanan motivasi, dengan cerita dan pengeta- 3 Materi A Materi B
huan yang perlu, sehingga tujuan dari hadirnya
kalimat motivasi diharapkan benar-benar terca- Dalam penyajian bahan ajar bilingual, ter-
pai. dapat beberapa bentuk penyajian yang bisa di-
Kelima, bahan ajar ini disajikan dengan kembangkan sebagaimana disajikan pada tabel 2.
pengantar bilingual guna memfasilitasi per- Menurut pengamatan penulis, di pasaran
kembangan kemampuan bahasa siswa sekaligus telah tersedia bahan ajar kimia yang ditulis
mengembangkan kemampuan menyelesaikan dengan pengantar bilingual. Di dalam buku
soal berbahasa Indonesia dan Inggris. Kemam- tersebut materi dan soal disajikan dalam bahasa

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 102


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Indonesia dan secara keseluruhan dialih kesalahan langkah pemecahan masalah yang
bahasakan ke dalam bahasa Inggris (bentuk dilakukan siswa. Kelima, guru harus mampu
penyajian 1 dalam tabel 2). Penyajian ini menjelaskan bagian-bagian materi maupun soal
memiliki kelemahan yakni sangat mungkin yang disajikan dalam bahasa inggris. Keenam,
sekali siswa hanya akan membaca bagian yang guru harus mampu memberi penekanan motivasi.
berbahasa Indonesia saja dan mengabaikan Bahan ajar ini juga dapat digunakan oleh
bagian yang berbahasa Inggris. Untuk mengatasi siswa secara mandiri. Terdapat beberapa hal
masalah ini maka, selain menyajikan dalam penting yang harus diperhatikan siswa agar
bentuk alih bahasa dari bahasa Indonesia ke tujuan pembelajaran menggunakan bahan ajar ini
Inggris, dalam sebagian bahan ajar juga disajikan tercapai dengan baik. Pertama, siswa harus
materi atau soal yang hanya menggunakan memahami strategi pemecahan masalah dan
bahasa Inggris. Dengan cara seperti ini siswa konsep-konsep penting yang dibutuhkan
dituntut untuk membaca bagian yang berbahasa sebagaimana tersaji dalam kotak dialog. Kedua,
Inggris dan berusaha memahami maknanya. siswa harus benar-benar memberi perhatian pada
Di dalam prototype bahan ajar yang penulis langkah-langkah pemecahan masalah dan alasan-
tawarkan telah terdapat bagian pemaparan materi alasan pemilihan pemecahan masalah yang
dan soal yang mengikuti bentuk penyajian ke-2 disajikan. Ketiga, siswa harus mampu
dalam tabel 2. Pengaruh tata susunan materi, memverifikasi jawabannya sendiri. Keempat,
sebagaimana pada tabel 3, terhadap siswa harus memiliki pengetahuan dan
keseimbangan kemampuan bilingual siswa dan memahami makna konteks-konteks yang tersaji
kemampuan menjawab soal-soal baik berbahasa di dalam soal. Kelima, siswa harus memiliki
Indonesia maupun berbahasa Inggris secara kemampuan bahasa inggris yang baik.
simbang, masih memerlukan penelitian intensif Untuk selanjutnya pengembangan dan
lebih lanjut. penyusunan bahan ajar dapat dilakukan dengan
Keefektifan penerapan pembelajaran di metode pengembangan tertentu, misalnya desain
kelas tidak terlepas dari peran guru, demikian instruksional yang dikembangkan oleh
pula dengan kefektifan penerapan bahan ajar. Thiagarajan dkk (1974) yaitu model 4-D.
Terdapat beberapa hal penting yang harus Adapun tahapan dalam model 4-D meliputi tahap
diperhatikan guru untuk efektifitas penggunaan perencanaan (define), perancangan (design),
bahan ajar ini. Pertama, guru harus memberi pengembangan (develop), dan penyebarluasan
penjelasan tentang strategi pemecahan masalah (disseminate). Selain itu juga pengembangan
dan konsep-konsep yang dibutuhkan siswa bahan ajar harus mengacu pada kelayakan isi dan
sebelum memasuki materi. Penjelasan ini bisa kelayakan penyajian buku teks pelajaran
berupa strategi pemecahan masalah dan konsep (Depdiknas, 2008). Setelah pengembangan,
yang baru atau penyegaran strategi dan konsep maka diperlukan juga penelitian lebih lanjut guna
yang telah diketahui siswa sebelumnya. Kedua, mengetahui pengaruh penggunaannya terhadap
guru memberi penjelasan secara cermat dan prestasi belajar, kemampuan menyelesaikan soal
runut tentang bagaimana pemecahan masalah konseptual dan algoritmik, dan kemampuan
dilakukan dan alasan-alasan di balik pemilihan menyelesaikan soal berbahasa Indonesia dan
strategi pemecahan masalah. Ketiga, guru Inggris.
memberi bekal pengetahuan tentang konteks
nyata yang dibutuhkan siswa guna mengem-
KESIMPULAN
bangkan kemampuan pemecahan masalahnya.
Guru terkadang perlu menjelaskan dan Materi-materi pembelajaran kimia larutan
memaknai konteks sehingga mempermudah menuntut kemampuan penyelesaian masalah
siswa mencapai penafsiran yang tepat. Keempat, konseptual dan algoritmik. Akan tetapi, masih
guru memberi kesempatan kepada siswa untuk banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal-soal latihan dengan cara menjawab pertanyaan konseptual dan atau
yang tidak harus benar-benar sama dengan algoritmik. Disisi lain, tuntutan globalisasi
urutan langkah pemecahan masalah yang telah menghendaki siswa dituntut untuk memiliki
dijelaskan. Pada bagian keempat ini, guru harus kemampuan bahasa inggris yang memadai. Akan
mampu menjelaskan makna konteks dalam soal tetapi, pada pembelajaran kimia, siswa masih
yang belum difahami siswa dan mengoreksi memiliki ketidakmampuan menyelesaikan soal-

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 103


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

soal dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris kebutuhan siswa. Pengembangan bahan ajar
secara seimbang. Oleh karena itu, dibutuhkan kimia larutan berdasarkan pendekatan
suatu metode yang dapat mengambangkan pemecahan masalah dengan context-rich
pemahaman konseptual maupun algoritmik serta problems dan pengantar bilingual menjadi salah
menyeimbangkan kemampuan siswa dalam satu solusi. Hasil observasi melalui angket
menyelesaikan soal-soal dalam bahasa Indonesia menunjukkan kabutuhan yang tinggi terhadap
dan bahasa Inggris. bahan ajar yang dimaksud. Di dalam makalah ini
Salah satu pendekatan pembelajaran yang telah dipaparkan tentang prototype bahan ajar
dapat dijadikan alternatif pengembangan yang dimaksud meliputi prinsip perancangan,
pemahaman konseptual dan algoritmik adalah desain, bentuk, dan keunggulannya.
pendekatan pemecahan masalah (Probelm Berdasarkan pembahasan penuliskan
Solving). Strategi pemecahan masalah dalam menyarankan perlunya dilakukan penelitian
pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan tentang pengembangan bahan ajar materi kimia
menerapkan Context-rich Problems. Context-rich larutan berdasarkan pendekatan pemecahan
Problems dimaksudkan untuk mendorong siswa masalah dengan context-rich problems dan
menggunakan suatu strategi pemecahan masalah pengantar bilingual. Pengembangan dapat
yang logis dan terorganisir, sehingga kemam- dilakukan dengan suatu metode tertentu dan
puan reasoning-nya pun meningkat. Sedangkan harus memenuhi kelayakan isi dan kelayakan
untuk mengatasi masalah kemampuan dalam penyajian buku teks pelajaran (Depdiknas,
bahasa, pelaksanaan pembelajaran dapat dila- 2008). Perlu juga dilakukan studi untuk
kukan secara bilingual. mengetahui efektifitas penggunaan bahan ajar
Guru memiliki peran penting dalam tersebut pada prestasi belajar, kemampuan
mengembangakan keahlian pemecahan masalah menyelesaikan soal konseptual dan algoritmik,
dan kemampuan siswa dalam kombinasi dua dan kemampuan menyelesaikan soal berbahasa
bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan bahan ajar Indonesia dan Inggris.
yang dapat membantu peran guru dan memenuhi

DAFTAR RUJUKAN

Adim, M. 2008. Pengaruh Pembelajaran Pemecahan Antonenko, et al., 2007. Understanding Students Path-
masalah terhadap Hasil Belajar Siswa pada Ma- ways in Context-rich Problems. (Online),
teri Hidrolisis Garam pada Siswa Kelas XI (http://groups.physics.umn.edu/physed/Rese
SMAN 2 Malang Tahun Ajaran 2007/2008. arch/CRP/onlineArchive/crow.html, diakses
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia 2 september 2010).
FMIPA Universitas Negeri Malang. Bakar, A. 2006. Pengaruh Remedi Menggunakan Me-
Alfatie,W.G. 2009. Identifikasi Kesulitan Siswa tode Pemecahan masalah dan Tingkat Intelek
Kelas XII IPA-2 MAN MALANG 1 dalam terhadap Hasil Belajar dalam Menyelesaikan
Memahami Materi Kelarutan dan Hasil Kali Soal Konseptual dan Algoritmik pada Topik
Kelarutan(Ksp) serta Pemahaman Materi tersebut Stoikiometri Siswa Kelas II SMA Negeri 4 Ma-
dalam Kehidupan Sehari-hari. Skripsi tidak lang. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program
diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia FMIPA Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.
Universitas Negeri Malang. Bisnis Indonesia, 26 Maret, 2003. Malaysia Kaya
Alp, E., Yilmaz, A., Ertepinar, H., Sungur, S. & Tek- Pendidikan Bertaraf Internasional, hlm. 15, kol.
kaya, C. 2005. A Study on Students' Abilities to 1-5.
Solve Algorithmic and Conceptual Problems on Clark, J. 2000. Calculations in AS/A Level Chemistry.
Chemistry Concepts. American Chemical Soci- London: Pearson Education Ltd.
ety, Aug. 28-Sept. 1.
Colburn, A. 2009. Alternative Conceptions in Chemis-
Arifin, M., Sudja, W.A., Ismail, A.K., Wahyu, W. & try. The Science Teacher, Pg. 10.
Mulyono, H.A.M. 2005. Strategi Belajar
Cracolice, M.S., Deming, J.C., Ehlert, B. 2008. Concept
Mengajar Kimia. Malang: Penerbit Universitas
Learning Versus Problem Solving: A Cognitive
Negeri Malang (UM Press).
Difference. J. of Chem. Edu. vol. 85, No. 6, pp.
Anonym, 2010. Context-rich Problems. (Online), 873-878, Juni 2008.
(http://serc.carleton.edu/sp/library/context_ri
Deming, J.C., Ehlert, B.E. & Cracolice, M.S. 2003. Al-
ch/index.html, diakses 2 september 2010). gorithmic and Conceptual Understanding Differ-
ences in General Chemistry: A Link to Reason-

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 104


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

ing Ability. American Chemical Society , Sep- Kompas, 25 Februari, 2005. Pemerintah Terus Pebaiki
tember 7-11, 2003. Mutu Pendidikan-Sekolaj Didorong Berstandar
Depdiknas. 2007. Pedoman Penjaminan Mutu Internasional, hlm. 21. kol. 8-9.
Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Kompas, 24 Juni, 2009. Waduh, Bahasa Inggris 600
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Guru RSBI Ternyata ”Memble”!, (Online),
Jakarta: Direktorat Jendral Manajemen (http://www.kompas.com, diakses 24 Mei
Pendidkan Dasar dan Menengah. 2010).
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Materi Lin, Q., Paul, K. & Ralph, T. 1996. Numeric and Con-
Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas. ceptual Understanding of General Chemistry at
Gallet, C. 1998. Problem-Solving Teaching in the Minority Institution. J. of Chem. Edu, Oct 1996;
Chemistry Laboratory: Leaving the Cooks…. J. 73, 10; Academic Research Libbrary. Pg. 1003.
of Chem. Edu, Jan 1998; 75,1; Academic Re- Media Indonesia, 15 Oktober, 2002. Kelas Internasional,
search Library. Pg.72. hlm. 7 kol. 5-6.
Gilbert, GL. 1980. How Do I Get the Answer? Problem Nakhleh, M.B. 1993. Are Our Students Conceptual
Solving in Chemistry. J. of Chem. Edu., Vol. 57, Thinker or Alghoritmic Problem Solver? Identi-
No. 1, pp. 79-81, January 1980. fiying Conceptual Students In General Chemis-
Haryati, M. 2007. Model dan Teknik Penilaian pada try. J. of Chem. Edu, Vol. 70, No. 1, pp. 52-55
Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: GP Press. Nakhleh, M.B. Lowrey, K.A. & Mitchel, R.C. 1996.
Heppert, J., Ellis, J., Robinson, J., Wolfer, A. & Manson, Narrowing the Gap Between Concepts and Algo-
S. 2002. Problem Solving in the Chemistry rithms in Freshman Chemistry. Journal of
Laoratory. Journal of College Science Teaching, Chemical Education, Aug 1996; 73,8; Academic
Feb 2002, 31,5, Academic Research Library, pg. Research Library, pg. 758.
322. Nikmah, M. 2009. Analisis Kemampuan Siswa Kelas X
Herron, J. D. 1996. The Chemistry Classroom, Formulas Semester 2 SMAN 5 Malang dalam Menyelesai-
for Successful Teaching. Wachington, D.C: kan Soal-Soal dalam Bahasa Indonesia dan Ba-
American Chemical Society, pg. 88, 247. hasa Inggris untuk Topik Ikatan Kovalen,
Irusti, F.M. 2008. Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa Bentuk dan Kepolaran Molekul. Skripsi tidak
Kelas X Madrasah Aliyah Negeri Jungcangcang diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia FMIPA
Pamekasan 1 Dalam Memahami Konsep Mol. Universitas Negeri Malang.
Skripsi tidak diterbitkan, Malang: Jurusan Kimia Nisak, K. 2010. Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa
FMIPA Universitas Negeri Malang. Kelas Xi Ipa Semester 2 Sma Lab Um Dalam
Jeon, K., Huffman, D., Noh, Teahee. The Effect of Memahami Materi Kelarutan dan Hasil Kali
Thinking Aloud Pair Problem Solving on High Kelarutan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
School Students’ Chemistry Problem-Solving Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri
Pervormance and Verbal Interaction. J. of Chem. Malang.
Edu. vol. 82 No. 10, pp. 1558-1564, Oktober Rahmah, M.O. 2009. Analisis Kesulitan Siswa dalam
2005. Menyelesaikan Soal- Soal Stoikiometri
Joglosemar, 3 November 2009. Guru RSBI Lemah Berdasarkan Tahapan Penyelesaian Soal Kelas X
dalam Penguasaan Bahasa Inggris. (Online), Tahun Ajaran 2008/2009 SMA Negeri 2
(http://www.joglosemar.com, diakses 24 Mei Trenggalek. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
2010). Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri
Malang.
Kaczmarek, K.M. & Orgill, M.K. 2006. General Chem-
istry Students' Perceptions of Buffers and Buffer Ramsen, E.N. 2000. A-Level Chemistry, 4th ed. United
Problems. Abstracts of Papers, 232nd ACS Na- Kingdom: Nelson Thomas (Publishers) Ltd.
tional Meeting, San Francisco, CA, United Ratcliffe, M. 2002. What’s difficult about A-level
States, Sept. 10-14, 2006 (2006), Washington Chemistry. Education in Chemistry, pp. 76-80,
DC: American Chemical Society. May 2002.
Katsberg, S.E. and D’Ambrosio, B., tanpa tahun. The Republika, 13 Oktober, 2009. Penguasaan Bahasa Asing
Role of Contextually-Rich Items in Assesing Guru Dinilai Masih Buruk. (Online),
Student Learning. Indiana University Purdue (http://www.Republika.co.id, diakses 24 Mei
University Indianapolis(IUPUI)-USA. Artikel 2010).
National Council of Teachers of Mathematics, Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajran Berorientasi
National Science Foundation. Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Kean, E. & Middlecamp, C. 1985. Panduan Belajar Ki- Prenada Media.
mia Dasar. Jakarta: PT. Gramedia. Sari, A.N.P. 2007. Identifikasi Pemahaman Konseptual
dan Algoritmik dalam Materi Stoikiometri Siswa

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 105


PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 3
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK
DAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Kelas X SMAK Frateran Malang. Skripsi tidak XI IPA. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program
diterbitkan. Jurusan kimia FMIPA Universitas Pascasarjana, Universitas Negeri Malang.
Negeri Malang. The, Itta. 2007. Kemampuan Berbahasa Inggris Anak
Setyaningsih, S.O. 2008. Kajian Tentang Problem dengan Pembelajaran Bilingual. Jurnal
Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Be- Pendidikan Penabur. No.09, Th. 6.
lajar dan Keterampilan Pemecahan Ma- Triyono, N. 25 Maret, 2009. Sekolah Bertaraf
salah Siswa Kelas XI SMAN 7 Malang Pada Internasional, untuk Apa dan Siapa?.(Online),
Materi Pokok Larutan Penyangga. Skripsi (Error! Hyperlink reference not valid., diakses
tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia FMIPA tanggal 16 april 2010).
Universitas Negeri Malang. Uce, M. 2009. Teaching the Mole Concept Using A
Setyowati, D. 2007. Implementasi Model Problem Conceptual Change Method at College Level.
Based Learning (Pembelajaran Berbasis Education. Summer 2009; 129, 4; Academic Re-
Masalah) dengan Modul Sel Elektrolisis dan search Library. pg. 683.
Korosi di SMA Negeri 3 Jombang. Skripsi tidak Zoller, U., Lubezky, A., Nakhleh, M.B., Tessier, B., and
diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia, FMIPA, Dori, Y.J. 1995. Success on Alghoritmic and
Universitas Negeri Malang. LOCS Vs Vonceptual Chemistry Exam Ques-
Smith, K.J. & Metz, P.A. 1996. Evaluating student un- tions. J. of Chem. Edu, Vol. 72, No. 11, pp. 987-
derstanding of solution chemistry through micro- 989
scopic representations. J. of Chem. Edu.
Easton:Mar 1996. Vol. 73, Iss. 3, p. 233 (1 pp.).
Sulistiana, D. 2008. Kefektifan Penerapan Paduan
Model Pembelajaran Pemecahan masalah dan
Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Ha-
sil Belajar dan Berpikir Kritis Siswa SMA Kelas

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 9 Oktober 2010 106

Вам также может понравиться