Вы находитесь на странице: 1из 16

JETri, Volume 5, Nomor 1, Agustus 2005, Halaman 37 - 52, ISSN 1412-0372

ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN FRAME


RELAY VIRTUAL PRIVATE NETWORK

Yuli Kurnia Ningsih,Indra Surjati & Alfian Noor Faiq*


Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI,Universitas Trisakti

Abstract
Frame relay, according to its name, is a technology that depends on frames that’s being
relayed in a data transmission. This technology is a simplified form of packet switching,
similar in principle to X.25, in which synchronous frames of data are routed to different
destinations depending on header information [Bates,2002:57]. A regular analysis on network
performance and quality must be taken to guarantee certain service level. This task is so
important as frame relay usually carries data on high speed data communication backbone.
The performance analysis from the Frame Relay network will be discussed at the providing
company. Performance analysis is useful to know the quality of service from the Frame relay
network . To analyze the quality of service from the Frame relay network can be seen from the
measurement that can affect the network. There are three measures which can affect the
network significantly such as bus utilization, excess burst percentage and dropped packet
percentage. Those three are closely related and having significant impact on overall frame
relay’s network quality. Based on the results from the networks analyzed shows that it has
enough processing power and bandwidth resources, eventhough nearly 30% of their network
path is under specified service level guarantee. Even so, overall quality of frame relay
network meets the specified service level quality.

Keywords: Frame Relay, Bus Utilization, Excess Burst Percentage, Dropped Packet
Percentage

1. Pendahuluan
Teknologi telekomunikasi berkembang dengan pesat dewasa ini.
Perkembangan teknologi ini sangat berpengaruh di segala aspek kehidupan.
Dunia bisnis merupakan salah satu contoh bidang yang sangat bergantung
akan kemajuan teknologi telekomunikasi. Perusahaan yang mampu untuk
mendapatkan informasi secara lebih cepat dan mengolah data dengan tepat,
maka perusahaan itulah yang akan beradaptasi dan bertahan.

Komunikasi data berkecepatan tinggi harus memiliki tingkat layanan


tertentu (service level guarantee) agar dapat mendukung proses itu. Hingga
saat ini masih banyak perusahaan telekomunikasi yang menggunakan
jaringan leased line, dimana jaringan ini memiliki kelemahan terutama
pemakaian bandwidth yang inefisien. Oleh karena itu untuk mengatasinya
digunakan jaringan Frame relay.

* Alumni Jurusan Teknik Elektro FTI, Universitas Trisakti


JETri, Tahun Volume 5, Nomor 1, Agustus 2005, Halaman 37 - 52, ISSN 1412-0372

Jaringan Frame Relay adalah jaringan berbagi pakai (shared service)


dengan memanfaatkan Permanent Virtual Circuit (PVC) sehingga dapat
menjamin tingkat akses minimum (Committed Information Rate) tertentu
(Black, 1994: 117). Jaringan Frame relay juga dapat menyederhanakan
konfigurasi jaringan serta menurunkan delay time untuk mendukung proses
bisnis.

Selain itu dalam aplikasinya, jaringan Frame relay memberikan


jawaban terhadap kebutuhan kapasitas komunikasi (bandwidth) yang tinggi.

2. Teknologi Frame Relay


Frame Relay, sesuai dengan namanya adalah teknologi yang
mengandalkan frame-frame yang di’relay’ (diteruskan) untuk mengantarkan
data. Frame adalah sebuah paket (packet) data. Paket data sendiri digunakan
ketika data yang hendak dikirimkan melalui jaringan melebihi ketetapan
panjang data maksimum yang bisa dilewatkan.

Pada kondisi itu data kemudian akan dibagi-bagi dalam ukuran yang
lebih kecil (paket data). Paket-paket data tersebut kemudian diberi tambahan
kepala (header) untuk menetapkan alamat (address) tujuan, dan kemudian
ditransmisikan melalui jaringan.

Pengiriman paket-paket data tersebut berlangsung secara independen


satu dengan yang lain, dan masing-masing dapat melalui rute yang berbeda
untuk mencapai tujuannya meskipun berasal dari data sumber yang sama.
Sehingga, dalam sebuah jaringan akan ada banyak jenis paket yang harus
ditransmisikan dari pengirim ke penerima, prinsip ini dikenal sebagai Packet
Switching.(Stalling, 1998: 383).

Frame relay adalah bentuk sederhana dari packet switching,


memiliki prinsip yang sama dengan X.25, dimana frame-frame data secara
synchronous dialirkan ketujuannya masing-masing berdasarkan informasi
yang terdapat pada bagian awal (header) frame. Perbedaan mendasar antara
frame relay dan X.25 menjamin integritas data dan pengendalian aliran data
pada jaringan dengan mengorbankan waktu tunda (delay) yang lebih besar.
Berlawanan dengan hal itu, frmae relay dirancang untuk mengurangi
pemrosesan pada setiap node dengan cara meminimalisasi format & prosedur
yang digunakan. Hal ini dilakukan untuk mengefisienkan waktu proses
(overhead) yang diperlukan pada prosedur penanganan kesalahan (error

38
Yuli Kurnia Ningsihi, Indra Surjati & Alfian Noor Faiq, Analisis Performansi Jaringan Frame Relay

control) dan pengendalian arus data (flow control). Selama proses transmisi
data frame relay berasumsi bahwa perbaikan kesalahan (error correction)
akan dilakukan oleh layer protocol.

Pada Frame Relay berlaku mekanisme bandwidth-on-demand yang


sangat menunjang efektifitas dari Frame Relay. Penggunaan teknik
statistically multiplexing pada jaringan packet switching akan mengatur akses
ke jaringan. Statistically multiplexing teknik penggunaan jaringan yang sama
untuk pengiriman data dari sumber yang bervariasi, karena secara statistik
pemakaian kapasitas jaringan maksimum terjadi tidak secara bersamaan.
Dengan mekanisme tersebut, pengguna jaringan Frame Relay dapat
mengatur kapasitas alokasi bandwidth sesuai kebutuhan. Oleh karena itu,
bandwidth dapat dialokasikan pada pengirim apabila ada data yang akan
dikirim dan memungkinkan efisiensi serta fleksibilitas penggunaan
bandwidth.

Frame Relay mengirimkan paket dalam kumpulan frame-frame yang


berisi data dan header. Informasi header yang terdapat pada setiap frame
digunakan untuk menentukan routing dari data tersebut ke tujuan yang
diinginkan. Adanya informasi header ini juga mengakibatkan setiap stasiun
akhir dapat berkomunikasi dengan tujuan yang berbeda-beda melalui sebuah
jalur akses tunggal yang terhubung ke jaringan.

2.1. Cara Kerja Frame Relay


Frame Relay menggunakan format frame High-Level Data Link
Control (HDLC) dengan panjang sampai dengan 4 kilo bytes. Setiap frame
diawali dan diakhiri dengan flag character (karakter penanda) 7E
hexadecimal. 2 bytes pertama pada setiap frame setelah flag character, berisi
informasi yang dibutuhkan untuk multiplexing pada jaringan. 2 bytes terakhir
selalu berisi informasi Cyclic Redudancy Check (CRC) untuk bytes yang
berada diantara 2 flag character. Diluar bytes khusus tadi, data/informasi
disisipkan pada frame.

Paket-paket kemudian disalurkan melalui satu atau lebih Virtual


Circuit (sirkuit virtual) yang lebih dikenal dengan Data Link Connection
Identifiers (DLCI). Sirkuit virtual menyediakan jalur komunikasi dua arah
dari satu DTE ke DTE yang lain dan menggunakan alamat yang unik disebut
DLCI. Sejumlah sirkuit virtual dapat di multipleks melalui satu jalur fisik
untuk ditransmisikan pada suatu jaringan.

39
JETri, Tahun Volume 5, Nomor 1, Agustus 2005, Halaman 37 - 52, ISSN 1412-0372

Kemampuan ini dapat mengurangi kompleksitas jaringan dan


penggunaan peralatan untuk menghubungkan sejumlah DTE. Sirkuit virtual
pada Frame Relay terbagi dalam dua kategori yaitu Permanent Virtual
Circuit (PVC) yang didefinisikan sebagai rangkaian atau jalur logik titik ke
titik yang terbentuk secara permanen dan Switched Virtual Circuit (SVC)
yang didefinisikan sebagai sambungan logik antara dua titik pada jaringan
yang dapat dibentuk dan diputuskan untuk setiap transmisi.

Pada Frame Relay tidak ada flow control. Tanpa proses flow control,
maka jaringan dengan mudah akan membuang frame-frame yang tidak dapat
dikirimkannya. Akan tetapi, protokol Frame Relay menyertakan aturan untuk
mengendalikan dan meminimalisasi kehilangan frame (frame loss) pada level
pengguna.

2.2. Unjuk Kerja Jaringan Frame Relay


Parameter-parameter yang dapat mempengaruhi penilaian terhadap
unjuk kerja dalam jaringan Frame Relay (Global, 2002: 39), adalah:
a. Access Rate (AR)
Access Rate (AR) atau bisa disebut juga dengan kecepatan akses
merupakan kecepatan maksimum data yang dikirim untuk dapat masuk
jaringan Frame Relay. Kecepatan akses ini berhubungan erat dengan
jaringan fisik yang digunakan. Kecepatan akses dapat pula dipandang
sebagai batasan fisik dukungan kecepatan akses maksimum yang dapat
diberikan.
b. Commited Information Rate (CIR)
CIR didefinisikan sebagai kecepatan throughput dalam satuan bit per
second (bps) yang dijamin oleh jaringan untuk dilewatkan pada kondisi
normal. Besar nilai CIR selalu lebih kecil atau sama dengan besar
kecepatan akses.

CIR ≤ AR (1)

CIR diturunkan dari dua parameter. Parameter pertama adalah


Committed Rate Measurement Interval (Tc). Tc adalah jangka waktu
dilakukannya pengukuran kecepatan transfer. Disini diasumsikan bahwa
nilai Tc lebih atau sama dengan 1 detik. Parameter kedua adalah
Committed Burst Size (Bc). Bc adalah jumlah bit maksimum yang dijamin
oleh jaringan akan dikirimkan selama interval waktu Tc pada kondisi
normal. Nilai CIR diperoleh dengan membagi Committed Burst Size
dengan Committed Rate Measurement Interval.

40
Yuli Kurnia Ningsihi, Indra Surjati & Alfian Noor Faiq, Analisis Performansi Jaringan Frame Relay

Bc
CIR  (2)
Tc

c. Bursting (Lonjakan Data)


Dalam hampir semua komunikasi data terjadi bursting (lonjakan data)
pada saat transmisi. Salah satu keunggulan jaringan Frame Relay adalah
kemampuannya untuk menangani transmisi bursting tersebut jika
bandwidth yang tersedia memungkinkan untuk meneruskan transmisi.
Toleransi nilai bursting dapat didefinisikan oleh parameter yang disebut
dengan Excess Burst Size (Be). Be adalah jumlah bit maksimum diatas
CIR yang akan dicoba untuk diteruskan oleh jaringan pada interval
waktu Committed Rate Measurement Interval. Jika dikirimkan data
dengan kecepatan diatas CIR, maka resiko kegagalan transmisi akan
semakin besar.

Selain itu pada umumnya ada batas maksimum seberapa besar


pengguna dapat mengirimkan datanya pada interval waktu tertentu. Jika
pengguna mengirimkan data lebih dari (Bc + Be) pada interval waktu Tc,
maka frame-frame yang berlebih akan secara langsung dibuang dari jaringan.

Selama ini tidak ada ketetapan standar mengenai nilai Be yang


diperbolehkan. Namun sebagai pedoman, nilai Be biasanya ditetapkan
sebesar selisih antara Bc dan access rate pada interface; sehingga (Bc + Be) /
Tc sama dengan access rate.

 Bc  Be 
 AR (3)
Tc

Untuk selanjutnya, jumlah bursting yang diperbolehkan ditetapkan sebagai


nilai Excess Information Rate (EIR) yang dirumuskan sebagai:

Be
EIR  (4)
Tc

Sehingga dari persamaan 2,3, 4 diperoleh

AR  CIR  EIR (5)

41
JETri, Tahun Volume 5, Nomor 1, Agustus 2005, Halaman 37 - 52, ISSN 1412-0372

2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Unjuk Kerja Jaringan Frame


Relay

2.3.1. Utilisasi Bus


Utilisasi Bus digunakan untuk menilai utilisasi dari perangkat keras
yang digunakan untuk mendukung operasi yang sedang dilakukan jaringan
Frame Relay. Bus utilization diukur sebagai perbandingan antara bus yang
sedang digunakan dengan bus yang dialokasikan untuk perangkat keras yang
bersangkutan.

Sama seperti CIR, nilai utilisasi bus juga diukur selama interval
waktu tertentu (Tc), sehingga nilai utilisasi bus ini selalu berkaitan erat
dengan kondisi jaringan serta performansi yang ada setiap waktu.

2.3.2. Excess Burst Percentage (EBP)


Salah satu keunggulan yang dimiliki oleh jaringan Frame Relay
adalah adanya EIR. Dari sisi pelanggan, keberadaan EIR sangat
menguntungkan karena nilai sewa yang harus dibayar lebih kecil jika
dibandingkan dengan nilai layanan yang diterima. Namun dari segi penyedia
jasa, EIR ini secara tidak langsung membebani jaringan secara keseluruhan.

Hal ini karena pada dasarnya jaringan Frame Relay tidak memiliki
kendali arus data, sehingga berapapun EIR yang dilakukan oleh pelanggan
akan selalu diteruskan selama totalnya masih dibawah access rate yang
tersedia. (persamaan 5).

Akibatnya tentu bisa diduga bahwa ketersediaan kapasitas jaringan


akan menurun dan diperlukan waktu proses (overhead) untuk memberi tanda
bahwa frame-frame yang berlebih akan dibuang. Akibat yang lebih jauh
adalah terjadinya penurunan kualitas jaringan secara keseluruhan yang bukan
tidak mungkin akan dialami oleh pelanggan yang lain.

Oleh karena itu sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan, nilai
excess burst percentage ini tidak boleh lebih dari 98%. Jika lebih dari nilai
yang ditetapkan tersebut, maka pelanggan diwajibkan untuk meningkatkan
nilai CIR dan melakukan konfigurasi ulang untuk nilai CIR yang baru.

Excess Burst Percentage (EBP) dirumuskan sebagai prosentase nilai


dari CIR terhadap Access Rate sehingga dapat dirumuskan:

42
Yuli Kurnia Ningsihi, Indra Surjati & Alfian Noor Faiq, Analisis Performansi Jaringan Frame Relay

AR
EBP = x 100% (6)
CIR

Dimana:
EBP : Excess Burst Percentage
AR : kecepatan akses yang dikirim untuk dapat masuk jaringan
Frame Relay.
CIR : kecepatan throughput yang dijamin oleh jaringan untuk
dilewatkan pada kondisi normal.

2.3.3. Dropped Packet Percentage (D)


Frame Relay yang merupakan penyederhanaan dari proses packet
switching, mentransmisikan data dalam bentuk paket-paket data melalui
jalur dan node-node yang sudah ditetapkan (routing). Frame Relay juga tidak
memiliki protokol untuk perbaikan kesalahan (error control) pada layer fisik
dan menyerahkan sepenuhnya proses tersebut pada layer yang lebih tinggi.
Oleh karena itu sangat penting untuk mengukur berapa banyak paket yang
hilang selama proses transmisi. Dropped packet percentage dirumuskan
sebagai selisih antara jumlah paket yang dikirim dan diterima.

TX  R X
D= x 100% (7)
TX

Dimana:
D , adalah dropped packet percentage
Tx, jumlah paket yang dikirimkan oleh pengirim
Rx, jumlah paket yang diterima oleh penerima

Nilai dropped packet percentage ini erat kaitannya dengan kualitas


jaringan fisik yang digunakan. Jika nilai ini sangat besar, maka proses
transmisi ulang akan terjadi berulang kali dan akhirnya membebani jaringan
dan menurunkan performa secara keseluruhan.

3. Hasil Pengukuran Performansi

3.1. Data Trunk


Penelitian dan pengambilan sampel dilakukan secara langsung pada
sistem pencatat statistik data trunk di salah satu divisi multimedia bagian

43
JETri, Tahun Volume 5, Nomor 1, Agustus 2005, Halaman 37 - 52, ISSN 1412-0372

Frame Relay pada suatu pengelola jaringan telekomunikasi yang ada di


Indonesia. Data yang diambil adalah data sesaat yang menggambarkan
bagaimana kecepatan akses pada tiap-tiap site yang ada, jumlah paket yang
masuk, jumlah paket yang terbuang serta utilisasi perangkat yang sedang
diamati.

Berdasarkan topologi jaringan Frame Relay dapat dilakukan


kompilasi data untuk memperoleh nilai CIR untuk masing-masing path
(jalur). Nilai CIR ini merupakan ketetapan awal saat merancang layanan
frame relaynya.

Dengan adanya ketetapan ini, maka dapat dengan lebih mudah


membuat perencanaan dan pengendalian mutu layanan. Tabel 1 dibawah ini
menunjukkan hasil kompilasi data CIR pada seluruh jalur yang ada.

Tabel 1. Nilai CIR Dari Rekapitulasi Topologi Jaringan Frame Relay

No Originating Remote Component Name CIR (Mbps)

1 TRUNK A /120 EM/KBLP001 TRUNK/00130 0.64


2 TRUNK A /1032 EM/MKSP001 TRUNK/01032 155
3 TRUNK B /140 EM/KBLP001 TRUNK/00142 2
4 TRUNK B /141 EM/KBLP001 TRUNK/00131 1
5 TRUNK C /1032 EM/KT2P001 TRUNK/03032 155
6 TRUNK C /1132 EM/PRXP002 TRUNK/02132 155
7 TRUNK D /100 EM/MN1P001 TRUNK/00210 1.689
8 TRUNK D /110 EM/KBLP001 TRUNK/00400 1.689
9 TRUNK E /3032 EM/PRXP002 TRUNK/02032 155
10 TRUNK E /3132 EM/TANP001 TRUNK/01032 155
11 TRUNK F /130 EM/BJMP001 TRUNK/00120 0.64
12 TRUNK F /131 EM/DPRP001 TRUNK/00141 1
13 TRUNK F /132 EM/MKSP001 TRUNK/00140 0.448
14 TRUNK F /140 EM/PRXP001 TRUNK/00140 155

44
Yuli Kurnia Ningsihi, Indra Surjati & Alfian Noor Faiq, Analisis Performansi Jaringan Frame Relay

Tabel 1 Nilai CIR dari rekapitulasi topologi jaringan Frame Relay (lanjutan)
No Originating Remote Component Name CIR (Mbps)

15 TRUNK F /141 EM/LBGP001 TRUNK/00141 155


16 TRUNK F /142 EM/DPRP001 TRUNK/00140 2
17 TRUNK F /400 EM/JBRP001 TRUNK/00110 1.689
18 TRUNK F /410 EM/MN1P001 TRUNK/00200 1.689
19 TRUNK F /1032 EM/MKSP001 TRUNK/01132 155
20 TRUNK F /1132 EM/SMGP001 TRUNK/01032 155
21 TRUNK F /2132 EM/LBGP001 TRUNK/01032 1.79
22 TRUNK G /3032 EM/GBRP001 TRUNK/01032 155
23 TRUNK G /3132 EM/PRXP002 TRUNK/06032 155
24 TRUNK G/4032 EM/SM1P001 TRUNK/01032 155
25 TRUNK H /140 EM/PRXP001 TRUNK/00112 155
26 TRUNK H /141 EM/KBLP001 TRUNK/00141 155
27 TRUNK H /147 EM/PRXP001 TRUNK/00144 2
28 TRUNK H /1032 EM/KBLP001 TRUNK/02132 1.79
29 TRUNK H /1132 EM/PRXP001 TRUNK/10032 2
30 TRUNK I /100 EM/PBRP001 TRUNK/00210 1.689
31 TRUNK I /110 EM/PRXP002 TRUNK/00330 1.689
32 TRUNK I /120 EM/PBRP001 TRUNK/00230 0.512
33 TRUNK I /140 EM/PRXP001 TRUNK/00130 0.64
34 TRUNK I /142 EM/PBRP001 TRUNK/00131 1.689
35 TRUNK J /140 EM/KBLP001 TRUNK/00132 0.448
36 TRUNK J /1032 EM/BJMP001 TRUNK/01032 155
37 TRUNK J /1132 EM/KBLP001 TRUNK/01032 155
38 TRUNK K /200 EM/KBLP001 TRUNK/00410 1.689

45
JETri, Tahun Volume 5, Nomor 1, Agustus 2005, Halaman 37 - 52, ISSN 1412-0372

Tabel 1 Nilai CIR dari rekapitulasi topologi jaringan Frame Relay (lanjutan)
No Originating Remote Component Name CIR (Mbps)

39 TRUNK K /210 EM/JBRP001 TRUNK/00100 1.689


40 TRUNK L /131 EM/MDNP001 TRUNK/00142 1.689
41 TRUNK L /137 EM/PRXP001 TRUNK/00110 1.854
42 TRUNK L / 200 EM/PRXP002 TRUNK/00310 1.689
43 TRUNK L /210 EM/MDNP001 TRUNK/00100 1.689
44 TRUNK L /220 EM/PRXP002 TRUNK/00320 1.689
45 TRUNK L /230 EM/MDNP001 TRUNK/00120 0.512
46 TRUNK L /240 EM/PRXP001 TRUNK/00600 1.689
47 TRUNK M /132 EM/BKSP001 TRUNK/00140 1.5
48 TRUNK M /133 EM/SMGP001 TRUNK/00140 0.96
49 TRUNK M /140 EM/KBLP001 TRUNK/00140 155
50 TRUNK M /144 EM/LBGP001 TRUNK/00147 155
51 TRUNK M /600 EM/PBRP001 TRUNK/00240 1.854
52 TRUNK M /10032 EM/LBGP001 TRUNK/01132 155
53 TRUNK M /11032 EM/PRXP002 TRUNK/01032 155
54 TRUNK N /300 EM/BKSP001 TRUNK/00200 1.689
55 TRUNK N /310 EM/PBRP001 TRUNK/00200 1.689
56 TRUNK N /320 EM/PBRP001 TRUNK/00220 1.689
57 TRUNK N /330 EM/MDNP001 TRUNK/00110 1.689
58 TRUNK N /1032 EM/PRXP001 TRUNK/11032 155
59 TRUNK N /1132 EM/SMGP001 TRUNK/05032 155
60 TRUNK N /2032 EM/KBBP001 TRUNK/03032 155
61 TRUNK N /2132 EM/GBRP001 TRUNK/01132 155
62 TRUNK N /6032 EM/KT2P001 TRUNK/03132 155

46
Yuli Kurnia Ningsihi, Indra Surjati & Alfian Noor Faiq, Analisis Performansi Jaringan Frame Relay

Tabel 1 Nilai CIR dari rekapitulasi topologi jaringan Frame Relay (lanjutan)
No Originating Remote Component Name CIR (Mbps)

63 TRUNK O /100 EM/SMGP001 TRUNK/00460 1.689


64 TRUNK O /110 EM/YK1P001 TRUNK/00210 1.689
65 TRUNK O /120 EM/SMGP001 TRUNK/00440 1.689
66 TRUNK P /1032 EM/KT2P001 TRUNK/04032 155
67 TRUNK P /1132 EM/TANP001 TRUNK/01132 155
68 TRUNK Q /140 EM/PRXP001 TRUNK/00133 0.96
68 TRUNK Q /400 EM/YK1P001 TRUNK/00200 1.689
69 TRUNK Q /430 EM/YK1P001 TRUNK/00220 1.689
70 TRUNK Q /440 EM/SLOP001 TRUNK/00120 1.689
71 TRUNK Q /460 EM/SLOP001 TRUNK/00100 1.689
72 TRUNK Q /1032 EM/KBLP001 TRUNK/01132 155
73 TRUNK Q /5032 EM/PRXP002 TRUNK/01132 155
74 TRUNK R /1032 EM/KBBP001 TRUNK/03132 155
75 TRUNK R /1132 EM/SM1P001 TRUNK/01132 155
76 TRUNK S /200 EM/SMGP001 TRUNK/00400 1.689
77 TRUNK S / 210 EM/SLOP001 TRUNK/00110 1.689
78 TRUNK S /220 EM/SMGP001 TRUNK/00430 1.689

Berdasarkan data CIR yang ada pada tabel 1, memperlihatkan bahwa


CIR yang ada berkisar antara 448 Kbps sampai 155 Mbps. CIR yang besar
biasanya diimplementasikan pada node-node penghubung yang memiliki
kapasitas proses yang cukup besar.

4. Analisis Performansi Jaringan Frame Relay

4.1. 1. Excess Burst Percentage (EBP)


Seperti diketahui salah satu keunggulan jaringan Frame Relay adalah
kemampuannya untuk mengirimkan data melebihi CIR yang telah ditetapkan.

47
JETri, Tahun Volume 5, Nomor 1, Agustus 2005, Halaman 37 - 52, ISSN 1412-0372

Keunggulan tersebut karena didalam Frame Relay menggunakan Private


Virtual Circuit (PVC) untuk membentuk hubungan antara satu node dengan
node yang lain.

Disini akan dihitung perbandingan antara kecepatan transmisi yang


sedang berlangsung dengan nilai CIR yang ditetapkan, sehingga akan
diperoleh prosentase penggunaan CIR.

Sesuai dengan standar kualitas yang dimiliki , nilai Excess Burst


Percentage (EBP) tidak boleh lebih dari 98%. Jika lebih dari nilai yang
ditetapkan tersebut, maka pelanggan diwajibkan untuk meningkatkan nilai
CIR dan melakukan konfigurasi ulang untuk nilai CIR yang baru.

Oleh karena itu hasil perhitungan untuk seluruh site dapat


dikategorikan menjadi 3 antara lain: EBP < 98 %, yang berarti prosentase
lonjakan masih dalam batas ambang kewajaran.

Kemudian untuk EBP > 100%, yang berarti harus segera diperbaiki
karena lonjakan sudah melewati batas normal. Dan yang terakhir prosentase
lonjakan berada diantara 98 % sampai dengan 100 %. Ini dapat dikatakan
melebihi batas normal, akan tetapi masih dapat ditolerir.

Berdasarkan nilai EBP yang diperoleh, maka dari 82 link (trunk)


yang ada 51,2 % memiliki excess burst percentage dalam batas normal.
Dengan kategori tersebut maka 51,2 % link(trunk) sesuai dengan standar
kualitas layanan yang ditetapkan. Sedangkan 40,2 % dari link(trunk)
mempunyai nilai Excess Burst Percentage (EBP) sekitar 98% - 100%.

Hal tersebut berarti bahwa 40,2 % link-link telah melebihi ambang


batas yang ditetapkan namun masih dapat ditolerir oleh kapasitas trunk. Oleh
karena itu agar tidak menurunkan performansi sistem maka perlu dilakukan
monitoring secara intensif khusus untuk jalur-jalur tersebut.

Kondisi yang perlu segera dilakukan perbaikan adalah pada link


yang memiliki nilai EBP jauh melebihi ambang batas yang ditetapkan yaitu
sebesar > 100% , yaitu sekitar 8,6 % dari link(trunk) yang ada, karena
kondisi yang dialami oleh jalur pada kategori ini tentu menurunkan performa
jaringan Frame Relay yang ada. Perbaikan yang dapat dilakukan antara lain
dengan memindahkan beban dari trunk yang memiliki beban penuh kepada
trunk lain yang masih kosong.

48
Yuli Kurnia Ningsihi, Indra Surjati & Alfian Noor Faiq, Analisis Performansi Jaringan Frame Relay

4.1.2. Bus Utilization


Bus utilization digunakan untuk menilai utilisasi dari perangkat keras
yang digunakan untuk mendukung operasi yang sedang dilakukan jaringan
Frame Relay. Bus utilization diukur sebagai perbandingan antara bus yang
sedang digunakan dengan bus yang dialokasikan untuk perangkat keras yang
bersangkutan.

Pada jaringan frame relay yang ada hanya satu link(trunk) yang
memiliki bus utilization terbesar sebesar 96% (lebih dari 80%) , sehingga
perlu dilakukan optimasi untuk mulai meningkatkan kapasitas pada site
tersebut. Untuk site-site lainnya, bus utilization masih cukup tangguh untuk
mendukung operasional jaringan Frame Relay yang ada.

4.1.3. Dropped packet percentage (D)


Dropped packet percentage (D) menunjukkan prosentase paket yang
dibuang dibandingkan dengan jumlah paket yang diterima. Semakin besar
nilai dropped packet percentage maka kualitas komunikasi akan semakin
jelek. Dalam rangka menuju operator berkualitas internasional, telah
ditetapkan batas atas dan batas bawah dari dropped packet percentage yaitu :

D < 0.09 ‰00 ............................ normal

0.09‰00 < D < 0.9 ‰00 ........... perlu perbaikan

D > 0.9 ‰00 ............................... harus diperbaiki

Link(trunk) yang memiliki dropped packet percentage (D) dalam


batas normal sekitar 57,3 %, kondisi tersebut menunjukkan bahwa tidak ada
paket yang dibuang dan ini sudah berada dalam batas normal sehingga
berdasarkan ketetapan di atas tidak perlu dilakukan suatu perbaikan.
Sedangkan 21,9 % link (trunk) memiliki nilai dropped packet percentage
(D) sebesar 0.09‰00 < D < 0.9 ‰00

Dengan demikian berarti data packet yang dibuang masih dalam


batas kewajaran tetapi sudah melebihi batas yang telah ditentukan sehingga
perlu dilakukan suatu monitoring dan analisis secara intensif agar dapat
diperbaiki. Hal yang perlu segera diperbaiki adalah pada sekitar 20,8 %
link(trunk) yang ada karena data packet yang dibuang sudah melebihi batas
ketentuan.

49
JETri, Tahun Volume 5, Nomor 1, Agustus 2005, Halaman 37 - 52, ISSN 1412-0372

4.2. Analisis Performansi Jaringan Secara Keseluruhan


Dari analisis yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa bus utilities
perangkat pada jaringan Frame Relay sudah optimum dan tidak perlu
ditingkatkan lagi. Memang, ada satu node yang membutuhkan peningkatan
kapasitas bus, namun secara keseluruhan bus yang disediakan sudah cukup.

Nilai excess burst percentage dapat dinyatakan sebagai kemampuan


jaringan untuk dilewati sejumlah data packet yang melebihi CIR yang sudah
ditetapkan. Ternyata bahwa kapasitas trunk terpasang cukup besar, hal ini
mungkin karena investasi jaringan fisik berskala besar jauh lebih murah
dilakukan satu kali ketimbang harus dilakukan secara bertahap.

Dari 82 link access pada setiap node jaringan termasuk backbone,


terdapat 42 link (51,2%) yang masih sesuai dengan standar kualitas layanan
yang ditetapkan, 33 link (40,2%) melebihi ambang batas yang ditetapkan
namun masih dapat ditolerir oleh kapasitas trunk sedangkan 7 link (8,6%)
sisanya jauh melebihi ambang batas yang ditetapkan sehingga jalur-jalur
pada kategori ini harus segera dilakukan perbaikan.

Kepadatan ini berkaitan dengan jam sibuk dan secara keseluruhan


meskipun ada beberapa jalur yang perlu perubahan atau peningkatan
kapasitas, kapasitas yang dimiliki dinilai masih mencukupi.

Ini terlihat dari sedikitnya excess burst percentage yang


membutuhkan penanganan dengan segera. Namun perlu disadari pula, selain
kapasitas fisik yang terpasang cukup besar, ada kemungkinan pelanggan
Frame Relay tersebut masih belum terlalu besar untuk menyerap seluruh
kapasitas yang terpasang. Jika jalur-jalur yang berstatus perlu perbaikan
segera ditangani, maka kualitas pelayanan frame relay tersebut akan semakin
baik.

Pada pengukuran dropped packet percentage, ternyata ada sekitar


57,3 % , trunk yang mengalami kondisi kritis yaitu antara lain 21,9 % yang
memerlukan perbaikan dan 20,8 % trunk yang harus segera ditingkatkan
kualitasnya. Meskipun trunk yang benar-benar kritis hanya sekitar 20,8%
namun kondisi ini menggambarkan kualitas jaringan terpasang belum terlalu
baik.

Ada banyak gangguan yang terjadi di sepanjang trunk yang sudah


terpasang. Gangguan ini akan menyebabkan proses transmisi ulang dan

50
Yuli Kurnia Ningsihi, Indra Surjati & Alfian Noor Faiq, Analisis Performansi Jaringan Frame Relay

membebani jaringan secara keseluruhan. Oleh karena itu trunk-trunk yang


kondisinya kritis harus segera diperbaiki agar kualitasnya semakin baik.

Kemudian berdasarkan hasil analisis performansi dari layanan


Jaringan Frame Relay secara keseluruhan, diperoleh bahwa kemampuan
proses dan ketersediaan bandwidth cukup memadai dan masih mampu
memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan. Namun disisi lain yakni
ada sekitar 30 % jaringan fisik yang masih di bawah tingkat layanan yang
ditetapkan.

5. Kesimpulan
1. Pada pengukuran prosentase bus utilization , 80 % dari semua perangkat
yang ada di 20 site masih dalam kondisi baik dan tidak perlu
peningkatan (upgrade).
2. Berdasarkan perhitungan excess burst percentage , kapasitas jaringan
terpasang masih mencukupi untuk mendukung beroperasinya layanan
jaringan frame relay. Dari 82 link access pada setiap node jaringan
termasuk backbone, terdapat 42 link yang masih sesuai dengan standar
kualitas layanan yang ditetapkan, 33 link yang melebihi ambang batas
yang ditetapkan namun masih dapat ditolerir oleh kapasitas trunk
sedangkan 7 link sisanya jauh melebihi ambang batas yang ditetapkan
sehingga jalur-jalur pada kategori ini harus segera dilakukan perbaikan.
3. Berdasarkan perhitungan dropped packet percentage ada sekitar 20%
jalur yang digunakan banyak mengalami gangguan sehingga
menimbulkan dropped packet ratio yang melebihi standar yang berlaku.
Jalur-jalur ini harus dicek kondisinya secara fisik untuk mengatasi hal
tersebut.
4. Berdasarkan hasil analisis performansi dari layanan Jaringan Frame
Relay secara keseluruhan, diperoleh bahwa kemampuan proses dan
ketersediaan bandwidth sekitar 70 % cukup memadai dan masih mampu
memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan. Namun disisi lain
yakni ada sekitar 30 % jaringan fisik yang masih di bawah tingkat
layanan yang ditetapkan.

Daftar Acuan
1. Bates, Regis J. 2002. Broadband Telecommunication Handbook, 2nd
edition. New York: McGraw Hill.
2. Black, Ulyess. 1994. Frame Relay Networks – Specification and
Implementation, 2nd Edition. New York: McGraw Hill.

51
JETri, Tahun Volume 5, Nomor 1, Agustus 2005, Halaman 37 - 52, ISSN 1412-0372

3. Global Data Network Engineering Group. October 2000. Data


Technology Handbook. Ottawa: Nortel Networks Canada.
4. Stalling, William. 1998. High Speed Networks – TCP/IP and ATM
Design PrinciplesEnglewood Cliff. New Jersey : Prentice Hall.

52

Вам также может понравиться