Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MODUL ( I – II )
MATERI
UNDANG-UNDANG CUKAI
OLEH :
JAKARTA
2006
1
Pengantar Undang-Undang Cukai
MODUL I
PENGANTAR UNDANG-UNDANG CUKAI
KETENTUAN UMUM,
PENERIMAAN NEGARA,
FASILITAS CUKAI DAN
PERIZINAN DI BIDANG CUKAI
DISUSUN OLEH :
JAKARTA 2007
2
Pengantar Undang-Undang Cukai
KATA PENGANTAR
Puji dan puja syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan petunjukNya, sehingga Modul ini dapat kami selesaikan pada waktunya.
Modul ini semoga dapat digunakan oleh Pusdiklat Bea dan Cukai dalam memenuhi
kebutuhannya dalam proses belajar mengajar, terutama bagi Peserta pendidikan dan
pelatihan yang nantinya akan digunakan sebagai bahan ajar.
Modul ini disusun berdasarkan materi yang berkaitan dengan Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2007 sebagai Perubahan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995
tentang Cukai.
dari Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Tim Penyusun Modul dan
kepada semua pihak yang telah berpartisipasi, sehingga Modul ini dapat disajikan
kepada Saudara-saudara sekalian.
Kami menyadari akan keterbatasan sarana dan bahan dalam penyusunan
Modul ini, oleh karena itu kami harapkan masukkan untuk penyempurnaannya dari
Saudara-saudara sekalian.
DAFTAR ISI
3
Pengantar Undang-Undang Cukai
Halaman
Kata Pengantar...................................................................................................... 1
Daftar Isi............................................................................................................... 2
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...................................................................................... 4
1.2. Deskripsi Singkat.................................................................................. 4
1.3. Tujuan Pembelajaran Umum (TIU)...................................................... 5
1.4. Tujuan Pembelajaran Khusus (TIK)…………………………………. 6
4
Pengantar Undang-Undang Cukai
7. Tes Formatif................................................................................................40
8. Kunci Jawaban Tes Formatif....................................................................48
9. Umpan Balik dan Tindak Lanjut..............................................................48
10. Daftar Pustaka............................................................................................48
5
Pengantar Undang-Undang Cukai
Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
dalam melaksanakan tugasnya, didasari pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2006 sebagai Perubahan dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 sebagai Perubahan dari
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai, dimana kedua undang-
undang tersebut merupakan dasar bagi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk
melakukan tugas fungsionalnya dalam pemungutan pajak negara dalam bentuk
Bea Masuk dan Cukai.
Oleh karena itulah para peserta Diklat Tehnis Substantif Dasar I, walaupun hanya
pada tingkat dasar, mereka diberikan materi pelajaran mengenai Pengantar
Undang-Undang Cukai.
Mata pelajaran cukai ini dirancang untuk pegawai atau calon pegawai Bea dan
Cukai sebagai bekal dalam melaksanakan tugas kedinasan. Hal itu dimaksudkan
agar memperlancar tugas pekerjaan Saudara sehari-hari.
Selanjutnya untuk mempermudah mempelajari Modul I ini, Penulis susun dalam
beberapa kegiatan belajar. Adapun kegiatan-kegiatan belajar tersebut, adalah
mengenai :
a. Gambaran umum tentang Cukai ;
b. Ketentuan Umum dan Pengertian ;
c. Penerimaan Negara dari Sektor Cukai ;
d. Fasilitas Cukai ;
e. Perizinan di Bidang Cukai.
Sedangkan kegiatan belajar selanjutnya, dapat dipelajari pada Modul II
berikutnya.
6
Pengantar Undang-Undang Cukai
Gambar 1
9 10
Sanksi, Keberatan dan Ketentuan Pidana dan
Banding Penyidikan
8
Wewenang Pejabat Bea
dan Cukai
5 6 7
Perizinan di Bidang Sistem Pengawasan Ketentuan dan Larangan
Cukai Barang dan Cukai
3 4
Penerimaan Negara dari Fasilitas Cukai
Sektor Cukai
2
Ketentuan Umum dan
Pengertian
1
Gambaran Umum
tentang Cukai
Dengan mempelajari materi pelajaran ini, Peserta Diklat dapat memahami secara
umum mengenai maksud dan tujuan pemungutan cukai.
7
Pengantar Undang-Undang Cukai
Oleh karena itulah Saudara sebagai pegawai Bea dan Cukai, sangatlah penting
bagi Saudara untuk mempelajari dan memahami tentang perundang-undangan
cukai, karena hal ini sangatlah bermanfaat dalam pelaksanaan tugas Saudara
sehari-hari. Pengetahuan cukai yang Saudara pelajari ini baru berada pada tahap
awal dan Saudara diharapkan dapat mengembangkannya lebih lanjut di kemudian
hari.
Namun perlu Penulis kemukakan disini, bahwa ada 2 pasal di dalam Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 2007 yang penting, yang semula tidak ada di dalam
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai, yaitu mengenai adanya :
1. Pasal 64 A, Pasal 64 B, Pasal 64 C, Pasal 64 D dan Pasal 64 E dari Bab
XIII A tentang Pembinaan Pegawai, yang mengatur mengenai :
1) Sikap dan perilaku pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang
terikat pada kode etik yang menjadi pedoman pelaksanaan tugas, dalam hal
bila terjadi pelanggaran terhadap kode etik oleh pegawai Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai akan diselesaikan oleh komisi kode etik.
2) Selanjutnya bila pejabat Bea dan Cukai dalam menghitung atau
menetapkan cukai tidak sesuai dengan undang-undang Cukaii, sehingga
menyebabkan belum terpenuhinya pungutan negara, pejabat Bea dan Cukai
tersebut dikenai sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
3) Begitu juga bila terdapat indikasi tindak pidana di bidang cukai yang
menyangkut pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, maka Menteri dapat
menugasi unit pemeriksa internal di lingkungan Departemen Keuangan untuk
melakukan pemeriksaan pegawai guna menemukan bukti permulaan.
8
Pengantar Undang-Undang Cukai
9
Pengantar Undang-Undang Cukai
bidang cukai, dan/atau pemberantasan barang kena cukai ilegal yang berasal
dari dana bagi hasil cukai hasil tembakau dimaksud diatas, mengindikasikan
adanya penyimpangan pelaksanaan akan ditindaklanjutinya sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
10
Pengantar Undang-Undang Cukai
A. Uraian
11
Pengantar Undang-Undang Cukai
12
Pengantar Undang-Undang Cukai
13
Pengantar Undang-Undang Cukai
• Tembakau Iris adalah : Hasil tembakau yang dibuat dari daun tembakau
yang dirajang, untuk dipakai, tanpa mengindahkan bahan pengganti atau
bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatannya.
• Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya adalah : Hasil tembakau yang
dibuat dari daun tembakau selain yang disebut dalam huruf ini yang
dibuat secara lain sesuai dengan perkembangan tehnologi dan selera
konsumen, tanpa mengindahkan bahan pengganti atau bahan pembantu
yang digunakan dalam pembuatannya.
B. Contoh :
TA 2004 penerimaan negara dari sektor cukai ditargetkan sebesar Rp. 28,4
triliun, sedangkan penerimaan bea masuk hanya sebesar Rp. 11,8 triliun saja ;
TA 2005 penerimaan negara dari sektor cukai ditargetkan sebesar Rp. 32,2
triliun, sedangkan penerimaan bea masuk hanya sebesar Rp. 16,9 triliun saja ;
TA 2006 penerimaan negara dari sektor cukai ditargetkan sebesar Rp. 38,5
triliun.
14
Pengantar Undang-Undang Cukai
15
Pengantar Undang-Undang Cukai
2.2. Latihan 1
16
Pengantar Undang-Undang Cukai
2.3. Rangkuman
Secara ringkas kegiatan belajar ini membahas hal-hal yang dapat penulis
kemukakan adalah sebagai berikut :
1. Latar belakang dibuatnya UU Nomor 11/1995 Jo. UU Nomor 39/2007 adalah
untuk mengganti ordonansi cukai yang lama yang dirasakan sudah ketinggalan
jaman.
2. Cukai berarti pungutan negara terhadap barang-barang tertentu yang produksi
dan pemakaiannya perlu diawasi dan dibatasi.
3. Jenis BKC saat ini ditetapkan ada tiga jenis, yaitu :
a) E.A atau Etanol.
b) M.M.E.A
c) H.T.
4. Penerimaan negara dari sektor cukai ternyata cukup besar, bila dibandingkan
dengan penerimaan negara dari sector bea masuk
5. Dalam pelaksanaan pemungutan cukai, Pemerintah memberikan fasilitas yang
bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
6. Pengawasan dan sanksi perlu diatur secara jelas dan tegas.
17
Pengantar Undang-Undang Cukai
A. Uraian
18
Pengantar Undang-Undang Cukai
2. Pengertian
19
Pengantar Undang-Undang Cukai
BKC berupa Etil Alkohol yang masih terutang cukainya dengan tujuan
untuk disalurkan, dijual atau diekspor.
Contoh : Tempat Penyimpanan Cokvan di Jakarta.
g) Tempat Penjualan Eceran : adalah tempat untuk menjual secara eceran
BKC kepada konsumen terakhir.
Contoh : Warung penjual rokok, bir atau minuman mengandung etil
alkohol lainnya.
h) Dokumen cukai : adalah dokumen yang digunakan dalam rangka
pelaksanaan undang-undang cukai, baik dalam bentuk formulir ataupun
media elektronik.
Contoh : CK.1 adalah dokumen untuk memesan pita cukai hasil tembakau.
i) Daerah Pabean : adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi
wilayah darat, perairan dan ruang udara diatasnya serta tempat-tempat
tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen yang didalamnya
berlaku UU Kepabeanan.
Penjelasan : hal ini penting Saudara ketahui karena pada prinsipnya UU
Cukai berlaku didalam Daerah Pabean.
3.2. Latihan
3.3. Rangkuman
Apa yang Saudara pelajari pada kegiatan belajar 2 ini, dapat penulis rangkum
sebagai berikut :
20
Pengantar Undang-Undang Cukai
21
Pengantar Undang-Undang Cukai
A. Uraian
22
Pengantar Undang-Undang Cukai
1. Pemungutan Cukai
Agar pelaksanaan pemungutan cukai berjalan secara efektif dan efisien, maka
diperlukan dua unsure, yaitu : tarif cukai dan harga dasar.
a) Tarif Cukai
Ada dua macam tarif cukai yang berkaitan dengan kedua hal tersebut diatas,
yaitu :
Harga dasar pada saat ini berdasarkan Harga Jual Eceran (HJE) per
kemasan BKC.
23
Pengantar Undang-Undang Cukai
b) Harga Dasar
2. Jenis Penerimaan
1) Terutang Cukai
Perundang-undangan cukai kita sebagaimana diatur dalam UU Nomor
11/1995 Jo UU Nomor 39/2007, menyatakan bahwa :
• Untuk BKC yang dibuat di Indonesia, saat pemungutan cukai atau saat
terutang cukainya, yaitu pada saat selesai dibuat menjadi BKC ;
24
Pengantar Undang-Undang Cukai
• Sedangkan untuk BKC yang diimpor, saat pemungutan cukai atau saat
terutang cukainya, yaitu pada saat pemasukannya ke dalam Daerah
Pebean Indonesia.
2) Pelunasan Cukai
Pelunasan cukai diatur dalam Pasal 7 UU Nomor 11/1995 Jo. UU Nomor
39/2007, yaitu sebagai berikut :
1. Cukai atas BKC yang dibuat di Indonesia, dilunasi pada saat
pengeluaran BKC dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan ;
2. Cukai atas BKC yang diimpor, dilunasi pada saat BKC diimpor untuk
dipakai.
Bagaimanakah cara pelunasan dimaksud dilaksanakan ?
Cara pelunasan cukai tersebut diatur di dalam pasal 7 ayat (3) UU Nomor
39/2007 dengan tiga cara, yaitu :
a. Pembayaran (untuk Etil Alkohol dan MMEA buatan dalam negeri) ;
b. Pelekatan pita cukai (untuk Hasil Tembakau (HT) dan MMEA impor) ;
c. Pembubuhan tanda pelunasan cukai lainnya.
Ad. a. Pelunasan cukai dengan cara pembayaran dibuktikan dengan
dokumen cukai yang dipersyaratkan. Untuk barang kena cukai yang
dibuat di Indonesia, pembayaran cukainya harus dilakukan sebelum
barang kena cukai dikeluarkan dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan.
Sedangkan untuk barang kena cukai yang di impor, pembayaran cukainya
dilakukan pada saat barang kena cukai di impor untuk dipakai.
Ad. b. Pelunasan cukai dengan cara pelekatan pita cukai dilakukan dengan
cara melekatkan pita cukai yang seharusnya dan dilekatkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Untuk barang kena cukai yang dibuat di
Indonesia, pelekatan pita cukainya harus dilakukan sebelum barang kena
cukai dikeluarkan dari Pabrik. Sedangkan untuk barang kena cukai yang
di impor, pelekatan pita cukainya harus dilakukan sebelum barang kena
cukai tersebut di impor untuk dipakai. Pelekatan pita cukai tersebut dapat
dilakukan di tempat penimbunan sementara (TPS) di Kawasan Pabean,
tempat penimbunan berikat (TPB), atau di tempat pembuatan barang kena
cukai di luar negeri.
25
Pengantar Undang-Undang Cukai
3) Penagihan
Sebagaimana diatur dalam pasal 10 UU Nomor 11/1995 Jo. UU Nomor
39/2007, dinyatakan bahwa penagihan dilakukan atas :
1. Utang cukai yang tidak dibayar pada waktunya ;
2. Kekurangan cukai ; dan/atau
3. Sanksi administrasi berupa denda
Yang dimaksud dengan “utang cukai yang tidak dibayar pada waktunya”,
antara lain adalah :
a. utang cukai yang timbul akibat cukai yang pembayarannya secara
berkala atas BKC pada saat pengeluaran BKC dari Pabrik atau
Tempat Penyimpanan, tidak dibayar sampai dengan jangka waktu
pembayaran berkala berakhir; dan
b. utang cukai yang timbul akibat cukai yang pembayarannya mendapat
penundaan pada saat BKC tersebut diimpor, tidak dibayar sampai
dengan jatuh tempo penundaan berakhir.
Utang cukai, kekurangan cukai dan sanksi administrasi berupa denda
tersebut wajib dibayar paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
diterimanya surat tagihan.
Yang dimaksud dengan ”kekurangan cukai”, antara lain:
a. kekurangan cukai akibat kesalahan hitung dalam dokumen
pemberitahuan atau pemesanan pita cukai; dan
26
Pengantar Undang-Undang Cukai
4) Pengembalian
Sebagaimana Penulis kemukakan dimuka bahwa prinsip UU cukai antara
lain keadilan dalam keseimbangan. Sehubungan hal tersebut maka
berdasarkan pasal 12 UU Nomor 11/1995 Jo. UU Nomor 39/2007 UU,
yaitu sebagai berikut :
a. Terdapat kelebihan pembayaran karena kesalahan perhitungan ;
b. Barang kena cukai diekspor ;
c. BKC yang diolah kembali ke pabrik atau dimusnahkan ;
d. BKC mendapatkan pembebasan cukai sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ;
e. Pita Cukai dikembalikan karena rusak atau tidak dipakai ; atau
27
Pengantar Undang-Undang Cukai
28
Pengantar Undang-Undang Cukai
inipun dapat diperhitungkan dengan utang cukai yang belum dilunasi oleh
Pengusaha bersangkutan.
Pengembalian cukai sebagaimana diatas, dilakukan paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak ditetapkannya kelebihan pembayaran. Apabila
pengembalian cukai dilakukan setelah jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
tersebut diatas, maka Pemerintah memberikan bunga 2 % (dua persen)
perbulan, dihitung setelah jangka waktu tersebut berakhir sampai dengan
saat dilakukan pengembalian.
Dalam pemberian bunga, apabila jangka waktunya kurang dari 1 (satu)
bulan, dihitung 1 (satu) bulan penuh. Misalnya, 7 (tujuh) hari dihitung 1
(satu) bulan penuh ; 1 (satu) bulan 7 (tujuh) hari dihitung 2 (dua) bulan
penuh.
Dalam pelaksanaannya secara teknis pengembalian diatur lebih lanjut oleh
Menteri Keuangan
4.2. Latihan 3
1. Dalam pemungutan cukai, maka faktor yang sangat penting adalah tarif cukai,
oleh karena itu sebutkanlah jenis dari tarif cukai yang dikenal! ;
2. Perusahaan A memproduksi MMEA dengan kadar 1 % dalam satu hari
mencapai 1500 liter. Dikemas dalam kemasan untuk penjualan eceran satu
karton terdiri dari 15 botol @ 1,5 liter. Dengan tarif cukai sebesar Rp. 1.000,-
per liter berapakah cukai yang harus dibayar dalam satu bulan produksi ?.
3. Apa yang Saudara ketahui tentang Harga Dasar Cukai, Jelaskan !.
4. Sebutkan beberapa jenis penerimaan negara dari sektor cukai ?
5. Apa yang dimaksud dengan terutang cukai, pelunasan cukai, penagihan dan
pengembalian cukai, Jelaskan!
4.2. Rangkuman
29
Pengantar Undang-Undang Cukai
30
Pengantar Undang-Undang Cukai
A. Uraian
Di dalam butir 4 (b) mengenai uraian UMUM dari Penjelasan atas Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai, dinyatakan
bahwa materi undang-undang Cukai selain bertujuan membina dan mengatur,
juga memperhatikan prinsip : pemberian intensif yang bermanfaat bagi
pertumbuhan perekonomian nasional. Hal tersebut diwujudkan dalam bentuk
fasilitas pembebasan cukai.
Walaupun pada kegiatan belajar 1 telah disinggung masalah fasilitas cukai ini,
namun untuk mempermudah pemahaman atas fasilitas yang diberikan undang-
undang cukai tersebut, maka Penulis akan jelaskan lebih lanjut dengan
katagori sebagai berikut :
Sebagaimana diatur didalam pasal 4 ayat (1) bahwa : Pada dasarnya cukai
dipungut atas barang kena cukai, baik yang dibuat di Indonesia maupun yang
diimpor. Namun berdasarkan pasal 8 ayat (1) UU Nomor 11/1995 Jo. UU
Nomor 39/2007, menetapkan tentang adanya Cukai Tidak Dipungut atas
Barang Kena Cukai, berupa :
1). a. Tembakau Iris yang dibuat dari tembakau hasil tanaman di Indonesia
yang tidak dikemas untuk penjualan eceran atau dikemas untuk penjualan
eceran dengan bahan pengemas tradisional yang lazim dipergunakan,
apabila dalam pembuatannya tidak dicampur atau ditambah dengan
tembakau yang berasal dari luar negeri atau bahan lain yang lazim
31
Pengantar Undang-Undang Cukai
32
Pengantar Undang-Undang Cukai
33
Pengantar Undang-Undang Cukai
34
Pengantar Undang-Undang Cukai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dikenai sanksi administrasi
berupa denda paling sedikit 2 (dua) kali nilai cukai dan paling banyak 10
(sepuluh) kali nilai cukai yang seharusnya dibayar.
Kalau kita membaca pasal 7 A ayat (1) UU Nomor 11 tahun 1995 Jo. UU
Nomor 39 Tahun 2007, yang menyatakan bahwa : Pelunasan cukai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a, pembayarannya dapat
diberikan secara berkala kepada Pengusaha Pabrik dalam jangka waktu
paling lama 45 (empat puluh lima) hari sejak tanggal pengeluaran barang
kena cukai, tanpa dikenai bunga.
Demikian pula bila kita melihat pada pasal 7 A ayat (2) UU Nomor 11 tahun
1995 Jo. UU Nomor 39 Tahun 2007, yang menyatakan bahwa :
1). Penundaan pembayaran cukai dapat diberikan kepada Pengusaha Pabrik
dalam jangka waktu :
a. paling lama 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal pemesanan pita cukai
bagi yang pelaksanaan pelunasannya dengan cara pelekatan pita cukai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf b ;
b. paling lama 45 (empat puluh lima) hari sejak tanggal pengeluaran barang
kena cukai bagi yang pelaksanaan pelunasannya dengan cara
pembubuhan tanda pelunasan cukai lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (3) huruf c.
2). Penundaan pembayaran cukai dapat diberikan kepada Importir barang
kena cukai dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari sejak
tanggal pemesanan pita cukai bagi yang pelaksanaan pelunasannya dengan
cara pelekatan pita cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)
huruf b.
Yang dimaksud dengan “penundaan” adalah kemudahan pembayaran yang
diberikan kepada Pengusaha Pabrik atau Importir dalam bentuk
penangguhan pembayaran cukai tanpa dikenai bunga.
35
Pengantar Undang-Undang Cukai
Yang dimaksud dengan “sejak tanggal pemesanan pita cukai” adalah tanggal
pendaftaran dokumen pemesanan pita cukai.
Untuk pembayaran secara berkala sebagaimana dimaksud pada ayat butir (3)
diatas Pengusaha Pabrik wajib menyerahkan jaminan. Jaminan dapat
berupa jaminan bank, jaminan dari perusahaan asuransi, atau jaminan
perusahaan (corporate guarantee).
Untuk mendapat penundaan sebagaimana dimaksud pada butir 4 (1) dan (2),
Pengusaha Pabrik atau Importir barang kena cukai wajib menyerahkan
Jaminan yang jenis dan besaran jaminannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri.
Jenis dan besaran jaminan ditetapkan dengan pertimbangan tingkat
kepatuhan dari Pengusaha Pabrik atau Importir barang kena cukai selama
mendapat penundaan. Misalnya, Pengusaha Pabrik atau Importir barang kena
cukai yang tidak pernah melakukan pelanggaran atas penundaannya dapat
menyerahkan jaminan dalam bentuk jaminan perusahaan (corporate
guarantee).
Pengusaha Pabrik yang pelunasan cukainya dengan cara pembayaran berkala
sebagaimana dimaksud diatas yang tidak membayar cukai sampai dengan
jangka waktu pembayaran secara berkala berakhir, wajib membayar cukai
yang terutang dan dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 10%
(sepuluh persen) dari nilai cukai yang terutang.
Pengusaha Pabrik atau Importir barang kena cukai yang mendapat penundaan
sebagaimana dimaksud pada butir 4 (1) dan (2) yang tidak membayar cukai
sampai dengan jatuh tempo penundaan, wajib membayar cukai yang
terutang dan dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 10% (sepuluh
persen) dari nilai cukai yang terutang.
5.2. Latihan
1. Berdasarkan pasal 7 UU Nomor 39 tahun 2007 untuk barang kena cukai yang
dibuat di Indonesia pengeluaran BKC dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan,
bagaimana halnya dengan BKC yang di impor ?, serta bagaimana pula cara
pelunasannya ?. Jelaskan.
36
Pengantar Undang-Undang Cukai
3. Apa yang dimaksud dengan penundaan pembayaran cukai dan berapa lama
jangka waktu penundaan tersebut ?. Jelaskan.
5. Bagaimana cara merusak Etil Alkohol sehingga tidak baik untuk diminum ?.
5.3. Rangkuman
37
Pengantar Undang-Undang Cukai
A. Uraian
2. Bentuk Izin
1) Kewajiban memiliki izin untuk menjalankan kegiatan sebagai Penyalur
sebagaimana dimaksud pada butir (1) huruf d atau Pengusaha Tempat
Penjualan Eceran sebagaimana dimaksud pada butir (1) huruf e berlaku untuk
Etil Alkohol dan Minuman Mengandung Etil Alkohol.
38
Pengantar Undang-Undang Cukai
39
Pengantar Undang-Undang Cukai
40
Pengantar Undang-Undang Cukai
5b) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak dipenuhi,
barang kena cukai sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf d
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
6) Ketentuan mengenai pelunasan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak
berlaku bagi Importir barang kena cukai, Penyalur, dan Pengusaha Tempat
Penjualan Eceran.
7) Setiap orang yang menjalankan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tanpa memiliki izin dikenai sanksi administrasi berupa denda paling sedikit
Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Yang dimaksud dengan "menjalankan kegiatan" adalah segala perbuatan
yang berindikasi ke arah menjalankan kegiatan produksi, penyimpanan,
impor, penyaluran, atau penjualan barang kena cukai.
Sanksi administrasi yang diatur pada ayat ini dikenakan terhadap pelanggaran
yang tidak mengakibatkan kerugian negara.
8) Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah (Peraturan Pemerintah yang berkaitan dengan Perizinan
ini adalah PP No. 25/1996, namun karena berbenturan dengan perundang-
undangan Deperindag, maka dikeluarkanlah PP No. 5/1997).
B. Contoh
6.2. Latihan
41
Pengantar Undang-Undang Cukai
6.3. Rangkuman
7. Test Formatif
Pilihan Ganda
42
Pengantar Undang-Undang Cukai
3. Jenis barang yang termasuk Barang Kena Cukai (BKC) ditentukan dalam
undang-undang, yaitu undang-undang :
a. UU No. 10/1995 `Jo. UU No. 39/2007 pasal 4 tentang cukai
b. UU No. 10/1995 Jo. UU No. 39/2007 pasal 4 tentang kepabeanan
c. UU No. 11/1995 Jo. UU No. 39/2007 pasal 4 tentang cukai
d. UU No. 11/1995 Jo. UU No. 39/2007 pasal 4 tentang kepabeanan
43
Pengantar Undang-Undang Cukai
44
Pengantar Undang-Undang Cukai
10. Tempat, bangunan dan/atau lapangan yang bukan merupakan bagian dari
pabrik yang dipergunakan untuk menyimpan BKC berupa etil alkohol yang
masih terutang cukai dengan tujuan untuk disalurkan, dijual atau diekspor,
adalah definisi dari :
a. Pabrik
b. Tempat Penyimpanan
c. Tempat Penjualan Eceran
d. Daerah Pabean
11. Tempat untuk menjual secara eceran BKC kepada konsumen akhir, adalah
definisi dari :
a. Pabrik
b. Tempat Penyimpanan
c. Tempat Penjualan Eceran
d. Daerah Pabean
45
Pengantar Undang-Undang Cukai
15. Berdasarkan UU Cukai disebutkan bahwa harga dasar berdasarkan Harga Jual
Pabrik (HJP) dan Harga Jual Eceran (HJE), tetapi dalam prakteknya harga
dasar ditetapkan oleh :
a. Menteri Keuangan berdasarkan HJE.
b. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berdasarkan HJE
c. Direktorat Cukai pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berdasarkan HJE
d. Kantor Pelayanan Bea dan Cukai setempat berdasarkan HJE
16. Jenis penerimaan negara dari sektor cukai adalah sebagai berikut :
a. Cukai
b. PPN hasil tembakau
c. Denda Administrasi
d. Pernyataan a, b dan c ditambah uang pengganti ongkos cetak pita cukai
18. Sedangkan untuk Barang Kena Cukai yang di Impor terutang cukai pada saat :
a. Di Impor Untuk Dipakai
b. Di impor untuk di ekspor
c. Pemasukannya ke dalam Daerah Pabean Indonesia
d. Dikonsumsi oleh Konsumen
46
Pengantar Undang-Undang Cukai
20. Etil alkohol dan MMEA buatan dalam negeri cara pelunasannya adalah
dengan cara :
a. Pembayaran
b. Pelekatan pita cukai
c. Pembayaran atau Pelekatan pita cukai
d. Dengan jaminan bank
21. Hasil Tembakau (HT) dan MMEA impor cara pelunasannya adalah dengan
cara :
a. Pembayaran
b. Pelekatan pita cukai
c. Pembayaran atau Pelekatan pita cukai
d. Dengan jaminan bank
22. Sebagaimana diatur dalam pasal 10 UU No. 11/1995 Jo. UU No. 39/2007,
disebutkan bahwa Direktur Jenderal Bea dan Cukai melakukan penagihan
terhadap :
a. Utang cukai yang tidak dilunasi pada waktunya.
b. Kekurangan cukai karena kesalahan perhitungan dalam dokumen
pemberitahuan atau pemesanan pita cukai.
c. Denda administrasi
d. Pernyataan a, b dan c benar.
23. Tagihan atas cukai harus sudah dilunasi paling lambat dalam waktu :
a. 14 (empat belas) hari setelah tanggal diterimanya surat tagihan.
b. 28 (dua puluh delapan) hari setelah tanggal diterimanya surat tagihan.
c. 42 (empat puluh dua) hari setelah tanggal diterimanya surat tagihan.
d. 1 (satu) bulan setelah tanggal diterimanya surat tagihan.
47
Pengantar Undang-Undang Cukai
25. Berdasarkan pasal 8 UU No. 11/1995 Jo. UU No. 39/2007 dinyatakan bahwa
Cukai tidak dipungut terhadap, kecuali :
a. Tembakau iris yang bahan bakunya tembakau tanaman dalam negeri yang
dibuat secara tradisional, dikemas ataupun tidak, bukan disiapkan untuk
penjualan eceran dan minuman mengandung etil alkohol dibuat secara
sederhana oleh rakyat di Indonesia, tidak dikemas untuk penjualan eceran
dan semata-mata untuk mata pencaharian.
b. BKC yang diangkut terus dan diangkut lanjut, BKC yang diekspor dan
BKC yang dimasukkan ke dalam Pabrik atau tempat penyimpanan
c. BKC yang digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong yang hasil
akhirnya merupakan Barang Kena Cukai dan BKC telah musnah atau
rusak sebelum dikeluarkan dari Pabrik atau tempat penyimpanan atau
sebelum diberikan persetujuan impor untuk dipakai.
d. BKC Impor Untuk Dipakai.
26. Pembebasan cukai diatur dalam pasal 9 UU No. 11/1995 Jo. UU No. 39/2007
dapat diberikan atas Barang Kena Cukai :
a. Yang digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam
pembuatan barang hasil akhir yang bukan merupakan BKC, untuk
keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan untuk
keperluan perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas
di Indonesia berdasarkan asas timbal balik.
b. Untuk keperluan tenaga ahli bangsa asing yang bertugas pada badan atau
organisasi intenasional di Indonesia, yang digunakan untuk tujuan sosial.
c. Etil alkohol yang dirusak sehingga tidak baik untuk diminum, MMEA dan
hasil tembakau yang dikonsumsi oleh penumpang dan awak sarana yang
berangkat langsung ke luar Daerah Pabean dan yang dibawa oleh
48
Pengantar Undang-Undang Cukai
27. Pengusaha pabrik atau importir yang melunasi cukainya dengan cara pelekatan
pita cukai, dapat diberi penundaan pembayaran cukai atas pemesanan pita
cukai selama-lamanya tiga bulan sejak dilakukan pemesanan pita cukai.
Pasal tersebut terdapat di :
a. pasal 7 ayat (6) UU No. 11/1995 Jo. UU No. 39/2007
b. pasal 8 ayat (6) UU No. 11/1995 Jo. UU No. 39/2007
c. pasal 9 ayat (6) UU No. 11/1995 Jo. UU No. 39/2007
d. pasal 10 ayat (6) UU No. 11/1995 Jo. UU No. 39/2007
28. Ijin yang diterangkan dalam pasal 14 UU No. 11/1995 Jo. UU No. 39/2007
diberikan kepada :
a. Badan Hukum atau orang pribadi yang berkedudukan di Indonesia ;
b. Badan Hukum atau orang pribadi yang secara sah mewakili badan hukum
atau orang pribadi yang berkedudukan di luar Indonesia ;
c. Setiap perusahaan dibidang BKC ;
d. Pernyataan a dan b benar.
29. Yang wajib memiliki ijin adalah para pengusaha sebagai berikut, kecuali :
a. Pengusaha yang Wajib Memiliki Izin
b. Pengusaha Pabrik Barang Kena Cukai
c. Pengusaha Tempat Penyimpanan BKC
d. Pengusaha Tempat Penjualan Eceran Barang Kena Cukai tertentu.
49
Pengantar Undang-Undang Cukai
1. b 11. c 21. b
2. d 12. d 22. d
3. c 13. d 23. a
4. d 14. a 24. d
5. a 15. a 25. d
6. d 16. d 26. d
7. c 17. b 27. a
8. b 18. c 28. d
9. a 19. d 29. a
10. b 20. a 30. a
50
Pengantar Undang-Undang Cukai
51
Pengantar Undang-Undang Cukai
MODUL II
TEHNIK PERDAGANGAN INTERNASIONAL
PEMBAYARAN
INTERNASIONAL
DISUSUN OLEH :
JAKARTA 2007
52
Pengantar Undang-Undang Cukai
KATA PENGANTAR
Puji dan puja syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan petunjukNya, sehingga Modul ini dapat kami selesaikan pada waktunya.
Modul ini semoga dapat digunakan oleh Pusdiklat Bea dan Cukai dalam memenuhi
kebutuhannya dalam proses belajar mengajar, terutama bagi Peserta pendidikan dan
pelatihan yang nantinya akan digunakan sebagai bahan ajar.
Modul ini disusun berdasarkan materi yang berkaitan dengan Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2007 sebagai Perubahan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995
tentang Cukai.
dari Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Tim Penyusun Modul dan
kepada semua pihak yang telah berpartisipasi, sehingga Modul ini dapat disajikan
kepada Saudara-saudara sekalian.
Kami menyadari akan keterbatasan sarana dan bahan dalam penyusunan
Modul ini, oleh karena itu kami harapkan masukkan untuk penyempurnaannya dari
Saudara-saudara sekalian.
53
Pengantar Undang-Undang Cukai
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar...................................................................................................... 1
Daftar Isi............................................................................................................... 2
2. PENDAHULUAN
2.1. Latar Belakang...................................................................................... 4
2.2. Deskripsi Singkat.................................................................................. 4
2.3. Tujuan Pembelajaran Umum (TIU)....................................................... 5
2.2. Latihan.................................................................................................. 11
2.3. Rangkuman.......................................................................................... 11
54
Pengantar Undang-Undang Cukai
2.3. Rangkuman.......................................................................................... 24
6. Kegiatan Belajar (KB) 5 :
KETENTUAN PIDANA DAN PENYIDIKAN
2.1. Uraian, contoh dan non contoh............................................................ 26
2.2. Latihan................................................................................................. 30
2.3. Rangkuman.......................................................................................... 30
7. Tes Formatif.................................................................................................. 31
10. Kunci Jawaban Tes Formatif........................................................................ 37
11. Umpan Balik dan Tindak Lanjut................................................................... 38
10. Daftar Pustaka............................................................................................... 38
55
Pengantar Undang-Undang Cukai
Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
sejak tahun 2004 telah melakukan reformasi birokrasi secara bertahap dan pada
tahun 2006 telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 sebagai
Perubahan dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan dan
pada tahun berikutnya telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 39 Tahun
2007 sebagai Perubahan dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang
Cukai, dimana kedua undang-undang tersebut merupakan dasar bagi Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai untuk melakukan tugas fungsionalnya dalam pemungutan
pajak negara dalam bentuk Bea Masuk dan Cukai.
Oleh karena itulah para peserta Diklat Tehnis Substantif Dasar I, walaupun hanya
pada tingkat dasar, mereka diberikan materi pelajaran mengenai Pengantar
Undang-Undang Cukai.
Mata pelajaran cukai ini dirancang untuk pegawai atau calon pegawai Bea dan
Cukai, sebagai bekal dalam melaksanakan tugas kedinasan. Hal itu dimaksudkan
agar memperlancar tugas pekerjaan Saudara sehari-hari.
Untuk mempermudah mempelajari modul ini, penulis susun dalam beberapa
kegiatan belajar. Adapun kegiatan-kegiatan belajar tersebut adalah sebagai berikut
:
a. Pembukuan dan Pencacahan ;
b. Ketentuan Larangan ;
c. Wewenang Pejabat Bea dan Cukai ;
d. Sanksi, Keberatan, Banding dan Gugatan ;
e. Ketentuan Pidana dan Penyidikan ;
Dengan demikian pembelajaran kita mengenai Pengantar Undang Undang Cukai
telah selesai. Semoga pembelajaran ini bermanfaat bagi tugas-tugas selanjutnya.
56
Pengantar Undang-Undang Cukai
Gambar 1
9 10
Keberatan, Banding dan Ketentuan Pidana dan
Gugatan Penyidikan
8
Wewenang Pejabat Bea
dan Cukai
5 6 7
Perizinan di Bidang Pembukuan dan Ketentuan Larangan
Cukai Pencacahan
3 4
Penerimaan Negara dari Fasilitas di Bidang
Sektor Cukai Cukai
2
Ketentuan Umum dan
Pengertian
1
Gambaran Umum
tentang Cukai
57
Pengantar Undang-Undang Cukai
Oleh karena itulah Saudara sebagai pegawai Bea dan Cukai, sangatlah penting
bagi Saudara untuk mempelajari dan memahami tentang perundang-undangan
cukai, karena hal ini sangatlah bermanfaat dalam pelaksanaan tugas Saudara
sehari-hari. Pengetahuan cukai yang Saudara pelajari ini baru berada pada tahap
awal dan Saudara diharapkan dapat mengembangkannya lebih lanjut di kemudian
hari.
Pada Modul ke II ini pembahasan akan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995
Jo. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Cukai akan kita lanjutkan,
meliputi pembahasan mengenai :
A. Sistem Pengawasan di Bidang Cukai, yang terdiri dari :
2) Pembukuan dan Pencacahan, merupakan salah satu sistem Pengawasan
Administratif dan Pengawasan Phisik. Karena melalui pembukuan dan
pencatatan yang dilakukan secara tertib dan benar inilah, maka pengawasan
secara phisik melalui pencacahan dapat diterapkan secara menyeluruh dan
maksimal.
3) Ketentuan Larangan yang berkaitan dengan larangan di Pabrik dan Tempat
Penyimpanan dan tempat-tempat lainnya ;
4) Wewenang Pejabat Bea dan Cukai, termasuk Kewenangan Penyidikan dan
Penyitaan ;
5) Sanksi, baik yang berkaitan dengan Sanksi Pidana maupun Sanksi
Administrasi
B. Keberatan, Banding dan Gugatan serta upaya hukum setentangnya,
merupakan hak dari Pengusaha untuk memperoleh keadilan atas penetapan
keputusan yang telah dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai.
58
Pengantar Undang-Undang Cukai
Akhirnya Penulis berharap agar para Peserta Diklat dapat belajar dan bekerja
dengan baik dan bersungguh-sungguh, sehingga memperoleh hasil yang sesuai
dengan harapan yang diinginkan baik oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
maupun bagi diri pribadi Peserta Diklat itu sendiri.
59
Pengantar Undang-Undang Cukai
3. Kegiatan Belajar 1 :
A. Uraian
1. Pengawasan Administratif
Berkaitan dengan pengawasan administratif dimaksud diatas, maka
berdasarkan Pasal 16 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Cukai,
mengatur tentang :
a. Kewajiban Pembukuan :
(1) Pengusaha Pabrik, Pengusaha Tempat Penyimpanan, Importir BKC, atau
Penyalur, wajib menyelenggarakan pembukuan.
60
Pengantar Undang-Undang Cukai
b. Kewajiban Pencatatan :
a) Kewajiban pencatatan bagi Pengusaha Pabrik, adalah :
1. Mencatat ke dalam Buku Persediaan mengenai BKC yang dibuat di
Pabrik, dimasukkan ke Pabrik atau dikeluarkan dari Pabrik.
1. Melaporkan secara berkala kepada Kepala Kantor tentang BKC yang
telah selesai dibuat.
b) Kewajiban pencatatan bagi Pengusaha Tempat Penyimpanan, adalah :
1. Mencatat ke dalam Buku Persediaan mengenai BKC yang dimasukkan ke
atau dikeluarkan dari Tempat Penyimpanan.
2. Melaporkan secara berkala kepada Kepala Kantor tentang BKC yang
dimasukkan ke atau dikeluarkan dari Tempat Penyimpanan.
c) Kewajiban bagi Pejabat Bea dan Cukai adalah sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan Buku Rekening BKC untuk setiap Pengusaha Pabrik
atau Pengusaha Tempat Penyimpanan mengenai BKC tertentu yang masih
terutang Cukai yang berada didalamnya.
2. Mencatat BKC yang masih terutang Cukai ke dalam Buku Rekening BKC,
atas pemberitahuan berkala yang diberitahukan oleh Pengusaha Pabrik dan
atau Pengusaha Tempat Penyimpanan.
Pembukuan wajib diselenggarakan dengan baik yang mencerminkan keadaan
atau kegiatan usaha yang sebenarnya dan sekurang-kurangnya terdiri dari
catatan mengenai harta, kewajiban, modal, pendapatan, biaya, dan arus
keluar masuknya BKC.
61
Pengantar Undang-Undang Cukai
Pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim dipakai
di Indonesia, misalnya berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali
peraturan perundang-undangan di bidang cukai menentukan lain. Hal tersebut
dimaksudkan agar pembukuan yang diselenggarakan dapat dipercaya dan
diandalkan dalam rangka pengawasan terhadap produksi BKC, peredaran
BKC, dan/atau Nilai Cukai yg seharusnya dibayar.
Pembukuan yang diselenggarakan wajib menggunakan huruf latin, angka arab,
mata uang rupiah, serta bahasa Indonesia, atau dengan mata uang asing dan
bahasa lain yang diizinkan oleh Menteri.
Laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar
pembukuan, dan dokumen lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha serta
surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang cukai, wajib disimpan
selama 10 (sepuluh) tahun pada tempat usaha si Pengusaha bersangkutan.
Dalam hal data yang disimpan berupa data elektronik wajib dijaga keandalan
sistem pengolahan data yang digunakan, agar data elektronik yang disimpan
dapat dibuka, dibaca, atau diambil kembali suatu saat.
2. Pengawasan Phisik
Lebih lanjut berkaitan dengan pengawasan Phisik, maka berdasarkan Pasal 16
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Cukai, juga mengatur tentang
:
62
Pengantar Undang-Undang Cukai
B. Contoh
Suatu ketika Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai di Kudus
melakukan operasi pasar atas BKC yang beredar di wilayah kabupaten Kudus
dan sekitarnya. Saat operasi pasar tersebut Tim menemukan adanya Pabrik
Rokok skala kecil yang tidak memiliki NPPBKC. Atas temuan tersebut Tim
menindak lanjutinya sesuai ketentuan yang berlaku.
2.2. Latihan
1. Pengawasan dibidang cukai secara garis besar dibagi menjadi dua, apa saja itu
dan jelaskan !.
2. Siapakah yang wajib melakukan pengawasan administratif ?.
3. Jelaskan tentang kewajiban masing-masing pengawas ?.
3.3. Rangkuman
63
Pengantar Undang-Undang Cukai
Uraian panjang lebar pada kegiatan belajar diatas dapat Penulis rangkum sebagai
berikut :
a. Pengawasan mempunyai fungsi yang sangat penting guna pencapaian sasaran
yang telah direncanakan.
b. Pengawasan dapat dibagi atas dua jenis, yaitu :
1. Pengawasan administrative ;
2. Pengawasan fisik.
c. Yang berkewajiban melakukan pengawasan adminitratif adalah :
1. Pengusaha BKC ;
2. Pejabat Bea dan Cukai dari Kantor Pelayanan setempat.
d. Sedangkan yang berkewajiban melakukan pemeriksaan fisik adalah pejabat
Bea dan Cukai Kantor Pelayanan setempat.
64
Pengantar Undang-Undang Cukai
KETENTUAN LARANGAN
A. Uraian
Bab IX UU No. 11/1995 Jo. UU No. 39/2007 tentang Cukai mengatur secara
khusus mengenai Ketentuan Larangan, yang secara garis besarnya dapat
dibagi atas empat, yaitu :
1. Larangan di Pabrik
65
Pengantar Undang-Undang Cukai
B. Contoh
Suatu ketika Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai di Kediri
melakukan operasi pasar atas BKC yang beredar di wilayah kabupaten Kudus
dan sekitarnya. Saat operasi pasar tersebut Tim menemukan adanya Tempat
Penjualan Eceran Rokok skala kecil yang menyimpan atau menyediakan
pengemas BKC yang telah dipakai dengan pita cukai yang masih utuh.
Atas temuan tersebut Tim menindak lanjutinya sesuai ketentuan yang berlaku.
3.2. Latihan 2
66
Pengantar Undang-Undang Cukai
Materi yang Penulis uraikan panjang lebar pada kegiatan belajar ini dapat di
rangkum sebagai berikut :
a. Larangan adalah sesuatu hal yang harus dihindari, sebab bila dilanggar jelas
ada sanksi atau resikonya yang akan dibebankan kepada yang bersangkutan.
b. Larangan di Pabrik, di Tempat Usaha Importir dan di TPE tidak boleh
menyimpan pita cukai bekas. Larangan ini bertujuan agar pita cukai tersebut
tidak disalahgunakan (pemakaian berulang).
c. Adapun larangan di Tempat Penyimpanan bertujuan untuk mencegah
terjadinya penyalahgunaan fungsi dari Tempat Penyimpanan itu sendiri.
67
Pengantar Undang-Undang Cukai
A. Uraian
Kewenangan Bea dan Cukai diatur pada Bab X dan Bab XIII serta peraturan
perundang-undangan lainnya. Secara garis besarnya kewenangan tersebut
dapat dibagi sebagai berikut :
1. Kewenangan Umum
68
Pengantar Undang-Undang Cukai
2. Kewenangan Khusus
Kewenangan ini biasa disebut juga sebagai kewenangan yuridis. Dapat juga
dikatakan sebagai kewenangan khusus, karena kewenangan ini hanya dimiliki
secara khusus oleh Pejabat Bea dan Cukai tertentu saja, sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan khusus yang mengaturnya. Kewenangan
Khusus ini dapat dibagai atas dua, yaitu :
a. Kewenangan Penyidikan
Berkaitan dengan tindak pidana di bidang cukai, maka sesuai UU No. 8/81
tentang KUHP maka yang berhak memeriksa/menyidik, adalah Penyidik
Pegawai Negeri Sipil Bea dan Cukai (PPNSBC).
PPNS Bea dan Cukai karena kewajibannya berwenang :
1. Menerima laporan atau kereangan dari seseorang tentang adanya tindak
pidana dibidang cukai.
2. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi.
3. Melakukan penangkapan dan penahanan terhadap orang yang disangka
melakukan tindak pidana dibidang cukai.
4. Memotret dan/atau merekam malalui media audio visual terhadap orang,
barang, sarana pengangkut atau apa saja yang dapat dijadikan bukti adanya
tindak pidana dibidang cukai.
5. Memeriksa catatan dan pembukuan yang diwajibkan menurut Undang-
undang ini dan pembukuan lainnya.
6. Mengambil sidik jari orang.
7. Menggeledah rumah tinggal, pakaian dan bahan.
8. Menggeledah tempat atau sarana pengangkut dan memeriksa barang yang
terdapat didalamnya apabila dicurigai adanya tindak pidana dibidang
cukai.
9. Menyita benda-benda yang diduga keras merupakan barang yang dapat
dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana dibidang Cukai.
10. Memberikan tanda mengaman dan mengamankan apa saja yang dapat
dipakai sebagai bukti sehubungan dengan tindak pidana dibidang cukai.
69
Pengantar Undang-Undang Cukai
b. Kewenangan Penyitaan
Berkenaan dengan utang cukai yang seharusnya dilunasi, maka tindak
selanjutnya harus diupayakan penyelesaiannya. Cukai termasuk pajak, yaitu
pajak tidak langsung, maka berdasarkan UU No. 19/97 Jo. UU No. 19/2000
tentang Penagihan Utang Pajak dengan Surat Paksa, hal ini mencakup pula
mengenai utang cukai. Guna melakukan penagihan utang cukai dimaksud,
maka yang berhak melaksanakan penyitaan adalah Juru Sita Bea dan Cukai.
Adapun wewenang Juru Sita Bea dan Cukai, adalah :
i. Menyampaikan Surat Paksa ;
ii. Melaksanakan Penyitaan Barang ;
iii. Melakukan Pencekalan ;
iv. Melakukan Penyanderaan.
Untuk butir iii dan iv diatas diterapkan, bila yang bersangkutan memiliki
utang cukai sebesar Rp. 100,- juta atau lebih dan berikhtikat melakukan
tindakan tidak baik.
Penjelasan singkat :
Pada dasarnya kewenangan umum sebagaimana dimaksud diatas, telah
melekat pada setiap Pejabat/Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, jadi
dalam hal ini tidak diperlukan lagi pengangkatan secara khusus (cukup dengan
Surat Tugas atau Penunjukan saja). Sedangkan untuk kewenangan khusus,
disamping yang bersangkutan harus mengikuti pendidikan khusus, harus
diangkat secara khusus pula berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan khusus yang mengaturnya. Adapun pengangkatan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. PPNS Bea dan Cukai diangkat oleh Menteri Kehakiman dan HAM ;
70
Pengantar Undang-Undang Cukai
2. Juru Sita Bea dan Cukai diangkat oleh Kepala Kantor Pengawasan dan
Pelayanan Bea dan Cukai setempat setelah memenuhi persyaratan tertentu.
B. Contoh
Suatu ketika Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai di Malang
melakukan penagihan atas utang cukai kepada Pabrik Rokok “AA”. Penagihan
tersebut dalam waktu yang telah ditentukan seharusnya sudah dilunasi, namun
karena sesuatu dan lain hal, utang cukai tersebut belum dipenuhi. Berkaitan
dengan masalah tersebut, sesuai denga ketentuan yang berlaku Kepala Kantor
Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Malang, akan menyampaikan
Surat Paksa kepada yang bersangkutan.
3.3. Latihan 3
1. Dalam Undang-Undang No. 11/1995 Jo. Undang-Undang No. 39/2007 tentang
Cukai, pada bab berapakah yang membahas perihal kewenangan bea dan cukai
?.
2. Sebutkan kewenangsn umum dari Pejabat Bea dan Cukai ?
3. Sebutkan kewenangan khusus dari Pejabat Bea dan Cukai ?
4. Sebutkan kewenangan Juru Sita Bea dan Cukai ?
71
Pengantar Undang-Undang Cukai
5. Kewenangan khusus yang dimiliki Pejabat Bea dan Cukai, disamping harus
mengikuti pendidikan khusus (Diklat PPNS), harus pula diangkat secara
khusus pula berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan khusus
yang mengaturnya. Oleh karena itu sebutkan pejabat yang berhak mengangkat
PPNS Bea dan Cukai dan Juru Sita Bea dan Cukai ?.
3.4. Rangkuman
Penjelasan materi yang panjang lebar tersebut diatas dapat penulis rangkum
sebagai berikut :
1. Undang-Undang No. 11/1995 Jo. Undang-Undang No. 39/2007 tentang Cukai
memberi wewenang yang luas kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
untuk melaksanakan undang-undang tersebut.
2. Secara garis besarnya wewenang Bea dan Cukai dapat dibagi atas dua yaitu :
a. Wewenang Umum ;
b. Wewenang Khusus.
3. Kewenangan Umum pada dasarnya dimiliki oleh semua Pejabat Bea dan
Cukai jadi tidak diperlukan pengangkatan secara khusus lagi.
4. Kewenangan Khusus ini disebut juga sebagai Kewenangan Yuridis, karena ada
ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang secara khusus
mengaturnya.
5. Kewenangan khusus ini dibagi atas dua, yaitu :
a. Wewenang Penyidikan
b. Wewenang Penyitaan
72
Pengantar Undang-Undang Cukai
A. Uraian
1. Sanksi
Secara umum Sanksi berarti suatu hukuman atau imbalan berupa beban
yang dikenakan kepada siapa saja yang melalaikan kewajiban atau
mengabaikan larangan. Di dalam UU No. 11/1995 Jo. UU No. 39/2007 ini
sanksi dibagi atas dua bagian, yaitu :
a. Sanksi Administrasi ; berupa denda yang diputuskan oleh Pejabat Bea
dan Cukai.
b. Sanksi Pidana ; bisa berupa pengenaan denda atau bisa berupa
hukuman badan atau bisa juga meliputi keduanya yang diputuskan oleh
Pengadilan Negeri.
Namun yang Penulis akan bahas disini adalah sanksi administrasi berupa
denda, karena hanya sanksi administrasi sajalah yang bisa diajukan
keberatan untuk kemudian diajukan banding, sedangkan sanksi pidana
akan dibahas secara tersendiri pada Bab selanjutnya.
Secara rinci sanksi administrasi berupa denda tersebar dari pasal 7 sampai
dengan pasal 39 UU No. 11/1995 Jo. UU No. 39/2007 yang terdiri dari 17
butir. Untuk lebih jelasnya terlampir daftar perincian sanksi administrasi
tersebut.
73
Pengantar Undang-Undang Cukai
2. Keberatan
74
Pengantar Undang-Undang Cukai
75
Pengantar Undang-Undang Cukai
B. Contoh
Seorang Pengusaha Pabrik Etil Alkohol di Malang mengajukan keberatan
kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai melalui Kepala Kantor
Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai di Malang, atas penetapan
kekurangan cukai dan/atau sanksi administrasi berupa denda, ketika
dilakukan pencacahan persediaan Etil Alkohol yang ada di pabriknya.
Namun atas pengajuan keberatan tersebut, Direktur Jenderal Bea dan
Cukai memutuskan untuk menolak keberatan dimaksud. Karena si
Pengusaha bersangkutan merasa benar atas pembukuan yang dilakukannya
terhadap Etil Alkohol yang ada di pabriknya, maka atas penolakan DJBC
tersebut diatas, Pengusaha bersangkutan mengajukan banding kepada
Pengadilan Pajak di Jakarta.
5.2. Latihan 4
1. Apa definisi dari sanksi dan apa saja sanksi yang diatur dalam UU No.
11/1995 Jo. UU No. 39/2007 tentang Cukai, akan menyampaikan Surat Paksa
kepada yang bersangkutan ?.
2. Sebutkan pasal-pasal yang menjelaskan tentang sanksi-sanksi tersebut dalam
Undang-Undang No. 11/1995 Jo. Undang-Undang No. 39/2007 tentang Cukai
?
3. Upaya hukum dari sanksi tersebut adalah keberatan. Sebutkan pasal-pasal
yang mengatur tentang keberatan pada Undang-Undang No. 11/1995 Jo.
Undang-Undang No. 39/2007 tentang Cukai ?.
4. Siapa saja yang dapat mengajukan keberatan tersebut ?.
5. Apakah yang dimaksud dengan banding, sebutkan pasal-pasal yang mengatur
tentang keberatan pada Undang-Undang No. 11/1995 Jo. Undang-Undang No.
39/2007 tentang Cukai, dan apa bedanya dengan gugatan ?, Jelaskan.
5.3. Rangkuman
76
Pengantar Undang-Undang Cukai
77
Pengantar Undang-Undang Cukai
A. Uraian
Kini tibalah saatnya Saudara sampai pada kegiatan belajar yang terakhir, yaitu
: Ketentuan Pidana dan Penyidikan. Setelah sekian banyak materi pelajaran
yang Saudara telah serap, Penulis yakin Saudara telah banyak menguasai
materi tentang cukai.
Dalam kegiatan belajar ini penulis bagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Ketentuan Pidana
Di dalam UU No. 11/1995 Jo. UU No. 39/2007, kita telah mengenal adanya
dua sanksi di bidang cukai, yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana.
Sedangkan sanksi administrasi telah dibahas di dalam kegiatan belajar 4, maka
pada kegiatan belajar 5 ini, kita akan membahas secara khusus mengenai
sanksi pidana.
78
Pengantar Undang-Undang Cukai
79
Pengantar Undang-Undang Cukai
80
Pengantar Undang-Undang Cukai
2. Penyidikan
a. Pengertian Penyidik
Berdasarkan pasal 1 UU No. 8/1981 tentang Hukum Acara Pidana,
disebutkan bahwa : penyidik adalah pejabat POLRI atau pajabat Pegawai
Negeri Sipil tertentu (PPNS) yang diberi kewenangan khusus oleh UU
untuk melakukan penyidikan.
b. Maksud Penyidikan
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut
cara yang diatur dalam undang-undang Hukum Acara Pidana, untuk
mencari serta mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu membuat terang
tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
e. Penghentian Penyidikan
81
Pengantar Undang-Undang Cukai
6.2. Latihan 5
6.3. Rangkuman
82
Pengantar Undang-Undang Cukai
7. Test Formatif
A. Simaklah dengan baik materi yang terkandung dalam Modul ini.
B. Selanjutnya jawablah pertanyaan-pertanyaan secara spontan, artinya pada
waktu Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak diperkenankan
melihat ke Modul maupun kunci jawabannya, tetapi jawablah menurut apa
yang ada dalam pikiran Anda.
Pilihan Ganda !
1. Pengawasan dibidang cukai secara garis besar dapat dibagi dua, yaitu :
a. Pengawasan Administratif dan Pengawasan Fisik
b. Pengawasan Internal dan Pengawasan Eksternal
c. Pengawasan langsung dan Pengawasan tidak langsung
d. Pengawasan terbuka dan Pengawasan tertutup
83
Pengantar Undang-Undang Cukai
84
Pengantar Undang-Undang Cukai
8. Barang Kena Cukai yang telah dilunasi cukainya atau yang mendapatkan
pembebasan cukai yang kedapatan berada di dalam Tempat Penyimpanan
dapat dianggap sebagai BKC yang :
85
Pengantar Undang-Undang Cukai
9. Ditempat usaha importir BKC yang pelunasan cukainya dengan cara pelekatan
pita cukai dilarang :
a. Menghasilkan barang selain Barang Kena Cukai yang di tetapkan dalam
surat ijin yang bersangkutan.
b. Menyimpan atau menyediakan pita cukai yang telah dipakai.
c. Menyimpan atau menyediakan pengemas BKC yang telah dipakai dengan
pita cukai yang masih utuh.
d. Pernyataan b dan c benar.
10. Di tempat penjualan eceran BKC yang pelunasan cukainya dengan cara
pelekatan pita cukai dilarang:
a. Menghasilkan barang selain Barang Kena Cukai yang di tetapkan dalam
surat ijin yang bersangkutan.
b. Menyimpan atau menyediakan pita cukai yang telah dipakai dengan pita
cukai yang masih utuh.
c. Menyimpan atau menyediakan pengemas BKC yang telah dipakai dengan
pita cukai yang masih utuh.
d. Pernyataan b dan c benar.
11. Wewenang umum dari Pejabat Bea dan Cukai adalah, kecuali:
a. Memeriksa, mencegah dan menyegel BKC, Menggunakan senjata api
dalam bertugas, Meminta bantuan instansi lainnya dan Memeriksa pabrik,
Tempat Penyimpanan dan tempat-tempat lain yang digunakan untuk
menyimpan BKC yang belum dilunasi Cukainya atau memperoleh
pembebasan cukai.
b. Memeriksa Tempat Penjualan Eceran atau tempat-tempat lain yang
didalamnya terdapat BKC, Mengambil contoh Barang Kena Cukai dan
Menghentikan dan memeriksa sarana pengangkut yang mengangkut BKC.
c. Menahan pelaku yang melakukan tindak pidana.
86
Pengantar Undang-Undang Cukai
12. Dikatakan Wewenang khusus adalah wewenang yang dimiliki pejabat Bea dan
Cukai tertentu saja dikarenakan ada Undang-Undang lain khusus
mengaturnya. Wewenang ini biasa disebut juga sebagai :
a. wewenang yuridis
b. wewenang edukatif
c. wewenang eksekutif
d. wewenang advokatif
14. Berkaitan dengan tindak pidana di bidang cukai, maka sesuai UU No. 8/81
tentang KUHP maka yang berhak memeriksa/menyidik adalah :
a. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea dan Cukai (PPNSBC).
b. Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS).
c. Penyidik Polisi Republik Indonesia
d. Penyidik Jaksa Penuntut Umum.
87
Pengantar Undang-Undang Cukai
audio visual terhadap orang, barang, sarana pengangkut atau apa saja yang
dapat dijadikan bukti adanya tindak pidana dibidang cukai.
b. Memeriksa catatan dan pembukuan yang diwajibkan menurut Undang-
undang ini dan pembukuan lainnya; Mengambil sidik jari orang;
Menggeledah rumah tinggal, pakaian dan bahan; Memberikan tanda
mengaman dan mengamankan apa saja yang dapat dipakai sebagai bukti
sehubungan dengan tindak pidana dibidang cukai; dan Menggeledah
tempat atau sarana pengangkut dan memeriksa barang yang terdapat
didalamnya apabila dicurigai adanya tindak pidana dibidang cukai.
c. Melakukan tindakan penyiksaan sebagai sarana mengorek keterangan
dalam penyidikan.
d. Menyita benda-benda yang diduga keras merupakan barang yang dapat
dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana dibidang Cukai;Menyuruh
berhenti seorang tersangka pelaku tindak pidana dibidang cukai serta
memeriksa tanda pengenal diri tersangka; Menghentikan Penyidikan; dan
Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana dibidang cukai menurut hukum yang bertanggung jawab.
16. Berkenaan dengan utang cukai yang harus dilunasi/ditagih, maka sebagai
salah satupajak, yaitu pajak tidak langsung maka UU No. 19/97 jo. UU No.
19/2000 tentang Penagihan Utang Pajak dengan Surat Paksa mencakup pula
utang Cukai. Yang berhak melaksanakan penyitaan adalah :
a. Juru Sita Bea dan Cukai guna melakukan penagihan utang cukai.
b. Juru tagih bea dan cukai guna melakukan penagihan utang cukai.
c. Juru Bayar Bea dan Cukai guna melakukan penagihan utang cukai.
d. Debt Collector swasta guna melakukan penagihan utang cukai.
17. Adapun wewenang juru sita Bea dan Cukai adalah:
a. Menyampaikan Surat Paksa
b. Melaksanakan Penyitaan Barang
c. Melakukan Pencekalan dan Penyanderaan
d. Pernyataan a, b dan c benar
88
Pengantar Undang-Undang Cukai
18. Wewenang khusus disamping harus mengikuti pendidikan khusus harus pula
diangkat secara khusus berdasarkan Undang-Undang khusus yang
mengaturnya. Adapun pengangkatan tersebut adalah sebagai berikut :
a. PPNS Bea dan Cukai diangkat oleh Menteri Kehakiman dan HAM
b. Juru sita Bea dan Cukai diangkat oleh Kepala Kantor Pelayanan Bea dan
Cukai setelah memenuhi persyaratan tertentu.
c. PPNSBC dan Juru sita dilantik oleh Badan Pendidikan dan Latihan Bea
dan Cukai.
d. Pernyataan a dan b benar.
1. a 11. c
2. d 12. a
3. d 13. d
4. d 14. a
5. c 15. c
6. d 16. a
7. d 17. d
8. a 18. d
89
Pengantar Undang-Undang Cukai
9. d 19. d
10. d 20. b
90
Pengantar Undang-Undang Cukai
91