Вы находитесь на странице: 1из 8

Harmonisasi Penataan Ruang, Sumberdaya Alam

Dan Penggunaan Lahan


Penanganan konflik dan permasalahan terhadap kerangka harmonisasi
penataan ruang, sumberdaya alam dan penggunaan lahan dirasakan
menjadi beban berat bagi daerah dalam mewujudkan pembangunan yang
berkesinambungan dan berkelanjutan, khususnya dalam menerapkan
Otonomi Daerah.

Eko Subhan

http://protonomi.co.cc
Harmonisasi Penataan Ruang, Sumberdaya Alam Dan
Penggunaan Lahan
Eko Subhan1

Dengan melihat kembali kebutuhan daerah terhadap bantuan dalam penanganan


konflik dan permasalahan terhadap kerangka harmonisasi penataan ruang, sumberdaya
alam dan penggunaan lahan, baik yang dilihat dari perkembangan dan fenomena
pembangunan maupun berdasarkan aspirasi daerah, serta mengacu pada bentuk konflik
dan permasalahan yang ditelusuri, maka dapat dirasakan beban berat daerah dalam
mewujudkan pembangunan yang berkesinambungan dan berkelanjutan, khususnya
dalam menerapkan Otonomi Daerah sesuai dengan yang diamanatkan dalam UU No. 22
Tahun 1999.
Oleh karena itu keberadaan dan peran sebuah lembaga yang dapat membantu
dalam mengharmonisasikan penataan ruang, sumberdaya alam dan penggunaan lahan
diperlukan sebagai upaya percepatan menuju tercapainya kemandirian daerah, pola
kemitraan (oleh segenap pelaku pembangunan), dan sinergi pembangunan lintas
wilayah dan lintas sektoral, seiring dengan perkembangan dan tuntutan zaman atas
adanya era globalisasi dan perdagangan bebas.
Keberadaan Lembaga koordinasi harmonisasi yang menyangkut pengertian, maksud
dan tujuan, kedudukan, tugas pokok, fungsi, keanggotaan dan pembiayaan akan
dirumuskan sebagai berikut:

Keberadaan (Profil) Lembaga Koordinasi Harmonisasi Penataan Ruang, Sumberdaya


Alam Dan Penggunaan Lahan

No. Perihal Penjelasan


1. Pengertian Lembaga koordinasi harmonisasi adalah lembaga
koordinasi harmonisasi penataan ruang, sumberdaya
alam dan penggunaan lahan, dengan nama
sementara adalah Tim Koordinasi Penataan Ruang
(TKPR)
2. Maksud dan Tujuan a. Maksud; untuk memantapkan koordinasi dan
harmonisasi penataan ruang, sumberdaya alam
dan penggunaan lahan,
b. Tujuan; untuk membantu pemerintah
(pusat/propinsi/kabupaten/kota) dalam
mengambil keputusan berkaitan dengan
kebijaksanaan harmonisasi pemanfaatan lahan,
pemanfaatan sumberdaya alam dan penataan
1
BKTRN-KLH, 2000-2001

1|EkoSubhan http://protonomi.co.cc
No. Perihal Penjelasan
ruang.
3. Kedudukan a. Dalam melaksanakan tugasnya TKPR tidak
bertanggung jawab secara struktural pada
pemerintahan kabupaten/kota,
b. TKPR merupakan kepanjangan tangan dari BKTRN
di tingkat kabupaten/kota.
4. Tugas Pokok a. Merumuskan dan mengkoordinasikan penyusunan
kebijakan di tingkat propinsi maupun pusat dalam
harmonisasi penataan ruang, sumberdaya alam
dan penataan ruang, dengan memperhatikan
penataan ruang di tingkat kabupaten/kota,
b. Mengkaji dan memberikan saran kepada
Bupati/Walikota terhadap konflik dan
permasalahan yang timbul dalam harmonisasi
penataan ruang, sumberdaya alam dan penataan
ruang.
5. Fungsi a. Koordinasi
b. Penanggulangan
c. Fasilitasi
d. Pembinaan (Konsultasi)
6. Keanggotaan a. Perwakilan BKTRN
b. Perwakilan departemen/dinas/instansi terkait
langsung
c. Ka. Bappeda propinsi dan Kabupaten/Kota
d. Kakanwil/Ka.Kantor/Ka Dinas Pertanahan
e. Ka Bapedalda di Propinsi dan Kabupaten/Kota
f. Perwakilan pemerintah propinsi/kabupaten/kota
7. Pembiayaan a. APBN, atau
b. APBN dan Dana Penyertaan dari APBD

Dalam kaitannya dengan lingkup penanganannya (menanggulangi dan


menjembatani konflik kepentingan serta ketidakmampuan daerah) maka lembaga
koordinasi harmonisasi atau yang sementara ini kita namakan Tim Koordinasi Penataan
Ruang (TKPR) yang diklasifikasikan ke dalam 2 hirarki TKPR, yang dibentuk berdasarkan
lingkup wilayah dan penanganan. Penetapan lingkup wilayah dan penanganan
didasarkan atas pemikiran sebagai berikut :
1. Keberadaan lembaga baik dari sisi tingkatan dan jumlahnya harus memenuhi kaidah
efektif dan efesien baik dari sudut pandang kelembagaan, bidang penanganan,
operasional dan pembiayaan. Untuk itu pembentukan TKPR ditingkat
kabupaten/kota saat ini dinilai kurang sesuai, karena menyulitkan koordinasi dan
operasional, disamping sangat berpotensi terhadap terjadinya pemborosan tenaga
dan biaya.

2|EkoSubhan http://protonomi.co.cc
2. Upaya pembentukan TKPR ini merupakan upaya membangkitkan kembali fungsi dan
peran lembaga koordinator penataan ruang, baik ditingkat pusat maupun regional.
Sehingga dalam masa tahap awal ini orientasi kegiatan lebih difokuskan pada
penemuan mekanisme kerja dan pelayanan serta bidang penanganan yang sesuai
berdasarkan kebutuhan daerah. Untuk itu pembentukan lembaga TKPR didasarkan
atas kepentingan penemuan format manajemen pelayanan yang efektif, efesien
dan terpadu, dengan merintis penempatan lembaga-lembaga TKPR pada wilayah-
wilayah prioritas (yang akan ditetapkan berdasarkan kajian lebih lanjut).

Penglasifikasian TKPR dalam harmonisasi penataan ruang, sumberdaya alam dan


penggunaan lahan, adalah sebagai berikut :

Hirarki, Lingkup Wilayah Dan Lingkup Penanganan Lembaga Koordinasi (TKPR)


Harmonisasi Penataan Ruang, Sumberdaya Alam
dan Penggunaan Lahan

Hirarki Lingkup Wilayah Lingkup Penanganan


TKPR I Nasional a. Konflik Lintas Wilayah
(BKTRN) b. Konflik Lintas Sektoral
c. Peningkatan Kapasitas dan Kemampuan
Daerah
TKPR II Regional a. Konflik Lintas Wilayah
b. Konflik Lintas Sektoral
c. Peningkatan Kapasitas dan Kemampuan
Daerah

Secara skematik hirarki dan lingkup wilayah penanganan lembaga koordinasi atau
TKPR dalam harmonisasi penataan ruang, sumberdaya alam dan penggunaan lahan
dapat digambarkan sebagai berikut :

3|EkoSubhan http://protonomi.co.cc
Gambar 1. Hirarki Dan Lingkup Wilayah Penanganan Lembaga Koordinasi (Tkpr)
Harmonisasi Penataan Ruang, Sumberdaya Alam
dan Penggunaan Lahan

P1 P2 P3
..… TKPR I (BKTRN)

K1 K2 K3
..… TKPR II

Keterangan :
P1,2,3 = Propinsi 1,2,3
K1,2,3 = Kabupaten /Kota 1,2,3

TKPR tingkat pusat akan melakukan pelayanan di tingkat nasional (antar propinsi),
sedangkan TKPR tingkat regional akan melakukan pelayanan dan penanganan di tingkat
regional (antar kabupaten/kota).
Dalam pembentukan TKPR II dengan lingkup wilayah regional dan lingkup pelayanan
lintas wilayah dan lintas sektoral, terdapat kesulitan dalam menentukan batas lingkup
wilayah penanganannya, karena banyaknya pertimbangan khususnya yang berhubungan
dengan kaitan fisiografis, politis, ekonomis, sosial budaya dan ekologis seiring dengan
beban yang harus terakomodasi dalam kegiatan harmonisasi penataan ruang,
sumberdaya lahan dan penggunaan lahan.
Berdasarkan 4 pendekatan yang dapat dijadikan landasan dalam pembentukan
TKPR di tingkat regional, dapat disimpulkan bahwa Pendekatan Wilayah Administrasi
Propinsi merupakan bentuk pendekatan yang paling sesuai untuk digunakan pada saat
ini. Kesesuaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Dukungan peraturan perundangan di tingkat pusat yang memudahkan administrasi,
operasional dan koordinasi antar wilayah-wilayah yang menjadi bagian dari TKPR
regional.
2. Pendekatan wilayah administrasi secara umum dapat mengakomodasi kepentingan-
kepentingan yang menjadi dasar dari pendekatan-pendekatan lain, melalui
dukungan peraturan perundangan yang ada, baik dalam hal pengelolaan lingkungan
hidup dan sumberdaya, perimbangan keuangan pusat dan daerah, rencana tata
ruang, dan lain-lain serta dukungan kelembagaan, infrastruktur dan tenaga
operasional.
3. Dapat mengoptimalkan peran propinsi dalam pembangunan daerah, yaitu dalam
mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya secara berkelanjutan, dalam mengawasi
perkembangan pembangunan di daerah menurut arahan pembangunan nasional
dan regional, dalam meningkatkan koordinasi antar daerah dan antar stake holders.

4|EkoSubhan http://protonomi.co.cc
Hal ini akan dapat meningkatkan ketergantungan dan kepercayan daerah terhadap
peran propinsi apabila hal-hal diatas dapat ditanggulangi melalui manajemen yang
baik dan profesional. Keuntungan lain yang didapatkan adalah meningkatnya
mekanisme keterhubungan struktur pemerintahan pusat-propinsi-kabupaten/kota.
4. Dari sudut mekanisme pengawasan pembangunan, peran lembaga propinsi sebagai
kepanjangan tangan dari Pemerintah Pusat di Daerah, memberikan peluang untuk
TKPR bergerak secara leluasa. Hal ini sekaligus memberikan jawaban atas
kelangkaan lembaga pengawas dan evaluator pemanfaatan lahan, pemanfaatan
SDA, dan penataan ruang di Daerah.
5. Dalam kaitannya dengan penyelesaian konflik pemanfaatan ruang, pemanfaatan
lahan, dan pengelolaan SDA, lembaga TKPR di tingkat Propinsi dapat secara
langsung mengembangkan kinerja vertikal ke Pusat, sehingga keputusan yang
diambil dalam penyelsaian konflik dapat berlaku melalui regulasi yang sangat kuat
dan mengikat.

Setelah TKPR ditetapkan untuk menanggulangi dan menjembatani kegiatan


harmonisasi penataan ruang, sumberdaya alam dan penggunaan lahan atas suatu
wilayah tertentu, maka TKPR akan melakukan tugasnya sebagai berikut:
1. Melakukan koordinasi dan pembinaan terhadap pemerintah daerah yang berada
dalam wilayah penanganannya dalam kerangka harmonisasi penataan ruang,
sumberdaya alam dan penggunaan lahan,
2. Mencermati kondisi wilayah guna mengontrol dan mengawasi aktivitas
pembangunan dalam kerangka harmonisasi penataan ruang, sumberdaya alam dan
penggunaan lahan,
3. Menindaklanjuti bentuk-bentuk konflik dan permasalahan yang terjadi di Daerah
berdasarkan prosedur-prosedur yang dirumuskan dan ditetapkan dalam kerangka
harmonisasi penataan ruang, sumberdaya alam dan penggunaan lahan.

5|EkoSubhan http://protonomi.co.cc
Mekanisme Kerja Tim Koordinasi Penataan Ruang Dalam Kerangka Harmonisasi
Penataan Ruang, Sumberdaya Alam dan Penggunaan Lahan


Pengaduan
TKPR I (BKTRN)
Masalah

Wilayah A
K2
TKPR II Wilayah A
K3
K1
Keterangan : Pembahasan
K1,2,3 = Kabupaten/Kota1,2,3

Kesepakatan

Pelaksanaan

Secara umum mekanisme dalam memanfaatkan TKPR untuk menangani


permasalahan di daerah adalah sebagai berikut :
1. Daerah dalam suatu wilayah penanganan tertentu bersangkutan mengajukan
pengaduan atas permasalahan sesuai dengan kebutuhan, kepada TKPR di wilayah
setempat.
2. Pengaduan masalah diterima oleh lembaga TKPR, selanjutnya akan dibahas dan
ditelaah. Hasil penelaahan akan disampaikan kembali ke pihak-pihak yang
mengadukan.
3. Setelah hasil penelaahan diterima dan dipelajari oleh pihak pengadu, maka TKPR
akan memfasilitasi pertemuan dan pembahasan dengan pihak pengadu serta pihak-
pihak yang berkepentingan (sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan), sehingga
mencapai kesepakatan dari pihak-pihak yang terlibat.
4. Hasil kesepakatan akan direalisasikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam
permasalahan dibawah pengawasan dan pembinaan TKPR, menurut waktu dan
kapasitas yang telah disepakati.
5. Apabila realisasi hasil kesepakatan belum menunjukkan perbaikan hasil yang
signifikan atau apabila pihak pengadu merasa bahwa permasalahan belum
terselesaikan, maka pihak pengadu dapat mengadukan kembali permasalahannya
berdasarkan mekanisme awal.

Dalam masa kerjanya TKPR II dapat melakukan koordinasi dengan TKPR I (BKTRN),
baik pada saat penanggulangan konflik atau permasalahan harmonisasi maupun pada

6|EkoSubhan http://protonomi.co.cc
saat melakukan pembinaan dan pengawasan harmonisasi penataan ruang, sumberdaya
alam dan penggunaan lahan di daerah. Apabila TKPR atas wilayah tertentu (setempat)
tidak dapat menuntaskan konflik dan permasalahan yang terjadi, maka TKPR setempat
harus melaporkan dan meminta bantuan pada TKPR yang kedudukan/hirarkinya lebih
tinggi.
Adapun bentuk kelembagaan dari TKPR dalam kerangka kelembagaan di Daerah
seharusnya dapat bersifat fleksibel dan bersifat ad hoc, akan tetapi keputusan dari TKPR
ini harus dapat disyahkan dan menjadi bagian dari keputusan bersama dan mengikat
bagi setiap Pemda yang berada di dalam wilayah yurisdiksi TKPR.

--- 000 ---

7|EkoSubhan http://protonomi.co.cc

Вам также может понравиться