Вы находитесь на странице: 1из 24

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan nasional dilaksanakan pada segala bidang, dan salah satu
bidang yang tak kalah pentingnya dari bidang lain adalah bidang kesehatan.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
Indra penglihatan merupakan panca indra yang sangat penting dan besar
pengaruhnya terhadap proses peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja
manusia. Hal ini erat kaitannya dengan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) serta kualitas harapan hidup, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan
masyarakat serta mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat.
Mata membutuhkan sejumlah tekanan tertentu agar dapat berfungsi baik. Pada
beberapa orang, tekanan bola mata ini dapat meninggi sehingga menyebabkan
kerusakan pada saraf optik yang mengakibatkan gangguan pada sebagian atau seluruh
lapang pandang atau buta. Kerusakan saraf optik ini dapat berupa penyakit
glaukoma.
Berdasarkan hasil survey World Health Organisation (WHO), pada tahun
1990 terdapat 38 juta penderita kebutaan, sedangkan pada tahun 1996 meningkat
menjadi 45 juta penderita kebutaan.Angka kebutaan Bangladesh pada tahun 1996 tercatat
1% dari jumlahpenduduk, Myanmar 0,9% dari jumlah penduduk, Bhutan 0,8% dari
jumlahpenduduk, India 0,7% dari jumlah penduduk, Srilangka 0,5% dari jumlah
penduduk,Korea selatan 0,4% dari jumlah penduduk, Thailand 0,3% dari jumlah
penduduk.
Berdasarkan Survey Departemen Kesehatan pada tahun 1982 angka kebutaan
Indonesia tercatat 1,2% dari jumlah penduduk, sedangkan pada tahun 1996
meningkat menjadi 1,5% dari jumlah penduduk.
Berdasarkan hasil survey World Health Organisation (WHO), penyebab
utama kebutaan tahun 2002 adalah katarak (47,8%), glaukoma (12,3%), penyakit
yang berhubungan dengan degeneratif (8,7%), corneal opacities (5,1%), diabetes
retinopathy (4,8%), trakhoma (3,6%), lain-lain (17,6%).
Prevalensi (angka kejadian) glaukoma tahun 1996 di beberapa negara, seperti
di Amerika Serikat 0,27% hingga 5,6%, Swedia 0,86%, Inggris 0,64%, dan Jamaika
1,4%.
Berdasarkan Survey Kesehatan Indra tahun 1993-1996, sebesar 1,5%
penduduk Indonesia mengalami kebutaan dengan penyebab utama adalah Katarak
(0,78%), Glaukoma (0,20%), Kelainan Refraksi (0,14%), penyakit yang berhubungan
dengan lanjut usia (0,38%).
Berdasarkan Survei Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1996, dari 0.2%
kebutaan akibat glaukoma, terdapat 0.16% kebutaan pada kedua mata, dan 0.04%
kebutaan pada satu mata.
Berdasarkan bank data Departemen Kesehatan Indonesia (2004), distribusi
penyakit mata dan adneksa pasien rawat inap menurut golongan sebab sakit adalah :
Konjungtivitis dan gangguan lain konjungtivitis (2.106 pasien), Katarak dan
gangguan lain lensa (9.493 pasien), Glaukoma (1.119 pasien), Penyakit mata dan
adneksa lainnya (3.985 pasien). Sedangkan distribusi penyakit mata dan adneksa
pasien rawat jalan menurut golongan sebab sakit adalah : Konjungtivitis dan
gangguan lain konjungtivitis (116.938 pasien), Katarak dan gangguan lain lensa
(53.065 pasien), Glaukoma (10.160 pasien), Penyakit mata dan adneksa lainnya
(232.188 pasien).
Berdasarkan catatan medical record RSUD Dr M Yunus Bengkulu di RSUD Dr.M
Yunus Bengkulu tercatat periode januari sampai desember 2009 terdapat 45 orang
penderita glaucoma.
Berdasarkan uraian di atas didapaatkan bahwa penderita glaucoma masih cukup
tinggi ,maka peneliti tertarik untuk meneliti rumuskan masalah pokok yang akan diteliti
adalah kajian tentang factor resiko terjadinya penyakit glaucoma di ruang poli klinik mata
RSUD Dr.M Yunus Bengkulu tahun 2009.
1.2 Perumusan Masalah
Belum diketahui factor resiko penyebab glaukoma di RSUD dr M Yunus bengkulu tahun
2009
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui factor resiko terjadinya glaukoma di RSUD dr M Yunus Bengkulu
tahun 2009

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita glaukoma
b. Untuk mengetahui umur rata-rata penderita glaukoma.
c. Untuk mengetahui distribusi penderita glaukoma berdasarkan tekanan bola mata
d Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita glaukoma berdasarkan
riwayat penyakit
1.4 Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Umum dr M yunus bengkulu tentang
penderita glaukoma dalam upaya perencanaan pencegahan kebutaan
dengan mengenal secara dini factor resiko glaukoma.
b. Sebagai bahan masukan/informasi bagi peneliti lain yang ingin
melakukan/melanjutkan penelitian tentang penderita glaukoma.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Mata
2.1.1 Kornea
Kornea adalah selaput bening mata yang tembus cahaya. Tebal kornea ratarata
orang dewasa adalah 0,65 mm di bagian perifer, dan 0,54 mm di bagian tengah.
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan merupakan tempat masuknya
cahaya ke dalam bola mata menuju ke retina. Sumber nutrisi kornea adalah
pembuluh-pembuluh darah di limbus, cairan mata dan air mata. Kornea terdiri dari
lima lapisan, yaitu : epitel, membran Bowman, stroma, membran Descement dan
endotel.
2.1.2 Sklera
Sklera adalah selaput mata yang berwarna putih dan berfungsi sebagai
pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera mempunyai kekakuan tertentu dan
tebal 1 mm. Permukaan luar sklera diselubungi oleh lapisan tipis dari jaringan yang
elastis dan halus, yaitu episklera, yang banyak mengandung pembuluh darah
sedangkan pada permukaan sklera bagian dalam terdapat lapisan pigmen berwarna
coklat, yaitu lamina fuska, yang membatasi sklera dengan koroit.
2.1.3 Uvea
Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata, yang terdiri dari 3 bagian,
yaitu:
a. Iris, mempunyai permukaan yang relatif datar dengan celah yang berbentuk bulat
di tengahnya, yang disebut pupil. Iris mempunyai kemampuan untuk mengatur
banyaknya cahaya yang masuk ke dalam bola mata secara otomatis dengan
mengecilkan dan melebarkan pupil. Pupil dapat mengecil akibat suasana cahaya
yang terang dan melebar akibat suasana cahaya yang redup atau gelap.
b. Badan siliar, terdiri dari dua bagian, yaitu : korona siliar yang berkerut-kerut
dengan tebal 2 mm dan pars plana yang lebih halus dan rata dengan tebal 4 mm.
c. Koroid, berisi pembuluh-pembuluh darah dalam jumlah yang sangat besar, yang
berfungsi untuk memberi nutrisi pada retina bagian terluar yang terletak di
bawahnya.
2.1.4 Lensa
Terletak dibelakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti
cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi (terfokusnya
objek dekat pada retina) dengan tebal 4 mm dan diameter 9 mm.
2.1.5 Badan Kaca
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara
lensa dan retina. Badan kaca tediri dari 99% air dan 1% terdiri dari 2 komponen,
yaitu: kolagen dan asam hialuron. Fungsi badan kaca adalah mempertahankan bola
mata agar tetap bulat dan meneruskan sinar dari lensa ke retina.
2.1.6 Retina
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor
yang menerima rangsang dari cahaya. Retina dialiri darah dari 2 sumber, yaitu :
lapisan koriokapiler yang mengaliri darah pada 2/3 bagian luar retina, sedangkan 2/3
bagian dalam retina dialiri darah dari cabang-cabang arteri retina sentral.
Sel-sel pada lapisan retina yang paling luar berhubungan langsung dengan
cahaya. Sel-sel tersebut adalah sel-sel kerucut (cone) dan batang (rod). Sel kerucut
(cone) berfungsi untuk penglihatan terang, warna dan penglihatan sentral. Sedangkan
sel batang (rod) berfungsi untuk penglihatan dalam keadaan redup atau gelap.

2.2 Pengertian Glaukoma


Glaucoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih
tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihaatan dan
kebutaan ( Sidarta Ilyas,2004)
Glaucoma adalah adanya kesamaan kenaikan tekanan intra oculer yang berakhir
dengan kebutaan (Fritz Hollwich,1993)
Glaucoma berasal dari kata yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan ,yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita galukoma.kelainan mata
glaucoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata ,atropi saraf optikus,
dan menciuttnya lapang pandang.glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan
bola mata meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan
menyebabkan penurunan fungsi penglihatan(Mayenru Dwindra,2009)
Glaukoma merupakan suatu keadaan dimana tekanan mata seseorang
demikian tinggi atau tidak normal. Sehingga mengakibatkan kerusakan pada saraf
optik dan mengakibatkan gangguan pada sebagian atau seluruh lapang pandang atau
buta.Tekanan mata yang normal dinyatakan dengan tekanan air raksa yaitu antara
15-20 mmHg.
Didalam mata terdapat cairan mata yang terdiri dari 99,9% air murni (akuos
humor) bening yang mengalir terus. Pengaliran cairan ini didalam bola mata seperti
air yang berada di dalam kolam tertutup yang bertukar dan mengalir terus. Bila terjadi
gangguan pengeluaran cairan maka air akan terbendung di dalam kolam. Demikian
pula jika cairan mata tidak dapat keluar maka tekanan di dalam bola mata akan naik
dan merusak saraf penglihatan.
Di dalam bola mata sebelah depan terdapat apa yang disebut dengan bilik
mata depan. Bilik mata depan merupakan ruangan di dalam mata yang dibatasi
kornea, iris, pupil, dan lensa yang diisi oleh cairan mata (akuos humor). Cairan mata
(akuos humor) mengatur oksigen dan makanan seperti : gula dan nutrient/zat gizi
penting lainnya untuk kornea dan lensa. Cairan mata (akuos humor) mempunyai
kapasitas isi tertentu untuk mempertahankan bola mata agar menjadi bulat. Cairan
mata (akuos humor) dihasilkan oleh jonjot badan siliar yang terletak di belakang iris.
Melalui celah iris dan lensa, cairan mata (akuos humor) keluar melalui pupil dan terus
ke bilik mata depan. Setelah itu, melalui jaring trabekulum cairan mata (akuos
humor) masuk ke dalam saluran yang disebut kanal Schlemm menuju ke pembuluh
darah. Normalnya antara produksi cairan mata (akuos humor) dan aliran keluarnya
adalah seimbang. Jika aliran keluarnya terhambat atau produksinya berlebihan, maka
tekanan bola mata akan meninggi (cairan akuos humor tidak sama dengan air
mata).
2.3 Klasifikasi Glaukoma
Glaukoma dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
2.3.1 Glaukoma Primer
Pada glaukoma primer, penyebab timbulnya glaukoma tidak diketahui.
Glaukoma primer dibagi atas 2 bentuk yaitu glaukoma sudut tertutup atau glaukoma
sudut sempit dan glaukoma sudut terbuka, yang disebut juga sebagai glaukoma
simpleks atau glaukoma kronik.
2.3.1.1 Glaukoma Sudut Tertutup
a. Sudut Tertutup Akut
Terjadi pada pasien dengan sudut bilik mata sempit. Pada glaukoma sudut
tertutup terjadi penutupan pengaliran keluar cairan mata secara mendadak. Tekanan
yang mendadak ini akan memberikan rasa sakit yang sangat di mata dan di kepala
serta perasaan mual dan muntah.
Keadaan mata menunjukkan tanda-tanda peradangan seperti kelopak mata
bengkak, mata merah, tekanan bola mata sangat tinggi yang mengakibatkan pupil
lebar, kornea suram dan edem, iris sembab meradang, penglihatan kabur disertai
dengan adanya halo (pelangi disekitar lampu).
Serangan glaukoma mudah terjadi pada keadaan ruang yang gelap seperti
bioskop yang memungkinkan pupil melebar, dan akibat mengkonsumsi beberapa obat
tertentu seperti antidepresan, influenza, antihistamin, antimuntah serta obat yang
melebarkan pupil. Keluhan ini hilang bila pasien masuk ruang terang atau tidur
karena terjadi miosis yang mengakibatkan sudut bilik mata terbuka.
Hanya pembedahan yang dapat mengobati glaukoma sudut tertutup akut.
Tindakan pembedahan harus dilakukan pada mata dengan glaukoma sudut tertutup
akut karena serangan dapat berulang kembali pada suatu saat.
b. Sudut Tertutup Kronik
Pada glaukoma tertutup kronis, iris berangsur-angsur menutupi jalan keluar
cairan mata tanpa gejala yang nyata. Pada keadaan ini perlahan-lahan terbentuk
jaringan parut antara iris dan jalur keluar cairan mata. Tekanan bola mata akan naik
bila terjadi gangguan jumlah cairan keluar akibat bertambahnya jaringan parut.
c. Sudut Tertutup dengan Hambatan Pupil
Sudut tetutup dengan hambatan pupil adalah glaukoma dimana ditemukan
keadaan sudut bilik mata depan yang tertutup disertai dengan hambatan pupil.
Bila usia bertambah tua maka lensa akan bertambah cembung sehingga bilik
mata depan akan bertambah dangkal. Posisi lensa yang kedepan akan mendorong iris
ke depan, oleh karena itu diperlukan tekanan yang lebih tinggi untuk mendorong
cairan mata (akuos humor) keluar melalui celah iris.
d. Sudut Tertutup tanpa Hambatan Pupil
Glaukoma sudut tertutup tanpa hambatan pupil adalah glaukoma primer yang
ditandai dengan sudut bilik mata depan yang tertutup, tanpa disertai dengan hambatan
pupil. Pada umumnya sudut bilik mata depan sudah sempit sejak semula (bersifat
herediter), sehingga menyebabkan gangguan penglihatan cairan bilik mata depan ke
jaring trabekulum.

Hambatan aliran cairan mata (akuos humor) dapat terjadi karena penutupan
sudut bilik mata yang dapat terjadi sedikit demi sedikit sampai tertutup sama sekali
atau mendadak tertutup sama sekali. Masing-masing keadaan memberikan gambaran
klinik yang berbeda-beda antara lain :
1) Penutupan Sudut Mendadak (Acute Angle Closure)
Penutupan sudut terjadi secara mendadak atau tiba-tiba sehingga aliran cairan
mata (akuos humor) dari bilik mata depan menjadi terhalang sama sekali. Faktor
pencetus dapat berupa keadaan emosi yang terlalu gembira, sesudah menonton film di
bioskop, berada dalam ruangan yang gelap atau minum terlalu banyak.
2) Penutupan Sudut Intermedit (Intermettent Angle Closure)
Pada umumnya sudut bilik depan sudah sempit sejak semula dan dapat
menyebabkan gangguan aliran cairan mata (akuos humor) menuju ke jaring
trabekulum. Perjalanan penyakit biasanya berupa serangan-serangan yang singkat dan
hilang timbul. Sesudah setiap kali serangan sudut bilik mata depan terbuka kembali,
akan tetapi keadaan sudut bilik mata depan tidak terbuka kembali seperti semula
(menjadi lebih sempit).
3) Penutupan Sudut Menahun (Chronic Angle Closure)
Dapat terjadi karena penutupan sudut yang perlahan-lahan atau merupakan
kelanjutan serangan intermitet yang sudah menimbulkan sinekia (perlekatan iris
dengan kornea pada sudut bilik mata) yang luas. Dapat juga terjadi karena serangan
mendadak yang tidak diatasi dengan baik.
2.3.1.2 Glaukoma Sudut Terbuka
a. Glaukoma Sudut Terbuka Kronik (Simpleks)
Glaukoma sudut terbuka kronik (simpleks) adalah glaukoma yang
penyebabnya tidak ditemukan dan disertai dengan sudut bilik mata depan yang
terbuka.
Pada umumnya glakoma sudut terbuka kronik (simpleks) ditemukan pada usia
lebih dari 40 tahun, walaupun penyakit ini kadang kadang ditemukan pada usia yang
lebih muda. Diduga glaukoma diturunkan secara dominan atau resesif pada kira-kira
50% penderita. Secara genetik penderitanya adalah homozigot. Pada penderita
glaukoma sudut terbuka kronik (simpleks) 99% hambatan terdapat pada jaring
trabekulum dan kanal Schlemm.
Mata tidak merah dan sering penderita tidak memberikan keluhan sehingga
terdapat gangguan susunan anatomik tanpa disadari penderita.
Gangguan akibat tingginya tekanan bola mata terjadi pada kedua mata,
sehingga ditemukan gejala klinik akibat tekanan yang tinggi. Pada glaukoma
simpleks terdapat perjalanan penyakit yang lama, akan tetapi berjalan progresif
sampai berakhir dengan kebutaan.

b. Glaukoma Steroid
Pemakaian kortikosteroid topikal ataupun sistemik dapat mencetuskan
glaukoma sudut terbuka kronik (simpleks). Pada pasien glaukoma steroid akan terjadi
peninggian tekanan bola mata dengan keadaan mata yang terlihat dari luar putih atau
normal. Pasien akan memperlihatkan kelainan funduskopi berupa ekskavasi papil
glaukomatosa dan kelainan pada lapang pandangan. Bila steroid diberhentikan maka
pengobatan glaukoma steroid masih diperlukan sama seperti pengobatan pada
glaukoma lainnya.
c. Glaukoma Tekanan Rendah (Normal)
Glaukoma bertekanan rendah (normal) adalah suatu keadaan dimana
ditemukan penggaungan papil saraf optik dan kelainan lapang pandangan yang khas
glaukoma tetapi disertai dengan tekanan bola mata yang tidak tinggi (normal).
Penyebab dari tipe glaukoma bertekanan rendah (normal), berhubungan
dengan kekurangan sirkulasi darah di daerah saraf optik mata, yang dapat
mengakibatkan kematian dari sel-sel saraf optik yang bertugas membawa
impuls/rangsang dari retina menuju ke otak.
d. Glaukoma miopi atau pigmen
Glaukoma miopi dan pigmen adalah glaukoma primer sudut terbuka dimana
pada pemeriksaan gonioskopi ditemukan pigmentasi yang nyata dan padat pada jaring
trabekulum.
Pada stadium permulaan ditemukan tekanan intraokuler (TIO) atau tekanan di
dalam bola mata, yang tinggi dan adanya halo (pelangi disekitar lampu) karena
adanya edema pada kornea. Sesudah stadium permulaan dapat diatasi biasanya
tekanan intraokuler (TIO) atau tekanan di dalam bola mata dapat terkontrol.
2.3.2 Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang diketahui penyebab timbulnya.
Glaukoma sekunder dapat disebabkan atau dihubungkan dengan kelainan-kelainan
atau penyakit yang telah diderita sebelumnya atau pada saat itu, seperti : kelainan
lensa, kelainan uvea, trauma, pembedahan dan lain-lain.
2.3.2.1 Glaukoma Dibangkitkan Lensa
Glaukoma dibangkitkan lensa merupakan salah satu bentuk daripada
glaukoma sekunder. Glaukoma ini terjadi bersamaan dengan kelainan lensa, dimana
terjadi gangguan pengaliran cairan mata (akuos humor) ke sudut bilik mata akibat
mencembungnya lensa mata.
2.3.2.2 Glaukoma Neovaskuler
Glaukoma neovaskuler adalah glaukoma sekunder yang disebabkan oleh
bertumbuhnya jaringan fibrovaskuler (neovaskuler) di permukaan iris. Neovaskuler
ini menuju ke sudut bilik depan dan berakhir pada jaring trubekulum.
Glaukoma neovaskuler dapat diakibatkan oleh berbagai hal, misalnya :
kelainan pembuluh darah, penyakit peradangan pembuluh darah, penyakit pembuluh
darah sistemik, serta penyakit tumor mata.
2.3.2.3 Glaukoma Maligna
Glaukoma maligna adalah suatu keadaan peningkatan tekanan intrakuler
(TIO) atau tekanan pada bola mata oleh karena terdapatnya hambatan siliar (ciliary
block).
Hambatan siliar pada glaukoma maligna terjadi karena penempelan lensa
dengan badan siliar atau badan kaca dengan badan siliar. Hal ini menyebabkan
terjadinya penimbunan cairan mata (akuos humor) hasil produksi badan siliar di
bagian belakang yang mendesak ke segala arah. Keadaan ini akan mengakibatkan
terjadinya pendangkalan bilik mata depan.
2.3.2.4 Glaukoma dengan Hambatan Pupil
Glaukoma dengan hambatan pupil adalah glaukoma sekunder yang timbul
akibat terhalangnya pengaliran cairan mata (akuos humor) dari bilik mata belakang ke
bilik mata depan. Hambatan ini dapat bersifat total dan relatif. Pada hambatan yang
bersifat total, glaukoma terjadi akibat perlekatan iris dengan lensa ataupun iris dengan
badan kaca. Hal ini biasanya terjadi sesudah peradangan. Pada hambatan yang
bersifat relatif, glaukoma terjadi akibat iris dan pangkal iris terdorong kedepan,
sehingga menutup sudut bilik mata depan. Akibatnya terjadi tekanan yang lebih
tinggi di bilik mata belakang dibandingkan dengan bilik mata depan.

2.3.3 Glaukoma Kongenital


Glaukoma kongenital merupakan suatu keadaan tingginya tekanan bola mata
akibat terdapatnya gangguan perkembangan embriologik segmen depan bola mata.
Gangguan perkembangan embriologik dapat berupa kelainan akibat terdapatnya
membran kongenital yang menutupi sudut bilik mata depan pada saat perkembangan
bola mata, kelainan pembentukan kanal Schlemm, dan kelainan akibat tidak
sempurnanya pembentukan pembuluh darah bilik yang menampung cairan bilik
mata.
Akibat pembendungan cairan mata, tekanan bola mata meninggi pada saat
bola mata sedang dalam perkembangan sehingga terjadi pembesaran bola mata yang
disebut sebagai buftalmos.
Gejala-gejala glaukoma kongenital biasanya sudah dapat terlihat pada bulan
pertama atau sebelum berumur 1 tahun. Kelainan pada glaukoma kongenital terdapat
pada kedua mata. Rasa silau dan sakit akan terlihat pada bayi yang menderita
glaukoma kongenital, hal ini terlihat pada suatu sikap seakan-akan ingin menghindari
sinar sehingga bayi tersebut akan selalu menyembunyikan kepala dan matanya.
2.3.4 Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut adalah suatu keadaaan akhir semua jenis glaukoma dimana
tajam penglihatan sudah menjadi nol atau sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan
bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut.
Pada glaukoma absolut, kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, mata keras
seperti batu dan disertai dengan rasa sakit.
2.4 Etilogi
Penyebab dari glaucoma adalah sebagai berikut (Sidharta Ilyas,2004)
1.berrtamabahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary.
2.berkurangnya pengeluaran cairan mata didaerah sudut bilik mata atau dicelah pupil
Glaukoma merupakan penyakit yang tidak dapat diobati, akan tetapi bila
diketahui sejak dini dan segera dilakukan tindakan medis maka glaukoma dapat
dikontrol untuk mencegah kerusakan lanjut atau kebutaan pada mata.

2.4.2 Determinan (Faktor-faktor yang Mempengaruhi)


Faktor-faktor yang mempengaruhi glaukoma antara lain adalah :
a. Usia
Glaukoma merupakan salah satu penyebab kebutaan yang umumnya
menyerang orang berusia diatas 40 tahun. Risiko terkena glaukoma akan
meningkat pada umur 40 – 64 tahun sebesar 1% dan pada umur 65 tahun keatas
sebesar 5%.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Christina Magdalena (2006) di Rumah
Sakit Umum DR. Soetomo Surabaya, menemukan bahwa penderita hipertensi
yang telah berumur ≥ 60 tahun berisiko mengalami glaukoma sebesar 6 kali lebih
besar.
b. Gender (Jenis Kelamin)
Glaukoma sudut tertutup dengan hambatan pupil pada orang kulit putih
ditemukan bahwa pria 3 kali berisiko daripada wanita, sedangkan pada orang kulit
hitam, penderita pria sama resikonya dengan wanita..
c. Riwayat Keluarga
Apabila dalam keluarga ada yang terkena Glaukoma, disarankan agar anggota
keluarga yang lain sebaiknya memeriksakan mata secara rutin apabila umur telah
lebih dari 40 tahun.
Mereka yang memiliki riwayat glaukoma pada anggota keluarga berisiko 4-8
kali lebih besar untuk terserang glaukoma Resiko terbesar terdapat pada
hubungan kakak-beradik kemudian hubungan orang tua dengan anak-anak.
d. Diabetes Mellitus
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) dipercaya meningkatkan terjadinya resiko
terkena glaukoma.3 Penderita Diabetes Mellitus (DM), beresiko 2 kali lebih sering
terkena glaukoma.15 Sebesar 50% dari penderita Diabetes mengalami penyakit
mata dengan resiko kebutaan 25 kali lebih besar.
e. Hipertensi
Penderita hipertensi pun berisiko lebih tinggi terserang glaukoma daripada
yang tidak mengidap penyakit hipertensi. Penderita hipertensi, beresiko 6 kali
lebih sering terkena glaukoma.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Christina Magdalena (2006) di Rumah
Sakit Umum dr. Soetomo Surabaya, menemukan bahwa penderita yang telah
menderita hipertensi ≥ 5 tahun berisiko mengalami glaukoma sebesar 4 kali lebih
besar.
f. Trauma
Kelainan mata seperti kelainan lensa, kelainan uvea, trauma, pembedahan
katarak atau radang mata dan lain-lain, dapat menyebabkan terjadinya
glaukoma.27 Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang dapat disebabkan atau
dihubungkan dengan kelainan mata yang telah diderita sebelumnya atau pada saat
itu.

i. Obat-obatan
Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya Glaukoma adalah Pemakaian
obat-obatan yang mengandung steroid secara rutin dalam jangka waktu yang lama
misalnya: Pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol
oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi
dan pemakai obat yang memakai steroid secara rutin lainnya. Pemakai obatabatan
steroid secara rutin, sangat dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter
spesialis mata untuk pendeteksian glaukoma.
f.tekanan bola mata
tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaucoma.meskipun
untuk sebagian individu,tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saaraf
optic . untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan di rumah sakit mata atau pada
dokter spesialis

2.5 patofisiologi
Akuos humor secara continue diproduksi oleh badan siliar ( sel epitel prosesus
ciliary bilik mata belakang untuk memberikan nutrient pada lensa .akuos humor mengalir
melalui jaring jaring trabekuler ,pupil,bilik mata depan .trabikuler mesh work dan kanal
schlem .tekanan intra ocular (TIO) dipertahankan dalam batas 10-21 mmHg tergantung
keseimbangan anatar produksi dan pengeluaran (aliran ) AqH dibilik mata depan .
Peningkatan TIO akan menekan aliran darah kesaraf optic dan retina sehingga
dapat merusak serabut saraf optic iskemik dan mati.selanjutnya menyebabkan kerusakan
jaringan yang dimulai dari perifer menuju ke fovea sentralis . hal ini menyebabkan
penurunan lapang pandang yang dimulai dari daerah nasal atas dan sisa terakhir pada
temporal(Sunaryo Joko waluyo,2009)

2.6 Gejala-gejala dan Keluhan Penderita Glaukoma


Gejala dini glaukoma tidak ada yang menunjukkan gejala yang berarti, karena
sebagian orang hanya merasakan gejala yang hampir sama dengan penyakit mata
lainnya, seperti mata buram, sakit mata, atau timbul pelangi jika melihat sorot lampu
(adanya halo), yang terjadi karena adanya tekanan yang tinggi pada mata sehingga
membuat mata menjadi bengkak, akibatnya pembiasan cahaya menjadi terganggu.
Penderita dapat mengalami glaukoma dalam stadium dini dan menengah
selama bertahun-tahun tanpa merasakan gejala awal. Sebagian besar penderita
glaukoma datang ke dokter spesialis mata setelah keluhan dirasakan pada stadium
lanjut dan sudah mengalami kebutaan.
Ada dua keluhan pasien Glaukoma, yang pertama adalah pada glaukoma akut
(mendadak) yaitu penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokular (TIO) atau
tekanan di dalam bola mata yang tinggi secara mendadak. Keadaan tersebut dapat
menyebabkan kebutaan dalam waktu relatif cepat yaitu dalam hitungan hari.
Gejalanya adalah mendadak nyeri pada mata, sakit kepala, kelopak mata bengkak,
mata merah, melihat pelangi disekitar sumber cahaya atau lampu (adanya halo), dan
mual sampai muntah.Yang kedua adalah pada glaukoma kronis (menahun) yaitu
penyakit mata yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intraokuler (TIO) atau
tekanan di dalam bola mata secara perlahan-lahan. Biasanya muncul diusia 40 tahun
keataspada glaukoma kronis (menahun) saraf mata mengalami kerusakan dan
kematian yang spesifik, sehingga mengakibatkan kehilangan lapang pandangan sesuai
dengan beratnya Glaukoma. Namun terkadang glaukoma kronis (menahun) terjadi
tanpa keluhan.

2.7 Komplikasi
Komplikasi dari glaucoma menurut berbagai sumber yang salah satunya
www.jec-online.com adalah kebutaan .dan komplikasi yang lain :
1.sinellia anterior perifer iris perifer melekat pada jalinan trabekel dan menghambat aliran
mata keluar.
2.katarak lensa kadang-kadang melekat membengkak, dan bisa terjadi katarak .lensa yang
membengkak mendorong iris lebih jauh ke depan yang akan menambah hambatan pupil
dan pada gilirannya akan menambah derajat hambatan sudut.
3.atropi retina dan saraf optic daya tahan unsure-unsur saraf mata terhadap tekanan intra
okuler yang tinggi adalah buruk.terjadi gaung glaucoma pada pupil optic dan atropi retina
,terutama pada lapisan sel-sel ganglio.
2.8 Tingkat Keparahan
2.8.1 Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler
Tekanan intraoluler (TIO) atau tekanan di dalam bola mata seseorang,
tidaklah sama dari hari ke hari ataupun dari jam ke jam. Oleh karena itu, perlu
melakukan pemeriksaan teratur yakni 3-4 kali setahun. Tekanan bola mata yang
norml berkisar antara 15-20 mmHg. Tekanan diatas 20 mmHg dianggap sudah ”high
normal” dan sudah harus diwaspadai.
2.9 Defek Lapang Pandangan
Gangguan pada lapang pandangan merupakan gangguan yang terjadi akibat
kerusakan saraf. Pemeriksaan lapang pandangan merupakan pemeriksaan yang perlu
dilakukan pada pasien dengan glaukoma.
Tanda awal hilangnya lapang pandang biasanya terlihat berupa adanya area
lengkungan yang tidak terlihat atau gelap (Blind Spot) sedikit diatas atau dibawah
penglihatan sentral. Daerah gelap ini akan meluas apabila tidak diobati atau ditangani
sehingga daerah yang sempit seperti kita melihat pada lubang kunci (tunnel vision).
2.10 Diagnosis
Setiap orang perlu melakukan pemeriksaan matanya secara teratur. Apabila
seseorang mengetahui mempunyai faktor risiko untuk terserang glaukoma maka
seseorang tersebut memerlukan pemeriksaan yang lebih sering. Pemeriksaan mata
pada umumnya sebaiknya dilakukan setiap 3-5 tahun sekali, namun bila usia telah
mencapai lebih dari 40 tahun maka pemeriksaan mata dilakukan setiap 1-2 tahun
sekali. Pemeriksaan mata dilakukan setiap tahun sangat penting pada orang yang
memiliki faktor risiko.
Pemeriksaan ulang 3-4 kali setahun pada penderita glaukoma sangat perlu.
Hal ini dilakukan untuk melihat apakah tekanan bola mata tidak memberikan
kerusakan baru pada saraf optik.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya glaukoma maka dokter mata akan melakukan
pemeriksaan dasar glaukoma seperti pemeriksaan saraf optik, tekanan Mata Normal Mata
dengan Glaukoma (Blind Spot) Mata dengan glaucoma tingkat lanjut (Tunnel Vision)
bola mata, dan lapang pandangan. Bila dua dari tiga pemeriksaan diatas tidak normal
maka diagnosis glaukoma sudah dapat dibuat.
Beberapa uji yang sering dilakukan pada mata untuk membuat diagnosis
antara lain :
a) Membuat anamnesis pribadi atau riwayat pada keluarga. Dokter mata akan
menanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita glaukoma. Dalam
anamnesis dibutuhkan pula riwayat medis dan pribadi.
b) Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer atau dengan
alat pengukur tekanan bola mata lainnya.
c) Dokter mata akan melakukan pemeriksaan dan melihat kerusakan yang terjadi
pada saraf optik dengan menggunakan oftalmoskopi. Oftalmoskopi adalah
alat untuk memeriksa mata bagian dalam terutama saraf mata, dengan cara
mengeluarkan sinar untuk menyinari bagian dalam mata, sehingga bentuk dan
warna syaraf optik dapat dilihat.
d) Untuk melihat keadaan lapang pandangan, maka dilakukan uji dengan cara
membuat peta lengkap lapang penglihatan dan gangguan penglihatan pada
daerah penglihatan.
e) Pemeriksaan gonioskopi, yaitu pemeriksaan sudut bilik mata dengan
menggunakan lensa gonioskopi yang disebut goniolens.
2.11 Penatalaksanaan Medis Terhadap Penanggulangan Glaukoma
Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan glaukoma, namun pada
kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan. Penderita glaukoma dapat dirawat
dengan obat tetes mata, operasi laser dan pembedahan. Menurunkan tekanan pada
mata dapat mencegah kerusakan penglihatan yang lebih lanjut. Oleh karena itu
semakin dini deteksi glaukoma maka akan semakin besar tingkat kesuksesan
pencegahan kerusakan penglihatan. Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan
untuk penanggulangan terhadap penderita glaukoma antara lain adalah :
2.11.1 Non Operasi
a) Tetes mata : cara ini merupakan yang paling umum dan sering serta harus
dilakukan secara teratur. Sebagian pasien mendapatkan respon yang bagus dari
obat tetes mata dan sebagian lainnya tidak mendapatkan respon, namun pemilihan
pengobatan harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan tipe glaukomanya.
b) Laser (laser trabeculoplasty) : ini dilakukan jika obat tetes mata tidak
menghentikan kerusakan penglihatan. Pada kebanyakan kasus, meski telah
dilakukan tindakan laser ini, obat tetes mata tetap harus diberikan. Tindakan laser
ini tidak memerlukan pasien untuk dirawat di rumah sakit.
2.11.2 Operasi
Pembedahan (trabeculectomy) : biasanya dilakukan jika tetes mata dan
penanganan dengan laser telah gagal dalam mengontrol tekanan bola mata. Sebuah
saluran dibuat untuk memungkinkan cairan mata mengalir keluar. Tindakan ini dapat
menyelamatkan sisa penglihatan yang ada tapi tidak memperbaiki lapang pandangan
yang telah rusak .
2.12 Pencegahan Glaukoma
Tidak ada satu pun usaha yang dapat mencegah timbulnya glaukoma pada
seseorang. Pengetahuan mengenal glaukoma adalah untuk mencegah terjadinya
kebutaan akibat glaukoma. Masalah kebutaan juga menjadi masalah publik karena
berpengaruh pula terhadap masalah ekonomi seperti : hilangnya produktifitas,
menjadi beban keluarga, beban pendamping, beban pemerintah, dan lain-lain. Adapun
hambatan dalam pencegahan glaukoma adalah : kurangnya partisipasi masyarakat,
kurangnya pengetahuan masyarakat, kurangnya tenaga profesional dan kurangnya
fasilitas.33 Ada empat tingkat pencegahan yang dapat mencegah terjadinya kebutaan
pada penderita glaukoma, yaitu :
2.12.1 Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial adalah pencegahan yang baru dikenal. Tujuan dari
pencegahan primordial adalah untuk menghindari kemunculan atau kemapanan di
bidang sosial, ekonomi dan pola kehidupan yang diketahui mempunyai kontribusi
untuk meningkatkan risiko penyakit. Sasaran dari pencegahan primordial adalah
masyarakat yang sehat secara umum.
Mengingat besarnya masalah kebutaan di dunia, WHO pada tanggal 30
September 1999, mencanangkan komitmen global Vision 2020: The Right to Sight
untuk mendorong pencegahan gangguan penglihatan dan kebutaan. Dalam upaya
mencapai Vision 2020, WHO menetapkan setiap hari Kamis pada bulan Oktober
minggu kedua sebagai peringatan Hari Penglihatan Sedunia (World Sight
Day/WSD).

2.12.2 Pencegahan Primer


Untuk dapat mencegah kebutaan diperlukan kerjasama banyak pihak
diantaranya adalah : dari pihak masyarakat dalam hal peningkatan pengetahuan,
pengertian dan kesadaran akan pentingnya kesehatan mata, dari pihak rumah Sakit
Mata dalam bentuk pelayanan dan penyuluhan kesehatan mata baik didalam maupun
diluar Rumah Sakit, dari LSM, Individu, Profesional serta Sektor swasta, dan lainlain.

2.12.3 Pencegahan Sekunder


Kebutaan karena glaukoma dapat dicegah dengan pemeriksaan dini sehingga
kemungkinan terjadinya kerusakan saraf mata yang lebih parah dapat dicegah.
Bahkan, bila ditemukan lebih awal, saraf mata yang belum rusak karena glaukoma itu
masih bisa dipertahankan dengan obat tetes mata, laser, dan tindakan operasi
pembedahan.
2.13.4 Pencegahan Tersier
Walaupun kerusakan yang sudah terjadi akibat glaukoma tidak dapat
diperbaiki lagi, tetapi dengan pemeriksaan dan pengobatan yang teratur maka
kerusakan dapat dihambat seminimal mungkin.

Kajian tentang faktor resiko glaukoma

Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan tingginya tekanan

bola mata. Ini menyebabkan rusaknya saraf optik yang membentuk bagian-bagian retina

di belakang bola mata. Di mana saraf optik ini menyambung jaringan-jaringan penerima

cahaya dengan bagian dari otak yang memproses informasi penglihatan.

Glaukoma merupakan salah satu penyakit mata. Glaukoma ini adalah kerusakan

saraf mata yang penyebab utamanya adalah tekanan mata yang tinggi,"

(,drDonnyVIstiantoroSpM.)

Glaukoma dapat diderita oleh siapa saja dengan segala usia. Namun, penyakit ini

lebih banyak menyerang individu dengan umur di atas 40 tahun.,


faktor risiko yang harus diperhatikan, selain umur adalah riwayat anggota keluarga

yang terkena glaukoma, tekanan bola mata, obat-obatan, riwayat trauma (luka

kecelakaan) pada mata, dan juga penyakit lain.

Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2 persen

dari populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini, dia menyebutkan, akan

bertambah dengan bertambahnya usia.

Untuk riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma, untuk glaukoma jenis

tertentu, anggota keluarga penderita mempunyai risiko enam kali lebih besar terkena

penyakit tersebut. Risiko terbesar adalah kakak beradik, kemudian hubungan orangtua

dan anak-anak.

Seseorang yang mempunyai riwayat keluarga glaukoma mempunyai risiko sekitar

dua kali daripada yang tidak mempunyai riwayat keluarga,"

Untuk faktor risiko terhadap tekanan bola mata, pada tekanan bola mata di atas 21

mmHg sangat berisiko tinggi terkena glaukoma. Meskipun untuk sebagian individu,

tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik.

Selain itu, pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol

dokter, obat inhaler untuk penderita asma, obat steroid untuk radang sendi, dan pengasup

obat yang memakai steroid secara rutin lainnya bisa menjadi pemicu faktor risiko

timbulnya glaukoma

Penggunaan obat steroid dalam jangka waktu lama dan terus-menerus, misalnya,

obat tetes mata atau juga seseorang yang menggunakan kacamata dengan minus yang

tinggi juga disebutkan dapat menjadi faktor risiko timbulnya glaucoma.

Вам также может понравиться