Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan nasional dilaksanakan pada segala bidang, dan salah satu
bidang yang tak kalah pentingnya dari bidang lain adalah bidang kesehatan.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
Indra penglihatan merupakan panca indra yang sangat penting dan besar
pengaruhnya terhadap proses peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja
manusia. Hal ini erat kaitannya dengan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) serta kualitas harapan hidup, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan
masyarakat serta mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat.
Mata membutuhkan sejumlah tekanan tertentu agar dapat berfungsi baik. Pada
beberapa orang, tekanan bola mata ini dapat meninggi sehingga menyebabkan
kerusakan pada saraf optik yang mengakibatkan gangguan pada sebagian atau seluruh
lapang pandang atau buta. Kerusakan saraf optik ini dapat berupa penyakit
glaukoma.
Berdasarkan hasil survey World Health Organisation (WHO), pada tahun
1990 terdapat 38 juta penderita kebutaan, sedangkan pada tahun 1996 meningkat
menjadi 45 juta penderita kebutaan.Angka kebutaan Bangladesh pada tahun 1996 tercatat
1% dari jumlahpenduduk, Myanmar 0,9% dari jumlah penduduk, Bhutan 0,8% dari
jumlahpenduduk, India 0,7% dari jumlah penduduk, Srilangka 0,5% dari jumlah
penduduk,Korea selatan 0,4% dari jumlah penduduk, Thailand 0,3% dari jumlah
penduduk.
Berdasarkan Survey Departemen Kesehatan pada tahun 1982 angka kebutaan
Indonesia tercatat 1,2% dari jumlah penduduk, sedangkan pada tahun 1996
meningkat menjadi 1,5% dari jumlah penduduk.
Berdasarkan hasil survey World Health Organisation (WHO), penyebab
utama kebutaan tahun 2002 adalah katarak (47,8%), glaukoma (12,3%), penyakit
yang berhubungan dengan degeneratif (8,7%), corneal opacities (5,1%), diabetes
retinopathy (4,8%), trakhoma (3,6%), lain-lain (17,6%).
Prevalensi (angka kejadian) glaukoma tahun 1996 di beberapa negara, seperti
di Amerika Serikat 0,27% hingga 5,6%, Swedia 0,86%, Inggris 0,64%, dan Jamaika
1,4%.
Berdasarkan Survey Kesehatan Indra tahun 1993-1996, sebesar 1,5%
penduduk Indonesia mengalami kebutaan dengan penyebab utama adalah Katarak
(0,78%), Glaukoma (0,20%), Kelainan Refraksi (0,14%), penyakit yang berhubungan
dengan lanjut usia (0,38%).
Berdasarkan Survei Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1996, dari 0.2%
kebutaan akibat glaukoma, terdapat 0.16% kebutaan pada kedua mata, dan 0.04%
kebutaan pada satu mata.
Berdasarkan bank data Departemen Kesehatan Indonesia (2004), distribusi
penyakit mata dan adneksa pasien rawat inap menurut golongan sebab sakit adalah :
Konjungtivitis dan gangguan lain konjungtivitis (2.106 pasien), Katarak dan
gangguan lain lensa (9.493 pasien), Glaukoma (1.119 pasien), Penyakit mata dan
adneksa lainnya (3.985 pasien). Sedangkan distribusi penyakit mata dan adneksa
pasien rawat jalan menurut golongan sebab sakit adalah : Konjungtivitis dan
gangguan lain konjungtivitis (116.938 pasien), Katarak dan gangguan lain lensa
(53.065 pasien), Glaukoma (10.160 pasien), Penyakit mata dan adneksa lainnya
(232.188 pasien).
Berdasarkan catatan medical record RSUD Dr M Yunus Bengkulu di RSUD Dr.M
Yunus Bengkulu tercatat periode januari sampai desember 2009 terdapat 45 orang
penderita glaucoma.
Berdasarkan uraian di atas didapaatkan bahwa penderita glaucoma masih cukup
tinggi ,maka peneliti tertarik untuk meneliti rumuskan masalah pokok yang akan diteliti
adalah kajian tentang factor resiko terjadinya penyakit glaucoma di ruang poli klinik mata
RSUD Dr.M Yunus Bengkulu tahun 2009.
1.2 Perumusan Masalah
Belum diketahui factor resiko penyebab glaukoma di RSUD dr M Yunus bengkulu tahun
2009
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui factor resiko terjadinya glaukoma di RSUD dr M Yunus Bengkulu
tahun 2009
Hambatan aliran cairan mata (akuos humor) dapat terjadi karena penutupan
sudut bilik mata yang dapat terjadi sedikit demi sedikit sampai tertutup sama sekali
atau mendadak tertutup sama sekali. Masing-masing keadaan memberikan gambaran
klinik yang berbeda-beda antara lain :
1) Penutupan Sudut Mendadak (Acute Angle Closure)
Penutupan sudut terjadi secara mendadak atau tiba-tiba sehingga aliran cairan
mata (akuos humor) dari bilik mata depan menjadi terhalang sama sekali. Faktor
pencetus dapat berupa keadaan emosi yang terlalu gembira, sesudah menonton film di
bioskop, berada dalam ruangan yang gelap atau minum terlalu banyak.
2) Penutupan Sudut Intermedit (Intermettent Angle Closure)
Pada umumnya sudut bilik depan sudah sempit sejak semula dan dapat
menyebabkan gangguan aliran cairan mata (akuos humor) menuju ke jaring
trabekulum. Perjalanan penyakit biasanya berupa serangan-serangan yang singkat dan
hilang timbul. Sesudah setiap kali serangan sudut bilik mata depan terbuka kembali,
akan tetapi keadaan sudut bilik mata depan tidak terbuka kembali seperti semula
(menjadi lebih sempit).
3) Penutupan Sudut Menahun (Chronic Angle Closure)
Dapat terjadi karena penutupan sudut yang perlahan-lahan atau merupakan
kelanjutan serangan intermitet yang sudah menimbulkan sinekia (perlekatan iris
dengan kornea pada sudut bilik mata) yang luas. Dapat juga terjadi karena serangan
mendadak yang tidak diatasi dengan baik.
2.3.1.2 Glaukoma Sudut Terbuka
a. Glaukoma Sudut Terbuka Kronik (Simpleks)
Glaukoma sudut terbuka kronik (simpleks) adalah glaukoma yang
penyebabnya tidak ditemukan dan disertai dengan sudut bilik mata depan yang
terbuka.
Pada umumnya glakoma sudut terbuka kronik (simpleks) ditemukan pada usia
lebih dari 40 tahun, walaupun penyakit ini kadang kadang ditemukan pada usia yang
lebih muda. Diduga glaukoma diturunkan secara dominan atau resesif pada kira-kira
50% penderita. Secara genetik penderitanya adalah homozigot. Pada penderita
glaukoma sudut terbuka kronik (simpleks) 99% hambatan terdapat pada jaring
trabekulum dan kanal Schlemm.
Mata tidak merah dan sering penderita tidak memberikan keluhan sehingga
terdapat gangguan susunan anatomik tanpa disadari penderita.
Gangguan akibat tingginya tekanan bola mata terjadi pada kedua mata,
sehingga ditemukan gejala klinik akibat tekanan yang tinggi. Pada glaukoma
simpleks terdapat perjalanan penyakit yang lama, akan tetapi berjalan progresif
sampai berakhir dengan kebutaan.
b. Glaukoma Steroid
Pemakaian kortikosteroid topikal ataupun sistemik dapat mencetuskan
glaukoma sudut terbuka kronik (simpleks). Pada pasien glaukoma steroid akan terjadi
peninggian tekanan bola mata dengan keadaan mata yang terlihat dari luar putih atau
normal. Pasien akan memperlihatkan kelainan funduskopi berupa ekskavasi papil
glaukomatosa dan kelainan pada lapang pandangan. Bila steroid diberhentikan maka
pengobatan glaukoma steroid masih diperlukan sama seperti pengobatan pada
glaukoma lainnya.
c. Glaukoma Tekanan Rendah (Normal)
Glaukoma bertekanan rendah (normal) adalah suatu keadaan dimana
ditemukan penggaungan papil saraf optik dan kelainan lapang pandangan yang khas
glaukoma tetapi disertai dengan tekanan bola mata yang tidak tinggi (normal).
Penyebab dari tipe glaukoma bertekanan rendah (normal), berhubungan
dengan kekurangan sirkulasi darah di daerah saraf optik mata, yang dapat
mengakibatkan kematian dari sel-sel saraf optik yang bertugas membawa
impuls/rangsang dari retina menuju ke otak.
d. Glaukoma miopi atau pigmen
Glaukoma miopi dan pigmen adalah glaukoma primer sudut terbuka dimana
pada pemeriksaan gonioskopi ditemukan pigmentasi yang nyata dan padat pada jaring
trabekulum.
Pada stadium permulaan ditemukan tekanan intraokuler (TIO) atau tekanan di
dalam bola mata, yang tinggi dan adanya halo (pelangi disekitar lampu) karena
adanya edema pada kornea. Sesudah stadium permulaan dapat diatasi biasanya
tekanan intraokuler (TIO) atau tekanan di dalam bola mata dapat terkontrol.
2.3.2 Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang diketahui penyebab timbulnya.
Glaukoma sekunder dapat disebabkan atau dihubungkan dengan kelainan-kelainan
atau penyakit yang telah diderita sebelumnya atau pada saat itu, seperti : kelainan
lensa, kelainan uvea, trauma, pembedahan dan lain-lain.
2.3.2.1 Glaukoma Dibangkitkan Lensa
Glaukoma dibangkitkan lensa merupakan salah satu bentuk daripada
glaukoma sekunder. Glaukoma ini terjadi bersamaan dengan kelainan lensa, dimana
terjadi gangguan pengaliran cairan mata (akuos humor) ke sudut bilik mata akibat
mencembungnya lensa mata.
2.3.2.2 Glaukoma Neovaskuler
Glaukoma neovaskuler adalah glaukoma sekunder yang disebabkan oleh
bertumbuhnya jaringan fibrovaskuler (neovaskuler) di permukaan iris. Neovaskuler
ini menuju ke sudut bilik depan dan berakhir pada jaring trubekulum.
Glaukoma neovaskuler dapat diakibatkan oleh berbagai hal, misalnya :
kelainan pembuluh darah, penyakit peradangan pembuluh darah, penyakit pembuluh
darah sistemik, serta penyakit tumor mata.
2.3.2.3 Glaukoma Maligna
Glaukoma maligna adalah suatu keadaan peningkatan tekanan intrakuler
(TIO) atau tekanan pada bola mata oleh karena terdapatnya hambatan siliar (ciliary
block).
Hambatan siliar pada glaukoma maligna terjadi karena penempelan lensa
dengan badan siliar atau badan kaca dengan badan siliar. Hal ini menyebabkan
terjadinya penimbunan cairan mata (akuos humor) hasil produksi badan siliar di
bagian belakang yang mendesak ke segala arah. Keadaan ini akan mengakibatkan
terjadinya pendangkalan bilik mata depan.
2.3.2.4 Glaukoma dengan Hambatan Pupil
Glaukoma dengan hambatan pupil adalah glaukoma sekunder yang timbul
akibat terhalangnya pengaliran cairan mata (akuos humor) dari bilik mata belakang ke
bilik mata depan. Hambatan ini dapat bersifat total dan relatif. Pada hambatan yang
bersifat total, glaukoma terjadi akibat perlekatan iris dengan lensa ataupun iris dengan
badan kaca. Hal ini biasanya terjadi sesudah peradangan. Pada hambatan yang
bersifat relatif, glaukoma terjadi akibat iris dan pangkal iris terdorong kedepan,
sehingga menutup sudut bilik mata depan. Akibatnya terjadi tekanan yang lebih
tinggi di bilik mata belakang dibandingkan dengan bilik mata depan.
i. Obat-obatan
Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya Glaukoma adalah Pemakaian
obat-obatan yang mengandung steroid secara rutin dalam jangka waktu yang lama
misalnya: Pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol
oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi
dan pemakai obat yang memakai steroid secara rutin lainnya. Pemakai obatabatan
steroid secara rutin, sangat dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter
spesialis mata untuk pendeteksian glaukoma.
f.tekanan bola mata
tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaucoma.meskipun
untuk sebagian individu,tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saaraf
optic . untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan di rumah sakit mata atau pada
dokter spesialis
2.5 patofisiologi
Akuos humor secara continue diproduksi oleh badan siliar ( sel epitel prosesus
ciliary bilik mata belakang untuk memberikan nutrient pada lensa .akuos humor mengalir
melalui jaring jaring trabekuler ,pupil,bilik mata depan .trabikuler mesh work dan kanal
schlem .tekanan intra ocular (TIO) dipertahankan dalam batas 10-21 mmHg tergantung
keseimbangan anatar produksi dan pengeluaran (aliran ) AqH dibilik mata depan .
Peningkatan TIO akan menekan aliran darah kesaraf optic dan retina sehingga
dapat merusak serabut saraf optic iskemik dan mati.selanjutnya menyebabkan kerusakan
jaringan yang dimulai dari perifer menuju ke fovea sentralis . hal ini menyebabkan
penurunan lapang pandang yang dimulai dari daerah nasal atas dan sisa terakhir pada
temporal(Sunaryo Joko waluyo,2009)
2.7 Komplikasi
Komplikasi dari glaucoma menurut berbagai sumber yang salah satunya
www.jec-online.com adalah kebutaan .dan komplikasi yang lain :
1.sinellia anterior perifer iris perifer melekat pada jalinan trabekel dan menghambat aliran
mata keluar.
2.katarak lensa kadang-kadang melekat membengkak, dan bisa terjadi katarak .lensa yang
membengkak mendorong iris lebih jauh ke depan yang akan menambah hambatan pupil
dan pada gilirannya akan menambah derajat hambatan sudut.
3.atropi retina dan saraf optic daya tahan unsure-unsur saraf mata terhadap tekanan intra
okuler yang tinggi adalah buruk.terjadi gaung glaucoma pada pupil optic dan atropi retina
,terutama pada lapisan sel-sel ganglio.
2.8 Tingkat Keparahan
2.8.1 Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler
Tekanan intraoluler (TIO) atau tekanan di dalam bola mata seseorang,
tidaklah sama dari hari ke hari ataupun dari jam ke jam. Oleh karena itu, perlu
melakukan pemeriksaan teratur yakni 3-4 kali setahun. Tekanan bola mata yang
norml berkisar antara 15-20 mmHg. Tekanan diatas 20 mmHg dianggap sudah ”high
normal” dan sudah harus diwaspadai.
2.9 Defek Lapang Pandangan
Gangguan pada lapang pandangan merupakan gangguan yang terjadi akibat
kerusakan saraf. Pemeriksaan lapang pandangan merupakan pemeriksaan yang perlu
dilakukan pada pasien dengan glaukoma.
Tanda awal hilangnya lapang pandang biasanya terlihat berupa adanya area
lengkungan yang tidak terlihat atau gelap (Blind Spot) sedikit diatas atau dibawah
penglihatan sentral. Daerah gelap ini akan meluas apabila tidak diobati atau ditangani
sehingga daerah yang sempit seperti kita melihat pada lubang kunci (tunnel vision).
2.10 Diagnosis
Setiap orang perlu melakukan pemeriksaan matanya secara teratur. Apabila
seseorang mengetahui mempunyai faktor risiko untuk terserang glaukoma maka
seseorang tersebut memerlukan pemeriksaan yang lebih sering. Pemeriksaan mata
pada umumnya sebaiknya dilakukan setiap 3-5 tahun sekali, namun bila usia telah
mencapai lebih dari 40 tahun maka pemeriksaan mata dilakukan setiap 1-2 tahun
sekali. Pemeriksaan mata dilakukan setiap tahun sangat penting pada orang yang
memiliki faktor risiko.
Pemeriksaan ulang 3-4 kali setahun pada penderita glaukoma sangat perlu.
Hal ini dilakukan untuk melihat apakah tekanan bola mata tidak memberikan
kerusakan baru pada saraf optik.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya glaukoma maka dokter mata akan melakukan
pemeriksaan dasar glaukoma seperti pemeriksaan saraf optik, tekanan Mata Normal Mata
dengan Glaukoma (Blind Spot) Mata dengan glaucoma tingkat lanjut (Tunnel Vision)
bola mata, dan lapang pandangan. Bila dua dari tiga pemeriksaan diatas tidak normal
maka diagnosis glaukoma sudah dapat dibuat.
Beberapa uji yang sering dilakukan pada mata untuk membuat diagnosis
antara lain :
a) Membuat anamnesis pribadi atau riwayat pada keluarga. Dokter mata akan
menanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita glaukoma. Dalam
anamnesis dibutuhkan pula riwayat medis dan pribadi.
b) Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer atau dengan
alat pengukur tekanan bola mata lainnya.
c) Dokter mata akan melakukan pemeriksaan dan melihat kerusakan yang terjadi
pada saraf optik dengan menggunakan oftalmoskopi. Oftalmoskopi adalah
alat untuk memeriksa mata bagian dalam terutama saraf mata, dengan cara
mengeluarkan sinar untuk menyinari bagian dalam mata, sehingga bentuk dan
warna syaraf optik dapat dilihat.
d) Untuk melihat keadaan lapang pandangan, maka dilakukan uji dengan cara
membuat peta lengkap lapang penglihatan dan gangguan penglihatan pada
daerah penglihatan.
e) Pemeriksaan gonioskopi, yaitu pemeriksaan sudut bilik mata dengan
menggunakan lensa gonioskopi yang disebut goniolens.
2.11 Penatalaksanaan Medis Terhadap Penanggulangan Glaukoma
Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan glaukoma, namun pada
kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan. Penderita glaukoma dapat dirawat
dengan obat tetes mata, operasi laser dan pembedahan. Menurunkan tekanan pada
mata dapat mencegah kerusakan penglihatan yang lebih lanjut. Oleh karena itu
semakin dini deteksi glaukoma maka akan semakin besar tingkat kesuksesan
pencegahan kerusakan penglihatan. Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan
untuk penanggulangan terhadap penderita glaukoma antara lain adalah :
2.11.1 Non Operasi
a) Tetes mata : cara ini merupakan yang paling umum dan sering serta harus
dilakukan secara teratur. Sebagian pasien mendapatkan respon yang bagus dari
obat tetes mata dan sebagian lainnya tidak mendapatkan respon, namun pemilihan
pengobatan harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan tipe glaukomanya.
b) Laser (laser trabeculoplasty) : ini dilakukan jika obat tetes mata tidak
menghentikan kerusakan penglihatan. Pada kebanyakan kasus, meski telah
dilakukan tindakan laser ini, obat tetes mata tetap harus diberikan. Tindakan laser
ini tidak memerlukan pasien untuk dirawat di rumah sakit.
2.11.2 Operasi
Pembedahan (trabeculectomy) : biasanya dilakukan jika tetes mata dan
penanganan dengan laser telah gagal dalam mengontrol tekanan bola mata. Sebuah
saluran dibuat untuk memungkinkan cairan mata mengalir keluar. Tindakan ini dapat
menyelamatkan sisa penglihatan yang ada tapi tidak memperbaiki lapang pandangan
yang telah rusak .
2.12 Pencegahan Glaukoma
Tidak ada satu pun usaha yang dapat mencegah timbulnya glaukoma pada
seseorang. Pengetahuan mengenal glaukoma adalah untuk mencegah terjadinya
kebutaan akibat glaukoma. Masalah kebutaan juga menjadi masalah publik karena
berpengaruh pula terhadap masalah ekonomi seperti : hilangnya produktifitas,
menjadi beban keluarga, beban pendamping, beban pemerintah, dan lain-lain. Adapun
hambatan dalam pencegahan glaukoma adalah : kurangnya partisipasi masyarakat,
kurangnya pengetahuan masyarakat, kurangnya tenaga profesional dan kurangnya
fasilitas.33 Ada empat tingkat pencegahan yang dapat mencegah terjadinya kebutaan
pada penderita glaukoma, yaitu :
2.12.1 Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial adalah pencegahan yang baru dikenal. Tujuan dari
pencegahan primordial adalah untuk menghindari kemunculan atau kemapanan di
bidang sosial, ekonomi dan pola kehidupan yang diketahui mempunyai kontribusi
untuk meningkatkan risiko penyakit. Sasaran dari pencegahan primordial adalah
masyarakat yang sehat secara umum.
Mengingat besarnya masalah kebutaan di dunia, WHO pada tanggal 30
September 1999, mencanangkan komitmen global Vision 2020: The Right to Sight
untuk mendorong pencegahan gangguan penglihatan dan kebutaan. Dalam upaya
mencapai Vision 2020, WHO menetapkan setiap hari Kamis pada bulan Oktober
minggu kedua sebagai peringatan Hari Penglihatan Sedunia (World Sight
Day/WSD).
bola mata. Ini menyebabkan rusaknya saraf optik yang membentuk bagian-bagian retina
di belakang bola mata. Di mana saraf optik ini menyambung jaringan-jaringan penerima
Glaukoma merupakan salah satu penyakit mata. Glaukoma ini adalah kerusakan
saraf mata yang penyebab utamanya adalah tekanan mata yang tinggi,"
(,drDonnyVIstiantoroSpM.)
Glaukoma dapat diderita oleh siapa saja dengan segala usia. Namun, penyakit ini
yang terkena glaukoma, tekanan bola mata, obat-obatan, riwayat trauma (luka
dari populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini, dia menyebutkan, akan
Untuk riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma, untuk glaukoma jenis
tertentu, anggota keluarga penderita mempunyai risiko enam kali lebih besar terkena
penyakit tersebut. Risiko terbesar adalah kakak beradik, kemudian hubungan orangtua
dan anak-anak.
Untuk faktor risiko terhadap tekanan bola mata, pada tekanan bola mata di atas 21
mmHg sangat berisiko tinggi terkena glaukoma. Meskipun untuk sebagian individu,
tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik.
Selain itu, pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol
dokter, obat inhaler untuk penderita asma, obat steroid untuk radang sendi, dan pengasup
obat yang memakai steroid secara rutin lainnya bisa menjadi pemicu faktor risiko
timbulnya glaukoma
Penggunaan obat steroid dalam jangka waktu lama dan terus-menerus, misalnya,
obat tetes mata atau juga seseorang yang menggunakan kacamata dengan minus yang