Вы находитесь на странице: 1из 28

BAB I

PENDAHULUAN

Terdapat ratusan bakteri di dunia. Pada gambar di atas Anda bisa melihat hanya sedikit di antaranya.

Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi
tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta
sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas,
organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta
menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat
dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi
patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme.

Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh juga


berkurang, membuat patogen, termasuk virus yang menyebabkan penyakit. Penyakit

Mekanisme Antigen-Antibodi 1
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
defisiensi imun muncul ketika sistem imun kurang aktif daripada biasanya, menyebabkan
munculnya infeksi. Defisiensi imun merupakan penyebab dari penyakit genetika, seperti
severe combined immunodeficiency, atau diproduksi oleh farmaseutikal atau infeksi, seperti
sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang disebabkan oleh retrovirus HIV. Penyakit
autoimun menyebabkan sistem imun yang hiperaktif menyerang jaringan normal seperti
jaringan tersebut merupakan benda asing. Penyakit autoimun yang umum termasuk
rheumatoid arthritis, diabetes melitus tipe 1 dan lupus erythematosus. Peran penting
imunologi tersebut pada kesehatan dan penyakit adalah bagian dari penelitian.

Sistem imun membentuk sistem pertahanan badan terhadap bahan asing seperti
mikroorganisme (bakteri, protozoa, virus dan parasit), molekul-molekul berpotensi toksik,
atau sel-sel tidak normal (sel terinfeksi virus atau malignan).

Suatu ciri sistem imun ialah keupayaan untuk membedakan bahan-bahan yang wujud
secara semula jadi atau normal (diri) dari bahan-bahan atau agen-agen yang masuk ke dalam
tubuh dari luar (bukan diri) dan menghasilkan gerak balas terhadap bahan bukan diri saja.
Ketidakwujudan khusus suatu gerak balas terhadap diri dikenali sebagai toleransi. Pentingnya
keupayaan untuk membedakan (mendiskriminasi) antara diri dan bukan diri, serta toleransi
diri, ditunjukkan dalam penyakit-penyakit autoimun, apabila fungsi-fungsi tersebut gagal.
Penyakit-penyakit ini terjadi apabila bahan normal tubuh dianggap sebagai asing dan respon
imun dihasilkan terhadap bahan-bahan tersebut. Walau bagaimananpun, sistem imun
lazimnya amat berkesan membedakan antara diri dan bukan diri.

BAB II

Mekanisme Antigen-Antibodi 2
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
SISTEM IMUN

SEJARAH IMUNOLOGI

Imunologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi imunitas. Imunologi
berasal dari ilmu kedokteran dan penelitian awal akibat dari imunitas sampai penyakit.
Sebutan imunitas yang pertama kali diketahui adalah selama wabah Athena tahun 430 SM.
Thucydides mencatat bahwa orang yang sembuh dari penyakit sebelumnya dapat mengobati
penyakit tanpa terkena penyakit sekali lagi. Observasi imunitas nantinya diteliti oleh Louis
Pasteur pada perkembangan vaksinasi dan teori penyakit kuman. Teori Pasteur merupakan
perlawanan dari teori penyakit saat itu, seperti teori penyakit miasma. Robert Koch
membuktikan teori ini pada tahun 1891, untuk itu ia diberikan hadiah nobel pada tahun 1905.
Ia membuktikan bahwa mikroorganisme merupakan penyebab dari penyakit infeksi. Virus
dikonfirmasi sebagai patogen manusia pada tahun 1901 dengan penemuan virus demam
kuning oleh Walter Reed.

Imunologi membuat perkembangan hebat pada akhir abad ke-19 melalui


perkembangan cepat pada penelitian imunitas humoral dan imunitas selular. Paul Ehrlich
mengusulkan teori rantai-sisi yang menjelaskan spesifisitas reaksi antigen-antibodi.
Kontribusinya pada pengertian imunitas humoral diakui dengan penghargaan hadiah nobel
pada tahun 1908, yang bersamaan dengan penghargaan untuk pendiri imunologi selular, Elie
Metchnikoff.

Kerja Jenner dan Pasteur merupakan titik permulaan bidang imunologi secara
saintifik. Paul Ehrlich mengungkapkan teori keimunan humor yang menekankan peranan
antibodi, yaitu protein-protein yang dihasilkan oleh sel-sel dan dibebaskan ke dalam darah,
sebagai agen utama keimunan. Elie Metchnikoff, mengungkapkan teori keimunan
perantaraan sel, di mana fagosit-fagosit memainkan peranan utama melawan bahan asing
termasuk organisma menginfeksi. Kini diketahui kedua teori adalah betul.

Mekanisme Antigen-Antibodi 3
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
Paul Ehrlich

SISTEM IMUN

Sistem imun yang mempertahankan keutuhan tubuh terdiri atas sistem imun
nonspesifik (natural/innate) dan spesifik (adaptive/acquired).

SISTEM IMUN NON SPESIFIK

Sistem imun nonspesifik sudah ada dan berfungsi sejak lahir, sedang yang spesifik
baru berkembang sesudah itu. Sistem imun nonspesifik merupakan pertahanan tubuh
terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme, karena sistem imun spesifik
memerlukan waktu sebelum dapat memberikan responsnya. Sistem imun tersebut disebut
nonspesifik, karena tidak dijumpai terhadap mikroorganisme tertentu.

Pertahanan Fisik

Mekanisme Antigen-Antibodi 4
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
Kulit, selaput lendir, silia saluran nafas, batuk dan bersin dapat mencegah berbagai
kuman patogen masuk ke dalam tubuh. Kulit yang rusak misalnya oleh luka bakar dan
selaput lendir yang rusak oleh karena asap rokok akan meningkatkan infeksi.

Larva parasit yang sedang memasuki kulit manusia (gambar kiri)

Pertahanan Larut

Pertahanan Biokimia. Bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit,
telinga, spermin dalam semen merupakan bahan yang berperan dalam pertahanan tubuh.
Asam hidrolorik dalam cairan lambung, lisosim dalam keringat, ludah, air mata dan air susu
dapat melindungi tubuh terhadap kuman positive-Gram dengan jalan menghancurkan dinding
kuman tersebut. Air susu ibu mengandung pula laktoferin dan asam neuramik yang
mempunyai sifat antibakterial terhadap E.Coli dan stafilokok. Lisozim yang dilepas makrofag
dapat menghancurkan kuman negatif-Gram dengan bantuan komplemen. Dalam darah dan
sekresi tubuh, enzim lisosom membunuh banyak bakteri dengan mengubah dinding selnya. Ig
A juga merupakan pertahanan permukaan mukosa.

Pertahanan Humoral

Komplemen. Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruksi bakteri dan parasit
dengan jalan opsonisasi.

Mekanisme Antigen-Antibodi 5
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
1. Komplemen dapat menghancurkan sel membran banyak bakteri (C8-C9)
2. Komplemen dapat berfungsi sebagai faktor kemotaktik yang mengerahkan makrofag
ke tempat bakteri (C5-6-7)
3. Komplemen dapat diikat pada permukaan bakteri yang memudahkan makrofag untuk
mengenal (opsonisasi) dan memakannya (C3b, C4b)

Interferon. Interferon adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan berbagai sel manusia yang
mengandung nukleus dan dilepas sebagai respons terhadap infeksi virus. Interferon
mempunyai sifat antivirus dengan jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang telah diserang
virus tersebut. Di samping itu, interferon dapat pula mengaktifkan natural killer cell sel NK
untuk membunuh virus dan sel neoplasma.

Mekanisme Antigen-Antibodi 6
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
Fungsi sel NK

C-Reaktive Protein (CRP). CRP dibentuk tubuh pada infeksi. Peranannya ialah sebagai
opsonin dan dapat mengaktifkan komplemen.

Pertahanan Selular

Fagosit/makrofag, sel NK dan sel mast berperan dalam sistem imun nonspesifik selular.

makrofag saat berusaha melahap benda asing

Mekanisme Antigen-Antibodi 7
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
Fagosit
Meskipun berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis, sel utama yang
berperan pada pertahanan nonspesifik adalah sel mononuklear (monosit dan makrofag) serta
sel polimorfonuklear seperti neutrofil. Kedua golongan sel tersebut berasal dari sel
hemopoietik yang sama. Fagositosis dini yang efektif pada invasi kuman, akan dapat
mencegah timbulnya penyakit.

Proses fagositosis terjadi dalam beberapa tingkat sebagai berikut :


 kemotaksis, menangkap, membunuh dan mencerna.

Natural Killer cell (sel NK). Sel NK adalah limfosit tanpa ciri-ciri sel limfoid sistem imun
spesifik yang ditemukan dalam sirkulasi. Oleh karena itu disebut juga sel non B non T atau
sel populasi ketiga atau null cell. Morfologis, sel NK merupakan limfosit dengan granula
besar, oleh karena itu disebut juga Large Granular Lymphocyte/LGL. Sel NK dapat
menghancurkan sel yang mengandung virus atau sel neoplasma. Interferon mempercepat
pematangan dan meningkatkan efek sitolitik sel NK.

Mekanisme Antigen-Antibodi 8
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
Suatu virus yang sedang
memodifikasi strukturnya supaya
tidak dikenali oleh sistem kekebalan.
(Rhinovirus 14)

Sel mast. Sel mast berperan dalam reaksi alergi dan juga dalam pertahanan pejamu yang
jumlahnya menurun pada sindrom immunodefisiensi. Sel mast juga berperan pada imunitas
terhadap parasit dalam usus dan terhadap invasi bakteri. Berbagai faktor nonimun seperti
latihan jasmani, tekanan, trauma, panas dan dingin dapat pula mengaktifkan dan
menimbulkan degranulasi sel mast.

Mekanisme Antigen-Antibodi 9
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
PASUKAN DI DALAM TUBUH

Di dalam nodus limfa pecah pertempuran antara penyerang tubuh dan pasukan pertahanan. Ketika bakteri masuk melalui
saluran limfatis (1), makrofag menelan sebagian penyerang itu (2), menghancurkannya, dan menunjukkan penanda identitas
bakteri itu di permukaannya sendiri. Pesan kimiawi ini diberikan untuk semacam sel darah putih yang dikenal sebagai sel T
penolong (3), yang menanggapi dengan memperbanyak (4) dan melepaskan pesan kimia yang memanggil lebih banyak
pasukan ke bagian itu (5). Sel T lain memberi isyarat kepada sel B untuk turun ke kancah pertempuran (6). Sebagian sel B
mulai bereproduksi (7), dan sel-sel baru ini menyimpan informasi untuk membantu tubuh memerangi musuh yang sama di
kemudian hari (8). Sel B lain mengeluarkan ribuan antibodi setiap detik (9), memaksa bakteri menggumpal (10). Selanjutnya
makrofag menyapu habis, menelan gumpalan bakteri sementara molekul protein tertentu dan antibodi membuat bakteri
mudah ditelan makrofag (11). Terkadang, protein tadi langsung membunuh bakteri dengan merobek dinding selnya (12).
Makrofag pembersih kemudian membersihkan seluruh nodus dari sisa-sisa pertempuran, menelan antibodi yang berserakan,
bakteri mati, dan puing-puing lain sampai infeksi itu hilang.

Fagosit yang terdiri atas sel mononuklear (monosit dan makrofag) dan sel
polimorfonuklear (granulosit yang terdiri atas neutrofil, eosinofil dan basofil) dibentuk dalam
sumsum tulang. Setelah berada dalam sirkulasi untuk 24 jam, sel monosit bermigrasi ke
tempat tujuan di berbagai jaringan dan di sana berdiferensiasi menjadi makrofag. Menurut
fungsinya, makrofag dapat berupa fagosit profesional atau Antigen Presenting Cell (APC)
tanpa pemusnahan. Monosit dan makrofag memiliki reseptor untuk Fc dari Imunoglobulin,
komplemen (C3b), IFN, MIF dan MAF. Di samping itu monosit dan makrofag dapat melepas
bahan-bahan seperti lisozim, komplemen, IFN dan sitokin yang semuanya memberikan
kontribusi dalam pertahanan tubuh. Granulosit yang dibentuk dengan kecepatan 8 juta
sel/menit hanya hidup 2-3 hari, sedang monosit/makrofag dapat hidup untuk beberapa bulan-

Mekanisme Antigen-Antibodi 10
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
tahun. Granulosit yang merupakan 60-70% dari seluruh sel darah putih, ditemukan juga di
luar pembuluh darah karena dapat menembus dinding pembuluh darah. Sel polimorfonuklear
bergerak cepat dan sudah berada di tempat infeksi dalam 2-4 jam, sedang monosit bergerak
lebih lambat dan memerlukan waktu 7-8 jam untuk sampai di tempat tujuan.

SISTEM IMUN SPESIFIK

Sel sistem imun spesifik terdiri atas sel B dan sel T yang masing-masing merupakan
sekitar 10% dan 70-85% dari semua limfosit dalam sirkulasi. Sel B merupakan asal dari sel
plasma yang membentuk imunoglobulin (Ig) yang terdiri atas IgG,IgM,IgA,IgE dan IgD.

1. Sistem imun spesifik humoral. Berperan dalam sistem imun spesifik humoral adalah
limfosit B atau sel B. Sel B tersebut berasal dari sel asal multipoten dalam sumsum
tulang. Pada unggas sel asal tersebut berdiferensiasi menjadi sel B di dalam alat yang
disebut Bursa Fabricius yang letaknya dekat cloaca. Bila sel B dirangsang benda
asing, sel tersebut akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang
dapat membentuk antibodi. Antibodi yang dilepas dapat ditemukan di dalam serum.
Fungsi utama antibodi adalah mempertahankan tubuh terhadap infeksi bakteri., virus
dan menetralisasi toksin.

Sebuah sel B saat membelah


Sebuah sel B diseliputi bakteri.
diri.

2. Sistem imun spesifik selular. Berperan dalam sistem imun spesifik selular adalah
limfosit T atau sel T. Fungsi sel T umumnya adalah :
a. membantu sel B dalam memproduksi antibodi

b. mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus

Mekanisme Antigen-Antibodi 11
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
c. mengaktifkan makrofag dalam fagositosis

d. mengontrol ambang dan kualitas sistem imun

Sel T juga dibentuk dalam sumsum tulang, tetapi diferensiasi dan proliferasi
terjadi dalam kelenjar timus atas pengaruh beberapa faktor asal timus. 90-95 % semua
sel timus tersebut mati dan hanya 5-10 % menjadi matang dan meninggalkan timus
untuk masuk ke dalam sirkulasi dan kelenjar getah bening. Fungsi utama sistem imun
selular adalah pertahanan terhadap mikroorganisme yang hidup intraselular seperti
virus, jamur, parasit dan keganasan.Berbeda dengan sel B, sel T terdiri atas beberapa
sel subset seperti sel T naif, Th1, Th2, T Delayed Type Hypersensitivity (TdTh),
Cytotoxic T Lymphocyte (CTL) atau T cytotoxic atau T cytolytic (Tc) dan T supresor
(Ts) atau T regulator (Tr).

Organ yang terlibat dalam sistem kekebalan tubuh

Sel Th yang disebut sel inducer merupakan regulator sistem imun oleh karena
mengatur fungsi sel-sel sistim imun lainnya termasuk makrofag, sel B dan subset sel
T lainnya. Di samping sel-sel tersebut di atas masih ada sel non T non B yang terdiri
atas sel NK (Natural Killer) dan sel K (Killer). Sel NK dapat membunuh sel tumor
dan sel yang diinfektir virus secara nonspesifik tanpa bantuan antibodi, sedang sel K

Mekanisme Antigen-Antibodi 12
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
merupakan efektor dari ADCC yang dapat membunuh sel secara spesifik tetapi hanya
dengan bantuan antibodi.

Sel T naif (virgin). Sel T naif adalah sel limfosit yang meninggalkan timus, namun belum
berdiferensiasi, belum pernah terpajan dengan antigen dan menunjukkan molekul permukaan
CD45RA. Sel ditemukan dalam organ limfoid perifer. Sel T naif yang terpajan dengan
antigen akan berkembang menjadi sel Th0 yang selanjutnya dapat berkembang menjadi sel
efektor Th1 dan Th2 yang dapat dibedakan atas dasar jenis-jenis sitokin yang diproduksinya.
Sel Th0 memproduksi sitokin dari kedua jenis sel tersebut seperti IL-2, IFN dan IL-4.

Sel T CD4 (Th1 dan Th2). Sel T naif CD4 masuk sirkulasi dan menetap di dalam organ
limfoid seperti kelenjar getah bening untuk bertahun-tahun sebelum terpajan dengan antigen
atau mati. Sel tersebut mengenal antigen yang dipresentasikan bersama molekul MHC-II oleh
APC dan berkembang menjadi subset sel Th1 atau sel Tdth (Delayed Type Hypersensitivity)
atau Th2 yang tergantung dari sitokin lingkungan. Dalam kondisi yang berbeda dapat
dibentuk dua subset yang berlawanan.

Hubungan sel T dengan Major


histocompatibility complex kelas I atau
Major histocompatibility complex kelas
II, dan antigen (merah)

Sel T CD8 (Cytotoxic T Lymphocyte / CTL / T cytotoxic / T cytolytic / Tc).

Mekanisme Antigen-Antibodi 13
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
Pada orang yang kebal, sel T pembunuh menyerang dan
menghancurkan sel yang membawa antigen asing,
seperti sel yang terinfeksi virus atau sel kanker. Sel T ini
memiliki vakuola penyimpanan yang mengandung
senyawa kimia, disebut perforin, karena ia melubangi
membran sel dan melepaskan unit perforin protein. Unit
ini bersatu membentuk lubang pada membran sasaran.
Setelah itu, cairan dan garam masuk sehingga sel
sasaran akhirnya pecah

Sel T CD8 naif yang keluar dari timus disebut juga CTL/Tc. Sel tersebut mengenal
antigen yang dipresentasikan bersama molekul MHC-I yang ditemukan pada semua sel yang
bernukleus. Fungsi utamanya adalah menyingkirkan sel yang terinfeksi virus dengan
menghancurkan sel ganas dan sel histoimkompatibel yang menimbulkan penolakan pada
transplantasi. Dalam keadaan tertentu, CTL/Tc dapat juga menghancurkan sel yang terinfeksi
bakteri intraselular. Istilah sel T inducer digunakan untuk menunjukkan aktivitas sel Th
dalam mengaktifkan sel subset T lainnya.

Sel Ts (T supresor) atau sel Tr (T regulator). Sel Ts (supresor) yang juga disebut sel Tr
(regulator) atau Th3 berperan menekan aktivitas sel efektor T yang lain dan sel B. Menurut
fungsinya, sel Ts dapat dibagi menjadi sel Ts spesifik untuk antigen tertentu dan sel Ts
nonspesifik. Tidak ada petanda unik pada sel ini, tetapi penelitian menemukan adanya
petanda molekul CD8. Molekul CD4 kadang dapat pula supresif. Kerja sel T regulator diduga
dapat mencegah respons sel Th1. APC yang mempresentasikan antigen ke sel T naif akan
melepas sitokin IL-12 yang merangsang diferensiasi sel T naif menjadi sel efektor Th1. Sel
Th1 memproduksi IFN- yang mengaktifkan makrofag dalam fase efektor. Sel T regulator
dapat mencegah aktivasi sel T melalui mekanisme yang belum jelas (kontak yang diperlukan

Mekanisme Antigen-Antibodi 14
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
antara sel regulator dan sel T atau APC). Beberapa sel T regulator melepas sitokin
imunosupresif seperti IL-10 yang mencegah fungsi APC dan aktivasi makrofag dan TGF-b
yang mencegah proliferasi sel T dan aktivasi makrofag.

Gambar ini memperlihatkan cara sel memecah mikroba dan menyerahkannya kepada sel T. Seperti yang ditunjukkan
di bagian kanan, sel T akan diaktivasi hanya jika reseptor antigennya cocok dengan antigen tersebut, jika molekul
CD4 menempel ke kompleks antigen, dan jika sejumlah molekul lain (kanan) berkombinasi satu sama lain. Mekanisme
pengamanan ini mencegah agar sel T matang tidak melancarkan serangan kekebalan terhadap tuan rumahnya.

ANTIGEN DAN ANTIBODI

ANTIGEN

Mekanisme Antigen-Antibodi 15
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
Antigen poten alamiah terbanyak adalah protein besar dengan berat molekul lebih dari
40.000 dalton dan kompleks polisakarida mikrobial. Glikolipid dan lipoprotein dapat juga
bersifat imunogenik, tetapi tidak demikian halnya dengan lipid yang dimurnikan. Asam
nukleat dapat bertindak sebagai imunogen dalam penyakit autoimun tertentu, tetapi tidak
dalam keadaan normal.

Pembagian Antigen

1. Pembagian antigen menurut epitop


a. Unideterminan, univalen. Hanya satu jenis determinan/epitop pada satu
molekul.

b. Unideterminan, multivalen. Hanya satu jenis determinan tetapi dua atau lebih
determinan tersebut ditemukan pada satu molekul.

c. Multideterminan, univalen. Banyak epitop yang bermacam-macam tetapi


hanya satu dari setiap macamnya (kebanyakan protein).

d. Multideterminan, multivalen. Banyak macam determinan dan banyak dari


setiap macam pada satu molekul (antigen dengan berat molekul yang tinggi
dan kompleks secara kimiawi).

2. Pembagian antigen menurut spesifitas

a. Heteroantigen, yang dimiliki oleh banyak spesies

b. Xenoantigen, yang hanya dimiliki spesies tertentu

c. Aloantigen (isoantigen), yang spesifik untuk individu dalam satu spesies

d. Autoantigen, yang dimiliki alat tubuh sendiri

3. Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T

a. T dependen, yang memerlukan pengenalan oleh sel T terlebih dahulu untuk


dapat menimbulkan respons antibodi. Kebanyakan antigen protein termasuk
dalam golongan ini.

Mekanisme Antigen-Antibodi 16
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
b. T independen, yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk
membentuk antibodi. Kebanyakan antigen golongan ini berupa molekul besar
polimerik yang dipecah di dalam tubuh secara perlahan-lahan, misalnya
lipopolisakaridam ficoll, dekstran, levan, flagelin polimerik bakteri.

4. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi

a. Hidrat arang (polisakarida). Hidrat arang pada umumnya imunogenik.


Glikoprotein yang merupakan bagian permukaan sel banyak mikroorganisme
dapat menimbulkan respons imun terutama pembentukan antibodi. Contoh
lain adalah respons imun yang ditimbulkan golongan darah ABO, sifat antigen
dan spesifisitas imunnya berasal dari polisakarida pada permukaan sel darah
merah.

b. Lipid. Lipid biasanya tidak imunogenik, tetapi dapat menjadi imunogenik bila
diikat protein pembawa. Lipid dianggap sebagai Hapten, contohnya adalah
sfingolipid.

c. Asam nukleat. Asam nukleat tidak imunogenik, tetapi dapat imunogenik bila
diikat protein molekul pembawa. DNA dalam bentuk heliksnya biasanya tidak
imunogenik. Respons imun terhadap DNA terjadi pada pasien dengan Lupus
Eritematosus Sistemik (LES)

d. Protein. Kebanyakan protein adalah imunogenik dan pada umumnya


multideterminan dan univalen.

Imunogen dan Hapten. Antigen yang disebut imunogen adalah bahan yang dapat
merangsang respons imun atau bahan yang dapat bereaksi dengan antibodi yang sudah ada
tanpa memperhatikan kemampuannya untuk merangsang produksi antibodi. Secara
fungsional antigen dibagi menjadi imunogen dan hapten. Bahan kimia ukuran kecil seperti
dinitrofenol dapat diikat antibodi, tetapi bahan tersebut sendiri tidak dapat mengaktifkan sel
B (tidak imunogenik). Untuk memacu respons antibodi, bahan kecil tersebut perlu diikat oleh
molekul besar. Kompleks yang terdiri atas molekul kecil (disebut hapten) dan molekul besar
(disebut carrier atau molekul pembawa) dapat berperan sebagai imunogen.

Mekanisme Antigen-Antibodi 17
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
Epitop. Epitop atau determinan antigen adalah bagian dari antigen yang dapat membentuk
kontak fisik dengan reseptor antibodi, menginduksi pembentukan antibodi, dapat diikat
dengan spesifik oleh bagian dari antibodi atau oleh reseptor antibodi. Makromolekul dapat
memiliki berbagai epitop yang masing-masing merangsang produksi antibodi spesifik yang
berbeda. Paratop adalah bagian dari antibodi yang mengikat epitop.

ANTIBODI

Antibodi atau imunoglobulin (Ig) adalah golongan protein yang dibentuk sel plasma
(proliferasi sel B) setelah terjadi kontak dengan antigen. Antibodi ditemukan dalam serum
dan jaringan dan mengikat antigen secara spesifik. Antibodi merupakan molekul-molekul
dalam plasma yang berfungsi mengancam dan bergabung dengan antigen asing. Antibodi
tergolong ke dalam kumpulan protein yang dipanggil imunoglobulin (Ig).

Semua molekul Ig mempunyai 4 polipeptid dasar yang terdiri atas 2 rantai berat
(heavy chain) dan 2 rantai ringan (light chain) yang identik, dihubungkan satu dengan lainnya
oleh ikatan disulfida.

Mekanisme Antigen-Antibodi 18
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
Unit dasar antibodi yang terdiri atas 2 rantai berat dan 2 rantai ringan yang identik,
diikat menjadi satu oleh ikatan disulfida yang dapat dipisah-pisah dalam berbagai fragmen.

A = rantai berat (berat molekul : 50.000 – 77.000)


B = rantai ringan (berat molekul : 25.000)
C = ikatan disulfida

Terdapat lima kelas imunoglobulin berdasarkan perbedaan struktur, yaitu IgG, IgM,
IgA, IgD dan IgE. Setiap satu kelas mempunyai ciri-ciri biologi dan fungsi berbeda.

IgG. IgG merupakan komponen utama (terbanyak) imunoglobulin serum, dengan berat
molekul 160.000. Kadarnya dalam serum yang sekitar 13 mg/ml merupakan 75% dari semua
Ig. IgG ditemukan juga dalam berbagai cairan lain antaranya cairan saraf sentral (CSF) dan
juga urin. IgG dapat menembus plasenta dan masuk ke janin dan berperan pada imunitas bayi
sampai umur 6-9 bulan. IgG dapat mengaktifkan komplemen, meningkatkan pertahanan
tubuh melalui opsonisasi dan reaksi inflamasi.

IgA. IgA ditemukan dalam jumlah sedikit dalam serum, tetapi kadanya dalam cairan sekresi
saluran napas, cerna dan kemih, air mata, keringat, ludah dan kolostrum lebih tinggi dalam
bentuk IgA sekretori (sIgA). IgA dan sIgA dapat menetralisir toksin, virus,
mengagglutinasikan kuman dan mengaktifkan komplemen (jalur alternatif). sIgA diproduksi
lebih dulu dari pada IgA dalam serum dan tidka menembus plasenta.

Mekanisme Antigen-Antibodi 19
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
IgM. IgM ialah imunoglobulin berukuran paling besar dan mempunyai rumus bangun
pentamer. IgM dibentuk paling awal pada respons imun primer tetapi tidak berlangsung
lama, karena itu kadar IgM yang tinggi merupakan tanda adanya infeksi dini. IgM dapat
mencegah gerakan mikroorganisme patogen, memudahkan fagositosis dan merupakan
aglutinator kuat terhadap butir antigen. IgM juga merupakan antibodi yang dapat mengikat
komplemen dengan kuat dan tidak menembus plasenta.

IgD. IgD ditemukan dengan kadar yang sangat rendah dalam darah (1 % dari total
imunoglobulin dalam serum). IgD tidak mengikat komplemen, mempunyai aktivitas antibodi
terhadap antigen berbagai makanan dan autoantigen seperti komponen nukleus. Selanjutnya
IgD ditemukan bersama IgM pada permukaan sel B sebagai reseptor antigen pada aktivasi sel
B.

IgE. IgE ditemukan dalam serum dalam jumlah yang sangat sedikit. IgE mudah diikat
mastosit, basofil, eosinofil, makrofag dan trombosit yang pada permukaannya memiliki
reseptor untuk fraksi Fc dari IgE. IgE dibentuk juga setempat oleh sel plasma dalam selaput
lendir saluran nafas dan cerna. Kadar IgE serum yang tinggi ditemukan pada alergi, infeksi
cacing, skistosomiasis, penyakit hidatid, trikinosis. Kecuali pada alergi, IgE diduga juga
berperan pada imunitas parasit. IgE pada alergi dikenal sebagai antibodi reagin.

RESPONS IMUN

Mekanisme Antigen-Antibodi 20
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
Sel-sel utama yang berperan pada respons imun yaitu makrofag, sel T dan sel B. Sel-
sel tersebut berinteraksi satu dengan yang lain secara langsung atau melalui interleukin (IL).
Selain itu diikutsertakan pula komplemen, sel NK dan sel K.

Mikroorganisme yang menembus pertahanan mekanik nonspesifik masih dapat


dieliminir oleh elemen-elemen dari sistim imun nonspesifik lainnya. Enzim lisozom yang
ditemukan dalam banyak sekresi mampu menghancurkan dinding banyak bakteri.
Komplemen dapat diaktifkan secara alternatif oleh berbagai bakteri. Aktivasi tersebut akan
mengeliminir bakteri melalui lisis atau peningkatan fagositosis (melalui faktor kemotaktik,
opsonin dan reseptor untuk komplemen pada permukaan fagosit).

Acute phase protein meningkat dan salah satu dari protein tersebut adalah C Reactive
Protein (CRP) dan disebut demikian oleh karena mengikat protein C dari pneumokok. Ikatan
antara CRP dan protein C tadi akan mengaktifkan komplemen secara alternatif. Aktivasi
komplemen terlihat padasistim imun nonspesifik lainnya. Enzim lisozom yang ditemukan
dalam banyak sekresi mampu menghancurkan dinding banyak bakteri. Komplemen dapat
diaktifkan secara alternatif oleh berbagai bakteri. Aktivasi tersebut akan mengeliminir bakteri
melalui lisis atau peningkatan fagositosis (melalui faktor kemotaktik, opsonin dan reseptor
untuk komplemen pada permukaan fagosit). Acute phase protein meningkat dan salah satu
dari protein tersebut adalah C Reactive Protein (CRP) dan disebut demikian oleh karena
mengikat protein C dari pneumokok. Ikatan antara CRP dan protein C tadi akan
mengaktifkan komplemen secara alternatif.

Yang berperanan pada imunitas virus adalah sel NK dan interferon (IFN). IFN
mengaktifkan sel NK dan meningkatkan resistensi sel normal terhadap infeksi virus.

Bila pertahanan sistim imun nonspesifik tidak dapat mengeliminir kuman, sistim imun
spesifik akan dikerahkan. Sistim ini bekerja spesifik dan menggunakan rnemori. Antigen
akan mencetuskan serentetan reaksi yang menghasilkan aktivasi limfosit, produksi antibodi
dan limfosit efektor yang spesifik untuk imunogen.

Pada pertahanan spesifik ini, antigen mula-mula ditangkap oleh APC dan
dipresentasikan ke sel T. Pada waktu yang bersamaan sel APC melepas IL-1 yang
mengaktifkan sel T. Sel T yang diaktifkan melepas berbagai interleukin. Dalam respons
terhadap kebanyakan antigen (kecuali antigen se! T independen) antigen perlu diproses
Mekanisme Antigen-Antibodi 21
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
dahulu oleh sel APC. Hal ini disebabkan oleh karen sel T yang merupakan regulator dari
respons imun, hanya mengenal antigen melalui molekul MHC kelas II (MHC restricted). Sel-
sel yang memiliki permukaan MHC kelas II dan berfungsi sebagai APC adalah makrofag, sel
dendritik, sel Langerhans di kulit, sel Kupffer dihati, sel mikroglia di susunan saraf pusat, sel
B dan sekitar 1% dari semua sel monosit perifer.

Sebagai regulator respons imun, sel Th mengaktifkan limfosit lainnya dari sistim
imun seperti sel B, sel Te dan sel Tdh. Aktivasi sel Th tersebut memerlukan 2 signal, yang
pertama berasal dari ikatan antara reseptor antigen pada permukaan sel T dengan kompleks
antigen MHC krlas II pada sel APC dan yang keduaberasal dari interleukin-1 (protein larut
yang diproduksi sel APC). Kedua signal bersama-sama akan meningkatkan reseptor/ekspresi
permukaan untuk limfokin lain, IL-2 serta produksi faktor pertumbuhan dan diferensiasi
(growth and differentiation factor) antara lain untuk sel B dan makrofag. IL-2 meningkatkan
pertumbuhan sel yang memiliki ekspresi IL-2 (reseptor untuk IL-2) termasuk sel Th sendiri
(efek autokrin) dan sel Tc. Jadi fungsi utama dari IL-2 ialah meningkatkan respons imun.

Sel Th akan mengaktifkan pula sel Tc yang fungsi utamanya membunuh semua sel
yang non-self. Sel Tc dapat dibedakan dari sel Th oleh karena memiliki antigen CD8 dan
dapat mengenal antigen asing dengan profil MHC kelas I. Protein CD4 mengikat molekul
MHC kelas II dan CD8 mengikat molekul MHC kelas I pada APC. Jadi baik sel CD4
maupun CD8 berpartisipasi dalam pengenalan kompleks antigen-MHC.

Aktivasi sel Tc juga memerlukan 2 signal; yang pertama berasal dari interaksi antara
reseptor pada sel T dengan kompleks asing molekul MHC kelas I pada sel sasaran (yang
dapat berupa sel yang diinfektir virus, sel tumor atau sel transplan). Signal kedua berasal dari
IL-2 yang diproduksi sel Th yang diaktifkan. Sel Tc yang diaktifkan memproduksi sitokin
yang dapat menghancurkan sel. Sel B menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi.

Mekanisme Antigen-Antibodi 22
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
Di samping aktivasi sel Th seperti digambarkan di atas, sel B yang relevan juga
mengikat antigen melalui reseptornya (berupa antibodi yang diikat pada permukaan selnya
dan sama dengan jenis antibodi yang akan disekresinya kemudian). Ikatan tersebut
merupakan signal aktivasi awal. Untuk aktivasi lengkap dari sel B masih diperlukan signal

Mekanisme Antigen-Antibodi 23
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
dari sel Th berupa B Cell Growth Factor (BCGF) dan B Cell Differentiating Factor (BCDF).
Sebetulnya sel B dapat pula berfungsi sebagai sel APC, mengolah antigen. Kompleks antigen
MHC kelas II dapat mengaktifkan sel T (kurang poten dibanding dengan APC) atau
membentuk sel T memori BCGF merangsang proliferasi sel B dan BCDF merangsang sel B
untuk diferensiasi menjadi sel plasma dan membentuk antibodi. Jadi proses lengkap aktivasi
dan diferensiasi sel B memerlukan sedikitnya 3 signal, satu dari antigen dan 2 dari sel Th.
Sebagian sel B yang diaktifkan berproliferasi tetapi tidak berdiferensiasi menjadi sel plasma.
Mungkin hal tersebut disebabkan oleh karena tidak mendapat cukup BCDF. Sel tersebut
menjadi sel memori yang hidup lama.

Sel Ts dapat menekan baik fungsi sel Th maupun sel B. Sel Ts memiliki petanda
permukaan CD8 seperti sel Tc, tetapi sel Ts tidak memiliki efek sitotoksik. Bekerjanya
diduga melalui penglepasan mediator yang menekan fungsi sel Th dan sel B.

MEKANISME ELIMINASI ANTIGEN

Fungsi akhir dari sistem imun adalah mengeliminir bahan asing. Hal ini dilakukan
melalui berbagai jalan :

1). Sel Tc dapat menghancurkan antigen asing seperti sel kanker dan sel yang
mengandung virus secara langsung melalui penglepasan sitotoksin.

2). Antibodi berfungsi dalam respons imun melalui beberapa jalan


a. Neutralisasi toksin
Antibodi yang spesifik (IgG, IgA) untuk toksin bakteri atau bisa serangga/ular dapat
mengikat antigen dan menginaktifkannya. Kompleks ikatan tersebut selanjutnya akan
dieliminir oleh sistim fagosit makrofag.

b. Neutralisasi virus Antibodi yang spesifik (IgG, IgA) terhadap epitop pada
permukaan virus akan mencegah ikatan virus dengan sel mukosa sehingga
mencegah infeksi, Sel NK dapat menghancurkan sel yang diinfeksi virus.

c. Opsonisasi bakteri

Mekanisme Antigen-Antibodi 24
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
Antibodi (IgG, IgM) dapat menyelimuti permukaan bakteri sehingga memudahkan
eliminasi oleh fagosit (yang memiliki reseptor untuk Fc dari Ig). Ikatan dengan
makrofag tersebut memudahkan fagositosis (opsonin).

d. Aktivasi komplemen

Beberapa kelas antibodi (IgG, IgM, IgA) dapat mengaktifkan komplemeti. Bila epitop
ada pada permukaan sel misalnya bakteri, maka komplemen yang diaktifkan dapat
menghancurkan sel tersebu melalui efek enzim. Beberapa komponen komplemen
(C3b, C4b) juga memiliki sifat opsonin. Opsonin tersebut berikatan dengan kompleks
antigen-antibodi dan akhirnya dengan reseptor pada permukaan makrofag sehingga
memudahkan fagositosis. Ada komponen komplemen yang berupa kemotaktik (C3a,
C5a) untuk neutrofil dan ada yang mengaktifkan mastositdan basofil (anafilatoksin)
untuk melepas histamin. Beberapa bakteri seperti E. coil dan S. aureus dapat
mengaktifkan komplemen langsung melalui jalur alternatif. Respons melalui
komplemen sangat kompleks dan penting dalam inflamasi yang juga merupakan
mekanisme pertahanan. Sistim enzim lain yang berperanan pada inflamasi ialah sistim
kinin, clotting dan fibrinolitik.

e. ADCC (Antibody Dependent Cellular Cytotoxicity)

Antibodi utama IgG dapat diikat Killer cell (sel K) (atau sel lain seperti eosinofil,
neutrofil, yang memiliki reseptor untuk Fc dari IgG). Sel yang dipersenjatai olch IgG
tersebut dapat mengikat sel sasaran (bakteri, sel tumor, penolakan transplan, penyakit
autoimun dan parasit) dan membunuhnya. Beda sel K dari sel Tc ialah karena sel K
tidak memiliki petanda CD8 dan memerlukan antibodi dalam fungsinya.

3). Inflamasi dan hipersensitivitas lambat (Delayed Type Hypersensitivity, DTH)

Menyusul presentasi antigen oleh sel APC, sel Th melepas limfokin yang
mengerahkan dan mengaktilkan makrofag dan menimbulkan reaksi inflamasi.
Respons inflamasi ini disebut lambat atau hiperreaktivitas lambat oleh karena
memerlukan 24-28 jam sedang respons inflamasi yang terjadi melalui antibodi terjadi
dalam beberapa menit-jam. Kedua respons inflamasi tersebut juga berbeda dalam
jenis sel yang dikerahkan: pada respons lambat sel mononuklear dan pada inflamasi

Mekanisme Antigen-Antibodi 25
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
antibodi-komplemen, terutama sel polimorfonuklear. Inflamasi mempunyai efek baik
dan buruk oleh karena disamping eliminasi bahan asing, juga dapat menimbulkan
kerusakan jaringan.

4). Eliminasi protozoa

Baik imunitas humoral maupun selular (makrofag dan sel T yang diaktifkan)
berperanan pada eliminasi P. carinii, Giardia dan T. gondi.

5). Eliminasi jamur

Respons imun terhadap jamur adalah kompleks; yang penting antara lain mekanisme
selular clan efek toksik melalui neutrofil. Dinding sel jamur dapat mengaktifkan
komplemen (jalur alternatif) yang menghasilkan opsonin dan memudahkan
fagositosis.

BAB III

KESIMPULAN

Salah satu sistem terpenting, yang terus-menerus melakukan kegiatan dan tidak
pernah melalaikan tugasnya, adalah sistem pertahanan. Sistem ini melindungi tubuh siang
dan malam dari semua jenis penyerang. Ia bekerja dengan penuh ketekunan, layaknya
pasukan tempur berperalatan lengkap, bagi tubuh yang dilayaninya.

Setiap sistem, organ, atau kelompok sel di dalam tubuh mewakili keseluruhan di
dalam suatu pembagian kerja yang sempurna. Setiap kegagalan dalam sistem menghancurkan
tatanan ini. Dan sistem kekebalan sangat diperlukan.
Mekanisme Antigen-Antibodi 26
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
Fungsi sistem imun yang baik diperlukan untuk mempertahankan keutuhan tubuh.
Eliminasi mikroorganisme dapat terjadi melalui berbagai cara yang melibatkan fagosit, APC,
sel T (sel Th, Ts, Tc dan Tdh), sel B (antibodi), komplemen, sel NK dan sel K. Sel Th
merupakan regulator dari sistem imun oleh karena mengatur fungsi sel-sel sistem imun
lainnya.Terganggunya fungsi satu komponen sistem imun atau l ebih, jelas akan
meningkatkan risiko terhadap infeksi termasuk infeksi nosokomial.

Secara singkat, sistem kekebalan dapat didefinisikan sebagai "prajurit yang sangat
disiplin, teratur dan pekerja keras yang melindungi tubuh dari cengkeraman musuh
eksternal." Dalam peperangan aneka rupa ini, tugas utama dari elemen yang berperang di
garis depan adalah untuk mencegah sel musuh, seperti bakteri atau virus, memasuki tubuh.

Pertama, berbagai jenis fagosit, yang disebut "sel pemakan" akan langsung beraksi.
Kemudian makrofag, jenis spesifik lain dari fagosit, mendapat gilirannya. Makrofag ini
menghancurkan semua musuh dengan jalan menelannya. Makrofag juga menjalankan tugas
lain seperti mengajak sel-sel pertahanan lainnya ke arena pertempuran, dan menaikkan suhu
tubuh. Meningkatnya suhu tubuh atau demam di awal sakit sangat penting, karena orang yang
mengalaminya akan merasa kelelahan dan perlu beristirahat, hal ini menghemat energi yang
diperlukan untuk memerangi musuh.

Apabila unsur-unsur sistem kekebalan ini terbukti tidak memadai untuk musuh yang
memasuki tubuh, maka limfosit, sang jagoan sistem, ikut bermain. Ada dua jenis limfosit; sel
B dan sel T. Keduanya ini kemudian juga terbagi ke dalam dua kelompok.

Setelah makrofag, yang datang berikutnya adalah sel T penolong. Ia mungkin


dianggap agen administratif sistem. Setelah sel T penolong mengenali musuh, mereka
memperingatkan sel-sel lain supaya mengangkat kapak perang untuk melawannya. Begitu
diberi tahu, sel T pembunuh memainkan perannya menghancurkan musuh yang menyerbu.

Sel B merupakan pabrik senjata dalam tubuh manusia. Mengikuti rangsang dari sel T
penolong, sel B segera mulai memproduksi semacam senjata yang disebut "antibodi". Kalau
tanda peringatan sudah berakhir, sel T penekan menghentikan kegiatan semua sel pertahanan,
dan karena itu mencegah pertempuran berlangsung lebih lama daripada yang diperlukan.

Mekanisme Antigen-Antibodi 27
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008
Mekanisme Antigen-Antibodi 28
Ardini-Agnes/interna/RSUP.Fatmawati/Januari2008

Вам также может понравиться