Вы находитесь на странице: 1из 8

c 

Mikrosirkulasi merupakan peredaran darah kecil yang paling utama terdiri

dari arteri, arteriol, kapiler, vena dan venula yang hanya dapat dilihat secara

mikroskopis karena berukuran kecil. Arteri disusun oleh otot polos dan mengandung

serat kolagen dan serat elastik. Otot polos tersebut akan membesar dan mengecil

sesuai dengan kebutuhan oksigen yang diperlukan sehingga dengan adanya otot polos

itu dapat menambah setiap aliran darah kesel yang membutuhkan.

Pada percobaan mikrosirkulasi ini dilakukan pada selaput renang dan

mesentrium katak, yaitu dengan mengamati pembuluh darah yang ada. Pada

percobaan ini membutuhkan jaringan yang masih hidup, karena akan mengamati

aliran darahnya. Dalam pengamatan yang dilakukan dibawah mikroskop ini

ditemukan t iga jenis pembuluh darah, yaitu venula , kapiler, dan arterio l.

Dari ket iga pembuluh darah tersebut didapatkan ciri±ciri dari venula

adalah berwarna merah, diameternya sedang, arah aliran darah ke luar

organ dan menuju jantung, dan kecepatan aliran darahnya cepat, serta

jumlah sel darah merah yang melewat i banyak. Untuk pembuluh kapiler

mempunyai ciri±ciri yaitu berwarna merah muda, diameternya paling kecil

diantara 3 tipe ini, arah aliran darahnya keluar organ dan menuju jantung,

dan kecepatan aliran darahnya lambat, serta jumlah sel darah merah yang

melewat i hanya satu sel. Pada arteriol mempunyai ciri±ciri berwarna

merah pekat, diameternya paling besar diantara tiga t ipe, aliran darahnya

kearah organ dan meninggalkan jantung, kecepatan aliran darahnya sedang,

serta jumlah sel darah merah yang melewati banyak.


Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, terdapat kesalahan mengenai

tingkat kecepatan antara arteriol, kapiler, dan venula. Seharusnya kecepatan aliran

darah jika diurutkan dari yang tercepat sampai terlambat adalah arteriola, kapiler

darah, dan venula. Di samping itu arah aliran darah pada kapiler darah seharusnya

tidak hanya menuju jantung meninggalkan organ, tetapi seharusnya ada juga kapiler

darah yang meninggalkan jantung menuju organ. Kesalahan dan kekurangan tersebut

dimungkinkan karena kurang telitinya dalam pengamatan.

Kapiler adalah pembuluh berdinding tipis (rata-rata1µm) yang terdiri dar i

selapis sel endotel pipih. Lumennya pun sangat sempit dibandingkan

pembuluh lainnya, hal ini dapat dikaitkan dengan fungsinya sebagai lokasi

pertukaran gas dan nutrisi yang diistribusikan oleh eritrosit. Pada kecepatan aliran

darah yang paling cepat adalah arteriol, dan yang paling lambat adalah venula.

Kemungkinan hal ini karena arteriol mengalirkan darah dari jantung, darah yang

dipompa oleh jantung mempunyai kecepatan yang sangat cepat. Sedangkan

venula aliran darahnya dari organ yang t idak dipompa. Arah aliran darah

pada kapiler adalah keluar dan masuk organ, hal ini dapat dikaitkan dengan

fungsinya sebagai lokasi pertukaran gas dan nutrisi yang diistribusikan oleh darah

(Nurhayati, dkk. 2011).

Dilihat dari perbedaan warna pembuluh darah, semakin pekat warna

merah pada darah art inya makin banyak mengandung CO2. Jika warna

semakin muda maka kandungan O 2 adalah banyak, karena di dalam

pembuluh darah terdapat darah yang mengandung hemoglobin.

Hemoglobin ini mengandung Fe yang jika berikatan dengan oksigen maka


warna merahnya akan semakin muda. Jadi venula mengandung O2 yang sedang,

kapiler mengandung O2 paling banyak, dan yang paling sedikit mengandung O2

adalah arteriol. Pada diameter pembuluh darah, arteriol mempunyai diameter

terbesar, kemudian diikut i venula dan yang terakhir adalah kapiler. Arteriol

mempunyai dinding yang tebal karena darah yang mengalir dari jantung di pompa

sangat kuat dengan tekanan yang tinggi. Venula dengan dinding lebih tipis

mengirimkan darah kembali ke jantung dengan kecepatan dan tekanan rendah setelah

darah itu melewati hamparan kapiler (McLaughlin et al, 2007).

Pengaruh rangsang terhadap kecepatan aliran darah diberi lima perlakuan,

yaitu tanpa perlakuan (normal), pemberian air dingin, pemberian air hangat,

pemberian epinefrin, pemberian asetil kolin, dan pemberian asam asetat.

Pada pengamatan mesenteron katak, didapatkan hasil bahwa dalam keadaan

normal kecepatan aliran darah tercepat pada venula, kemudian arteriola, dan yang

paling lambat adalah kapiler. Hal ini memang kurang tepat dengan teori yang telah

disebutkan sebelumnya bahwa pada kecepatan aliran darah yang paling cepat adalah

arteriol, dan yang paling lambat adalah venula. Sedangkan kapiler darah mempunyai

kecepatan sedang.

Perlakuan selanjutnya yaitu mesenteron katak ditetesi dengan air dingin. Dari

perlakuan tersebut didapatkan hasil bahwa kecepatan aliran darah pada arteriol

meningkat dua kali lipat, kecepatan aliran darah pada kapiler meningkat tiga kali

lipat, sedangkan kecepatan aliran darah pada venula meningkat dua tingkat. Sehingga

kecepatan aliran darah pada ketiganya meningkat. Hal ini juga kurang sesuai dengan

teori yang telah dikemukakan, yang seharusnya setelah pembuluh darah yang telah
ditetesi air dingin maka kecepatan aliran darah akan menurun. Kesalahan tersebut

dimungkinkan karena air yang diberikan kurang dingin.

Saat diteteskan air dingin, aliran darah menjadi lambat. Hal ini disebabkan

mengkerutnya otot-otot polos pada pembuluh darah karena terkana air dingin.

Sehingga diameter pembuluh darah menjadi kecil yang disebut vasokontriksi.

Mengecilnya pembuluh darah ini menyebabkan resistensi arteriol meningkat dan

terjadilah penurunan aliran darah (Sherwood, 2001). Bisa juga kemungkinan karena

darah menjadi lebih kental, sehingga aliran darah menjadi lambat.

Pada saat diteteskan air hangat, aliran darah pada mesenteron katak sama

dengan perlakuan awal (keadaan normal), artinya kecepatan darah menurun dari

perlakuan sebelumnya. Hal ini kurang sesuai dengan teori. Kesalahan tersebut

dimungkinkan karena air yang diteteskan kurang panas.

Pada saat diteteskan air panas, aliran darah lebih cepat karena air panas

membuat dinding pembuluh darah menjadi lemas dan mudah membesar

(vasodilatasi). Vasodilatasi juga menyebabkan penurunan resistensi arteriol, sehingga

akan lebih banyak darah yang mengalir ke daerah-daerah dengan resistensi arteriol

rendah (Sherwood, 2001).

Setelah diteteskan epinefrin, kecepatan aliran darah meningkat pada arteriola,

kapiler darah, dan venula. Hal ini sesuai dengan teori yang telah dikemukakan.

Menurut Aminah (2011), pada penambahan adrenalin/epinephrine terjadi peristiwa

vasokonstriksi yang mengakibatkan penyempitan diameter pembuluh darah, sehingga

kecepatan aliran darah meningkat. Mekanisme terjadinya vasokonstriksi adalah sama

seperti pada perangsangan saraf simpatis, namun menggunakan faktor stimulan


dengan menambahkan adrenalin/epinephrine pada percobaan ini sehingga reflex yang

mengatur tekanan arteri, sehingga tekanan meningkat. Adrenalin/ epinephrine beredar

di dalam darah selama satu sampai tiga menit sebelum dirusak, jadi mempertahankan

eksitasi sirkulasi yang agak memanjang. Hormon-hormon ini dapat mencapai

beberapa bagian sirkulasi yang tidak mempunyai persarafan simpatis sama sekali,

termasuk pembuluh darah sangat kecil seperti meta- arteriole. Dan hormon-hormon

ini mempunyai aksi yang sangat kuat pada beberapa jaringan vascular. Hal ini yang

membuat aliran darah pada mesenterium katak menjadi meningkat kecepatannya.

Epinefrin selalu akan dapat menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah

arteri dan memicu denyut dan kontraksi jantung sehingga menimbulkan tekanan

darah naik seketika dan berakhir dalam waktu pendek. Hormon epinefrin menyebar di

seluruh tubuh, dan menimbulkan tanggapan yang sangat luas, yaitu laju dan kekuatan

denyut jantung meningkat sehingga tekanan darah meningkat, kadar gula darah dan

laju metabolisme meningkat, bronkus membesar sehingga memungkinkan udara

masuk dan keluar paru-paru lebih mudah, pupil mata membesar, kelopak mata

terbuka lebar, dan diikuti dengan rambut berdiri (Sutikno, 2009).

Setelah mesenteron katak ditetesi dengan asetilkolin, kecepatan aliran darah

meningkat pada arteriola, tetap pada kapiler, dan turun pada venula jika katiganya

dibandingkan dengan keadaan normal. Pada arteriola sudah sesuai dengan teori

bahwa kecepatan aliran darah semakin meningkat jika ditambahkan dengan

asetilkolin. Tetapi pada kapiler dan venula terjadi kesalahan data yang diperoleh,

karena seharusnya kecepatan aliran darah juga semakin cepat. Hal ini dimungkinkan

karena kurang teliti saat pengamatan.


Asetilkolin adalah suatu senyawa ammonium kuartener yang tidak mampu

menembus membrane. Walaupun sebagai neutransmiter saraf parasimpatis dan

kolinergik, namun dalam terapi zat ini kurang penting karena beragam kerjanya dan

sangat cepat diinaktifkan oleh asetilkolinesterase. Aktivitasnya berupa muskarinik

dan nikotinik kerjanya pada saluran pencernaan dapat meningkatkan sekresi saliva,

memacu sekresi dan gerakan usus (Mycek, 2001).

Setelah mesenteron katak ditetesi dengan asam asetat, kecepatan aliran darah

meningkat pada arteriola, tetap pada kapiler, dan turun pada venula jika ketiganya

dibandingkan dengan keadaan normal. Pada arteriola sudah sesuai dengan teori

bahwa kecepatan aliran darah semakin meningkat jika ditambahkan dengan asam

asetat. Tetapi pada kapiler dan venula terjadi kesalahan data yang diperoleh, karena

seharusnya kecepatan aliran darah juga semakin cepat. Hal ini dimungkinkan karena

kurang teliti saat pengamatan.

Penetesan asam lemah (asam cuka/ asam asetat) dapat merangsang

potensial aksi otot polos dan meningkatkan produksi Ca 2 + sitosol yang

diproduksi di Ret ikulum Endoplasmic system. Dengan meningkatnya kadar

Ca 2 + , otot polos berkontraksi. Kontraksi tiba-t iba inilah yang memompa

darah pada area tersebut untuk terdorong ke depan dan mempercepat aliran darah.
KESIMPULAN

1. Mikrosirkulasi merupakan tempat terjadinya kontak dan pertukaran zat antara

darah dan jaringan tubuh. Lidah, selaput renang, dan mesenteron katak

merupakan bagian terjadinya aliran darah melalui kapiler dan perubahannya

karena pengaruh eksperimental.

2. Dalam keadaan normal, aliran darah tercepat terjadi pada arteriola, lalu

kapiler, dan yang terlambat adalah pada venula.

3. Setelah arteriola, kapiler, dan venula ditetesi air dingin, kecepatan aliran darah

akan semakin lambat dari keadaan normal.

4. Setelah arteriola, kapiler, dan venula ditetesi air hangat, kecepatan aliran

darah akan semakin cepat dari keadaan normal.

5. Setelah arteriola, kapiler, dan venula ditetesi epinefrin, kecepatan aliran darah

akan semakin cepat dari keadaan normal.

6. Setelah arteriola, kapiler, dan venula ditetesi asetilkolin, kecepatan aliran

darah akan semakin cepat dari keadaan normal.

7. Setelah arteriola, kapiler, dan venula ditetesi asam asetat, kecepatan aliran

darah akan semakin cepat dari keadaan normal.


DAFTAR RUJUKAN

Aminah, Tri S. 2009. ›  la . (Online), (http://www.scribd.com/scribd/


Mikrosirkulasi, diakses 12 Maret 2011).

McLaughlin, Daniel, Jonathan Stamford, dan David White. 2007.Human physiology.


New York: Taylor & Francis Group

Mycek, M.J., (1995), aal Ulaan Bea a. Edisi kedua. Jakarta: Widya
Medika. Hal. 226-228.

Nurhayati, dkk. 2011.


aah pada ›an a dan Hewan Vete ata dan S la

aah pada Vete ata. (Online), (http://www.scribd.com/scribd/ Darah-Dan-
Sirkulasi-BARUU, diakses 12 Maret 2011).

Sherwood. 2001.   l ›an a da Sel e S te Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Sutikno.2009 HOR›ON EPINERIN (A


RENALIN). (Online),(http://sutikno.blog.
uns.ac.id/HORMON EPINEFRIN (ADRENALIN), diakses 12 Maret 2011).

Tri Aminah S. 2009. ›  la , (online),


(http://www.scribd.com/doc/25076768/Mikrosirkulasi, diakses pada tanggal 9 Maret
2011).

Tim Pembina MK Fisiologi Hewan. 2011. Petnj Pat    l Hewan.
Malang: UM Press.

Вам также может понравиться