Вы находитесь на странице: 1из 6

c c

c   
  

  cc 

Di muka telah diutarakan bahwa belajar itu sangat luas, dapat


berlangsung di sekolah di rumah ataupun di masyarakat, dilakukan sendiri atau
dengan bantuan guru, berkenaan dengan hal- hal yan sederhana ataupun sangat
kompleks.
Kegiatan belajar yang berlangsung di sekolah bersifat formal, di
sengaja,di-rencanakan, dengan bimbingan guru, serta pendidik lainnya. Apa
yang hendaknya dicapai dan dikuasai siswa (tujuan belajar), bahan apa yang
harus dipelajari (bahan ajaran), bagaimana cara siswa mempelajarinya (metode
pembelajaran), serta bagaimana cara mengetahui kemajuan belajar siswa
(evaluasi), telah direncanakan denga seksama dalam kurikulum sekolah.
Kegiatan belajar yang dilaksanakan di sekolah benar-benar disengaja dan
direncanakan.
Ada dua pendekatan didalam pelaksanaan pengajaran di sekolah, yaitu
pendekatan yang mengutamakan hasil belajar dan yang menekankan proses
belajar. Sesungguhnya antara kedua pendekatan tersebut tidak terdapat
perbedaan prinsipil, sebab suatu hasil belajar yang baik akan diperoleh melalui
proses yang baik, dan sebaliknya proses belajar yang baik akan memberi hasil
yang baik pula.
Pendekatan belajar yang mengutamakan hasil berasal dari pengajaran
yang bertolak dari teori Psikologi Daya, Psikologi Herbart, dan Behaviorisme
(Koneksionisme, Conditioning,dan Operant Conditioning ). Seperti telah
dijelaskan pada bab sebelumnya, teori-teori belajar tersebut menekankan
penggunaan cara-cara pengulangan dan pembiasaan.
Pelaksanaan pengajaran dengan penekanan kepada belajar proses
dilatarbelakangi oleh konsep-konsep belajar menurut teori Naturalisme-
Romantis dan teori Kognitif-Gestalt. Naturalisme-Romantis menekankan pada
aktivitas siswa, sedang Kognitif-Gestalt menekankan pemahaman dan
kesatupaduan yang menyeluruh.
Dalam belajar model ini, siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga
dari sesama temannya dari manusia-manusia sumber di luar sekolah. Hasil
belajar bukan hanya berupa penguasaan pengetahuan, tetapi juga kecakapan
dan keterampilan dalam melihat, menganalisis dan memecahkan masalah,
membuat rencana dan mengadakan pembagian kerja; dengan demikian aktivitas
dan produk yang dihasilkan dari aktivitas belajar ini mendapatkan penilaian.
Penilaian tidak hanya dilakukan secara tertulis, tetapi juga secara lisan dan
penilaian perbuatan.

^ 
c

Belajar merupakan suatu upaya pengembangan seluruh kepribadian


individu, baik segi fisikmaupun psikis. Dalam proses belajar di sekolah sasaran
belajar ini sering dirumuskan dalam bentuk tujuan pembelajaran. Tujuan-tujuan
pembelajaran ini merupakan penjabaran daritujuan yang lebih luas yaitu tujuan
kurikuler, yang juga merupakan penjabaran dari tujuan institusional atau tujuan
sesuatu lembaga pendidikan.
Tujuan institusional merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan
nasional. Tujuan pendidikan naional menggambarkan kepribadian ideal seorang
warga negara Indonesia. Berdasarkan rumusan dalam TAP MPR Nomor II Tahun
1988, tujuan tersebut berbunyi :
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk
meningkatkan kualitas manusia Isndonesia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin,
bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, trampil, serta sehat
jasmani dan rohani. Pendidikan nasional juga harus mampu menumbuhkan dan
memperdalam rasa cinta pada Tanah Air, mempertebal semangat kebangsaan,
dan rasa kesetiakawanan sosial.
Semua tujuan belajar, apakah itu tingkat tujuan pembelajaran, tujuan
kurikuler, ataupun tujuan institusional diarahkan kepada pencapaian ideal
tersebut. Apabila kita kaji rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut, dengan
menggunakan klasipikasi aspek atau ranah-ranah dari Benyamin S. Bloom dan
David R. Krathwohl, ternyata sifat-sifat pribadi yang dituntut sebagian besar
berkenaan dengan aspek atau ranah efektif yaitu bertaqwa, beriman, berbudi
pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, mandiri,
bertanggung jawab, sehat rohani, cinta tanah air, bersemangat kebangsaan,
punya kesetiakawanan sosial, rasas percaya diri, bersikap inovatif dan kreatif,
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Klasifikasi ranah-ranah sasaran pendidikan atau pengajaran dari
Benyamin S. Bloom dan David R. Krathwohl, yang lebih populer dengan sebutan
taksonomi, banyak dipakai di dalam perencanaan dan praktek pengajaran,
karena setiap ranah telah diuraikan secara sistematis dan sangat terinci.
Benyamin S. Bloom dkk (1975) membagi ranah kognitif atas enam
kelompok sub ranah yang tersusun sescara hierakis mulai dari kemampuan yang
paling rendah sampai yang paling tinggi, yaitu: (1) © 
  


   

 

 


 

[  cc c

Bentuk-bentuk kegiatan belajar yang dilakukan siswa disekolah , sangat


ditentukan oleh model-model pengajaran yang diberikan oleh guru. Seperti
telah diutarakan pada bab terdahulu, bahwa kegiatan belajar disekolah bersifat
formal, berencana dan dengan bimbingan dari guru. Kegiatan belajar yang
dilakukan siswa sebenarnya merupakan sisi lain dari kegiatan mengajar yang
dikerjakan oleh guru, sebab kegiatan belajar-mengajar merupakan dua aktivitas
yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda tetapi dalam satu situasi yang
sama.
David P. Ausubel dan Floyd G. Robinson (1969) mengemukakan empat
bentuk proses belajar-mengajar, yaitu: belajar menerima   
  
dan belajar menemukan  
   , belajar bermakna    

  
dan belajar menghafal 
   . Belajar menemukan atau belajar
diskaveri dan belajr menerima, pengertiannya hampir sejalan dengan kedua
pendekatan yang telah dibicarakan di muka yaitu, pendekatan proses dan
pendekatan hasil. Belajar diskaveri lebih mengutamakan kepada proses, sedang
belajar menerima lebih menekankan pada hasil.
c
Mengenai belajar diskaveri ada juga yang menyebutkan sebagai belajar inkuiri
atau  
  , tetapi pada dasarnya merupakan suatu kegiatan belajar
yang mengutamakan aktivitas anak.
Beberapa kelebihan strategi belajar mengajar diskaveri dibandingkan dengan
strategi menerima :
1. Dalam penyampaian bahan, statregei diskaveri menggunakan kegiatan dan
pengalaman-pegalaman langsung dan konkrit. Kegiatan dan pengalaman
demikian lebih menarik perhatian siswa, dan memungkinkan pembentukan
konsep-konsep abstrak yang mempunyai makna .
2. Strategi belajar mengajar diskaveri lebih realistis dan punya makna sebab
siswa bekerja langsung dengan contoh-contoh nyata, siswa langsung
mengaplikasin kemampuannya.
3. Strategi belajar-mengajar diskaveri merupakan suatu model belaja-mengajar
suatu pemecahan masalah, para siswa belajar langsung menerapkan prinsip-
prinsip dan langkah-langkah pemecahan masalah
4. Transfer tidak dinantikan sampai kegiatan lain, tetapi langsung dilakukan
sebab strategi diskaveri sejumlah transfer
5. Strategi diskaveri banyak memberikan kesempatan bagi keterlibatan siswa
dalam situasi belajar. Kegiatan demikian akan banyak mengakibatkan
motivasi belajar, sebab kegiatan belajar akan disesuaikan dengan minat
kebutuhan siswa

Disamping kelebihan sudah tentu strategi ini juga memiliki keterbatasan atau
kelemahan. Kelemahan pertama berkenaan dengan waktu. Belajar mengajar
dengan menggunakan strategi diskaveri membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan belajar menerima

Ada beberapa proposisi, dalil atau anggapan dasar berkenaan dengan strategi
belajar diskaveri ini

a. Semua pengetahuan nyata adalah hasil dari penemuan sendiri (self
discoveri). Pengetahuan-pengetahuan nyata yang dimiliki individu pada
umumnya diperoleh dari pengalamannya. Hasil dari penemuannya sendiri,
sebab setiap orang adalah penemu atau self discoverer.
b. Makna atau arti dari sesuatu diperoleh dari hasil discoveri non verval.
Konsep-konsep abstrak dapat menyebabkan verbalisme. Makna atau arti
tentang sesuatu diperoleh dari pengalaman kongkrit suatu empiri non
verbal
c. Kesadaran sub verbal sebagai kunci dari transfer. Kesadaran sub verbal
merupakan suatu pemahaman intuitif, pemahaman berdasarkan perasaan
sepontan, tetang sesuatu, sebelum terumuskan secara jelas dan tepat.
d. Kemampuan memecahkan masalah sebagai tujuan utama sebagai
pendidikan

c 

Belajar menerima atau reception learning disebut demikian apabila dilihat dari
sisi siswa, tapi apabila dilihat dari sisi guru disebut mengajar ekspositori atau
expository teaching. Strategi mengajar ini adalah yang tertua, telah dikenal dan
digunakan hampir oleh semua guru atau penyampaian informasi


cc ! "#
Ausubel dan robinson juga memisahkan antara belajar bermakna dengan
belajara menghafal, meaningful learning dengan rote learning. Dalam belajar
menghafal siswa berusaha menerima dan mengusai bahan yang diberikan oleh
guru atau yang dibacakan tampa makna.
Syarat-syarat agar tercipta proses belajar bermakna, yaitu :
a. Bahan yang dipelajari harus dihubungkan dengan struktur kognitif secara
subtansial dengan beraturan.
b. Siswa memiliki konsep yang sesuai dengan bahan yang akan dihubungkan.
c. Siswa harus memiliki kemauan untuk menghubungkan konsep tersebut
dengan struktur koginitifnya secara subtansial dan beraturan pula.

Beberapa bentuk belajar bermakna :

1. Belajar refresensional, merupakan proses belajar mendapatkan makna dari


simbol-simbol
2. Belajar konsep akan mempunyai makna logis dan fsikologis
3. Belajar proposisi, merupakan suatu unkapan yang menjelaskan hubungan
antara 2 atau lebih konsep
4. Belajar diskaveri menekankan kepada penemuan dan pemecahan oleh siswa
sendiri
5. Belajar pemecahan masalah , merupakan salah satu bentuk belajar diskaveri
bentuk belajar tahap tinggi
6. Belajar kreatiifitas merupakan suatu bentuk belajar diskoveri tahap tinggi
r  c$

Beberapa prinsip belajar tuntas

a. Sebagian besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar yang normal dapat
menguasai sebagian besar bahan yang diajarkan
b. Guru menyusun strategi pengajaran tuntas mulai dengan merumuskan tujuan
tujuan khusus yang hendaknya dikuasai oleh siswa
c. Sejalan dengan tujuan khusus tersebut, guru merinci bahan ajaran menjadi
satuan-satuan ajaran yang kecil yang mendukung pencapaian sekelompok
tujuan khusus tersebut
d. Selaindisediakan bahan ajaran untuk kegiatan belajar utama juga disusun bahan
ajaran untuk kegiatan perbaikan dan pengayaan
e. Penilaian hasil belajar tidak menggunakan acuan norma tetapi menggunakan
acuan patokan
f. Konsep belajar tuntas juga memperhatikan adanya perbedaan individual

-  c ##
Belajar afektif berbeda dengan belajar intelektual dan keterampilan karena segi
efektik sangat bersifat subjektif. Lebih mudah berubah dan tidak ada materi khusus
yang harus dipelajari. Ada beberapa model belajar mengajar efektif, dalam tulisan
ini akan dikeumukakan beberapa saja yang populer dan banyak digunakan
a. Model konsiderasi
b. Model pembentukan rasional
c. Klarifikasi nilai
d. Pengembanan moral kognitif
e. Model non direktif

Вам также может понравиться