Вы находитесь на странице: 1из 13

ASEAN – CHINA FREE TRADE AREA

A. PENDAHULUAN

Free Trade Area (FTA) merupakan kerjasama perdagangan beberapa negara


melalui pengurangan hambatan perdagangan tarif dan non tarif dalam rangka meningkatkan
arus barang dan investasi .
Kebijakan perdagangan luar negeri anggota FTA diserahkan ke masing-masing
negara dan berbeda satu sama lain .
ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) merupakan kesepakatan antara negara
negara anggota ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan
menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan perdagangan barang baik tarif ataupun
non tarif, peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus
peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para Pihak
ACFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan China.
(Direktorat Kerjasama Regional,Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional 2010)
Dalam membentuk ACFTA, para Kepala Negara Anggota ASEAN dan China telah
menandatangani ASEAN - China Comprehensive Economic Cooperation pada tanggal 6
Nopember 2001 di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam.
Sebagai titik awal proses pembentukan ACFTA para Kepala Negara kedua pihak
menandatangani Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation between the
ASEAN and People’s Republic of China di Phnom Penh, Kamboja pada tanggal 4 Nopember
2002. Protokol perubahan Framework Agreement ditandatangani pada tanggal 6 Oktober 2003,
di Bali, Indonesia. Protokol perubahan kedua Framework Agreement ditandatangani pada
tanggal 8 Desember 2006.
Indonesia telah meratifikasi Ratifikasi Framework Agreement ASEAN-China FTA
melalui Keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 2004 tanggal 15 Juni 2004.
Setelah negosiasi tuntas, secara formal ACFTA pertama kali diluncurkan sejak
ditandatanganinya Trade in Goods Agreement dan Dispute Settlement Mechanism Agreement
pada tanggal 29 November 2004 di Vientiane, Laos. Persetujuan Jasa ACFTA ditandatangani
pada pertemuan ke-12 KTT ASEAN di Cebu, Filipina, pada bulan Januari 2007. Sedangkan
Persetujuan Investasi ASEAN China ditandatangani pada saat pertemuan ke-41 Tingkat Menteri
Ekonomi ASEAN tanggal 15 Agustus 2009 di Bangkok, Thailand.

Peraturan Nasional terkait ACFTA


· Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2004 tanggal 15 Juni
2004 tentang Pengesahan Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation
between the Associaton of Southeast Asean Antions and the People’s Republic of China.
· Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 355/KMK.01/2004
tanggal 21 Juli 2004 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk atas Impor Barang dalam rangka Early
Harvest Package ASEAN-China Free Trade Area.
· Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 57/PMK.010/2005
tanggal 7 Juli 2005 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka Normal Track ASEANChina
Free Trade Area.
· Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 21/PMK.010/2006
tanggal 15 Maret 2006 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka Normal Track ASEAN-
China Free Trade Area.
· Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 04/PMK.011/2007
tanggal 25 Januari 2007 tentang Perpanjangan Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka
Normal Track ASEAN-China Free Trade Area.
· Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 53/PMK.011/2007
tanggal 22 Mei 2007 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka ASEAN-China Free Trade
Area.
· Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 235/PMK.011/2008
tanggal 23 Desember 2008 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka ASEAN-China Free
Trade Area.
(Direktorat Kerjasama Regional,Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional 2010)

B . TUJUAN ASEAN-CHINA FTA


1. Memperkuat dan meningkatkan kerjasama ekonomi, perdagangan, dan
investasi antara negara-negara anggota.
2. Meliberalisasi secara progresif dan meningkatkan perdagangan barang dan jasa
serta menciptakan suatu sistem yang transparan dan untuk mempermudah investasi.
3. Menggali bidang-bidang kerjasama yang baru dan mengembangkan
kebijaksanaan yang tepat dalam rangka kerjasama ekonomi antara negara-negara anggota.
4. Memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dari para anggota ASEAN
baru (Cambodia, Laos, Myanmar, dan Vietnam –CLMV) dan menjembatani kesenjangan
pembangunan ekonomi diantara negara-negara anggota.
(Direktorat Kerjasama Regional,Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional 2010)
Selain itu , pelaksanaan CFTA juga memberikan manfaat dalam bidang pertanian , diantaranya
meningkatkan nilai perdaganagn produk pertanian dari China , peningkatan kerja sama dengan
investasi serta peningkatan kerja sama , serta meningkatakan daya saing pelaku agribisnis di
China mengingat pengelolaan produksi pertanian di China sudah sangat maju dan efisien .
Diberlakukannya CAFTA memberikan peluang bagi Indonesia, diantaranya
meningkatnya akses ekspor ke Cina dengan tarif rendah juga meningkatkan akses bagi penyedia
jasa nasional agar lebih dikenal di luar negeri , meningkatkan kerjasama antar pelaku bisnis
masing-masing negara dengan membentuk “ Aliansi strategis “ , meningkatnya arus investasi
asing asal China ke Indonesia serta terbukanya transfer teknologi .
Mengapa CAFTA ?
Menurut Dedi Budiman Hakim , bagi China , ASEAN kaya akan sumber daya alam khusunya
minyak bumi yang sangat dibutuhkan oleh China , ASEAN juga merupakan emerging market dengan
pasar sekitar 500 juta penduduk serta merupakan counter balance dominasi ekonomi Jepang dan
Amerika Serikat. Sedangkan bagi ASEAN , China merupakan pasar dinamis dengan 1.5 miliar penduduk ,
wisatawan China merupakan kunci utama perkembangan pasar wisata di kawasan ASEAN ,serta untuk
mengurangi ketergantungan kepada pasar tradisional ASEAN ( Amerika Serikat , Jepang)

Pelaksanaan CAFTA ini merupakan suatu tantangan bagi Indonesian untuk :


· Dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas produksi sehingga dapat bersaing
dengan produk-produk China.
· Menciptakan iklim usaha yang kondusif dalam rangka meningkatkan daya saing.
· Menerapkan ketentuan dan peraturan investasi yang transparan, efisien dan
ramah dunia usaha.
· Meningkatkan kemampuan dalam penguasaan teknologi informasi dan
komunikasi
C. PERSETUJUAN PERDAGANGAN BARANG
Dalam ACFTA disepakati akan dilaksanakan liberalisasi penuh pada tahun 2010
bagi ASEAN 6 dan China, serta tahun 2015 untuk serta Kamboja, Laos, Vietnam, dan Myanmar.
Penurunan Tarif dalam kerangka kerjasama ACFTA dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu:
1. Early Harvest Program (EHP)
 Produk-produk dalam EHP
Cakupan Produk yang Masuk Early Harvest Programme ACFTA

 Chapter Deskripsi
01 Hewan hidup
02 Daging dan produk daging dikonsumsi
03 Ikan
04 Produk susu
05 Produk hewan lainnya
06 Pohon hidup
07 Sayuran dikonsumsi
08 Buah-buahan dikonsumsi dan nuts

Penurunan tarif dimulai 1 Januari 2004 secara bertahap dan akan menjadi
0% pada 1 Januari 2006.

2. Normal Track
1. Khusus Agreement on Trade in Goods of the Framework Agreement on Comprehensive Economic
Co-operation ACFTA telah ditandatangani pada tanggal 29 November 2004 di Vientiane, Lao PDR,
dan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2005.

2. Agreement on Trade in Goods tersebut mencakup pengurangan atau penghapusan tariff barang
yang dibagi dalam dua kategori yaitu : Normal Track dan Sensitive Track diluar EHP yang telah
disebutkan diatas.

3. Schedule pengurangan atau penghapusan tariff pada Normal Track adalah sebagai berikut :

(i) ASEAN 6 and China

X= Applied MFN ACFTA Preferential Tariff Rate


Tariff Rate (Not later than 1 January 05)
2005* 2007 2009 2010
X > 20% 20 12 5 0
15% < X < 20% 15 8 5 0
10% < X < 15% 10 8 5 0
5% < X < 10% 5 5 0 0
X < 5% Standstill 0 0
Tanggal implementasi Normal Track : 1 July 2005

 Threshold :
40% at 0-5% in 2005
100% at 0% in 2010 (Tariff on some products, no more than 150 tariff lines will
be eliminated by 2012)
 Jumlah NT II Indonesia adalah sebesar 263 pos tarif (6 digit)
 Legal enactment NT untuk tahun 2009 s.d 2012 telah ditetapkan melalui
SK. MEN-KEU No. 235/PMK.011/2008 tanggal 23 Desember 2008 Tentang
Penetapan Tarif Bea Masuk Dalam Rangka ACFTA.
3. Sensitive Track
 Sensitive List (SL) :
(a) Tahun 2012 = 20%
(b) Pengurangan menjadi 0-5% pada tahun 2018.
(c) Produk sebesar 304 Produk (HS 6 digit) antara lain Barang Jadi Kulit :
tas, dompet; Alas kaki : Sepatu sport, Casual, Kulit; Kacamata; Alat
Musik; Tiup, petik, gesek; Mainan: Boneka; Alat Olah Raga; Alat Tulis;
Besi dan Baja; Spare part; Alat angkut; Glokasida dan Alkaloid Nabati;
Senyawa Organik; Antibiotik; Kaca; Barang-barang Plastik
 Highly Sensitive List (HSL)
(a) Tahun 2015 = 50%
(b) Produk HSL adalah sebesar 47 Produk (HS 6 digit), yang
antara lain terdiri dari Produk Pertanian, seperti Beras, Gula, Jagung dan
Kedelai; Produk Industri Tekstil dan produk Tekstil (ITPT); Produk
Otomotif; Produk Ceramic Tableware.
(Direktorat Kerjasama Regional,Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional 2010)

H. KETENTUAN ASAL BARANG


Rules of Origin didefinisikan sebagai kriteria yang digunakan untuk menentukan
status asal barang dalam perdagangan internasional.
Dalam konteks ACFTA, mereka menjamin bahwa hanya produk-produk yang
memenuhi persyaratan Rules of Origin dibawah ACFTA yang dapat memperoleh kelonggaran
tarif. ASEAN dan China telah sepakat terhadap kriteria kandungan materi barang yang termasuk
dalam ROO yaitu jika seluruhnya mengandung materi dari suatu negara anggota atau paling
sedikit 40% kandungan materi berasal dari negara anggota. Para negara anggota ACFTA saat ini
sedang menegosiasikan kemungkinan peraturan produk spesifik lainnya seperti adopsi proses
CEPT tekstil terhadap ROO ACFTA
(Direktorat Kerjasama Regional,Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional 2010)
Dalam penyelesaian sengeketa yang mungkin timbul akibat dilaksanakannya
CAFTA , dapat diselesaikan melalui perjanjian Disputes Settlement Mechanism (DSM) ACFTA
ditandatangani oleh para Menteri Ekonomi ASEAN dan China dalam pertemuan ke-10 KTT
ASEAN pada bulan Nopember 2004 di Laos. Melalui persetujuan tersebut diharapkan sengketa
dagang dapat terselesaikan dengan efektif .
Contoh sengketra dagang yang timbul antara lain pada bulan April 2006
perusahaan eksportir buah-buahan nasional PT Friendship Prima telah melayangkan complain adanya
penolakan ekspor produk papaya, mangga dan salak oleh Kepabeanan RRC, dengan alasan Indonesia
hanya diperbolehkan mengekspor manggis, pisang, dan longan. Sebagaimana diketahui bahwa produk
buah-buahan yang masuk dalam kerangka EHP ACFTA maka sejak 1 Januari 2004 tariff bea masuknya
sudah turun
Pada konsultasi bilateral RI – RRC di Hanoi, Indonesia telah meminta klarifikasi dari pihak
China atas penolakan ekspor buah-buahan tersebut., tetapi tidak mendapatkan jawaban yang
memuaskan karena tidak hadirnya instansi yang berwenang dalam sidang tersebut .

Di sampimng itu secara formal, Dit.Jen.PPHP telah mengajukan surat resmi kepada
Departemen Perdagangan Direktorat Regional selaku focal point Indonesia.

J. PERSETUJUAN PERDAGANGAN JASA


Persetujuan Jasa ACFTA telah berlaku efektif sejak Juli 2007. Dengan adanya
Persetujuan ini para penyedia jasa dikedua wilayah akan mendapatkan manfaat perluasan
akses pasar jasa sekaligus national treatment untuk sektor dan subsector yang dikomitmenkan
oleh masing-masing Pihak ACFTA.
Paket Pertama Persetujuan Jasa ACFTA mencakup kurang lebih 60 subsektor
tambahan dari komitmen para Pihak di GATS/WTO. Dari sudut pandang tingkat
ambisi liberalisasi, Paket Pertama tersebut mencerminkan tingkat komitmen yang cukup tinggi
dari seluruh 4 moda penyediaan jasa baik cross-border supply, consumption abroad,
commercial presence, dan movement of natural persons.
Disamping memberikan manfaat dari meningkatnya arus perdagangan jasa antara
kedua wilayah, Persetujuan Jasa diharapkan akan mendorong peningkatan
investasi khususnya pada sektor-sektor yang telah dikomitmenkan oleh para Pihak seperti :
(a) business services such as computer related services, real estate services, market
research, management consulting;
(b) construction and engineering related services;
(c) tourism and travel related services;
(d) transport services; educational services;
(e) telecommunication services;
(f) health-related and social services;
(g) recreational,cultural and sporting services;
(h) environmental services; dan (i) energy services.
(Direktorat Kerjasama Regional,Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional 2010)
K. PERSETUJUAN INVESTASI
Melalui Persetujuan Investasi tersebut, pemerintah Negara-negara Anggota ASEAN
dan China secara kolektif sepakat untuk mendorong peningkatan fasilitasi, transparansi dan
rezim investasi yang kompetitif dengan menciptakan kondisi investasi yang positif, disertai
berbagai upaya untuk mendorong promosi arus investasi dan kerjasama bidang investasi.
Disamping itu kedua pihak juga secara bersama-sama akan memperbaiki aturan investasi
menjadi lebih transparan dan kondusif demi peningkatan arus investasi.
Selain itu hal terpenting lainnya adalah ASEAN dan China sepakat untuk saling
memberikan perlindungan investasi.
Kegiatan sosialisasi ini akan memaparkan kebijakan, peraturan, ketentuan, dan
prosedur investasi. Satu hal lagi yang sangat penting, kedua pihak sepakat mendirikan one stop
centre untuk memberikan jasa konsultasi bagi sektor bisnis termasuk fasilitasi pengajuan
perijinan
Dari sudut pandang investor, Persetujuan Investasi ASEAN – China memberikan
berbagai manfaat nyata seperti:
(i) jaminan perlakuan yang sama untuk penanam modal asal China ataupun ASEAN
antara lain dalam hal manajemen, operasi, likuidasi;
(ii) pedoman yang jelas mengenai ekspropriasi, kompensasi kerugian dan transfer
serta repatriasi keuntungan;
(iii) kesetaraan untuk perlindungan investasi dalam hal prosedur
hukum dan administratif. Apabila terjadi sengketa yang muncul antar investor dan
salah satu pihak, persetujuan ini memberikan mekanisme penyelesaian yang spesifik disamping
adanya kesepakatan semua pihak untuk terus berupaya menjamin perlakuan yang sama atau
non-diskriminatif.
(Direktorat Kerjasama Regional,Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional 2010)

L. KERJASAMA EKONOMI
Didalam Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation
between the ASEAN and People’s Republic of China, kedua pihak sepakat akan melakukan
kerjasama yang lebih intensif dibeberapa bidang seperti : Pertanian; Teknologi Informasi;
Pengembangan SDM; Investasi; Pengembangan Sungai Mekong; Perbankan; Keuangan;
Transportasi; Industri; Telekomunikasi; Pertambangan; Energi; Perikanan; Kehutanan; Produk-
Produk Hutan dan sebagainya.
Pemerintah China telah mengalokasikan dana sebesar USD 10 miliar dibawah
China ASEAN Investment Cooperation Fund untuk membiayai proyek-proyek kerjasama
investasi utama seperti infrastruktur, energi dan sumberdaya, teknologi komunikasi dan
informasi dan bidang-bidang lainnya sekaligus menyediakan fasilitas kredit sebesar USD 15 juta
untuk mendukung proses integrasi ASEAN dan kerjasama ekonomi dibawah ACFTA untuk lima
tahun kedepan.
(Direktorat Kerjasama Regional,Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional 2010)

M. SIKAP KITA DALAM MENGHADAPI CAFTA

Berlakunya CAFTA di Indonesia memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positifnya antara
lain:

1.           Harga barang-barang ekspor Indonesia di China akan jauh lebih murah . Produk-produk
hasil perkebunan seperti kakao, minyak kelapa sawit dan lain-lain misalnya akan lebih mudah
diterima dan dibeli konsumen Cina

2.           Memotivasi pelaku usaha Indonesia agar lebih kreatif dan kompetitif dalam
menghadapi persaingan global agar tidak tergilas

3. Konsumen China semakin mengenal produk buatan Indonesia

Pelaksaan CAFTA bagi Indonesia juga memberikan dampak negatif , diantaranya jika
perusahaan maupun pelaku bisnis tidak dapat menghadapi persaingan dengan China ,
dikhawatirkan akan gulung tikar sehingga menambah jumlah pengangguran di Indonesia ,
seperti diketahui bahwa industri merupakan sektor kedua terbesar setelah pertanian dalam
menyerap tenaga kerja , bagi pedagang kecil dan UKM CAFTA juga menjadi ancaman bila tidak
dapat bersaing dengan produk China , melemahnya industri manufaktur nasional karena
Indonesia hanya unggul sebatas pada perdagangan komoditas primer seperti minyak sawit
mentah (CPO) dan bahan energi. sedangkan industri dasar tidak berkembang , selain itu akibat
barang impor lebih murah, volume impor barang konsumsi pun naik, sehingga menghabiskan
devisa negara dan membuat nilai tukar rupiah menjadi melemah.

Dapat dilihat bahwa bagi Indonesia , lebih banyak kerugian daripada keuntungan dalam
pelaksanaan CAFTA .

Sejak diberlakukannya CAFTA ,muncul banyak tentangan dari banyak pihak , salah satunya dari
kalangan buruh yang merasa nasib mereka terancam . Tidak hanya dari kaum, buruh , namun
juga dari kalangan pengusaha .

Sejumlah pengusaha menilai, sektor usaha kecil dan menengah akan tergilas karena serbuan barang-
barang murah dari China. Dengan kesepakatan itu, sedikitnya delapan sektor industri Indonesia
meminta penundaan CAFTA. Kedelapan sektor ialah, sektor industri besi dan baja, tekstil dan produk
tekstil, sektor kimia nonorganik, sektor elektronik, sektor furniture, sektor alas kaki, sektor petro kimia,
serta sektor makanan dan minuman.

Menurut Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar
Cahyono. Dengan adanya CAFTA, serbuan produk China akan membikin pangsa pasar furnitur Indonesia
turun hingga 50 persen, karena harga furnitur China lebih murah sekitar 20 persen

( metro tv news.com , 2010 )


  

Strategi untuk menghadapi perdagangan bebas bukan dengan menunda melainkan dengan memperkuat
industri dalam negeri. Ini berguna untuk menghadapi produk-produk China . Solusi yang dapat
diterapkan adalah:

1.             Meningkatkan daya saing produk lokal

Dampak buruk CAFTA lebih mengena pada produk lokal , . Kita tahu bahwa barang-barang
buatan China mempunyai harga yang terjangkau dan kualitas umumnya lebih baik dari kualitas
produk Indonesia. Sedangkan rakyat Indonesia yang kebanyakan adalah warga menengah ke
bawah cenderung memilih barang dengan harga yang murah. Karena itulah perlu untuk
meingkatkan kualitas produk-produk lokal dengan biaya produksi seminimal mungkin . Biaya
minimal dapat diberikan pemerintah melalui pinjaman ringan pada usaha-usaha kecil dan
menengah, mengurangi korupsi serta pungli di birokrasi pemerintahan . Selain itu pelaku usaha
juga harus lebih kreatif dalam memasarkan produknya , mengikuti trend pasar yang up to date
serta membuat produk yang unik dan berbeda dengan produk lain .

2.    Meningkatkan kualitas SDM

Peningkatan kualitas SDM dapat dilakukan dengan pelatihan-pelatihan yang difokuskan untuk
meningkatkan SDM yang mempunyai daya saing dalam memproduksi produk lokal. Pelatihan ini
dapat berupa pelatihan pembuatan desain produk masa kini sesuai selera masyarakat,
pelatihan cara mempublikasikan produk agar lebih dikenal masyarakat, pelatihan distribusi dan
pemasaran peserta pelatihan yang merangsang masyarakat agar dapat membuat inovasi-
inovasi terbaru dan berbeda.
 

3.    Perealisasian Undang-Undang Perlindungan bagi Produsen dan UMKM di Indonesia.

Pemerintah perlu merealisasikan pelaksanaan Undang-Undang dan kebijakan-kebijakan yang


menguntungkan bangsa Indonesia utamanya produsen barang dan UMKM dalam menghadapi
CAFTA ini. Dengan realisasi pelaksanaan undang-undang ini maka produsen produk lokal dan
UMKM akan merasa benar aman dan tidak khawatir akan dirugikan CAFTA daripada negara lain.

4.    Meningkatkan semangat untuk berwirausaha , terutama bagi kaum muda

Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan seminar-seminar untuk memotivasi dan
menghidupkan jiwa wirausaha masyarakat , di samping itu juga memberikan pinjaman modal
usaha , diharapkan muncul produk dan bentuk aru yang variatif dan kreati sehingga masyarakat
juga memperhitungkan produk dalam negeri .

5.      Mensosialisasikan cinta produk Indonesia

Hal-hal diatas tidak akan mungkin terlaksana sementara konsumen sendiri masih enggan untuk
membeli produk lokal. Karena itu perlu diadakan sosialisai besar-besaran untuk mencintai dan
membeli produk indonesia.

Sosialisasi ini dilakukan dengan memasang baliho dan spanduk di tempat-tempat strategis,
membuat iklan layanan masyarakat di berbagai media, menyebar pamflet-pamflet ke seluruh
Indonesia.

Sosialisasi ini perlu juga diawasi pelaksanaannya agar dapat terlaksana dengan baik.

 
Akhirnya, segala hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak buruk CAFTA tidak bisa
maksimal selama pemerintah dan masyarakat tidak bersatu berupaya mengurangi dampak
CAFTA

Вам также может понравиться