Вы находитесь на странице: 1из 5

LBH: Larangan Ahmadiyah untuk Intimidasi

Penulis: Sabrina Asril | Editor: yuli


Senin, 14 Maret 2011 | 04:13 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI)


Erna Ratnaningsih menilai, larangan kepala daerah terhadap Ahmadiyah justru menimbulkan
eskalasi ancaman dan intimidasi terhadap warga Ahmadiyah.

Sekarang karena ada aturan pergub, perbup, atau SK pelarangan Ahmadiyah di berbagai daerah,
aparat pun akhirnya menggunakan sebagai justifikasi tindakan diskriminasi.
-- Ketua YLBHI Erna Ratnaningsih
Aturan tersebut, ujarnya, menjadi alat untuk melegitimasi diskriminasi yang dirasakan warga
Ahmadiyah. Parahnya, tindak diskriminasi tersebut tidak hanya dilakukan masyarakat tetapi
cakupannya meluas akibat dikeluarkannya aturan daerah pelarangan aktivitas Ahmadiyah.
Sejumlah aparat ditengarai mulai melakukan kegiatan intimidasi kepada warga Ahmadiyah.

"Pemerintah daerah, polisi, dan TNI di Jawa Barat mulai mendatangi warga dan meminta data
lengkap. Memaksa jemaah untuk bergabung dengan warga lainnya untuk shalat bersama di
masjid. Hal ini tidak bisa diterima warga Ahmadiyah," ungkap Erna Ratnaningsih, Minggu
(13/3/2011) di kantor YLBHI, Jakarta.

Ia menilai, hal itu sama saja dengan mengintimidasi warga Ahmadiyah untuk keluar dari
keyakinannya. "Seharusnya aparat pemda, polisi, dan TNI sebagai pejabat publik tidak menjadi
pelaku dari kasus-kasus permasalahan konflik agama," ucap Erna.

Sebagai penegak hukum, lanjutnya, aparat harus bisa bersikap netral dan profesional. Tugasnya
termasuk menjaga keamanan warga Ahmadiyah dan bukan malah mengintimidasinya.

"Sekarang karena ada aturan pergub, perbup, atau SK pelarangan Ahmadiyah di berbagai daerah,
aparat pun akhirnya menggunakan aturan itu sebagai justifikasi tindakan diskriminasi," kata Erna
menandaskan.

Seperti diberitakan, pada 3 Maret 2011, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dari Partai
Keadilan Sejahtera (PKS) juga menerbitkan larangan terhadap Ahmadiyah.

Akan tetapi, Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) di Jabar merasa tidak dilibatkan dalam proses
penerbitan produk hukum tersebut. Hal serupa dilakukan sebelumnya oleh Gubernur Jawa Timur
Soekarwo dari Partai Demokrat.
Analisis Teks

1. Sruktur Makro (Makna Global)

• Topik adalah menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam
pemberitaannya. Berisi gagasan inti, ataupun ringkasan dari keseluruhan
pemberitaan .

Pada teks diatas menggambarkan bahwa wartawan/ penulis tidak menyetujui


adanya peraturan yang melarang kelompok Ahmadiyah untuk beribadah.

2. Super struktur ( kerangka Teks)

• Skema

 Judul : “ Larangan ahmadiyah untuk Intimidasi”

Judul diatas dapat dimaknai bahwa larangan terhadap kelompok


ahmadiyah untuk melakukan kegiatan beragama yang dikeluarkan oleh
Pergub,Perpub dan SK pelarangan ahmadiyah diberbagai daerah hanya
untuk mengintimidasi kelompok ahmadiyah sebagai kaum minoritas.

 Lead : “ Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI)


Erna Ratnaningsih menilai, larangan kepala daerah terhadap Ahmadiyah
justru menimbulkan eskalasi ancaman dan intimidasi terhadap warga
Ahmadiyah.”

Lead diatas dapat dimaknai bahwa peraturan yang dikeluarkan oleh


Pergub,Perbud bukanlah solusi untuk kaum Ahmadiyah. Malah hal ini
dapat memperkeruh masalah terhadap kehidupan beragama masyarakat
Indonesia.

 Story : terdiri atas situasi atau proses jalannya peristiwa dan komentar
yang ditampilkan dalam teks.

Situasi yang diceritakan pada wacana diatas adalah pengeluaran peraturan pelarangan terhadap
kaum Ahmadiyah dalam melakukan kegiatan beragama. Hal ini menjadi alat bagi para aparat
kepolisian untuk melegitimasi diskriminasi terhadap pemeluk Ahmadiyah. Dan di ceritakan di
Jawa barat, Pemerintah daerah, polisi, dan TNI mulai mendatangi warga dan meminta data
lengkap. Memaksa jemaah untuk bergabung dengan warga lainnya untuk shalat bersama di
masjid. Hal ini tidak bisa diterima warga Ahmadiyah. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan
dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) juga menerbitkan larangan terhadap Ahmadiyah.

Pada wacana diatas hanya menampilkan pendapat Erna Ratnaningsih selaku ketua YLBHI yang
tidak setuju dengan adanya peraturan larangan terhadap pemeluk Ahmadiyah. Tidak ada
ditampilkan pendapat dari pemerintah daerah Jawa Barat dan juga Ketua partai PKS yang
mengeluarkan peraturan tersebut. Sehingga pendapat pada wacana tersebut tidak cover both side.
Dan perlu juga ditampilkan pendapat kaum ahmadiyah terhadap peraturan tersebut.

3. Struktur Mikro ( Makna lokasi dari teks)

• Semantik

 Latar : Pada wacana diatas, masyarakat diajak untuk bisa menerima


keberadaan penganut Ahmadiyah dengan tidak mendiskriminasikan
kelompok tersebut.
 Informasi-informasi yang merugikan masyarakat Ahmadiyah dikurangi di
sini dengan memberikan pendapat yang membela penganut ahmadiyah.
Sehingga pendapat masyarakat terhadap Ahmadiyah dapat lebih netral.
 “Sebagai penegak hukum, lanjutnya, aparat harus bisa bersikap netral dan
profesional. Tugasnya termasuk menjaga keamanan warga Ahmadiyah
dan bukan malah mengintimidasinya”. Pernyataan di atas menunjukkan
bentuk ketegasan dan harapan terhadap aparat yang berwenang.

• Sintaksis

 Koherensi :

Parahnya, tindak diskriminasi tersebut tidak hanya dilakukan masyarakat


tetapi cakupannya meluas akibat dikeluarkannya aturan daerah
pelarangan aktivitas Ahmadiyah.

Koherensi diatas memiliki hubungan yang signifikan yang menjelaskan


dampak dari aturan daerah yakni diskriminasi terhadap kaum ahmadiyah
oleh masyarakat.

 Kata ganti digunakan untuk menunjukkan posisi seseorang dalam


pemberitaan. Kata-kata yang digunakan adalah kata “saya”, “kami”,
“mereka”, “kita”, dsb untuk menunjukkan sikap komunikator
 Pada wacana penggunaan kata ganti nya yang terdapat pada kalimat
“Sebagai penegak hukum,lanjutnya, aparat harus bisa bersikap netral dan
profesional. Tugasnya termasuk menjaga keamanan warga Ahmadiyah
dan bukan malah mengintimidasinya.”

“Nya” pada kata pertama yang menunjuk kepada aparat menunjukkan


sikap komunikator yang kecewa akan tindakan yang dilakukan oleh aparat
terhadap kaum ahmadiyah dan “Nya” pada kata mengintimidasinya
menunjukkan kepada penganut Ahmadiyah sebagai kelompok minoritas.
• Stilistik

 Leksikon

Wartawan memiliki pilihan kata yang beragam untuk suatu peristiwa. Pilihan
kata-kata ini dapat menunjukkan sikap atau pemaknaan dan ideologi dari wartawan terhadap
suatu realitas.

Ia menilai, hal itu sama saja dengan mengintimidasi warga Ahmadiyah untuk keluar dari
keyakinannya. "Seharusnya aparat pemda, polisi, dan TNI sebagai pejabat publik tidak menjadi
pelaku dari kasus-kasus permasalahan konflik agama," ucap Erna.

Pada teks di atas menunjukkan ideologi dari wartawan yang tidak setuju dengan adanya
pembatasan hak dalam menganut keyakinan.

Вам также может понравиться