Вы находитесь на странице: 1из 2

Menyelamatkan Diri dari Akibat Konsumsi Air Minum dalam Kemasan

Manusia sangat bergantung pada ketersediaan air bersih. Dewasa ini,


ketersediaan air bersih untuk konsumsi telah menjadi barang langka. Keamanan
konsumsi air dari PDAM pun mulai diragukan. Keadaan ini menciptakan budaya
baru dalam masyarakat, yaitu mengonsumsi air minum dalam kemasan.
Perlu dua pemikiran sederhana saat mengonsumsi air dalam kemasan.
Amankah untuk dikonsumsi dan berbahayakah bagi lingkungan. Konsumen harus
berpikir ulang sebelum menentukan pilihan untuk mengonsumsi air dalam
kemasan. Salah pilihan akan fatal akibatnya.
Keamanan produk air minum dalam kemasan sangat ditentukan oleh
proses distribusinya. Proses distribusi yang salah dapat merusak mutu air minum
dalam kemasan. Menurunnya mutu air minum dalam kemasan salah satunya
disebabkan jumlah mikroba yang melebihi ambang batas yang ditetapkan BPOM,
yaitu 100.000 mikroba per mililiter. Menurut Deputy Keamanan Pangan Badan
Pengawas Obat dan Makanan atau Deputy Keamanan Pangan BPOM Roy
Sparingga dalam KOMPAS.com, “ada beberapa faktor yang bisa membuat
mikroba dalam air kemasan bertambah. Misalnya kalau terpapar matahari atau
kemasan gelasnya bocor. Itu mikrobanya bisa cepat berkembang. Inilah juga yang
menyebabkan mikroba bisa melebihi batas aman.”
Konsumen perlu membiasakan diri untuk membeli air minum dalam
kemasan yang dijual sesuai standar perusahaan. Produk yang diletakkan di dekat
benda berbau tajam dan terpapar sinar matahari langsung termasuk yang
menyalahi aturan perusahaan. Selain itu, sikap konsumen dalam mewaspadai
pemalsuan produk juga menentukan keselamatan konsumen.
Salah pilih jenis air minum dalam kemasan ternyata membahayakan
lingkungan. Salah satu penyumbang sampah terbesar adalah air minum dalam
kemasan. Perayaan malam tahun baru 2006 di Taman Impian Jaya Ancol
menyumbang 4 ton sampah botol plastik. “Empat ton sampah tersebut, setidaknya
dikumpulkan 48 pemulung yang terdaftar dan puluhan pemulung yang tak
terdaftar,” kata Koordinator Pemulung Taman Impian Jaya Ancol, Buyung dalam
Antara.
Sekitar 2,7 juta ton plastik digunakan untuk botol air setiap tahun di
seluruh dunia yang berkontribusi sekitar 2,5% dari konsumsi minyak bumi dunia
untuk pengolahan plastik tersebut. Menurut penelitian Bottled Water Alliance
Australia, dalam setahun Australia menyumbang 60.000 ton gas rumah kaca
hanya untuk mengonsumsi air mineral botolan. Hal ini setara dengan
memproduksi 13.000 buah mobil selama setahun. Menurut penelitian FIJI Water,
jejak senyawa karbon mulai dari proses produksi hingga sampai ke tangan
konsumen adalah: 1) 302 gram CO2 eq untuk botol isi 0,5 liter, 2) 573 gram eq
untuk botol isi 1 liter, dan 3) 801 gram CO2 eq untuk botol isi 1,5 liter.
Seorang blogger peduli lingkungan, Alamendah menulis dalam blognya
alamendah.wordpress.com, “Air minum dalam kemasan gelas isi 240 ml biasanya
dijual seharga Rp. 500,00 per gelas. Sedangkan air minum kemasan botol isi 600
ml dijual dengan harga Rp. 2000,00. Mari kita bandingkan dengan harga air isi
ulang, satu galon air minum isi ulang 19 liter dapat kita beli dengan harga berkisar
antara Rp. 9000,00 hingga Rp. 11.000,00. Dengan harga Rp. 11.000,00 (harga
maksimal) pergalon (19 liter) berarti per-ml harga air isi ulang hanya Rp. 0,58
(Rp. 11.000 : 19 liter : 1000 ml). Harga air isi ulang yang hanya Rp. 0,58 per-
mililiter ini kita asumsikan sebagai harga air minum. Dengan harga air yang Rp.
0,58 /ml berarti saat kita membeli air minum dalam kemasan ukuran gelas (240
ml) seharga Rp. 500,00 air yang kita minum hanya seharga Rp. 138,95.
Selisihnya, Rp. 361,05 kita gunakan untuk membeli kemasan gelasnya.”

Teliti sebelum membeli perlu dirubah menjadi pikirkan dua kali sebelum
membeli. Kita masih membutuhkan lingkungan untuk hidup. Tindakan menjaga
lingkungan harus terus dilakukan. Pilihan bijak saat membeli air minum dalam
kemasan merupakan langkah nyata tindakan penyelamatan lingkungan.

Meninggalkan kebiasaan mengonsumsi air minum dalam kemasan sukar


dihapus. Konsumsi air minum dalam kemasan galon akan sangat menyelamatkan
lingkungan. Terlebih jika perusahaan air minum dalam kemasan yang kita
konsumsi turut melakukan aksi penyelamatan lingkungan.

19 Februari 2011

Wida Nindita / A14090007

Dept. Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

Institut Pertanian Bogor

Вам также может понравиться