Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Relevanny Firnofie
15306002
hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat
Hidup No. 4 Tahun 1982). Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut
polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian
jumlahnya melebihi batas normal, berada pada waktu yang tidak tepat, dan berada pada tempat
Minyak bumi merupakan kebutuhan setiap negara. Pengeboran minyak yang dilakukan
tidak hanya di daratan, dilaut pun sering didirikan pengeboran minyak. Tapi ternyata, akibat
yang ditimbulkan oleh pengeboran lepas pantai lebih berbahaya daripada penambangan di darat.
Karena pengeboran lepas pantai dapat menyebabkan kerusakan laut oleh tumpahan minyak.
Selain oleh pengeboran minyak bumi, kapal-kapal yang karam atau bertabrakan dan kapal-kapal
yang dengan sengaja buang minyak ke laut adalah penyebab terjadinya pencemaran laut juga.
Pencemaran air laut oleh minyak dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang sangat dashyat.
Minyak bumi, batu bara, dan gas alam merupakan bahan bakar fosil. Mineral-mineral
tersebut terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan dan khewan yang mati berjuta-juta tahun silam, dan
persediaannya terbatas. Dalam 100 tahun terakhir, minyak menjadi sumber energi utama bagi
sebagian besar kawasan di dunia.Saat ini, sebagian besar cadangan minyak bumi telah habis
dipakai. Membakar begitu banyak minyak bumi dan bahan bakar fosil lainnya mendorong
terjadinya pemanasan global, salah satu problem lingkungan terbesar yang dihadapi dunia saat
ini. Semakin banyak masyarakat di berbagai belahan dunia yang menuntut dihentikannya
ekonomi minyak, dan menuntut pengembangan bentuk-bentuk energi yang lebih bersih dan lebih
berkelanjutan
bumi, pencemaran minyak di lautan sebetulnya telah terjadi. Material mengandung minyak yang
memasuki lautan berasal dari pembusukan tumbuhan dan hewan secara alami dan melalui
presipitasi hidrokarbon dari atmosfer. Hanya saja sebagian besar pencemar akan di biodegradasi
(diuraikan) oleh organisme secara alami (meskipun dalam jangka waktu lama) sehingga dampak
Kini, tumpahan minyak diakibatkan oleh kegiatan penambangan lepas pantai, kebocoran
dan kecelakaan kapal tanker, kebocoran saluran pipa minyak, dan lainnya, telah menimbulkan
kerusakan yang hebat pada tingkat lokal baik bagi tumbuhan, hewan ataupun pada manusia
(secara tidak langsung). Dalam pengangkutannya juga tidak jarang terjadi kecelakaan yang
berakibat mencemari lingkungan perairan dan merusak lingkungan hidup yang tidak ternilai
harganya.
Pencemaran minyak sering terjadi ketika dipindahkan melalui saluran pipa, truk, dan
kapal. Minyak juga bisa bocor dari tangki-tangki penyimpan. Tumpahannya bisa menyebabkan
kerusakan yang akan bertahan lama pada lapisan tanah, air tanah, hewan, dan manusia.
estetika pantai akibat penampakan dan bau dari material minyak. Residu yang berwarna gelap
yang terdampar di pantai akan menutupi batuan, pasir, tumbuhan dan hewan. Gumpalan tar yang
terbentuk dalam proses pelapukan minyak akan hanyut dan terdampar di pantai. Akan sulit
menemukan bagian pantai yang tidak terkontaminasi dikarenakan penyebarannya yang cepat.
Tumpahan minyak akan mengakibatkan kerusakan biologis, bisa merupakan efek letal
dan efek subletal. Efek letal yaitu reaksi yang terjadi saat zat-zat fisika dan kimia mengganggu
proses sel ataupun subsel pada makhluk hidup hingga kemungkinan terjadinya kematian. Efek
subletal yaitu memengaruhi kerusakan fisiologis dan perilaku namun tidak mengakibatkan
kematian secara langsung. Namun kematian dimungkinkan akibat terganggunya proses makan,
pertumbuhan dan perilaku tidak normal. Terumbu karang akan mengalami efek letal dan subletal
Pertumbuhan bakteri laut akan terhambat akibat keberadaan senyawa toksik dalam
komponen minyak bumi, juga senyawa toksik yang terbentuk dari proses biodegradasi. Bahkan
dalam beberapa kasus, senyawa toksik dari proses biodegradasi dapat lebih berbahaya.
memanfaatkan hidrokarbon minyak bumi, dikarenakan terjadi penambahan nutrien pada lokasi
tersebut, tetapi secara umum terdapat pengurangan jenis mikroorganisme dan organisme.
Pengaruh lainnya adalah penurunan populasi alga dan protozoa akibat kontak dengan
toksik pada slick (lapisan minyak di permukaan air). Pengaruh pada plankton tidak signifikan
sempat terjadi bisa dikembalikan. Berbeda dengan plankton, udang-udangan, ikan dan moluska
yang terdapat di antara plankton akan sangat terpengaruh dikarenakan proses pemulihannya
Dampak yang sangat terasa dialami organisme yang tidak bisa bergerak (immobile)
seperti organisme bentik karena tidak bisa lolos dari wilayah tercemar. Dalam beberapa kasus
pemulihan pada organisme bentik memakan waktu lebih dari 10 tahun. Apalagi bila kejadian
tumpahan minyak di pantai dengan dasar lembut (soft bottom) dimana minyak mampu persisten
Yang paling memprihatinkan adalah terjadinya kematian pada burung-burung laut. Hal
ini karena slick membuat permukaan laut lebih tenang dan menarik burung untuk hinggap di
atasnya ataupun menyelam guna mencari makanan. Saat kontak dengan minyak, terjadi
peresapan minyak ke dalam bulu dan merusak sistem kekedapan air dan isolasi sehingga burung
Pengaruh tidak langsung yang dialami manusia adalah dengan melihat kerusakan yang
dialami oleh ikan. Jumlah ikan yang mati memang tidak terlalu banyak dikarenakan
kemampuannya menghindar. Namun, ancaman terbesar dialami oleh bentic fish yang mengalami
akumulasi minyak dalam tubuhnya, dan area bertelur (spawning area) karena fase larva sangat
sensitif terhadap toksisitas minyak. Terjadi akumulasi senyawa aromatik (karsinogen) pada
jaringan ikan. Dan manusia baru merasakan keberadaan hidrokarbon minyak bumi di jaringan
yang diambil adalah melakukan pemantauan tumpahan yang terjadi guna mengetahui secara
pasti jumlah minyak yang lepas ke lautan serta kondisi tumpahan, misalnya terbentuknya emulsi.
Ada dua jenis upaya yang dilakukan yaitu dengan pengamatan secara visual dan penginderaan
jauh (remote sensing). Karena ada keterbatasan pada masing-masing teknik tersebut, seringkali
Pengamatan visual melalui pesawat merupakan teknik yang reliable, namun sering terjadi
pada peristiwa tumpahan minyak yang besar dengan melibatkan banyak pengamat, laporan yang
diberikan sangat bervariasi. Ada beberapa faktor yang membuat pemantauan dengan teknik ini
menjadi kurang dapat dipercaya seperti pada tumpahan jenis minyak yang sangat ringan akan
segera mengalami penyebaran (spreading) dan menjadi lapisan sangat tipis. Pada kondisi
pencahayaan ideal akan terlihat warna terang atau pelangi. Namun, seringkali penampakan
lapisan ini sangat bervariasi tergantung jumlah cahaya matahari, sudut pengamatan dan
permukaan laut. Karenanya, pengamatan ketebalan minyak berdasarkan warna slick kurang bisa
dipercaya. Faktor lainnya adalah kondisi lingkungan setempat dan prediksi coverage area.
Cara kedua dengan menggunakan metode penginderaan jarak jauh yang dilakukan
dengan berbagai macam teknik seperti Side-looking Airborne Radar (SLAR) yang telah
digunakan secara luas. SLAR memiliki keuntungan yaitu bisa dioperasikan segala waktu dan
segala cuaca, menjangkau wilayah yang lebih luas dengan hasil pengindraan lebih detail dengan
kekintrasan tinggi dan bisa ditransmisikan. Sayangnya teknik ini hanya bisa mendeteksi laisan
minyak yang tebal dan tidak bisa mendeteksi minyak yang berada dibawah air dan kondisi laut
sangat tenang.
penyisihan secara mekanis, bioremediasi, penggunaan sorbent dan penggunaan bahan kimia
dispersan. Setiap teknik ini memiliki laju penyisihan minyak berbeda dan hanya efektif pada
kondisi tertentu. In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan air sehingga
mampu mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut, penyimpanan dan
pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi, yang dijumpai dalam teknik penyisihan secara
fisik. Cara ini membutuhkan ketersediaan booms (pembatas untuk mencegah penyebaran
Beberapa kendala dari cara ini adalah pada peristiwa tumpahan besar yang memunculkan
kesulitan untuk mengumpulkan minyak dan mempertahankan pada ketebalan yang cukup untuk
dibakar serta evaporasi pada komponen minyak yang mudah terbakar. Sisi lain, residu
pembakara yang tenggelam di dasar laut akan memberikan efek buruk bagi ekologi. Juga,
Cara kedua yaitu penyisihan minyak secara mekanis melalui dua tahap yaitu melokalisir
tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan minyak ke dalam wadah
dengan menggunakan peralatan mekanis yang disebut skimmer. Upaya ini terhitung sulit dan
mahal meskipun disebut sebagai pemecahan ideal terutama untuk mereduksi minyak pada area
sensitif, seperti pantai dan daerah yang sulit dibersihkan dan pada jam-jam awal tumpahan.
Sayangnya, keberadaan angin, dan gelombang mengakibatkan cara ini menemui banyak kendala.
Cara ketiga adalah bioremediasi yaitu mempercepat proses yang terjadi secara alami,
misalkan dengan menambahkan nutrien, sehingga terjadi konversi sejumlah komponen menjadi
produk yang kurang berbahaya seperti CO2 , air dan biomass. Selain memiliki dampak
lingkunga kecil, cara ini bisa mengurangi dampak tumpahan secara signifikan. Sayangnya, cara
ini hanya bisa diterapkan pada pantai jenis tertentu, seperti pantai berpasir dan berkerikil, dan
Cara keempat dengan menggunakan sorbent yang bisa menyisihkan minyak melalui
mekanisme adsorpsi (penempelan minyak pad permukaan sorbent) dan absorpsi (penyerapan
minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi mengubah fasa minyak dari cair menjadi padat
sehingga mudah dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus memiliki karakteristik
digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik alami (kapas, jerami, rumput kering, serbuk
gergaji), anorganik alami (lempung, vermiculite, pasir) dan sintetis (busa poliuretan, polietilen,
Cara kelima dengan menggunakan dispersan kimiawi yaitu dengan memecah lapisan
hewan ke dalam tumpahan. Dispersan kimiawi adalah bahan kimia dengan zat aktif yang disebut
surfaktan (berasal dari kata : surfactants = surface-active agents atau zat aktif permukaan) (lebih
jauh lihat : Dispersan Kimiawi, Salah Satu Solusi Pencemaran Minyak di Laut ).
Cara terakhir adalah dengan menggunakan algae. Algae yang ada di laut akan memakan
Ketika minyak tumpah atau bocor dari tangki penyimpan harus segera disingkirkan dan
diserap. Setelah diserap, minyak dan semua material yang dipakai untuk menyerapnya harus
disingkirkan dan dibuang dengan aman, misalnya, ke dalam sumur yang dindingnya diperkuat
dengan beton, sehingga minyak tersebut tidak akan mencemari air tanah.
Selain keenam cara diatas, menyingkirkan tumpahan minyak dari air dapat dilakukan
dengan cara mengumpulkannya dengan sebuah ember. Dengan peralatan dan pelatihan yang
sempurna, berikut ini adalah cara membersihkan tumpahan minyak pada air :
1. Minyak digiring dengan boom, sejenis pagar mengapung yang ditahan oleh jangkar, atau
diikatkan pada kapal-kapal atau benda-benda lain di pantai. Boom ini mencegah sebagian
3. Minyak yang masih tersisa di air diserap dengan material-material seperti serbuk gergaji,
4. Setelah sebanyak mungkin minyak disendok, diserap, dan disingkirkan dari permukaan,
maka sisanya akan siap untuk dibakar. Membakar minyak yang tersisa tersebut akan
menghasilkan asap beracun, tetapi masih lebih baik dari pada meninggalkannya di air.
Mengingat bahwa tumpahan minyak mentah membawa akibat yang amat luas pada
lingkungan laut maka penanganannya tidak bisa diserahkan hanya pada satu institusi pemerintah
saja. Perlu melibatkan kerja sama berbagai institusi seperti Departemen Lingkungan Hidup,
Departemen Pertambangan dan Energi, Kepolisian, Pemerintah Daerah, Kementrian Riset dan
masyarakat dan kalangan LSM. Selain itu, perlu diberikan aturan yang tegas di dalam hal
eksplorasi dan eksploitasi minyak serta penggunaan bahan bakar minyak pada sarana transportasi
laut. Dan hukuman yang setimpal bila terjadi penyalahgunaan aturan yang ada.
Daftar Pustaka
http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0037%20Bio
%201-8b.htm
http://alamperkapalan.wordpress.com/2009/08/01/pencegahan-polusi-minyak-dari-kapal-bag-i-2/
http://www.kesehatanlingkungan.org/book/ehb_ch%2022_oil
http://wyuliandari.wordpress.com/2009/02/16/pencemaran-minyak-di-laut