Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A.Partai Politik
A.1 Sejarah partai politik Indonesia
Partai politik pertama kali lahir di Eropa barat. Setelah itu, partai politik segera
bermunculan di hampir di seluruh negara bersamaan dengan menguatnya pengakuan
terhadap pentingnya partisipasi rakyat dalam kehidupan negara. Hal ini mudah dimengerti
karena hingga kini partai politik dianggap sebagai sarana yang menghubungkan rakyat
dengan pemerintahannya.
Kesadaran untuk mendirikan paratai polittik di Indonesia muncul bersamaan
dengan bangkitnya kesadaran rakyat untuk hidup sebagai bangsa yang merdeka. Akan
tetapi, secara formal pembentukan partai politik di Indonesia baru dimulai pada tahun
1945. Hal ini ditandai dengan keluarnya Maklumat Pemerintah tanggal 3 november 1945
tentang pembentukan partai-partai politik. Pada saat kelahirannya, pertain politik
diharapkan dapat memperkuat perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan
menjamin keamanan masyarakat.
Berikut uraian singkat mengenai sejarah partai politik di Indonesia.
Kebangkitan kesadaran nasional dalam rezim kolonial (1939) : terdapat beberapa
fraksi dalam Volksraad: Fraksi Nasional (Husni Thamrin), Perhimpunan Pegawai
Bestuur Bumi putera (Prawoto), Indonesische Nationale Groep (M. Yamin). Diluar
Volksraad : KRI (Komite Rakyat Indonesia) yang terdiri dari GAPI ( Gabungan Politik
Indonesia/Nasionalis), MIAI (Majelis Islamil A’laa Indonesia/Islam), MRI (Majelis
Rakyat Indonesia).
Zaman Jepang (1942) : Dilarang, kecuali pembentukan Partai Islam (Masyumi) .
Zaman Kemerdekaan (1945) : dibuka seluas
luasnya kesempatan mendirikan partai.
Pemilu 1955: kemenangan 4 partai besar (PKI, NU, Masyumi
dan PNI).
Demokrasi Terpimpin: Partai politik
dipersempit ruang geraknya.
Orde Baru (1971) :, Golkar menjadi pemenang, diikuti NU, Parmusi, dan PNI.
Pemilu 1977: 2 Parpol dan Golkar (setelahpemberlakuan UU Nomor 3 Tahun 1975
tentang Parpol dan Golkar).
UU ParpolNo. 3 Tahun1985
Orde Reformasi (1998) : Kebebasan mendirikan partai.
Pemilu 1999 : diikuti 48 partai politik dan didominasi oleh PDI perjuangan, Golkar,
PPP, PKB, dan PAN.
Pemilu 2004 : diikuti oleh 24 partai politik.
UU parpol No. 2 tahun 2008
Pemilu 2009.
Oleh karena hal itu, harmonisasi antar partai politik sangat penting untuk
dilakukan untuk tercapainya persatuan dan kesatuan, serta terpenuhinya azas keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
B.3 Proses Harmonisasi Antar Partai Politik
Harmonisasi antar partai politik mempunyai artian yang luas. Sering kali, orang
mengatakan harmonisasi dengan perdamaian, padahal sebenarnya makna dari
harmonisasi itu sangat global. Proses Harmonisasi dari sudut pandang waktu
penanggulangannnya ada dua jenis cara harmonisasi yakni preventif dan pasca konflik.
Harmonisasi preventif merupakan proses harmonisasi yang dilakukan sebelum
konflik atau dilakukan untuk mencegah terjadinya konflik antar partai politik. Adapan
macam-macam dari harmonisasi preventif antara lain:
1. Peningkatan kualitas pendidikan politik masyarakat
Satu hal mendasar yang menjadi sumbu konflik politik di Indonesia adalah
kurangnya pemahaman masyarakat terhadap politik itu sendiri. Perbedaan
ideology sering ditanggapi oleh satu sama lain secara negatif.
Di Amerika serikat kendati Partai Demokrat dan Partai Republik berlomba
dalam proses demokrasi, tidak terjadi silang pendapat yang negative, perbedaan
dianggap lumrah. Semua pihak mengerti konsekuensinya. Disana kedewasaan
berpolitik sangat baik, terlihat dari sikap mereka saling menghargai, menerima
kekalahan secar lapang dada dan tidak ada bentrokan fisik.
Oleh karena itu, penting adanya peningkatan pola pendidikan berpolitik.
Hal ini bisa dilakukan dengan memasukan muatan politik dalam pendidikan di
semua level, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Ada baiknya pula,
menjadikan Politik menjadi mata pelajaran khusus dan terlepas dari mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Cara lain dapat ditempuh dengan cara publikasi pemerintah baik melalui
media atau pun secara langsung, seperti Iklan layanan masyarakat yang
ditampilkan di televisi.
Hal ini sangat baik untuk membuat manusia-manusia yang siap berpolitik
dan berpartai politik dengan baik. Apabila hal-hal diatas dapat dipenuhi, maka
harmonisasi antar partai politik bukan hal yang sulit dilakukan.
2. Pembentukan instansi pemerintahan yang mengurus hubungan antar partai politik
Di Indonesia belum ada wadah yang menampung partai-partai politik
dalam satu kesatuan. Kalau pun ada hanya bersifat regional dan kecil. Di Indonesia
hanya ada Komisi Pemilihan Umum, itu pun mengatur partai politik secara
administratif.
Sudah saatnya ada komisi khusus dibawah naungan pemerintah yang
menjembatani satu partai politik dengan partai politik lainnya. Komisi yang
transparan, jujur, adil, dan mampu mempersatukan seluruh partai yang ada.
Kegiatan komisi ini bisa berupa pembentukan persepsi dan tujuan yang sama,
seperti dengan cara diskusi atau Musyawarah Nasional.
Komisi Ini idealnya berada di bawah kementerian Dalam Negeri atau
Kementerian Polhukkam.
3. Pembuatan perangkat hukum yang kuat
Cara selanjutnya adalah dengan penguatan landasan konstitusional, di
Indonesia belum ada Undang-undang khusus yang menangani hubungan antar
partai politik. Undang-undang no 2 tahun 2008 tentang partai politik pasal 32 dan
pasal 33 pun hanya mengatur poin-poin yang membahas perpecahan Partai politik
bukan perpecahan antar partai politik.
Pemberlakuan undang-undang mengenai hubungan antar partai politik
yang memuat anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan sanksi-sanksi terhadap
pelanggar, akan menimbulkan efek positif di kalangan partai politik untuk menjaga
hubungan dengan partai politik lain dengan baik.
Yang kedua adalah harmonisasi pasca konflik atau proses perbaikan hubungan
antara satu partai dengan partai lainnya yang sebelumnya terlibat dalam friksi negatif.
Adapun cara-cara yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Melakukan hubungan baik kembali
Melakukan hubungan disini bisa mencakup prosedur perdamaian politik
seperti rekonsiliasi, mediasi, dan arbitrase. Tidak dapat dipungkiri bahwa partai-
partai besar sering terlibat permusuhan yang kental, bahkan pada musim
kampanye sering kali kita temukan antar simpatisan parpol yang bentrok fisik
hingga menimbulkan korban jiwa. Hal-hal seperti sebenarnya dapat kita cegah
apabila petinggi parpol tersebut menomorduakan arogansi mereka dan lebih
mengedepankan kedewasaan berpolitik. Karena simpatisan umumnya mengikuti
kebijakan dan pengaruh petinggi partainya.
Pada tahun 2008, ada kejadian unik, Golkar dan PDI-Pejuangan melakukan
musyawarah nasional bersama. Hal yang kita pikir tidak mungkin terjadi,
mengingat Golkar dan PDIP (yang awalnya PDI) sejak dulu saling bermusuhan.
Perang media, adu mulut pimpinan partai, dan simpatisannya pun punya sentimen
yang buruk satu sama lain. Akan tetapi dengan niat yang baik dan rasa saling
membutuhkan,permusuhan berpuluh-puluh tahun pun bisa lenyap seketika.
2. Menindak partai politik yang melakukan pelanggaran terhadap harmonisasi antar
partai politik
Friksi-friksi antar partai politik yang sering terjadi disebabkan pula
lemahnya hukum yang ada. Sering kita dengar, ada partai yang pada prakteknya,
mereka berkampanye dengan brutal, menghina partai lain, dan vandalisme
(pengrusakan fasilitas umum), tetapi partai tersebut tidak mendapat sanksi dan
beralasankan kebebasan bereksperesi.
Tindakan diatas sebenarnya harus ditindak dengan cara pemberian sanksi,
baik sanksi secara pidana maupun administratif. Sanksi pidana maksudnya, segala
hal yang dilakukan oleh partai yang melakukan tindakan buruk terhadap partai lain
dan merugikan Negara, maka harus diusut di pengadilan. Partai tersebut juga
harus mendapatkan sanksi administratif dari lembaga berwenang, misalnya
Kementeri Dalam Negeri atau KPU, sanksi tersebut bisa berupa denda, pelarangan
kampanye, atau pembubaran partai politik tersebut.
Aturan hukum dan sanksi-sanksi yang keras akan menimbulkan efek jera
dan menuntut partai-partai politik untuk tidak menyepelekan yang lain. Untuk
selanjutnya timbul kemapanan pola pikir, untuk saling menghargai, menghormati,
dan bersyerikat dalam satu naungan harmonisasi yang kokoh.
.