Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
HIFEMA
RIDHO RANOVIAN
0408120043
Pembimbing:
PEKANBARU
2011
1
HIFEMA
I. PENDAHULUAN
Struktur wajah dan mata sangat sesuai untuk melindungi mata dari cedera.
Bola mata terdapat di dalam sebuah rongga yang dikelilingi oleh tulang yang kuat.
Kelopak mata bisa segera menutup untuk membentuk penghalang bagi benda
asing dan mata bisa mengatasi benturan yang ringan tanpa mengalami kerusakan.
Meskipun demikian, mata dan struktur di sekitarnya bisa mengalami kerusakan
akibat cedera, kadang sangat berat sampai terjadi kebutaan atau mata harus
diangkat. Trauma pada mata harus diperiksa untuk menentukan pengobatan dan
menilai fungsi penglihatan.1
2
Hifema dapat terjadi akibat trauma tembus ataupun trauma tumpul, dapat
juga perdarahan spontan. Biasanya darah ini berasal dari pembuluh darah iris
ataupun badan siliar yang pecah. Kadang-kadang pembuluh darah baru yang
terbentuk pada kornea pasca bedah katarak dapat pecah sehingga timbul hifema. 1
II. DEFINISI
III. EPIDEMIOLOGI
3
Penelitian yang dilakukan di RSUD Arifin Achmad pekanbaru,
menunjukkan pada tahun 2002-2006 terdapat 50 kasus hifema. Kasus terbanyak
pada usia 1-12 tahun. Penyebab tersering akibat benda tumpul. 6
Olah raga penyebab dari 60% pada populasi anak muda. Penggunaan
pelindung mata (lensa polycarbonate dengan bingkai keras) dapat secara
signifikan menurunkan angka kejadian hifema. 57% pasien trauma mata dengan
hifema berlanjut pada kerusakan segmen posterior dari mata tersebut. Dalam hal
ini maka perlu tindakan evaluasi dalam menilai seberapa besar akibat trauma pada
segmen posterior mata.1,5
IV. ETIOLOGI
Pendarahan yang timbul dapat berasal dari kumpulan arteri utama dan
cabang dari badan ciliar, arteri koroid, vena badan siliar, pembuluh darah iris pada
sisi pupil. 9
V. PATOFISIOLOGI
Inflamasi yang parah pada iris, sel darah yang abnormal dan kanker
mungkin juga bisa menyebabkan perdarahan pada COA. Trauma tumpul dapat
merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Gaya-gaya kontusif akan merobek
pembuluh darah iris dan merusak sudut COA. Tetapi dapat juga terjadi secara
spontan atau pada patologi vaskuler okuler. Darah ini dapat bergerak dalam ruang
COA, mengotori permukaan dalam kornea.6,7
4
Perdarahan dapat terjadi segera sesudah trauma yang disebut perdarahan
primer. Perdarahan primer dapat sedikit dapat pula banyak. Perdarahan sekunder
biasanya timbul pada hari ke 5 setelah trauma. Perdarahannya biasanya lebih
hebat daripada yang primer. Oleh karena itu seseorang dengan hifema harus
dirawat sedikitnya 5 hari. Dikatakan perdarahan sekunder ini terjadi karena
resorpsi dari bekuan darah terjadi terlalu cepat sehingga pembuluh darah tak
mendapat waktu yang cukup untuk regenerasi kembali.6,8,9
Penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari COA dalam bentuk sel
darah merah melalui sudut COA menuju kanal sclhem sedangkan sisanya akan
diabsorbsi melalui permukaan iris. Penyerapan pada iris dipercepat dengan adanya
enzim fibrinolitik di daerah ini. Sebagian hifema dikeluarkan setelah terurai dalam
bentuk hemosiderin. Bila terdapat penumpukan dari hemosiderin ini, dapat masuk
ke dalam lapisan kornea, menyebabkan kornea menjadi bewarna kuning dan
disebut hemosiderosis atau imbibisi kornea, yang hanya dapat ditolong dengan
keratoplasti. Imbibisio kornea dapat dipercepat terjadinya oleh hifema yang penuh
disertai glaukoma.8,9
VI. KLASIFIKASI
Edward Layden:
Hifema tingkat I : bila perdarahan < 1/3 COA, hifema tingkat II: bila
perdarahan antara 1/3 – ½ COA dan hifema tingkat III : bila perdarahan >
½ COA. 10
5
Menurut Sheppard berdasarkan tampilan klinisnya: 11,12,13
Gambar 2. A. Hifema grade I, B. Hifema grade II, C. Hifema grade III dan
D.Hifema grade IV (dikutip dari kepustakaan no. 11 dan 13)
6
Berdasarkan penyebabnya hifema dibagi menjadi: 10,12,13
Pasien akan mengeluh nyeri pada mata disertai dengan mata yang berair.
Penglihatan pasien akan sangat menurun. Terdapat penumpukan darah yang
terlihat dengan mata telanjang bila jumlahnya cukup banyak. Bila pasien duduk,
hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah COA, dan hifema dapat
memenuhi seluruh ruang COA. Selain itu, dapat terjadi peningkatan tekanan intra
ocular, sebuah keadaan yang harus diperhatikan untuk menghindari terjadinya
glaucoma. Otot sfingter pupil mengalami kelumpuhan, pupil tetap dilatasi
7
(midriasis), dapat terjadi pewarnaan darah (blood staining) pada kornea, anisokor
pupil. 8,9,15,16
VIII. DIAGNOSIS
IX. PENATALAKSANAAN
1. Menghentikan perdarahan.
8
3. Mengeliminasi darah dari bilik depan bola mata dengan mempercepat
absorbsi.
2. Bebat mata
3. Pemakaian obat-obatan
9
Pemberian obat-obatan pada penderita dengan traumatik hifema tidaklah
mutlak, tapi cukup berguna untuk menghentikan perdarahan, mempercepat
absorbsinya dan menekan komplikasi yang timbul. Untuk maksud di atas
digunakan obat-obatan seperti :
Koagulansia
Midriatika Miotika
10
Semua para ahli menganjurkan pemberian acetazolamide (Diamox)
secara oral sebanyak 3x sehari bilamana ditemukan adanya kenaikan tekanan
intraokuler. Bahkan Gombos dan Yasuna menganjurkan juga pemakaian
intravena urea, manitol dan gliserin untuk menurunkan tekanan intraokuler,
walaupun ditegaskan bahwa cara ini tidak rutin. Pada hifema yang penuh
dengan kenaikan tekanan intra okular, berilah diamox, glyserin, nilai selama
24 jam. Bila tekanan intra okular tetap tinggi atau turun, tetapi tetap diatas
normal, lakukan parasentesa yaitu pengeluaran drah melalui sayatan di kornea
Bila tekanan intra okular turun sampai normal, diamox terus diberikan dan
dievaluasi setiap hari. Bila tetap normal tekanan intra okularnya dan darahnya
masih ada sampai hari ke 5-9 lakukan juga parasentesa.8,9,15-17
PERAWATAN OPERASI
11
2. Microscopic corneal bloodstaining (setiap waktu)
3. Total dengan dengan Tekanan Intra Okular 50 mmHg atau lebih selama 4
hari (untuk mencegah atrofi optic)
4. Hifema total atau hifema yang mengisi lebih dari ¾ COA selama 6 hari
dengan tekanan 25 mmHg (untuk mencegah corneal bloodstaining)
5. Hifema mengisi lebih dari ½ COA yang menetap lebih dari 8-9 hari (untuk
mencegah peripheral anterior synechiae)
6. Pada pasien dengan sickle cell disease dengan hifema berapapun ukurannya
dengan tekanan Intra ocular lebih dari 35 mmHg lebih dari 24 jam. Jika
Tekanan Inta Ocular menetap tinggi 50 mmHg atau lebih selama 4 hari,
pembedahan tidak boleh ditunda. Suatu studi mencatat atrofi optic pada 50
persen pasien dengan total hifema ketika pembedahan terlambat. Corneal
bloodstaining terjadi pada 43% pasien. Pasien dengan sickle cell
hemoglobinopathi diperlukan operasi jika tekanan intra ocular tidak
terkontrol dalam 24 jam. 15-17
1. Parasintesis
Mengeluarkan cairan/darah dari bilik depan bola mata melalui lubang yang
kecil di limbus. Parasentese dilakukan bila TIO tidak turun dengan diamox atau
jika darah masih tetap terdapat dalam COA pada hari 5-9.
X. PROGNOSIS
12
buruk daripada hifema sebagian dengan kemungkinan timbulnya glaukoma dan
hemosiderosis. 1, 9, 11
XI. KOMPLIKASI
1. Perdarahan sekunder
2. Glaukoma sekunder
3. Hemosiderosis kornea
13
hanya dapat ditolong dengan keratoplasti. Imbibisio kornea dapat dipercepat
terjadinya oleh hifema yang penuh disertai glaukoma. Hemosiderosis ini akan
timbul bila ada perdarahan/perdarahan sekunder disertai kenaikan tekanan
intraokuler. Gangguan visus karena hemosiderosis tidak selalu permanen, tetapi
kadang-kadang dapat kembali jernih dalam waktu yang lama (2 tahun).
Insidensinya ± 10%.3 Zat besi di dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis
bulbi yang bila didiamkan akan dapat menimbulkan ftisis bulbi dan kebutaan.8-10,12
4. Sinekia Posterior
Sinekia posterior bisa timbul pada pasien traumatik hifema. Komplikasi ini
akibat dari iritis atau iridocyclitis. Komplikasi ini jarang pada pasien yang
mendapat terapi medikamentosa dan lebih sering terjadi pada pada pasien dengan
evakuasi bedah pada hifema. Peripheral anterior synechiae anterior synechiae
terjadi pada pasien dengan hifema pada COA dalam waktu yang lama, biasanya 9
hari atau lebih. Patogenesis dari sinekia anterior perifer berhubungan dengan iritis
yang lama akibat trauma atau dari darah pada COA. Bekuan darah pada sudut
COA kemudian bisa menyebabkan trabecular meshwork fibrosis yang
menyebabkan sudut bilik mata tertutup. 8-10,12
5. Atrofi optik
6. Uveitis
14
15