Вы находитесь на странице: 1из 35

ATRIBUSI

OLEH: YULI DARWATI,M.Si


PENGERTIAN:

 Proses yang kita lakukan untuk mencari


jawab atas pertanyaan mengapa, atau
apa sebabnya atas perilaku orang lain
ataupun diri sendiri.
Kapan atribusi dibuat?

 Di ruang pengadilan.
 Ketika menghadapi kejadian yang tak
diharapkan.
 Ketergantungan kepada orang lain bagi
hasil yang diinginkan.
 Perasaan kegagalan atau hilang kendali.
TUJUAN:
 Untuk memperoleh pemahaman terhadap dunia.
Kesimpulan-kesimpulan dibuat untuk memahami
lingkungan dan memprediksi kejadian-kejadian di
masa datang.
 Proses atribusi dipelajari secara alami dan mempunyai
tujuan untuk menjelaskan tindakan-tindakannya
sendri serta berusaha untuk mengendalikan tindakan-
tindakannya orang lain yang memiliki hubungan
interpersoanal dekat dengan dirinya.
MODEL-MODEL PROSES
ATRIBUSI:
 Model Heider
 Teori inferensi
korespondensi(Correspondent Inference
Theory).
 Kelley’s “Social scientiest” theory.
MODEL HEIDER:
 Perilaku seseorang dapat disimpulkan disebabkan
oleh kekuatan-kekuatan lingkungan (environmental
force) atau kekuatan-kekuatan internal ( termasuk
disposisi)
 Kekuatan-kekuatan lingkungan terdiri dari faktor
situasi yang menekan, sehingga memunculkan
perilaku tertentu.
 Kekuatan-kekuatan internal (personal force) dilihat
sebagai hasil dari kemampuan (ability), power
(usaha) yang ditunjukkan seseorang.
Correspondent inference
theory:
 Tokoh ; Edward Jones dkk
 Mempelajari pengaruh kekuatan disposisional dan
lingkungan pada atribusi kausal, kondisi-kondisi
yang memunculkan atribusi disposisional (inferensi
korespondensi).
 Ada empat faktor yang secara umum
mempengaruhi proses atribusi: kekuatan faktor
lingkungan,efek perilaku aktor pada
pengamat,harapan mengenai perilaku itu, dan
tindakan-tindakan alternatif yang ada.
Kekuatan faktor lingkungan:
 Kekuatan relatif dari kekuatan-kekuatan
lingkungan secara langsung mempengaruhi
tipe atribusi yang dibuat oleh pengamat.
 Jika kekuatan lingkungan tidak kuat maka
atribusi yang dibuat cenderung mengarah
pada disposisional.
 Contoh: Fidel Castro
Kesimpulan :bahwa perilaku yang paling
memungkinkan pengamat untuk membuat atribusi
disposisional;

 Terjadi pada situasi di mana kekuatan lingkungan


dipersepsi tidak kuat.
 Memiliki akibat pada pengamat (hedonic relevance)
 Secara sengaja ditujukan kepada pengamat.
 Dilihat tidak disebabkan oleh perannya.
 Negatif
 Ekstrim
 hasil yang unik
Efek perilaku pada pengamat:
 Seberapa jauh perilaku aktor memiliki efek
atau pengaruh pada pengamat akan juga
mempengaruhi atribusi yang dibuat tentang
aktor.
 Hedonic relevance menggambarkan derajat
atau seberapa jauh suatu tindakan memberi
akibat menyenangkan atau mengecewakan
pengamat.
Lanjut…..
 Personalism menunjukkan pada derajat atau
seberapa jauh seorang pengamat mempersepsi
bahwa tindakan itu diarahkan secara khusus pada
dirinya.
 Ketika hedonic relevance dan personalism dari
suatu tindakan meningkat, kemungkinan pengamat
membuat atribusi disposisional pada aktor juga
meningkat. Keyakinan pengamat bahwa dia
membuat atribusi yang benar juga meningkat.
Harapan mengenai perilaku
itu.
 Perilaku yang tidak sesuai dengan peran,
merupakan informasi yang baik untuk
menyimpulkan pada faktor kepribadian
atau disposisional. Khususnya jika perilaku
itu menyimpang dari peran dan ekstrim,
maka mungkin ini akan mengarahkan pada
atribusi disposisional yang negatif.
Lanjut…..

 Perawat: ramah, hangat, ketika


menunjukkan perilaku yang kasar maka
perilakunya diatribusikan sebagai
disposisional.
Tindakan-tindakan alternatif yang
ada:
 Contoh: Ken mengikuti kursus statistik semester
depan, kursus merupakan pra syarat untuk
program pasca sarjana (atribusi lingkungan).
 Ken mengikuti kursus statistik semester depan.
Kursus statistik bukan syarat dalam jurusan
untuk mata kuliah tertentu. (atribusi
disposisional: ken memang menyukai statistik).
Kelley’s “social scientiest” theory:

 Untuk membuat atribusi yang akurat


tentang perilaku aktor dalam situasi
tertentu, kita ingin tahu:a) bagaimana
aktor berperilaku dalam situasi yang lain,b)
bagaimana orang-orang lain berperilaku
dalam situasi ini,c) bagaimana aktor
berperilaku sebelumnya dalam situasi ini.
Sehingga perilaku dapat
dianalisis:
 Distinctiveness(kekhususan): apakah aktor
berperilaku secara berbeda dalam stuasi yang
lain)
 Konsistensi ( pernahkah aktor berperilaku
dengan cara yang sama dalam situasi ini pada
kesempatan yang lain).
 Konsensus(apakah orang lain berperilaku
dengan cara yang sama pada situasi ini)
Contoh 1;
 Paula tidak lulus ujian kalkulus
 Paula tidak gagal dalam ujian mata kuliah lain.
(distinctive)
 Paula gagal pada ujian kalkulus lainnya
(konsistensi tinggi)
 Teman-temannya juga gagal dalam ujian
kalkulus. (konsensus tinggi)
(atribusi eksternal)
Contoh 2:

 Paula gagal pada ujian kalkulus.(non-


distinctive)
 Paula juga gagal dalam mata kuliah
lainnya.(konsistensi tinggi)
 Orang lain tidak gagal dalam ujian
kalkulus. (konsensus rendah)
(atribusi internal)
Catatan:
 Proses atribusi tidak selalu rasional.
 Orang yang relatif perkembangan kognitifnya berfungsi
pada tingkat konkrit kurang dapat membuat atribusi yang
baik berdasar pada faktor-faktor yang dikemukakan oleh
kelley.
 Ada perbedaan individu dalam cara bagaimana orang
menggunakan tiga tipe informasi itu
(distinctiveness,konsistensi, dan konsensus). Orang
cenderung memberikan tekanan yang sedikit pada
informasi konsensus dari pada distinctive dan konsistensi
ketika membuat atribusi.
Lanjut…..

 Discounting. Peran aktor, situasi, dan


stimulus dapat menghasilkan pengaruh
yang dipotong jika sebab lain juga ada
seperti: perbedaan status, persyaratan
atau tuntutan peran, hasil unik.
Contoh discounting 1:

 Linda menolong Lucy


 Lucy atasan Linda (persyaratan peran)
 Atribusi eksternal, atribusi disposisi Linda
dipotong.
Contoh 2:

 Lucy menolong Linda


 Lucy atasan Linda.
 Atribusi disposisional pada Lucy.
Atribusi tentang diri sendiri:
 Bem ; atribusi diri atau persepsi diri adalah
suatu proses saat seseorang merasa tidak
yakin dengan sikapnya sendiri, sehingga ia
menyimpulkan , sesuai dengan sikap orang
lain terhadap dirinya melalui observasi
terhadap perilaku yang ditampilkan oleh
dirinya sendiri dan situasi saat perilaku itu
terjadi.
Lanjut….
 Jika kita mengamati perilaku kita sendiri dalam
situasi di mana tidak ada paksaan intern yang
kuat, maka kita asumsikan bahwa kita hanyalah
mengungkapkan sikap sejati kita sendiri dan
membuat atribusi internal.
 Jika terdapat tekanan ekstern yang kuat atas
diri kita untuk melakukan sesuatu , maka kita
mempersepsikan itu disebabkan secara ekstern.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya persepsi diri:

 Pengaruh pembenaran yang berlebihan.


 Ketidaksadaran akan alasan dalam
melakukan sesuatu.
Atribusi tentang sebab
kesuksesan dan kegagalan:

Menurut weiner ada tiga dimensi yang dapat


diidentifikasi berkaitan dengan atribusi ini:
 Tempat sebab-akibat (locus) : internal,
eksternal
 Stabilitas atau instabilitas (stability)
 Kemampuan mengendalikan (controllability)
Pengaruh atribusi;
 Mempengaruhi harapan pada masa depan.
 Jika performance diatribusikan terhadap
faktor-faktor yang stabil maka harapan
tentang performance di masa yang akan
datang akan baik (sukses) atau gagal
tergantung pada kesuksesan dan
kegagalan seseorang sebelumnya.
Lanjut……
 Jika performance diatribusikan pada faktor-faktor
yang tidak stabil (usaha, mood, atau nasib) maka
kesuksesan atau kegagalan akan tidak berpengaruh
kuat pada harapan di masa yang akan datang.
 Atribusi memiliki efek pada motivasi.Jika sukses
atau gagal diatribusikan sebagai faktor internal
maka kesuksesan akan mengarahkan pada
perasaan bangga dan meningkatkan motivasi,
sedangkan kegagalan akan mengurangi harga diri.
Lanjut…..
 Jika seseorang gagal dan merasa yakin bahwa faktor
penyebab itu apat dikendalikan, maka murid tersebut
akan merasa malu dan bersalah, sedangkan jika ia
berhasil, maka akan bangga.
 Atribusi juga mempengaruhi terjadinya Learn
helplessness, terutama jika seseorang mengatribusikan
kegagalan pada faktor internal yang stabil yang tidak
dapat dikendalikan seperti kurang mampu, maka ini
meningkatkan kejadian bahwa dia tidak akan berusaha
dengan keras pada situasi berikutnya.
Lanjut…..

 Proses atribusi juga dapat menyebabkan


timbulnya self-fulfilling prophecy, yaitu
suat proses dari harapan dan keyakinan
seseorang terhadap orang lain yang
akhirnya dapat mengarahkan orang lain
itu berperilaku dengan cara memperkuat
harapan dan keyakinan tersebut.
Kesesatan-kesesatan dalam
atribusi:
 Actor observer difference.
 Self – serving bias
 Defensive attribution
Actor Oberver difference
 The fundamental attribution error. Kita
cenderung menjelaskan perilaku orang
lain sebagai akibat disposisi yang
merupakan kepribadian umum , dan
mengabaikan faktor situasi di mana
mereka berada.
Lanjut….

 Distorsi aktor pengamat:ada


kecenderungan pengamat menilai
berlebihan pada faktor disposisional,
sedangkan aktor menilai berlebihan pada
faktor situasional.
Self-serving bias:
 Menggambarkan atribusi yang
mengagungkan ego atau
mempertahankan penilaian terhadap diri
sendiri. Contoh: kita cenderung
mengatribusikan keberhasilan kita
kepada penyebab internal dan kegagalan
pada penyebab eksternal.
Defensive Attribution:
 Kecenderungan untuk menyalahkan
korban karena ketidakberuntungan
mereka daripada kepada lingkungan atau
kondisi sekitar kejadian.

Вам также может понравиться