Вы находитесь на странице: 1из 12

PENDAHULUAN

Human security merupakan konstruksi pemikiran mengenai keamanan negara


menuju kepada ide keamanan manusia termasuk didalamnya keamanan individu dan
masyarakat. Human security melindungi eksistensi anggota masyarakat, termasuk anak-
anak, warga sipil di wilayah perang, minoritas etnis dan lain sebagainya dari berbagai jenis
kekerasan. Pasca Perang Dingin, konsep keamanan dalam sistem mengalami pergeseran
yang signifikan. Pergeseran itu meliputi perubahan fokus wacana keamanan dari isu
militer dan politik ke isu yang terkait dengan kondisi hidup individu dan masyarakat, dari
fokus negara ke masyarakat dan pergeseran dari konsep keamanan nasional menjadi
keamanan manusia.
Konsep Human Secuity diperkenalkan oleh United Nations Development Program
(UNDP) dalam Human Development Report 1994, konsep human security (keamanan
manusia). Badan PBB berpendapat bahwqa konflik yang terjadi saat ini lebih banyak
terjadi di dalam negara dibandingan dengan konflik antar negara. Bagi kebanyakan orang
ancaman keamanan timbul dari keadan sehari-hari dari pada yang disebabkan oleh isu-isu
atau peristiwa internasional. Misalnya apakah mereka cukup makan hari ini?, apakah
mereka aman berjalaan di jalan umum?, apakah mereka aman dengan setatus
gendernya?, apakah status etnis dan agama mereka akan menjadi korban penyiksaan?.
Isu – isu tersebutlah yang menjadi isu yang perlu di cermaci dalam human security.
Laporan UNDP menekankan bahwa human security adalah sesuatu yang universal,
relevan dengan semua manusia dimana pun. Karena ancaman keamanan dalam human
security bersifat umum, tidak memamndang batas negara. Konsep human security
memusatakan perhatianya pada manusia ( people-centered) bukan pada negara (state-
centered).
Wacana mengenai human security kemudian menjadi prioritas utama PBB dalam
meningkatkan pembangunan terutama dalam memerangi kemiskinan dan meningkatkan
taraf hidup manusia di negara dunia ketiga. Pada tahun 2000 PBB menggelar Millennium
Summit 2000. Dalam Millenium Summit 2000 ini 189 negara anggota PBB sepakat untuk
mengadopsiDeklarasi Millenium yang dikenal sebagai Millennium Development Goals
(MDGs). Deklarasi ini mengcover masalah kebebasan, keamanan dan pembangunan
termasuk penanggulangan kemiskinan dan kelaparan, lingkungan hidup, hak asasi
manusia dan governance. Millennium Development Goals (MDGs) memfokuskan pada
delapan tujuan-tujuan utama yaitu:
• memberantas kemiskinan dan kelaparan
• memenuhi standar pendidikan dasar
• meningkatkan persamaan jender dan pemberdayaan perempuan
• mengurangi angka kematian bayi
• meningkatan kesehatan ibu
• memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya
• pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan
• mengembangkan kemitraan global dalam pembangunan.1

Definisi Human Security


Ada beberapa pendapat mengenai human security yaitu:
• United Nations Development Programme (UNDP):
Human security dapat di bagi menjadi dua aspek utama. Yaitu: pertama selamat
dari ancaman kronis yaitu: kelaparan, penyakit dan penindasan. Dan yang kedua
yaitu perlindungan dari kematian yang mendadak dan gangguan keamanan pada
pola kehidupan sehari- hari, baik di rumah, di perkejaan, maupun di masyarakat.
(“Human security can be said to have two main aspects. It means, first, safety from
such chronic threats as hunger, disease and repression. And second, it means
protection from\ sudden and hurtful disruptions in the patterns of daily life – whether
in homes, in jobs or in communities. ”)2
• Sadako (mantan komesaris tinggi PBB untuk pengungsi)
Beberapa elemen kunci untuk menciptakan human security. Elemen pertama
adalah kemungkinan untuk semua warga negara untuk hidup damai dan aman di
dalam perbatasan mereka sendiri. Elemen yang kedua adalah orang harus merasa
nyaman tanpa adanya diskriminasi hak dan kewajibanya meliputi politik, sosial,
ekonomi dan kebudayaan yang dimiliki oleh setiap negara.
(“Several key elements make up human security. A first essential element is the
possibility
for all citizens to live in peace and security within their own borders. A second
element is that people should enjoy without discrimination all rights and obligations
- including human, political, social, economic and cultural rights - that belonging to a
1United Nations Development Programme (UNDP). Human Development Report 1994. New York: Oxford University
Press, 40. <http://www.undp.org/hdro/1994/94.htm> diakses 20 maret 2011
2United Nations Development Programme (UNDP). Human Development Report 1994. New York: Oxford University
Press, 23.
State implies.”)3
• Hans Van Ginkel (Rector, United Nations University) and Edward Newman:
dari segi kebijakan human security merupakan sebuah integrasi, kesinambungan
dan keamanan yang menyeluruhdari rasa taku, konflik, kebodohan, kemiskinan,
perampasan sosial dan budaya dan kelaparan yang berpijak pada kebebasan
positif dan negatif.
(“In policy terms, human security is an integrated, sustainable, comprehensive
security from fear, conflict, ignorance, poverty, social and cultural deprivation, and
hunger, resting upon positive and negative freedoms.”)4

Isu – isu di dalam human security:

➢ Human Trafficking
Dalam protokol PBB, untuk mencegah, memberantas, dan menghukum
perdagangan manusia, khususnya perempuan dan anak (2000), Suplemen Konvensi PBB
untuk melawan organisasi kejahatan lintas batas dikatakan : Perdagangan manusia
adalah pengrekrutan, pengiriman seseorang dengan ancaman atau penggunaan
kekerasan atau bentuk-bentuk lain dari pemaksaan, penculikan, penipuan, kebohongan
atau penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan atau memberi atau menerima
pembayaran atau memperoleh keuntungan agar dapat memperoleh persetujuan dari
seseorang yang berkuasa atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi. Eksploitasi termasuk,
paling tidak, eksploitasi untuk melacurkan orang lain atau bentuk-bentuk dari eksploitasi
seksual, kerja, atau pelayan paksa, perbudakan atau praktik-praktik srupa perbudakan,
penghambaan,atau pengambilan organ tubuh.5
Ada beberapa hal yang dapat dikategorikan sebagai perdagangan manusia, seperti
bekerja tanpa dibayar dan eksploitasi seksual. Eksploitasi seksual biasanya diderita oleh
anak atau perempuan yang dijanjikan pekerjaan tertentu tetapi pada kenyataannya
banyak oknum yang menyalahgunakan kesempatan ini, anak atau perempuan pada
akhrinya dipekerjakan sebagai pekerja seks komersial. Oleh karena itu, perkembangan
teknologi seharusnya diiringi dengan pemahaman yang cukup mengenai baik-buruknya.
3"Human Security: a Refugee Perspective." Keynote Speech by Mrs Sadako Ogata, United Nations High Commissioner
for Refugees, at the Ministerial Meeting on Human Security Issues of the "Lysoen Process" Group of
Governments. Bergen, Norway, 19 May 1999. < http://www.unhcr.ch/refworld/unhcr/hcspeech/990519.htm>
4 Hans Van Ginkel, and Edward Newman. “In Quest of “Human Security.” diakses dari
<http://www.un.org/News/Press/docs/1999/19991012.dsgsm70.doc.html>
5http://www.pemantauperadilan.com/PERDAGANGANPEREMPUANDANANAK,SUATUPERMAS.pdf diakses pada tanggal 23
maret 2011
➢ Terorism
Terorisme merupakan aksi yang ditunjukkan melalui kekerasan yang mengancam
keamanan manusia. Langkah-langkah anti-terorisme dapat dijadikan sebagai
perlindungan bagi masyarakat atau individu. Pada saat ini negara memfokuskan
perhatiannya pada keamanan dan kebijakan nasionalnya kembali kepada keamanan
individu/warga negaranya dari ancaman terorisme. Secara keseluruhan, perang melawan
teror di Asia Tenggara telah ditandai oleh dominasi strategis daripada respon politik dan
kemanusiaan. Terosisme inilah menimbulkan rasa tidak aman yang timbul di dalam
perasaan tidak aman pada setiap individu.

➢ Pengungsi
Masalah pengungsi telah menjadi isu internasional yang harus segera ditangani.
Komitmen masyarakat internasional untuk menentang segala bentuk tindakan
pelanggaran HAM berat, baik itu kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan,
genosida, atau kejahatan lainnya yang dialami oleh para pengungsi. Kerjasama antar
negara juga penting guna mengatasi masalah pengungsi, terutama jika terjadi
perpindahan massal yang mendadak menyeberangi perbatasan negara. Gerakan
internasional bisa mengurangi beban yang ditanggung negara-negara perbatasan secara
signifikan, upaya yang dilakukan dapat berupa penyelesaian krisis politik di negara asal
pengungsi, bantuan keuangan dan materi kepada negara-negara suaka untuk membantu
pengungsi.

➢ Pelanggaran HAM
Ciri khusus dari perspektif ini adalah adanya jangkar aturan hukum dan konvensi
internasional yang digunakan untuk menghilangkan masalah-masalah human security.
Perspektif hak asasi manusia melihat bahwa ancaman utama bagi perspektif human
security adalah penolakan hak-hak asasi manusia dan tidak adanya supremasi hukum
(Donnelly, 1993: Lauren, 1998). Penganut perspektif hal asasi manusia selain berupaya
memperkuat kerangka legal normatif di level regional dan global, juga berusaha untuk
mempertajam dan memperkuat hukum hak asasi manusia serta sistem peradilan di level
nasional. Bagi mereka, institusi internasional merupakan titik sentral untuk
mengembangkan norma-norma hak asasi manusia yang pada akhirnya akan
menimbulkan konvergensi di tingkat nasioanal sesuai dengan standard-standard dan
peradilan yang terjadi di masing-masing negara.
➢ Isu Lingkungan
Keamanan lingkungan hidup. Hal ini bertujuan melindungi orang dari dampak buruk
kerusakan atau bencana alam, bencana alam akibat ulah manusia, dan menurunnya
kualitas lingkungan hidup. Di negara berkembang, rendahnya akses air bersih adalah
salah satu ancaman lingkungan terbesar. Di Negara maju, salah satu ancaman utama
adalah polusi udara. Selain itu Pemanasan Global (Global Warming), yang diakibatkan
emisi gas rumah kaca, adalah isu besar dalam keamanan lingkungan hidup. Keterbatasan
akan makanan, obat-obatan, air bersih, akses kesehatan, serta lingkungan yang sehat
menimbulkan berbagai penyakit menular dan mengakibatkan kematian secara tidak
langsung bagi pengungsi.

➢ Kemiskinan
Di negara – negara perkembang sangat rentan akan persoalan kemiskinan.
Ketidakstabilan ekonomi, politik, maupun sosial merupakan faktor terjadinya kemiskinan
negara – negara berkembang. Adapun indikator-indikator kemiskinan sebagaimana yang
dikutip dari Badan Pusat Statistika, antara lain :
a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan, dan
papan)
b. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,
pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transportasi)
c. Tidak adanya jaminan masa depan (tidak adanya investasi untuk pendidikan dan
keluarga)
d. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.
e. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam
f. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat
g. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencahaarian yang
berkesinambungan
h. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental
i. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar, wanita
korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil)6
Masyarakat atau individu apabila kemiskinan bisa diatasi oleh pemerintah. Pemerintah
sebagai fasilitator agar masyarakat bebas dari kemiskinan. Pengetahuan dan teknologi

6http://www.gudangmateri.com/2010/04/kemiskinan-di-indonesia.html
adalah dua hal penting demi terciptanya kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yang
berpendidikan cenderung berpengetahuan lebih banyak dan memikirkan bagaimana
menjalani suatu kehidupan sekarang dan yang akan datang.

➢ Disease-Health Security
Keamanan kesehatan bertujuan menjamin perlindungan bagi manusia dari penyakit
dan gaya hidup yang tidak sehat. Di negara berkembang, penyebab utama kematian
adalah penyakit menular dan parasitik, yang membunuh 17 juta penduduk pertahun. Di
negara maju, pembunuh utama adalah penyakit sistem saluran pernapasan dan
pencernaan, yang membunuh 5,5 juta penduduk pertahun. Menurut data PBB, di negara
berkembang dan maju, ancaman keamanan kesehatan lebih mengancam penduduk
miskin di daerah pedesaan, terutama anak-anak. Hal ini terutama karena kurang gizi dan
kurangnya pasokan obat-obatan, air bersih dan kelengkapan kesehatan lainnya.
Dalam kondisi dimana tidak ada konflik bersenjata, penyakit menular dan berbagai
masalah kesehatan juga menjadi tantangan bagi ummat manusia. Globalisasi dan
borderless adalah merupakan fenomena yang tidak bisa dilepaskan dari konsep Health
Security. Hubungan lintas batas Negara yang tidak bisa dihindari menambah pekerjaan
rumah bagi Negara sebagai pemegang kedaulatan atas masyarakat untuk berperan aktif
dalam mencegah dan mengontrol penyebaran penyakit-penyakit menular yang dibawa
oleh warga Negara lain. Isu tentang keamanan kesehatan (health security) memiliki tingkat
urgensi yang sama pentingnya dengan isu pertahanan dan keamanan yang dijadikan
konsep bagi keamanan Negara (state security). Pendekatan keamanan pada bidang
kesehatan menekankan bahwa kesehatan adalah merupakan kebutuhan public yang
dapat diakses secara merata, yang terdiri dari dua komponen mendasar, yakni
empowerment and protection. Empowerment lebih ditujukan kepada kemampuan dalam
menigkatkan kapasitas individu dan komunitas dalam responsibilitas kesehatan
pribadinya, sedangkan Protection lebih ditujukan kepada tiga pilar institusi masyarakat
yakni: mencegah, memeriksa, dan mengantisipasi ancaman-ancaman terhadap
kesehatan.

Implikasi human security issues terhadap reputasi ASEAN sebagai


regionalisme Asia Tenggara.

Secara umum ancaman terhadap keamanan manusia di kawasan Asia Tenggara semakin
meningkat ekskalasinya dalam berbagai isu seperti: bencana alam (misalnya Tsunami,
gempa bumi Yogyakarta, Banjir dan letusan gunung Api di Filipina dan Indonesia, isu
kesehatan (HIV/ AIDS, flu burung dan SARS), isu lingkungan (asap dan deforestasi),
jaring pengaman sosial dalam situasi krisis, trafiking transnasional, Hak Azasi Manusia
(misalnya kasus Myanmar) dan perlunya mengembangkan lembaga penjaga perdamaian.
Serangkaian isu di atas menunjukkan bahwa individu semakin menjadi referensi utama
dalam soal keamanan.

Serangkaian isu diatas membutuhkan kemauan kolektif negara-negara anggota


ASEAN untuk mengembangkan kepabilitas dalam rangka mengatasi persoalan-persoalan
tersebut secara efektif. Dalam kesepakatan VAP dinyatakan bahwa ASEAN berkomitmen
kuat untuk mengembangkan lingkungan yang adil, demokratik dan harmonis. Dengan
demikian prinsip keamanan komprehensif ASC beserta pilar komunitas ASEAN lain, yakni
AEC dan ASCC, secara implisit mengakui pentingnya prinsip human security (keamanan
manusia) sebagai filosofi penting dalam pembentukan komunitas ASEAN di masa depan.
Dalam VAP, ASEAN juga secara spesifik menaruh komitmen terhadap isu-isu yang
sebelumnya dianggap tabu seperti promosi demokratisasi dan dan HAM (misalnya hak-
hak perempuan, anak dan pekerja migrant), serta pengembangan perdamaian di wilayah
bekas konflik.

Hal ini berimplikasi bahwa ASEAN dituntut untuk merealisasikan konsep human
security di kawasan Asia Tenggara terkait dengan keadaan global yang cenderung
mengancam keamanan individu setiap negara. Antar negara anggota ASEAN juga harus
bisa berkerjasama demi terciptanya perdamaian kawasan.
Contoh Kasus Ancaman Human Security Bagi Kemanan Nasional Dan Global

Ancaman Nasional

Ancaman human security dalam lingkup global kerap kali dirasakan oleh
masyarakat global belakangan ini. Hal ini bisa dilihat dari bebrapa kasus seperti
perubahan iklim dan cuaca yang menjadi begitu ekstrim, human traficking, belum lagi
dengan isu peningkatan nuklir yang terus dilakukan oleh negara-negara yang
mengembangkan nya. Hal-hal seperti ini merupakan ancaman security dalam lingkup
global yang harus diselesaikan.

Masalah paling mendasar pada perubahan iklim adalah berawalnya dari


ketidakadilan dalam penguasaan SDA, pambangunan, teknologi, dan lingkungan hidup.
Perbedaan yang jauh antara negara berkembang dan negara maju khususnya negara-
negara industri masih nmenjadi penyebab terbesar dari perubahan iklim di dunia. Pabrik-
pabrik industri terus mengeluarkan gas emisi dalam jumlah besar yang terus
menyebabkan penipisan lapisan ozon atau yang lebih dikenal dengan efek rumah kaca.
Jaminan atas keselamatan manusia baik dalam bidang ekonomi, budaya, dan sosial politik
masyrakat dijamin sepenuhnya opleh negara yang tertulias pada pasal 9 UU no.39 tahun
1999 tentang HAM, yang berbunyi :

1. Setiap orang berhak hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf


hidupnya.
2. Setiap orang berhak hidup tentram, aman, bahagia, damai, sejahtera lahir dan
batin.
3. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang bik dan sehat

Pasal 65 ayat (2) UU No.32 tahun 2009 tentang pengelolaan dan perlindungan lingkungan
hidup yang menyebutkan :

“bahwa setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi,
akses partisipasi dan akses keadilan dalam pemenuhan hak atas lingkungan hidup yang
baik dan sehat.”
Ancaman Global

Dalam lingkup global, permasalahan human security terjadi secara lebih


menegangkan. Bisa kita ambil salah satu contohnya adalah tentang tentara anak. Banyak
orang mengetahui bahwa prajurit atau tentara biasanya adalah orang dewasa yang sudah
mencukupi umur. Tetapi apabila kita kaji lebih dalam, tidak bias dipungkiri ternyata anak –
anak juga dijadikan objek untuk menjadi seorang tentara, bahkan semenjak zaman Yunani
kuno. Sejak kecil, anak – anak keturunan Sparta dilatih oleh ayah mereka sendiri.
Pelatihan yang tidak mengenal belas kasihan sedikitpun walaupun itu dilakukan dengan
anak mereka sendiri. Sejak berumur tujuh tahun mereka dilepas di alam liar ditujukan agar
ia menjadi prajurit yang hebat. Kesulatanan Otoman juga mempunyai tentara anak laki –
laki yang disebut Janissaries, yang mana mereka adalah anak laki – laki berama Kristen
lalu otaknya di cuci untuk menjadi loyal terhadap kesultanan. Presiden Abraham Lincoln
pada tahun 1861 juga mengumumkan bahwa anak dibawah umur 18 tahun dapat ikut
menjadi barisan tempur dengan pebuh perhatian dari orang tua.

Semakin kedepan, sudah mulai dibentuknya undang – undang yang menyebutkan


tentang pelarangan tentara anak. Konvensi Internasional menyebutkan

Pasal 38 Konvensi Hak Anak tahun 1989 mewajibkan negara sebagaimana dikatakan
di dalam Pasal 77 (2) Protokol Tambahan I meletakkan kewajiban pada para pihak
yang terlibat konflik untuk tidak merekrut anak-anak yang belum mencapai 15 tahun
ke dalam angkatan bersenjata dan melibatkan mereka secara langsung dalam
pertempuran.

Pasal 4 ayat 3 Protokol Tambahan II 1977 Konvensi Jenewa 1949, yang digunakan
bagi konflik internal suatu negara, anak-anak yang usianya belum mencapai 15
tahun tidak dapat direkrut ke dalam angkatan perang atau di dalam kelompok-
kelompok yang terlibat atau ambil bagian dalam suatu konflik.7

Pemanfaatan untuk membantu kegiatan konflik bersenjata atau bahkan justru


menggunakan anak-anak untuk berada di garis depan suatu konflik bersenjata tidak saja
melanggar Hukum Humaniter Internasional tetapi juga melanggar Hukum Internasional,
yakni Konvensi Hak Anak (The Convention on the Rights of the Child) yang disetujui

7 http://banjarkuumaibungasnya.blogspot.com/2010/01/tentara-anak.html#axzz3H9afkJ3g
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 20 November 1989.

Di Mahkamah Internasional Den Haag, Mantan Presiden Liberia, Charles Taylor


diadidli. Ia dituduh telah mengorbankan ribuan anak – anak untuk menjadi tentara. Unicef
dan beberapa pemetintahan menyepakati untuk anak – anak tidak diikut sertakan dalam
perang. Pemerintahan itu adalah Cad dan Republik Afrika Tengah. Seorang mantan
tentara anak, Ishmael Beah, berumur 12 tahun menceritakan tentang masa lalu nya
sebagai tentara anak di Sierra Leone, Afrika dengan bukunya yang berjudul “Long Way
Gone”. Ia bercerita tentang masa lalunya dimana Kota tempanya tinggal menjadi hancur
karena perang saudara, dan seluruh keluarga terbunuh. Mula – mula mereka mengambil
yang paling berharga yaitu keluarga, lalu mereka direkrut paksa untuk menjadi tentara
anak.
Sekitar dua tahun lebih ia menjadi tentara anak dan mengikuti perang hingga
berumur 16 tahun. Lalu dengan mengikuti program rehabilitasi yang diberikan UNICEF, ia
berani menceritakan pengalamannya tentang menjadi tentara anak. Ia mengkuti United
Nations International School dan setelah tamat, ia mulai menulis buku yang berisi tentang
penglamannya yang dimaksudkan untuk memberhentikan keterlibatan tentara anak dalam
perang bersama dengan UNICEF. Dengan usaha kerjasama mereka, mereka berhasil
membantu sekitar 250.000 anak bekas tentara di seluruh dunia. Dan kampanye UNICEF
yang berjudul Stop the use of child soldier, sudah mulai membuahkan hasil.

Ketua UNICEF Jerman Dietrich Garlichs mengatakan :

“Paling tidak kampanye ini berhasil mengeluarkan hukum internasional yang menentang
kejahatan tersebut. Setelah bertahun-tahun berjuang akhirnya tahun 2002 diberlakukan
protokol tambahan dalam konvensi hak anak, yang melarang keterlibatan tentara anak-
anak dalam perang. Kini, ketetapan tersebut harus diterapkan.”8

Hal ini dikategorikan sebagai fenomena internasional dan kajian studi HI karena
hampir diseluruh bagian dunia terdapat tentara anak yang belum mampu untuk menjadi
tentara sesungguhnya. Tentara anak – anak hanya menyebabkan korban nyawa yang
lebih banyak. Banyak masa depan anak – anak di negara yang sedang terjadi konflik
menjadi suram karena mereka dipaksa menjadi tentara pada belum saatnya mereka

8 http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=1&jd=UNICEF%3A+Bekas+Tentara+Anak+Luncurkan+Buku&
dn=2 070610065029
menjadi tentara. Bahaya tentara anak – anak lebih terlihat lagi pada daerah perbatasan.
Seperti pengertian Sprout :

“HI sebagai fenomena adalah semua aspek internasional dari kehidupan sosial
manusia dimana semua ini mengacu pada perilaku manusia yang berasal dari batas
– batas suatu negara mempegaruhi perilaku manusia di batas Negara yang lain.”

Aktor yang terlibat dalam tentara anak seperti :


1. Ishmael Beah, yang merpakan mantan tentara anak di sierra leone, Afrika

2. Perwakilan Qatar di PBB, Sheikha Alia Ahmed bin Saif al Thani yang megatakan
negrinya menyambut baik upaya internasional untuk menghentikn recruitment
tentara anak.

3. Mantan Presiden Abraham Lincoln yang pada tahun 1861 mengumumkan bahwa
anak dibawah umur 18 tahun boleh menjadi barisan tempur dengan pebuh
perhatian dari orang tua.

4. Ketua UNICEF Jerman Dietrich Garlichs

5. Mantan Presiden Liberia, Charles Taylor

Satu lagi contoh kasus adalah tentang nuklir. Kita mengetahui bahwa nuklir adalah
sumber tenaga yang sangat hebat, sangat kuat, tapi sangat susah untuk dikendalikan.
Namun walaupun begitu, masih banyak negara yang terus mengembangkan kekuatan
nuklir tersebut. Banyak negara seperti Amerikia Serikat, Korea Utara, dan Jepang yang
terus mengembangkan potensi nuklirnya dengan dalih untuk meningkatkan keamanan
negara masing. Hal ini memicu negara negara lain untuk mengembangkan nuklir juga
seperti Iran.

Walaupun negara menyadari bahwa begitu bahayanya dampak dari


pengembangan nuklir tersebut, tetap saja mereka terus melakukannya. Nuklir juga dapat
menjadi senjata yang bisa menghancurkan negara itu sendiri. Bukti yang dapat dilihat
adalah ketika pertengahan Maret terjadi tsunami di jepang yang memicu naiknya suhu dari
reaktor pembangkit listrik yang bertenaga nuklir dan akhirnya reaktor tersebut meledak
yang banyak menewaskan warga-warga sekitarnya. Bukti ini seharusnya menyadarkan
negara-negara yan terkait agar tidak terus meningkatkan nuklir mereka. Bukti ini juga
menerangkan bahwa negara itu sendirilah yang terkadang membuat human security
meningkat.

Pada 12-13 April 2010, di Amerika Serikat terdapat sebuah KTT yang membahas
nuklir besamaan dengan 47 negara lainnya yang termasuk Indonesia didalamnya.9 KTT ini
dibentuk untuk menekan pengembangan nuklir yang terjadi di Korea Utara dan demi
meloloskan pembuatan sanksi baru untuk Iran yang berkaitan dengan program nuklirnya
tersebut. Hal ini seperti terlihat dari ditandantanganinya START 2010 oleh pemerintah AS
dan Russia, yang dlam kesepakaan tersebut, kedua negara pemroduksi nuklir terbanyak
itu setuju untuk mengurangi jumlah hulu ledak nuklirnya sampai ke batas tertantu, hal
lainnya juga terlihat dari upaya Ukraina dalam memusnahkan reaktor-reaktor nuklir yang
ada di dalam negerinya agar tidak disalah gunakan oleh pihak-pihak tertentu.

9 http://politik.kompasiana.com/2010/04/15/pertaruhan-human-security-di-ktt-nuklir/

Вам также может понравиться