Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TESIS
DISERAHKAN KEPADA
030490
2006
HALAMAN PENGESAHAN
TESIS BERJUDUL:
HARUSLAH KAMU BERSUKARIA:
EKSEGESIS PERINTAH BERSUKARIA DALAM KITAB ULANGAN
SERTA RELEVANSINYA BAGI GEREJA PADA MASA KINI
DITULIS OLEH:
ANDREA KARUNIA ISKANDAR
030490
Pembimbing
Penguji
Penguji
ii
ABSTRAK
Kata kunci:
sukaria, bersukaria, Ulangan, sukacita, ibadah.
iii
KATA PENGANTAR
Ajaib segala yang TUHAN perbuat. Ia membuat segala sesuatu indah pada
waktunya. Ia yang telah menuntun penulis dalam perjalanan hidup yang luar biasa,
sebuah petualangan yang penuh dengan kejutan dan gairah, persimpangan-
persimpangan yang tak terduga, belokan-belokan yang membuka kepada dunia yang
benar-benar berbeda. Banyak orang dan banyak peristiwa telah dipakai-Nya dengan
cara yang luar biasa dalam karya-Nya ini.
Kini, tesis berjudul “Haruslah Kamu Bersukaria” telah selesai. Penulis
sendiri mengalami suatu proses pembentukan dan penemuan-penemuan yang
mengejutkan dalam penelitian dan penulisannya. Allah memang penuh dengan
kejutan. Penulis berharap penemuan yang tidak baru ini dapat kembali menyegarkan
kehidupan rohani para pembacanya dengan mengingatkan bahwa kehidupan Kristen
seyogianya adalah sebuah kehidupan yang penuh sukacita, sebuah kehidupan yang
sangat menggairahkan.
Dalam perkuliahan selama tiga tahun dalam program M.Div. Jakarta di STT
Cipanas dan dalam masa penyusunan tesis ini, Allah telah menyediakan orang-orang
yang luar biasa untuk mendukung, mendorong dan menguatkan penulis dan kepada
mereka penulis hendak mengucapkan terima kasih:
A. Keluarga
1. Jafet Iskandar & Wirawaty Iskandar, kedua orang tua penulis yang telah
memberikan kebebasan yang menakjubkan kepada penulis dalam bertualang di
dalam kehidupan ini.
2. Semuil Iskandar & Salome Iskandar, opa dan oma yang begitu mempedulikan
dan senantiasa mendukung dalam doa, hari demi hari.
iv
7. Ibu Sedihati Gea dan Ibu Liliany Indriati yang dengan caranya masing-masing
telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis dalam proses studi di
Cipanas.
D. Lain-Lain
12. Bapak Pdt. Paulus Kurnia yang telah mendorong dan menguatkan penulis pada
mulanya untuk mengambil studi M.Div. ini.
13. Gereja Kristus Ketapang yang memberikan dukungan yang tak terkira baik
dalam proses studi maupun penyusunan tesis.
13. Perpustakaan GK Ketapang, Perpustakaan STT Jakarta dan Perpustakaan STT
Cipanas yang menyediakan pelayanan dan literatur yang luar biasa suportif.
14. Ibu Sri Widarti, yang telah memberikan masukan-masukan yang berarti.
E. Para Sahabat
15. Christian Saputra yang senantiasa menunjukkan dukungannya, termasuk juga
menyediakan berbagai sarana yang sangat membantu penyelesaian tesis ini.
16. KTB Opus Dei: Alfin Tjandra, Antony Seno dan Stevanus Kurniawan yang
terus mendukung dan mendoakan sejak awalnya.
Biarlah segala keberadaan kita mendatangkan sukacita bagi Allah, bagi diri
kita sendiri, bagi sesama, sehingga nama Allah dimuliakan. Bersukacitalah di dalam
TUHAN, sebab itulah yang dikehendaki-Nya bagi orang-orang kudus-Nya.
Andrea K. Iskandar
v
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................................... 3
C. Manfaat ................................................................................................................. 4
D. Perumusan Masalah.............................................................................................. 4
E. Metodologi ............................................................................................................ 4
F. Hipotesis................................................................................................................ 5
A. Kitab Ulangan....................................................................................................... 6
vi
8. Ulangan 26:11 ................................................................................................. 17
C. Persamaan Topikal.............................................................................................. 19
2. Motivasi ........................................................................................................... 22
3. Membawa Persembahan.................................................................................. 23
A. Kehidupan Kristen.............................................................................................. 40
B. Ibadah Kristen..................................................................................................... 42
D. Disiplin Rohani................................................................................................... 47
A. Risalah ................................................................................................................ 50
B. Kesimpulan ......................................................................................................... 52
C. Saran ................................................................................................................... 53
vii
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 55
viii
DAFTAR ISTILAH,
Catatan: rujukan ayat-ayat dalam tesis ini diambil dari TB, kecuali dinyatakan lain –
dalam kasus mana versi yang dirujuk akan disebutkan.
ix
Buku-Buku dalam Alkitab, berdasarkan urutannya di dalam Alkitab
Kej. Kejadian
Kel. / Exod. Keluaran / Exodus
Im. Imamat
Bil. Bilangan
Ul./Deut. Ulangan / Deuteronomy
1Sam. 1 Samuel
2Sam. 2 Samuel
1Raj. / 1Ki. 1 Raja-Raja / 1 Kings
2Raj. / 2Ki. 2 Raja-Raja / 2 Kings
1Taw. 1 Tawarikh
2Taw. 2 Tawarikh
Ezr. Ezra
Neh. Nehemia
Mzm. Mazmur
Ams. Amsal
Pkh. Pengkhotbah
Mat. Matius
Luk. Lukas
Rm. Roma
1Kor. 1 Korintus
Gal. Galatia
Ef. Efesus
Flp. Filipi
1Tim. 1 Timotius
Ibr. Ibrani
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Alkitab Ibrani, kata xmf muncul 177 kali. Dalam Alkitab bahasa
Indonesia (LAI, 1974), kata tersebut dan berbagai turunannya diterjemahkan sebagai
sorai", "senang". Dari semua terjemahan itu dapat ditangkap makna yang koheren
yang disarikan oleh Gesenius sebagai (hlm. 791, lema 8055 sesuai nomor Strong):
TO REJOICE, TO BE GLAD. (The primary idea appears to be that of a joyful and cheerful
countenance, Prov. 13:9 … to be clement, liberal, mild … but its use is more widely
extended, and it is even used for louder expressions of joy, as of those who make
merry with wine, 1 Ki. 4:20; Ecc. 8:15; and who utter merry cries ….)
… denotes being glad or joyful with the whole disposition as indicated by its
association with the heart …, the soul …; and with the lighting up of the eyes ….
Alasan atas tindakan bersukaria itu beragam: tindakan Allah, berkat Allah
atas jerih-payah yang telah dilakukan sehingga panen berhasil, karena terpilihnya
orang yang menentang Allah, karena anggur (yang menyebabkan kesenangan dengan
1
xmf juga digunakan dalam mengungkapkan perasaan bangsa Israel yang
telah memperbarui perjanjian dengan Allah, perasaan orang yang hadir di hadirat
Allah, perasaan seorang istri yang semula mandul tetapi kemudian mengandung dan
melahirkan, perasaan seorang ayah yang memiliki anak yang bijak, perasaan seorang
tetapi di luar kitab Ulangan dijumpai bahwa sukacita itu antara lain bisa terjadi di
dalam hati (Kel. 4:14), diungkapkan melalui doa (1Sam. 2:1), sorak-sorai dengan
gegap-gempita sambil membunyikan alat-alat musik (1Raj. 1:40, 2Raj. 11:14, 2Taw.
digunakan dalam konteks hari raya dengan ibadah yang terpusat sedangkan dua yang
lainnya dalam konteks peraturan pengecualian seorang pria yang baru menikah dari
wajib-militer dan pemberian berkat oleh Musa kepada Zebulon dan Naftali.
di luar kitab Ulangan adalah dalam Imamat 23:40 yang juga membahas hari-hari raya
Apa kaitan yang demikian erat antara sukaria jemaat dengan ibadah hari raya
bersukaria. Hal ini lebih mengejutkan lagi karena kita menemukan kaitan yang erat
antara ibadah dan sukaria di tengah-tengah kitab Ulangan yang lazim dipandang
2
sebagai kitab yang menjemukan dan mendatangkan kerutan di dahi – bukan sebuah
One of the most noteworthy is the recurring command in the sacrificial and feast laws,
"And thou shalt rejoice" (xii. 7, 12, 18, xiv. 26, etc.). Nothing could be further from a
formal legal embodying a penalty for failure to observe it.1
Penulis tidak menemukan suatu tulisan yang membahas secara spesifik kata
Bibliotheca Sacra Vol. 162 (tahun 2005), no. 645 – 648, tetapi terutama dalam bagian
pertama yang dimuat di no. 645, “The Grace of Torah: The Mosaic Prescription for
Life (Deut. 4:1-8; 6:20-25)”. Studi literatur lainnya memberikan konteks, baik secara
B. Tujuan
perhatian pada kitab Ulangan karena sembilan dari sepuluh ayat di atas ada dalam
kitab Ulangan dan Imamat 23:40 bisa diparalelkan dengan Ulangan 16:14-15.
ketentuan dalam kitab Ulangan, yaitu sejauh yang dicatat oleh Alkitab Ibrani.
1
Calum M. Carmichael, The Laws of Deuteronomy (Ithaca: Cornell University Press, 1974), 34.
3
Hasil penyelidikan itu akan dibandingkan dengan sikap Gereja pada masa
Perjanjian Baru dan diharapkan didapatkan suatu tuntunan bagi Gereja di masa kini
C. Manfaat
Dari hasil tesis ini diharapkan dapat dilihat apa yang sebenarnya TUHAN
kehendaki dari orang Israel dengan perintah-perintah untuk bersukaria itu dan sejauh
apa serta dengan cara bagaimana kehendak TUHAN itu relevan bagi Gereja saat ini
karena Allah yang mereka sembah adalah juga Allah yang kita sembah.
D. Perumusan Masalah
kitab Ulangan yang penuh dengan peraturan menimbulkan suatu tanda tanya, apalagi
kata “bersukaria” itu di luar kitab Ulangan dipakai dalam konteks yang biasa, seperti
alasannya? Apakah perintah ini masih relevan bagi kita sekarang, Gereja masa kini?
Jika masih relevan, apakah ada evaluasi-evaluasi yang harus Gereja lakukan untuk
menyikapinya?
E. Metodologi
4
F. Hipotesis
kepada Dia, dan ibadah itu haruslah ibadah yang memancar dari hati yang sungguh-
sungguh hendak menyenangkan TUHAN, bukan yang muncul dari rasa takut apalagi
rutinitas belaka.
5
BAB II
EKSEGESIS
A. Kitab Ulangan
atas Pentateukh memulai suatu era baru.2 Vriezen menuliskan3 pandangan yang
dipicu oleh pemikiran de Wette bahwa kitab Ulangan ditulis pada abad ke-7 SM,
sebelum zaman Raja Yosia, mungkin pada masa pemerintahan Raja Manasye sebagai
kemunduran yang luar biasa – sejak zaman Raja Hizkia. Sekelompok orang saleh
dengan bimbingan beberapa orang imam menulis dan merevisi naskah yang kini kita
Dokumen Kitab Ulangan itu ... dibawa ke Bait Suci dan ditaruh di sana sebagai suatu
persembahan dalam kotak-kotak persembahan, disertai harapan bahwa di kemudian
hari kitab itu akan ditemukan dan akan berpengaruh. Justru itulah yang terjadi. Pada
tahun 621 (yaitu menjelang masa pemerintahan Yosia), Bait Suci diperbaiki. Sehingga
pada waktu itu Kitab Ulangan ditemukan dan disambut sebagai kitab hukum yang
merupakan standar Yahwisme, dengan status resmi ....4
Itulah yang dikenal sebagai Reformasi Yosia yang kita temukan dalam 2Raj. 22-23.
2
Duane L. Christensen, Deuteronomy 1:1 – 21:9 (WBC 6A; rev.; Nashville: Thomas Nelson
Publishers, 2001), lxviii dan Peter C. Craigie, The Book of Deuteronomy (NICOT; Grand Rapids:
Eerdmands, 1976), 73.
3
Th.C. Vriezen, Agama Israel Kuno (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 247-253. Diterjemahkan
dari De godsdienst van Israël (Arnhem: W. De Haan, 1963).
4
Op.cit., 249.
6
Dalam tradisi yang sama, von Rad menuliskan kondisi sosial yang
[Israel then] has a king and a graded civil service; economically its life is no longer the
patriarchal, but it has entered upon the stage of an economy based on currency, with all
its perilous consequences; it knows the prophets, and has indeed already had
unpleasant experiences with these men; and so on. ... In the later regal period its whole
5
religious and political life had been called in question; is it then still Jahweh's people?
Memang diakui bahwa kitab Ulangan pernah mengalami revisi dan pasti
pernah diredaksi ulang karena adanya perbedaan kata ganti orang kedua – antara
“engkau” yang tunggal dan “kamu” yang jamak – yang disebut Numeruswechsel.
Tetapi Christensen6 menyatakan bahwa “the new approach tended to find unity in the
text in spite of the apparent diversity in surface form ....” Pendapat ini senada dengan
Banyak sarjana yang walaupun berpendapat kitab Ulangan ditulis pada abad
dikandung Ulangan telah ditulis lama sebelumnya. Jadi, penanggalan abad ke-7 SM
untuk kitab Ulangan bukanlah penulisannya dari nol melainkan lebih merupakan
satu buku. Dalam studi yang berkembang belakangan ini, Ulangan dipandang sebagai
5
Gerhard von Rad, Studies in Deuteronomy (Chicago: Henry Regnery Company, 1953), 70.
6
Christensen, op.cit., lxix.
7
Craigie, op.cit., 49.
7
suatu penggabungan karya-karya yang jauh lebih tua, yang dilakukan di sekitar abad
ke-7 SM.8
Bagi para sarjana yang menyetujui pandangan bahwa Ulangan ditulis pada
abad ke-7 SM, alasan di balik penulisan kitab ini adalah sebagai suatu wujud
pembaruan, kembali ke “zaman normal”, ketika TUHAN dikasihi dengan segenap hati,
jiwa dan tenaga (Ul. 6:5). Tulisan-tulisan mereka, yang kini kita sebut kitab Ulangan,
tradisi, yaitu sebelum bangsa Israel memasuki tanah perjanjian, pada akhir masa
kepemimpinan Musa, juga dapat melihat isi kitab ini sebagai sebuah idealisme yang
dicita-citakan. Ketika Israel berada di ambang dari dua periode besar – peralihan dari
peralihan kebudayaan dan struktur sosial yang menanti di hadapan mereka dan jelas
akan ada banyak tantangan untuk tetap setia kepada TUHAN di tengah-tengah
ketersediaan berbagai alternatif dewa untuk disembah, Israel ditantang untuk memilih
kehidupan (Ul. 30:19). Kitab Ulangan menyodorkan dua pilihan bagi mereka:
kehidupan atau kematian, berkat atau kutuk; dan mereka diharapkan memilih
kehidupan – dan berkat pun akan mengikuti kehidupan. Ini adalah gambaran hitam-
putih masa depan mereka, suatu idealisme bagi kehidupan yang lebih baik di tanah
perjanjian.
8
Ibid., 73.
8
Jadi, analisis dan persetujuan terhadap waktu penulisan kitab Ulangan
kurang berpengaruh bagi penelitian bentuk ibadah bangsa Israel sebagaimana akan
dibahas dalam tesis ini, sebab keduanya memandang bentuk ibadah itu terutama
sebagai ibadah yang ideal, bukan sebagai gambaran dari ibadah yang nyata, yaitu
ibadah yang sudah berlangsung karena dalam Ul. 12:8 orang Israel dinasihati untuk
tidak lagi meneruskan kebiasaan mereka dalam beribadah yang selama ini telah
Dalam kaitannya dengan Reformasi Yosia, analisis atas kitab Ulangan pun
kalaupun benar kitab Ulangan ditulis pada masa itu, reformasi tersebut baru mulai
bergulir dan belum memiliki dampak yang signifikan bagi kehidupan sosio-religius
Israel sedangkan ketika Raja Yosia gugur di medan perang 12 tahun berikutnya pun
kita masih melihat masih ada upaya perjuangan untuk mewujudnyatakan reformasi
tersebut.
kitab Ulangan, walaupun berisi serangkaian hukum dan ketetapan, bukanlah kitab
suatu upaya pendidikan keagamaan yang sangat komprehensif dari suatu masa yang
sangat awal dalam sejarah Israel maupun sejarah manusia. Nuansa pelajaran itu
sendiri dapat kita jumpai antara lain pada Ul. 4:1, 5, 10, 14; Ul. 5:1, 6:1, 7; 8:5; dan
9
Christensen9 memandang kitab Ulangan sebagai rangkaian tiga pidato Musa
yang diikuti tiga apendiks singkat. Ketiga pidato itu adalah 1:1 – 4:43 yang mengulas
balik perjalanan bangsa Israel dari Gunung Horeb hingga tiba di Moab; 4:44 – 26:19,
yang merupakan bagian utama dan terbesar dari kitab ini dengan isi peraturan-
peraturan moral dan kemasyarakatan; serta 27:1 – 31:30 yang berisi ucapan-ucapan
berkat dan kutuk serta pembaruan perjanjian dengan Allah yang diikuti inaugurasi
Yosua sebagai pengganti Musa. Ketiga apendiks yang mengikuti ketiga pidato
masing-masing adalah pasal 32, pasal 33 dan pasal 34 yang berturut-turut berisi
nyanyian Musa, berkat Musa kepada kedua belas suku Israel dan narasi kematian
Musa. Beliau juga menunjukkan bagaimana Niehauss (1997, 537) berbeda sedikit
Ada sejumlah pandangan lain yang berbeda dalam detail pembagian struktur
kitab Ulangan, misalnya Craigie yang memandang 29:1 – 30:20 sebagai pidato
penutup Musa untuk memanggil dan menantang bangsa Israel tetap setia kepada
Allah dan 31:1 – 34:12 sebagai satu kesatuan peralihan kepemimpinan bangsa Israel
dari Musa kepada Yosua; juga Weinfeld yang membagi struktur utama kitab Ulangan
menjadi jauh lebih kompleks dengan penstrukturan yang mendetail atas pola
ada penulis yang tidak menyetujui bahwa bagian utama dari kitab Ulangan
9
Christensen, op.cit., lvii.
10
J.A. Thompson, Deuteronomy (TOTC; London: Inter-Varsity, 1974).
10
Dengan pembagian di atas maka kita menjumpai delapan dari sembilan ayat
yang mengandung perintah bersukaria terdapat dalam bagian utama kitab Ulangan
dengan satu yang terakhir pada bagian penutup, yaitu pengukuhan kembali perjanjian
Apa pentingnya pengulangan ini – hingga sembilan kali – dan mengapa ada
buruknya kualitas suatu orasi, dalam naskah-naskah kuno kita menemukan bahwa
digunakan Strawn adalah bagai seorang pembela di pengadilan yang tidak bisa
tetapi harus memaksakan pemahaman itu demi kepentingan kliennya, demikian pula
pemunculannya, satu makna di atas makna lain yang telah ada, mengikat
dengan baik;
11
Bruce F. Kawin, Telling It Again and Again: Repetition in Literature and Film (Boulder: University
Press of Colorado, 1989), 181.
11
3. pengulangan transenden yang selain mengingatkan juga memberikan makna
pemunculan.
tidak persis kata demi kata, tetapi banyak frase maupun klausa yang diulang dengan
makna yang serupa dan dengan mudah dapat dikenali ketika dibaca/didengar.
raya. Tetapi ada beberapa faktor lain yang mengerubungi perintah ini: subyek-subyek
harus dilibatkan dalam bersukaria, motivasi dan tujuan untuk bersukaria serta
12
Brent A. Strawn, "Keep/Observe/Do – Carefully – Today! The Rhetoric of Repetition in
Deuteronomy" dalam A God So Near, diedit oleh Brent A. Strawn & Nancy R. Bowen (Winona Lake:
Eisenbrauns, 2003), 221-224.
12
B. “Haruslah Kamu Bersukaria” dalam Kitab Ulangan
1. Ulangan 12:7
Konteks ayat ini adalah satu tempat ibadah. Setelah umat Israel memasuki
“negeri yang diberikan TUHAN, Allah nenek moyang [mereka]” (ay. 1), mereka harus
yang daerahnya mereka duduki – segala bentuk ibadah bangsa-bangsa itu harus
dijauhi oleh bangsa Israel dan hanya kepada TUHAN saja mereka boleh beribadah.
Ibadah itu pun hanya boleh dilakukan di tempat (~AqM'h,; bentuk tunggal) yang
kurban sukarela, serta anak-anak sulung lembu sapi dan kambing domba (ay. 6).
Perintah ini ditujukan kepada orang kedua jamak (“kamu”) dengan subyek-
2. Ulangan 12:12
Paragraf pertama dari pasal 12, yaitu ayat 1-7, bertolak dari suatu perintah
untuk melakukan (“harus kamu lakukan”, ay. 1) tindakan peniadaan kebiasaan yang
dimiliki bangsa-bangsa pendahulu Israel di tanah yang akan mereka tempati hingga
13
berakhir pada perintah untuk membawa persembahan kepada TUHAN dan bersukaria.
Paragraf yang kedua, yaitu ayat 8-12, bertolak dari perintah untuk tidak melakukan
(“jangan kamu melakukan”, ay. 8) berbagai tindakan yang hingga saat itu telah
mereka hingga saat itu harus dihentikan ketika mereka masuk ke “tempat perhentian
perintahkan” (ay. 11), yakni kurban bakaran dan kurban sembelihan, persembahan
persepuluhan dan persembahan khusus dan segala kurban nazar yang terpilih.
Perintah ini masih ditujukan kepada orang kedua jamak (“kamu”) beserta
keamanan dan ketenteraman (ay. 10). Alasan dalam mengikutsertakan orang Lewi
adalah “sebab orang Lewi tidak mendapat bagian milik pusaka bersama-sama kamu”
(ay. 12).
3. Ulangan 12:18
Mulai ayat 13, “kamu” berubah menjadi “engkau” (orang kedua tunggal);
demikian pula partikel “-mu” sebenarnya memiliki arti orang kedua tunggal.
14
persembahan. Penyembelihan hewan untuk dimakan diatur cukup leluasa; boleh
dilakukan di mana saja, demikian pula najis/tahirnya orang tidak mempengaruhi hak
persembahan persepuluhan dari gandum, anggur dan minyak, dari anak-anak sulung
lembu sapi dan kambing domba, kurban nazar, kurban sukarela dan persembahan
khusus (ay. 17) – hanya boleh dimakan “di hadapan TUHAN ... di tempat yang akan
dipilih TUHAN” (ay. 18). Penekanan pada ayat ini adalah “di hadapan TUHAN,
Perintah ini kemudian dijabarkan lagi dalam ayat 20-28, di mana dikatakan
Perintah ini ditujukan kepada “engkau ini, anakmu laki-laki dan anakmu
perempuan, hambamu laki-laki dan hambamu perempuan, dan orang Lewi yang di
4. Ulangan 14:26
harus diberikan dari segala hasil tanah dan dipersembahkan secara tahunan. Perincian
persembahan di sini (ay. 23) sama dengan perincian sebelumnya pada 12:17. Perintah
15
ini ditujukan kepada “engkau dan seisi rumahmu” seperti sebelumnya, juga dengan
perintah untuk mengingat “orang Lewi yang diam di dalam tempatmu” (ay. 27).
Ini merupakan sesuatu yang baru. Demi kepraktisan, orang Israel cukup membawa
uang hasil penjualan hewan kurban maupun hasil bumi yang dimaksudkan sebagai
persembahan untuk menempuh perjalanan jauh dan setibanya di “tempat yang akan
dipilih oleh TUHAN” ia boleh membelanjakan uang itu untuk apa pun “yang diingini
hatimu”, termasuk “anggur atau minuman yang memabukkan” agar ia dan seisi
Kedua, setiap tahun ketiga dan tahun keenam dari siklus tujuh tahunan13
yang TUHAN pilih karena persembahan pada tahun-tahun itu dikhususkan untuk
“orang Lewi ... orang asing, anak yatim dan janda yang di dalam tempatmu” agar
mereka “datang makan dan menjadi kenyang, supaya TUHAN, Allahmu, memberkati
Ulangan 16:1-17 membicarakan tiga hari raya utama, ayat 1-8 hari raya
Paskah, ayat 9-12 hari raya Tujuh Minggu dan ayat 13-15 hari raya Pondok Daun
dengan ayat 16-17 meringkaskan kewajiban orang laki-laki Israel untuk menghadap
TUHAN tiga kali dalam setahun: pada hari raya Roti Tidak Beragi (yang
merangkaikan hari raya Paskah), hari raya Tujuh Minggu dan hari raya Pondok Daun.
13
Christensen, op.cit., 305.
16
Kurban Paskah dipersembahkan saat Matahari terbenam, sehingga tidak ada
perintah untuk bersukaria. Perintah itu muncul pada perayaan Tujuh Minggu dan
Pondok Daun. Ayat 11 dan 14 sendiri tidak mengandung suatu elemen yang baru;
ayat ini menggabungkan semua subyek perintah untuk “bersukaria”: dari anak,
hamba, orang Lewi, hingga orang asing, anak yatim dan janda.
Hal yang baru ditemukan pada ayat 12 sebagai motivator: karena dulu
“engkau budak di Mesir” dan pada ayat 15, bahwa TUHAN akan bertindak sedemikian
miring ditambahkan).
8. Ulangan 26:11
ibadah pertama yang orang Israel harus lakukan sesudah mereka masuk ke tanah
Perintah untuk bersukaria mengikuti rumusan pengakuan iman dan tata cara
penyerahan kurban kepada TUHAN. Dalam ayat 11, yang diperintahkan untuk
bersukaria bukan lagi “engkau” semata melainkan “engkau, orang Lewi dan orang
17
9. Ulangan 27:7
mengantar bangsa Israel menuju pengukuhan perjanjian antara TUHAN dan mereka
sebagai satu bangsa (ay. 9). Ulangan 27:1-10 berisi perintah untuk mendirikan
mezbah batu yang pertama-tama orang Israel harus dirikan sesudah menyeberangi
pertama kali mereka memasuki tanah perjanjian.14 Maka perintah-perintah yang telah
diulas di atas dari Ulangan 26:11 dan 27:7 merupakan perintah yang bersifat khusus
untuk satu kali perayaan. Perintah-perintah itu hanya mencerminkan dan menegaskan
perintah-perintah yang lebih bersifat deskriptif yang telah dibahas lebih dahulu
sebelumnya, yang didapati dalam pasal 12, 14 dan 16. Sekurang-kurangnya dapat
telah diberikan sebelumnya telah efektif berlaku segera sesudah orang Israel masuk
ke tanah perjanjian, bukan setelah mereka berhasil menaklukkan seluruh daerah itu,
bukan juga setelah panen mereka yang pertama – tidak ada alasan bagi penundaan.
Juga tidak ada suatu elemen baru pun yang didapati dalam kedua ayat ini beserta
perikop-konteksnya masing-masing. Karena itu Ulangan 26:11 dan 27:7 tidak akan
dibahas lebih lanjut. Perhatian akan difokuskan pada pembahasan ayat-ayat yang
14
Craigie, op.cit., 319.
18
Namun sebelumnya ada baiknya diperhatikan bahwa perintah untuk
bersukaria – perintah untuk beribadah – pada pasal 12, 14, dan 16, mendahului
pasal 25. Pada pasal 26 dan 27 kembali perintah-perintah ini muncul mengawali
bagian penutup dari perintah-perintah dan mengawali ajakan kepada bangsa Israel
menduduki tanah perjanjian. Ibadah kepada TUHAN dipandang sebagai suatu hal yang
kemasyarakatan dan ibadah itu juga merupakan pengikat hubungan komunal di antara
umat Israel.
C. Persamaan Topikal
Ketujuh ayat tersebut akan diperlakukan sebagai lima unit demikian. Berikut adalah
19
Sedangkan berikut adalah elemen-elemen yang hanya muncul pada sebagian dari
“ketetapan dan peraturan yang harus kamu lakukan” (ay. 1) dan “jangan kamu
lakukan” (ay. 8). Perintah-perintah ini menyatakan suatu sikap yang harus berubah
sepenuhnya dari sikap mereka selama hidup dalam pengembaraan. Orang-orang ini
adalah orang-orang yang dilahirkan di padang gurun dan telah banyak melihat
hidup menetap, tentu praktek kehidupan beragama itu juga akan mengalami perubah-
an. Ada yang harus ditanggalkan, ada yang harus dihindari dan dengan seksama Israel
harus mematuhinya agar mereka hidup dan memiliki keadaan yang baik di negeri
yang TUHAN akan karuniakan kepada mereka serta agar mereka memiliki umur yang
panjang untuk menikmatinya (Ul. 4:1; 5:33; 6:2, 24; 8:1; 10:12-13).
efektif pada saat bangsa Israel memasuki tanah perjanjian. Kepada mereka
diperhadapkan pilihan antara kehidupan dan kematian, antara berkat dan kutuk
15
Cf. von Rad, op.cit., 70.
20
(30:19-20; 32:47). Kehidupan mereka di kemudian hari akan bergantung pada
adalah suatu hal yang sungguh-sungguh luar biasa bagi masyarakat pada masa itu.
Daniel Block dalam artikelnya The Grace of Torah (2005, 9-12) menunjukkan bahwa
motivasi tertinggi dalam kitab Ulangan adalah “supaya kamu hidup” (4:1) dengan
turunannya “dan memasuki serta menduduki negeri yang diberikan kepadamu oleh
kenormatifan Taurat dan perintah untuk menaatinya sebagai kunci kehidupan, tetapi
Block juga menunjukkan pemberian Taurat kepada bangsa Israel sebagai wujud
konkret yang tertinggi dari hak istimewa yang Israel miliki dari TUHAN.
Sebab bangsa besar manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya
seperti TUHAN, Allah kita, setiap kali kita memanggil kepada-Nya? Dan bangsa besar
manakah yang mempunyai ketetapan dan peraturan demikian adil seperti seluruh
hukum ini, yang kubentangkan kepadamu pada hari ini?
Bahwa bangsa Israel mempunyai suatu ketetapan yang jelas mengenai apa yang
Allah-nya kehendaki dan tidak kehendaki, bahwa mereka tahu bagaimana mereka
bisa patuh terhadap Allah dan bisa membuat Allah murka dan bahwa mereka tahu
bagaimana mereka dapat berdamai kembali dengan Allah adalah suatu hal yang luar
biasa.
16
M. Weinfield, "The Book of Deuteronomy in Its Relation to Wisdom" (in Hebrew) Jubilee Volume
for Y. Kaufmann (Jerusalem, 1960), 104ff. dikutip dalam Calum M. Carmichael, The Laws of
Deuteronomy (Ithaca: Cornell University Press, 1974), 17.
21
Sebuah doa yang ditulis dalam bahasa Sumeria dalam milenium kedua
Israel pada masa itu hanya “mengetahui” ada dewa-dewi yang bisa mereka buat
marah tanpa mengetahui siapa dewa-dewi itu, apa yang bisa mengesalkan dewa-dewi
itu, dosa apa yang bisa membuat dewa-dewi itu marah, tempat-tempat mana yang
tidak boleh mereka kunjungi, makanan apa yang haram bagi mereka, dan masih
banyak lagi kemisteriusan yang melingkupi keberadaan dan kehendak dewa-dewi itu.
Dalam keadaan yang demikian umat hanya bisa dengan gemetar dan tidak menentu –
baik dalam perasaan maupun dalam pikiran – menghadap dewa-dewi mereka seraya
Karena itu, ketika bangsa Israel memiliki Taurat sebagai pegangan mereka,
itu adalah suatu karunia yang luar biasa. Sesungguhnya, TUHAN memang
sehingga mereka memang hidup dalam situasi yang “terang” dan tenang: mengetahui
apa kehendak Allah, apa yang baik dan berkenan kepada-Nya dan apa yang tidak;
2. Motivasi
karena TUHAN telah berfirman. Kitab Ulangan adalah kitab yang sangat menghargai
22
secara pribadi. Itu jugalah sebabnya dalam Ulangan 30:19-20, sesudah berkat dan
kutuk diucapkan, Musa menantang bangsa itu untuk memilih antara kehidupan dan
tidak sulit memahami alasan-alasan untuk bersukaria: karena tanah telah memberikan
hasilnya, karena usaha yang dikerjakan telah berhasil, karena TUHAN telah setia
dalam menjaga dan memelihara kehidupan mereka masing-masing, baik melalui alam
Bahkan dalam kaitannya dengan hari-hari raya pun tetap diajukan alasan-alasan yang
sama: karena TUHAN telah memberkati usaha dan hasil tanah mereka (16:15).
3. Membawa Persembahan
persembahan. Hal itu berlaku sebaliknya. Setiap bagian dalam kitab Ulangan yang
pasal 12, 14, 16 dan 26 dalam kitab Ulangan yang membahas persembahan.
yang wajib diberikan, seperti kurban bakaran dan kurban sembelihan, persembahan
23
persepuluhan, kurban nazar dan anak sulung dari lembu sapi dan kambing domba.
karena dalam kehidupan mereka sehari-hari TUHAN memberikan mereka tanah untuk
ditempati (12:10), meluaskan daerah mereka (12:20), memberkati pekerjaan dan jerih
lelah mereka (12:7, 14:24), yang juga dapat dipahami bahwa TUHAN telah
Motif lainnya adalah karena karya TUHAN di masa lalu dalam memelihara
mereka, memimpin mereka keluar dari perbudakan di Mesir dan terus memelihara
mereka. Ini adalah satu motif yang sangat penting dan selalu diingatkan kepada
bangsa Israel. Dari sisi lain, orang Israel juga harus – dan memang seyogianya –
bersukacita karena mereka yang dulu budak kemudian telah menjadi bangsa yang
merdeka dan bahkan telah menjadi suatu bangsa yang merdeka dengan memiliki
tanahnya sendiri yang TUHAN karuniakan kepada mereka. Dituliskan oleh R.P.
Martin,
Dalam motif yang murni bersifat keagamaan ini (dibandingkan dengan motif
17
R.P. Martin, “Worship”, dalam ISBE, III: 1.117.
24
persembahan sukarela, tapi tetap harus “sesuai dengan berkat yang diberikan
dengan warna sosial – persembahan kurban tidak melulu berkaitan dengan TUHAN
dan dengan imam, tetapi selalu berkaitan dengan sesama. Karena itu alasan ini
berkaitan erat dengan poin keempat di bawah dan akan dibahas lebih lanjut dalam
hadapan TUHAN.
4. “Seisi Rumahmu”
Sementara ada perintah bagi setiap orang laki-laki dewasa dalam umat Israel
untuk menghadap ke hadirat TUHAN tiga kali dalam setahun, bagi anggota keluarga
lainnya tidak ada ketetapan semacam itu. Kewajiban ritual itu hanya berlaku bagi
laki-laki dewasa, tetapi kitab Ulangan memberikan perhatian kepada semua penghuni
rumah, bukan saja kepada istri dan anak-anak, melainkan juga kepada para hamba
dan orang asing. Mereka ini adalah orang-orang yang memiliki posisi sosial yang
lemah dalam masyarakat, tetapi Ulangan memberikan perhatian yang sama kepada
mereka.
25
Mengapa bersukaria? Nampaknya penulis kitab Ulangan hendak
menekankan suatu bentuk ibadah yang bukan saja memiliki unsur vertikal (antara
Allah dan manusia) melainkan juga kuat dalam unsur horizontalnya (antara manusia
dengan TUHAN, tetapi di tanah tempat perhentian (12:9) itu, orang Israel diingatkan
bahwa mereka berhenti dari segala pekerjaan bukan semata-mata karena Allah
berhenti dan beristirahat (Kej. 2:3), melainkan juga untuk memberikan kesempatan
kepada orang-orang lain dalam rumah tangga mereka untuk beristirahat. Pernyataan
Mesir sebagai motivator juga muncul dalam 5:14-15; 15:13-15; dan 24:17-18. Orang
Israel diajar untuk menghargai para budak karena mereka pun dulu adalah budak.
Bagai kacang, mereka selalu diingatkan kepada kulitnya: bahwa mereka adalah
bangsa yang kecil, mereka datang ke Mesir hanya sebagai tujuh puluh orang (10:22)
dan mereka kemudian diperbudak; hanya karena tangan TUHAN yang kuat dan
lengan-Nya yang teracunglah mereka bebas dari perbudakan itu (4:34; 5:15; 9:29;
11:2; 26:8).
26
Selanjutnya akan ditinjau dua elemen yang hanya muncul pada sebagian dari
5. Orang-Orang Lewi
sebangsanya karena itu setiap orang Israel lainnya wajib menanggung kehidupan
telah dibicarakan di atas, dalam kasus orang Lewi pun ditekankan aspek kebersamaan
Kerepotan besar yang diantisipasi dapat terjadi jika umat Israel harus membawa
persembahan dengan ukuran fisik besar, apalagi berat ke tempat-tunggal yang TUHAN
Keseriusan juga nampak dalam hal uang dibawa sampai ke tempat yang
TUHAN tetapkan tidak harus ditukarkan dengan persembahan yang sama, yang setara
dengan barang-barang yang semula diuangkan. Uang itu justru harus dibelanjakan
27
untuk “segala yang disukai hatimu” (ay. 26). TUHAN menghendaki agar umat-Nya
mengakui bahwa segala berkat yang telah mereka terima berasal dari diri-Nya, tetapi
TUHAN tidak bersikukuh menetapkan bahwa tepat benar-benar benda yang mereka
Nampak bahwa bukan persembahan itu sendiri – secara fisik dan jumlah –
yang benar-benar berarti bagi TUHAN, melainkan pengakuan dari umat-Nya atas
Pengakuan itu juga nampak dari waktu, biaya dan tenaga yang mereka alokasikan
untuk pergi ke tempat-tunggal yang TUHAN pilih, dan bukan sekedar persembahannya
yang dikirimkan.
yang dibeli harus memenuhi dua ketentuan, yang satu dinyatakan secara eksplisit dan
yang lainnya secara implisit: yang pertama adalah menyenangkan hati sendiri – yaitu,
bukan sekedar senang, melainkan juga membuat wajah berseri-seri; dan yang kedua
adalah menyenangkan hati sesama juga, sebab barang-barang yang dibeli itu akan
dinikmati bersama di hadapan TUHAN, baik oleh kepala rumah tangga maupun seisi
rumahnya – dan ini berarti termasuk juga para budak, orang-orang tak sedarah yang
tinggal di rumahnya.
minuman yang memabukkan, atau apapun yang diingini hatimu”. Lembu sapi serta
hewan ini tidak menimbulkan masalah. Tetapi bagaimana dengan anggur, dengan
minuman yang memabukkan? Apakah TUHAN begitu rupa ingin agar umat-Nya
28
bersukaria sehingga memabukkan diri dalam rangkaian ibadah pun dianjurkan?
Bukan saja mabuk, bahkan mabuk sekeluarga! Apakah Alkitab memang mengizinkan
suatu hal – yang dengan logika awam pun dapat kita katakan tak pantas – untuk
Para imam jelas dilarang minum anggur bila mereka masuk ke Kemah
Pertemuan (Im. 10:9). Sedangkan bagi kalangan Israel awam, sikap Eli yang
menegur Hana yang ia kira mabuk ketika dengan berkomat-kamit Hana berdoa dalam
ritual tahunan dalam 1Sam. 1:14 dapat kita jadikan gambaran bahwa bermabukan
bukan suatu hal yang berterima dalam konteks ibadah. Nasihat kepada Lemuel dalam
Ams. 31:4 juga menyatakan anggur sebagai sesuatu yang berasosiasi negatif, tidak
pantas untuk raja dan pembesar. Tetapi dalam Pentateukh, minuman yang
memabukkan hanya dilarang bagi para nazir (Bil. 6:3) yang juga dilarang
mengkonsumsi anggur serta segala sesuatu yang terbuat dari anggur. Walaupun
mabuk adalah suatu hal yang negatif, tidak pernah dalam Alkitab Ibrani ada larangan
mabuk baru kita jumpai dalam Luk. 21:34; Rm. 13:13; 1Kor. 15:11; dan Ef. 5:18.
Anggur, di sisi lain, diakui sebagai sesuatu “yang menyukakan hati manusia”
(Mzm. 104:15) dan “menyegarkan tubuh” (Pkh. 2:3). Anggur juga disarankan Paulus
untuk diminum oleh Timotius demi kesehatannya (1Tim. 5:23) sementara juga dalam
surat yang sama Paulus mensyaratkan diaken tidak boleh seorang “penggemar
anggur” (1Tim. 3:8). Maka dapat kita simpulkan bahwa anggur adalah sesuatu yang
baik karena dapat membuat manusia bersukaria walaupun memiliki potensi bahaya
bagi jiwa karena dapat membuat orang lepas kendali. Anggur dalam dosis yang
29
secukupnya, asalkan cukup untuk menjaga kesehatan dan menyegarkan tubuh, adalah
Berikutnya juga perlu diperhatikan bahwa ada frase “di hadapan TUHAN,
Allahmu” (ay. 26). Dalam seluruh Pentateukh, 146 kali frase ini digunakan, terutama
keberadaan TUHAN baik berupa teofani seperti Musa ketika berhadapan dengan
semak yang tampak menyala walaupun tidak dimakan api (Kel. 3:2) maupun dalam
bentuk yang tidak dijelaskan seperti Kain yang diusir dari hadapan TUHAN (Kej.
4:16), dan di kemudian hari dengan penekanan pada pertemuan di Kemah Pertemuan,
misalnya para imam dan orang-orang yang datang untuk membawa persembahan.
Dalam semua keberadaan itu jelas bahwa manusia tidak bisa bertindak seenaknya
sebagaimana Kain diusir “dari hadapan TUHAN” karena tindakannya yang tidak patut
dan Musa yang diperintahkan untuk menanggalkan sandalnya karena tanah yang
diinjaknya adalah kudus. Ketika bentuk keagamaan semakin terinstitusi dengan baik,
maka peraturan dalam menghadap TUHAN pun semakin ketat yang nampak dari
anggur dan minuman yang memabukkan tidak berarti anjuran untuk bermabukan,
tetapi dapat diasumsikan ada suatu pengendalian diri yang dituntut dari orang Israel
dalam segala tindakan mereka. Anggur bukan sesuatu yang diharamkan. Anggur
adalah sesuatu yang baik bagi kesehatan, bagi tubuh, juga bagi perayaan dan
hubungan sosial, asalkan pengendalian diri tetap ada. Anggur mempunyai potensi
30
untuk mendatangkan kecelakaan, tetapi kecelakaan itu bukan sesuatu yang inheren
pada anggur, melainkan pada diri manusia yang kurang pengendalian diri.
Bagi TUHAN, sukacita umat adalah sesuatu yang sangat penting. TUHAN
hendak menunjukkan bahwa segala sesuatu yang Ia jadikan adalah baik, dan diadakan
untuk kebaikan dan kesenangan manusia. Manusia perlu tetap hidup di hadapan
TUHAN dan mengandalkan Dia agar tetap memiliki pengendalian diri yang baik
sehingga dapat menikmati berkat TUHAN dengan sepatutnya dan dengan demikian
persembahan yang diatur dalam kelima unit yang telah dibahas di atas pertama kali
yang dipersembahkan, maka motivasi dan fokusnya secara lugas adalah TUHAN.
Kelayakan orang-orang yang terlibat secara ritual sangat ditekankan. Kitab Ulangan,
kita jumpai di atas, tidak menitikberatkan perhatiannya pada detail-detail teknis – hal
semacam itu bahkan sama sekali tidak dijumpai – tetapi pada ketepatan sikap hati.
31
dan fokus perhatian orang-orang yang membawa persembahan bukan TUHAN semata-
mata, melainkan meluas juga kepada orang-orang lain yang secara sosial lebih lemah
atau lebih rendah dan dengan demikian berarti secara fisik tidak semapan sang kepala
keluarga – yaitu hamba-hamba, orang Lewi, orang asing, anak yatim dan janda.
berhenti pada TUHAN; pengabdian yang sejati kepada TUHAN akan memancar
kebahagiaan bagi semua orang, sehingga banyak orang bersukaria karena berkat yang
Dumbrell mengutarakan,
ini dengan memberikan porsi satu bab dari bukunya, bab yang diberinya judul
diperkosa, dan tentang orang asing yang dijumpai dalam kitab Ulangan adalah
Biblical scholars have long recognized the moral and humanistic character of
Deuteronomy. The book contains many ethical laws which have no counterpart
18
William J. Dumbrell, The Faith of Israel: Its Expression in the Books of the Old Testament
(Leicester: Apollos, 1993), 59.
32
elsewhere in the Pentateuch, and those which do have Pentateuchal parallels appear in
Deuteronomy with divergent and more humanistic overtones.19
Juga,
The book of Deuteronomy does, indeed, mark the transition from the narrow casuistic
and statutory law corpus to the humanistic law-code.20
Maka dalam pemahaman yang demikian kita dapat melihat juga bahwa kitab
mengikut TUHAN atau tidak. Ada satu warna yang melandasi seluruh pemikiran
dalam kitab Ulangan ini, bahwa motivasi terbesar adalah kehidupan. Mereka harus
memilih kehidupan dengan beribadah kepada TUHAN sebab di luar Dia hanya ada
The author centers his attention on human welfare, underscoring the laws that relate to
human life and personal happiness. Deuteronomy is concerned to emphasize Israel's
relationships to Yahweh and therefore that of Israelite to Israelite. In keeping with this
focus, the major statement concerning Yahweh – "The LORD our God is one LORD"
(6:4) – is not a statement regarding God's essential nature, his ontological
indivisibility; rather, it concerns the exclusive demand that Israel's life and worship be
directed to him.21
dikatakan, jika memilih TUHAN, mereka harus dan seharusnya bersukaria. Jika tidak
memilih TUHAN, bukan saja tidak ada sukaria, tetapi mereka akan menghadapi
kematian.
19
Carmichael, op.cit., 282.
20
Ibid., 283.
21
Dumbrell, loc.cit.
33
Inilah idealisme peraturan-peraturan bangsa Israel. Inilah yang dicita-
citakan. Kini akan ditinjau bagaimana idealisme ini nampak dalam beberapa ibadah
“bersukaria” sebagaimana telah diuraikan di atas ini dalam ibadah yang dilakukan
Pertama, dalam 1Sam. 1:3-4 dan 9 kita melihat dalam keluarga Elkana
sebuah kebiasaan untuk menempuh perjalanan ke Silo dan beribadah di sana. Dalam
keluarga. Perhatikan pula bahwa pada ayat 9 disebutkan bukan hanya disebut bahwa
mereka makan, tetapi mereka “makan dan minum”. Suatu nuansa yang lebih kuat
bahwa “minum” adalah suatu entitas tersendiri, terlepas dari “makan” sehingga bisa
ditafsirkan sebagai meminum suatu minuman jenis tertentu, atau mungkin minuman
yang dapat memabukkan, didapat dari pembacaan KJV (1611) dan TNK (1985):
KJV : So Hannah rose up after they had eaten in Shiloh, and after they had drunk.
TNK : After they had eaten and drunk at Shiloh, Hannah rose.
Dari ayat-ayat ini kita dapat melihat bahwa orang-orang Israel – sekurang-kurangnya
melalui satu keluarga ini – benar-benar memiliki kebiasaan datang ke tempat yang
34
walaupun memang muncul ketidakharmonisan dalam keluarga ini akibat poligami
melengkapi jajaran petugas ibadah dalam 1Taw. 16:41-42.22 Nyanyian dan musik
telah menjadi bagian yang integral di dalam ibadah umat Israel. Dapat dikatakan
bahwa keberadaan para pemusik adalah sebagai fasilitator bagi bangsa Israel untuk
keagamaan yang penuh sukacita pun dapat kita lihat dengan jelas, bagaimana sukacita
yang besar merajut kegiatan keagamaan itu dengan kehidupan umat Israel sehari-hari
dalam 1Raj. 8:66, 2Taw. 6:41-42 dan 2Taw. 7:10. Sukacita yang besar senantiasa
hadir menandai kepenuhan suatu ibadah dan mengantarkan umat Israel kembali ke
tempat tinggal mereka, ke dalam rutinitas mereka dengan kesadaran yang baru bahwa
bahwa pemulihan ibadah kepada TUHAN membawa sukacita kepada semua pemimpin
Kelima, 2Taw. 29:36 dan 2Taw. 30:25 mencatat bahwa ibadah yang
dilakukan oleh seluruh umat secara komunal juga membawa sukacita bagi semua
orang yang terlibat, baik orang-orang Israel sendiri (yaitu, jemaat Yehuda), imam,
orang-orang Lewi dan orang-orang asing. Dalam masa kerajaan yang telah terpecah
22
Bnd. 2Raj. 11:14, “… raja berdiri dekat tiang menurut kebiasaan, sedang para pemimpin dengan
para pemegang nafiri ada dekat raja. Dan seluruh rakyat negeri bersukaria sambil meniup nafiri.”
35
ini dicatat pula bahwa ada orang-orang dari tanah Israel (yaitu, Kerajaan Utara).
Ibadah kepada TUHAN dipelihara kendati masalah politis yang terjadi dan sukacita
yang dari TUHAN pun tetap hadir melintasi batas politis maupun etnis (perhatikan
“orang-orang asing”).
Keenam, setelah orang Israel kembali dari pembuangan, Ezr. 6:22 dan Neh.
12:43 mencatat betapa bersukarianya orang Israel kembali beribadah kepada TUHAN,
Allah Israel. Kembali berada di hadirat TUHAN setelah suatu periode-panjang dalam
Ketujuh, suatu nuansa yang agak berbeda dapat kita baca dalam
Neh. 8:10-12,
“Lalu Nehemia, yakni kepala daerah itu, dan imam Ezra, ahli kitab itu, dan orang-
orang Lewi yang mengajar orang-orang itu, berkata kepada mereka semuanya: "Hari
ini adalah kudus bagi TUHAN Allahmu. Jangan kamu berdukacita dan menangis!",
karena semua orang itu menangis ketika mendengar kalimat-kalimat Taurat itu. Lalu
berkatalah ia kepada mereka: "Pergilah kamu, makanlah sedap-sedapan dan minumlah
minuman manis dan kirimlah sebagian kepada mereka yang tidak sedia apa-apa,
karena hari ini adalah kudus bagi Tuhan kita! Jangan kamu bersusah hati, sebab
sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!" Juga orang-orang Lewi menyuruh
semua orang itu supaya diam dengan kata-kata: "Tenanglah! Hari ini adalah kudus.
Jangan kamu bersusah hati!"
Walaupun konteksnya agak berbeda – yaitu pembacaan kitab hukum yang sudah lama
diabaikan oleh umat Israel – tetapi keberadaan mereka di hadirat TUHAN tetap harus
diwarnai oleh sukacita. Dukacita dan tangisan adalah hal-hal yang dipandang kurang
patut. Para pemuka Israel bahkan juga memerintahkan umat untuk makan dan minum
hidangan yang dapat mendorong perasaan positif dalam diri mereka, serta juga
membagikannya dengan “mereka yang tidak sedia apa-apa” karena kekudusan Tuhan.
36
Bagaimana dengan perintah untuk datang ke satu tempat ibadah? Saat
pembaca dalam zaman kita membaca peraturan-peraturan tentang satu tempat ibadah
yang kita jumpai dalam Ul. 12:7; 12:12; 12:18; 14:26; dan 16:11, 14-15, mungkin
sekali yang terbersit dalam pemikirannya adalah Yerusalem, kota di mana bait Allah
didirikan oleh Salomo, Ezra dan Herodes. Tetapi ketika kita memperhatikan sejarah
bangsa Israel, sesudah mereka memasuki tanah perjanjian di bawah pimpinan Yosua,
Pada masa Raja Saul tabut perjanjian sempat dicuri oleh orang-orang Filistin
dan hingga masa Raja Daud pun masih terjadi upaya-upaya pemindahan tabut
perjanjian. Barulah pada masa Raja Salomo bait Allah dibangun dan tabut perjanjian
Di tanah Israel terdapat berbagai tempat suci walaupun hanya beberapa di antaranya
yang disebutkan dalam riwayat Saul dan Daud, yaitu Kuil di Gilgal (1 Sam. 11:15),
Nod (1 Sam. 21:1 dyb.), Bukit Zaitun (2 Sam. 15:32).
Bahwa hanya beberapa kuil ini disebut tentu tidak berarti bahwa tidak ada yang
lain. Berdasarkan cerita di dalam Kitab Hakim-hakim, Raja-raja dan di dalam tulisan-
tulisan para nabi jelas bahwa pada permulaan periode kerajaan terdapat banyak sekali
kuil.23
Beberapa tempat lain yang disebutkan Vriezen adalah Silo, Hebron dan Yerusalem.
Pada akhir perjalanan bangsa Israel memasuki tanah Kanaan – akhir dari
masa pelayanan Musa – bangsa Israel masih merupakan bangsa nomaden. Mereka
berpindah-pindah dalam satu kelompok besar dan berkemah menurut suku mereka.
23
Vriezen, op.cit., 76f.
37
Dalam keadaan nomaden, mereka cukup terlindungi dari pengaruh-pengaruh
inferior terhadapnya. Di sini perintah untuk beribadah kepada satu Allah menjadi
bebas mendirikan tempat ibadahnya. Vriezen mencatat ada empat jenis tempat
ibadah: kapel-kapel pribadi, kuil-kuil kuno yang telah dipakai bangsa Kanaan, bukit-
penting adalah dijaganya kekudusan nama TUHAN dan tindakan preventif agar umat
Israel tidak menyimpang dari jalan TUHAN, bukan tempat itu sendiri yang
dipermasalahkan.
ibadah kepada TUHAN sehingga mereka akhirnya dibuang dari tanah perjanjian.
Sesudah itu, dalam masa Perjanjian Baru pun kita melihat Tuhan Yesus mengecam
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi seraya mengingatkan orang Israel, “...
turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi
24
Ibid., 181ff.
38
tetapi tidak melakukannya” (Mat. 23:3). Selanjutnya, dalam ayat 23 pasal yang sama
Tuhan Yesus kembali mengecam mereka, “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih,
adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu
abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan
Ulangan dalam ibadah mereka sendiri. Dua aspek dalam ibadah yang ideal – harus
dengan sukaria dan harus mengingat sesama manusia – tetap gagal dipenuhi bangsa
Bagaimanakah Firman ini berarti bagi kita di masa kini? Inilah yang akan
39
BAB III
A. Kehidupan Kristen
TUHAN yang disembah oleh bangsa Israel pada zaman Musa adalah Allah
yang sama yang diberitakan oleh para rasul Perjanjian Baru, yaitu TUHAN yang
menyatakan diri-Nya dalam Yesus Kristus yang “tetap sama, baik kemarin maupun
hari ini sampai selama-lamanya” (Ibr. 13:8). Atas dasar itu tentu kita bisa
mengekstrapolasikan suatu pola bahwa apa yang Ia kehendaki bagi umat Israel dalam
menemui Dia dulu juga Ia kehendaki bagi kita sekarang dalam kehidupan kita bagi
Dia. Ia dulu menghendaki agar umat Israel datang ke hadirat-Nya dengan sukaria
yang membawa kepedulian kepada sesama. Sukaria memancar dari ibadah, melalui
Hadirat Allah bagi pembaca kitab Ulangan mula-mula adalah satu tempat
ibadah tertentu yang TUHAN akan tetapkan dan hanya di situlah umat Israel boleh
mempersembahkan kurban. Ke situlah umat Israel harus datang tiga kali dalam
setahun untuk beribadah dan bersukaria di hadapan TUHAN. Tempat semacam ini
tidak ada lagi bagi umat Kristen pada zaman Perjanjian Baru hingga sekarang. Kita
tidak lagi memiliki suatu tempat yang menjadi kiblat kegiatan keagamaan kita karena
pada saat Tuhan Yesus menyerahkan nyawa-Nya di atas salib, tabir bait Allah – yang
memisahkan ruang kudus dan ruang mahakudus – terbelah dua (Mat. 27:51). Ini
menandakan bahwa sejak saat itu tidak ada lagi halangan untuk datang ke hadirat
40
Allah, tidak lagi kita yang beriman dalam Yesus memerlukan pengantara untuk
Bahkan, kini kita senantiasa hidup di hadirat Allah; di mana pun kita hidup,
kita hidup di hadapan Allah, 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Artinya, hidup yang
sukaria Allah minta dari kita setiap saat, 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Tidak ada
lagi yang membedakan antara kondisi dalam hidup sehari-hari dan kondisi ketika
Dalam pengertian yang demikian kita dapat memahami seruan rasul Paulus
dalam surat Filipi untuk bersukaria, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali
lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Flp. 4:4) Bersukacita adalah imperatif bagi orang
memasukkan “Celebration” sebagai satu dari kedua belas disiplin rohani yang
diajukannya. Demikian pula John Piper dalam bukunya Desiring God menunjukkan
kepada kita bahwa kehidupan Kristen bukanlah hidup yang sendu dan muram,
melainkan hidup yang penuh dengan keceriaan dan sukacita. Foster mengutarakannya
demikian,
Of all people, we should be the most free, alive, interesting. Celebration adds a note of
gaiety, festivity, hilarity to our lives. After all, Jesus rejoiced so fully in life that he was
accused of being a wine-bibber and a glutton. Many of us lead such sour lives that we
cannot possibly be accused of such things.25
Kehidupan kita di hadapan Allah harus meneladani Yesus sebagaimana Tuhan Yesus
sendiri mengajak, “belajarlah pada-Ku ... dan jiwamu akan mendapat ketenangan”
(Mat. 11:29).
25
Richard Foster, Celebration of Discipline (London: Hodder and Stoughton, 1999), 245.
41
B. Ibadah Kristen
dengan ibadah kita? Apakah seluruh hidup kita adalah ibadah kita? Ya, menurut Rm.
12:1-2. Tetapi kita juga tetap diminta untuk mengalokasikan waktu untuk
sepenuhnya berada di hadapan Allah tidak berarti kita tidak perlu lagi beribadah.
Karena itu, perlu juga diperhatikan bagaimana kita memiliki hidup yang bersukaria
Dalam masa kini secara garis besar dapat dikatakan kita menjumpai tiga
memperhatikan ketepatan kata-kata dan kesesuaian muatan doktrinal dari lagu yang
dengan gaya yang ekspresif, disertai tepuk tangan, gerakan-gerakan tangan, lompatan.
Dalam kalangan ini juga lebih banyak ditemukan lagu-lagu rohani populer, dengan
nada yang lebih bersemangat dan mengondisikan jemaat untuk bergerak. Gereja-
gereja bergaya karismatik tidak berbeda jauh dengan gereja-gereja pentakosta, hanya
kemampuan berbahasa roh sebagai suatu hal yang integral dengan pujian.
42
Bagaimana persepsi jemaat tentang bersukaria dalam ibadah? Benarkah
bahwa dalam gaya ibadah yang konvensional tidak terdapat sukacita atau ‘kurang’
sukacita dibandingkan dengan gaya ibadah pentakosta dan karismatik yang berlimpah
dengan sukacita?
memiliki rentang usia dari remaja (16 tahun) hingga paruh baya (50-an) dan
semuanya terlibat aktif di dalam pelayanan gerejawi. Dalam wawancara itu dicoba
orang yang bersukacita, apakah mereka mengalami sukacita dalam ibadah dan
keabsahan jawaban responden, diajukan juga pertanyaan apa yang menurut mereka
mereka butuhkan untuk masuk ke surga dan seberapa sering mereka bersaat teduh.
mereka membutuhkan Tuhan atau anugerah semata untuk masuk surga ternyata
yang merupakan anggota dari jemaat yang karismatik maupun jemaat yang lebih
konvensional mengaitkan sukaria dengan sikap hati yang tenang dan damai dan –
secara negatif – bukan dengan ketiadaan, maupun dengan penafian, kesusahan karena
26
Gereja-Gereja Katholik, Gereja Kristen Indonesia, Gereja Kristus, Gereja Kristus Yesus, Gereja
Protestan di Indonesia bagian Barat, St. Catherine Anglican Church, St. Laurentius Stadtkirche
27
Gereja Pantekosta di Indonesia
28
Abba Love Ministries, Gereja Bethany Indonesia, Gereja Bethel Indonesia
43
Para anggota jemaat gereja pentakosta maupun karismatik sekalipun
mengaitkan sukacita dalam kehidupan mereka terutama dengan perasaan tenang dan
damai yang mereka dapatkan, baik dalam bersaat teduh maupun dalam menghadapi
kehidupan sehari-hari. Sukacita ada kalanya juga dipandang hadir dalam kaitannya
dengan penantian kelepasan dari suatu masalah. Perlu pula diungkapkan secara
negatif bahwa mereka tidak mengaitkan sukacita terutama dengan ekspresi fisik dan
komunal, tetapi ekspresi fisik dan komunal itu merupakan pancaran dari sukacita
perasaan tenang dan damai dalam menghadapi permasalahan. Ucapan syukur dan
pengharapan dalam segala situasi, kendati masalah hadir, adalah cara mereka
tentang hal bersukacita bukanlah suatu hal yang patut dipermasalahkan dari segi gaya
Joy is not found in singing a particular kind of music or in getting with the right kind
or group or even in exercising the charismatic gifts of the Spirit, good as all these may
be.29
29
Ibid., 242.
30
Loc.cit.
44
C. Sukaria dan Masalah
menuliskan surat Filipi, Paulus berada dalam penjara dan nyawanya terancam,
demikian pula jemaat Filipi berada dalam masa penganiayaan; tetapi justru dalam
surat inilah paling banyak kita menemukan kata “sukacita”, yaitu sebanyak empat
belas kali, lebih banyak daripada yang ditemukan di semua tulisan Paulus
sini makna yang sama kuatnya dan mendesaknya sebagaimana yang didapati dari
digunakan untuk menerjemahkan sejumlah kata bermakna serupa, baik dalam bahasa
Ibrani maupun Yunani. Dalam kitab Ulangan versi TB, dua kali kata sukacita
digunakan: Ul. 28:48 dan Ul. 33:18, pada keduanya “sukacita” diterjemahkan dari
xmf dan turunannya. Dalam NASB, nampaknya lebih jelas pembedaan antara
“sukacita” yang adalah kata benda “joy” dan “sukaria” atau “bersukacita” yang
For Paul joy is more than a mood or an emotion. Joy is an understanding of existence
that encompasses both elation and depression, that can accept with creative submission
45
events which bring delight or dismay because joy allows one to see beyond any
particular event to the sovereign Lord who stands above all events and ultimately has
control over them. Joy, to be sure, “includes within itself readiness for martyrdom”, but
equally, the opportunity to go on living and serving. 31
Jelas bahwa sukacita yang Paulus maksudkan tidak terkekang oleh masalah dan
kenyataan hidup, tetapi sukacita itu adalah sukacita yang berdiri tegak melampaui
segala permasalahan hidup atau, dalam kata-kata Karl Barth yang dikutip Hawthorne,
“joy is a defiant ‘nevertheless’”32. Hasil wawancara yang telah dilakukan pun secara
berbagai masalah yang ada. Tim Hansel, dalam bukunya The Hidden Adventure,
mengutarakan,
Joy ... defies circumstances. It can coexist with doubt, ambiguity, and pain. It is a
contentedness beyond circumstances, an indestructible kind of confidence that says
everything’s all right even when everything looks, feels, and tastes all wrong.33
perlindunganmu!” atau, “... your rejoicing in the LORD is your strength” (TNK),
senada dengan, “... the joy of the LORD is your strength” (NASB). Dalam versi-versi
31
Gerald F. Hawthorne, Philippians (WBC 43; Waco: Word Books, 1983), 18.
32
Ibid., 17.
33
Tim Hansel, The Hidden Adventure (New York: Guideposts, 1987), 133.
34
Bahasa Indonesia Masa Kini, sebelumnya disebut BIS, Bahasa Indonesia Sehari-hari. Sejak Lembaga
Alkitab Indonesia menerbitkan versi BISD (Bahasa Indonesia Sederhana), BIS dirujuk sebagai BIMK.
46
D. Disiplin Rohani
melainkan juga dengan disiplin rohani, Foster memberikan pandangan yang menarik,
Joy is the end result of the Spiritual Disciplines’ functioning in our lives. God brings
about the transformation of our lives through the Disciplines, and we will not know
genuine joy until there is a transforming work within us.35
Tak heran TUHAN memerintahkan umat Israel bersukaria. Memang sukacita kita juga
dapati sebagai salah satu bagian dari buah roh (Gal. 5:22) dan dihasilkan dari
manifestasi sukacita akan menjadi sia-sia belaka. Sukacita adalah bukti juga bahwa
seseorang memiliki keintiman dengan Allah dan hubungan itu tidak menjadi rutinitas
belaka. Mengejar sukacita, dengan demikian, berarti tidak merasa puas sekedar
berkenalan dengan Allah, tetapi mendisplinkan diri untuk mengenal Allah dengan
lebih baik dan lebih dalam, dengan keintiman yang merasuk hingga ke jiwa dan
Sukaria memancar dari ibadah kepada Allah, melalui kita, kepada sesama.
Hal kedua dalam hidup yang sukaria adalah dampak yang dihasilkannya, yaitu ibadah
harus membawa jemaat kepada perhatian kepada sesama. Ketika kita berbicara
disodorkan kepada jemaat adalah khotbah dan pujian. Adakah khotbah dan pujian –
35
Foster, Ibid., 242.
47
tentu juga bersama keseluruhan liturgi – membawa jemaat kepada kesadaran
dibutuhkannya tindak lanjut dari ibadah itu kepada kehidupan sehari-hari yang
seseorang, kendati segala permasalahan yang dihadapinya. Hidup yang demikian bisa
kepada suatu pertanyaan yang dapat menjadi titik picu kepada suatu perbincangan
bahkan pengenalan terhadap Allah yang kita sembah. Sukacita yang sejati dapat
melalui Tuhan Yesus, bukankah itu menambah sukacita semua pihak yang terlibat –
Allah, orang Kristen itu sendiri, Gereja, serta orang yang dimenangkan bagi Tuhan
itu? Itu adalah bentuk yang paling sederhana yang bisa dicerminkan dari pola yang
TUHAN tuntut dari umat Israel di Ulangan agar bersukaria bersama janda dan orang
asing sehingga melalui umat Israel bangsa-bangsa lain pun mengenal kebaikan Allah.
Tetapi bukan itu saja. Hidup yang bersukacita juga akan melimpah dengan
ucapan syukur sehingga luapan ucapan syukur itu akan berimbas baik dalam interaksi
pribadi kita dengan orang lain maupun dalam kerelaan hati kita memberi secara
“Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang.” Ini juga perlu dilihat sebagai
Hansel menuliskan bahwa tujuan Allah memberi kita sukacita adalah untuk
memampukan kita melayani. Secara alami, kinerja kita dalam menjalani kehidupan
48
bisa tetap baik, bahkan dalam kondisi terburuk pun. Segala yang terjadi pada kita
akan bisa kita lihat sebagai pengalaman yang kaya dan berwarna-warni ketika kita
mengerti tujuan akhir dari semua yang kita alami36. Sukacita akan menjaga stabilitas
kehidupan kita.
meluap ucapan syukur yang melimpah kepada orang-orang di sekitar kita, orang-
yang ditulisnya ke dalam tiga bagian: disiplin internal, disiplin eksternal dan disiplin
komunal; dan beliau memasukkan sukacita sebagai sebuah disiplin komunal. Sukacita
diperintahkan untuk bersukacita dan berbagi dengan sesama ketika mereka datang ke
Bait Allah, demikian pula orang-orang Kristen di masa kini harus memperhatikan
kehidupan bersama sebagai sebuah perayaan, sebagai sebuah ajang sukacita dan
bukan sebuah beban. Maka di dalam kehidupan berjemaat yang demikian kita akan
mendapati diri kita saling menopang, saling mendukung satu sama lain sehingga kita
masing-masing menjadi lebih kuat dan bertumbuh semakin akrab baik dengan satu
sama lain maupun dengan Tuhan. Itulah hal yang sangat penting dalam kehidupan
Kristen dan tidak mungkin itu terjadi tanpa sukacita yang sejati, yang memancar dari
36
Hansel, op.cit., 140.
49
BAB IV
PENUTUP
A. Risalah
bagian dari ibadah mereka yang dilakukan tiga kali setiap tahun di suatu tempat
yang akan TUHAN perintahkan. Dalam ibadah itu, satu sikap yang TUHAN
umat Israel bersukaria sehingga bukan saja semua itu diutarakan dalam bentuk
TUHAN pilih dan uang itu kelak boleh dibelikan benda-benda yang
2. Yang terpenting dalam ibadah adalah sukacita dan sukacita itu harus juga
yaitu janda, anak yatim, orang Lewi dan bahkan orang-orang asing. Ini
dimaksudkan agar semakin banyak orang yang menikmati berkat yang TUHAN
50
berikan kepada manusia dan semakin banyak orang yang mengagungkan nama
3. Sukaria bangsa Israel mendatangkan sukacita juga bagi orang-orang lain dan
pada akhirnya mendatangkan kebaikan bagi TUHAN. Tetapi ternyata Israel telah
gagal.
mahakudus dan ruang kudus, seluruh dunia ini dan seluruh kehidupan seorang
percaya berada di hadirat Allah. Kita harus senantiasa hidup dengan penuh
tegak dalam damai, kendati datangnya masalah kehidupan yang berat sekalipun
karena kita mengetahui bahwa di balik dan melalui itu semua Allah berkarya
bagi kita.
6. Sukacita adalah bukti bahwa seseorang memiliki keintiman dengan Allah dan
diri untuk mengenal Allah dengan lebih baik dan lebih dalam, dengan
7. Sukacita tumbuh dari disiplin rohani, maka tak heran TUHAN memerintahkan
umat Israel untuk bersukacita. Tanpa disiplin, tanpa upaya yang sungguh-
sungguh, sukacita tak akan muncul dengan sendirinya. Sukacita bukanlah rasa
senang belaka yang muncul karena pengaruh situasi. Sukacita muncul melalui
51
8. Sukacita adalah sebuah disiplin komunal. Gereja harus menjadi sebuah
yang memancar dari dalam diri orang-orang Kristen. Sukacita ini memancar
keluar bukan saja dari diri orang-orang yang terlibat di dalam Gereja,
alasannya? Apakah perintah ini masih relevan bagi kita sekarang, Gereja masa kini?
Jika masih relevan, apakah ada evaluasi-evaluasi yang harus Gereja lakukan untuk
menyikapinya?
B. Kesimpulan
1. Sukaria adalah puncak, prestasi dan piala dari segala disiplin rohani. Karena
2. Sukaria adalah bukti dari hati dan hidup yang tidak puas sekedar berjumpa
dengan Allah, tetapi juga rindu untuk menjadi akrab dan memiliki hubungan
52
Menjawab pertanyaan berikutnya, “Apakah perintah ini masih relevan bagi
3. Hubungan pribadi yang baik dengan Allah akan membawa kita kepada suatu
ibadah yang berkualitas yang berdampak pada hidup yang disadari seluruhnya
sukacita sejati yang berdampak baik bagi diri sendiri maupun bagi sesama. Jadi
ya, perintah ini masih relevan bagi kita, bagi Gereja masa kini.
dimampukan memandang dengan iman kepada Allah yang ada di balik segala
yang terjadi. Dengan demikian, emosi dan ritme kehidupan pun menjadi lebih
5. Bagi orang lain, sukaria seorang Kristen dapat menjadi alat penginjilan
sentrifugal yang menarik orang kepadanya dan kepada Allah sehingga nama
Allah dipermuliakan.
C. Saran
Dan terakhir, “Jika masih relevan, apakah ada evaluasi-evaluasi yang harus
nampaknya kurang ada kesadaran bahwa sukacita yang meluap dari hati
seorang Kristen adalah suatu puncak dari kedisiplinan yang mapan dan
hubungan dewasa dengan Tuhan. Hal ini telah menjadi landasan dan kekuatan
53
bagi banyak orang Kristen sepanjang sejarah Gereja, tetapi nampaknya kurang
8. Gereja perlu dengan sengaja menggali kembali esensi mendasar yang seringkali
54
DAFTAR PUSTAKA
Block, Daniel I. “The Grace of Torah: The Mosaic Prescription to for Life (Deut. 4:1-
———. “The Joy of Worship: The Mosaic Invitation to The Presence of God (Deut.
1974.
Craigie, Peter C. The Book of Deuteronomy. NICOT. Grand Rapids: Eerdmans, 1976.
Christensen, Duane L. Deuteronomy 1:1 – 21:9. WBC 6A. Rev. Nashville: Thomas
Nelson, 2001.
———. Deuteronomy 21:10 – 34:12. WBC 6B. Nashville: Thomas Nelson, 2002.
Dumbrell, William J. The Faith of Israel: Its Expression in the Books of the Old
Hansel, Tim. The Hidden Adventure: The Remarkable Things Ordinary People Can
Do When They Let God Use Them! New York: Guideposts, 1987.
55
von Rad, Gerhard. Studies in Deuteronomy. Chicago: Henry Regnery Company,
1953.
Strong, James; Kohlenberger, John R., III. The New Strong’s Exhaustive
Vriezen, Th.C. Agama Israel Kuno. Rev. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.
Press, 1983.
Wigram, George V. The Englishman’s Hebrew and Chaldee Concordance of the Old
1982.
56
LAMPIRAN 1
37
Daniel I. Block, “The Grace of Torah: The Mosaic Prescription for Life,” Bibliotheca Sacra 162
(January-March 2005): 10-12, mengutip F.J. Stephens, dalam Prichard, Ancient Near Eastern Texts
Relating to the Old Testament, 392-92 dengan keterangan Stephens, “This prayer is addressed to no
particular god, but to all gods in general, even those who may be unknown. The purpose of the prayer
is to claim relief from suffering, which the writer understands is the result of some infraction ofdivine
law. He bases his claim on the fact that he does not even know what god he may have offended.
Moreover, he claims, the whole human race is by nature ignorant of the divine will, and consequently
is constantly committing sin. He therefore ought not to be singled out for punishment.”
57
The lord in the anger of his heart looked at me;
The god in the rage of his heart confronted me;
When the goddess was angry with me, she made me become ill.
The god whom I know or do not know has oppressed me;
The goddess whom I know or do not kno whas placed suffering upon me.
Although I am constantly looking for help, no one takes me by the hand;
When I weep they do not come to my side.
I utter laments, but no one hears me;
I am troubled;
I am overwhelmed;
I cannot see.
O my god, merciful one, I address to you the prayer,
“Ever incline to me”;
I kiss the feet of my goddess;
I crawl before you.
[Lines 41-49 are mostly broken and cannot be restored with certainty.]
How long, o my goddess, whow I know or do not know before your hostile heart will
be quieted?
Man is dumb; he knows nothing;
Mankind, everyone that exists – what does he know?
Whether he is committing sin or doing good, he does not even know.
O my lord, do not cast your servant down;
He is plunged into the waters of a swamp; take him by the hand.
The sin that I have done, turn into goodness;
The transgression that I have committed let the wind carry away;
My many misdeeds strip off like a garment.
O my god, (my) transgressions are seven times seven; remove my transgressions;
O my goddess, (my) transgressions are seven times seven; remove my transgressions;
O god whom I know or do not know, (my) transgressions are seven times seven;
remove my transgressions;
O goddess whom I know or do not know, (my) transgressions are seven times seven;
remove my transgressions.
Remove my transgressions (and) I will sing your praise.
May your heart, like the heart of a real mother, be quieted toward me;
Like a real mother (and) a real father may it be quieted toward me.
58
LAMPIRAN 2
ANGKET
59
5. Apakah Anda bersukacita dalam bersaat teduh?
Kalau boleh, tolong jabarkan sedikit jawaban Anda.
Do you find joy in having quiet time?
Please elaborate in a couple of word, if you'd like to.
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
60
10. Bagaimana Anda menemukan sukacita (dalam pengertian rohani) dalam
hidup Anda? Apakah ini mungkin terjadi?
How do you find the religious kind of joy in your life? Is it attainable?
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
11. Menurut Anda, apa yang Anda butuhkan untuk masuk surga?
What do you need to enter heaven?
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
13. Bagaimana Anda mengelompokkan banyak jenis gereja yang ada di Jakarta?
(mis. Katholik, Karismatik, …)
_______________________________________________________________
61
LAMPIRAN 3
HASIL ANGKET
Jumlah responden: 36
Jawaban atas pertanyaan: “Menurut Anda, apa yang Anda butuhkan untuk masuk
surga?” – dikategorikan berdasarkan kata kunci:
4 5
3
Keterangan:
1 – “Tuhan Yesus”, “karya Kristus”, “iman”, “anugerah” – 27 orang
2 – “iman dan perbuatan baik” – 5 orang
3 – “perbuatan baik”, “setia melayani” – 2 orang
4 – “berubah menjadi lebih baik” – 1 orang
5 – “selalu berdoa di setiap kesempatan” – 1 orang
62
Kata kunci yang digunakan untuk mendefinisi “sukaria” oleh ke-27 orang yang
termasuk dalam kategori 1 di atas:
10
Jumlah Responden
8
0
1 2 3 4
Keterangan:
1 – bukan berarti tidak ada masalah
2 – ungkapan syukur karena pengharapan dan jaminan keselamatan,
bukan karena keadaan, mewujud dalam tindakan dan ekspresi wajah
3 – ketenangan dalam segala situasi, menyadari kehadiran Allah senantiasa
4 – perasaan senang karena masalah terpecahkan
63