Вы находитесь на странице: 1из 4

Artikel Poppuler

Belajar dari Pengalaman


Oleh: Dwi Astuti, SMPN 1 Kertek

“Pengalaman adalah guru yang paling berharga”. Pepatah ini tidaklah keliru karena dari
berbagai pengalaman itu kita dapat mengambil pelajaran berharga. Dapat menemukan manfaat
dan menghindari atau meninggalkan hal yang tidak bermanfaat sama sekali sehingga tidak akan
sampai terperosok pada lubang atau kesalahan yang sama.

Pepatah tersebut yang mengilhami penulis untuk menuliskan pengalaman yang penulis
alami dan menjadikan pelajaran bagi penulis untuk berbuat yang lebih baik demi kemajuan
peserta didik.

Penulis berasal dari keluarga petani miskin di suatu desa. Seperti pada umumnya
keluarga petani di desa tentunya kurang memperhatikan kebutuhan pendidikan anak-anaknya,
termasuk pendidikan psikology yang akan terbawa sampai dewasa. Seperti layaknya keluarga
petani anak-anak tidak mengenal buku-buku baik buku cerita dan juga buku pelajaran lain yang
bermanfaat.

Dari latar belakang keluarga kurang mampu tersebut sehingga penulis tumbuh menjadi
anak yang rendah diri meski sebenarnya tidaklah terlalu bodoh. Hal tersebut dibuktikan dengan
perolehan peringkat II ketika kelulusan Sekolah Dasar (SD) . Namun hal tersebut tidaklah
mengubah sifat rendah diri yang ada sampai dengan ketika duduk di bangku SMA yang harus
“ngenger” pada bulik, adik dari ayah, yang tinggal di kota. Bahkan sampai ketika menjadi guru,
di sekolah kurang mendapat kesempatan untuk memperoleh pengalaman yang sama dengan
mereka yang sudah memiliki nama, yang lebih mampu, lebih berpengalaman, dan berasal dari
keluarga berada, sehingga penulis tidak pernah dikirim untuk mengikuti penataran yang
berakibat penulis tidak banyak memiliki sertifikat atau piagam pelatihan (STTPL).

Suatu hari penulis harus mengikuti Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi (PTBK )
ke Magelang. Kali ini penulis mendapat kesempatan karena penunjukan itu dari profinsi secara
langsung dan tidak bisa digantikan oleh orang lain.Dalam Pelatihan Terintegrasi Berbasis
Kompetensi (PTBK) inilah penulis baru menemukan kepercayaan diri . Diawali dengan hasil
kerja penulis pada tugas dalam Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi (PTBK) tersebut,
meski penulis tidak masuk dalam peringkat lima besar, namun salah satu karya penulis yaitu
menulis puisi termasuk puisi pilihan yang dianggap baik oleh kelompok penilis. Dari hal tersebut
maka penulis sadar bahwa sebenarnya penulis pun mampu dan tidaklah kalah dengan guru-guru
lain.
Berawal dari peristiwa tersebut maka penulis sangat memperhatikan perlakuan penulis
terhadap peserta didik dalam setiap kesempatan dan setiap materi, terutama pada materi –materi
yang memerlukan adanya kepercayaan diri peserta didik. Materi yang memerlukan peserta didik
untuk mampu menunjukkan kemampuan yang ada pada dirinya, maka penulis selalu member
kesempatan kepada semua peserta didik agar mencobanya. Selain memberikan kesempatan
penulis juga selalu mendorong , memotivasi peserta didik untuk mencoba,, untuk melakukan
semua kegiatan yang akan menunjukkan kemampuan yang dimilikinya, yang masih belum
dikeluarkannya, yang belum diperlihatkannya.

Dengan dorongan, motivasi, dan kesempatan yang penulis berikan pada peserta didik
seperti diuraikan di atas, penulis berharap agar semua peserta didik tidak akan merasa rendah diri
seperti yang penulis alami. Selain itu agar peserta didik juga tidak merasa kalau kalau penulis,
yang notabene adalah gurunya tidak berlaku menganak tirikan beberapa peserta didik dan
menganak emaskan beberapa peserta didik. Peserta didik akan merasa kalau gurunya telah
berbuat adil dan telah menumbuhkan semangat dan rasa percaya dirinya.

Berdasarkan pengalaman penulis seperti yang telah diuraikan di atas, penulis berharap
agar para pendidik akan berbuat seperti yang penulis lakukan terhadap peserta didik di dalam
kegiatan terutama yang terlihat rendah diri, agar tumbuh rasa percaya dirinya. Berlaku sebagai
pendidik yang mampu berbuat adil terhadap peserta didik sehingga tidak ada peserta didik yang
rendah diri seperti pada uraian penulis di atas. Agar peserta didik mampu menumbuhkan jati
dirinya sejak awal.

Demikianlah yang penulis maksudkan dengan belajar dari pengalaman Penulis sendiri
dengan harapan agar pembaca akan menjadikan pengalaman penulis tersebut menjadi pelajaran
bagi pembaca.
Puisi ini buat Pak Parwanto, Bukan untuk Buletin Bermutu, karena di Buletin Bermutu
tidak ada MATERI PUISI

Gubahanku
Kutulis puisi ini

Tuk kupersembahkan padamu

Meski tak seindah apa yang kau harap

Namun syair ini merupakan bukti baktiku padamu

Cintaku padamu, hormatku padamu

Bukti kalau kau ada di hatiku

Kepemimpinanmu

Yang mampu taklukkan teman-temanku

Kepemimpinanmu

Yang mampu pertahankan prestasi sekolah ku

Bahkan . . . mampu tingkatkan widya graham ku

Hingga . . . kini dikunjungi dari segala penjuru

Kepemimpinanmu tak paksakan kehendak

Semua kau tawarkan terlebih dahulu

Hingga semua tahu

Bahkan managemen keuangan sekolah pun kau beberkan

Kau sampaikan
Hingga kami tahu, kami mengerti

Dan tak menuntut lagi

Meski kami harus bekerja bakti

Вам также может понравиться