Вы находитесь на странице: 1из 17

MODUL AKTIVITAS DAN LATIHAN

BAGIAN 5

1. Jelaskan apa saja pengkajian yang harus dilakukan pada aspek mobilisasi
(beraktivitas).
Jawab :
Pengkajian mobilisasi klien berfokus pada rentang gerak, gaya berjalan,
latihan, dan toleransi aktivitas, serta kesejajaran tubuh.
a. Rentang gerak
Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin
dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh: sagital, frontal,
transveral. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke
belakang, membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal
melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan
belakang. Potongan transveral adalah garis horisontal yang membagi tubuh
menjadi bagian atas dan bawah.
Mobilisasi sendi di setiap potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan konstruksi
sendi. Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap potongan. Pada
potongan sagital, gerakannya adalah fleksi dan ektensi (jari-jari tangan dan
siku-siku) dan hiperektensi (pinggul). Pada potongan frontal, gerakannya
adalah abduksi dan aduksi (lengan dan tungkai) dan efersi dan infersi (kaki).
Pada potongan tranversal, gerakannya adalah pronasi dan supinasi (tangan),
rotasi internal dan eksternal (lutut), dan dorsi fleksi dan plantar fleksi (kaki).
Ketika mengkaji rentang gerak, perawat menanyakan pertanyaan dan
mengobservasi dalam mengumpulkan data tentang kekakuan sendi,
pembengkakan, nyeri, keterbatasan gerak, dan gerakan yang tidak sama. Klien
yang memiliki keterbatasan mobilisasi sendi karena penyakit,
ketidakmampuan, atau trauma membutuhkan latihan sendi untuk mengurangi
bahaya imobilisasi. Latihan tersebut dialkukan oleh perawat yaitu latihan
rentang gerak pasif. Perawat menggunakan setiap sendi yang sakit melalui
rentang gerak penuh.
b. Gaya berjalan
Istilah gaya berjalan digunakan untuk menggambarkan cara utama atau gaya
ketika berjalan (fish dan niellsen 1993). Siklus gaya berjalan dimulai dengan
tumit mengangkat satu tungkai dan berlanjut dengan tumit mengankat satu
tungkai yang sama. interval ini sama dengan 100 % siklus gaya berjalan dan
berlangsung 1 detik untuk kenyamanan berjalan (lehmann et all, 1992).
Dengan mengkaji gaya berjalan klien memungkinkan perawat untuk membuat
kesimpulan tentang keseimbangan, postur, kemanan, dan kemampuan berjalan
tanpa bantuan. Mekanika gaya berjalan manusia mengikuti kesesuaian sistem
skeletal, saraf, dan otot dari tubuh manusia (fish dan nielsen, 1993).
c. Latihan dan toleransi aktifitas
Latihan adalah aktivitas fisik untuk membuta kondisi tubuh, meningkatkan
kesehatan, dan mempertahankan kesehatan jasmani. Hal ini juga digunakan
sebagai terapi membetulkan deformitas atau mengembalikan seluruh tubuh ke
status kesehatan maksimal. Jika seorang latihan, maka akan terjadi perubahan
fisioligis dalam tubuh.
Pengkajian tingkat energi klien meliputi pengaruh fisioligis dari latihan dan
toleransi aktifitas. Toleransi aktifitas adalah jenis dan jumlah latihan atau kerja
yang dapat dilakukan seseorang. Pengkajian toleransi aktifitas diperlukan jika
ada perencanaan aktivitas seperti jalan, latihan rentang gerak, atau aktifitas
sehari-hari dengan penyakit akut atau kronik. Selain itu, pengetahuan toleransi
aktifitas klien dibutuhkan untuk merencanakan terapi keperawatan lainnya.
Pengkajian toleransi aktifitas meliputi data fisiologis, emosional, dan tingkat
perkembangan. Pengkajian ini dapat dipakai di semua klinik dan dilengkapi
oleh perawat dengan segera.
Peningkatan fungsi fisiologis yang emnyeluruh akibat hasil latihan. Semua
sistem menjadi lebih kuat dan berfungsi lebih efesien. Bagaimanapun, perawat
sering merawat klien dengan keterbatasan mobilisasi sehingga harus
mengembangkan terapi keperawatan dengan tujuan mengurangi bahaya
imobilisasi.
d. Kesejajaran tubuh
Pengkajian kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien yang berdiri, duduk atau
berbaring. Langkah pertama pengkajian kesejajaran tubuh adalah menempatkan
klien pada posisi istirahat sehingga tidak tampak posisi kaku. Jika mengkaji
kesejajaran tubuh pasien imobilisasi yang tidak sadar, maka bantal dan alat
penopang di angkat dari tempat tidur lalu klien diletakkan pada posisi terlentang.
a) Berdiri
Pengkajiannya sebagai berikut:
1. Kepala tegak dan midline
2. Ketika dilihat dari arah posterior, bahu dan pinggul lurus dan sejajar
3. Ketika dilihat dari arah posterior, tulang belakang lurus
4. Ketika dilihat dari arah lateral, kepala tegak dan garus tulang belakang
dalam pola S terbalik.
5. Ketika dilihat dari arah lateral, perut berlipat ke bagian dalam dengan
nyaman dan lutut dengan pergelangan kaki agak melengkung.
6. Lengan klien nyaman di samping.
7. Kaki ditempatkan sedikit berjauhan untuk mendapatkan dasar penopang
dan jari-jari kaki menghadap ke depan.
8. Ketika dilihat dari arah anterior, pusat gravitasi berada ditengah tubuh, dan
garis gravitasi mulai dari tengah kepala bagian depan sampai titik tengah
antara kedua kaki.
b) Duduk
Pengkajiannya dengan mengobservasi hal-hal berikut:
1. Kepala tegak, leher dan tulang belakang berada dalam kesejajaran yang
lurus.
2. Berat badan terbagi rata pada bokong dan paha.
3. Paha sejajar dan berada pada potongan horisontal.
4. Kedua kaki ditopang di lantai.
5. Jarak 2-4 cm dipertahankan antara sudut tempat duduk dan ruang popliteal
pada permukaan lutut bagian posterior.
6. Lengan bawah klien ditopang pada pegangan tangan, dipangkuan, atau di
atas meja depan kursi.
c) Berbaring
Pengkajian kesejajaran tubuh ketika berbaring membutuhkan posisi lateral
pada klien dengan menggunakan satu bantal, dan semua penopangnya di
angkat dari tempat tidur. Tubuh harus di topang oleh matras yang adekuat.
Dan tulang belakang harus berada dalam kesejajaran lurus tanpa ada
lengkungan terlihat.
SUMBER :
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktik Volume 2. Jakarta : EGC

2. Apabila klien kemudian dirawat di RS dan diminta untuk tidak melakukan aktivitas
atau diminta bedrest (imobilisasi) maka pengkajian apa yang harus dilakukan pada
klien tersebut.

Jawab :
Sumber Informasi atau data dari : Klien, Perawat lain, Catatan klien,Keluarga.
Hal-hal yang perlu dikaji adalah :
I. Riwayat aktifitas atau latihan yang meliputi
a. ADL
b. Toleransi aktifitas,
c. Jenis dan frekuensi latihan,
d.  Dan factor pemnyebab mobilisasi.
II. Jika terjadi perubahan mobilisasi maka perlu dikaji
a. Kapan munculnya,
b.  Dan frekuensinya, penyebabnya,
c. Bagaimana masalah tersebut mempengaruhi kehidupan sehari-hari,
d. Apakah klien mengetahui cara mengatasi masalahnya
e.  Dan apakah metodenya efektif.
III. Pemeriksaan Fisik
Hal-hal yang dikaji :
A. Bentuk Tubuh, Dikaji saat klien duduk dan berdiri, untuk mengidentifiksi :
- Perubahan moral sebagai hasil pertimbangan dan perkembangan.
- Kesalahan postur dan pengetahuan untuk memelihara postur yang
benar.
- Factor yang menyebabkan kesalahan fostur, seperti kelelehan atau
rendahnya harga diri.
-  Kelemahan otot atau perubahan system lain.
a. Sikap (Kebiasaan yang dilakukan seseorang).
Perawat mengamati klien dari depan, belakang dan samping.
b. Pandangan lateral.
Masalah penurunan sikap pada umumnya terjadi ketika seseorang berdiri.
Misal:
- Leher lebih maju
- Perut agak menonjol (agar tidak terjadi lordois).
-  Lutut menunjukkan adanya hiperextensi. LBP dan kelelahan adalah
langkah orang dengan kesalahan posture.
c. Pandangan Anterior.
Normalnya jika dipandang dari segi anterior :
- Pada garis vertical dari pusat gravitasi tubuh (lokasi terletak pada
garis tengah antara umbilicus dan simfisis pubis) dan jatuh tepat
diantara kaki dan tengah-tengah dahi.
- Ukuran bahu dan pinggul seimbang.
-  Jari-jari kaki maju.
- Bentuk seimbang mulai dari pantella dan pertengahan pergelangan
mata kaki sampai kedua atau ketiga jari kaki.
d. Pandangan Posterior.
Normalnya :
- Ukuran bahu dan pinggul seimbang.
- Tulang belakang lurus, tidak bengkok kesamping
- Yang terpenting tubuh lebih maju kesebelah luar kaki.
B. Cara Duduk.
Perawat mengkaji dengan cara memandang klien dari samping.
Normalnya :
a) Kepala dan dada sama, tetapi lumbal sedikit bengkok kearah anterior
karena pembengkokan panggul.
b) Berat badan dipusatkan pada pantat dan paha.
c)  Kedua kaki menapak dilantai (satu kaki didepan yang lain) lengan dari
siku sampai jari dipai untuk mencegah tertariknya tulang bahu keatas
dan kebawah.
C. Gaya Berjalan.
Perawat mwngkaji gaya berjalan klien dengan melihat dalam ruangan atau
menyuruh klien berjalan pada jarak 10 langkah dan pobservasi :
a) Kepala tegak, pandangan lurus kedepan, dan tulang belakang tegak
lurus.
b) Jari kaki dan tulang tempurung lutut lebih maju.
c) Tumit dihentakkan dahulu sebelum jari kaki.
d) Kaki dorsal difleksikan saat melakukan tindakan.
e) Lengan maju bertentangan dengan gerakan kaki.
f) Adanya gravitasi.
Tahap persiapan.
a) Berjalan dengan pelan, terkoordinasi dan berirama, tumpuan berat badan
dikaki.
b) Prosedur berjalan minimal tubuh melakukan gerakan kesamping dengan
kepala lurus.
c) Berjalan dengan mudah.
Perlu juga dikaji hal seperti :
a) Jumlah langkah dalam satu menit (normal 70 sampai 100 langkah
permenit).
b) Kebutuhan klien akan alat bantu.
D. Penampakan Dan Pembesaran Sendi.
Pengkajian fisik meliputi infeksi, palpasi, pergerakan aktif dan pasif.
Hal-hal yang perlu dikaji :
a) Adakah bengkak dan kemerahan, mengidentifikasikan adanya luka atau
inflamasi.
b) Adakah deformitas, seperti pembesaran atau pengecilan tulang.
c) Kesimetrisan otot.
d) Adakah crepitasi.
e) Adkah peningkatan suhu
f)  Tingkat pergeseran sendi.
E. Kemampuan Dan Pembatasan Pergerakan.
Hal yang dikaji :
a) Pengaruh penyakit terhadap kemampuan untuk berpindah
b)  Alat Bantu yang dikehendaki.
c) Yang membatasi pergerakan seperti infuse.
d) Gejala mental dan kemampuan mengikuti perintah.
e) Keseimbangan dan koordinasi, jika klien akan dipindahkan dari bed.
f)  Adanya hipertensi ortostatic sebelum pemindahan (meliputi : denyut
nadi, tekanan darah, pusing).
g) Tingakat kenyamanan
h)  Berat badan, memindahkan pasien obesitas memerlukan bantuan orang
lain atau pemindah hidrolik.
i) Pengelihatan.
j) Ketrampilan perawat dan kekuatan fisik.
F. Massa otot dan kekuatan otot.
Pengkajian kekuatan dan kemampuan gerak untuk mengurangi resiko
ketegangan otot.
G. Toleransi Aktifitas.
Jika aktifitas terlalu menguras energi dan terlalu lama, maka akan terjadi
perubahan-perubahan :
a) Wajah pucat.
b) Pusing atau lemah.
c) Denyut jantung atau pernafasan melebihi batas normal.
d) Perubahan irama jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur.
e) Melemahnya denyut nadi.
f) Dispnea, nafas pendek dan nyeri dada.
g) Diastole berubah 10 mmHg atau lebih.
H. Kemampuan Fisik.
Meliputi : pengukuran lingkar, pengukuran lipat kulit, tes langkah,
pengkajian kekuatan otot, dan pengkajian fleksibilitas sendi.
a) Pengukuran lingkar meliputi : dada, pinggang, pinggul, lengan atas,
paha, betis, dan pergelangan kaki.
b) Pengukuran lipat kulit, mengindikasikan jumlah lemak, areanya : trisep,
sub scapula, suprailiak, dan paha.
c) Tes langkah Harvard, klien melangkah ke atras dan kebawah masing-
masing 17 inchi selama 3 menit jika mampu. Pergerakan berikut ini
merupakan satu langkah kaki kiri naik, kaki kanan naik, kaki kiri turun,
kaki kanan turun. Rata-rata minimal melakukan 24 langkah permenit.
d) Fleksibelitas sendi dapat dikaji dengan memerintah klien untuk
menyentuh ibu jari kaki beberapa kali. Rata-rata 1-3 inchi didepan ibu
jari.
3. Identifikasi diagnosa keperawatan dan berikan alasan dan munculnya diagnosa
tersebut.
Jawab :
a) Ketidakefektifan pola nafas yang b.d kelemahan/ kelumpuhan otot diafragma
b) Hambatan mobilitas fisik yang b.d kerusakan neuromuskular.
c) Apabila klien mengalami kerusakan pada neuromuskuler (saraf dan otot pada
tulang) misalnya saja pada trauma yang menyebabkan fraktur pada tulang belakang
maka mobilitas atau aktifitas akan mengalami gangguan. Klien dalam bed rest atau
immobilitas perlu dilakukan asuhan keperawatan untuk menghindari terjadinya
luka tekan (dekubitus), membantu dalam proses pemulihan kondisinya,
menghindari kekakuan serta menghindari kemungkinan penyakit lain yang bisa
muncul.
d) Resiko tinggi trauma ynag b.d penurunan kesadaran dan kerusakan mobilitas fisik.
e) Risiko kerusakan integritas kulit yang b.d tirah baring lama
f) Nyeri akutyang b.d kompresi saraf, cedera neuromuskuler, trauma jaringan dan
refleks spasme otot sekunder
g) Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang b.d gangguan persarafan pada usus dan
rektum, immobilisasi dan asupan cairan yang tidak adekuat
h) Resiko infeksi yang b.d penurunan sistem imun primer, malnutrisi dan tindakan
infasif
i) Perubahan pola eliminasi urine yang b.d kelumpuhan saraf perkemihan
j) Defisit perawatan diri yang b.d kelemahan neuromuskular penurunan kekuatan,
dan kesadaran serta kehilangan kontrol otot atau koordinasi
k) Gangguan harga diri yang b.d perubahan psikososial , perubahan persepsi kognitif,
ketidaknerdayaan dan merasa tidak ada harapan, kehilangan atau perubahan dalam
pekerjaan.
Sumber:
Suratun dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Musculoskeletal.
Jakarta: EGC
4. Jelaskan tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan kebutuhan aktivitas
latihan tersebut.
Jawab :

Tujuan Perawatan : Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan


kemampuan.

Kriteria Hasil : Klien dapat ikut serta dalam program latian, tidak mengalami
kontraktur sendi, kekuatan otot bertambah, dan klien menunjukkan tindakan untuk
meningkatkan mobilitas.

Intervensi Rasional
MANDIRI
Kaji mobilitas yang ada dan Mengetahui tingkat kemampuan
observasi adanya peningkatan klien dalam melakukan
kerusakan. Kaji secara teratur aktivitas.
fungsi motorik.

Ubah posisi klien setiap dua jam. Mengurangi risiko iskemia


jaringan akibat sirkulasi darah
yang jelek pada daerah yang
tertekan.
Ajarkan klien melakukan latihan
gerak aktif pad ekstremitas yang Gerakan aktif memberikan
tidak sakit. massa, tonus, dan kekuatan
otot, serta memperbaiki fungsi
jantung dan pernafasan.
Lakukan gerak pasif pada
ekstremitas yang sakit. Otot volounter akan kehilangan
tonus dan kekuatannya bila
Pertahankan sendi 900 terhadap tidak dilatih untuk bergerak
papan kaki.
Telapak kaki dalam posisi 900
dapat mencegah foot drop.
Inspeksi kulit bagian distal setiap
hari. Pantau kulit dan membran Deteksi dini adanya gangguan
mukosa untuk mengetahui adanya sirkulasi, hilangnya sensasi,
iritasi, kemerahan atau lecet-lecet resiko tinggi kerusakan
integritas kulit dan
Bantu klien melakukan latihan kemnungkinan komplikasi
ROM dan perawatan diri sesuai immobilisasi
toleransi. Mempertahankan flexibilitas
sendi sesuai kemampuan
Pertahankan bentuk spinal dengan
cara sebagai berikut : Mempertahankan posisi tulang
1. Matras belakang agar tetap rata
2. Bedboard (tempat tidur dengan
alas kayu atau kasur busa keras
yang tidak menimbulkan lekukan
pada saat klien tidur)

Pertahankan postur tubuh yang baik Gerakan ini dilakukan untuk


dan latihan pernafasan dengan cara menegakkan postur tubuh dan
sebagai berikut : 1. Latihan ekstensi menguatkan otot-otot para
batang tubuh, baik posisi berdiri spinal. Latihan pernafasan
(bersandar pada tembok) maupun dapatr meningkatkan kapasitas
posisi menelungkup dengan cara pernafasan
mengangkat ekstremitas atas dan
kepala dan ekstremitras bawah
secara bersamaan.
2. Menelungkup sebanyak 3-4 kali
sehari selama 15-30 menit

KOLABORASI
Kolaborasi penatalaksanaan fraktur Traksi tulang kepala dan
vertebra cervikalis dengan pemasangan kolar servikal
pemasangan traksi tulang kepala sejak dini selama 6 minggu
diikuti dengan pemasangan
Kolaborasi dengan ahli fisiotherapi brace servikal atau plester
untuk melatih fisik klien minerva selama 6 minggu
Kemampuan mobilisasi
ekstremitas dapat ditingkatkan
dengan latihan fisik yang
diberikan oleh tim fisiotherapi
Sumber:
Suratun dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Musculoskeletal.
Jakarta: EGC

5. Jelaskan langkah-langkah mobilisasi klien ditempat tidur.


Jawab :
Mobilisasi adalah hal membuat sesuatu bergerak. Mobilisasi mngacu pada
kemampuan seseorang untuk bergerak bebas. Pasien yang berada di tempat tidur bisa
mengalami gangguan mobilisasi atau immobilitas. Penggunaan proses keperawatan,
aplikasi kritis anatomi dan fisiologi, dan pengalaman dengan klien memungkinkan
perawat mengembangkan rencana keperawatan secara individual untuk klien yang
mengalami gangguan mobilisasi dan juga yang beresiko. Pengkajian mobilisasi pada
pasien di tempat tidu meliputi latihan rentang gerak dan kesejajaran tubuh.
Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin
dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh ; sagital, frontal, dan
tranversal. Ketika mengkaji rentang gerak, perawat menanyakan pertanyaaan dan
mengobservasi dalam mengumpulkan tentang kekakuan endi, pembengkakan, nyeri,
keterbatassan gerak, dan gerakan yang tidak sama. Klien yang memiliki keterbatasan
mobilisasi sendi karena penyakit, ketidak mampuan, atau trauma membutuhkan
latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobilisasi. Latihan trsebut dilakukan perawat
yaitu latihan rentang gerak pasif. Prosedur dari latihan rentang gerak ini telah
dijabarkan dalam Bab sebelumnya.
Dalam mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat , perawat mengangkat
pasien dengan tepat, menggunakan teknik posisi tepat, dan memindahkan klien
dengan aman dari tempat tidur ke kursi roda atau ke brankart.

Mengangkat pasien
Langkah

1. Tiga perawat yang hamper sama tinggi brdiri disamping klien

2. Setiap orang meletakkan tangan dibawah : kepala dan bahu, pinggul, dan
paha sampai pergelangan kaki

3. Pengankat memutar klien kea rah dada mereka


4. Pada hitungan ketiga mengangkat pasien dan dipegang kea rah dada

5. Pengankat meletakkan pasien ke brankart dengan perlahan dengan


memfleksikan lutut dan pinggul mereka

6. Perawat mengkaji kesejajaran tubuh klien


Membantu pasien ke kursi roda

No Langkah
1 Siapkan kursi roda di dekat tempat tidur dan kunci rodanya
2 Instruksikan pasien untuk bergerak dan duduk di tepi tempat tidur
3 Perawat berdiri di depan klien dan mencondongkan tubu ke depan dengan kaki
posisi kuda-kuda
4 Lingkari punggung klien dengan kedua tangan dan tangan klien dilingkarkan
pada bahu perawat
5 Dalam hitungan ketiga bergerkak bersama klien dengan perlahan
6 Bantu klien duduk ;
Membelakangi kursi roda
Kaki yang kuat dibelakang yang lemah didepan
Meletakkan kedua tangan di kursi roda
7 Dalam hitungan ketiga ;
Inta klien menggeser berat tubuhnya dengan melangkah ke belakang,
merendahkan tubuh, memfleksikan kaki bersama dengan perawat menahan
hingga pasien duduk
SUMBER :
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktik Volume 2. Jakarta : EGC

6. Jelaskan tehnik penggunaan dan mobilisasi klien di kursi roda.


Jawab :
Kursi Roda merupakan alat yang digunakan untuk orang yang mengalami
kelumpuhan pada kedua kakinya atau ekstrimitas bagian bawah dan tumpuan pada
kedua tangan.
Teknik memindahkan klien dari tempat tidur kekursi roda dapat dibantu oleh satu atau
dua orang perawat. Caranya yaitu:
a. Tempatkan kursi roda disamping kanan tempat tidur dan kunci kursi roda.
b. Bantu mendudukan klien disamping tempat tidur dengan kaki berjuntai
c. Bantu klien memakai sandal anti slip sebelum turun dari tempat tidur
d. Jika tempat tidur tinggi, turunkan ke posisis yang lebih rendah sampai kaki
menginjak lantai. Selanjutnya kunci roda tempat tidur dengan baik
e. Kaji adanya hipotensi sebelum memindahkan klie dari tempat tidur
f. Ketika klien turun dari tempat tidur, perawat harus berdiri tepat dihadapannya dan
klien meletakkan tangannya dipundak perawat. Selanjutnya perawat meletakkan
tangannya di pinggang klien
g. Sementara klien mendorong badannya keposisis berdiri, perawat membantu
mengangkat bagian atas tubuh klien
h. Klien dibiarkan berdiri selama beberapa detik untuk memastikan tidaka adanya
pusing
i. Perawat tetap berdiri mnghadap klien lalu memutar tubuh klien, sehinng
membelakaingi kursi roda. Setalah itu, perawat memajukan salah satu kakinya
dan memegang kedua lutut klien serta menekan lutut perawat ke lutut klien untuk
menjaga keseimbangan, kemudian membantu klien untuk duduk di kursi roda.

Indikasi penggunaan kursi roda


a. Paraplegia
b. Tidak dapat berjalan atau tirah baring
c. Pada pelaksanaan prosedur tindakan , misalnya klien akan dilakukan foto ronsen
d. Pasca amputasi kedua kaki

SUMBER :

Heryati & Santa Manurung, dkk.2008. Seri Asuhan Keperawatan: Klien Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC
7. Jelaskan tehnik penggunaan alat bantu dan implikasi keperawatannya seperti kruk
dan walker.
Jawab :
a. Walker

Adalah suatu alat yang ringan, mudah dipindahkan, setinggi pinggang, terbuat dari
pipa logam. Walker mempunyai empat penyangga dan kaki yang kokoh. Klien
memegang pemegang tangan pada batang di bagian atas, melangkah,
memindahkan walker lebih lanjut, dan melangkah lagi.

b. Tongkat

Tongkat adalah alat yang ringan, mudah dipindahkan, setinggi


pinggang, terbuat dari kayu atau logam. Dua tipe tongkat umum adalah tongkat
kaki panjang lurus ( single straight-legged ) dan tongkat berkaki segi empat ( quad
cane ). Tongkat berkaki lurus lebih umum dan digunakan untuk sokongan dan
keseimbangan klien yang kekuatan kakinya menurun. Tongkat ini harus dipakai
pada sisi tubuh yang terkuat. Untuk soskongan maksimum ketika berjalan, klien
menempatkan tongkat berada depan 15 sampai 25 cm, menjaga berat badan pada
kedua kaki klien. Kaki yang terlemah bergerak maju dengan tongkat sehingga berat
badan dibagi antara tongkat dengan kaki yang terkuat. Kaki yang terkuat maju
setelah setelah tongkat sehingga kaki terlemah dan berat badan disokong oleh
tongkat dan kaki terlemah. Untuk berjalan, klien mengulangi tahap ini terus
menerus. Klien diajarkan bahwa kedua titik penopang tersebut, seperti dua buah
kaki atau satu kaki dan tongkat, akan muncul di setiap waktu.

Tongkat empat kaki memberikan sokongan yang terbesar dan


digunakan pada kaki yang mengalami sebagian atau keseluruhan paralisis ataupun
hemiplegia. Tiga tahap yang sama oleh tongkat berkaki lurus diajarkan kepada
klien.

c. Kruk

Kruk sering digunakan untuk meningkatkan mobilisasi.


Penggunaannya dapat temporer, seperti pada setelah kerusakan ligamen dilutut.
Kruk dapat digunakan permanen ( mis. Klien paralisis ekstremitas bawah ). Kruk
terbuat dari kayu atau logam. Ada dua tipe kruk, kruk lofstrand dengan pengatur
ganda atau kruk lengan bawah dan kruk aksila terbuat dari kayu. Kruk lengan
bawah memiliki sebuah pegangan tangan dan pembalut logam yang pas
mengelilingi lengan bawah. Kedua-duanya yaitu pembalut logam dan pegangan
tangan diatur agar sesuai dengan tinggi klien. Kruk aksila mempunyai garis
permukaan yang seperti bantalan pada bagian atas, diamana berada tepat dibawah
aksila. Pegangan tangan berbentuk batang yang dipegang setinggi telapak tangan
untuk menyokong tubuh. Krukharus diukur panjang yang sesuai , dan klien harus
diajarkan menggunakan kruk mereka dengan aman, mencapai kestabilan gaya
berjalan, naik dan turun tangga, dan bangkit dari duduk.

SUMBER :
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktik Volume 2. Jakarta : EGC

8. Jelaskan bagaimana mengurangi bahaya dari imobilisasi.


Jawab :
MENGURANGI BAHAYA IMOBILISASI
Intevensi keperawatan yang diberikan pada klien imobilisasi harus berfokus
mencegah dan meminimalkan bahaya imobilisasi.
a. Sistem Metabolik
Klien imobolisasi memerlukan diet tinggi protein, kalori dan tambahan vitamin B
dan C.
- Protein diperlukan untuk mengganti jaringan yang rusak dan membangun
kembali cadangan protein yang berkurang
- Kalori : memberikan cukup energi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
dan mengganti jaringan subkutan.
- Vitamin C : menggantikan cadang protein
- Vitamin B : keutuhan kulit dan penyembuhan luka
b. Sistem Pernafasan
Bertujuan untuk :
- Mendukung ekspansi dada dan paru
Dapat dilakukan dengan cara :
 Mengubah posisi klien minimal setiap 2 jam sekali
 Memotivasi klien untuk bernapas dalam dan batuk setiap 1 sampai 2 jam
 Pada klien yang tidak sadar, ajarkan untuk bernapas dalam dan batuk
segera setelah 23-30 menit pemberian obat, hal ini bertujuan untuk
meningkatkan ekspansi paru karena obat nyeri pasca operasi biasanya
menekan pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan menurun
 Pembalut perut dan penyokong rusak dibuka setiap 2 jam
- Mencegah statis sekret pulmonal
 Dilakukan dengan cara mengubah posisi tiap 2 jam
 Lakukan fisioterapi dada dengan cara mengalirkan sekret ke jalan naps
kemudian dikeluarkan untuk dibatukkan

Jika tidak dilakukan akan menimbulkan penimbunan sekret ke jalan napas


kemudian dikeluarkan, selanjutnya berkembang menjadi pneumonia

- Mempertahankan kepatenan jalan napas


 Minta klien untuk bernapas dalam sebanyak 3 kali kemudian
membantukkan
 Menggunakan penghisapan nasotrakeal dan orotrakeal untuk
mengeluarkan sekret
- Mendukung pertukaran gas yang adekuat
c. Sistem Kardiovaskuler
Efek dari tirah baring :
- Hipotensi orostatik
Yaitu suatu kondisi ketidakmampuan berat dengan karakteristik tekanan darah
yang menurun ketika klien berdiri
Cara mengurangi hipotensi orostatik :
 Dengan cara selalu mengkaji TTV klien ketika akan mulai belajar
duduk/berdiri
 Kaji TTV saat klien mulai berlatih terlentang, posisi semi fowler, fowler,
duduk sambil kaki menyentuh lantai
 Perhatikan kondisi dan perkembangan klien
- Peningkatan beban jantung
Untuk mengurangi peningkatan beban jantung perawat, yang dapat dilakukan
oleh perawat antara lain tidak menggunakan manuver Valsalva. Manuver ini
dapat menyebabkan penurunan aliran balik vena dan curah jantung, yang
selanjutnya meningkatkan kerja beban jantung. Manuver Valsalva (dilakukan
untuk pengujian tuba eustachie) adalah kerja yang dilakukan dengan tangan,
setiap usaha ekspirasi paksa terhadap jalan nafas yang tertutup. Seperti saat
seseorang menahan nafas dan mengencangkan otot serta secara bersamaan
menggerakkan suatu benda berat.
d. Sistem Muskuloskeletal
Pasien yang imobilisasi sering mengalami pada sistem muskuloskeletal yaitu
kekakuan dan kelemahan otot, oleh karena itu untuk mengurangi bahaya tersebut
perawat harus secara rutin untuk membantu klien dalam melakukan latihan
pergerakan dan perubahan posisi tubuh, misalnya dengan melatih pergerakan
ROM pada klien.
e. Sistem Integumen
Bahaya yang sering muncul pada klien imobilisasi yaitu dekubitus, untuk
mencegah adanya dekubitus, maka perawat harus rutin dalam melakukan
perubahan posisi pada kliens serta dengan cara memasang linen klien dengan
kencang dan tegang (tidak ada lipatan-lipatan yang dapat menyebabkan dekubitus)
sehingga kemungkinan timbulnya dekubitus akan berkurang.
f. Sistem Eliminasi
Klien dengan imobilisasi harus selalu dipantau intake dan output. Dengan selalu
memantau hidrasi klien dengan baik tanpa menyebabkan distensi kandung kemih
dan mencegah statis urine, terbentuknya batu dan infeksi.

Sumber :
Potter & Perry. 2006. Fundamentak Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik Edisi
4. Jakarta: EGC

Вам также может понравиться

  • Apk 1
    Apk 1
    Документ14 страниц
    Apk 1
    Hilda Ulfa
    Оценок пока нет
  • Apk 10
    Apk 10
    Документ6 страниц
    Apk 10
    Hilda Ulfa
    Оценок пока нет
  • Apk 12
    Apk 12
    Документ6 страниц
    Apk 12
    Hilda Ulfa
    Оценок пока нет
  • Apk 4
    Apk 4
    Документ6 страниц
    Apk 4
    Hilda Ulfa
    Оценок пока нет
  • Penkes Rumah Sehat
    Penkes Rumah Sehat
    Документ12 страниц
    Penkes Rumah Sehat
    Hilda Ulfa
    Оценок пока нет
  • Credential Dalam Keperawatan
    Credential Dalam Keperawatan
    Документ3 страницы
    Credential Dalam Keperawatan
    Hilda Ulfa
    Оценок пока нет
  • Askep Ambigu Genital
    Askep Ambigu Genital
    Документ12 страниц
    Askep Ambigu Genital
    Hilda Ulfa
    Оценок пока нет