Вы находитесь на странице: 1из 7

Siti Octrina Malikah

209000061
Teknik Diplomasi

China’s Strategy for Free Trade Agreements:


Political Battle in the Name of Trade

A. PENDAHULUAN

Jika dibandingkan dengan Eropa dan Amerika, Asia Timur dapat dikategorikan
terlambat di bidang Free Trade Aggreement (FTA) di dunia ini. Sementara Cina memainkan
peran yang cukup signifikan, bukan hanya sekedar untuk meningkatkan iklim ekonomi di
Cina tetapi Cina juga berusaha keras dengan berbagai strategi untuk mendorong integrasi
ekonomi di regionnya.

I. Overview of China’s FTAs

Bagaimanapun juga ada proses perubahaan-perubahan yang cukup penting kerap


terjadi di awal tahun 90an yang berpengaruh terhadap sikap Cina.

1. Pertama; Cina secara perlahan kehilangan kesabarannya menunggu proses aksesi WTO
termasuk kegagalan Cina untuk memperoleh status anggota di dalam GATT yang
dilanjutkan oleh ketidaksuksesannya bergabung di WTO yang baru saja didirikan. Oleh
karena kefrustasiannya akan progress lambat di Jenewa, Cina mulai mencari kesempatan
lain di berbagai wilayah lain, termasuk FTA.
2. Kedua; sikap Cina dengan kemunculan regionalisme di Amerika Latin (Mercosur, 1991),
Asia Tenggara (AFTA, 1992), dan Amerika Utara (NAFTA, 1992) serta keeratan yang
semakin terlihat pada integrasi ekonomi di Eropa melalui formasi Uni Eropa (Maastricht
Treaty, 1992). Cina tidak mau ketinggalan gelombang baru integrasi-integrasi ekonomi
ini.
3. Ketiga; bertumbuhnya volume perdagangan Cina secara signifikan membuat firma-firma
yang ada di Cina kesulitas untuk menerukan pasar. Berdasar pertimbangan ini, FTA
menjaid sebuah instrumen yang sangat krusial dan berguna.

Berdasarkan rencana, Cina akan secara aktif berpartisipasi dan membangun kerjasama
ekonomi regional, lebih tepatnya mempererat kerjasama selatan-selatan, dan mempromosikan
serta membangun kerjasama ekonomi dan perdagangan dengan negara-negara berkembang.
Di dalam rencana yang sama, secara tidak langsung, Cina juga aktif berpartisipasi dan
menstimulasi terbentuknya sistem perdangangan global yang multilateral. Dengan
membangun keduanya, baik perdagangan bilateral maupun multilateral, maka akan tercipta
sebuah pasar yang bisa didiversifikasi.

Dalam waktu singkat, Cina memiliki peluang untuk sebuah kesempatan nyata pertama
menjalin sebuah negosiasi FTA yaitu ketika negara-negara di Asia Tenggara dihantam krisis
keuangan Asia Timur di pertengahan 1997. Apapun penyebabnya, salah satu konsekuensi
dari krisis tersebut adalah hilangnya kepercayaan orang-orang terhadap institusi global seperti
IMF dan World Bank. Selanjutnya, dalam pidato pertamanya di China-ASEAN Summit,
tahun 1997, Presiden Jiang Zemin mengajukan alternatif cara untuk membangun kembali
yaitu “Good Neighboring Partnership of Mutual Trust”. Pada November 2000, dilaksanakan
perjanjian lain di summit yang lain pula yaitu untuk mengeksplor cara-cara yang bertujuan
memperkuat integrasi dan kerjasama ekonomi antara kedua wilayah, termasuk kemungkinan
memberlakukan FTA.

Pada tahun 2001, timbul kesepakatan bahwa dengan adanya CAFTA akan
memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak oleh karena itu kedua pihak memutuskan
untuk memperlakukan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) dalam waktu 10 tahun ke
depan. Setahun kemudian, the Framework Agreement on Comprehensive Economic Co-
Operation antara ASEAN dan Cina ditandatangani dna hal ini sekaligus menandakan akan
diberlakukan proses penurunan tariff secara perlahan yang pada akhirnya bermuara di
penghapusan tariff perdagangan internasional di antara kedua negara. Cina kemudian tumbuh
sebagai eksportir utama, dia juga muali menyedot foreign direct investment (FDI) dari
negara-negara tetangganya karena wage levels di Cina yang rendah. Inilah yang menjadikan
lebih banyak investor yang mau berinvestasi di Cina dibandingkan berinvestasi di negara
lain.

II. Choice of FTA model

Jika kita melihat secara global, FTA bisa dibagi menjadi dua model, yaitu:
1. Model Uni Eropa; di mana menggabungkan antara integrasi ekonomi dengan integrasi
politik.
2. Model NAFTA; di mana hanya terfokus pada integrasi ekonomi saja. Di dalam model
NAFTA ini, masih ada dua sub-bagian yang berbeda, yaitu:
a. Pendekatan Economic Partnership Agreement (EPA) yang diadvokasi oleh Jepang
yang berusaha untuk merumuskan perjanjian yang komprehensif termasuk
perdagangan barang, jasa, dan bahkan terkadang perlindungan lingkungan dan hak
kekayaan intelektual.
b. Pendekatan yang kedua cemderung lebih sempit dna hanya terfokus pada
perdagangan barang-barang saja.

III. The criteria for selection of negotiating partners

Ketika kita melihat daftar negara-negara atau wilayah-wilayah yang telah atau sedang
bernegosiasi dengan Cina, maka hasilnya sedikit mengacak. Untuk memulai, kita bisa melihat
dari tiga rekan utama perdagangan Cina yaitu Uni Eropa, Amerika, dan Jepang. Lebih
jauhnya, mungkin kita bisa melebar ranah kajian menjadi top ten trade partners Cina yang di
dalamnya termasuk ASEAN, Singapura, dan Hong Kong, telah menjalin FTA dengan Cina.
Satu kesimpulan tentatif yang bisa kita kutip dari fakta di atas adalah bahwa volume
perdagangan sepertinya bukanlah faktor yang begitu penting bagi Cina dalam menyeleksi
rekan perdagangan. Lantas, apakah yang menjadi dasar Cina dalan memilah-milih rekan
dagangnya? Dalam wawancara yang dilakukan pada Mei 2007, Wakil Menteri Yi Xiaozhun
MOFCOM menberikan beberapa kriteria:

1. Negara tersebut memiliki hubungan politik dan diplomatik yang baik dengan Cina,
2. Struktur ekonomi negara tersebut memili pola yang komplementer terhadap Cina,
3. Negara itu mempunyai pasar domestic yang substansial atau memiliki pros FTA di
regional tertentu,
4. Memiliki kemauan untuk menyatukan niat dan kepentingan dalam membangun FTA
dengan Cina.

IV. Negotiating objectives


Pada dasarnya FTA adalah sebuah jaringan yang akan mengungkapkan maksud Cina
sebagai berikut:
1. Dengan adanya Regional Trade Partners (RTA), Cina telah berusaha untuk
memperjuangkan keseimbangan bagi eksistensinya,
2. Dengan mengecualikan ASEAN, Singapura dan Australia, Cina tidak memiliki rekan
RTA (di Asia Timur) yang menjadi rekan perdagangan yang cukup besar bagi Cina.
3. Semua hal menyangkut ekonomi yang telah memasuki atau akan memasuki RTA dengan
Cina telah menyadari konsekuensi dari status pasar ekonomi Cina.
4. Dalam hal pola perdagangan, rekan RTA biasanya mengekpor bahan mentah, produk
energi, atau produk agrikultur ke Cina, sementara mereka mengimpor sebagian besar
berupa produk tektil dan produk elektronik dari Cina.
5. Skema terbesarnya adalah FTA juga menyediakan jalan bagi Cina untuk membangun
rasa saling percaya dengan negara di seluruh dunia dan untuk mencitrakan dirinya
sebagai sebuah kemunculan kekuatan yang dermawan.
6. Faktor Taiwan.

B. PEMBAHASAN

Strategi dan usaha yang dilakukan Cina untuk memiliki kelompok integrasi ekonomi
di kawasan Asia Timur memang akan sulit terelisasi mengingat kondisi geopolitik di kawasan
Asia Timur yang sangat sulit untuk diintegrasikan. Ada begitu banyak konflik kepentingan
yang politik kerap terjaid di kawasan tersebut, seperti sengketa Pulau Senkaku dengan Jepang
yang turut menyeret nama Amerika yang disinyalir selalu mau ikut campur permasalahan
politik luar negeri Cina, sengketa Cina dengan Taiwan terkait status Taiwan yang tidka ingin
diakui sebagai bagian dari Cina hingga Cina mengeluarkan kebijakan One China Policy,
ketertutupan Korea Utara yang menimbulkan kesulitan untuk melakukan hubungan
kerjasama ekonomi, dan permasalahan-permasalahan lainnya.

Memang benar jika Cina bukanlah negara yang akan berdiam diri saja jika satu jalan
tertutup baginya. Cina tidak akan mau ketinggalan oleh gelombang integrasi-integrasi yang
terbentuk di berbagai regional di dunia ini seperti dengan kemunculan regionalisme di
Amerika Latin (Mercosur, 1991), Asia Tenggara (AFTA, 1992), dan Amerika Utara
(NAFTA, 1992) serta keeratan yang semakin terlihat pada integrasi ekonomi di Eropa
melalui formasi Uni Eropa (Maastricht Treaty, 1992) di mana ia akan menggunakan
kepiawaiannya untuk bermain dna memanfaatkan keberadaan organisasi ekonomi regional ini
dengan menjadikan organisasi regional tersebut sebagai pasar yang potensial bagi pemasaran
produk Cina dan untuk mencari bahan mentah. Pasar perdagangan Cina yang semakin lama
semakin besar mengharuskan Cina untuk berpikir inovatif untuk mencari probabilitas pasar di
berbagai alternatif wilayah.
Cina jelas memerlukan sebuah lingkungan internasional yang nyaman dan tenteram
untuk terus mengelaborasi sektor ekonomi yang dimilikinya. Apalagi saat ini dunia berdiri di
atas pondasi politik multilateral yang mengedepankan win-win solution dibandingkan zero
sum game. Keadaan demikian ini akan memperkecil kemungkinan untuk perang dingin,
namun justru akan lebih banyak menggunakan jalan damai yang mana hal ini sangat
diidamkan Cina karena akan sangat berguna bagi Cina dalam memperjuangkan kepentingan
nasionalnya melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan.

Cina, dalam hal perdangan internasional, telah memilih model FTA yang lebih sempit
yaitu model yang hanya bekerjasama di bidang ekonomi dan mengutamakan produk berupa
barang. Dapat disimpulkan dari sikap Cina sendiri yaitu memang normalnya Cina mau
memulai perjanjian perdagangan hanya pada barang-barang saja dan hanya akan
mengeskpansikan perdagangan di bidang jasa dan investasi setelah komitmennya terhadap
perdagangan barang telah sukses diimplementasikan. Hal ini dikarenakan Cina adalah negara
yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan barang dengan efektif dan efesien sehingga
produk-produknya yang berupa barang itu bisa berkompetisi dan bahkan mendominasi di
kancah internasional, maka kemudian tidaklah heran kalau objek pergangan Cina yang paling
utama adalah hasil produksinya berupa barang.

Cina yang memiliki beberapa kriteria dalam mencari rekan kerjasama memang pakem
dalam tujuan-tujuan ekonominya. Negara yang ia jadikan rekan kerjasama harus memenuhi
beberapa kriteria yang kemudian berdasarkan criteria ini Cina bisa membuat suatu strategi
untuk memaksimalkan keuntungan dari hubungan kerjasama tersebut. Beberapa criteria
tersebut antara lain:

1. Negara tersebut memiliki hubungan politik dan diplomatik yang baik dengan Cina
karena Cina sendiri sebenarnya negara yang sangat mengutamakan jalur damai bagi
kerjasama internasionalnya. Cina menjalin hubungan bertahun-tahun dengan harmonis
melalui jalur ekonomi, jikapun ada kerikil-kerikil kecil yang mengusik hubungannya
maka Cina akan mengambil sikap untuk menyelesaikan masalah itu bukan dengan
militer tetapi penyelesaian melalui ekonomi juga. Sektor ekonomi ini dijadikan soft
power bagi Cina untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya.
2. Struktur ekonomi negara tersebut memiliki pola yang komplementer terhadap Cina yang
artinya produk Cina tidak akan tersisih karena tidka adanya spesifikasi. Cina menjalin
negara dengan faktor produksi yang berbeda level atau sekaligus berbeda produk. Hal ini
unutk mengurangi kompetisi tanpa spesialisasi atau spesifikasi produk yang dipasarkan.
3. Negara itu mempunyai pasar domestik yang substansial atau memiliki prospek FTA di
regional tertentu karena Cina adalah negara dengan faktor produksi yang menghasilkan
barang-barang dalam jumlah besar. Oleh karena itu penting bagi Cina untuk menjalin
hubungan kerjasama dengan negara yang mempunyai segmen pasar yang besar. Hal ini
untuk menyelamatkan hasil produksinya.
4. Memiliki kemauan untuk menyatukan niat dan kepentingan dalam membangun FTA
dengan Cina, dalam arti Cina tidak akan menjalin hubungan kerjasama yang tidak stabil
yang akan mengusik kemajuan ekonominya kedepannya.

Memang bagi Cina bukanlah hal yang mudah untuk berdiri di antara ekonomi dan
demokrasi karena Cina sebenarnya adalah sebuah negara yang jika terjadi sedikit gejolak
politik bisa berdampak besar terhadap stabilitas keamanan domestic yang tentunya bisa
mengganggu semua sektor kehidupan masyarakat hingga ke pemerintahan. Namun, Cina
sudah sangat mengenal dan memahami dirinya sendiri dan bahkan mengenal lawannya
sehingga peluang Cina untuk menjadi superpower cukup potensial terealisasi. Saat ini dalam
beberapa pertemuan bahkan AS kerap meminta Cina mengembangkan ekonomiyang tidka
tergantung dengan ekspor, ini mengisyaratkan bahwa AS sebagai negara superpower mulai
mengambil langkah-langkah proteksionismenya terhadap progress luar biasa yang dimiliki
Cina.

C. KESIMPULAN

Dalam segala bentuk negosiasi FTA, china telah menjadi pemain yag sangat aktif baik
secara regional maupun innternasional. Progres yang ada di Cina juga sangat cepat dan
tumbuh dengan baik. Saat ini cina adalah bangsa perdagangan yang paling penting di dunia,
terkait posisinya sebagai negara eksportir pertama di dunia, yang artinya segala jenis
kebijakan yang diimplementasikan oleh cina akan berdampak luas secara global. Apalagi
negara-negara yang mempunyai hubungan ekonomi dan perdagangan yang cukup intens
dengan Cina pasti akan sangat merasakan setiap pergerakan yang dilakukan oleh Cina.

Dalam makalah ini dicantumkan berbagai analisa yang cukup kritis mengenai strategi
kebijakan yang dilakukan oleh Cina terhadap FTA, baik dari segi tujuan perdagangan, model
perdagangan, negosiasi perdagangan, dll. Penjabaran yang diberikan diharapkan bisa member
pemahaman fundamen mengenai tingkah laku ekonomi dan perdagangan yang dimiliki Cina
sehingga kemudian dapat dilakukan analisa lebih mendalam mengenai fenomena dan realita
yang terjadi seputar kegiatan ekonomi dan perdagangan Cina.

Secara ekplisit saat ini Cina mempunyai kemampuan menggunakan pengaruh


ekonominya untuk memaksimalisasi kepentingan nasional negaranya karena jaringan yang ia
bangun sangat diperhitungkan di kancah internasional bukan hanya sekedar kemampuan
verbal, seperti diplomasi, tetapi yang lebih krusial yaitu melalui sektor ekonomi. Sektor
ekonominya yang sangat powerful telah memberikan Cina posisi tawar yang sangat
signifikan di dunia perekonomian dewasa ini. Siapapun pasti mau bekerjasama dengan Cina
saat ini karena kepemilikannya atas faktor produksi yang mampu menghasilkan produk-
produk yang meroket di pasar internasional.

Cina juga meraup keuntungan dari segi foreign direct investment (FDI) di mana saat
ini banyak perusahaan yang menanamkan modal jangka panjang di Cina dengan
pertimbangan bahan mentah yang melimpah dan tenaga kerja yang murah serta stbilitas
politik di Cina yang cukup baik. Cina saat ini adalah negara yang paling untuk tujuan
investasi. Nah, sekarang bisa dibayangkan posisi tawar Cina yang sangat tinggi di dunia
internasional.

Вам также может понравиться