Вы находитесь на странице: 1из 4

KEJANG DEMAM

A. Definisi
Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan demam (suhu >38,40C rektal)
tanpa adanya infeksi sistem saraf pusat, gangguan elektrolit akut, terjadi pada anak
berusia >1 bulan dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya. Menurut
National Institute of Health (NIH) kejang demam adalah kejadian kejang pada bayi
atau anak yang terjadi antara usia 3 bulan hingga 5 tahun, berhubungan dengan demam
dan tidak didapatkan bukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab kejang lain yang
sudah diketahui (IDAI, 2004; Waruiru & Appleton, 2004).
B. Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2-4% di Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa
Barat, sedangkan di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kejang demam seringkali terjadi
pada usia 6 bulan-3 tahun dengan insidensi tertinggi pada usia 18 bulan. Sekitar 6-15%
terjadi pada usia >4 tahun (Waruiru & Appleton, 2004).
C. Etiologi
Etiologi kejang demam hingga kini belum diketahui. Demamnya sering disebabkan
infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, gastroenteritis, pneumonia,
bronkopneumonia, bronkhitis, tonsillitis, infeksi saluran kemih, dan lain-lain (Staff
Pengajar IKA FKUI, 2005).
D. Faktor Risiko
Faktor risiko utama adalah demam. Faktor risiko lain diantaranya (1) riwayat kejang
demam pada keluarga; (2) perkembangan terlambat; (3) infeksi virus influenza A,
human herpesvirus-6, metapneumovirus; (4) anemia defisiensi besi; (5) asfiksia
neonatorum; (6) vaksinasi; dan (7) kadar natrium rendah. Kejang demam dapat
mengalami rekurensi (30%) dan meningkat (50%) pada anak yang mengalami kejang
demam di usia <1 tahun. Kejadian rekurensi meningkat berkaitan dengan (1) riwayat
kejang fokal, lama, dan multiple; (2) riwayat keluarga dengan kejang demam atau
epilepsi; (3) infeksi virus influenza A; (4) onset kejang demam <12 bulan; (5) suhu
saat kejang <400C; (6) cepatnya kejang setelah demam; dan (6) riwayat kejang demam
kompleks pada kejang demam pertama. (IDAI, 2004; Jones & Jacobsen, 2007).
E. Klasifikasi
Kejang demam dibagi atas 2 jenis, yaitu kejang demam sederhana (simple febrile
seizure) dan kejang demam kompleks (complex febrile seizure) (IDAI, 2004).

Klasifikasi Kejang Demam

Kejang Demam Sederhana Kejang Demam Kompleks


Kejang singkat <15 menit, umumnya Kejang lama > 15 menit
berhenti sendiri
Kejang umum tonik atau tonik-klonik, Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau
tanpa gerakan fokal kejang umum didahului kejang parsial
Tidak berulang dalam 24 jam Berulang atau lebih dari satu kali dalam
24 jam

F. Manifestasi klinik
Kejang terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam. Kejang berupa tonik-klonik,
tonik, klonik, fokal atau akinetik, kejang berhenti sendiri. Pasca kejang anak tidak
bereaksi, setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa
defisit neurologis. Kejang dapat diikuti hemiparesis hemiparesis Todd yang
berlangsung beberapa jam sampai hari. Kejang unilateral lama dapat diikuti oleh
hemiparesis menetap (Staff Pengajar IKA FKUI, 2005).
G. Patogenesis dan Patofisiologi

DEMAM

Metabolisme ↑

Kebutuhan O2 Gangguan Keseimbangan


elektrolit
Metabolisme anaerob
Gangguan potensial aksi

ATP
KEJANG

Gangguan Na+/K+ ATP Ase


Gangguan transport Na+ dan K+, Ca2+

H. Diagnosis
Langkah diagnostik untuk kejang demam adalah:
Anamnesis
a. Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum/saat
kejang, frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab demam di luar susunan saraf
pusat.
b. Riwayat perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsy dalam
keluarga.
c. Singkirkan penyebab kejang lainnya.
Pemeriksaan fisik
Kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsang meningeal, tanda peningkatan tekanan
intrakranial, dan tanda infeksi di luar susunan saraf pusat.
Pemeriksaan penunjang
1. Sesuai indikasi (penyebab kejang demam), meliputi darah perifer
lengkap, gula darah, elektrolit, kalsium serum, urinalisis, dan biakan darah, urin
atau feses.
2. Pungsi lumbal sangat dianjurkan (<12 bulan), dianjurkan (12-18 bulan),
dan dipertimbangkan (>18 bulan) yang dicurigai meningitis.
3. Pemeriksaan CT Scan atau MRI, indikasi berupa ada riwayat atau tanda
klinis trauma kepala, kemungkinan lesi struktural otak dan tanda peningkatan TIK.
4. Elektroensefalograf (EEG) dianjurkan pada kejang demam kompleks.
I. Penatalaksanaan
Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan yaitu:
a. Pengobatan kejang fase akut
Bebaskan jalan napas, cegah respirasi, dan perhatikan keadaan vital. Diazepam
intravena 0,3-0,5 mg/kgBB/kali, dosis maksimal 20 mg, atau diazepam per rektal 5
mg (<10 kg), dan 10 mg (>10 kg). Jika kejang belum berhenti, dapat diulang
dengan dosis sama setelah selang waktu 5 menit. Jika masih kejang, fenitoin 10-20
mg/kgBB/kali. Jika setelah 5 menit selanjutnya masih kejang, fenobarbital 10-20
mg/kgBB/kali.
b. Pengobatan rumatan, diberikan jika: (1) kejang lama >15 menit; (2) ada
kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya paresis Todd,
cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus; dan (3) kejang fokal. Pengobatan
rumatan dipertimbangkan jika: (1) kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24
jam; (2) terjadi pada bayi <12 bulan; dan (3) kejang demam 4 kali/tahun.
c. Pengobatan penyebab
a. Sesuai penyakit yang mendasari
b. Antipiretik

DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2004. Kejang Demam. Dalam : Standar Pelayanan Medis
Kesehatan Anak. Jakarta : Badan Penerbit IDAI : 209.

Jones & Jacobsen. 2007. Childhood Febrile Seizure: Overview and Implications.
International Journal Medical Science, 4 (2) : 110-12. Diakses 19 November 2009.
Available from : URL :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1852399/pdf/ijmsv04p0110.pdf/?
tool=pmcentrez

Staf Pengajar IKA FKUI. 2005. Kejang Demam. Dalam : Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :
Bagian IKA FKUI : 847-8.

Waruiru & Appleton. 2004. Febrile Seizure: an Update. Arch Dis Child. Diakses 19
November 2009. Available from : URL :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1720014/pdf/v089p00751.pdf/?
tool=pmcentrez.
.

Вам также может понравиться