Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KATA SAMBUTAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI …….……………………………………………………………………………………. iii
DAFTAR TABEL .……………………………………………………………………………………. iv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………………………. v
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 23 Contoh Rencana Pola Ruang Layer Permukaan ………………… 59
Gambar 24 Contoh Rencana Pola Ruang Layer Kolom/Badan Laut ……… 59
Gambar 25 Contoh Rencana Pola Ruang Layer Dasar Laut …………………… 60
Gambar 26 Contoh Rencana Pola Ruang Overlay ………………………………… 60
Gambar 27 Konsep Rencana Tata Ruang Laut (Sektor Perikanan) ……… 69
vi
BAB
I PENDAHULUAN
Hasil perencanaan tata ruang Laut /Perencanaan Zonasi laut adalah rencana
tata ruang/rencana zonasi Laut, yang memuat peruntukkan ruang laut
(permukaan laut, kolom laut, dan dasar laut beserta isinya) yang merupakan
arahan dan pedoman pemanfaatan ruang laut. Peruntukan ruang sebagaimana
dimaksud meliputi: Daerah Lindung, Pemanfaatan Terbatas, Kawasan Budidaya,
Ruang laut merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya
yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek
fungsional. Ruang laut berdasarkan aspek administrasi dapat dibedakan menjadi
ruang laut nasional, ruang laut propinsi dan ruang laut kabupaten/kota yang
merupakan satu kesatuan yang utuh baik visi, misi, kebijakan makronya.
Berdasarkan UU No. 26 / 2007, Pasal 6 ayat (3) penataan ruang wilayah nasional
meliputi ruang wilayah yurisdiksi dan wilayah kedaulatan nasional yang mencakup
ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu
kesatuan. Ruang laut ditinjau dari Wilayah yuridiksi dan wilayah kedaulatan nasional
meliputi perairan pedalaman, laut kepulauan dan laut teritorial. Laut teritorial adalah
Laut yang berada di luar garis pangkal ke arah laut lepas, yang bagi suatu nengara
kepulauan berada di sebelah luar garis pangkal lurus kepulauannya, dan lebarnya
maksimum sampai 12 mil laut. Ruang laut dalam konstelasi kedaulatan nasional
dapat meliputi juga wilayah ZEE dan Landas Kontinen (UNCLOS 1982).
Menurut Badan Riset Kelautan dan Perikanan, DKP (2006) pengertian wilayah
selat dan teluk yaitu :
a. Selat ; celah air yang relative sempit yang menghubungkan dua tubuh
perairan yang lebih besar dan secara geografi suatu lintas (passage) sempit
diantara dua masssa daratan atau pulau-pulau tau gugusan pulau yang
menghubungkan dua kawasan laut yang lebih luas. Hanya selat-selat yang
diklasifikasi sebagai “selat internasional”
b. Teluk ; Bagian laut yang sebagian dikelilingi daratan atau bentuk garis pantai
erosional yang disebabkan oleh aktifitas gelombang laut sehingga laut
menjorok kearah daratan
Bentuk lahan asal vulkanik terdiri atas 4 (empat) satuan unit geomorfologi, yaitu :
Bentuk lahan struktural terdiri atas 5 (lima) satuan unit geomorfologi, yaitu :
Bentuk lahan asal pengendapan terdiri atas 7 (tujuh) satuan unit geomorfologi,
yaitu:
1. Endapan lereng pada kaki rangkaian pegunungan dan kaki pegunungan
lipatan cekungan dan teras pleistosene dengan penyebaran di Sumatera
Gambar 1
Peta Potensi Cekungan Migas di Indonesia
Sistem busur Sunda memanjang ± 3000 Km, dimulai dari sebelah barat laut
Andaman sampai sebelah Selatan pulau Sumba. Pada busur kepulauan Sunda
bagian barat (Sumatera), tercatat aktivitas gempa mencapai kedalaman ± 300 Km.
Studi Tomografi Seismik (Puspito et al., 1993) menunjukkan bahwa kedalaman
penunjaman lempeng samudera India mencapai ± 500 Km. Sedangkan di Pulau
Jawa (busur kepulauan Sunda bagian timur yang paling barat) kedalaman aktivitas
gempa tercatat ± 650 Km.
Pada busur kepualauan Sunda bagian timur (Nusa Tenggara), Zona subduksi
ditandai dengan penunjaman lempeng samudera India sepanjang palung Jawa
yang terletak di selatan.
Busur kepulauan Banda ini memanjang dimulai dari selatan pulau Sumba
melengkung sampai ke pulau Seram, sebelah selatan Halmahera. Zona
subduksi yang terjadi merupakan interaksi antara busur kepulauan Banda
Gambar 2
Peta Tektonik Kepulauan Indonesia
Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar
lempeng bumi, patahan aktif aktivitas gunungapi atau runtuhan batuan. Indonesia
terletak pada sabuk gunung berapi yang terbentuk oleh pertemuan lempeng-
lempeng bumi. Sabuk gunung berapi aktif ini dibentuk oleh tumbukan lempeng
Indian-Australia di sebelah selatan, lempeng Eurasia di sebelah utara barat,
lempeng laut Filipina dan lempeng Pasifik di sebelah utara timur. Pergerakan
ketiga lempeng ini menyebabkan Indonesia sangat rentan terhadap bencana alam
yang diakibatkan aktivitas di dalam bumi seperti gempa bumi dan gunung meletus.
Berikut ini digambarkan peta pola-pola gempa bumi yang terjadi di Indonesia.
Gambar 3
Peta Pola Pola Gempa Bumi di Indonesia
(sumber: http://neic.usgs.gov/neis/world/indonesia)
Gempa tektonik yeng terjadi di sekitar zona subduksi atau penunjaman lempeng
adakalanya menyebabkan terjadinya tsunami. Gelombang tsunami terjadi karena
adanya gaya impulsif yang bersifat transient. Gempa tektonik yang terjadi di
sekitar zona subduksi antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia merupakan
contoh penyebab musibah tsunami di Aceh dan Pesisir Selatan Pulau Jawa.
Gambar 4
Ilustrasi Zona Maritim Indonesia berdasarkan Konvensi Hukum Laut 1982
A. Ekosistem Pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah
pasang surut. Ekosistem ini dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut.
Organisme yang hidup di dalamnya memiliki adaptasi struktural sehingga dapat
melekat erat di substrat keras.
B. Ekosistem Mangrove
Mangrove, merupakan ekosistem utama di wilayah pesisir, terutama pada
wilayah tropis. Ekosistem tersebut merupakan salah satu ekosistem alamiah
penting yang memiliki nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Beberapa jenis
mangrove yang sering dijumpai di pesisir Indonesia antara lain : Avicennia,
Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lumnitzera,
Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda dan Conocarpus.
C. Ekosistem Estuaria
Estuaria merupakan salah satu bentuk atau tipe yang terjadi di pantai, dan
merupakan suatu tempat yang spesifik, dimana terdapat 2 (dua) faktor prinsipal
yang mempengaruhi suatu keadaan hidroninamisme dari estuaria : aliran air
sungai dan arus pasang surut, dimana pada saat pasang, air laut akan masuk
dan mempengaruhi kadar salinitas serta kualitas air yang ada didalam estuaria
tersebut. Biasanya, daerah hilir sungai atau estuaria selalu dihubungkan dengan
substrat berlumpur dan biota atau organisme yang hidup di air payau.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam,
ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing,
kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut
yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju
habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata
semi air, yaitu unggas air.
Ada beberapa karakteristik lokasi tempat ekosistem ini tumbuh antara lain :
Umumnya tumbuh di dekat pantai di daerah tropis dengan jarak maksimal 2 mil
dari garis pantai dan dengan kedalaman 10 meter
Wilayah perairan yang selalu hangat sepanjang tahun merupakan tempat
sangat ideal bagi pertumbuhan karang. Syarat kecerahan perairan tempat
tumbuhnya karang yaitu berkisar 18 – 340C, dan salinitas antara 30 – 38 0/0.
Terumbu karang memiliki banyak fungsi ekologis dan biologis bagi perbagai jenis
biota laut yang hidup bersimbiosa dengan karang, antara lain :
Ada beberapa peran penting yang dimiliki oleh ekosistem ini, antara lain :
1. Dalam bidang perikanan; sebagai tempat pembesaran, mencari makan,
daerah perlindungan dan memijah bagi berbagai jenis ikan penting. Pada
ekosistem ini sering dijumpai jenis biota laut yang saat ini menjadi jenis biota
laut yang dilindungi, yaitu dugong dan kuda laut (Hypocampus kuda).
2.2.5.1 Ikan
Potensi perikanan dikelompokkan berdasarkan habitatnya yakni :
B. Ikan Demersal :
Yaitu ikan yang sebagian besar dari masa hidupnya berada atau dekat dengan
dasar perairan, ikan damersal umumnya berenang tidak berkelompok (soliter).
Sumberdaya ikan damersal terbagi dua berdasarkan ukuran yaitu ikan damersal
besar sepertin kelompok kerapu (grouper), kakap (snaper) dan ikan damersal
kecil seperti kelompok siganid (baronang) Upenid (Upeneus spp). Berikut adalah
jenis-jenis ikan damersal :
Manyung (Marine catfish), Kuro/Senangin (Giant threadfish), Bawal Hitam (Black
Pomfret), Bawal Putih (Silver Pomfret), Gulamah/Samgeh (Croackers/Drums),
Swanggi/Mata besar (Big eyes), Tigawaja/Gulamah (Bearded croaker), Layur
(Hairtail/Cuttlass fishes), Ikan Sebelah (Langkau) (Indian halibut), Beloso
C. Ikan Karang :
2.2.5.2 Crustacea :
Habitat hidup jenis organisme ini berada pada laut neritik dan laut lepas
2.2.5.3 Molusca :
A. Kerang-kerangan (Oyster) :
B. Cepalopoda (Cepalopoda) :
Cumi-cumi, Enus (Squid), Sotong, Blekutak (Cuttlefish), Gurita (Octopus),
dan Notilus (Chambered nautilus).
C. Siput/Keong :
Mata kucing (Blue green cat eye), Lola, Susubunder (Top shell), Kepala
kambing (Fimbriate helmet), Taburik, kepala kambing (Horned helmet),
Keong terompet, Onem (False trumpet shell), Concong raja, lolonggok,
Serobong batik (Triton shell), Nang-punangan (Noble voluta), dan Keong
pepaya, Taburi (Aethiopian melon).
Habitat hidup jenis organisme ini berada pada laut neritik dan laut lepas
Rumput laut adalah salah satu sumberdaya hayati yang terdapat di wilayah
pesisir dan laut. Dalam bahasa inggris, rumput laut diartikan sebagai seaweed.
Sumberdaya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang berasosiasi dengan
keberadaan ekosisitem terumbu karang. Hidupnya bersifat bentik di daerah
perairan yang dangkal, berpasir, berlumpur atau berpasir dan berlumpur, daerah
pasut jernih dapat hidup di atas substrat pasir atau menempel pada karang mati,
potongan kerang dan subtrat yang keras lainnya, baik terbentuk secara alamiah
atau buatan (artificial).
Jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan adalah Eucheuma sp., Gelidium
sp., dan Gracilaria sp. Di samping sebagai bahan untuk industri makanan seperti
agar-agar, jelly food dan campuran makanan seperti burger dan lain-lain, rumput
Pasang surut merupakan perubahan muka air laut yang hampir periodik.
Pengaruh pasang surut laut terhadap pembentukan morfologi pantai umumnya
tidak terlalu besar dibandingkan pengaruh gelombang dan arus laut. Pasang
surut sangat dipengaruhi oleh bentuk geometri suatu kawasan. Pada daerah
tertentu, pasang surut dapat berpengaruh hingga jauh ke arah daratan, sedang
IX Telekomunikasi/ListrikKabel Statis x x x
XI Energi Statis x x x x x
1. Titik Awal adalah titik koordinat yang terletak pada garis pantai untuk
menentukan garis dasar (lihat gambar 5)
Gambar 5
Titik Awal dan Garis Pantai sebagai acuan penarikan garis dasar
2. Garis Dasar adalah garis yang menghubungkan antara dua titik awal dan
terdiri dari garis dasar lurus dan garis dasar normal.
3. Garis dasar lurus adalah garis lurus yang menghubungkan dua titik awal
berdekatan dan berjarak tidak lebih dari 12 mil. (Lihat gambar 2)
4. Garis dasar normal adalah garis antara dua titik awal yang berhimpit
dengan garis pantai.
5. Mil laut adalah jarak satuan panjang yang sama dengan 1.852 meter.
6. Pulau adalah daratan yang terbentuk secara alamiah dan senantiasa
berada di atas permukaan laut pada saat air pasang.
2. Pelacakan batas
Pelacakan batas dimaksud pada tahapan ini adalah kegiatan secara fisik
di lapangan untuk menyiapkan rencana titik acuan yang akan digunakan
sebagai titik referensi. Sebagai hasil kegiatan pelacakan ini dapat ditandai
dengan dipasangnya titik referensi atau pilar sementara yang belum
ditentukan titik koordinatnya.
Gambar 6
Contoh penentuan titik awal dan garis dasar
(garis dasar lurus dan garis dasar normal)
5. Pengukuran batas
Dalam pengukuran batas terdapat tiga kondisi yang berbeda yakni pantai
yang bebas, pantai yang saling berhadapan dan pantai saling
berdampingan. Untuk pantai yang bebas pengukuran batas sejauh 12 mil
laut dari garis dasar (baik garis dasar lurus dan atau garis dasar normal).
Atau dengan kata lain membuat garis sejajar dengan garis dasar yang
berjarak 12 mil laut atau sesuai dengan kondisi yang ada. Pengukuran
batas kondisi ini dapat dilihat pada gambar 7.
12 mil
Gambar 7
Contoh penarikan garis batas bagi daerah yang
berbatasan dengan laut lepas atau perairan kepulauan.
DAERAH A
DAERAH B
Gambar 8
Contoh penarikan garis batas dengan metode garis tengah
(median line) pada dua daerah yang berhadapan
DAERAH A
DAERAH B
Gambar 9
Contoh penarikan garis tengah dengan metode Ekuidistan
pada dua daerah yang berdampingan
12 mil
Pulau
Kecil
4 mil
> 24 mil
12 mil
4 mil
Gambar 10
Contoh penarikan garis batas pada pulau kecil yang berjarak lebih dari
2 kali 12 mil namun berada dalam satu provinsi.
Pulau
Kecil
4 mil
< 24 mil
12 mil
4 mil
Gambar 11
Contoh penarikan garis batas pada pulau kecil yang berjarak
kurang dari 2 kali 12 mil namun berada dalam satu provinsi.
> 24 mil
Pulau
Kecil 4 mil
> 24 mil
12 mil
4 mil
Gambar 12
Contoh penarikan garis batas pada
pulau-pulau kecil yang berada dalam satu provinsi.
Prov.A
4 mil
< 24 mil
12 mil
4 mil
Prov. B
Gambar 13
Contoh penarikan garis batas pada pulau kecil yang berjarak kurang
dari 2 kali 12 mil dan berada pada provinsi yang berbeda
= laut provinsi
= laut kabupaten dan kota
= daratan
Tabel 1
Design Kebutuhan Data Perencanaan
METODE
NO. DATA KETERANGAN FUNGSI
PENGUMPULAN
1. Karakteristik fisik : Data primer Data primer diperoleh dari Navigasi / Pelayaran,
a. Iklim pengukuran langsung di Perikanan, Pertambangan &
Temperatur, lapangan (menggunakan Energi
angin, curah hujan termometer, barometer, atau
pengamatan di stasiun
pengukuran)
b.Hidro- oseanografi Data Primer : Data primer dapat diperoleh Navigasi / Pelayaran,
- Bathimetri Pengukuran di lapangan dengan melakukan pengukuran Pertambangan & Energi
di lapangan melalui alat Echo
Sounder/LIDAR. Kegunaan
melakukan survey langsung
dapat diketahui kondisi
bathimetri secara realtime.
- Suhu, Data primer : Data primer dilakukan dengan Ristek, Perikanan, Wisata
Kecerahan pengukuran di lapangan melakukan survey langsung ke
lapangan dengan melakukan
pengukuran suhu dengan alat
bantu termometer.
- Salinitas, Arus, Data primer : Data primer dapat diperoleh Ristek, Navigasi/Pelayaran,
Pasang-surut, pengukuran di lapangan dengan melakukan pengukuran Perikanan, Pertambangan &
Gelombang melalui alat pengukuran : SCT energi, Wisata
Data Sekunder : data (Salinity Conductivity
salinitas (LIPI) Temperatur) meter & CTD
(Conductivity Temperature
Depth) probe
c. Ekosistem pesisir Data primer : observasi Data primer dilakukan dengan Perikanan, Wisata
lapangan melakukan pengamatan
langsung di lapangan, sekaligus
melakukan ground check dari
hasil interpretasi citra.
4. Spesies/Biota Data primer : Data primer diperoleh dengan Ristek, Perikanan, Wisata
(Biota darat dan biota pengamatan di lapangan pengamatan langsung di
perairan) lapangan seperti dengan diving
Tabel 2
Berbagai Kegiatan Pembangunan di Wilayah Pesisir dan Lautan
Informasi
Peta, grafik, diagram, table, gambar, diskripsi
Petunjuk Teknis Perencanaan Tata Ruang Laut 41
3.1.3. Pendekatan Metoda Analisa
Analisa Kebijakan
Kebijakan dan peraturan perundangan yang ada harus dijadikan sebagai dasar
perencanaan yang dilakukan. Kebijakan dan peraturan perundangan yang
dimaksud dalam hal ini meliputi kebijakan dan peraturan perundangan yang
ditetapkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah provinsi,
kabupaten dan kota, atau bahkan kebijakan internasional, khususnya bagi
daerah yang berbatasan dengan negara lain.
Analisa Fisik
Data-data dasar yang diperoleh, baik dari hasil survey primer maupun sekunder,
dapat dianalisa menggunakan metoda overlay dengan Geographical Information
System (GIS), atau metoda pendekatan lain yang sejenis. Analisa fisik ini
dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi fisik wilayah yang
akan direncanakan untuk mengidentifikasi lokasi-lokasi yang bisa digunakan
atau tidak bisa digunakan untuk pengembangan suatu kegiatan. Lokasi ini
mencakup 3 (tiga) dimensi yaitu permukaan, badan/kolom dan dasar laut.
Analisa Ekonomi
Sifat unik wilayah laut yang ditandai dari sifat dinamis sumberdaya-nya,
menuntut para perencana untuk melakukan analisa yang signifikan terhadap
potensi ekonomi yang dapat diperoleh suatu wilayah dari sumberdaya laut yang
ada. Keterbatasan ketersediaan data sekunder mengenai sumberdaya laut,
boleh menjadi suatu kendala untuk memperoleh hasil analisa yang akurat.
Survey primer merupakan hal prioritas yang perlu dilakukan untuk memperoleh
hasil analisa ekonomi yang akurat. Salah satu pendekatan metoda analisa
Proses analisis penyusunan rencana tata ruang laut/rencana zonasi laut yang
akan melibatkan multi sektor meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:
Gambar 15
Proses analisis penyusunan rencana tata ruang laut/rencana zonasi laut
yang akan melibatkan multi sektor
Proses analisis penyusunan rencana tata ruang laut/rencana zonasi laut untuk
satu sektor tertentu meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:
Gambar 18
Matriks Hubungan Fungsional
Proses analisis tersebut diatas, yaitu proses analisis tata ruang laut/rencana
zonasi laut yang multi sektor maupun proses analisis tata ruang laut/zonasi laut
yang satu sektor, harus memperhatikan konstelasi suatu area perencanaan
terhadap wilayah yang lebih luas. Untuk daerah yang memiliki laut berbatasan
dengan negara atau daerah lain, maka proses analisis yang dilakukan
mempertimbangkan keberadaan negara atau daerah lain yang berbatasan
langsung, maupun negara atau daerah lain yang memiliki keterkaitan secara
tidak langsung dengan daerah atau area yang direncanakan.
Gambar 19
Prinsip Dasar Perencanaan Ruang Laut
1. Kegiatan yang berlangsung pada ruang laut bersifat dinamis dan statis.
Contoh konkrit aktivitas di laut yang bersifat dinamis adalah kegiatan
pelayaran, alur migrasi ikan dan aktivitas wisata bahari, seperti snorkling,
diving, selancar. Sementara itu contoh aktivitas di laut yang bersifat statis
adalah, permukiman atas air, Rig pertambangan, bagan tancap, bagan
apung, dll.
2. Ruang laut memiliki tiga dimensi yaitu permukaan, kolom dan dasar laut.
Pada masing-masing dimensi dapat dilakukan aktivitas yang berbeda dalam
suatu zona yang sama, dan bisa dalam waktu yang sama pula. Contoh
konkrit adalah penggunaan dasar laut untuk kabel pipa bawah laut, kolomnya
untuk daerah migrasi ikan dan permukaannya untuk alur pelayaran, dan
masih banyak kombinasi kegiatan yang lain, baik antara kegiatan yang statis,
antara kegiatan yang dinamis atau kombinasi kegiatan statis dan dinamis.
3. Penetapan jangka waktu perencanaan, prediksi jangka waktu perencanaan
ruang laut dipengaruhi oleh sumberdaya (resources) yang dikembangkan
oleh masing-masing kegiatan. Generalisasi jangka waktu perencanaan,
seperti yang dilakukan dalam merencanakan ruang darat, menjadi suatu
kendala dalam menyusun rencana tata ruang laut apabila kegiatan yang
dikembangkan pada suatu lokasi tertentu berdasar pada sumberdaya
(resources) yang ada di lokasi tersebut.
o
KEC.
ad K ab u p at en
eM
an TALAWAAN RENCANAJALANTOLMANADO-BITUNG
46 M in a h a sa U t ara
o
K
(ALTERNATIF I : MANADO-DIMEMBE-BITUNG)
na d
115
Ma
BANDARA
49 RENCANAJALANTOLMANADO-BITUNG K o ta
Ke
K o ta
SAMRATULANGI (ALTERNATIF II : MANADO-KAWANGKOAN-AIRMADIDI-KAUDITAN-BITUNG) Manado
B it u n g
Talawaan 107 K o ta
69 To m o h o n
KOTAMANADO
KEC. KOTA BITUNG K a b u pa t e n
M in a h a s a
DIMEMBE In d u k
50 K a b u pa t e n
M in a h a s a
Dimembe 34 S e la ta n
1 30’ LU
PPSR Fungsi :
eh
Ke
Bit
K a b u pa t e n
- Perumahan B o la n g M o n g o n d o w
Kawangkoan G. Klabat - Perkantoran Pemerintahan
t
la
KEC. 65
KEC.
Se
160000 mU AIRMADIDI
KALAWAT IN D E K S P E TA
AIRMADIDI
32 59RENCANAJALANTOLMANADO-BITUNG
Fungsi : NAM A TTD
(ALTERNATIF III : MANADO-SUKUR-AIRMADIDI-KAUDITAN-BITUNG)
- Perkebunan
- Sawah PPR
- Perumahan
KABUPATEN PPL
Kauditan
Fungsi :
- Perkebunan 157
D IG A M B A R
MINAHASAINDUK 63
5 106 - Sawah D IP E R I K S A
124 - Perumahan
C (2
KEC.
Kema D IS E T U J U I
KAUDITAN
)
29
10s
9 153
Sum ber : - Peta R upabumi Indones ia S kala 1 : 50.000,
PPL 115 531
17 m
B AK O SURTANA L, 1991.
K
50 - Review RT RW Kabupaten M inahasa Tahun 1996.
e
KEC.
1 2M
50
200
KABUPATEN
MINAHASA INDUK 129
140000 mU 73
DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN
DIREKTORAT JENDERAL PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
720000 740000 760000 mT DIREKTORAT TATARUANG PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
680000 mT 700000
13
Gambar 21
Contoh Rencana Struktur Ruang Laut Multi Sektor
Sumber: Buku Rencana Tata Ruang Pesisir dan Laut Kabupaten Minahasa
Utara, Dit. TRLP3K, Ditjen KP3K, DKP, 2005
Gambar 22
Contoh Rencana Pola Ruang satu sektor
Gambar 23
Contoh rencana pola ruang layer permukaan laut
Rencana pola ruang pada layer permukaan laut tersebut mendeliniasi batasan
area lisensi yang diperoleh suatu perusahaan untuk mengeksplorasi sumberdaya
kelautan dan batasan area rekreasi pelayaran, serta jaringan alur (rute) kapal
wisata, juga area aktif ekplorasi.
Gambar 24
Contoh rencana pola ruang layer kolom/badan laut
Gambar 25
Contoh rencana pola ruang layer dasar laut
Rencana pola ruang pada layer dasar laut tersebut mendeliniasi lokasi
konservasi dan lokasi cagar alam laut dan cagar budaya laut.
Gambar 26
Contoh rencana pola ruang laut overlay
Indikasi Program
Rencana Tata Ruang/Rencana Zonasi Laut yang telah selesai disusun, perlu
dilengkapi dengan indikasi program. Proses penentuan indikasi program untuk
rencana tata ruang/rencana zonasi laut similar dengan penentuan indikasi
program rencana tata ruang darat. Indikasi program merupakan tahapan proses
pelaksanaan perencanaan yang telah disusun.
3.2. Kelembagaan
Mengacu pada UU no 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, rencana tata
ruang/rencana zonasi laut disusun secara terintegrasi antara ruang darat, ruang
udara dan ruang dalam bumi untuk menghasilkan suatu Rencana Tata Ruang
(RTRW) Provinsi/Kabupaten/Kota. Bappeda bertangung jawab untuk
mengintegrasikan penyusunan RTRW ini. Fokus untuk substansi rencana tata
ruang/rencana zonasi laut, Dinas Perikanan dan Kelautan
Provinsi/Kabupaten/Kota mengemban tugas untuk menjabarkan rencana tata
ruang/rencana zonasi laut dan bertanggungjawab untuk menyampaikan muatan
rencana tata ruang/rencana laut ini kepada Bappeda yang selanjutnya
berkoordinasi dengan sektor terkait lain. Kementerian Kelautan dan Perikanan
memfasilitasi Dinas Perikanan dan Kelautan untuk menyusun substansi materi
rencana tata ruang/rencana zonasi laut. Kelembagaan yang bertugas untuk
mengimplementasikan rencana tata ruang/rencana zonasi laut mutlak perlu ada.
Struktur kelembagaan diperlukan untuk mengimpementasikan rencana tata
ruang/rencana zonasi laut berdasarkan indikasi program yang dikeluarkan
melalui rencana tata ruang/rencana zonasi laut yang dibuat. Contoh struktur
kelembagaan dalam rangka implementasi rencana tata ruang/rencana zonasi
diuraikan pada lampiran buku ini.
Selain itu, hal tersebut perlu didukung pula melalui pemanfaatan sumberdaya
yang ada, disertai dengan peningkatan dan penguatan potensi sumberdaya
manusia yang berorientasi pada pengembangan produksi perikanan.
Salah satu strategi yang dapat dilakukan guna menangani konflik ini adalah
penyelengaraan forum-forum atau pertemuan untuk menyatukan persepsi
tentang pemanfaatan ruang laut. Sela]in ini tindakan aksi dalam rangka
memecahkan konflik yang terjadi dapat dibangun melalui penyelenggaraan
kerjasama ekonomi.
Berkaitan dengan pemanfaatan ruang untuk bagan tancap dan rakit kerang hijau,
serta menanggapi konflik yang banyak terjadi, maka hal pokok yang perlu
dilakukan adalah melakukan pengaturan terhadap pemanfaatan ruang perairan.
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan dalam menunjang kegiatan ini adalah
relokasi nelayan. Pengaturan pemanfaatan ini harus disusun dengan
melibatkan semua pihak yang terkait, yaitu pemerintah daerah, para nelayan,
serta pihak-pihak yang terkait dengan pemanfaatan ruang di perairan tersebut,
seperti pelindo, dll. Selanjutnya konsistensi pemanfaatan ini harus diikuti dengan
upaya pengawasan yang tertib dan kontinu melalui implementasi hukum yang
mengedepankan konsistensi dan konsekuensi penegakan sangsi hokum”.
Pengembangan Kawasan Teluk Jakarta ini di titik beratkan pada upaya penataan
bagan tancap dan rakit kerang hijau yang berorientasi pada konsep
pembangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Oleh karena itu
pemanfaatan ruang yang dilakukan harus berpengaruh pada upaya peningkatan
hasil produksi yang diharapkan serta dapat mendeliniasi konflik-konflik
pemanfaatan yang terjadi. Hasil produksi yang tinggi dari penggunaan bagan
tancap dan rakit kerang hijau dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
1. Daerah fishing ground memiliki kadar clorofil yang cukup tinggi, sehingga hal
ini akan mempengaruhi jumlah produksi yang tinggi pula;
2. Pencahayaan, artinya bahwa cahaya bulan yang ada akan berpengaruh
pada peredaran ikan yang ada, semakin banyak cahaya, maka posisi ikan
akan semakin terpencar, tetapi jika pencahayaan terfokus pada satu titik
(lampu petromak), maka ikan biasanya akan mengumpul;
3. Kerapatan jarak antar bagan dan rakit kerang hijau ternyata akan
berpengaruh pada hasil produksi, dimana ada jarak optimal yang harus
diterapkan untuk memperolah hasil produksi yang tinggi.
Proses 1 :
Proses yang dibangun atas dasar ekosistem laut yang ada dengan prioritas
karakteristik masing - masingnya . Proses ini melihat apakah aktivitas maupun
saat ini sudah sesuai dengan daya dukung ekologis.
Proses 2:
Merupakan proses yang dibangun atas dasar data kesesuaian dengan
pemanfaatannya dari ruang laut yang dijadikan wilayah penelitian dalam ini
adalah ruang laut Kabupaten Minahasa Utara.
Proses 3:
Proses pada kebijakan penataan ruang (RTRW Kabupaten Minahasa Utara).
Rencana penataan ruang yang sudah dibuat dijadikan dasar untuk analisis
terhadap fungsi masing – masing kawasan.
Proses 4:
I. Kawasan Wori 1. Rencana penyebaran jumlah penduduk APBD I/II Dinas Tata
Pemerintahan dan
Bappeda Kabupaten
Minahasa Utara
2. Konsulidasi tanah dan pembangunan Dinas PU, dan
perumahan. APBD/Pemda
Bappeda Kab.
Swasta
Minahasa Utara
3. Konsulidasi tanah dan pembangunan Dinas PU, dan
fasilitas Pemerintah. APBD/Pemda
Bappeda Kabupaten
Swasta
Minahasa Utara
4. Konsulidasi tanah dan pembangunan Dinas PU, dan
APBD/Pemda
fasilitas : pendidikan, kesehatan, Bappeda Kab.
Swasta
keagamaan, dll. Minahasa Utara
5. Konsulidasi tanah dan pembangunan Dinas PU, dan
APBD/Pemda
infrastruktur (jalan dan jembatan). Bappeda Kab.
Swasta
Minahasa Utara
6. Konsulidasi tanah dan pembangunan Dinas PU, DKP, dan
APBD/Pemda
tempat pendaratan ikan (TPI) Bappeda Kabupaten
Swasta
Minahasa Utara
7. Konsulidasi tanah dan pembangunan Dinas PU, Bappeda,
APBD/Pemda
pelabuhan penyeberangan dan Dinas Perhub. Kab.
Swasta
Minahasa Utara
8. Pengembangan sektor pertanian pangan
APBN/APBD Dinas Pertanian Kab.
lahan kering (perkebunan/ kebun
Swasta Minahasa Utara
ladang)
25
Sambungan Hal 56
26
II. Kawasan 1. Rencana penyebaran jumlah penduduk APBD I/II Dinas Tata Pemerintahan
Likupang dan Bappeda Kabupaten
Barat Minahasa Utara
2. Konsulidasi tanah dan pembangunan Dinas PU dan Bappeda
APBD/Pemda/
perumahan. Kabupaten Minahasa
Swasta
Utara
3. Konsulidasi tanah dan pembangunan Dinas PU dan Bappeda
APBD/Pemda/
fasilitas Pemerintah. Kabupaten Minahasa
Swasta
Utara
4. Konsulidasi tanah dan pembangunan Dinas PU dan Bappeda
APBD/Pemda/
fasilitas : pendidikan, kesehatan, Kabupaten Minahasa
Swasta
keagamaan, dll. Utara
5. Konsulidasi tanah dan pembangunan Dinas PU, dan Bappeda
APBD/Pemda/
infrastruktur (jalan dan jembatan). Kabupaten Minahasa
Swasta
Utara
6. Konsulidasi tanah dan pembangunan Dinas PU, DKP, dan
APBD/Pemda/
Pelabuhan Perikanan (PPi) Bappeda Kabupaten
Swasta
Minahasa Utara
7. Konsulidasi tanah dan pembangunan Dinas PU, Bappeda
APBD/Pemda/
dermaga Kabupaten Minahasa
Swasta
Utara
8. Pembangunan break water Dinas Pertanian
APBN/APBD/
Kabupaten Minahasa
Swasta
Utara
9. Pembangunan kolam pelabuhan APBN/APBD Dinas Kehutanan
Kabupaten Minahasa
Utara
10. Pembangunan TPI APBD I/II Dinas PU dan Bappeda
Kabupaten Minahasa
Utara
11. Pembangunan kantor TPI APBD I/II Dinas PU, DKP dan
Bappeda Kabupaten
Minahasa Utara
27
Sambungan Hal 58
12. Pembangunan pasar ikan APBD I/II Dinas PU, DKP dan
Bappeda Kabupaten
Minahasa Utara
13. Pembangunan Pabrik es APBD I/II/ Dinas PU, DKP dan
Swasta Bappeda Kabupaten
Minahasa Utara
14. Pembangunan Ice Storage APBD I/II/ Dinas PU, DKP dan
Swasta Bappeda Kabupaten
Minahasa Utara
15. Pembangunan Cold Storage APBD I/II/ Dinas PU, DKP dan
Swasta Bappeda Kabupaten
Minahasa Utara
16. Pembangunan Cool Room APBD I/II/ Dinas PU, DKP dan
Swasta Bappeda Kabupaten
Minahasa Utara
17. Pembangunan bengkel, SPBU-N, dll APBD I/II/ Dinas PU, DKP dan
Swasta Bappeda Kabupaten
Minahasa Utara
18. Pembangunan jasa dan pariwisata (hotel, APBD I/II/ Dinas PU, DKP dan
resort, dll) Swasta Bappeda Kabupaten
Minahasa Utara
19. Konservasi hutan lindung APBD I/II Dinas Tata Pemerintahan
dan Bappeda Kabupaten
Minahasa Utara
20. Lindung preservasi (resapan air, sempadan APBD/ Dinas PU, DKP, dan
pantai, dan sungai Pemda/ Bappeda Kabupaten
Swasta Minahasa Utara
21. Konservasi hutan mangrove APBD/
Dinas PU, dan Bappeda
Pemda/
Kabupaten Minahasa Utara
Swasta
22. Konservasi terumbu karang APBD/
Dinas PU, dan Bappeda
Pemda/
Kabupaten Minahasa Utara
Swasta
28
III. Kawasan 1. Rencana penyebaran jumlah APBD I/II Dinas Tata Pemerintahan,
Likupang Timur penduduk dan Bappeda Kabupaten
Minahasa Utara
2. Konsulidasi tanah dan pembangunan APBD/Pemda/ Dinas PU, dan Bappeda
perumahan. Swasta Kabupaten Minahasa Utara
3. Konsulidasi tanah dan pembangunan APBD/Pemda/ Dinas PU, dan Bappeda
fasilitas Pemerintah. Swasta Kabupaten Minahasa Utara
4. Konsulidasi tanah dan pembangunan
APBD/Pemda/ Dinas PU, dan Bappeda
fasilitas : pendidikan, kesehatan,
Swasta Kabupaten Minahasa Utara
keagamaan, dll.
5. Konsulidasi tanah dan pembangunan APBD/Pemda/ Dinas PU, dan Bappeda
infrastruktur (jalan dan jembatan). Swasta Kabupaten Minahasa Utara
6. Konsulidasi tanah dan pembangunan Dinas PU, DKP, dan
APBD/Pemda/
tempat pendaratan ikan (TPI) Bappeda Kabupaten
Swasta
Minahasa Utara
7. Konsulidasi tanah dan pembangunan Dinas PU, Bappeda, dan
APBD/Pemda/
pelabuhan penyeberangan (dermaga) Dinas Perhub. Kabupaten
Swasta
Minahasa Utara
8. Pembangunan Ice Storage APBN/APBD/ Dinas Pertanian Kabupaten
Swasta Minahasa Utara
9. Pembangunan kantor TPI APBN/APBD Dinas Kehutanan
Kabupaten Minahasa Utara
10. Pembangunan pasar ikan APBD I/II Dinas PU dan Bappeda
Kabupaten Minahasa Utara
29
Sambungan Hal 60
11. Pembangunan Ice Storage APBD I/II Dinas PU, DKP dan Bappeda
Kabupaten Minahasa Utara
12. Pembangunan kedai pesisir APBD I/II Dinas PU, DKP dan Bappeda
Kabupaten Minahasa Utara
13. Pembangunan bengkel, SPBU-N, dll APBD I/II/ Dinas PU, DKP dan Bappeda
Swasta Kabupaten Minahasa Utara
14. Pembangunan jasa dan pariwisata APBD I/II/ Dinas PU, DKP dan Bappeda
(hotel, resort, dll) Swasta Kabupaten Minahasa Utara
15. Konservasi hutan lindung APBD I/II/ Dinas PU, DKP dan Bappeda
Swasta Kabupaten Minahasa Utara
16. Lindung preservasi (resapan air, APBD I/II/ Dinas PU, DKP dan Bappeda
sempadan pantai, dan sungai Swasta Kabupaten Minahasa Utara
17. Konservasi hutan mangrove APBD I/II/ Dinas PU, DKP dan Bappeda
Swasta Kabupaten Minahasa Utara
18. Konservasi terumbu karang APBD I/II/ Dinas PU, DKP dan Bappeda
Swasta Kabupaten Minahasa Utara
VI Kawasan 1. Rencana penyebaran jumlah penduduk APBD I/II Dinas Tata Pemerintahan,
Kema dan, Bappeda Kabupaten
Minahasa Utara
2. Konsulidasi tanah dan pembangunan APBD/ Dinas PU, dan Bappeda
perumahan. Pemda/ Kabupaten Minahasa Utara
Swasta
3. Konsulidasi tanah dan pembangunan APBD/ Dinas PU, dan Bappeda
fasilitas Pemerintah. Pemda/ Kabupaten Minahasa Utara
Swasta
30
Sumber : Hasil Rencana Tim RTR Pesisir dan Laut Kabupaten Minahasa Utara tahun 2006
31
Pemberdayaan
Dinas Terkait Untuk
Pengembangan Konsorsium :
Kegiatan Perikanan Pemda
Dan Wisata BUMD
PemPUS PemPROV Swasta
Di Wilayah Perenca
naan Koperasi Masy Lokal
Fasilitas
Koordinasi
Bantek
Pembentukan
Otoritas
Pengembangan Elemen: Action Plan Pengembangan Fisik & Aktivitas
Periikanan Terpa Pemprov Penggalangan Investasi
du dan kegiatan Pemkab. Minahasa Utara Bussiness Plan
Wisata Daerah Pelaksanaan Pengembangan
Pemkab. Minahasa Utara Pengelolaan Dampak
MOU
Pranata Pendukung
Promosi Gagasan
Penggalangan Stakeholder
Kebijakan Pengembangan
Fasilitasi Kerjasama & Promo Subsidi PSD Strategis
33
Penggalangan Stakeholder
Kebijakan Pengembangan
Fasilitasi Kerjasama dan Promosi Subsidi PSD
Strategis
Ket :
Fasilitasi dan Bantuan PEMBERDAYAAN DINAS TERKAIT DALAM
Koordinasi PENGEMBANGAN KEGIATAN PERIKANAN DAN
Penugasan, Monitoring & Supervisi WISATA Di MINAHASA UTARA DAN SEKITARNYA
Pelaporan dan Pertanggung Jawaban
34