Вы находитесь на странице: 1из 5

Nama : Dwi Adhi Iswiyanto

NIM : 1005045059
Prodi : Pend. Matematika
Kelas : Reguler Pagi B

Jalak Bali Riwayatmu Kini


Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) atau disebut
juga Curik Bali adalah sejenis burung sedang dengan
panjang lebih kurang 25 cm. Burung pengicau berwarna
putih ini merupakan satwa endemik Indonesia yang
hanya bisa ditemukan di Pulau Bali bagian barat. Burung
ini juga merupakan satu-satunya satwa endemik Pulau
Bali yang masih tersisa setelah Harimau Bali dinyatakan
punah. Sejak tahun 1991, satwa yang masuk kategori
“kritis” (Critically Endangered) dalam Redlist IUCN (International Union for Conservation of
Nature and Natural Resources) dan nyaris punah di habitat aslinya ini dinobatkan sebagai fauna
identitas (maskot) provinsi Bali.
Jalak Bali ditemukan pertama kali oleh Dr. Baron
Stressmann seorang ahli burung berkebangsaan Inggeris pada
tanggal 24 Maret 1911. Nama ilmiah Jalak Bali (Leucopsar
rothschildi) dinamakan sesuai dengan nama Walter Rothschild
pakar hewan berkebangsaan Inggris yang pertama kali
mendiskripsikan spesies pada tahun 1912.
Burung Jalak Bali ini mudah dikenali dengan ciri-
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan Animalia ciri khusus, di antaranya memiliki bulu yang putih di
Filum Chordata seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya
Ordo Aves
Famili Sturnidae yang berwarna hitam. Jalak Bali memiliki pipi yang tidak
Species Leucopsar rothschildi ditumbuhi bulu, berwarna biru cerah dan kaki yang
berwarna keabu-abuan. Antara burung jantan dan betina serupa. Burung Jalak Bali pada
umumnya memiliki jambul baik yang betina maupun yang jantan. Bagian kaki Burung ini

1
berwarna abu-abu biru dengan empat jari jemari satu kebelakang dan tiga ke depan). Ukuran
paruh burung Jalak Bali 2 – 5 cm, dengan bentuk yang khas dimana pada bagian atasnya terdapat
peninggian yang memipih tegak. Paruh berwarna abu-abu kehitaman dengan ujung berwarna
kuning kecoklat-coklatan. Pada umumnya ukuran badan burung Jalak Bali antara betina dan
jantan sulit untuk dibedakan, namun hal itu dapat dilihat dari kuncir yang dimiliki. Biasanya
burung yang lebih besar dan memiliki kuncir lebih panjang adalah yang jantan. Sedangkan telor
Jalak Bali memiliki bentuk oval kebiruan dengan ukuran rata-rata diameter terpanjang tiga
centimeter dan diameter terkecil dua centimeter. Pada umumnya masa berkembangbiak burung
ini pada periode musim penghujan, pada bulan Novemver sampai dengan Mei.
Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) merupakan satwa yang secara hidupan liar (di habitat
aslinya) populasinya amat langka dan terancam kepunahan. Dalam sejarah penyebaran, burung
Jalak Bali tersebar luas di bagian Barat Pulau Bali termasuk di kawasan taman nasional, hutan
savana kering, dan semak-semak hutan meluruh (moonson) di taman nasional dan hutan kebun di
pedesaan. Namun dengan berkembangnya wilayah permukiman dan perkebunan, dari tahun ke
tahun populasi Jalak Bali terfragmentasi menjadi populasi-populasi kecil, yang semakin lama
semakin berkurang. Saat ini berdasarkan sensus tahun 2001, jumlah burung Jalak Bali di alam
tidak lebih dari 6 ekor. Dan pada bulan Desember 2001 telah direintroduksi sebanyak 10 ekor
Jalak Bali dari penangkaran. Dengan jumlah populasi seperti itu, secara internasional Jalak Bali
dikatakan sudah punah di alam. Selam kurun waktu 10 tahun, populasi terus berkurang dengan
sangat cepat. Tidaklah heran jika saat ini manusia tidak pernah melihat Jalak Bali yang terbang
berkelompok. Hanya ditemukan satu-dua burung yang terbang, dan itupun sulit dideteksi.
Karena itu, Jalak Bali memperoleh perhatian cukup serius dari pemerintah Republik
Indonesia, yaitu dengan ditetapkannya makhluk tersebut sebagai satwa liar yang dilindungi oleh
undang-undang. Perlindungan hukum untuk menyelamatkan satwa tersebut ditetapkan
berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26 Agustus
1970. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa Jalak Bali merupakan satwa yang dilarang diperdagangkan kecuali hasil
penangkaran dari generasi ketiga (indukan bukan dari alam).
Dalam konvensi perdagangan internasional bagi jasad liar CITES (Convention on
International Trade in Endangered Species of  Wild Fauna and Flora) Jalak Bali terdaftar pada
Apendix I, yaitu kelompok yang terancam kepunahan dan dilarang untuk diperdagangkan.

2
Sedang IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources)
memasukkan Jalak Bali dalam kategori “kritis” (Critically Endangered) yang merupakan status
konservasi yang diberikan terhadap spesies yang memiliki risiko besar akan menjadi punah di
alam liar atau akan sepenuhnya punah dalam waktu dekat.
Kepunahan Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) di habitat aslinya disebabkan oleh
deforestasi (penggundulan hutan) dan perdagangan liar. Pencurian adalah ancaman terbesar pada
saat ini. Bukti-bukti pencurian seringkali ditemukan berupa lem, tali, dan jaring. Metoda terbaru
yang dilakukan oleh pencuri yang tertangkap oleh aparat hukum adalah dengan “mengecat”
burung Puter dengan warna putih sehingga mirip dengan Jalak Bali, kemudian digunakan
sebagai pemikat (lawan jenis-red) dan disimpan di pohon sarang dan pohon tempat mencari
makan Jalak Bali. Bahkan pada tahun 1999, sebanyak 39 ekor Jalak Bali yang berada di pusat
penangkaran di Taman Nasional Bali Barat, di rampok. Padahal penangkaran ini bertujuan untuk
melepasliarkan satwa yang terancam kepunahan ini ke alam bebas.
Di sisi lain upaya penyelidikan terhadap semua pencurian dan perampokan tersebut selalu
ditanggapi dengan tidak serius dengan cenderung main-main oleh pihak taman nasional,
kepolisian, dan pengadilan. Namun berkat upaya-upaya keras dari kelompok LSM dan jaringan
kerja Bali Barat, pada akhirnya upaya hukum mulai dapat dilaksanakan dengan menjatuhkan
hukuman penjara bagi para pencuri. Lemahnya komitmen para penegak hukum menjadi kendala
besar yang akan terus menghalangi upaya pelestarian Jalak Bali. Peran LSM dan masyarakat
masih sangat diperlukan untuk mengontrol upaya-upaya penegakan hukum berkait dengan kasus-
kasus pencurian dan perampokan Jalak Bali di kemudian hari.
Keberadaan satwa ini semakin mengalami ancaman dari kepunahan. Faktor penyebab
dari fenomena tersebut adalah terdesaknya lingkungan atau habitat dari satwa tersebut akibat dari
kerusakan yang terjadi, baik yang bersifat alami maupun karena ulah manusia. Karena ulah
manusia seperti halnya perburuan. Jalak Bali memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi sehingga
menarik para oknun masyarakat pemburu untuk menjadikan barang komoditi. Perburuan dan
pencurian mempengaruhi percepatan kepunahan Jalak Bali. Untuk mengantisipasi sebelum
terjadi kepunahan yang nyata maka perlu adanya langkah konservasi terhadap satwa tersebut.
Untuk menghindari kepunahan, telah didirikan pusat penangkaran yang salah satunya berada di
Buleleng, Bali sejak 1995. Selain itu sebagian besar kebun binatang di seluruh dunia juga

3
menjalankan program penangkaran Jalak Bali. Rekomendasi kegiatan pelestarian Jalak Bali
diantaranya:
 Monitoring populasi Jalak Bali di alam dan di penangkaran sangat penting
dilanjutkan dengan melibatkan para pihak selain taman nasional dengan berbagai
pengembangannya.
 Melanjutkan dukungan bagi upaya pendidikan yang telah disiapkan dengan
bantuan teknis dan pendanaan.
 Meningkatkan tekanan terhadap penegak hukum untuk memperbaiki upaya
penegakan hukum terhadap kasus-kasus Jalak Bali.
 Meneruskan program-program berbasis riset lapangan sebagai bagian dari upaya
pemantauan populasi dan riset ekologi Jalak Bali serta perbaikan pengelolaan
penangkaran dengan prosedur standar penangkaran yang berlaku.
Hambatan dan tantangan merupakan hal yang selalu ada. Begitu pula dalam melakukan
kegiatan konservasi. Masalah dana dan sumber daya manusianya adalah salah satu masalah yang
klasik mewarnai setiap persoalan yang ada. Masalah pelestarian burung Jalak Bali perlu
kesadaran kita semua menjaganya walaupun sangat minim dalam pendanaan untuk konservasi.
Manusia yang serakah cendurng untuk memburu satwa yang dilindungi. Inilah menyebabkan
Jalak Bali tersudutkan, terkepung, dan terdesak dalam kehidupan liarnya tidak bisa dipungkiri
karena ulah manusia yang serakah dan tanpa sengaja telah merusak alam lingkungan (habitat)
tempat para kawanan burung ini berintraksi, mencari makan, mengembang biak dan sebagainya.
Jalak Bali semakin tidak memiliki tempat terlebih lagi mereka diburu dan ditangkap dan
diperjualbelikan sebagai komoditi ekonomi. Ini berarti Jalak Bali semakin disudutkan, tidak
memiliki tempat untuk kebebasannya. Walaupun pemeritah telah melarang untuk memelihara
ataupun menjual-belikan satwa ini tetap saja semarak oknum-oknum yang tidak
bertanggungjawab memburu dan menjualnya. Pemerintah yang berwenang. Dalam usahanya
melakukan program penangkaran Jalak Bali masih mengalami kesulitan dalam memberikan
pelindungan terhadap satwa ini. Maraknya pencurian Jalak Bali di tempat penangkaran membuat
burung Jalak Bali semakin menyusut.
Untuk melakukan pelestarian terhadap satwa tersebut tidak bisa hanya dilakukan oleh
beberapa kelompok atau lembaga formal saja. Tetapi perlu adanya kordinasi antara lembaga-
lembaga yang lain. Dengan begitu pengawasan dapat lebih luas dan efesien. Lebih lanjut tidak

4
saja kordinasi yang dilakukan namun lebih dari itu yaitu mengadakan suatu kegiatan yang
langsung dapat memberikan penyadaran bagi masyarakat untuk menjaga satwa yang mulai
punah tersebut.

PUSTAKA
Alamendah. 2009. Jalak Bali Nyaris Punah Di Habitat Asli.
http://alamendah.wordpress.com/2009/10/16/jalak-bali-nyaris-punah-di-habitat-asli. 14
November 2010.
Jayanti, I Gusti Ngurah. 2010. Konservasi Jalak Bali Sebagai Upaya Pelestarian Satwa Langka.
http://varianwisatabudayasundakecil.blogspot.com/2010/08/konservasi-jalak-bali-
sebagai-upaya.html. 14 November 2010.
Kopipakegula. 2006. Jalak Bali, Riwayatmu Kini….
http://kopipakegula.blogspot.com/2006/04/jalak-bali-riwayatmu-kini.html. 14
November 2010.

Вам также может понравиться