Вы находитесь на странице: 1из 7

I.

PERMASALAHAN
Bulan Juni ini beberapa daerah di Indonesia akan menyelenggarakan Pemilihan
Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung. Peristiwa yang baru pertama kali diadakan di
Indonesia tentu akan menimbulkan fenomena baru dalam pesta demokrasi di negeri ini.
Senada dengan daerah lain di Indonesia, beberapa daerah di propinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT) juga akan mengadakan Pilkada pada bulan Juni 2005. Di NTT tercatat ada
6 kabupaten yang akan melaksanakan pilkada pada bulan Juni ini. Keenam daerah
tersebut adalah Ngada, Manggarai, Flores Timur, Sumba Barat, Sumba Timur dan
Manggarai Barat. Menyangkut hal tersebut situasi politik dan keamanan di daerah
tersebut kian memanas. Intrik politik untuk saling menjatuhkan dan menjegal terjadi
diantara bakal calon, elite partai politik hingga unjuk kekuatan massa.
Pilkada tak lepas dari adanya kampanye pengerahan massa seorang calon
untuk memberikan dukungannya kepada calon terpilih. Kampanye merupakan saat yang
penting bagi para calon untuk menawarkan programnya kepada massa pendukungnya.
Sesuai dengan pasal 56 PP nomor 6 tahun 2005 kampanye dapat dilaksanakan dengan
tatap muka/dialog, penyebaran melalui media cetak/elektronik, penyiaran bahan
kampanye kepada umum juga pemasangan alat peraga didepan umum, rapat umum,
debat terbuka atau kegiatan lain yang tidak melanggar kepentingan umum. Namun
seakan sudah menjadi tradisi masyarakat dalam pesta demokrasi di Indonesia, bahwa
kampanye selalu dengan pengerahan massa pendukung seorang calon. Mobilisasi
massa itulah yang seringkali menimbulkan berbagai pergesekan kepentingan yang
berpotensi timbulnya konflik horizontal antar pendukung calon. Massa yang kurang
terorganisir inilah sering kali menjadi penyebab utama timbulnya kerusuhan.

II. FAKTA-FAKTA

III. TINJAUAN PSIKOLOGIS


Kelompok dan massa
Didalam psikologi sosial kumpulan individu-individu dibagi kedalam 2 golongan
besar
1. Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan individu-individu yang mempunyai persepsi
bersama akan hubungannya dengan anggota lain, adanya interaksi, peran dan
struktur yang jelas serta dalam kelompok tersebut. Di dalam kelompok juga
mempunyai tujuan yang jelas untuk kepentingan kelompok tersebut. Misalnya
dalam lingkungan keluarga, sekolah dan dalam pemerintahan.
Kelompok pendukung salah seorang calon pada awalnya adalah sebuah
kelompok dengan tujuan yang jelas dan terarah untuk melakukan mobilisasi
massa dalam mencari dukungan masyarakat terhadap calon terpilih. Ada
organisasi yang jelas, struktur dan peran yang jelas dalam kelompok tersebut.
Tetapi ketika kampanye dilaksanakan maka kelompok tersebut berubah menjadi
sekumpulan atau massa dengan interaksi dan tujuan yang kemudian menjadi
samar. Kelompok inilah yang jika bergabung dengan kelompok-kelompok lain
dengan kepentingan yang berbeda-beda berubah menjadi massa. Tujuan yang
hendak dicapai dari kelompok kecil berubah menjadi kelompok dengan berbagai
macam kepentingan dan peran yang semakin tidak jelas.
2. Massa (crowd)
Massa (crowd) adalah suatu bentuk kumpulan individu-individu. Didalam
kumpulan tersebut tidak terdapat interaksi, tidak adanya struktur dan pada
umumnya massa berjumlah banyak dan berlangsung tidak lama. Massa dapat
terjadi dari sebuah kelompok kecil yang kemudian membesar dengan masuknya
kelompok-kelompok lain dengan berbeda kepentingan. Biasanya massa tidak
berlangsung lama. Dalam hal ini berkumpulnya massa pendukung seorang calon
hanya berlangsung dalam jangka waktu yang singkat dan bersifat sementara.
Tidak adanya peran dan tujuan yang jelas dalam pergerakan menjadi penyebab
utama mengapa dalam suatu massa tidak berlangsung lama.
Gustave Le Bon menyatakan bahwa massa merupakan kumpulan orang-orang
berjumlah ratusan atau ribuan yang berkumpul untuk mengadakan hubungan,
minat dan kepentingan bersama yang berlangsung untuk sementara waktu.
Dalam hal ini sekumpulan massa pendukung calon akan melakukan kegiatan
bersama untuk mendukung calon tersebut. Tanpa adanya struktur
keorganisasian yang jelas di dalam kumpulan massa tersebut sangat rawan
menimbulkan miscommunication dan tidak adanya koordinasi teknis lapangan
yang baik antara pendukung seorang calon. Hal inilah yang sangat berpotensi
menimbulkan kerurusuhan dan bentrokan antar pendukung.
Mennicke (1948) membedakan antara massa abstrak dan massa konkrit. Massa
abstrak adalah sekumpulan orang-orang yang didorong oleh adanya persamaan
kepentingan, minat, perhatian dan tujuan yang jelas, namun tidak mempunyai struktur
yang jelas dan terorganisir. Sedangkan massa konkrit adalah massa yang mempunyai
ciri-ciri antara lain :
1) Mempunyai ikatan bathin karena persamaan kehendak, tujuan, ide dan
sebagainya.
2) Adanya persamaan norma, aturan sendiri kebiasaan sendiri dan sebagainya.
3) Mempunyai struktur yang jelas dan didalamnya telah ada pimpinan tertentu.
Park dan Burgess (1959) membedakan antara massa aktif dan massa pasif.
Massa aktif disebut mob, sedangkan massa pasif disebut audience. Dalam mob telah
ada tindakan-tindakan nyata misalnya demonstrasi, perkelahian massal dan
sebagainya, sedangkan pada audience, kumpulan orang-orang tersebut belum
melakukan tindakan-tindakan yang nyata, misalnya orang-orang berkumpul
mendengarkan ceramah, melihat sepak bola dan sebagainya. Audience dapat berubah
menjadi mob, begitupun sebaliknya. Sekumpulan massa yang sedang mendengarkan
kampanye seorang calon sangat mungkin terprovokasi oleh kelompok pendukung lain
yang kebetulan melintas diantara kampanye. Massa akan menjadi beringas sehingga
timbul kerusuhan ataupun bentuk-bentuk pekelahian massa yang lain.

Sifat-sifat massa
Menurut Gustave Le Bon, massa mempunyai sifat psikologis tersendiri. Individu
yang tergabung dalam suatu massa akan berbuat sesuatu yang mungkin tidak akan
diperbuat apabila individu tersebut tidak tergabung dalam suatu massa. Didalam massa
terdapat adanya hukum mental unity atau law of mental unity, yaitu bahwa dalam massa
terdapat kesatuan mind dan kesatuan jiwa. Seorang individu pendukung seorang calon
mungkin tidak akan berani melakukan pengrusakan, bentrokan, ataupun kerusuhan
ketika individu tersebut sendiri. Tetapi ketika individu-individu tersebut bergabung
menjadi sebuah kumpulan massa maka sangat mungkin individu tersebut akan berani
melakukan tindakan-tindakan tersebut diatas tanpa mempertimbangkan resiko-resiko
yang akan dihadapi. Timbulnya keberanian individu tersebut merupakan faktor
psikoilogis yang penting untuk meningkatkan keberanian dalam melakukan suatu
tindakan.
Sedangkan menurut Allport (Lindsey, 1959), bahwa dalam suatu massa terdapat
pemikiran adanya kesamaan (conformity), tidak hanya dalam hal berpikir dan
kepercayaan, tetapi juga dalam hal perasaan (feeling) dan perbuatan yang menampak
(open behaviour).
Disamping sifat-sifat tersebut diatas massa juga mempunyai sifat-sifat yang lain,
yaitu :
a. Impulsif, massa akan mudah memberikan respons terhadap rangsang atau
stimulus yang diterimanya. Karena sifat impulsif ini, maka massa itu ingin
bertindak cepat sebagai reaksi terhadap stimulus yang diterimanya.
b. Mudah sekali tersinggung. Karena massa itu mudah sekali tersingung maka
untuk membangkitkan daya gerak massa diperlukan stimuli yang dapat
menyinggung perasaan massa yang bersangkutan.
c. Sugestibel, ini berarti bahwa massa itu mudah menerima sugesti dari luar.
d. Tidak rasional, yaitu karena massa itu sugestibel, maka massa itu dalam
bertindak tidak rasional dan mudah dibawa oleh sentimen-sentimen.
e. Adanya social facilitation (F. Allport), yaitu adanya suatu penguatan aktifitas,
yang disebabkan karena adanya aktifitas individu yang lain. Perbuatan individu
lain dapat merangsang atau menguatkan perbuiatan individu lain yang tergabung
dalam massa itu. Menurut Tarde disebutnya imitation, sedangkan menurut
Sighele disebut suggestion, dan menurut Gustave Le Bon sebagai contagion
and suggestion, dan dalam suasana ini terdapat suasana hipnotik ( lih Lindzey,
1959).

Faktor psikologis timbulnya massa


Manusia merupakan individu yang mempunyai dorongan-dorongan atau
keinginan-keinginan yang pada prinsipnya membutuhkan pemuasan atau pemenuhan.
Namun dalam kenyataan tidak semua dorongan atau keinginan itu dapat dilaksanakan
dengan baik. Dorongan atau keinginan yang tidak memperoleh pelepasan atau tidak
terpenuhi, terdorong dan tersimpan dalam bawah sadar yang pada suatu ketika akan
muncul kembali diatas sadar bila keadaan memungkinkan.
Freud menyatakan bahwa stuktur pribadi manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu :
a. das Es atau Id, yaitu berupa dorongan-dorongan, nafsu-nafsu yang pada
dasarnya dorongan-dorongan atau nafsu-nafsu tersebut membutuhkan
pemenuhan, ingin muncul, ingin keluar.
b. das Ich atau Ego, yang merupakan sensor untuk menyesuaikan dengan keadaan
sekitarnya, terutama dengan norma-norma yang ada, disini berfungsinya pikiran.
c. das Uber Ich atau Super Ego, merupakan kata hati yang berhubungan dengan
moral baik dan buruk.
Didalam kehidupan bermasyarakat terdapat norma-norma atau aturan-aturan
yang tertentu, yang merupakan pedoman atau batasan yang membatasi gerak anggota
masyarakat. Aturan dan norma atau batasan kemudian mengatur suatu kelompok
masyarakat dalam bertingkah laku yang sesuai dengan tata tertib aturan dan batasan
norma yang berlaku didalam masyarakat tersebut. Dalam hal ini bahwa norma berfungsi
menghalangi dorongan-dorongan yang ingin mendapat pemuasan, karena Ego yang
berfungsi menyesuaikan dengan lingkungan, yaitu penyesuaian dengan norma yang
ada dalam masyarakat.
Namun jika jumlah individu-individu tersebut banyak, maka individu merasa
dirinya cukup kuat untuk menentang norma-norma yang dianggapnya menjadi
penghalang. Dengan menjadi satu orang yang semula takut dan ragu-ragu akan menjadi
pemberani dan akhirnya penghalang tersebut dilanggar, dan individu merasa bebas
untuk melakukan hal-hal yang melanggar norma-norma masyarakat. Perbuatan mereka
menjadi tidak terkendali dan cenderung brutal. Mereka kurang menyadari perilakunya.
Disaat ini yang berkuasa hanyalah dorongan-dorongan nafsu dan pikiran tidak mampu
bekerja. Tindakan massa kemudian berubah menjadi destruktif (aggressive mass),
merusak, buas dan tidak mengenal kompromi dan melanggar norma-norma yang
berlaku di masyarakat.

IV. KESIMPULAN
Dari uraian tersebut diatas dapat dikemukakan bahwa analisis mengenai
perbuatan massa adalah berdasarkan atas faktor psikologis yang mendasarinya, yaitu
orang yang bertindak dalam massa atas dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan
yang muncul dari alam bawah sadar yang semula ditekannya, yang pada suatu ketika
muncul kepermukaan dan menjadi dasar dari perbuatan massa.
Didalam pelaksanaan Pilkada individu-individu yang bergabung dalam massa
pendukung mempunyai kepentingan yang berbeda-beda terhadap calon yang
didukungnya. Berbagai kepentingan itulah yang mendasari timbulnya berbagai
dorongan-dorongan yang muncul. Dorongan-dorongan itu apabila tidak mendapatkan
keinginan maka menimbulkan perilaku-perilaku yang melanggar norma dalam
masyarakat.

V. SARAN
Kampanye para calon yang semula bertujuan untuk menarik simpati masyarakat
bukan tidak mungkin akan menimbulkan gejolak-gejolak kerusuhan yang
menyengsarakan rakyat. Peran para calon terpilih dalam mengendalikan massanya
sangat diperlukan untuk meredakan gejolak-gejolak yang sangat mungkin terjadi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh calon terpilih dalam Pilkada sebagai upaya
pencegahan tindakan massa a.l.
1. Menghindarkan hal-hal yang dapat menimbulkan kekecewaan atau frustasi,
karena hal tersebut sangat bepotensi menimbulkan terjadinya massa aktif.
2. Memberikan contoh yang baik kepada yang dipimpinnya. Seorang pemimpin
adalah sebagai tempat identifikasi dari yang dipimpinnya. Bila pemimpin tidak
dapat memberikan contoh yang baik maka jangan mengharapkan bahwa yang
dipimpinnya akan berbuat baik.
3. Seorang pemimpin bila memberikan janji-janji maka wajib menepati janji-janji
tersebut.
Kepolisian sebagai garda terdepan dalam tugasnya sebagai pengayom,
pelindung dan pelayan masyarakat mempunyai tugas yang tidak ringan untuk
mengendalikan potensi kerawanan tersebut. Polri dituntut untuk tidak terpengaruh atau
terbawa pada emosi publik dan segala bentuk pemainan konflik poltik yang dimainkan
oleh para pelaku politik. Polri juga dituntut untuk selalu dalam posisi netral dalam
pelaksanaan Pilkada di daerah masing-masing. Mobilisasi massa pendukung yang
cepat harus pula diimbangi dengan tindakan aparat dalam penegakan hukum baik
tindakan preventif maupun tindakan represif jika diperlukan. Untuk itulah beberapa hal
yang perlu dicermati oleh Polri dalam pelaksanaan tugasnya tersebut antara lain adalah:
a. Memprioritaskan penegakan hukum dan memberdayakan partisipasi masyarakat
dalam pengendalian konflik dan penanggulangan kambtibmas
b. Pengaturan mobilisasi massa agar tidak timbul gesekan-gesekan diantara massa
pendukung calon
c. Penyuluhan-penyuluhan yang berkaitan dengan kegiatan pilkada.
d. Pengamanan obyek-obyek vital yang sangat memungkinkan untuk terjadinya
tindakan anarkis
e. Pengamanan kegiatan kampanye itu sendiri dengan melibatkan berbagai fungsi
kepolisian yang ada.
f. Sosialisasi kegiatan yang berkaitan dengan pilkada itu sendiri

Namun dari berbagai masalah yang muncul dari Pilkada masalah paling utama yang
sangat mendasar adalah banyak masyarakat yang sama sekali belum mengenal atau
bahkan tidak mengetahui apa dan siapa pasangan calon bupati yang maju dalam bursa
pemilihan. Beragam pertanyaan-pertanyaan muncul berkaitan dengan masalah ini.
Apakah pasangan calon merupakan manifestasi kehendak rakyat didaerah itu? Apakah
pasangan calon sudah berbuat banyak bagi daerah sehingga pantas untuk dicalonkan?

Вам также может понравиться