Вы находитесь на странице: 1из 6

Jumat, 15 Mei 2009

Budidaya Ikan Patin Ala Balai Benih Ikan Lundar Pasaman

I. PENDAHULUAN

Patin siam atau jambal siam (Pangasius hypopthalmus) termasuk komoditas perikanan
yang sangat penting. Permintaan pasarnya tinggi, terutama di Sumatra dan
Kalimantan, namun pasokannya rendah. Keadaan ini menjadikan harga ikan patin
menjadi tinggi. Inilah peluang yang baik untuk dijadikan sebagai lahan usaha.
Patin Siam, yang dulu bernama latin Pangasius sutchi fowler ini bukan ikan asli
Indonesia, tetapi dari negara lain. Ikan ini berasal dari Bangkok, Thailand yang
didatangkan ke Indonesia pada tahun 1972. Karena bentuk tubuhnya mirip dengan
Patin Indonesia atau patin lokal (Pangasius pangasius), maka ikan ini diterima dengan
baik oleh masyarakat.
Patin Siam merupakan salah satu genus lele-lelean, dan termasuk ikan berkumis
(catfish). Sebutan atau nama Patin Siam di setiap tempat dan negara berbeda-beda. Di
negara asalnya, Patin Siam bernama Pla Sawai. Di Malaysia, selain diberi nama patin,
disebut juga ikan lawang, martinus, dan tikol.
Di Vietnam, Patin Siam disebut Ca Tre Yu, di Kamboja disebut Trey Pra. Dalam
Bahasa Inggeris, Patin Siam disebut Catfish, River Catfish, atau Striped Catfish.
Sedangkan di Indonesia, selain dinamakan patin disebut juga jambal siam, atau lele
bangkok (Jawa), dan ikan juara (Sumatra dan Kalimantan).
Secara umum, budidaya Patin Siam dibagi kedalam dua tahap, yaitu pembenihan dan
pembesaran. Pembenihan adalah kegiatan untuk menyediakan benih-benih ikan yang
siap dipelihara di kolam pembesaran. Sedangkan pembesaran adalah kegiatan
memelihara benih, hasil pembenihan hingga menjadi konsumsi.
Tidak seperti ikan mas dan ikan nila, pembenihan Patin Siam agak sulit. Karena ikan
ini tidak bisa memijah secara alami. Pemijahan Patin Siam hanya bisa dilakukan
secara buatan atau lebih dikenal dengan istilah kawin suntik (induce breeding). Meski
sulit, pembenihan Patin Siam sudah lama berhasil, dan berkembang pesat di
Indonesia.
Tak hanya pembenihan, pembesaran patin juga berkembang sangat pesat. Terutama
setelah dibangunnya tiga buah waduk besar di Jawa Barat, yaitu Wdauk Jatiluhur,
Saguling dan Cirata. Tempat-tempat itu telah dijadikan sebagai tempat pemeliharaan,
yaitu di keramba jaring apung (KJA) lapis pertama dan lapis dua. Selain di KJA,
pembesaran patin bisa juga di kolam tanah.

II. BIOLOGI
A. Klasifikasi
• Philum : Chordata
• Sub Filum : Vertebrata
• Kelas : Pisces
• Sub Kelas : Teleostei
• Ordo : Ostariophysi
• Sub Ordo : Siluroidei
• Famili : Schilbeidae
• Genus : Pengasius
• Spesies : Pangasius hypopthalmus
B. Morfologi
Patin bertubuh memanjang dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 4 : 1. Bila
dipotong secara vertikal, patin bertubuh pipih dengan perbandingan tinggi dan lebar
3 : 1. Dengan perbandingan seperti itu patin bertubuh tipis. Tanda khas patin
berpunggung lurus, mulai dari punggung sampai pangkal ekor.
Patin termasuk tak bersisik. Namun kulitnya tidak halus seperti lele, tetapi agak kasar.
Warna tubuh Patin seperti terbagi dua, yaitu punggung berwarna abu-abu gelap,
sedangkan bagian perut berwarna putih perak. Pada bagian itu terdapat dua garis,
garis pertama memanjang dari kepala sampai ke pangkal ekor, sedangkan garis kedua
memanjang dari kepala sampai ke ujung sirip dubur.
Tubuh Patin terbagi tiga bagian, yaitu kepala, badan dan ekor. Kepalanya kecil, dan
gepeng dengan batok kepala yang keras. Mata yang kecil, hidung yang kecil, mulut
yang bercelah lebar dengan dua pasang sungut maksila dan mandibula, atau kumis.
Inilah yang menjadi ciri khas patin, sehingga termasuk kedalam golongan catfish.
Patin memiliki lima buah sirip, yaitu sebuah sirip punggung (dorsal fin), sebuah ekor
(caudal fin), sebuah sirip dubur (anal fin), sepasang sirip perut (ventral fin) dan
sepasang sirip dada ( pectoral fin). Selain kelima sirip, Patin Siam meiliki sirip yang
tidak dimiliki ikan lain, yaitu bersirip lemah (adipose fin) yang letaknya di belakang
sirip punggung.

C. Habitat dan penyebaran


Ikan patin hidup di sungai, danau dan waduk. Penyebaran ikan patin meliputi
Thailand, Burma, India, Taiwan, Malaysia, Semenanjung Indocina, Sumatra dan
Kalimantan. Di Thailand hidup di air tawar dan payau dengan aliran air yang tenang,
terutama di sungi-sungai berlumpur atau berpasir. Kadang-kadang ikan ini masuk ke
dalam rawa yang berdekatan dengan sungai besar.
Ikan patin termasuk ikan dasar, hal ini bisa dilihat dari bentuk mulutnya yang agak ke
bawah. Ikan Patin Siam mempunyai daya tahan tubuh yang tinggi terhadap amonia
dan buangan nitrogen lainnya dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan
buatan, seperti dalam sangkar terapung. Ikan ini juga mempunyai daya reproduksi,
benihnya dapat ditangkap di sungai-sungai besar dan baik untuk dikembangkan
sebagai ikan kultur.

D. Kebiasaan Makan
Pada fase larva, patin cenderung bersifat karnivora. Jenis makanan larva umur 4 – 5
hari adalah phytoplankton berukuran 100 – 300 mikron, diantaranya Brachionus
calicyflorus, Synchaeta sp, Notholca sp, Polyarthra platiptera, Hexartha mira,
Brachionus falcatus, Asplanchna sp, Chonchilus sp, Filina sp, Brachionus angularis,
Karatella cochlearis dan Keratella quadrata.
Makanan patin berubah sejalan dengan pertambahan umur. Benih umur 20 hari
sanggup memakan zooplankton berukuran 0,5 -2,0 mm. Benih yang lebih besar tua
mulai menyantap makanan berukuran lebih besar, diantaranya Paramaecium, naupli
Artemia, Cladocera, Sida sp., Diaphanasoma sp., Dapnia sp., Moina sp., Bosmina sp.,
Chidorus sp., dan Copepoda seperti Cyclop sp.
Di kolam-kolam pemeliharaan, patin bersifat omnivora, memakan segala macam
pakan baik jasad-jasad hewani maupun nabati, misalnya maca-macam buah-buahan
dari tumbuhan pinggir sungai, biji-bijian, Crustacea, Molusca, Copepoda, Ostracoda,
Cladosera, Isopoda, Amphipoda, cacing dan sisa-sisa organisme lainnya.
E. Siklus Hidup dan Perkembangbiakan
Patin melewati enam fase kehidupan, yaitu telur, larva, benih, konsumsi, calon induk,
dan induk. Telur berbentuk bulat, berdiameter 1,15 – 1,25 mm dan bersifat adhesif.
Telur muda berwarna putih sedang telur matang berwarna kuning. Dalam suhu 25 –
30 O C, telur akan menetas dalam waktu 48 – 72 jam.
Larva yang baru menetas transparan, tidak berfigmen dan alat renangnya belum
sempurna, dan berukuran 3 mm. Larva yang baru menetas tersebut masih mengadung
kuning telur, sehingga tidak memerlukan pakan dari luar. Fase ini merupakan fase
kritis, karena muncul sifat kanibaliasme. Kuning telur tersebut habis selama 3 hari,
setelah itu larva mulai memerlukan pakan dari luar.
Dalam 15 hari, larva sudah menjadi benih ukuran rata-rata 0,5 inchi. Sebulan
kemudian, benih tersebut sudah berukuran 1,5 inchi dan dalam 3 bulan sudah
mencapai ukuran 2 inchi. Untuk mencapai ukuran konsumsi diperlukan waktu 8 bulan
dan untuk mencapai calon induk diperlukan waktu 3 – 4 tahun.
Induk betina yang matang gonad ditandai dengan membesarnya bagian lateral atau
perut dekat urogenital. Berat induk betina bervariasi, yaitu antara 2,5 – 6 kg dengan
panjang tubuh lebih kurang 40 – 60 cm. Induk jantan yang matang ditandai dengan
keluarnya sperma berwarna putih susu jika perutnya dipijit.
Musim pemijahan ikan patin berbeda-beda di setiap daerah, dimana daerah yang
memiliki curah hujan tinggi dapat memijah selama enam bulan penuh, yaitu
Nopember sampai April. Sedangkan daerah yang bercurah hujan rendah ikan patin
memijah selama tiga bulan, yaitu Januari sampai Maret. Ikan patin sulit memijah
secara alami dan mempunyai sifat musiman.

III. SARANA BUDIDAYA


Tak ada sarana untuk budidaya ikan patin kecuali kolam pembesaran, yaitu tempat
untuk memelihara benih dari kolam pendederan hingga menjadi ikan konsumsi.
Kolam tersebut berukuran 200 – 500 m2. Kolam pembesaran tersebut memiliki lima
bagian penting, yaitu pematang, pintu pemasukan, pintu pengeluaran, kemalir dan
kobakan.

A. Pematang
Pematang dibuat sekeliling kolam dengan ketinggian antara 80 – 100 cm. Bagian
tersebut dibuat miring ke dalam dan keluar kolam, dengan lebar bagian atas minimal
40 cm dan lebar bagian bawah minimal 80 cm. Pematang tersebut harus kuat agar bisa
menahan volume air yang besar. Pematang juga tidak boleh bocor agar air kolam bisa
dipertahankan.

B. Pintu pemasukan
Pintu pemasukan dibuat dekat saluran pemasukan dengan pipa paralon berdiameter 4
inchi. Bagian itu tidak boleh menyentuh permukaan air untuk menjaga agar ikan tidak
keluar. Jarak antara pintu pemasukan dengan permukaan air minimal 20 cm. Selain
untuk menjaga agar ikan tidak keluar, tingginya bagian ini bertujuan agar selalu
terjadi difusi oksigen dalam kolam.

Pintu pemasukan air


C. Pintu pengeluaran
Pintu pengeluaran air dibuat dekat saluran pembuangan. Letaknya pada lebar kolam,
lurus dengan lubang pemasukan. Tujuannya agar bisa tersebar merata pada seluruh
bagian kolam. Lubang pengeluaran sebaiknya dibuat dari beton, dengan sistem
monik, salah satu bentuk pintu pengeluaran yang paling praktis.

Gambar monik

D. Kemalir
Kemalir dibuat di dasar kolam dengan lebar antara 40 – 50 cm dan tinggi 10 – 20 cm.
Arahnya memanjang dari pintu pemasukan ke arah pintu pengeluaran. Fungsi utama
kemalir adalah sebagai tempat berkumpulnya ikan saat panen, sehingga memudahkan
dalam penangkapan ikan. Fungsi lain dari kemalir adalah sebagai tempat berlindung
ikan pada siang hari.

Gambar kemalir

E. Kobakan
Bagian penting dari kolam pembesaran patin adalah kobakan. Bagian tersebut dibuat
di dasar kolam, tepat di depan pintu pengeluaran, dengan panjang 1,5 – 2 m, lebar 1 –
1,5 m dan tinggi 20 – 30 cm. Fungsi utama kobakan adalah sebagai tempat
berkumpulnya ikan saat panen, sehinga memudahkan dalam penangkapan.

Gambar kobakan

IV. TEKNIK BUDIDAYA

Budidaya patin adalah kegiatan untuk menghasilkan ikan patin ukuran konsumsi.
Kegiatan itu dibagi dalam beberapa tahap, yaitu persiapan kolam, penebaran,
pemberian pakan, pengelolaan rutin dan pemanenan.

A. Persiapan kolam
Kolam pembesaran patin harus baik. Dalam kolam tercipta kualitas air yang baik
sehingga ikan bisa hidup baik, napsu makannya tinggi dan tumbuh dengan cepat.
Karena itu kolam harus disiapkan sebelumnya. Persiapan kolam terdiri dari
pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar, perbaikan kemalir,
pengapuran dan pengairan.

1. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara membuang seluruh air kolam. Kolam dibiarkan
terjemur sinar matahari. Pengeringan dianggap cukup bila tanah dasar sudah retak-
retak. Biasanya selama 4 – 7 hari. Pengeringan bertujuan untuk memberantas hama
dan penyakit, memperbaiki struktur tanah dasar dan membuang gas-gas beracun.
Selain itu juga untuk mempermudah per-baikan pematang, pengolahan tanah dasar
dan pem-buatan kemalir.

2. Perbaikan pematang
Perbaikan pematang dilakukan dengan cara menutup seluruh permukaan pematang
dengan tanah dasar, agar semua bocoran dalam pematang tertutup. Bila ada bocoran
yang lebih besar, sebaiknya pematang dibong-kar, lalu ditutup kembali dengan tanah.
Bila bocorannya banyak, sebaiknya pematang dilapisi plastik. Perbaikan pematang
bertujuan agar kolam terbebas dari bocoran, sehingga bila diisi air, ketinggian air dan
kesuburannya dapat dipertahankan. Kondisi ini sangat baik untuk benih, karena pakan
alami selalu tersedia dan benih tidak mudan keluar akibat arus air.
3. Pengolahan tanah dasar
Pengolahan tanah dasar dilakukan dengan mencangkul seluruh bagian dasar kolam,
tapi tidak terlalu dalam. Tujuannya agar tanah dasar kedap air, strukturnya baik dan
higenis. Tanah dasar yang kedap dapat menahan air dan tidak porous. Struktur tanah
yang baik dapat memperlancar proses penguraian bahan organic (pupuk), sehingga
pakan alami tumbuh dengan baik. Higenis artinya tanah dasar terbebas dari gas-gas
beracun, seperti amoniak, belerang dan lain-lain.

4. Pembuatan kemalir
Pembuatan kemalir dilakukan dengan cara menarik dua buah tali plastik dari pintu
pemasukan ke pintu penge-luaran. Jarak antara tali atau lebar kemalir antara 40 - 50
cm. Tanahnya digali sedalam 5 – 10 cm. Pembuatan kemalir bertujuan untuk
mempermudah penangkapan benih saat panen. Setelah kemalir dibuat, tanah dasar
diratakan.

5. Pembuatan kobakan
Pembuatan kobakan dilakukan dengan cara menggali lumpur pada bagian tersebut dan
membuang ke pelataran kolam. Agar lumpur tidak kembali lagi maka pada bagian itu
harus tanak yang keras. Dengan demikian tidak akan terjadi longsor lagi dan bagian
itu bertahan hingga panen tiba.

6. Pengapuran
Pengapuran dilakukan dengan cara menyiramkan air kapur ke seleuruh bagian tanah
dasar dan pematang. Sebelumnyar kapur direndam terlebih dahulu dengan air. Untuk
kapur yang sudah kering, pengapuran dapat dilakukan dengan cara menaburkan ke
seluruh bagian tanah dasar dan pematang. Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas tanah, terutama pH dan alkalinitasnya. Untuk kolam yang pH-nya sudah
7, pengapuran tidak perlu dilakukan. Dosis pengapuran setiap meternya dapat dilihat
dalam table berikut.

Dosis pemberian kapur pertanian pada beberapa jenis tanah (dalam kg / ha)

Jenis Tanah Nilai pH


5,0 – 5,5 5,6 – 6,0 6,1 – 6,5
Lempung (liat)
Lempung berpasir
Pasir 5.400
3.600
1.800 3.600
1.800
900 1.800
900
0

7. Pengisian air
Pengisian air dilakukan dua hari setelah pengapuran. Caranya dengan menutup lubang
pembuangan dan membuka lubang pemasukan. Air dibiarkan mengalir hingga
mencapai ketinggian 60 – 80 cm. Agar tercipta kualitas air yang baik, maka selama
masa pemeliharaan, air dibiarkan mengalir.

B. Penebaran benih
Penebaran dilakukan pada pagi hari, saat suhu air masih rendah. Tujuannya agar benih
yang ditebar tidak stres akibat suhu tinggi. Caranya, dengan meletakan alat angkut di
atas permukaan air, lalu memasukan air kolam sedikit demi sedikit hingga suhu air
dalam wadah angkut sama dengan suhu air kolam. Setelah itu barulah benih
ditebarkan sedikit demi sedikit. Penebaran benih harus dilakukan di beberapa bagian
kolam agar benih tersebut cepat tersebar di beberapa bagian kolam.

C. Pemberian pakan tambahan


Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari, yaitu pagi, siang dan sore. Jenis pakan
yang diberikan berupa pelet dengan kandungan protein diatas 25 persen. Pengaturan
jumlah pakan disesuaikan dengan ukuran ikan, bobot dan umurnya. Untuk
menentukan jumlah tersebut dilakukan sampling seminggu sekali. Dosis pakan yang
diberikan adalah 3 persen setiap hari dari bobot total.
Pemberian pakan hendaknya disesuaikan dengan cuaca. Pada cuaca cerah napsu
makan tinggi. Pada saat itu bisa digunakan dosis dia atas. Namun pada cuaca redup
sebaiknya pakan dikurangi. Untuk menjaga agar pakan tidak terbuang dapat dilakukan
pemberian pakan secara adlibitu, yaitu diberikan saat likan lapar.

D. Pemanenan
Panen dilakukan setelah 4 bulan, dimana ikan sudah mencapai ukuran konsumsi.
Caranya dengan membuka lubang pemasukan dan menutup lubang pemasukan.
Sambil menunggu air air dilakukan penangkapan. Bila sudah surut, ikan ditangkap
sedikit demi sedikit, kemudian dimasukan dalam ember dan ditampung dalam bak
atau hapa. Ikan-ikan ditangkap hingga habis.

http://bbilundar.blogspot.com/

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA IKAN

Alat peredaran darah ikan terdiri atas jantung dan sinus venosus. Jantung ikan terdiri
ata dua ruangan, atrium dan ventrikel dan terletak di belakang insang. Sinus venosus
adalah struktur penghubung berupa rongga yang menerima darah dari vena dan
terbuka di ruang depan jantung. Diantara antrium dan ventrikel jantung terdapat klep
untuk menjaga agar aliran darah tetap searah.
Peredaran darah ikan disebut peredaran darah tunggal karena darah dari insang
langsung beredar ke seluruh tubuh kemudian masuk ke jantung. Jadi darah hanya
beredar sekali melalui jantung dengan rute dari jantung ke insang lalu ke seluruh
tubuh kemudian kembali ke jantung.
Sumber : Buku Biologi unuk SMU, Hartini Etik Widayati, Intan Pariwara

Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/2007808-sistem-peredaran-darah-pada-
ikan/#ixzz1Ke57nZ3w

Вам также может понравиться