Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DD
Dosen Pembimbing:
Disusun oleh:
Khoirul Ansori
JURUSAN TARBIYAH(TB.E)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
(STAIN) PONOROGO
Th.2011
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
BAB II
1
Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam(Jakarta:Pustaka Amani, 1999),141
1
PEMBAHASAN
2
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah Sekolah Dan Masyarakat(Jakarta: Gema
Insani Press, 1995),251
3
Ibid
2
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil perlindungan-perlindungan selain
Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah
yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.”(al-
Ankabut:41)
Pada dasarnya, bagi orang-orang yang berakal, perumpamaan seperti itu sudah
sangat jelas. Namun, sebagian kaum Yahudi, Nasrani, dan musyrikin hanya
mampu mencela tanpa mampu memahami kandungan Al-Quran tersebut. Mereka
akan senantiasa mencari-cari alasan seraya mengatakan: “Sangatlah tidak layak
bagi Allah untuk mencontoh nyamuk dan laba-laba.”Dan sebagian dari mereka
pun mengatakan: “Itu sih bukan contoh yang layak dikemukan.” Untuk itu Allah
membantah merka melaui firman-Nya ini:
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau
yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka
yakin bahwa perumpamaan iyu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang
kafir mengatakan:”Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk
perumpamaan?......”(al-Baqarah:26)
Dari uraian di atas, kita dapat mengatakan bahwa perumpamaan Al-Quran
memiliki maksud tertentu, dan yan terpenting adalah: 4
1) Menyerupakan suatu perkara yang hendak dijelaskan kebaikan dan
keburukannya, dengan perkara lain yang sudah wajar atau diketahui secara
umum ihwal kebaikan dan keburukannya.Seperti contoh diatas.
2) Menceritakan suatu keadaan dari berbagai keadaan dan membandingkan
keadaan itu dengan keadaan lain yang sama-sama memiliki akibat dari
keadaan tersebut. Penceritaan itu dimaksudkan untuk menjelaskan perbedaan
di antara mereka.sebagaimana perbandingan yang teerdapat dalam Q.s.
Muhammad(ayat 1-3):”Orang-orang yang kafir dan menghalang-
halangi(manusia) dari jalan Allah, Allah menghapus perbuatan-perbuatan
mereka. Dan orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan
amal-amal shaleh serta beriman (pula) kepada apa yang diturunka kepada
Muhammad dan itulah yang hak dari Tuhan merek, Allah menghapuskan
kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka. Yang
demikian adalh karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang
batil dan sesungguhnya orang-orang yang beriman mengikuti yang hak dari
Tuhan mereka. Demikianlah Allah membuat untuk manusia perbandingan-
perbandingan merka.”(Muhammad:1-3).
3) Menjelaskan kemustahilan adanya persamaan diantara dua perkara, misalnya
kemustahilan anggapan kaum musyrikin yang menganggap bahwa Tuhan
mereka memiliki persamaan dengan Al-Khaliq sehingga mereka menyembah
keduanya secara bersamaan. Untuk kondisi seperti itu, Allah SWT
memberikan perumpamaan sbb: “Hai manusia, telah dibuat perumpamaan,
maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang
kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun,
walaupun mereka bersatu untuk menciptakaanya. Dan jika lalat itu
merampas sesuatu dari mereka,, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali
4
Ibid,252-254
3
dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah)
yang disembah.” (al-Hajj:73)
Bagaimana mungkin mereka menyembah Tuhan yang mereka samakan
Allah Sang Pencipta dengan segala sesuatu.
4
Kurikulum pendidikan yang sempurna telah dibuat dengan rancangan yang
jelas bagi perkembangan manusia melalui sistematisasi bakat, psikologis, emosi,
mental, dan potensi manusia. Namun, tidak dapat dipungkiri jika timbul masalah
bahwa kurikulum seperti itu masih tetap memerlukan pola pendidikan realistis
yang dicontohkan oleh seorang pendidik melalui perilaku dan metode pendidikan
yang dia perlihatkan kepada anak didiknya sambil tetap berpegang pada landasan,
metode, dan tujuan kurikulum pendidikan.7 Untuk kebutuhan itulah Allah
mengutus Muhammad Saw. sebagai hamba dan Rosul-nya menjadi teladan bagi
manusia dalam mewujudkan tujuan pendidikan Islam, melalui firman-Nya ini:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”
Melalui metode ini, maka anak/peserta didik dapat melihat, menyaksikan
dan meyakini cara yang sebenarnya sehingga mereka dapat melaksanakannya
dengan lebih baik dan mudah.8 Seorang pendidik yang baik adalah pendidik yang
dapat meneruskan misi kerasulan Nabi Muhammad SAW. Dengan mencontoh
perilakunya yang penuh kesederhanaan, kreatifitas, dan produktifitas. Hal tersebut
karena Rosulullah SAW. merupakan suri teladan dan figur yang patut dicontoh
(uswah hasanah), karena pribadi beliau merupakan “Qur’an berjalan” dan sebagai
figur bagi orang yang beriman, sehingga apa pun dan tata cara yang dilakukan
dapat dijadikan sebagai referensi dalam aktifitas-aktifitas manusia.9
Untuk merealisasikan Teknik atau Metode Al-Qudwah dapat dilakukan
melalui teknik-teknik berikut:10
1) Teknik Uswatun Hasanah
7
Op Cit
8
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan(Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2008), 19
9
Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah dan sekolah(Jakarta: LP3ES,1986),141
10
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), 197-199
5
dipraktikan oleh pendidik sendiri, sedang teknik dramatisasi diperankan oleh
peserta didik. Teknik ini mempunyai kelebihan khusus, yaitu adanya kreatifitas
peserta didik yang semakin meningkat, memperbanyak pengalaman di samping
pengetahuan, pelajarannya bertahan lama karena selalu diminati, siswa cepat
menangkap pengertian karena perhatiannya terfokus pada pelajaran, serta
mengurangi kesalah pahaman.
Banyak Hadits yang berimplikasinya teknik dramatisasi dan demonstrasi yang
dikenal dengan Hadist fi’liyah.Misalnya, Nabi menyuruh ummatnya untuk meniru
cara shalatnya(HR. Muslim dan Bukhari) dan cara ibadah hajinya.
11
Op Cit, H.M. Sudiyono,196
6
secara tidak formal. Keteladanan yang dilakukan tidak formal itu kadang-kadang
kegunaannya lebih besar daripada kegunaan keteladanan formal.12
1. Al-mumarasah al-‘Amal
Pada dasarnya, pendidikan Islam melalui metode praktik dan latihan akan
mengarahkan anak didik untuk menjadi individu yang stabil, berakhlak mulia,
12
Op Cit, H.M. Sudiyono, 288
13
Op Cit, Abdul Mujib, 199
14
Op Cit, Abdurrahman An Nahlawi, 270
7
serta lebih produktif. Kemuliaan akhlak dapat kita rasakan melalui konsep-konsep
brikut ini:15
1) Kesempurnaan kerja dapat dijadikan tolok ukur dalam memantau
kesempurnaan hapalan dan pelaksanaan ibadah. Melalui metode tersebut, kita
dapat membiasakan anak-anak didik untuk teliti dan menetapkan kesimpulan
yang benar. Dalam hal ini, setiap anak didik mengerjakan tugas-tugasnya di
hadapan pendidiknya untuk kemudian pendidik meluruskan setiap kekeliruan
yang dilakukan anak didiknya, Sebagaimana Rosulullah SAW. meluruskan
ucapan do’a tidur Al-Bara’ bin Azib atau ketika beliau membetulkan cara-cara
shalat yang buruk.
2) Manusia merasa bertanggung jawab untuk bekerja dengan baik sehingga
bentuk kurikulum pendidikan Islam tampil sebagai kurikulum yang dinamis,
bernalar, berperasaan, serta dibangun di atas kesadaran, kelembutan, dan
kebaikan dalam pelaksanaan. Bagaimanapun, kelembutan perasaan,
kecenderungan, dan pikiran hanya dapat terlihat dengan jelas dalam niat yang
ikhlas, yang mengarahkan amal pada pencarian keridhaan Allah Yang Maha
Luhur tanpa sikap riya, congkak, atau gila popularitas. Allah SWT berfirman:
110. Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
"Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah
ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
Sehubungan dengan itu, para sahabat dan tabi’in menafsirka “amal shaleh”
sebagai amal yang sesuai dengan sunnah, tidak menyekutukan Allah dalam ptidak
riya, dan dalam beribadah itu dia berniat ikhlas karena Allah semata.
123. (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan
tidak (pula) menurut angan-angan ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak
mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.
124. Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun
wanita sedang ia orang yang beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam surga
dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.
15
Op Cit, Abdurrahman An Nahlawi, 276
8
4) Memiliki batas-batas kepuasan dan keinginan. Untuk itu, Rasulullah Saw. telah
memberikan pelajaran praktis kepada para sahabat agar meninggalkan
kebiasaan minta-minta melalui penanaman rasa percaya diri dalam hal mencari
rezeki.
Anas r.a.menuturkisah tersebutkepada kita: ”Seseorang dari kaum Anshar
datang kepada Nabi Saw. Dengan maksud meminta-minta. Kemudian beliau
bertanya kepadanya: ‘Apakah di rumahmu ada sesuatu?’ Orang Anshar
menjawab: ‘Ada, hanya alas pelana unta yang sebagiannya kami pakai dan
sebagiannya lagi kami jadikan hamparan, serta sebuah bejana besar yang
kami gunakan untuk tempat air”. Nabi bersabda:’ Bawalah kedua barang itu
kemari’. Orang Anshar itu pun membawanya. Rasulullah Saw. mengambilnya
seraya bersabda:’Siapa yang mau membeli kedua barang ini? ‘Waktu itu hanya
ditawar satu dirham. Rasulullah Saw. kembali menawarkan barang itu.
Seseorang berkata:’Saya mau mengambilnya dengan harga dua dirham.
Rasulullah memberikan kedua barang itu kepada si pembeli sambil mengambil
dua dirham yang kemudian diberikannya kepada si Anshar dan bersabda:
‘Yang satu dirham beikan makanan, lalu berikan kepada keluargamu, dan yang
sedirham lagi belikan kapak, lalu bawa kembali padaku. ‘Orang Anshar pun
datang sambil membawa kapak. Rasulullah Saw. membuatkan tangkai
kayudengan tangannya sendiri seraya bersabda, ‘Pergilah, carilah kayu bakar,
kemudian juallah! Setelah 15 hari dating lagi kepadaku, aku ingin melihat
hasilnya.’Orang Anshar pun menjalankan perintah Nabi, dan hasilnya
mendapatkan 10 dirham. Sebagian uang itu dipakai untuk membeli pakaian,
dan sebagian lagi untuk membeli makanan. Kemudian Rasululla Saw.
bersabda: ‘Ini adalah lebih baik bagimu daripada kamu dating untuk meminta-
minta yang akan menjadi noda hitam di wajahmu pada hari kiamat….”(HR
Abu Dawud dan Baihaqi).
Pelajaran Rasulullah tersebut tak terlupakan oleh orang Anshar, tidak pula
oleh seluruh sahabat yang yang melihat perbuatan Rosulullah Saw. mereka
melihat sebuah didikan yang melalui pekerjaan yang baik dengan mata
kepalanya sendiri. Begitulah, seorang pendidik dituntut untuk mampu
menerapkan metode tersebut sehingga mampu menjalankan tugas
kependidikannya engan hasil yang baik.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari semua uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
I. Al- Tarbiyah bi Dharbi al-Amtsal (Mendidik melalui perumpamaan)
Bahwa perumpamaan Al-Quran memiliki maksud tertentu, dan yang
terpenting adalah:
9
1) Menyerupakan suatu perkara yang hendak dijelaskan kebaikan dan
keburukannya, dengan perkara lain yang sudah wajar atau diketahui secara
umum ihwal kebaikan dan keburukannya.Seperti contoh diatas.
2) Menceritakan suatu keadaan dari berbagai keadaan dan membandingkan
keadaan itu dengan keadaan lain yang sama-sama memiliki akibat dari
keadaan tersebut.
3) Menjelaskan kemustahilan adanya persamaan diantara dua perkara, misalnya
kemustahilan anggapan kaum musyrikin yang menganggap bahwa Tuhan
mereka memiliki persamaan dengan Al-Khaliq sehingga mereka menyembah
keduanya secara bersamaan.
Bagaimana mungkin mereka menyembah Tuhan yang mereka samakan
Allah Sang Pencipta dengan segala sesuatu.
10
DAFTAR PUSTAKA
11