Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
com
N e w s l e t t e r Vol. 1 Minggu 34 2007 www.csrindonesia.com
Dari Redaksi
“Merdeka!” adalah pekik yang kita kerap dengar sepanjang minggu lalu. Kiranya pekikan itu terdengar tak seramai
masa-masa lalu. Mungkin semakin banyak orang yang kehilangan kesadaran bahwa negara bangsa bernama Indonesia
tak kan hadir kalau tak diperjuangkan dengan sungguh-sungguh oleh mereka yang memekikkan ”Merdeka!” dan maju
ke medan pertempuran atau meja perundingan. Atau, diam-diam semakin banyak orang yang sadar bahwa ternyata kita
memang masih ”agak” jauh dari kemerdekaan.
Memang, Belanda dan Jepang sudah tidak bercokol dalam bentuk kolonialisme tradisional: petantang-petenteng
dengan bedil di tangan. Namun kemerdekaan dalam berbagai aspek tampaknya belum hadir. Bangsa yang merdeka
seharusnya bisa membangun dirinya menuju kesejahteraan bersama dalam segala aspek. Nyatanya kita belum bisa
memastikan kesejahteraan multiaspek setelah 62 tahun ”merdeka”. Itu pesan Editorial kali ini.
Selain berita-berita penting CSR sepanjang minggu lalu, Edisi 3 Newsletter CSR Indonesia menghadirkan tulisan
Muhammad Nuruzzaman mengenai tanggung jawab sosial dalam projek pembangunan infrastruktur, khususnya untuk
kasus pembangunan jalan tol. Dua tulisan dari Mukti Fajar dan Mulyadi Sumarto (Kompas, 15/08)—masih tentang
debat atas regulasi CSR—juga dimuat, agar pembaca yang tak sempat melihatnya di surat kabar dapat mengaksesnya.
Terakhir, kami juga menghadirkan timbangan buku atas karya Yusuf Wibisono ”Membedah Konsep dan Aplikasi
Corporate Social Responsibility”. Semoga bermanfaat bagi kita semua dalam mengisi kemerdekaan dengan
memperjuangkan CSR yang substansial.
Tentang A+ CSR Indonesia Daftar Isi
A+ CSR Indonesia hadir sebagai social enterprise yang
menghimpun berbagai keahlian profesional dalam isu-isu Editorial
seputar CSR. Dengan keahlian itu, berbagai Kita Belum Mampu Memastikan (Kemerdekaan) Itu......... 2
permasalahan yang ada dalam pelaksanaan CSR dapat Berita CSR.................................................................................. 3-5
diidentifikasikan dengan tepat dan peluang bagaimana Agenda………………………………………………….. 5
melakukan perbaikan atasnya dapat direkomendasikan. Publikasi A+
Tangung Jawab Sosial Perusahaan 6
Di sisi lain A+ juga menghimpun keahlian yang sama dalam Projek Pembangunan Infrastruktur..............................
untuk memajukan konsep CSR yang substansial, agar Artikel Pilihan
khalayak dapat membedakannya dengan upaya Tindakan Amoral Korporasi…................................................ 8
menggunakan konsep tersebut untuk kepentingan di luar CSR Layaknya Buah Simalakama …………………............ 9
pembangunan berkelanjutan. A+ memang bertekad Informasi Buku
menjaga keseimbangan antara kritisisme terhadap kinerja Membaca Upaya Yusuf Wibisono “Membedah”CSR.......... 11
sosial dan lingkungan perusahaan dengan optimisme
rasional untuk perbaikannya.
A+ CSR Indonesia
Redaksi
Green Ads Space Pamadi Wibowo (pamadi.wibowo@gmail.com)
Jalal (jalal.csri@gmail.com)
Taufik Rahman (rahman.taufik@gmail.com)
Untuk mengiklankan produk yang ramah Irpan Kadir (irpan.kadir@gmail.com)
Reza Ramayana (reza.ramayana@gmail.com)
sosial dan lingkungan, sponsorship, link ke Endro Sampurna (endara.sampurna@gmail.com)
laporan CSR perusahaan, agenda kegiatan
CSR (pelatihan, seminar, lokakarya, ekspo) Website & Publikasi (media@csrindonesia.com)
Naskah proklamasi menyatakan bahwa yang ingin kemerdekaan. Masyarakat beramai-ramai memanjat
merdeka adalah bangsa ini, bangsa Indonesia. Selama 62 pinang, balap karung, membuat gapura yang megah, dan
tahun merdeka, kemerdekaan itu diisi dengan menyelenggarakan berbagai turnamen olah raga. Namun
membangun negara. Memang, hingga kini Indonesia tidak sedikit masyarakat yang berdiam diri. Mereka
masih belum menunjukkan sebagai sekelompok manusia mengambil keputusan taktis: daripada buat seremoni
berbangsa. Kita baru bernegara, belum berbangsa! lebih baik duit dipakai buat makan.
Kebangsaan adalah salah satu identitas kemanusiaan. Bagi kebanyakan perusahaan, momentum HUT
Bahasa, budi pekerti, dan kebebasan adalah contoh Kemerdekaan RI adalah kesempatan untuk meraih dan
lainnya. Dan bangsa yang merdeka adalah bangsa yang mengokohkan reputasi diri. Besarnya sumbangan
mampu membebaskan diri dari berbagai bentuk mungkin akan dilaporkan sebagai tanda dari kepatuhan
penjajahan. Menjadi bangsa yang merdeka adalah cita- sebagai warga negara (corporate citizen). Dipastikan pula ia
cita semua insan. Status kemerdekaan dan identitas akan hadir dalam publikasi kegiatan corporate social
kebangsaan merupakan sesuatu yang dinamis dan responsibility (CSR). Kita butuh lebih dari ini. Kemeriahan
kadang-kadang liar. Ia adalah sesuatu yang harus terus- perayaan HUT RI pada akhirnya hanyalah panggung
menerus dicari maknanya dan diperjuangkan. Bangsa hiburan. Dan hiburan itu lebih dekat dengan
yang merdeka adalah bangsa yang tiada henti menghabiskan waktu luang, atau bahkan dalam batas-
memperjuangakan kemerdekaan itu sendiri. batas tertentu bisa menjadi kemubaziran.
Negara, dalam banyak literatur ilmu politik, adalah Dari berbagai diskusi mengenai regulasi CSR, majoritas
sebuah organisasi. Kendati ia berniat mewadahi berbagai kalangan non-perusahaan menunjukkan antusiasme luar
ruh dan nilai kebangsaan, dalam pasang-surut sejarah biasa. Mereka memandang bahwa dengan diregulasinya
kenegaraan kepentingan ekonomi selalu menjadi CSR oleh pemerintah sebagai kesempatan untuk
panglima. Gerakan politik menjadi mandek jika tanpa memeroleh dana CSR. Sebaliknya perusahaan banyak
dukungan ekonomi. Negara sebagai organisasi dengan berkeberatan karena itu artinya harus ada tambahan
legitimasi kekuasaan tertinggi, pada akhirnya menjadi pengeluaran di luar kepentingan bisnis. Di titik
pemain ekonomi yang termasuk paling dominan. tengahnya hadir manajemen ”reputasi” perusahaan, yang
kerap disusutkan menjadi sekadar kehumasan. Dengan
Kini, ekonomi digerakkan oleh perdagangan bebas, nada dan pilihan kegiatan yang sengaja dibuat sepertinya
sementara negara dikelola dengan pertimbangan ramah sosial dan ramah lingkungan, perusahaan
demokrasi. Dan kehormatan dijunjung tinggi di atas mempublikasikan citra positif eksistensi dirinya.
setiap kepala individu. Globalisasi ekonomi tidak Sementara, bangsa ini masih merasa kelewat bangga
memberikan banyak pilihan kecuali beradaptasi dan dengan kesementaraan kekayaan alam. Ketika alam
bersaing secara terbuka. Kendati masih bisa berekspresi sering diperkosa dan masyarakatnya dicampakkan, masih
dengan dasar menunjukkan keunikan, tapi toh yang terlampau sedikit dan lemah pihak yang meluruskannya.
namanya persaingan, tetap tidak bisa terlepas dari
hukum besi pasar. Siapa kuat modalnya, dia yang dapat! Kemerdakaan adalah sebuah pilihan sadar. Penjajahan
adalah nasib buruk yang mungkin sengaja dipilih secara
Indonesia, hingga kini masih mengedepankan kekayaan tak sadar. Negara Indonesia memang sudah lahir sejak
dan keelokan sumberdaya alam. Indonesia adalah 62 tahun lalu. Namun kita tak pernah mampu
”papan catur” nan elok, lengkap dengan jumlah memastikan apakah bangsa ini tumbuh sehat,
penonton yang maha banyak. Dibandingkan berkembang cerdas, atau malah terus-menerus
menyediakan produk canggih, bangsa ini masih menderita kesakitan. Kita belum bisa memastikan itu!
mengunggulkan besarnya konsumen dan tenaga kerja Kiranya diperlukan ruh keagungan sebuah bangsa yang
murah. Dibutuhkan ”kenekatan” luar biasa untuk merdeka agar hal-hal yang berkenan dengan pemindahan
mampu bersaing. Dibutuhkan kecerdasan luar biasa kekuasaan (ilmu pengetahuan dan teknologi) dapat
untuk mampu bekerja sama yang saling menguntungkan. diselenggarakan secara saksama dan dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya.
Berbagai pelaku ekonomi memaknai kemerdekaan
bangsa ini dengan memberikan sejumlah diskon. Ada
juga yang mempertahankan harga jual, namun
meningkatkan biaya iklan. Mereka menjajakan iklan
produk di balik puisi dan konser dangdut atau pop
CSR Indonesia Newsletter Vol.1 Minggu 34 2007 2
Berita CSR
Ericsson Focuses on IT Education in CSR Programs
16.Aug.2007 - Sumber: http://thejakartapost.com/Archives/ArchivesDet2.asp?FileID=20070816.M03
Jakarta - PT Ericsson Indonesia, the local unit of 900 staff members, of whom 95 percent were the
telecommunications equipment provider Ericsson, says holders of degrees.
IT education will be the focus of its corporate social
responsibility programs. ”We need more people with higher levels of education,”
said Thornberg, adding that the three awardees of the
Vice president for marketing and communications Dewi bursaries would not be obliged to work in Ericsson after
Widiyanti said Tuesday that Ericsson had decided to finishing their studies. “We’ll welcome them back here,
focus on IT education as it wanted to help develop the offering them jobs, but we won't ask for a
IT industry in Indonesia. commitment,” he said.
She said that Ericsson first conducted such activities at Ericsson first arrived in Indonesia in 1907 and has been
the start of the decade, when it gave financial support to supplying the country's telecommunications sector ever
a number of electrical engineering students to enable since. It provided Indonesia's first cellular network in
them to finish their undergraduate studies. Then, in 1987 and GSM (global system for mobile
2002, it launched the "Ericsson Fast-Forward" program, communications) network in 1995. In 2006, it
which enables some 20 fresh graduates from reputable introduced 3G technology to Indonesia.
universities to serve internships in the company every
year. Ericsson recently extended its contract with the
country's top cellular operator, PT Indosat Tbk, to
This month, it will send three holders of bachelor's expand the latter's WCDMA (wideband code division
degrees to the Royal Institute of Technology (KTH) in multiple access) and HSPA (high-speed packet access)
Stockholm, Sweden, for two-year postgraduate courses network coverage in greater Jakarta.
in wireless systems in electrical engineering.
Ericsson will hence be responsible for supplying core,
"We want to make a contribution to the development of radio access network and transmission equipment,
the IT industry in Indonesia. When the three come covering the design, deployment, integration,
back, we hope will apply their skills and knowledge to performance and improvement of Indosat's
boost the development of IT here," said president WCDMA/HSPA network. (11)
director Bengt Thornberg.
Jakarta, - Sebanyak 180 perusahaan pengembang di kemarin. Namun, setelah menunggu sekitar satu jam
Jakarta Pusat tidak merealisasikan kewajiban sejak pukul 10.00, sesuai dengan jadwal pertemuan, tak
membangun serta menyediakan fasilitas sosial dan satu pun perwakilan perusahaan datang.
fasilitas umum. Tunggakan kewajiban ini terjadi sejak
tahun 1990-an. Akibatnya, kebutuhan masyarakat akan Sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur Nomor
ruang terbuka hijau, jalur pejalan kaki, tempat ibadah, 41 Tahun 2001 tentang tata cara penerimaan kewajiban
fasilitas olahraga, serta kerapian jalan umum tidak dari pemegang surat izin penunjukan penggunaan tanah,
terpenuhi. setiap pengembang berkewajiban menyerahkan fasos
dan fasum berupa jalan, taman, sarana pendidikan,
”Para perusahaan pengembang menyepelekan sarana kesehatan, sarana olahraga, dan rumah murah
pemerintah dan sengaja melanggar peraturan. Mereka sederhana.
bahkan tidak mau datang ketika diundang untuk
membicarakan masalah kewajibannya,” kata Asisten Namun, banyak pengusaha mengabaikan SK tersebut.
Ekonomi dan Pembangunan Wali Kota Jakarta Pusat Saat ini, tercatat hanya 20 dari 202 pengembang yang
Natsir Sabhara, Rabu (15/8). melaksanakan kewajibannya. (nel)
Agenda
CFCD panel dengan topik utama pasca UU Perseroan Terbatas yang terkait dengan pasal
74 yang mewajibkan perusahan dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya.
Keterangan lengkap dan pendaftaran silakan hubungi sdr. Agung dan Lina, sekretariat CFCD (021) 794 0634
Coffee Morning Discussion
with A+ CSR Indonesia
Program ini ditujukan untuk organisasi yang ingin mendapatkan pemahaman awal
tentang CSR ataupun isu‐isu terhangat berkaitan dengannya. Program gratis sepanjang
dua jam akan membahas apa itu CSR serta apa relevansinya untuk organisasi Anda. Untuk
keterangan lebih lanjut, silakan hubungi
office@csrindonesia.com
T: +62‐21 57940611
Muhammad Nuruzzaman
Pengasuh Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon/
Aktivis Lingkar Studi CSR
www.csrindonesia.com
“Kepeloporan Kiai Jatira (KH. Hassanuddin) ini salah satunya sekitarnya dinyatakan dengan penolakan pembangunan
adalah kisah tentang regulasi Belanda mengenai pembuatan jalan jalan tol. Menurut mereka pembangunan jalan tol
raya menghubungkan Bandung-Cirebon yang menjadi resisten bagi
merusak pesantren sebagai lembaga pendidikan yang
penduduk Babakan. Dalam planning-nya, semula Belanda
memasukkan wilayah Babakan (yang sekarang menjadi Pondok telah berkontribusi besar terhadap pembangunan bangsa
Pesantren Raudlatul Thalibin) menjadi wilayah lintasan jalan dan negara. Jika pun tetap dilanjutkan, pasti
raya. Bahkan Belanda telah menanam dua patok besar, pertanda mengganggu aktivitas keseharian Pondok Pesantren.
daerah tersebut kelak menjadi jalan. Namun berkat perjuangan Sikap ini, menurut pengamatan penulis terjadi karena
KH. Hasanuddin, dua patok jati besar yang melintasi pesantren pihak pesantren tidak pernah diajak ‘bicara’ soal rencana
berhasil dibelokannya ke arah yang menjauhi lokasi pesantren.
pembangunan jalan tol.
Karena perjuangan inilah KH. Hasanuddin mendapat julukan
“jatira” artinya jati dua.” (Mahmudah, Babakan: Sebuah Potret
Pesantren Tradisonal) Inilah sebagian temuan penulis tentang kondisi
masyarakat pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon ‘vis a
“Kiai Jatira sebagai pendiri pesantren bisa memindah jalan vis’ perusahaan yang melakukan projek pembangunan
Daendels (Belanda), sekarang kita juga harus bisa memindah jalan jalan tol. Perlu disadari bahwa Pondok Pesantren di
tol. Belanda dan pengusaha kayaknya sama, kalau tidak bisa
Kabupaten Cirebon bukan hanya aset pendidikan Islam
dipindah pengusaha ternyata lebih jahat dari Belanda.” (warga
Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon) tapi merupakan basis kultural masyarakat Islam di
Cirebon. Dikhawatirkan, jika perusahaan tidak serius
Pembangunan jalan tol Palimanan-Cikampek dalam memperhatikan kondisi ini maka akan terjadi
proses pembebasan tanah. Akhir Agustus 2007 pertarungan yang sangat keras antara masyarakat dengan
pembebasan tanah diharapkan akan selesai. Reaksi perusahaan. Sangat boleh jadi, protes dengan legitimasi
masyarakat terutama yang terlewati oleh jalan tol sangat agama dan dukungan pemimpin Pondok Pesantren akan
resah, karena mereka hanya mendengar kabar dan tidak semakin mengkristalkan sikap penolakan pembangunan
jelas lokasi mana yang akan dibebaskan tanahnya. jalan tol.
Informasi masyarakat tentang jalan tol masih jauh dari
memadai. Hanya para aparat pemerintah dan desa saja Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
yang tahu, kapan, di mana lokasinya dan berapa biaya Pada dasarnya, selain perusahaan mengurus ijin legal dari
penggantiannya. Masyarakat lebih banyak mendengar isu pemerintah, semua aktivitas perusahaan mulai dari
dan rumor yang tidak jelas kebenarannya.. rencana prapembangunan, proses pembangunan, dan
pascapembangunan harus mempertimbangkan unsur-
Sepanjang pengamatan penulis, hingga kini belum unsur sosial, ekonomi dan lingkungan masyarakat
pernah ada konsultasi publik yang dilakukan oleh sekitar. Proses pengurusan ijin legal (legal license to operate)
perusahaan. Tidak ada satupun masyarakat pesantren harus diimbangi dengan konsultasi publik untuk
Babakan—sebagai pihak yang terkena dampak mendapat ijin sosial masyarakat (social license to operate).
pembangunan jalan tol, dan karenanya adalah pemangku
kepentingan yang sah—yang diajak bicara. Memang ada Dalam proses konsultasi publik, perusahaan harus secara
upaya sosialisasi yang dilakukan PT. Lintas Marga terbuka menjelaskan rencana detail pembangunan,
Sedaya, berupa sosialisasi AMDAL Pembangunan Jalan perkiraan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang
Tol Cikampek-Palimanan. Kendati demikian, masyarakat positif dan negatif. Mulai dari kemungkinan terwujudnya
Pesantren Babakan Ciwaringin hanya mendapatkan harapan tenaga kerja secara proporsional bagi
fotokopi bahan presentasinya saja dari aparat masyarakat sekitar, kompensasi yang berimbang atas
Pemerintah Desa Babakan. Mereka tidak pernah eksploitasi sumberdaya yang telah digunakan, pilihan
diundang serta dilibatkan dalam sosialisasi, alih-alih bahan baku produksi yang ramah lingkungan,
didengarkan aspirasinya. penanganan atas proses produksi yang menjamin
kualitas produk yang dihasilkan, perhatian dan
Kegelisahan masyarakat Pesantren Babakan dan peningkatan kualitas hidup para pekerja, penanganan
Mukti Fajar ND
15 Agustus 2007
http://kompas.com/kompas-cetak/0708/15/opini/ 3763353.htm
CSR yang selama ini dilakukan oleh korporasi, Korporasi yang dibentuk dalam sebuah wilayah hukum
mendasarkan pada prinsip sukarela (voluntary) dan seharusnya mengabdi pada kepentingan masyarakat di
kedermawanan (philantrophy), dianggap tidak efektif. mana hukum itu ada. Oleh karena itu, perlu dibongkar
Demikian kegelisahan yang disampaikan Sekretaris kembali (Gary von Stage, 1994). Pembentukan hukum
Jenderal PBB dalam pertemuan Global Compact di korporasi yang baru harus memberikan ruang bagi
Geneva, Swiss. Korporasi dianggap tidak mempunyai terciptanya keadilan sosial. Aset yang dimiliki korporasi
kepedulian terhadap persoalan sosial seperti lingkungan tidak hanya menjadi milik pribadi, tetapi harus
hidup, hak asasi manusia, dan community development. digunakan untuk memberikan kemanfaatan umum,
khususnya bagi kaum yang paling tidak beruntung (John
Hal itu terbukti dengan meningkatnya krisis pemanasan Rawls, 1995).
global, ketimpangan ekonomi (extreme poverty), mahalnya
biaya pendidikan dan kesehatan, serta persoalan sosial Masyarakat mempunyai hak atas keuntungan yang
lainnya. Demikian pula di Indonesia, pengaturan didapat oleh korporasi karena masyarakat sesungguhnya
kewajiban tanggung jawab sosial perusahaan (corporate ”pemegang saham” bagi sebuah wilayah hukum yang
social responsibilty/CSR) dalam Undang-Undang (UU) dijadikan operasi korporasi. Perluasan tafsir atas Pasal
Perseroan Terbatas dan UU Penanaman Modal justru 304 KUHP tentang ”membiarkan seseorang dalam
banyak ditentang banyak korporat. keadaan sengsara...” dapat pula diterapkan sanksi pidana
bagi korporasi yang mempunyai kekayaan berlebih tetapi
Perdebatan klasik itu dikarenakan, pertama, mengenai menelantarkan masyarakat di sekitarnya dalam kesulitan.
hakikat korporasi dan, kedua, mengenai penegakan
hukumnya. Secara nature, korporasi didirikan untuk Dengan paradigma tersebut, CSR akan mendapatkan
memaksimalisasi keuntungan, bukannya untuk tempat yang terhormat dalam hukum perusahaan. Ruang
melakukan perbuatan amal. Pendapat ini disampaikan lingkup isu-isu dalam CSR memang tidak bisa dibatasi
Milton Friedman, seorang peraih nobel bidang ekonomi. hanya pada teritorial negara karena dampak negatif yang
”Satu-satunya tanggung jawab korporasi adalah kepada diakibatkan operasi korporat bersifat global, seperti
shareholder,… menyalurkan kekayaan korporasi kepada lingkungan hidup dan hak asasi manusia. Persoalan
masyarakat justru merupakan tindakan amoral penegakan hukum internasional mempunyai kelemahan
korporasi” (Joel Bakan, 2006). Artinya, CSR merupakan karena tidak adanya struktur hukum sebagai otoritas
pengkhianatan terhadap hak pemegang saham. yang dibangun untuk melaksanakannya.
Dengan konstruksi hukum perusahaan yang ada Perjanjian internasional hanya berjalan efektif ketika
sekarang, memang sulit untuk mengubah perilaku semua negara sepakat di dalamnya. Organisasi
mereka. Walaupun kita bisa saksikan, korporasi Perdagangan Dunia (WTO) sebagai organisasi raksasa
dilahirkan untuk menjadi spesies yang rakus, tamak, dan yang diikuti hampir seluruh negara di dunia sampai hari
hanya memikirkan dirinya sendiri. ini berdalih hanya akan mengatur negara, bukan
korporasi.
Status badan hukum yang disandang membuat dirinya
tidak bisa mati (kecuali bangkrut) dan terus Alotnya pihak Amerika Serikat untuk menandatangani
mengeksploitasi berbagai sumber daya yang ada hingga pengurangan emisi karbon, demi menekan pemanasan
semuanya menjadi sampah dan sepah. Tanggung jawab global dengan Uni Eropa, adalah bentuk pembelotan
terbatas pemegang saham (limited liability) memungkinkan dan mungkin akan diikuti negara lain, yang akan
korporasi untuk menangguk keuntungan tanpa batas. dirugikan industrinya jika menandatangani kesepakatan
Namun ketika berhadapan dengan persoalan, mereka tersebut.
hanya bertanggung jawab sebatas modal. Masih ingat
kisah tanggung jawab Lapindo Brantas Inc. terhadap Namun, bentuk soft law, seperti OECD Guidelines for
masyarakat Sidoarjo, Jawa Timur, kan? Bukti adanya Multinational Enterprises, yang digagas dalam World
kegagalan sistemik yang diciptakan hukum perusahaan Summit on Sustainable Development on CSR dapat
dalam menciptakan ketidakadilan secara legal. dijadikan rujukan (Calder & Culverwell, 2005).
Jalal
Aktivis Lingkar Studi CSR
www.csrindonesia.com
Kini sudah tersedia cukup banyak tulisan dalam Bahasa lingkaran dengan tulisan merentang dari Protokol Kyoto
Indonesia mengenai CSR. Sejak CSR ramai dibicarakan hingga ISO 26000.
di ruang-ruang seminar, diskusi, lokakarya serta mulai
dipraktikkan di lebih banyak perusahaan, makin banyak Daftar isi buku itu (h. xx-xxii) memperkuat kesan
saja pihak yang menulis mengenai masalah ini. tersebut. Wibisono membagi bukunya menjadi lima
Belakangan, salah satu “berkah” kontroversi regulasi bagian, yaitu Konsep Dasar CSR; Mengaca pada Sejarah;
CSR adalah semakin meningkatnya jumlah tulisan Konsep Penerapan CSR; Membangun Kemitraan; dan
mengenai CSR di media massa. Namun, tulisan dalam Strategi dan Taktik Penerapan CSR. Dengan membaca
bentuk buku yang lengkap belumlah mudah ditemukan. judul bagian-bagian itu, mungkin kebanyakan pembaca
Memang ada beberapa terbitan Business Watch akan berharap bahwa dengan menyelesaikan buku ini
Indonesia1 atau Indonesia Center for Sustainable maka bukan saja pengetahuan dasar mengenai CSR,
Development2 yang membahas mengenai CSR, namun namun juga pengetahuan yang lebih maju akan
entah mengapa ketersediaannya sangat terbatas. Sulit diperolehnya. Harapan itu wajar, mengingat banyak pula
mencari literatur tersebut di toko-toko buku besar, pihak yang telah menuliskan pujian atas buku ini, seperti
apalagi kecil. yang tertera di sampul belakang. Tak kurang dari
seorang bupati, mantan rektor, dan akademisi penasihat
Menanggapi kelangkaan itu, Yusuf Wibisono, seorang ikatan cendekiawan menyatakan kekaguman atas buku
praktisi CSR dari PT Petrokimia Gresik menuangkan ini, dan menganjurkan untuk membacanya.
pengetahuan yang dimilikinya ke dalam buku. Dari
keterangan yang ia tuliskan, dapat dibaca bahwa “Ribuan Ketika berbicara mengenai evolusi CSR, dengan tepat
artikel telah dipelajarinya, diskusi dan sharing pengalaman Wibisono menyatakan bahwa “tidak ada jejak baku yang
dengan penggiat CSR menjadi menu hariannya” (h. 163). disepakati secara bulat tentang tahap perkembangan itu.”
Tentu, dengan pernyataan yang demikian ia hendak Memang, kalau sejumlah literatur yang membahas
menyatakan bahwa apa yang disampaikannya adalah sejarah CSR diperhatikan, tidaklah bisa ditemukan
pengetahuan yang komprehensif, yang bersumber dari kesepakatan mengenai kapan dimulainya CSR itu.
sumbang pikir banyak pihak secara langsung maupun Namun ada cukup banyak literatur yang bersetuju bahwa
tidak. Pesan bahwa buku ini berusaha menjadi all karya Howard Bowen bertajuk Social Responsibilities of the
encompassing, all embracing atau memuat “semua” hal sudah Businessman yang terbit di tahun 1953 merupakan
mulai tampak dari kulit muka yang menggambarkan tonggak sejarah modern CSR. Adalah Archie Carroll
dengan tulisannya yang terkenal Corporate Social
1 Misalnya Heyneardhi, H. 2005. Kritis Memahami CSR. Business Responsibility, Evolution of a Definitional Construct (1999)3
Watch Indonesia dan FIDES Intitute. Surakarta.; serta yang bertanggung jawab dalam menyatukan ide bahwa
Wermasubun, D. 2003. Corporate Social Responsibility. Business Bowen-lah yang pantas dianggap sebagai Bapak CSR.
Watch Indonesia. Surakarta. Wibisono tampaknya tidak mengetahuinya atau tidak
2 Budimanta, A., Prasetijo, A., dan Rudito, B. 2004. Corporate
mengakui karya Bowen sebagai awal sejarah modern
Social Responsibility, Jawaban bagi Model Pembangunan Indonesia Masa
Kini. Indonesia Center for Sustainable Development. Jakarta. CSR itu. Alih-alih, ia langsung meloncat pada karya
Ada beberapa terbitan lain dari ICSD, namun utamanya
membahas mengenai pengembangan masyarakat, bukan CSR 3Carroll, A. 1999. Corporate Social Responsibility, Evolution of a
secara utuh, misalnya Rudito, B., dkk. Akses Peran Serta Masyarakat Definitional Construct. Business and Society, Vol. 38/3.
yang terbit 2003.
Stakeholder Identification and Salience: Defining Principles of Who and Advancing the Conceptual Consideration of Stakeholder Status for the
What Really Counts. Academy of Management Review Vol 22/4. Natural Environment. Journal of Business Ethics Vol. 49.
Assurance (Jaminan)
1. Audit Kinerja CSR (CSR Performance Audit).
2. Pelaporan dan Publikasi Program CSR (CSR Reporting and Publication)
3. Penilaian Independen atas Rencana atau Kinerja CSR (CSR Due Diligence).
Advocacy (Advokasi)
1. Fasilitasi Hubungan dengan Pemangku Kepentingan (Stakeholder Engagement Facilitation).
2. Fasilitasi Resolusi Konflik (Alternative Dispute Resolution/ADR).
3. Pengembangan Kerjasama Tim (Team Building).
4. Perencanaan Penutupan Operasi (Exit Strategy Planning).
5. Pengembangan Strategi Komunikasi CSR (CSR Communication Strategy Development).
6. Pelaksanaan Strategi Komunikasi CSR (CSR Communication Strategy Execution).
7. Kontribusi dalam Penyebaran Wacana dan Keterampilan CSR (Contribution to CSR Discourse and
Skills).
Green Ads Space
Untuk mengiklankan produk yang ramah sosial dan lingkungan, sponsorship, link ke laporan CSR
perusahaan, agenda kegiatan CSR (pelatihan, seminar, lokakarya, ekspo) atau lainnya yang relevan
silakan kontak ke media@csrindonesia.com.