Вы находитесь на странице: 1из 4

“SAMPAH = SUMBER ENERGI”

Ketika terucap kata ‘sampah’, pertama yang terpikir oleh orang-orang pada umumnya yaitu kotor, sisa
buangan, tidak berguna dan secepatnya dimusnahkan/dihilangkan dari pandangan karena menganggu
pemandangan, sumber penyakit dan lain sebagainya. Pendapat tersebut tidak salah namun tak sepenuhnya
benar. Pengetahuan seseorang tentang sampah akan mempengaruhi paradigma tentang sampah. Apakah
selamanya bermasalah ataukah dipandang dengan positif bahwa ‘sampah’ merupakan suatu tantangan yang
perlu ditangani. Penanganan disini tak hanya sekedar menanganinya agar secepatnya menghilang dari
pandangan kita, lebih dari itu, sampah tak sekedar mendatangkan masalah tapi juga mendatangkan nilai lebih
bagi si penghasil sampah jika ditangani dengan tepat.

Suatu konsekuensi dari setiap aktifitas manusia yaitu adanya hasil sampingan yang dapat berupa
sampah. Sampah akan terus terproduksi dan tak terhentikan selama manusia ada. Dimana penduduk negeri
berkembang ini, jumlah penduduk terbesar ke-empat di dunia, akan terus bertambah seiring waktu berjalan.
Jumlah penduduk dan aktivitasnya merupakan faktor penyumbang volume sampah. Bagaimana menyikapi hal
ini menjadi suatu sumber daya yang terbarukan serta menjanjikan karena sampah akan terus terproduksi. Selain
itu sudah merupakan suatu bentuk tangunggjawab manusia sebagai khalifah fil ardl yang juga sebagai penghasil
sampah utama di setiap aktivitasnya yaitu dengan melakukan penanganan terhadap sampah agar tidak
menimbulkan permasalahan pada lingkungan.

Aspek lain yang juga menjadi pendorong akan kebutuhan energi alternatif yaitu harga bahan bakar
minyak maupun gas yang mahal sangat membebani masyarakat. Dari sini diharapkan masyarakat mendapatkan
sumber energi secara mandiri, dimana sumbernya berasal dari sampah pembuangan aktivitas mereka sendiri.
Sasaran pengguna teknologi yang dibidik penulis yaitu masyarakat yang melakukan penjualan di pasar
tradisional. Teknologi energi alternatif yang dilirik penulis disini adalah BIOGAS. Dimana biogas merupakan
alternatif yang relatif sederhana.

Pasar tradisional menghasilkan berton-ton sampah yang berasal dari sayur-mayur serta buah-buahan.
Sampah-sampah ini digolongkan pada sampah organik. Sangat disayangkan bila hanya dibiarkan menumpuk
hingga membusuk yang pada akhirnya akan menimbulkan permasalahn baru yaitu mengganggu pemandangan
serta lingkungan. Sampah organik ini dapat dimanfaatkan dengan penerapan teknologi biogas. Selain pasar akan
menjadi sehat dan bersih, masyarakat juga mendapatkan manfaat dari sampah yang dihasilkan tersebut.
Manfaatnya dapat berupa sumber gas untuk memasak para pedagang juga untuk pertanian dapat berguna
sebagai sumber pupuk cair maupun pupuk padat organik.

Setiap hari pasar tradisional rata-rata menghasilkan sampah organic sebanyak 5 ton. Dari 5 ton sampah
organic yang dicampur air dengan perbandingan 1:1 maka setiap hari dapat menghasilkan 0,9-1,8 m3 biogas.
Dengan hasil tersebut dapat digunakan paling tidak oleh 10 warung di sekitar pasar dan menghasilkan sekitar 2
ton pupuk organik padat. Dengan menjadikan pasar tradisional lebih bersih dan sehat, akan mempertahankan
keberadaan pasar tradisional yang makin menurun sekitar 8,1% per tahun akibat terdesak pasar modern.
(Wahyuni Sri, 2009)

Proses Pembuatan Biogas dari Sampah Organik

9 Siapkan bahan berupa sampah organik sebanyak 200 kg dan cacah melalui mesin penghancur sampah.

9 Masukkan sampah yang sudah hancur dalam bak penampungan. Tambahkanair sebanyak 60 liter, lalu
aduk hingga tercampur rata.

9 Masukkan bahan campuran tersebut kedalam digester hingga penuh melalui lubang pemasukan.

9 Diamkan selama 30-45 hari agar terbentuk gas yang diinginkan. Lakukan pengadukan bahan setiap lima
hari sekali melalui lubang pemasukan atau pengeluaran.

9 Setelah 30-45 hari, gas akanterbentuk. Jika ingin mendeteksi adanya gas, buka keran yang
menghubungkan gas dengan kompor, lalu nyalakan. Jika menyala, berarti sudah terbentuk biogas
sehingga sudah dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan.

9 Supaya produksi gas dapat dilakukan setiap hari, tambahkan 2 kg limbah dari pabrik kelapa sawit dan 4
liter air.

(Sumber: Biogas/ Sri Wahyuni, Jakarta: Penebar Swadaya, 2009)

Tipe-tipe Reaktor Biogas (Digester)

Terdapat empat tipe digester biogas yang telah dikembangkan di Indonesia yaitu:

1. Tipe kubah (fived dome) terbuat dari pasangan batu kali atau batubata/beton.

2. Tipe silinder (floating drum) terbuat dari tong/drum/plastik.

3. Tipe plastik terbuat dari plastik.

4. Tipe fiberglass terbuat dari bahan fiberglass.

No. Jenis Reaktor Kelebihan Kekurangan

1. Reaktor Kubah Biaya konstruksi lebih murah Mudah retak bila terjadi gempa
Tetap (Fixed- disbanding reactor terapung; bumi; jika bocor, sulit diperbaiki;
Dome) perawatan lebih mudah memiliki pori-pori agak besar
sehingga gas mudah bocor.

2. Reaktor Terapung Dapat dilihat langsung volume gas Biaya mahal material konstruksi
(Floating) yang tersimpan pada drum karena dari drum; korosi juga menjadi
pergerakannya; tekanan gas konstan masalah, bagian pengumpul gas
karena tempat penyimpanan yang pada reactor ini memiliki umur
terapung. lebih pendek disbanding tipe kubah
tetap.

3. Reaktor Balon Efisien dalam penanganan dan Mudah bocor.


perubahan tempat biogas karena
menggunakan bahan plastik;
harganya lebih murah.

4. Reaktor Efisien dalam penanganan dan


Fiberglass perubahan tempat biogas karena
menggunakan bahan fiberglass;
efisien karena kedap, ringan dan kuat;
jika terjadi kebocoran, mudah
diperbaiki atau diperbaiki atau
dibentuk kembali seperti semula dan;
dan dipindahkan sewaktu-waktu jika
tidak menggunakannya lagi.

Untuk mengoperasikan biogas, yang harus dipersiapakan terlebih dahulu yaitu kompor atau generator.
Kompor atau generator listrik yang digunakan telah dimodifikasi khusus untuk berbahan bakan biogas. Kompor
biogas dan generator listrik berbahan bakar biogas dapat dipesan kepada pembuat kompor dan generator
modifikasi yang ada di pasaran.

Selain banyaknya keberhasilan teknologi ini juga banyak catatan kegagalan atas penerapan teknologi ini.
Faktor-faktor kegagalan penerapan teknologi ini diantaranya:

: Desain digester, terkait dengan inlet dan outlet yang tidak sesuai dengan prosedur.

: Pembangunan. Pembangunan terkait dengan kondisi tidak ada udara (anaerob) yang diterapkan,
apakah terjadi kebocoran atau tidak dalam pembangunan.
: Ketidakseimbangan populasi bakteri methan terhadap bakteri asam yang menyebabkan
lingkungan menjadi sangat asam (pH kurang dari 7) yang selanjutnya menghambat kelangsungan
hidup bakteri methan (Garcelon, dkk)

Hal penting yang menunjang tercapainya kesuksesan penerapan teknologi yang berkelanjutan yaitu
adanya peran serta masyarakat dalam menggunakan dan merawat teknologi tersebut. Tentunya hal penting
tersebut tak lepas dari upaya sosialisasi terhadap warga yang nantinya akan memanfaatkan teknologi tersebut.
Penyuluhan atatau pemberian sosialisasi tersebut berupa cara pengoperasian, bagaimana cara perawatannya dsb.
Sebagai langkah awal diperlukannya bantuan dari Dinas yang bersangkutan untuk memberikan investasi/ dana
stimulus untuk membangun teknologi ini. Kemudian dilanjutkan oleh masyarakat pengguna dalam hal
Operasional dan Perawatannya. Tak lupa perlu disertakan pendampingan kepada masyarakat hingga pada
waktunya masyarakat dapat menggunakan teknologi ini secara mandiri.

Ditulis oleh Amilia dan Kukuh Pandu Herlambang, mahasiswa Universitas Islam Indonesia, Jurusan Teknik
Lingkungan.

Sumber:
Ahmad-fajar.web.ugm.ac.id/?p=21

Akhadi, Mukhlis. Ekologi Energi: Mengenali Dampak Lingkungan dalam Pemanfaatan Sumber-sumber
Energi. Graha Ilmu. Yogyakarta, 2009.

Tim Penulis PS. Penanganan dan Pengolahan Sampah. Penebar Swadaya. Jakarta, 2008.

Wahyuni, Sri. Biogas. Penebar Swadaya. Jakarta, 2009

www.kamusilmiah.com/teknologi/reaktor-biogas-skala-kecilmenengah/

Вам также может понравиться