Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
MEIDIL AQSA
080410101010055
dan
SARWO EDHI
080410101010082
2011
1
Pendahuluan
Pengertian Kontrak Konstruksi
Imam Soehanto (1995 : 552) mendefinisikan kontrak konstruksi sebagai suatu proses dimana
pemilik proyek membuat suatu ikatan dengan agen dengan tugas mengkoordinasikan
seluruh kegiatan penyelenggaraan proyek termasuk studi kelayakan, desain, perencanaan,
persiapan kontrak konstruksi dan lain-lain, kegiatan proyek dengan tujuan meminimkan
biaya dan jadwal serta menjaga mutu proyek.
Selanjutnya dalam standar akuntansi keuangan definisi kontrak konstruksi adalah kontrak
dan dinegosiasikan secara khusus untuk konstruksi suatu asset yang berhubungan giat satu
sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan, teknologi, fungsi dan tujuan
penggunaan pokok.
Dari definisi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa kontrak konstruksi adalah suatu
ikatan perjanjian atau negosiasi antara pemilik proyek dengan agen-agen mengkoordinasikan
seluruh kegiatan proyek dengan tujuan untuk meminimalkan biaya dan jadwal serta menjaga
mutu proyek. Dalam kontrak konstruksi ada dua jenis kontrak yaitu :
1. Kontrak harga tetap, yakni pihak kontraktor setuju dalam melaksanakan semua pekerjaan
proyek yang dicanangkan di dalam kontrak dengan imbalan uang muka (harga) dengan
jumlahnya tetap. Variasi jenis kontrak ini terdiri dari :
a. Harga tetap dari ekskalasi yaitu harga kontrak yang dapat disesuaikan, naik atau
harga yang didasarkan atas suatu indeks eskalasi yang disetujui bersama.
b. Harga tetap dengan perangsang. Dalam hal ini kontraktor tambahan harga yang telah
disetujui sebagai perangsang misalnya bila kontraktor dapat menyelesaikan lebih dari
rencana.
c. Kontaktor dengan satuan harga tetap. Kontrak ini bila mana jenis pekerjaan dan
spesifikasinya dapat secara jelas ditentukan sedangkan jumlah pekerjaan belum
dapat diketahui secara tepat.
2
2. Kontrak dengan harga yang tidak tetap, yakni pihak pemilik membayar biaya-biaya (jasa
dan material) yang dikeluarkan untuk melaksanakan proyek diatur dalam kontrak ditambah
dengan sejumlah uang yang ada dalam bentuk upah. Variasi jenis kontrak ini terdiri dari :
a. Harga tidak tetap dengan upah tetap. Pemilik membayar kembali semua biaya proyek
yang dikeluarkan oleh kontraktor, ditambah fee yang jumlahnya tetap.
b. Harga tidak tetap dengan suatu batas maksimum. Pemilik membayar semua biaya
yang dikeluarkan oleh kontraktor untuk merampungkan proyek, ditambah upah
sampai pada suatu batas maksimum.
c. Harga tidak tetap dengan resiko ditanggung bersama. Disini jumlah upah akan naik
sesuai dengan penghematan yang dihasilkan, tetapi akan mendapat hukuman sesuai
dengan jumlah keseimbangan yang terjadi di atas sasaran.
d. Harga tidak tetap dengan upah berubah-ubah jumlah upah bila pada akhir ternyata
biaya proyek sesungguhnya berada di bawah sasaran maka jumlah upah akan naik
demikian sebaliknya
Fixed Lump Sum Price ialah volume kontrak tidak boleh diukur ulang, harga
penawaran tidak boleh diubah kecuali pada salah satu volume dan harga satuan. Resiko
akibat perubahan karena koreksi aritmatik menjadi tanggung jawab penyedia jasa. Penyedia
jasa menanggung semua resiko. Jenis kontrak ini bersifat tetap dan pasti. Pemenang tender
harus menyelesaikan kontrak pengadaan barang dan jasa sampai pekerjaan tersebut selesai
sesuai dengan jangka waktu penyelesaian yang sudah ditentukan. Apabila ada risiko dalam
penyelesaian pekerjaan tersebut menjadi tanggungjawab pemenang tender. Dalam kontrak
3
lump sum, pemilik dasarnya telah ditetapkan seluruh risiko kepada kontraktor, yang pada
gilirannya dapat diharapkan untuk meminta markup yang lebih tinggi dalam rangka untuk
mengurus kontinjensi yang tidak terduga. Selain harga lump sum tetap, Komitmen lainnya
adalah sering dibuat oleh kontraktor dalam bentuk submittals seperti jadwal tertentu, sistem
manajemen pelaporan atau program kendali mutu. Jika biaya aktual dari proyek ini adalah
rendah, mengecilkan biaya akan mengurangi keuntungan kontraktor dengan jumlah
tersebut. melebih-lebihkan Suatu memiliki efek sebaliknya, tetapi dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya penawar rendah untuk proyek tersebut.
Penjelasan Pasal 21 ayat (1) PP No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, tertulis :
“Pada pekerjaan dengan bentuk Lump Sum, dalam hal terjadi pembetulan perhitungan
perincian harga penawaran, karena adanya kesalahan aritmatik maka harga penawaran total
tidak boleh diubah. Perubahan dan semua resiko akibat perubahan karena adanya koreksi
aritmatik menjadi tanggung jawab sepenuhnya Penyedia Jasa, selanjutnya harga penawaran
menjadi harga kontrak/harga pekerjaan”
b. Unit Price
Volume kontrak diukur ulang, harga penawaran dapat berubah tetapi harga satuan
tidak dapat berubah. Resiko akibat perubahan karena koreksi aritmatik menjadi tanggung
jawab penyedia jasa dan pengguna jasa sama-sama memikul semua resiko. Adanya opname
menimbulkan peluang kolusi. Jenis kontrak ini bersifat tetap dan pasti, berdasarkan harga
satuan pekerjaan dengan spesifikasi tertentu. Sehingga pembayarannya dilakukan atas dasar
pengukuran bersama atas volume pekerjaan. Dalam kontrak harga satuan, risiko estimasi
tidak akurat dalam jumlah yang tidak pasti untuk beberapa tugas utama yang telah dihapus
dari kontraktor. Namun, beberapa kontraktor dapat mengajukan “tawaran seimbang” ketika
menemukan perbedaan yang besar antara estimasi dan perkiraan pemilik dari kuantitas.
Tergantung pada kepercayaan kontraktor pada perkiraan sendiri dan kecenderungan pada
risiko, seorang kontraktor bisa sedikit menaikkan harga unit pada tugas diremehkan sambil
menurunkan harga unit pada tugas-tugas lainnya. Jika kontraktor benar di dalam pengkajian,
maka dapat meningkatkan keuntungan secara substansial sejak pembayaran dilakukan pada
4
jumlah yang sebenarnya tugas, dan jika sebaliknya adalah benar, maka bisa kehilangan atas
dasar ini. Selanjutnya, pemilik mungkin mendiskualifikasi kontraktor jika tawaran tersebut
tampak sangat tidak seimbang. Sejauh bahwa meremehkan atau melebih-lebihkan
disebabkan oleh perubahan dalam jumlah kerja, kesalahan tidak akan mempengaruhi laba
kontraktor luar me-markup harga unit.
Penjelasan Pasal 21 ayat (2) PP No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, tertulis :
“Pada pekerjaan dengan bentuk imbalan harga satuan, dalam hal terjadi pembetulan
perhitungan perincian harga penawaran dikarenakan adanya kesalahan aritmatik, harga
penawaran total dapat diubah, tetapi harga satuan tidak boleh diubaj. Koreksi aritmatik
hanya boleh dilakukan pada perkalian antara volume dengan harga satuan. Semua
resiko akibat perubahan karena adanya koreksi aritmatik menjadi tanggung jawab
sepenuhnya Penyedia Jasa. Penetapan pemenang lelang berdasarkan harga terkoreksi.
Selanjutnya harga penawaran terkoreksi menjadi harga kontrak/harga pekerjaan. Harga
satuan juga menganut prinsip lump sum”
Jenis kontrak ini, merupakan gabungan antara lumpsum dengan harga satuan.
Jenis kontrak ini, seluruh pekerjaan diselesaikan dengan waktu tertentu sampai
kontruksi dan peralatan penunjang lainnya dapat berfungsi sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan. pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu
tertentu dengan jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh bangunan/konstruksi
peralatan dan jaringan utama maupun penunjangnya dapat berfungsi dengan baik sesuai
dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan.
5
e. Kontrak persentase
Jenis kontrak ini, pelaksana kontrak atau pekerjaan pemborongan tersebut akan
menerima imbalan jasa berdasarkan persentase nilai pekerjaan konstruksi. kontrak
pelaksanaan jasa konsultansi bidang konstruksi atau pekerjaan pemborongan tertentu,
dimana konsultan yang bersangkutan menerima imbalan jasa berdasarkan prosentase
tertentu dari nilai pekerjaan fisik konstruksi/pemborongan tersebut.
Jenis kontrak ini, pelaksanaan pekerjaannya mengikat dana anggaran untuk satu
tahun masa anggaran negara.
Jenis kontrak ini, pelaksanaan pekerjaan mengikat dana anggaran untuk satu tahun
lebih masa anggaran negara dengan persetujuan pejabat pemerintah.
Jenis kontrak ini, dilaksanakan oleh satu kontraktor untuk menyelesaikan proyek
dalam waktu tertentu.
Perbedaan contract ini dengan jenis contract tradisional adalah Owner menyerahkan
pekerjaan design dan konstruksi kepada satu perusahaan. Owner cukup memberikan kriteria
6
hasil akhir yang diinginkan. Keterlibatan Owner dalam proyek sangat minimal karena
Kontraktor akan mengurus semuanya dari design sampai commissioning. Saat pekerjaan
selesai, Owner tinggal “minta kunci untuk menghidupkan plant ( = turn key )”. Istilah design
& build contracts umumnya digunakan pada proyek gedung, sedangkan istilah turnkey / EPC
contracts banyak digunakan pada proyek industri atau migas.
3 . Co-operative Contracting
7
• Pekerjaan proyek dibagi atas beberapa bagian. Tiap Kontraktor akan bertanggung jawab
terhadap pekerjaan tertentu sesuai keahliannya. Biaya dan potensi keuntungan /
kerugian dari tiap pekerjaan ditanggung oleh masing-masing kontraktor pelaksana.
• Kombinasi dari dua skenario di atas, ada pekerjaan yang ditangani bersama dan ada
pekerjaan yang menjadi tanggung jawab masing-masing kontraktor.
Bentuk co-operative contracting yang banyak dikenal adalah Joint Ventures dan
Consortium.
Umumnya jenis contract ini dilakukan oleh Pemerintah yang membutuhkan dukungan
pihak swasta untuk membangun proyek infrastuktur. Contoh dari contract jenis ini antara lain
Build-Operate-Transfer ( BOT ) dan Production Sharing Contracts ( PSC ). Dari uraian
di atas, bisa dilihat bahwa terdapat berbagai pilihan jenis contract. Dari yang tradisional
sampai dengan yang telah dimodifikasi. Tidak tertutup kemungkinan akan ada modifikasi
contract baru, yang dibuat untuk menyesuaikan kebutuhan industri konstruksi yang terus
berkembang.
Owner akan memilih jenis contract yang paling sesuai berdasarkan pertimbangan :
• biaya
• kualitas
• waktu, dan
• kesiapan Owner untuk ikut terlibat dalam pelaksanaan proyek
B. Traditional Contracts
Dalam contract tradisional, pekerjaan design dan pekerjaan konstruksi dilakukan oleh
perusahaan yang berbeda. Jadi Owner mengawasi pekerjaan dari beberapa perusahaan. Ada
3 principal types yang masuk kategori ini :
8
1.1. Lump sum contracts
Dalam kontrak jenis ini, harga yang fixed disepakati untuk menyelesaikan seluruh
scope pekerjaan. Umumnya tersedia Bill of Quantities yang menjabarkan lingkup pekerjaan
yang di cover oleh harga lump sum. Juga tersedia schedule of rates untuk mengantisipasi
variation works selama pelaksanaan proyek.
Dalam contract jenis ini, nilai akhir proyek dihitung berdasarkan volume pekerjaan
yang terlaksana di lapangan. Bill of Quantities menyediakan fixed unit rates dan perkiraan
quantity untuk berbagai jenis pekerjaan. Pada akhir proyek, quantity pekerjaan yang
terlaksana akan dihitung ulang / re-measured untuk menentukan nilai akhir proyek.
Sering disebut sebagai fixed fee contracts, dimana Kontraktor dibayar berdasarkan
biaya aktual yang dikeluarkan ditambah dengan fixed fee, yang umumnya dinyatakan dalam
bentuk persentase terhadap actual cost.
Biasanya dalam bentuk persentase tidak ada batasan yang jelas yang dapat
dikategorikan sebagai biaya. Peluang keuntungan bagi penyedia jasa Peluang rugi bagi
pengguna jasa.
9
c. Biaya Ditambah jasa pasti
Imbalan/ jasa bervariasi tergantung besarnya biaya, jumlah fee sudah ditetapkan.
Berisiko bagi pengguna jasa karena tidak ada batasan biaya yang diperlukan.
Untuk beberapa jenis konstruksi yang melibatkan teknologi baru atau sangat
menekan kebutuhan, pemilik kadang-kadang terpaksa menanggung semua risiko terjadinya
overruns biaya. Kontraktor akan menerima biaya pekerjaan aktual langsung ditambah
persentase tetap, dan memiliki sedikit insentif untuk mengurangi biaya pekerjaan. Lebih
lanjut, jika ada kebutuhan mendesak untuk menyelesaikan proyek tersebut, pembayaran
lembur untuk pekerja yang umum dan selanjutnya akan meningkatkan biaya pekerjaan.
Kecuali ada alasan kuat, seperti urgensi dalam pembangunan instalasi militer, pemilik tidak
harus menggunakan jenis kontrak.
Di bawah ini jenis kontrak, kontraktor akan menerima biaya pekerjaan aktual
langsung ditambah biaya tetap, dan akan memiliki beberapa insentif untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan cepat karena biaya adalah tetap terlepas dari durasi proyek. Namun,
pemilik masih menganggap risiko biaya langsung pekerjaan overrun sementara kontraktor
tersebut mungkin resiko erosi dari keuntungan bila proyek tersebut diseret di luar waktu
yang diharapkan.
Untuk jenis kontrak, kontraktor setuju untuk hukuman jika biaya aktual melebihi
perkiraan biaya pekerjaan, atau hadiah jika biaya yang sebenarnya berada di bawah estimasi
biaya pekerjaan. Sebagai imbalan untuk mengambil resiko atas taksiran sendiri, kontraktor
diperbolehkan persentase variabel biaya-pekerjaan langsung untuk biaya nya. Selain itu,
durasi proyek biasanya ditentukan dan kontraktor harus mematuhi batas waktu
penyelesaian. Jenis kontrak mengalokasikan resiko yang cukup untuk Kelebihan biaya kepada
10
pemilik, tetapi juga memberikan insentif kepada kontraktor untuk mengurangi biaya
sebanyak mungkin.
Ini adalah bentuk lain dari kontrak yang menentukan hukuman atau hadiah kepada
kontraktor, tergantung pada apakah biaya yang sebenarnya lebih besar dari atau kurang dari
biaya yang diperkirakan langsung pekerjaan kontraktor. Biasanya, persentase tabungan atau
overrun untuk dibagikan oleh pemilik dan kontraktor adalah ditentukan dan durasi proyek
ditentukan dalam kontrak. Bonus atau denda mungkin akan diatur untuk tanggal
penyelesaian proyek yang berbeda.
Bila ruang lingkup proyek didefinisikan dengan baik, pemilik dapat memilih untuk
meminta kontraktor untuk mengambil semua risiko, baik dari segi biaya proyek aktual dan
waktu proyek. Setiap perintah perubahan kerja dari pemiliknya harus sangat kecil jika sama
sekali, karena spesifikasi kinerja yang diberikan kepada pemilik pada awal konstruksi. Pemilik
dan kontraktor sepakat untuk biaya proyek yang dijamin oleh kontraktor sebagai maksimum.
Mungkin ada atau mungkin tidak ketentuan tambahan untuk berbagi tabungan jika ada
dalam kontrak. Jenis kontrak ini sangat cocok untuk operasi turnkey.
a. Bulanan
Prestasi penyedia jasa dihitung setiap akhir bulan dan dibayar setiap bulan. PP no.
29/2000 Pasal 20 ayat (3) huruf c angka 2.
11
• Kelemahan cara pembayaran ini adalah berapapun kecilnya prestasi penyedia jasa
pada suatu bulan tertentu, tetap harus dibayar. Untuk menutupi kelemahan cara
pembayaran ini sering dimodifikasi dengan mempersyaratkan jumlah pembayaran
minimum yang harus dicapai untuk setiap bulan diselarasakan dengan prestasi yang
harus dicapai sesuai jadwal
b. Prestasi
Contoh :
12
5. 20% x nilai kontrak 15% x nilai kontrak
– Seringkali prestasi yang diakui penyedia jasa bukan saja prestasi fisik (pekerjaan
selesai) tetapi termasuk pula prestasi bahan mentah dan setengah jadi walaupun
barang-barang tersebut sudah berada di lapangan (front end loading)
• Penyedia jasa mendanai terlebih dahulu sampai pekerjaan selesai 100 % diterima
baik oleh pengguna jasa barulh dibayar oleh penyedia jasa.
• Pengguna jasa memberi jaminan kepada penyedia jasa berupa jaminan Bank
2. PEMBAYARAN:
Penyedia jasa mendanai terlebih dahulu sampai pekerjaan selesai 100% diterima
baik oleh pengguna jasa barulah penyedia jasa dibayar. Pengguna jasa memberi jaminan
kepada penyedia jasa berupa jaminan bank. Kontrak bentuk ini nilainya lebih tinggi.
13
MASA PEMELIHARAAN & CARA PEMBAYARAN UNTUK PEKERJAAN PEMBORONGAN
Masa Pemeliharaan
Min. 6 bulan untuk pekerjaan permanen (jika umur rencananya > 1 tahun)
Min. 3 bulan utk pekerjaan semi permanen (umur rencananya < 1 tahun)
Cara pembayaran dapat dilakukan :
Dibayar 95%, sedangkan Retensi 5% (ditahan selama masa pemeliharaan)
Dibayar 100%, tapi penyedia harus menyediakan jaminan pemeliharaan sebesar
5%
Keterlamabatan pekerjaan sanksi berupa denda 1 o/ooo per hari (Pasal 37 ayat (1)
Keterlambatan pembayaran sebesar suku bunga (Bank Indonesia) terhadap nilai tagihan yang
terlambat dibayar.
KEADAAN KAHAR.
Keadaan diluar kehendak para pihak sehingga kewajiban tidak dapat dipenuhi. Akibat
kerugian dan tindakan untuk mengatasi keadaan kahar merupakan kesepakatan para pihak.
14
HAK DAN TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PELAKSANAAN KONTRAK
1. SETELAH PENANDATANGANAN KONTRAK, PENGGUNA & PENYEDIA B/J SEGERA MELAKUKAN
PEMERIKSAAN LAPANGAN DAN MEMBUAT BA KEADAAN LAPANGAN/SERAH TERIMA
LAPANGAN.
2. PEMBAYARAN:
15
KONTRAK INTERNASIONAL DI BIDANG KONSTRUKSI
Perkembangan konstruksi semakin hari semakin kompleks, menyebar antar negara, dan
meliputi banyak hal dari berbagai negara
Dalam kasus di Indonesia, banyak sumber keuangan untuk pembangunan berasal dari luar
negeri
Hal ini yang mendasar diperlukan standar kontrak internasional yang harus dipakai
Dan diperlukan media komunikasi untuk menghubungkan perbedaan negara dan bahasa
Terbukti efektif, material telah diuji secara secara resmi oleh lembaga yang diakui diberbagai
negara
Dokumen yang sah dibuat oleh lembaga yang diakui oleh berbagai negara
Lebih ekonomis karena tidak perlu menyusun persyaratan kontrak baru setiap kali kontrak
baru akan diberikan.
Lebih memberikan kepastian pada waktu memasukkan penawaran serta penetapan harga
menjadi lebih mudah dan cepat.
Kontraktor Nasional yang bekerja sebagai subkontraktor dari kontraktor internasional akan
mendapatkan persyaratan yang adil dan berimbang (fair and balance).
Kontraktor Nasional akan dapat lebih memahami hak-haknya dan pengaturan pembagian
resiko yang seimbang
Kemungkinan lebih besar untuk menghindari sengketa yang tidak diinginkan di pengadilan
atau arbitrase.
1. Syarat Kontrak Mengatur Hak Dan Kewajiban Para Pihak (Pengguna/Penyeia Jasa) Secara
Lengkap, Terperiinci Mencerminkan Keadilan Dan Kesatuan Kedudukan Para Pihak
16
2. Hal-hal Khusus Dijabarkan Dalam Syarat-syarat Khusus
3. Lampiran Appendix Berisi Besarnya Jaminan Ganti Rugi, Waktu Pelaksanaan, Waktu
Penyerahan Lahan, Masa Jaminan Atas Cacat.
• FIDIC (Federation Internationale des Ingenieurs Counsels ) untuk di negara eropa barat
Tujuan penggunaan :
• AIA, 9BUTIR/PASAL
17
STANDAR/SISTIM KONTRAK FIDIC 1987.
FIDIC adalah singkatan dari Federation Internationale Des Ingenieurs Counsels atau dalam
bahasa Inggris disebut International Federation of Consultant Engineers atau bila
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia adalah Federasi Internasional Konsultan Teknik.
FIDIC didirikan pada tahun 1913 oleh 3 (tiga) asosiasi nasional dari Konsultan Teknik
independen di Eropa.
Tujuan pembentukan dari federasi ini adalah untuk memajukan secara umum kepentingan-
kepentingan profesional dari anggota asosiasi dan menyebarkan informasi atau
kepentingannya kepada anggota-anggota dari kumpulan asosiasi nasional. Sekarang jumlah
keanggotaan FIDIC sudah tersebar di lebih dari 60 (enam puluh) negara di seluruh dunia,
mewakili konsultan-konsultan teknik didunia.
Selain itu, perlu kiranya diketahui bahwa banyak asosiasi profesi di tanah air diantaranya
Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) adalah anggota IFAWPCA (International Federation of
Asia and West Pacific Contractor’s Association), sedangkan IFAWPCA adalah anggota FIDIC.
Jadi seharusnya kita di Indonesia cukup mengenal FIDIC dan sepantasnya menggunakan
standar FIDIC dalam membuat kontrak sebagai acuan/rujukan. Tetapi kenyataannya
penggunaan sistim FIDIC di Indonesia masih sangat terbatas pada kontrak proyek-proyek
yang menggunakan dana pinjaman luar negeri atau kontrak-kontrak dengan
18
swasta asing.
FIDIC telah menyusun 2 (dua) versi standar/sistim Kontrak yang berbeda maksud dan
tujuannya yang pertama ditujukan untuk pekerjaan-pekerjaan konstruksi Teknik Sipil (Works
of Civil Engineering Construction) dan yang kedua khusus untuk pekerjaan Rancang Bangun
(Design Build and Turnkey) yaitu :
terdiri dari :
AGREEMENT dan;
CONDITIONS OF CONTRACT FOR DESIGN BUILD AND TURNKEY-FIRST EDITION 1995 yang
terdiri dari :
OF PARTICULAR APPLICATION .
19
c. SYARAT-SYARAT UMUM FIDIC 1995
20
SYARAT-SYARAT UMUM FIDIC 1987.
Syarat-Syarat Umum Kontrak Sistim FIDIC ini ditujukan untuk Pekerjaan-Pekerjaan konstruksi
Teknik Sipil Bagian I : Syarat-Syarat Umum dengan bentuk Tender dan Perjanjian – Edisi
1987.
Syarat-Syarat Umum ini berisi 25 uraian yang terdiri dari 72 Dari 72 Pasal yang terdapat
dalam Syarat-Syarat Umum tersebut, akan ditinjau beberapa pasal yang penting dan dapat
dipertimbangkan untuk dipakai dalam kontrak-kontrak kita dimasa mendatang yaitu :
Dalam pasal ini diberikan definisi kata-kata atau istilah yang mempunyai arti khusus seperti
tersebut dalam text :
- Surat Penunjukan
21
- Berita Acara Serah Terima - Pekerjaan Tetap
- Pekerjaan Sementara
- Lapangan Pekerjaan
- Hari - Tertulis
Dengan demikian baik Penyedia Jasa maupun Pengguna Jasa sepakat menggunakan
pengertian yang sama mengenai suatu kata atau ungkapan.
Dalam pasal ini ditetapkan bahwa Penyedia Jasa tidak berhak untuk melimpahkan
kontrak baik sebagian atau seluruhnya tanpa persetujuan tertulis terlebih dulu dari
Pengguna Jasa (Pasal 3 ayat 1).
22
Demikian pula untuk penyerahan pekerjaan kepada subPenyedia Jasa beserta
pengaturan untuk pekerjaan-pekerjaan yang akan di subkontrakkan tanpa memerlukan izin
tertulis dari Pengguna Jasa (Pasal 4 ayat 1).
Dalam Pasal ini ditetapkan bahasa kontrak dan undang-undang yang akan diberlakukan
untuk kontrak ini.
Bila dokumen ini ditulis dalam lebih dari satu bahasa, maka bahasa kontrak yang berlaku
harus dipilih. Kedua hal tersebut ditetapkan dalam Syarat-Syarat Khusus Kontrak (Pasal 5
ayat 1).
Selain itu ditetapkan pula mengenai prioritas dari dokumen kontrak dalam hal terjadi
kerancuan atau kekurangan dengan urutan sebagai berikut :
• Kontrak/Perjanjian
• Penetapan pemenang tender
• Tender
• Bagian II dari Syarat-Syarat Kontrak
• Bagian I dari Syarat-Syarat Kontrak
• Dokumen lain yang membentuk bagian kontrak (Pasal 5 ayat 2).
Hal-hal yang diatur dalam uraian ini, beberapa yang penting adalah:
Di tetapkan bahwa kontrak/Perjanjian disiapkan dan dilengkapi oleh Pengguna Jasa
(Employer). Ini beda dengan kebiasaan kita dimana yang harus menyiapkan kontrak
adalah Penyedia Jasa (Pasal 9 ayat 1).
Di tetapkan pula mengenai pengamanan pelaksanaan (Performance Security) yang
harus diserahkan Penyedia Jasa dalam waktu sekian hari sejak menerima Surat
23
Penunjukan (Letter of Acceptance) dalam jumlah sesuai tersebut Lampiran Tender
(Appendix to Tender). Bentuk jaminan sesuai kesepakatan dan jaminan harus berlaku
sampai seluruh pekerjaan selesai dan cacat-cacat diperbaiki.
Masa berlaku Pengamanan pelaksanaan adalah sejak saat Pekerjaan dimulai sampai
Pekerjaan selesai dan seluruh cacat sudah diperbaiki. Tidak ada klaim sesudah
Sertifikat Tanggung Jawab Atas Cacat telah terbit (Pasal 10 ayat 2). Catatan : di
Indonesia biasanya hanya sampai serah terima pekerjaan pertama (Pasal 10 ayat 1).
Sebelum mengajukan klaim tentang Pengamanan pelaksanaan, Pengguna Jasa harus
memberitahu Penyedia Jasa terlebih dahulu. (Pasal 10 ayat 3).
Di tetapkan pula mengenai asuransi pekerjaan dan peralatan Penyedia Jasa dengan
nilai pertanggungan ditambah 15% untuk menutup biaya tambahan. Asuransi harus
mencakup kehilangan dan kerusakan Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam bentuk
apapun yang timbul sejak pekerjaan dimulai sampai dengan serah terima pekerjaan
(Pasal 21 ayat 1).
Dalam hal-hal tertentu seperti perang, penyerbuan, pemberontakan, revolusi, perang
saudara, sebab-sebab radiasi nuklir/radio aktif dan tekanan gelombang pesawat
terbang dengan kecepatan mendekati atau melebihi kecepatan suara, dikecualikan
dari asuransi (Pasal 21 ayat 4)
Selain itu hak paten dan royalti harus dijamin oleh Penyedia Jasa dalam pengertian
membebaskan Pengguna Jasa dari segala tuntutan pemegang paten (Pasal 28 ayat 1
dan 2).
Juga diatur dalam pasal ini keharusan Penyedia Jasa memberikan kesempatan kepada
Penyedia Jasa lain, orang yang dipekerjakan Pengguna Jasa atau orang dari pihak
Pengguna Jasa (Pasal 31 ayat1).
Dalam pasal ini ditetapkan ketentuan mengenai penangguhan pelaksanaan pekerjaan atas
instruksi Direksi Pekerjaan/Pimpro untuk sementara waktu (Pasal 40 ayat 1).
24
Ditetapkan pula apabila penangguhan tersebut di sebabkan karena ketentuan kontrak,
atau perlu karena atas pemutusan kontrak oleh Penyedia Jasa, kondisi cuaca untuk
keamanan pekerjaan, maka Penyedia Jasa akan mendapat perpanjangan waktu dan
tambahan biaya (Pasal 40 ayat 2).
Bila penangguhan telah melampaui 84 hari, Penyedia Jasa boleh minta kepada Direksi
Pekerjaan agar pekerjaan dilanjutkan kecuali penangguhan tersebut karena hal-hal tersebut
sebelumnya (Pasal 40 ayat 3).
Dalam pasal ini diatur mengenai cara penyerahan lahan baik sebagian- sebagian atau
seluruhnya (Pasal 42 ayat 1). Bila Penyedia Jasa terlambat menerima lahan maka Direksi akan
menetapkan perpanjangan waktu dan tambahan biaya (Pasal 42 ayat 2). Selain itu
ditetapkan pula mengenai ganti rugi atas kelambatan (liquidated damages for delay).
Selanjutnya dalam Pasal ini diatur mengenai Tanggung Jawab Penyedia Jasa atas biaya
untuk membuat jalan masuk ke lapangan, termasuk fasilitas di luar lapangan (Pasal 42 ayat
3).
Disini dengan tegas dikatakan bahwa ganti rugi atas kelambatan bukanlah denda (Pasal
47 ayat 1) termasuk pengaturan mengenai pengurangan ganti rugi (Pasal 47 ayat 2).
Penyerahan pekerjaan bagian per bagian diizinkan dan penyerahan dilakukan bila pekerjaan
secara substansial telah selesai (tidak harus mutlak 100%) (Pasal 48 ayat 1, 2 dan 3).
25
g. Tanggung Jawab Atas Cacat (Defect Liability)
Istilah Masa Pemeliharaan (Maintenance Period) yang selama ini kita kenal sudah tidak
digunakan lagi dan diganti dengan Masa Tanggung Jawab Atas Cacat. Isilah ini kiranya
memang lebih tepat karena bila kita bicara mengenai pemeliharaan/perawatan, maka
berarti, pekerjaan itu terus menerus dipelihara tanpa batas akhir selama bangunan tersebut
masih berdiri.
Tentunya bukan ini yang dimaksud, tetapi tanggung jawab Penyedia Jasa atas pekerjaan-
pekerjaan yang cacat dan kurang sempurna dalam suatu periode tertentu setelah pekerjaan
selesai. Setelah kewajiban tersebut selesai, perawatan gedung/fasilitas menjadi kewajiban
Pengguna Jasa gedung tersebut.
Masa tanggung jawab inilah yang disebut Masa Tanggung Jawab atas Cacat (Defect
Liability Period).
Dalam pasal ini diberikan definisi dari Tanggung Jawab Atas Cacat dan cara menghitung
saat mulainya (Pasal 49 ayat 1). Setelah Masa Tanggung Jawab Atas Cacat, Pekerjaan
diserahkan kepada Pengguna Jasa dengan kerusakan dan keausan wajar di terima (Pasal 49
ayat 2). Biaya perbaikan cacat adalah tanggungan Penyedia Jasa sesuai kontrak (Pasal 49 ayat
3).
Dalam hal Penyedia Jasa tidak segera memperbaiki pekerjaan cacat dengan biaya sendiri
dan bila tidak dilakukan, Pengguna Jasa berhak menunjuk pihak lain (Pasal 49 ayat 4).
26
h. Perubahan-perubahan, penambahan-penambahan dan pengurangan pengurangan
(Alternatives, Additionals and Omissions).
Disini ditetapkan bahwa yang dimaksud dengan perubahan adalah perubahan bentuk,
mutu dan jumlah pekerjaan atau bagiannya. Yang membuat perubahan adalah Direksi
Pekerjaan.
Perubahan-perubahan ini yang mengharuskan Penyedia Jasa melakukan salah satu dari hal
berikut :
menambah atau mengurangi jumlah pekerjaan dalam kontrak.
menghilangkan sesuatu pekerjaan (tetapi tidak pekerjaan yang dilaksanakan
Pengguna Jasa atau Penyedia Jasa lain).
merubah karakter atau mutu atau jenis pekerjaan.
merubah ketinggian, garis, posisi dan dimensi bagian pekerjaan
melaksanakan pekerjaan tambah
merubah urut-urutan pekerjaan atau waktu pelaksanaan dari satu bagian pekerjaan
(Pasal 51 ayat 1).
Pelaksanaan perubahan pekerjaan hanya dilakukan atas dasar instruksi Direksi Pekerjaan
(Pasal 51 ayat 2).
Selanjutnya di atur pula tata cara menghitung perubahan Pekerjaan yaitu sejauh terdapat
dalam Kontrak menggunakan harga-harga tersebut. Bila tidak ada, dapatkan harga yang
disetujui antara Direksi Pekerjaan dan Penyedia Jasa (Pasal 52 ayat 1) yang kemudian diatur
pula mengenai perubahan Pekerjaan yang melewati 15% dari nilai kontrak (Pasal 52 ayat 3).
27
i. Jumlah-jumlah perkiraan (Provisional Sums)
Disini dijelaskan apa yang dimaksud dengan pos perkiraan yaitu suatu jumlah yang
dimasukkan kedalam kontrak untuk dilaksanakan sebagai bagian pekerjaan atau untuk
pasokan barang, bahan-bahan, peralatan atau jasa atau untuk hal tidak terduga dimana
jumlahnya bisa dipakai seluruhnya atau sebagian atau tidak sama sekali sesuai instruksi
Direksi Pekerjaan (Pasal 58 ayat 1). Kemudian diatur mengenai kewenangan Direksi
Pekerjaan untuk memerintahkan pelaksanaan Pekerjaan tersebut beserta data
pendukungnya (Pasal 58 ayat 2 dan 3)
j. Perbaikan-perbaikan (Remedies)
Dalam pasal ini diatur ketentuan/hal-hal yang dikategorikan mengenai kesalahan Penyedia
Jasa seperti :
- kebangkrutan
- melanggar kontrak
- gagal melaksanakan pekerjaan
- gagal meneruskan pekerjaan dalam waktu 28 hari setelah menerima tegoran
- gagal melaksanakan instruksi Direksi Pekerjaan
- meskipun telah ada tegoran tertulis sebelumnya tetap mengabaikan kewajiban-
kewajiban kontrak.
- bertentangan dengan ketentuan Pasal 4 ayat 1.
Juga diatur cara penilaian pekerjaan setelah pemutusan kontrak dan cara pembayarannya
(Pasal 63 ayat 2 dan Pasal 63 ayat 3).
28
j. Perbaikan-perbaikan (Remedies)
Juga diatur cara penilaian pekerjaan setelah pemutusan kontrak dan cara pembayarannya
(Pasal 63 ayat 2 dan Pasal 63 ayat 3).
Dalam pasal ini ditetapkan apabila ada kejadian diluar kendali kedua belah pihak yang
terjadi setelah penerbitan Surat Penunjukan Pemenang Tender yang membuat tidak
mungkin melaksanakan kewajiban kontrak maka para pihak dibebaskan dari pelaksanaan
selanjutnya dan para pihak akan keluar dari kontrak.
29
Kemudian Penyedia Jasa akan mendapatkan pembayaran termyn seperti terjadi
pemutusan kontrak yang diatur dalam Pasal 66 ayat 1).
Di sini di uraikan hal-hal yang dapat di golongkan sebagai tindakan “cidera janji” dari
Pengguna Jasa yaitu :
- gagal membayar Penyedia Jasa dalam waktu 28 hari sejak pembayaran tersebut
seharusnya di lakukan.
- Mencampuri atau menghalangi atau menolak permintaan persetujuan suatu
Sertifikat (Berita Acara)
- Bangkrut
- Memberitahu Penyedia Jasa bahwa karena alasan ekonomi yang tidak terduga, tidak
mungkin melanjutkan kewajiban-kewajiban kontraknya
30
Bila terjadi salah satu hal tersebut di atas, Penyedia Jasa berhak memutuskan kontrak
dengan cara memberitahukan kepada Penyedia Jasa dan kontrak putus dalam waktu 14 hari
setelah pemberitahuan (Pasal 69 ayat1).
Kemudian di atur pula mengenai pemindahan semua peralatan Penyedia Jasa dari
lapangan dalam waktu 14 hari setelah kontrak di putuskan (Pasal 69 ayat 2).
Selanjutnya di atur pula kewajiban Pengguna Jasa untuk membayar Penyedia Jasa seolah-
olah kontrak putus karena resiko khusus (Pasal 65) di tambah sejumlah ganti rugi karena
pemutusan kontrak ini (Pasal 69 ayat 3).
Di atur pula hak Penyedia Jasa untuk menangguhkan Pekerjaan bila Pengguna Jasa gagal
melakukan pembayaran dalam waktu 28 hari sejak pembayaran tersebut seharusnya di
lakukan.
Di atur pula ketentuan mengenai tambahan waktu dan ganti rugi kepada Penyedia Jasa
jika penangguhan Pekerjaan menyebabkan Penyedia Jasa menderita kelambatan dan
menimbulkan biaya (Pasal 69 ayat 4).
31