Вы находитесь на странице: 1из 12

A.

PENGERTIAN APPENDICITIS

Usus buntu adalah salah satu bagian organ saluran pencernaan. Namun,
masyarakat sering rancu dengan istilah radang usus buntu. Kadang-kadang
untuk menyebut radang usus buntu hanya disingkat dengan istilah usus buntu.

Appendicitis akut adalah salah satu penyakit yang paling banyak memerlukan
tindakan bedah emergensi.

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai

cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan.

Usus buntu atau apendiks atau umbai cacing hingga saat ini fungsinya belum
diketahui dengan pasti, namun sering menimbulkan keluhan yang mengganggu. Bila
terjadi peradangan, harus segera dilakukan pembedahan untuk mencegah komplikasi
yang berbahaya. Sebenarnya, istilah usus buntu yang sering digunakan kurang tepat,
karena yang disebut usus buntu itu adalah sekum, yaitu bagian akhir dari usus
sebelum mencapai anus.

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml/hari. Lendir itu secara normal


dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Bila ada hambatan
dalam pengaliran lendir tersebut, maka akan dapat mempermudah timbulnya
appendicitis (radang pada apendiks). Di dalam apendiks, juga terdapat imunoglobulin,
zat pelindung terhadap infeksi dan yang banyak terdapat di dalamnya adalah Ig A.

Usus buntu (appendiks) merupakan organ berbentuk tabung, dengan panjang


sekitar 10 cm (orang dewasa), lebarnya separo jari kelingking, jadi merupakan
ruangan yang sangat sempit. Lubangnya sempit di bagian pangkal dan melebar di
bagian ujung. Namun, pada bayi appendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya
dan menyempit kearah ujungnya. Appendiks berpangkal di sekum (perbatasan antara
usus halus dan usus besar). Fungsi appendiks berkaitan dengan sisitem kekebalan
tubuh, yaitu menghasilkan Immunoglobulin A (IgA). IgA merupakan salah satu
immunoglobulin (antibodi) yang sangat efektif melindungi tubuh dari infeksi kuman
penyakit.
Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan
bawah.Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak
mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. Pada mulut usus buntu
bisa terjadi penyempitan atau penyumbatan yang menimbulkan timbunan lendir di
dalam rongganya. Bila terjadi genangan lendir di situ, kuman di dalam usus besar bisa
tumbuh cepat di sana.

Bila peradangan itu pecah, maka kotoran manusia beserta kumannya


menyebar ke rongga perut. Makanya, bila peradangan ini tak dioperasi bisa
mengakibatkan kematian. Pada orang yang daya tahan tubuhnya kuat, proses penyakit
dan peradangannya berjalan perlahan dan menahun. Biasanya jaringan penggantung
usus bereaksi dengan menyelubungi usus buntu yang sakit. Akibatnya proses
peradangan dan pernanahan tidak dapat meluas. Penyumbatan usus buntu terjadi
karena pembesaran kelenjar dindingnya. Ini biasa terjadi pada anak-anak. Pada orang
dewasa, penyumbatan terjadi karena gumpalan tinja yang membantu atau biji-bijian
yang masuk ke dalamnya, cacing, bahkan tumor. ()

B. PENYEBAB APPENDISITIS

Pada mulut usus buntu bisa terjadi penyempitan atau penyumbatan yang
menimbulkan timbunan lendir di dalam rongganya. Bila terjadi genangan lendir di
situ, kuman di dalam usus besar bisa tumbuh cepat di sana. Bila peradangan itu pecah,
maka kotoran manusia beserta kumannya menyebar ke rongga perut. Makanya, bila
peradangan ini tak dioperasi, bisa mengakibatkan kematian. Pada orang yang daya
tubuhnya kuat, proses penyakit dan peradangannya berjalan perlahan dan menahun.

Biasanya, jaringan penggantung usus bereaksi dengan menyelubungi usus


buntu yang sakit. Akibatnya, proses peradangan dan pernanahan tidak dapat meluas.
Penyumbatan usus buntu terjadi karena pembesaran kelenjar dindingnya. Ini biasa
terjadi pada anak-anak. Pada orang dewasa, penyumbatan terjadi karena gumpalan
tinja yang membatu, atau biji-bijian yang masuk ke dalamnya, cacing, bahkan tumor.

Appendiks dapat mengalami peradangan yang disebut dengan appendiksitis


(radang usus buntu). Appendiksitis ini dapat diderita oleh pria atau wanita. Beberapa
faktor penyebab terjadinya appendiksitis adalah:
Infeksi bakteri
Bakteri dapat menginfeksi bagian appendiks yang menyebabkan peradangan
pada daerah tersebut.

Penyumbatan appendiks
Tumbuhnya jaringan limfe, tinja, tumor appendiks dan cacing askaris dapat
menyebabkan penyumbatan appendiks. Ruang dalam appendiks sangat sempit,
sehingga bahan-bahan buangan atau benda asing di atas yang terperangkap di
dalam appendiks dan menyebabkan penyumbatan menyebabkan radang yang
hebat dan dapat menimbulkan infeksi.

Hambatanaliranlendirkesekum

Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari, lendir itu secara normal
dicurahkan ke dalam lubang apendik dan selanjutnya mengalir ke sekum.
Terhambatnya aliran lendir dari appendiks tersebut akan membentuk sumbatan
pada appendiks yang menimbulkan peradangan pada daerah appendiks dan
infeksi pada appendiks.

Appendiks yang terinfeksi akan mengalami perforasi (pecah), dengan


melepaskan bakteri ke dalam rongga perut. Hal ini kemudian dapat menimbulkan
peritonitis, suatu komplikasi yang fatal, dimana peritoneum, selaput yang membatasi
rongga perut dan menutup lambung serta usus halus menjadi meradang. Asumsi yang
berkembang di masyarakat, appendiksitis harus diatasi dengan jalan operasi. Operasi
bukan satu-satunya jalan untuk mengatasi appendiksitis. Cara mengatasi appendiksitis
perlu memperhatikan kondisi appendiksitis. Untuk kasus appendiksitis ringan,
mengatasinya dapat dilakukan dengan obat antibiotik, sebab penyebab utama radang
usus buntu adalah infeksi bakteri. Kasus appendiksitis yang lebih serius dan
dikhawatirkan appendiks akan pecah, maka cara pembedahan dapat dijadikan sebagai
pertimbangan utama. Appendectomy merupakan pembedahan untuk mengangkat
appendiks yang meradang. Appendiks yang diangkat tidak akan mempengaruhi
kesehatan dalam jangka waktu yang sangat panjang. Justru, kasus appendiksitis yang
sangat serius dan tidak segera diangkat dapat menimbulkan masalah yang cukup
berat.
Pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, sebab
appendiks merupakan bagian yang kecil jika dibandingkan dengan panjang saluran
pencernaan yang juga mengahasilkan immunoglobulin A. Gejala yang dirasakan
cenderung mendadak, kadang timbul dalam waktu satu atau dua hari.

Terjadinya appendicitis akut umumnya karena bakteri. Namun terdapat banyak


sekali faktor pencetus terjadinya hal itu. Di antaranya sumbatan dari lumen apendiks,
adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), tumor apendiks. Namun juga dapat terjadi
karena pengikisan mukosa apendiks akibat parasit seperti E. hystolitica. Makanan
rendah serat juga akan menimbulkan kemungkinan terjadinnya hal tersebut. Tinja
yang keras pada akhirnya akan meneyebabkan konstipasi yang akan meningkatkan
tekanan di dalam sekum sehingga akan mempermudah timbulnya penyakit itu.

C. GEJALA APPENDISITIS

Ada beberapa gejala awal yang khas. Yakni nyeri yang dirasakan secara samar
(nyeri tumpul) di daerah sekitar pusar. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan
kadang muntah. Beberapa jam kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan
bawah, yang oleh kalangan medis disebut titik Mc.Burney. Nyeri yang dirasakan akan
lebih jelas baik letak maupun derajat nyerinya, namun gejala tersebut kadang tidak
tampakHal itu juga tergantung dari letak apendiks, apakah di rongga panggul, atau
menempel di kandung kemih sehingga frekuensi kencing menjadi meningkat. Pada
beberapa keadaan, appendicitis agak sulit didiagnosis, sehingga dapat menyebabkan
terjadinya komplikasi yang lebih parah.

Pada anak-anak gejalanya tidak jelas. Awalnya hanya sering menangis dan
tidak mau makan. Seringkali anak tidak dapat menjelaskan nyerinya. Dalam beberapa
jam biasanya akan timbul gejala muntah-muntah dan anak menjadi lemah. Karena
gejala yang tidak khas tadi, sering apendisitis diketahui setelah terjadi komplikasi
berupa perforasi. Pada bayi, 80-90 % apendisitis baru dapat diketahui setelah terjadi

komplikasi.

Radang usus buntu atau apendisitis dapat menyerang siapa saja. Gejalanya seperti
sakit biasa sehingga penderita seringkali mengabaikannya. Gejala tersebut cenderung
mendadak dan umumnya akan semakin meningkat. Gejalanya lainnya adalah sebagai
berikut:

Rasa nyeri yang dimulai pada bagian tengah (seperti sakit maag) dan menjalar
ke perut bagian bawah kanan.
Rasa sakit tersebut akan semakin meningkat, sehingga pada saat berjalanpun si
penderita akan merasa sangat sakit sehingga akan mengambil sikap
membungkuk pada saat berjalan.
Bila radang semakin meluas dapat menimbulkan rasa , bahkan , dan nafsu
makan sangat menurun.
 akan timbul apabila radang tidak segera mendapatkan pengobatan yang tepat.
Apabila radang terus berlanjut, maka penderita akan merasakan nyeri yang
semakin hebat. Pada keadaan seperti itu, obat tidak berguna lagi
dan diperlukan oleh dokter bedah.

Bila keadaan ini gagal diketahui oleh dokter atau si penderita sendiri kurang
peduli, maka keadaannya akan semakin gawat sehingga dapat menyebabkan pecahnya
usus buntu dan berakibat infeksi akan menyebar ke dalam rongga perut, sehingga
dapat terjadi infeksi pada lapisan perut atau disebut juga peritonitis (radang pada
selaput perut)Pemeriksaan penunjang yang biasanya dilakukan oleh dokter yaitu
pemeriksaan fisik, yang meliputi pemeriksaan panggul, rektum (dubur), dan darah
maupun urin.

Operasi untuk usus buntu dapat dilakukan melalui operasi terbuka (perut
langsung dibedah) maupun dengan alat laparoskopi (perut hanya disayat kecil pada
bagian bawah pusar dan sayatan kecil lainnya dilakukan pada daerah usus buntu).

Ada beberapa gejala awal yang khas. Yakni nyeri yang dirasakan secara samar
(nyeri tumpul) di daerah sekitar pusar. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan
kadang muntah. Beberapa jam kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan
bawah, yang oleh kalangan medis disebut titik Mc.Burney. Nyeri yang dirasakan akan
lebih jelas baik letak maupun derajat nyerinya, namun gejala tersebut kadang tidak
tampak. Hal itu juga tergantung dari letak apendiks, apakah di rongga panggul, atau
menempel di kandung kemih sehingga frekuensi kencing menjadi meningkat. Pada
beberapa keadaan, appendicitis agak sulit didiagnosis, sehingga dapat menyebabkan
terjadinya komplikasi yang lebih parah.
Pada anak-anak gejalanya tidak jelas. Awalnya hanya sering menangis dan
tidak mau makan. Seringkali anak tidak dapat menjelaskan nyerinya. Dalam beberapa
jam biasanya akan timbul gejala muntah-muntah dan anak menjadi lemah. Karena
gejala yang tidak khas tadi, sering apendisitis diketahui setelah terjadi komplikasi
berupa perforasi. Pada bayi, 80-90 % apendisitis baru dapat diketahui setelah terjadi
komplikasi. Pada wanita, gejala yang dirasakan juga tidak khas. Hal ini sering
menjadi penyebab terlambatnya diagnosis, sehingga lebih dari setengah penderita
baru dapat didiagnosis setelah perforasi.

D. PATOFISIOLOGI

Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi penyumbatan yang dapat


disebabkan oleh hiperplasia dari folikel limfoid merupakan penyebab
terbanyak,adanya fekalit dalam lumen appendiks. Adanya benda asing seperti cacing,
stiktura karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, sebab lain misalnya keganasan
(karsinoma karsinoid).
Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding
appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium viseral. Oleh karena
itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu
dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian
timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang
timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat, sehingga menimbulkan
rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut
dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah,
dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat
mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa lokal,
keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak – anak karena omentum
masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding apendiks yang
lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua
karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila
appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul
dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis (Junaidi ; 1982).

E.PENATALAKSANAAN APPENDISITIS

Secara Medis
Apabila radang terus berlanjut, maka penderita akan merasakan nyeri yang
semakin hebat. Pada keadaan seperti itu, obat antibiotika tidak berguna lagi dan
diperlukan operasi oleh dokter bedah . Bila keadaan ini gagal diketahui oleh dokter
atau si penderita sendiri kurang peduli, maka keadaannya akan semakin gawat
sehingga dapat menyebabkan pecahnya usus buntu dan berakibat infeksi akan
menyebar ke dalam rongga perut, sehingga dapat terjadi infeksi pada lapisan perut
atau disebut juga peritonitis (radang pada selaput perut). Pemeriksaan penunjang yang
biasanya dilakukan oleh dokter yaitu pemeriksaan fisik, yang meliputi pemeriksaan
panggul, rektum (dubur), dan darah maupun urin. Operasi untuk usus buntu dapat
dilakukan melalui operasi terbuka (perut langsung dibedah) maupun dengan alat
laparoskopi (perut hanya disayat kecil pada bagian bawah pusar dan sayatan kecil
lainnya dilakukan pada daerah usus buntu.
Pengobatan Alternatif
Salah satu tumbuhan yang berkhasiat untuk mengobati usus buntu ini adalah
Gendola (Basella rubra Linn. ) Sinonim :Basella alba, Linn. Basella cordifolia,
Lamk.Familia : Basellaceae.
Nama Lokal :Gandola (Sunda), Gendola (Bali), lembayung (Minangkabau); Genjerot,
gedrek, uci-uci (Jawa), Kandula (Madura); Tatabuwe (Sulut), Poiloo (Gorontalo),
Kandola (Timor); Lo kuei (China).
Gendola dapat ditemukan tumbuh liar, kadang ditanam untuk dirambatkan
pada pagar, atau pergola sebagai tanaman hias. Tanaman ini dapat ditemukan dari 1-
500 m dpl. Terna, melilit kekiri, tumbuh merayap atau memanjat, panjang sampai 6
m. Batangnya yang panjang ini tidak berkayu dan sangat lemah, bentuknya bulat,
lunak, bercabang, merayap dan melilit pada tonggak atau para-para. Batang yang
merayap di atas tanah, akan mengeluarkan akar. Daun tunggal, bertangkai, letak
berseling. Bentuk daun bulat telur, ujung dan pangkal tumpul, tepi rata kadang
berombak, panjang 2-17 cm, lebar 1-13 cm, pertulangan menyirip, warnanya hijau.
Bunganya bunga majemuk yang keluar dari ketiak daun, duduk sepanjang
poros bulir, panjang 3-21 cm, mahkota putih dengan ujung ungu. Buahnya buah buni,
bulat, diameter 4-7 mm, masih muda hijau, setelah masak warnanya menjadi ungu.
Bijinya satu, bulat, keras, warnanya merah keputihan. Ada dua warna gendola, putih
dan merah. Perbedaanya pada warna batang dan tulang daun. Gendola merah,
memiliki batang dan tulang daun yang berwarna merah. Daunnya dapat disayur,
sedang buahnya bila diperas mengeluarkan warna merah yang dapat digunakan untuk
mewarnai bahan makanan. Perbanyakan dengan stek batang atau biji.
Cara pemakaiannya yaitu seluruh tanaman gendola sebanyak 60-70 gram
dicuci bersih, potong-potong, lalu direbus dengan air bersih secukupnya sampai bahan
terendam seluruhnya. Setelah airnya sisa setengah angkat dan dinginkan, lalu
diminum.
F.PEMERIKSAAN FISIK PADA APPENDICITIS
Keluhan yang dirasakan oleh penderita, biasanya berupa demam ringan
dengan suhu 37,5-38,5 C. Bila suhu tubuhnya sudah tinggi, maka mungkin sudah
terjadi perforasi. Saat dilakukan inspeksi (pengamatan) oleh dokter pada daerah perut,
tidak akan ditemukan tanda yang khas, karena memang tidak ada penonjolan atau
penimbunan pada bagian perut
Kecurigaan akan apendisitis akan timbul pada saat dokter melakukan palpasi
(memegang) perut. Pada daerah perut kanan bawah, seringkali bila ditekan akan
terasa nyeri. Terkadang bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri perut kanan
bawah merupakan kunci dari diagnosis appendicitis akut. Nyeri perut kanan bawah
juga dirasakan bila penderita bergerak, bernafas dalam, berjalan, batuk, mengenjan.
Terkadang dokter akan melakukan pemeriksaan colok dubur untuk menentukan letak
apendiks bila letak apendiks sulit diketahui. Jika saat dilakukan colok dubur kemudian
terasa nyeri, maka kemungkinan appendiks penderita terletak di daerah pelvis.
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan
membentuk jaringan parut yang akan menyebabkan perlengketan dengan jaringan
sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang di perut kanan
bawah. Pada suatu saat, ketika meradang lagi maka biasa disebut apendisitis
eksaserbasi akut.
PEMERIKSAAN FISIK PERUT

A.INSPEKSI

Inspeksi dilakukan pertama kali dengan tujuan untuk mengetahui bentuk dan
gerakan-gerakan perut. Langkah kerja inspeksi adalah :
a.Atur posisi yang tepat
b.Lakukan pengamatan mengenai bentuk perut secara umum,
kontur permukaan perut dan adanya retraksi, penonjolan
dan adanya ketidaksimetrisan
c.Amati gerakan-gerakan kulit pada perut saat inspirasi dan
ekspirasi
d.Amati keadaan kulit secara lebih teliti mengenai
pertumbuhan rambut dan pigmentasi.
Auskultasi
Perawat melakukan auskultasi dengan tujuan untuk mendengarkan dua suara perut,
yaitu suara perut/ peristaltik yang disebabkan oleh perpindahan gas atau makanan
sepanjang intestinum, serta suara pembuluh darah. Pada keadaan- keadaan tertentu
suara yang didengar secara auskultasi dapat melemah. Auskultasi juga dapat
dilakukan untuk mendengarkan denyut jantung janin pada wanita hamil.
Langkah Kerja :
a.Siapkan stetoskop, hangatkan tangan dan bagian
diafragma stetoskop
tanya pasien tentang aktu terakhir makan. Suara usus meningkat pada orang
setelah makan
b.Tentukan bagian stetoskop yang akan digunakan. Bagian
diafragma digunakan untuk mendengarkan suara usus,
sedangkan bagian bell(sungkup) untuk mendengarkan
suara pembuluh darah.
c.Letakkan difragma steeoskop dengan tekanan ringan pada
setiap area empat kaudran perut dan dengar suara
peristaltik aktif dan suara mendeguk (gurgling) yang
secara normal terdengar setiap 5 sampai 20 detik dengan
durasi kurang atau lebih dari satu detik. Frekuensi
tergantung pada ststus pencernaan atau ada tidaknya
makanan dalam saluran pencernaan. Dalam pelaporannya,
suara usus dapat dinyatakan dengan: terdengar, tidak ada/
hipoaktif, sangat lambat (misalnya hanya terdengar sekali
setiap satu menit), dan hiperaktif atau meningkat
(misalnya terdengar setiap 3 detik). Bila suara usus
terdengar jarang sekal/ tidak ada maka sebelum dipastikan
dengarkan dahulu selama tiga sampai lima menit.
d.Letakkan bagian bell (sunkup) stetskop di atas aorta,
arteri renale, dan arteri illiaca. Dengarkan suara-suara
arteri atau bruits. Auskultasi pada aorta dilakukan dari
arah superior ke umbilikus. Auskultasi arteri renal
dilakukan dengan cara meletakkan stetoskop pada garis
tengah perut atau ke arah kanan kiri dari garis perut
bagian atas mendekati panggul. Aukultasi arteri illiaka
dilakukan dengan cara meletakkan stetoskop pada arca
bawah umbilicus di sebelah kanan dan kiri garis tengah
perut.
e.Letakkan bagian bell stetoskop di atas area preumbilikal
(sekeliling umbilikus) untuk mendengarkan bising vena
(jarang terdengar)
Dalam melakukan auskultasi pada setiap tempat khususnya pada area hepar dan lien,
kaji pula kemungkinan terdengar suara-suara gesekan seperti suara gesekan dua
benda. Untuk mengkaji suara gesekan pada area lien maka letakkan stetoskop pada
area bawah tulang rusuk di garis aksilaris anterior dan suruh asien menarik napas
dalam. Untuk mengkaji suara gesekan pada area hepar, letakkan stetoskop pada area
hepar, letakkan stetoskop pada sisi bawah kanan tulang rusuk.
Perkusi
Perkusi dilakukan dengan tujuan untuk mendengarkan/ mendeteksi adanya gas, cairan
atau massa di dalam perut. Perkusi juga dilakukan utuk mengetahui posisi lien dan
hepar. Bunyi perkusi pada perut yang normal adalah tympani, tetapi bunyi ini dapat
menjadi dapat menjadi berubah pada keadaan-keadaan tertentu. Misalnya, apabila
hepar dan limpa membesar, maka bunyi perkusi akan menjdi redup, khususnya
perkusi di area bawah arkus kosta kanan dan kiri. Apabila terdapat udara yang bebas
pada rongga perut, maka pada daerah pekak pada hepar akan hilang. Pada keadaan
usus mengandung terlalu banyak caira, maka bunyi yag dihasilkan pada perkusi
seluruh dinding perut adalah hypertimpani, sedangkam pada daerah hepar tetap
pekak. Perkusi pada daerah yang mengandung cairan juga akan menghasilkan suara
pekak.
Langkah-langkah :
a.Perkusi dimulai dari kaudran kanan atas kemudian bergerak
searah jarum jam (dari sudut pandang/ persepsi pasien)
b.Perhatikan reaksi pasien dan catat bila pasien merasa nyeri
atau nyeri tekan.
c.Lakukan perkusi pada arca timpani dan redup. Suara
timpani mempunyai ciri nada lebih tinggi daripada resonan,
yang mana suara ini dapat dapat didengarkan pada rongga
atau organ yang berisi udara. Suara redup mempunyai ciri
nada lebih rendah atau lebih datar daripada resonan. Suara
ini dapat dapat didengarkan pada massa yang padat
misalnya keadaan asites, keadaan distensi kandung kemih,
serta pembesaran atau tumor hepar dan limfe.

Palpasi
Palpasi merupakan metode yang dilakukan paling akhir pada pengkajian perut.
Palpasi dapat dilakukan secara palpasi ringan atau palpasi dalam tergantung pada
tujuannya. Perawat yang melakukan palpasi dlm tidak boleh menggunakan kuku yg
panjang karena dapat melukai pasien dan menyulitkan pengkajian. Palpasi dilakukan
dg tujuan untuk mengetahui bentuk, ukuran dan konsistensi organ-organ dan struktur-
struktur di dalam perut (intra abdominal).
Sebelum melakukan palpasi, perawat dapat menghangatkan tangan karena jika
tangan perawat dingin bila dirabakan pada perut pasien akan membuat pasien secara
reflek mengencangkan otot-otot perutnya sehingga akan menyulitkan pengkajian.
Untuk melakukan palpasi ringan, maka perawat meletakkan telapak tangan pada perut
pasien dg jari-jari pararel terhadap perut. Jari-jari digerakkan agak melingkar dan
ditekankan ke bawah kira-kira sedalam 1 cm atau sedalam jaringan subkutan. Selama
melakukan palpasi ringan, perawat tetap memperhatikan ekspresi wajah pasien dan
menganjurkan pasien untuk memberitahu area-area nyeri tekan, dan perawat harus
mencatat nyeri tekan, nyeri superfisial dan massa.
Palpasi dalam dilakukan pada semua area empat kuadran perut, area yang
paling sensitif dikerjakan paling akhir. Palpasi ini dapat dikerjakan dg cara
menekankan seperempat distal permukaan tangan pada tangan yang lain yang
diletakkan di dinding perut pasien. Penekanan ke bawah dilakukan sedalam 4 s.d 5 cm
atau mendekati jaringan subkutan. Perawat mencatat bila teraba adanya massa yang
dijelaskan menurut ukuran, lokasi, moblilitas, kontur, konsistensi dan adanya nyeri
tekan. Perawat harus teliti dm mendeterminasi massa untuk menghindari adanya
kekeliruan. Struktur-struktur dlm rongga perut normal yang sring dikira massa adalah
batas lateral otot rectus abdominal dan feses yg terdapat dlm kolom asendens,
desendens dan sigmoid.
Secara lebih khusus, palpasi dapat dikerjakan untuk mengetahui keadaan
hepar, lien, ginjal dan kandung kemih. Sejauh mana perawat diperbolehkan dalam
melakukan palpasi dalam tergantung pada peraturan di mana perawat bekerja.

Вам также может понравиться