Вы находитесь на странице: 1из 34

PENGEMBANGAN BAHAN DAN

2008
MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA
DAN SASTRA INDONESIA KELAS
XI SEMESTER II

Disusun Oleh:
Kelas B Pengembangan Bahan
5/15/2008
Mei 2008

UNIT 3. SOSIAL

I. MENDENGARKAN

Standar Kompetensi :
Mendengarkan
Memahami pembacaan cerpen

Kompetensi Dasar :
Mengidentifikasi alur, penokohan, dan latar dalam cerpen yang dibacakan.

Setelah mempelajari bagian ini, kalian diharapkan mampu

a. Memahami unsur-unsur dalam cerpen.


b. Menganalisis unsur-unsur sebuah cerpen.
c. Mengidentifikasi alur, penokohan, dan latar dalam cerpen yang
dibacakan.

Mendengarkan pembacaan cerpen memang mengasyikkan. Kesempurnaan


bentuk cerpen bukan terletak pada panjang atau pendeknya namun pada isi serta
unsur-unsur yang ada di dalamnya. Sebuah cerpen yang pendek sekalipun, bila
ditulis dengan unsur-unsur yang lengkap dan menarik, tentu menjadikan cerpen itu
memiliki daya pikat untuk disimak sampai tuntas.

A. Memahami unsur-unsur dalam cerpen.

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

Kajian terhadap cerpen sebagai hasil karya sastra memiliki dua tujuan yaitu:
apresiasi dan kritik cerpen. Apresiasi cerpen dimaksudkan untuk memahami unsur-
unsur yang terkandung dalam cerpen yang meliputi unsur bentuk (tokoh, plot, tema,
setting, sudut pandang pengarang, bahasa) dan unsur makna, yakni nilai-nilai
kehidupan yang dibahas dalam karya sastra.

Unsur-unsur dalam cerpen meliputi:


1. Tema
Adalah sebuah ide pokok, pikiran utama sebuah cerpen; pesan atau amanat.
Dasar tolak untuk membentuk rangkaian cerita; dasar tolak untuk bercerita. Ide
pokok adalah sesuatu yang hendak disampaikan.

2. Alur atau PlotAlur


Adalah rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk mencapai efek
tertentu dan karakter tokoh tersebut.

3. Penokohan
Penokohan bisa dikatakan sebagai mata air kekuatan sebuah cerpen. Pada
dasarnya sifat tokoh ada dua macam. Pertama, sifat lahir (rupa dan bentuk).
Kedua, sifat batin (watak dan karakter). Sifat tokoh dalam cerita bisa
diungkapkan dengan berbagai cara, diantaranya melalui: tempat tokoh tersebut
berada, tindakan, ucapan dan pikirannya, kesan tokoh lain terhadap dirinya,
benda-benda di sekitar tokoh, deskripsi langsung secara naratif oleh pengarang.

4. Latar atau Setting


adalah keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana dalam suatu cerita.
Pada dasarnya, latar mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema atau plot, karena
untuk menghasilkan cerita yang gempal, padat dan berkualitas latar harus
bersatu dengan tema dan plot. Latar bisa dipindahkan ke mana saja, berarti latar
tidak integral dengan tema dan plot.

5. Sudut pandangan tokoh


Adalah visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh
cerita. Jadi sudut pandangan ini sangat erat dengan teknik bercerita. Diantara
Sudut pandangan orang pertama, sudut pandangan tokoh ini, antara lain: Lazim

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

disebut point of view orang pertama. Pengarang menggunakan sudut pandang


“aku” atau “saya”. Di sini yang harus diperhatikan adalah sudut pandangan
pengarang harus netral dengan “aku” dan “saya”-nya. orang ketiga. Yang
dipakai adalah “ia” atau “dia” (Rahbini, 2007).

6. Gaya bahasa
Yaitu pilihan kata, ungkapan, variasi kalimat tertentu yang terpilih dan
dipilih dan dipakai oleh pengarang dalam penuturan cerita yang mencerminkan
gaya dan pengarang tersebut terhadap bentuk-bentuk bahasa yang diminatinya.

a) Mendengarkan rekaman cerita pendek yang berjudul ” Suatu Hari di Bulan


Desember 2002”.

1. Simaklah cerita pendek yang diperdengarkan dengan seksama!


2. Cermatilah isi dari cerita pendek tersebut!

b) Mendengarkan cerita pendek yang dibacakan.

1. Simaklah cerita pendek yang berjudul ”Mbok Jah” yang dibacakan oleh
teman kalian!
2. Cermatilah isi dari cerita pendek tersebut!

Mbok Jah
Oleh Umar Kayam

Sudah dua tahun, baik pada lebaran maupun Sekaten, Mbok Jah tidak ”turun
gunung” keluar dari desanya di bilangan Tepus, Gunung Kidul, untuk berkunjung ke
rumah bekas rumah majikannya, keluarga Mulyono, di kota. Meskipun sudah berhenti
karena usia tua dan capek menjadi pembantu rumah Mbok JAh tetap memelihara
hubungan yang baik dengan seluruh anggota keluarga itu. Dua puluh tahun sudah
dilewatinya untuk bekerja sebagai pembantu di rumah kelurga yang sederhana dan
sedang-sedang saja kondisi ekonominya itu.

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

Gaji yang diterimanya tidak pernah tinggi, cukup saja, tetapi perlakuan yang
baik dan penuh tepa selira dari seluruh keluarga itu telah memberinya rasa aman,
tenang, dan tentram. Buat seorang janda yang sudah setua itu, apalah yang dikendaki
kecuali atap intik berteduh dan makan serta pakaian yang cukup. Lagi pula anaknya
yang tinggal di Surabaya dan menurut kabar hidup berkecukupan, tidak mau lagi
berhubungan dengannya. Tarikan dan pelukkan istri dan anak-anaknya rupanya begitu
erat melengket hingga mampu melupakan ibunya sama sekali. Tidak apa, hiburnya.
Dirumah keluarga Mulyono ini, dia merasa mendapat semuanya. Tetapi, waktu
ia merasa semakin renta-tidak sekuat sebelumnya-Mbok Jah merasa dirinya menjadi
beban keluarga itu dia merasa itu tumpangan gratis dan harga dirinya memberontak
terhadap keadaan itu. Diputusknnya untuk pulang saja ke desanya.
Ia masih memiliki warisan sebuah rumah desa-yang meskipun sudah tua dan
tidak terpelihara-akan dapat dijadikannya tempat tinggal di hari tua dan juga tegalan
barang sepetak dua petak masih ada juga. Tapi semua itu dapat diaturnya dengan anak
jauhnya di desa. Pasti mereka semua dengan senang hati akan menolong
mempersiapakan semua itu. Orang desa semua tulus hatinya tidak seperti kebanyakan
orang kota, pikirnya. Sedikit-sedikit duit, putusnya.
Maka dikemukakannya ini kepada majikannya. Majikannya beserta seluruh
anggota keluarga-yang hanya terdiri dari suami, istri, dan dua orang anak-protes keras
dengan keputusan Mbok Jah. Mbok Jah sudah menjadi bagian yang nyata dan hidup
sekali dari rumah tangga ini, kata ndoro putri. Dan siapa yang akan mendampingi si
Kedono dan si Kedini yang sudah beranjak dewasa desah ndoro kangkung. Wah, sepi
loh Mbok kalau tidak ada kamu, Lagi siapa yang bisa buat sambel terasi yang begitu
sedap dan melekok, seperti kamu Mbok, tukas Kedini dan Kedono.
Pokonya keluarega majikan tidak mau ditinggalkan oleh Mbok Jah. Tetapi,
keputusan Mbok Jah sudah mantap. Tidak mau menjadi beban sebagai kuda tua yang
tidak berdaya. Hingga jauh malam, mereka tawar menawar. Ahkirnya, diputuskan suatu
jalan tengah. Mbok Jah akan “turun gunung” dua kali dalam setahun, yaitu pada waktu
Sekaten dan waktu Idul Fitri. Mereka lantas setuju dengan jalan ttengah itu. Mbok Kjah
menepati janjinya. Waktu Sekaten dan Idul Fitri, dia memang daang. Bahkan, Kedono
dan Kedini selalu ikut menemaninya duduk ngelesot di halaman mesjid kraton untuk
mendengarkan suara gamelan Sekaten yang hanya berbunyi tang-tung-tung-grombyang
itu. Malah, lama-kelamaan mereka bisa ikut larut dan menikmati suasana Sekaten di
mesjid itu.

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

”Kok, suaranya aneh ya, Mbok. Tidak seperti gamelan kelenengan biasa. ”
”Ya, tidak, Gus, Den Rara. Ini gending keramatnya Kanjeng Nabi Muhammad.”
”Lha, Kanjeng Nabi apa tidak mengantuk mendengarkan ini, Mbok?”
”Lha, ya tidak. Kalau mau mendengarkan dengan nikmat, pejamkan mata
kalian.”
”Nanti rak kalian akan bisa masuk.”
Mereka menurut. Dan betul saja, lama-lama suara gamelan Sekaten itu enak
juga didengar.
Selain Sekaten dan Idul Fitri itu peristiwa menyenangkan karena kedatangan
Mbok Jah, sudah tentu juga oleh-oleh mbok Jah dari desa. Terutama juadah yang halus,
bersih dan gurih, dan kehebatan Mbok Jah menyambal terasi yang tidak kunjung surut.
Sambal itu dilarutkan dalam satu toples dan kalau sudah habis, setiap hari ia akan
menyambalnya. Belum lagi kalau ia membantu menyiapkan hidangan lebaran yang
lengkap. Orang tua renta itu masih ikut menyiapkan segala sesuatu semalam suntuk.
Dan semua masih dikerjakannya dengan sempurna. Opor ayam, sambel goreng ati,
lodeh, serudeng, dendeng ragi, ketupat, lontong, abon bubuk udang, semua lengkap
belaka disiapkan oleh Mbok Jah. Dari mana energi itu datang pada tubuh orang tua itu
tidak seorang pun dapat menduganya.
Setiap ia pulang ke desanya, Mbok Jah selalu kesulitan melepaskan dirinya dari
pelukkan Kedono dan Kediri. Anak kembar laki-laki perempuan itu, meski sudah
mahasiswa, selalu saja mendudukan diri mereka pada embok tua itu. Ndoro putri dan
ndoro kakung selalu tidak lupa menyisipkan uang sangu beberapa puluh ribu rupiah dan
tidak pernah lupa wanti-wanti pesan untuk kembali setiap Sekaten dan Idul Fitri.
”Inggih, Ndoro-ndoro saya dan Gus-Den Rara yang baik. Saya pasti akan
datang.”
Tetapi, begitulah. Sudah dua Sekaten dan dua Lebaran terahkir Mbok Jah tidak
muncul. Keluarga Mulyono bertanya-tanya, jangan-jangan Mbok Jah mulai sakit-
sakitan atau jangan-janagn malah....
”Ayo sehabis Lebran kedua, kita kunjungi Mbok Jah di desanya,” putus ndoro
Kakung.
”Apa Bapak tahu desanya?”
”Ah, kira-kira, ya tahu. Wong di Gunung Kidul saja, itu ternyata lama sekali.
Pada waktu itu, ahkirnya desa Mbok Jah ketemu, jam sudah menunjukkan lewat jam

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

dua siang. Perut Kendono dan Kediri sudah lapar meskipun sudah diganjal dengan roti
sobek yang seharusnya sebagian untuk oleh-oleh Mbok Jah.
Desa itu tidak indah, nyaris buruk, dan ternyata tidak makmur dan subur.
Mereka semakin terkejut lagi ketika menemukan rumah Mbok Jah. Kecil, miring, dan
terbuat dari gedek dan kayu murahan. Tegalnya yang selalu diceritakan ditanami
dengan palawija nyata gundul tak ada apa-apanya.
”Kula nuwun. Mbok Jah, Mbok Jah.”
Waktu akhirnya pintu dibuka, mereka terkejut lagi melihat Mbok Jah yang
sudah tua semakin tua lagi. Jalannya tergopoh, tetapi juga tertatih-tatih menyambut
bekas majikannya.
”Walah, walah, Ndoro-Ndoro saya yang baik, kok, bersusah-susah datang
kedesa sayang yang buruk ini. Jalannya tergopoh-gopoh, tetapi juga tertatih-tatih
menyambut bekas majikannya.
”Walah, walah, Ndoro-Ndoro saya yang baik kok, bersusah-susah mau datang
ke desa saya yang buruk ini. Mangga, mangga, ndoro silakan masuk dan duduk di
dalam.”
Di dalam hanya ada satu meja, beberapa kursi yang sudah reyot, dan sebuah
amben yang agaknya adalah tempat tidur Mbok Jah. Mereka disilahkan duduk. Dan
keluarga Mulyono masih ternganga-nganga melihat kenyataan rumah bekas pembantu
mereka itu.
”Ndoro-ndoro, sugeng riyadi, nggih, minal aidin wal faijin. Semua dosa-dosa
saya supaya diampuni, nggih, Ndoro-Ndoro, Gus-Den Rara.”
” Iya, iya, Mbok. Sama-sama saling memaafkan.”
” Lho, ini tadi pasti belum makan semua to? Tunggu, semua duduk yang enak, si
Mbok masakkan, nggih?”
” Jangan repot-repot, Mbok. Kita tidak lapar, kok. Betul!”
” Aah, pasti lapar. Lagi ini sudah hampir Asar. Saya masakkan nasi tiwul, nasi
dicampur tepung gaplek, nggih.”
Tanpa menunggu pendapat ndoro-ndoronya, Mbok Jah langsung saja
menyibukkan diri menyiapkan makanan. Kedono dan Kedini yang ingin membantu
ditolak. Mereka kemudian menyaksikan bagaimana Mbok Jah yang di dapur mereka di
kota dengan gesit menyiapkan makanan dengan kompor elpiji dengan nyala api yang
mantap; di dapur desa itu – yang sesungguhnya juga di ruang dalam tempat mereka
duduk – mereka menyaksikan si Mbok dengan susah payah meniup serabut-serabut

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

kelapa yang agaknya tidak cukup kering mengeluarkan api. Akhirnya, semua makanan
itu siap juga dihidangkan di meja. Yang disebut sebagai semua makanan itu nasi tiwul,
daun singkong rebus, dan sambal cabe merah dengan garam saja. Air minum disediakan
di kendi yang terbuat dari tanah.
”Silakan Ndoro, makan seadanya. Tiwul Gunung Kidul dan sambelnya Mbok
Jah tidak pakai terasi karena kehabisan terasi, dan temannya cuma daun singkong yang
direbus.” Mereka pun makan pelan-pelan. Mbok Jah yang di rumah mereka kadang-
kadang masak spaghetti atau sup makaroni, di rumahnya sendiri hanya mampu masak
tiwul dengan daun singkong rebus dan sambal tanpa terasi. Dan keadaan rumah itu? Ke
mana saja uang tabungannya yang lumayan banyak itu pergi? Bukankah dia dulu berani
pulang ke desa karena yakin sanak saudaranya akan dapat menolong dan
menampungnya dalam desa itu? Keluarga itu, seakan dibentuk oleh pertanyaan batin
kolektif, membayangkan berbagai kemungkinan. Dan Mbok Jah seakan mengerti apa
yang sedang dipikir dan dibayangkan oleh ndoro-ndoronya, segera menjelaskan.

”Sanak saudaranya saya itu miskin semua kok, Ndoro. Jadi, uang sangu saya
dari kota, lama-lama, ya, habis buat bantu ini dan itu.”
”Lha, Lebaran begini apa mereka tidak datang to, Mbok?”
” Lha, yang dicari di sini apa lho, Ndoro. Ketupat sama opor ayam?”
“Anakmu?”
Mbok Jah menggelengkan kepala tertawa kecut.
”Saya itu punya anak to, Ndoro?”
Kedono dan Kedini tidak tahan lagi. Diletakkan piring mereka dan langsung
memegang bahu embok mereka.
”Kau ikut kami ke kota ya?Harus ! Sekarang juga bersama kami!”
Mbok Jah tersenyum, tapi menggelengkan kepala.
”Si mbok tahu kalau anak-anakku akan menawarkan ini. Kalian anak-anakku
akan menawarkan ini. Kalian anak-anakku yang baik. Tapi tidak. Gus-Den Rara, rumah
si mbok di hari tua, ya, di sini. Nanti Sekaten dan Lebaran yang akan datang, saya pasti
datang. Betul.”
Mereka pun tahu itu keputusan yang tidak bisa ditawar lagi. Lalu, mereka pamit
mau pulang. Tetapi, hujan turun semakin deras dan rapat. Mbok Jah mengingatkan
ndoro kakungnya kalau hujan begitu akan susah mengemudi. Jalan akan tidak kelihatan
saking rapatnya air hujan turun. Di depan hanya akan kelihatan warna putih dan kelabu.

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

Mereka pun lantas duduk berderet di amben di beranda memandang ke tegalan.


Benar, tegalan itu berwarna putih dan kelabu.

Latihan 1

1. Dengarkanlah rekaman cerpen yang akan diperdengarkan!


2. Cermatilah unsur-unsur yang terdapat dalam cerpen tersebut!
3. Analisislah unsur-unsur yang ada dalam cerpen tersebut !
4. Tulislah hasil analisismu dalam form analisis cerpen yang sudah
disediakan!
5. Buatlah kelompok yang terdiri dari 4-5 orang !
6. Bacakan hasil analisismu di dalam kelompok!
7. Presentasikanlah hasil analisis kelompokmu di depan kelas !

FormAnalisis Cerpen

Unsur Puisi Keterangan

Unsur Intrinsik Tema

Alur

Tokoh/Penokohan

Latar

Sudut pandangan

Gaya bahasa

B. Menganalisis unsur-unsur intrinsik sebuah cerpen.

Kegiatan yang selanjutnya yang harus kalian lakukan sekarang adalah


menganalisis unsur-unsur dalam sebuah cerpen. Untuk itu, kerjakan latihan-latihan
di bawah ini!

Latihan 2

1. Salah satu teman membacakan cerpen berjudul “Mbok Jah” karya Umar
Kayam di depan kelas!
2. Cermati cerpen yang telah dibacakan!
3. Kerjakan latihan berikut ini!

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

Mbok Jah, Kedono Kedini,


Ndoro Kakung Ndoro Putri

Karakter Mbok Jah Karakter Kedono-


Kedini Karakter Ndoro Kakung
……………………… dan Ndoro Putri
………………………
……………………… …………………………
………………………
……………………… …………………………
………………………
……………………… …………………………
……………………….
… ………………….
.

Penokohan Penokohan
Penokohan
Mbok Jah Ndoro Kakung dan
Kedono-Kedini
…………………… Ndoro Putri
………………………
…………………… …………………………
………………………
…………………… …………………………
………………………
…………………… ………………….
….…………………...

Nilai pendidikan yang disampaikan pengarang
kepada pembaca melalui tokoh utama
………………………………………………
………………………………………………
………………………….…………………...

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

C. Mengidentifikasi alur, penokohan, dan latar dalam cerpen yang


dibacakan.

Untuk lebih memperdalam pemahaman kalian di dalam memahami unsur-unsur cerpen,


kerjakanlah latihan di bawah ini!

Latihan 3

FORM ANALISIS CERPEN

Unsur Pertanyaan Jawaban


Cerita
Tokoh Tuliskanlah Komentar Mbok Jah
terhadap tokoh-tokoh
dalam cerita tersebut
seperti yang terdapat
dalam cerita. Ndoro Kakung dan Ndoro
Putri

Kedono dan Kedini

Alur Tulislah secara singkat Kejadian 1


garis besar kejadian-
kejadian yang terdapat
dalam cerita.
Kejadian 2

Kejadian 3

Latar 1. Kapan Mbok Jah


Waktu selalu menengok
ke desa?

2. Kapan Mbok Jah


memutuskan

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

pulang dan
tinggal di desa?

3. Kapan keluarga
Ndoro Kakung
dan Ndoro Putri
menjenguk
Mbok Jah di
desa?
Sudut Ubahlah sudut pandang Di rumah keluarga Mulyono ini, dia merasa
Pandang penceritaan kelimat mendapat semuanya. Tetapi, waktu dia merasa
Penceritaan berikut dengan sudut semakin renta—tidak sekuat sebelumnya—Mbok
pandang Aku Jah merasa dirinya menjadi beban keluarga itu.

Amanat Jika anda menjadi tokoh


dan Pesan Mbok Jah, hal apakah
yang anda sadari dari
peristiwa dalam
kehidupan Mbok Jah

TUGAS:

Buatlah cerita pendek dengan memasukkan semua unsur-unsur dalam cerita


pendek!

II. MENULIS

Standar Kompetensi :
Menulis
Menulis naskah drama.

Kompetensi Dasar :
Mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog naskah drama.

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

Setelah mempelajari bagian ini, kalian diharapkan mampu

Mengetahui dan memahami dialog naskah drama.


Membedakan perilaku manusia melalui dialog naskah drama.
Mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog naskah drama.

Dalam sebuah drama terdapat berbagai macam unsur. Baik unsur intrinsik
maupun unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik terdiri dari tokoh, alur, latar, dan tema. Di
dalam tokoh terdapat penokohan atau penciptaan citra tokoh yang oleh pengarang
dilakukan berbagai macam cara. Pengarang mungkin secara langsung
mengungkapkan gambaran tentang tokoh mungkin pula melalui cakapan tokoh,
penggambaran keadaan tokoh, tingkah laku tokoh, atau percakapan tokoh lainnya
tentang diri si tokoh (Hariyanto, 2000:36).

A. Mengetahui dan memahami dialog naskah drama.

Peristiwa, konflik, dan alur cerita hanya ada


karena peran tokoh atau pelaku. Tokoh cerita dapat (Wijaya, 2005).
gerak dan diaolog di atas pentas
kehidupan dan watak manusia lewat
karya sastra yang melukiskan
bergerak atau berbuat. Drama adalah
Yunani draomei yang artinya
Kata drama berasal dari bahasa
berwujud manusia, binatang, tumbuhan, atau benda
mati yang dipersonifikasikan. Setiap tokoh
mempunyai watak atau karakternya sendiri-sendiri
sehingga memungkinkan terjadinya konflik bila
berinteraksi atau berkorelasi (Kamdhi, 2003).

DRAMA
Tokoh dalam dalam drama bukanlah sekedar

INFO
semacam boneka yang mati. Tokoh tersebut
diharapkan berkesan hidup yaitu memiliki ciri-ciri
kebadanan, ciri-ciri kejiwaan, dan ciri-ciri
kemasyarakatan. Yang dimaksud ciri-ciri
kebadanan misalnya usia, jenis kelamin, keadaan
tubuh dan kondisi wajah. Yang dimaksud dengan
ciri-ciri kejiwaan misalnya mentalitas, moral,
tempramen, kecerdasan, dan kepandaian dalam
bidang tertentu. Sedangkan yang dimaksud ciri-ciri
kemasyarakatan misalnya status sosial, pekerjaan atau peranannya dalam
masyarakat, pendidikan, ideologi, kegemaran, dan kewarganegaraan.
Ada berbagai macam tokoh. Berdasarkan fungsi penampilannya terdapat tokoh
antagonis, protagonis dan tritagonis. Protagonis adalah tokoh yang diharapkan
menarik simpati dan empati pembicara atau penonton. Ia adalah tokoh dalam drama
yang memegang pimpinan. Antagonis atau tokoh lawan adalah pelaku dalam drama
yang berfungsi sebagai penentang utama dari tokoh protagonis. Tritagonis adalah
tokoh yang berpihak pada protagonis atau berpihak pada antagonis atau berfungsi
sebagai penengah pertentangan tokoh-tokoh itu (Hariyanto, 2000).
Dalam setiap lakon dialog harus memenuhi dua hal yaitu: 1) Dialog haruslah
dapat mempertinggi gerak. Dialog hendaknya dipergunakan untuk mencerminkan
apa-apa yang telah terjadi selama permainan, selama pementasan, dan juga harus

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

mencerminkan pikiran dan perasaan para tokoh yang turut berperan dalam lakon itu.
2) Dialog haruslah baik dan bernilai tinggi. Dialog haruslah lebih terarah dan teratur
daripada percakapan sehari-hari. Hendaknya jangan ada kata-kata yang tidak perlu;
para tokoh harus berbicara jelas, terang, dan menuju sasaran (Wijaya, 2005).

a) Menulis sebuah drama.

b) Membaca sebuah drama.


1. Bacalah drama yang berjudul ”Arloji” di bawah ini!
2. Cermatilah tokoh beserta penokohannya!

Bacalah drama berikut ini!

Arloji
Oleh: P. Hariyanto

Kisah ini terjadi di sebuah kamar depan keluarga yang cukup terpandang.
Terdapat berbagai perlengkapan yang lazim di kamar tamu semacam itu, namun yang
terpenting adalah seperangkat meja dan kursi tamu. Kira-kira pukul 09.00 drama ini
terjadi.
Para pelaku:
1. Jidul: Anak laki-laki berumur 15 tahun, bisu dan tampak bodoh, namun peringan
dan tekun. Ia seorang pembantu rumah tangga
2. Pak Pikun: Pembantu rumah tangga ini berumur sekitar 40 tahun. Rambutnya
sudah memutih, sok tahu, sok kuasa, dan keras kepala.
3. Ibu: Nyonya rumah ini kira-kira berusia 42 tahun, keibuan, dan bijaksana.
4. Tritis: Gadis berusia 18 tahun ini cenderung tergesa-gesa dalam memberikan
penilaian.

Dengan penuh keringanan, si Jidul tekun membersihkan meja dan kursi-kursi.


Kepalanya melenggut-lenggut, pantatnya bergidul-gidul seirama dengan musik
ndangdut yang terdengar meriah. Jidul terkejut ketika musik mendadak berhenti.
Pak Pikun : (Muncul, langsung menuju ke arah Jidul) Ayo! Mana! Berikan kembali
padaku Ayo ! Mana!
Jidul : Ber-ah-uh, sambil memberikan isyarat yang menyatakan ketidak
mengertiannya.
Pak Pikun : Jangan berlagak pilon! Siapa lagi kalau bukan kamu yang
mengambilnya? Ayo, Jidul, kamu sembunyikan di mana, eh?

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

Jidul : Semakin bingung dan takut.


Pak Pikun : Dasar maling! Belum sampai sebulan disini kamu sudah kambuh lagi,
ya? Dasar nggak tahu diri! ayo, kembalikan kepadaku! Mana, heh?
Jidul : Meringkuk diam.
Pak Pikun : (Semakin keras suaranya) Jidul! Kamu mau kembalikan apa tidak?
Mau insaf apa tidak? Apa mau kupanggilkan orang-orang sekampung
untuk mencincangmu, heh? Kamu mau dipukuli seperti dulu lagi? Ayo,
mana?
Ibu : (Muncul tergesa-gesa) Eh, ada apa Pak Pikun? Ada Apa dengan si Jidul?
Pak Pikun : Anak ini memang tidak pantas dikasiani, Bu. Dia mencuri lagi, Bu!
Ibu : Mencuri? (tertegun) Kamu mencuri, Jidul?
Jidul : Ber-ah-uh sambil menggoyang-goyangkan kepala dan tangannya.
Pak Pikun : Ungkir ya? Padahal jelas, Bu! Tadi saya mandi. Setelah itu, arloji saya
tertinggal di kamar mandi. Lalu dia masuk entah mengapa. Lalu tidak
ada lagi arloji saya, Bu.
Ibu : O, Jadi arloji Pak Pikun hilang, begitu?
Pak Pikun : Bukan hilang, Bu! Jelas telah dicurinya! Ayo, ngaku saja! Kamu ngaku
saja Jidul!
Jidul : Ber-ah-uh mencoba menjelaskan ketidak tauhannya.
Pak Pikun : Masih mungkir? Minta kupukul?
Ibu : Sabar, Pak Pikun, sabar!
Pak Pikun : Maaf, Bu. Ini biar saya urus sendiri! Kamu baru mau ngaku kalau
dipukul, ya? Sini (mau memukul si Jidul).
Si Jidul : Meloncat, lari keluar dikejar oleh Pak Pikun.
Ibu : Sabar dulu Pak Pikun, Diperiksa dulu! (mendesah sendiri) Ya, ampun!
Orang sudah tua kok ya masih gegabah, tidak sabaran begitu.
Tritis : (Muncul, membawa buku dan alat tulis ) Uh! Pagi-pagi sudah . Ngganggu
orang belajar saja!
Ibu : Belum jelas, Tritis.
Tritis : Ah Ibu sih suka membela si Jidul! Siapa lagi kalau bukan dia yang mengambil
arloji Pak Pikun? Apa ibu lupa? Dia kan dulu ketahuan mencuri ayam
kita, ketahuan, mau dipukuli orang kampung malah kemudian dibela
ayah dan ditampug di rumah kita. Keenakan dia, maka kini mencuri
lagi!.
Ibu : Ya memang, dulu pernah mencuri. Itu karena ia kelaparan. Tetapi belum tentu
sekarang dia mengambil arloji Pak Pikun, Tritis!
Tritis : Kalau bukan si Jidul, apa ibu atau aku yang mengambil arloji itu, ibu?
(tertawa)
Ibu : (menemukan ide) Ah! Mungkin masih ada di kamar mandi Tritis! Atau,
mungkin di dekat tempat jemuran. Pak Pikun kan pelupa? Mari kita coba
mencarinya! (bersama tritis melangkah ke kiri akan keluar, tetapi
kemudian berhenti)

Terdengar suara ribut,. Si Jidul kembali meloncar masuk ke kana. Maunya


berlari, tetapi tersandung sesuatu. Ia jatuh terguluing mengejutkan Ibu dan tritis.dan
sebelum sempat bangkit, Pak Pikun sudah keburu masuk pula dan menangkapnya
dengan geram.
Pak Pikun : ( Sambil mengacung-acungkan penggada besar, tangan kirinya tetap
mencengkeram leher kaus si Jidul) Mau lari lagi kemana?, heh? Kupukul
kamu sekarang!

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

Ibu : Sabar, Pak! Tunggu dulu!


Pak Pikun : Tunggu apa lagi. Bu? Anak nggak benar ini harus saya ajar biar kapok.
(Akan memukul penggadanya)
Ibu :Tunggu dulu! siapa tau, jidul benar tidak mencuri dan Pak Pikun yang tidak
benar menaruh arlojinya?
Pak Pikun : Tak mungkin, Bu saya yakin, si brengsek ini pencurinya. Kamu harus
mampus (akan memukulnya panggadanya)
Tritis : (Melihat tangan pak pikun) eh, liat! Arlojinya kan itu! Di pergelangan tangan
kananmu, pak Pikun lihat! (tertawa ngakak)
Ibu : O, iya! Betul! Dasar Pak Pikun ya pikun! (tertawa geli)
Pak Pikun : Tertegun memegang pergelangan tangannya yang kanan. Di
lepaskannya si Jidul. Di amat-amatinya arloji itu. Penggadanya sudah
dijatuhakan. Dengan sangat malu, ia berjalan keluar tertegun-tegun,
diiringi pelak tawa Ibu dan Tritis .sementara itu, si Jidul pun tertawa –
tawa pula dengan caranya sendiri yang spesifik.

Latihan 1

1. Buatlah kelompok yang terdiri dari 4-5 orang!


2. Mengaranglah sebuah drama dengan menekankan tokoh serta penokohan
dalam drama tersebut!
3. Bacakanlah hasil karangan kelompok kalian di depan kelas!
4. Nilailah hasil drama kelompok rekan dengan mengisi lembar penilaian
yang sudah disediakan!

LEMBAR PENILAIAN

No Nama Judul Aspek Yang Dinilai Penggambaran Kejelasa


Kelompo Dram watak tokoh n dialog
Kelengkapan Ketepatan
k a sesuai dengan antar
Unsur Unsur
peranannya tokohnya
Penokohan Penokohan

1.

2.

3.

4.

Kriteria Penilaian:

A = Sangat bagus

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

B = Bagus
C = Cukup
D = Kurang

CATATAN:

Agar pembelajaran berlangsung efektif, guru diharapkan memberikan hadiah kepada


kelompok yang mengarang drama terbaik sesuai dengan kriteria yang ada dalam lembar
penilaian.

B. Membedakan perilaku manusia melalui dialog naskah drama.

Sebagai tindakan nyata untuk membedakan perilaku manusia melalui dialog


naskah drama, kalian diharapkan benar-benar menghayati peran setiap tokoh. Oleh
sebab itu, kegiatan berikut ini akan lebih menekankan kepada kemampuan siswa
untuk dapat membedakan perilaku manusia melalui kegiatan bermain peran.

Latihan 2

Setelah kalian membaca drama yang berjudul ”Arloji” laksanakanlah kegiatan-


kegiatan di bawah ini!

1. Buatlah kelompok yang terdiri dari 4 orang!


2. Bagilah peran sesuai dengan tokoh dalam drama tersebut!
3. Baca dan ekspresikanlah setiap tokoh dalam drama tersebut sesuai dengan
karakternya masing-masing!
4. Berilah penilaian terhadap penampilan masing-masing kelompok rekan dengan
mengisi lembar penilaian!
5. Tulislah kesimpulan dalam lembar jawaban yang sudah disediakan mengenai
kesesuaian dan ketepatan dialog yang dipaparkan dalam drama tersebut! Apakah
dua syarat penulisan dialog sudah termuat di sana?

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

LEMBAR PENILAIAN

No Nama Aspek Yang Dinilai Keterangan


Kelompok
Kesesusaian Penghayatan
peran terhadap terhadap tokoh
tokoh yang yang imainkan
dimainkan
1.

2.

3.

4.

Kriteria Penilaian:

A = Sangat bagus
B = Bagus
C = Cukup
D = Kurang

LEMBAR JAWABAN

KESIMPULAN Nama Kelompok:

............................................................
............................................................
............................................................
............................................................
.............................................................
.........................................................................................................
.........................................................................................................
.........................................................................................................
.........................................................................................................
.........................................................................................................
.........................................................................................................

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

C. Mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog naskah drama.

Dalam mendeskripsikan perilaku manusia dalam sebuah drama, perlu


menganalisis drama itu lebih jauh. Analisis dapat dilakukan melalui dialog antar
tokohnya. Latihan di bawah ini akan melatih kalian dalam mendeskripsikan perilaku
manusia melalui dialog naskah drama.

Latihan 3

1. Analisislah drama ”Arloji” berdasarkan penggambaran perwatakan tiap


tokohnya!
2. Isilah form analisis drama di bawah ini!
3. Diskusikanlah hasil analisismu di dalam kelas!

FORM ANALISIS DRAMA

Unsur Pertanyaan Jawaban Alasan


Cerita
Tokoh Tuliskanlah Komentar Jidul
terhadap tokoh-tokoh
dalam drama tersebut
seperti yang terdapat Pak Pikun
dalam drama (Tokoh
utama, tambahan, dsb)
Ibu

Tritis

Perwatakan/ Tulislah Jidul


Penokohan perwatakan/penokohan
drama tersebut
(Protagonos, Pak Pikun
Antagonis, Tritagonis)

Ibu

Tritis

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

BERBICARA
II

Standar Kompetensi :
Berbicara
Kompetensi Dasar :
Mengungkapkan wacana sastra dalam bentuk pementasan drama.
Mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama.

Setelah mempelajari bagian ini, kalian diharapkan mampu

Memahami perwatakan tokoh dari dialog sebuah drama .


Bermain peran sesuai dengan dialog para tokoh dalam drama.
Mengekspresikan dialog antar tokoh dalam pementasan drama.

Pada bab ini, kalian dihadapkan pada proses pementasan drama. Karya sastra
drama selain sebagai karya seni juga merupakan potret situasi tertentu. Dalam drama,
kita tidak hanya menemukan tokoh dan jalan cerita, melainkan juga suatu gambaran
abstrak mengenai keadaan suatu masyarakat pada masa tertentu.

A. Memahami perwatakan tokoh dari dialog sebuah drama.

Ada beberapa hal yang harus dilakukan apabila melisankan sebuah naskah
drama. Hal-hal tersebut antara lain (1) Baca dalam hati naskah drama tersebut dan
bayangkan bagaimana dialog yang harus diucapkan serta gerak dan mimik yang harus
dilakukan, (2) Adakan pembagian peran sesuai dengan minat, karakter, dan latar
belakang kejiwaan masing-masing, (3) Hafalkan teks dialog tersebut sesuai dengan
perannya masing-masing, (4) Berlatihlah membaca dialog dengan memasukkan
karakter tokoh, gerak anggota badan dan mimik. Ucapkan dialog tersebut dengan vokal
yang jelas sesuai dengan peran masing-masing.
Karena suatu lakon perlu singkat dan padat, maka sang dramawan haruslah dapat
memotret para pelakunya dengan tepat dan jelas untuk menghidupkan impresi. Demi
tujuan itulah maka sang pengarang mempergunakan beberapa jenis pelaku atau aktor
yang biasa dipergunakan dalam teater. Beberapa di antaranya: 1) Tokoh yang kontras
dengan tokoh lainnya. Dia mungkin merupakan tokoh pembantu yang berfungsi sebagai
pembantu saja, atau mungkin pula dia memerankan suatu bagian penting dalam lakon

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

itu, tetapi secara insidental bertindak sebagai seorang pembantu. 2) Tokoh yang dapat
berperan dengan tepat dan tangkas. Dia dapat berperan sebagai orang kampung atau
sebagai orang yang berkedudukan. Kemampuan tokoh yang serba bisa inilah yang
membuat tokoh individual yang sebenarnya itu menjadi luar biasa, semakin menarik
hati. 3) Tokoh yang statis; yang tetap saja keadaannya, baik pada awal maupun pada
akhir suatu lakon. Dengan kata lain: tokoh ini tidak mengalami perubahan; dia tetap
statis. 4) Tokoh yang mengalami perkembangan selama pertunjukkan (Wijaya, 2005).

a. Mengungkapkan dialog tiap tokoh dalam bentuk pementasan drama.


1. Bacalah kembali teks drama yang berjudul ”Arloji”!
2. Pentaskanlah teks drama tersebut di depan kelas!

b. Mendengarkan rekaman drama yang diperdengarkan.


1. Simaklah rekaman drama yang berjudul ”Ande-ande Lumut” yang akan
diperdengarkan!
2. Cermatilah perwatakan tiap tokohnya!

Latihan 1

1. Bacalah kembali teks yang berjudul ”Arloji”!


2. Kerjakan latihan berikut dengan mengisi form analisis drama!
3. Diskusikanlah perwatakan masing-masing tokoh dalam drama tersebut!

FORM ANALISIS DRAMA

Petunjuk : Isi bagian kolom perwatakan dengan memperhatikan dialog para


tokohnya!

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

Tokoh Dialog Perwatakan

Jidul Ber-ah-uh, semakin bingung dan


takut.
Dasar maling! Belum sampai sebulan
Pak Pikun di sini kamu sudah kambuh lagi, ya?
Dasar nggak tahu diri! Ayo,
kembalikan padaku! Mana, heh?
Ah ibu sih suka membela si Jidul!
Tritis Siapa lagi kalau bukan dia yang
mengambil arloji Pak Pikun? Apa ibu
lupa? Dia kan dulu ketahuan mencuri
ayam kita, ketahuan, mau dipukuli
orang kampung malah kemudian
dibela ayah dan ditampung di rumah
kita. Keenakan dia, maka kini
mencuri lagi!
Tunggu dulu! Siapa tahu,Jidul benar
Ibu tidak mencuri dan Pak Pikun tidak
benar menaruh arlojinya ?

B. Bermain peran sesuai dengan dialog para tokoh dalam drama.


Setelah kalian dapat membedakan perwatakan tiap tokoh, pada kegiatan
selanjutnya, kalian diharapkan mampu bermain peran sesuai dengan dialog para
tokoh dalam drama tersebut. Oleh karena itu, kerjakanlah kegiatan di bawah ini
untuk memperdalam pengetahuan kalian tentang perwatakan tokoh dalam drama.

Latihan 2

1. Buatlah kelompok yang terdiri dari 4 orang!


2. Pilihlah peran yang sebagai tokoh Jidul, Pak Pikun, Ibu dan Tritis!
3. Perankan tokoh tersebut di depan kelas dengan memperhatikan perwatakan
tokohnya!
4. Berilah tanggapan terhadap kelompok rekan!

C. Mengekspresikan dialog antar tokoh dalam pementasan drama.

Dalam mendeskripsikan perwatakan tokoh dalam sebuah drama perlu


menganalisis drama itu lebih jauh. Analisis dapat dilakukan melalui dialog antar
tokohnya. Latihan di bawah ini akan melatih kalian dalam mendeskripsikan
perilaku manusia melalui dialog naskah drama dengan mementaskannya di depan
kelas.

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

Latihan 3

1. Buatlah kelompok yang terdiri dari 4-5 orang!


2. Simaklah rekaman drama berjudul ”Ande-ande Lumut” dengan seksama!
3. Susunlah kembali alur drama tersebut dengan membuat naskah drama
menggunakan bahasa kalian sendiri!
4. Ekspresikan dialog naskah drama kalian di depan kelas dengan bermain peran!
5. Tanggapilah penampilan kelompok rekan dengan mengisi lembar penilaian di
bawah ini!
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Aspek Yang Dinilai Keterangan
Kelompok
Kesesusai Penghayat Mimik
an peran an muka,
terhadap terhadap gerak-
tokoh tokoh gerik
yang yang tubuh
dimainkan dimainkan dan
intonasi
1.

2.

3.

4.

Kriteria Penilaian:

A = Sangat bagus
B = Bagus
C = Cukup
D = Kurang

Latihan 4

Diskusikanlah kesulitan-kesulitan yang kalian hadapi saat mementaskan kedua drama


tersebut di dalam kelas!

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

TUGAS:

Carilah sebuah drama dengan tema bebas dan analisislah perwatakannya.

III. MEMBACA

Standar Kompetensi :
Membaca
Memahami buku biografi, novel
Kompetensi Dasar :
Mengungkapkan hal-hal yang menarik yang dapat diteladani dari tokoh.

Setelah mempelajari bagian ini, kalian diharapkan mampu

Memahami sifat, watak, pengalaman, dan profesinya.


Menemukan hal yang menarik dari tokoh.
Meneladani kelebihan atau keunggulan dari tokoh.

Biografi singkat dari tokoh-tokoh terkenal di Indonesia sangat banyak sekali


tersedia di berbagai macam media, baik media cetak maupun elektronik. Buku biografi
singkat tokoh-tokoh ternama di Indonesia dapat kalian gunakan untuk mengenali siapa
saja tokoh-tokoh Indonesia yang berjasa dalam membangun bangsa dan negara
Indonesia.

A. Memahami sifat, watak, pengalaman, dan profesinya.

Sebagai bangsa Indonesia, sudah semestinya kita mengenal tokoh-tokoh


bangsa ini, Anda dapat mengenal tokoh melalui berita seseorang atau membaca

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

buku biografinya. Karena Anda saat ini mempelajari bahasa dan sastra Indonesia,
alangkah baiknya kita mengetahui sekilas biografi seorang tokoh bangsa yang
sangat berjasa dalam bidang bahasa dan sastra Indonesia.

a. Membaca biografi singkat tokoh dalam bidang bahasa dan sastra Indonesia
Beliau adalah Muhammad Yamin, seorang penyair, pencetus bahasa persatuan,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Seorang pahlawan nasional.
1. Bacalah bigrafi singkat di bawah ini!
2. Cermatilah dengan seksama biografinya!

Dia Seorang Penyair, Pencetus Bahasa Persatuan, Menteri P dan K,


dan Pahlawan Nasional

Muhammad Yamin, lewat surat keputusan Presiden RI, 6 November 1973,


dinyatakan sebagai pahlawan nasional. Penghargaan itu sungguh suatu penghormatan
yang pantas. Yamin merupakan salah seorang tokoh pergerakan, pemikir, dan
budayawan yang melihat kehidupan bangsa ini ke massa depan, jauh melampaui
jamannya. Sebuah teladan dari sosok manusia yang memiliki gagasan mengenai
pentingnya persatuan bangsa yang multietnik pada masa itu.
Muhammad Yamin lahir 23 Agustus 1903 di Talawi dekat Sawahlunto, Sumatra
Barat. Selepas tamat sekolah Melayu, Ia memasuki HIS dan kemudian melanjutkan ke
Sekolah Guru Bukittinggi. Pernah mengikuti Sekolah Pertanian dan Peternakan di
Bogor (1923), namun tidak selesai. Pada tahun 1927 merampungkan pendidikannya di
AMS Yogyakarta. Belum puas dengan semua itu, Ia masuk Sekolah Hakim Tinggi di
Jakarta hingga selesai tahun 1932 dengan gelar Meester in de Rechten (Sarjana
Hukum).
Seperti juga pemuda-pemuda terpelajar di jaman kolonial, Yamin pun ikut aktif
berorganisasi. Antara 1926-1928, misalnya, Ia menjadi ketua Jong Sumatra Bond dan
ketua Indonesia Muda (1928). Setelah itu, Yamin hampir tidak pernah meninggalkan
aktifitasnya dalam berorganisasi politik kebangsaan waktu itu. Tercatat, Ia pernah
menjadi anggota Partindo dan anggota Volksraad.
Selepas merdeka, Ia terus aktif dalam membangun negeri ini. Beberapa jabatan
penting pernah disandangnya, diantaranya, anggota KNIP (Komte Nasional Indonesia
Pusat), Mentri Kehakiman tahun 1951, Mentri Pengajaran Pendidikan dan Kebudayaan
tahun 1952-1955, Ketua Dewan Pengawasan LKBN Antara tahun 1961-1962, dan
Ketua Dewan Perancang Nasional tahun 1962. Pada 17 Oktober 1962, Muhammad

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

Yamin menghebuskan nafasnya yang terakhir di Jakarta dan dimakamkan di tanah


kelahirannya di Talawi.
Sejumlah jabatan penting yang pernah dipegang oleh Muhammad Yamin
menunjukkan bagaimana peran yang telah dijalaninya dalam perjalanan perjuangan
bangsa ini. Ketika sebagian besar kaum terpelajar kita lebih suka berbicara dan menulis
dalam bahasa Belanda, dalam majalah Jong Sumatra, Yamin justru menulis dalam
bahas Melayu. Secara sadar, ia hendak mengangkat bahasa Melayu sebagai bahasa yang
sesungguhnya sangat berpeluang menjadi alat untuk mempersatukan keanekaragaman
suku bangsa kita.
Bukti lain dari kepedulian Muhammad Yamin terhadap bahasa Melayu tampak
pula dari puisi awalnya yang berjudul “Tanah Air”.Puisi yang ditulisnya saat ia masih
berusia 17 tahun itu dimuat di majalah Jong Sumatra, Juli 1920. Meskipu berupa pola
syair dan pantun Melayu, syair tersebut dipadukan menjadi sebuah puisi yang
mengungkapkan kerinduannya pada tanah air leluhur.
Puisi berikutnya “Indonesia Tumpah Darahku” ditulisnya 26 Oktober 1928
menjelang Kogres Pemuda. Ia menyampaikan kecintaan pada bahasa bangsanya dan
pada cita-cita mempersatukan beragam suku bangsa ke dalam satu negeri, satu bangsa
dan satu bahasa, “Indonesia”. “Kearena kita sedarah- sebangsa/Bertanah air
Indonesia.” Dalam puisi lainnya yang terdapat dalam puisi Indonesia Tumpah Darahku,
Yamin menegaskan lagi “……..Bahasa Indonesia sudah sedemikian lakunya; tetapi
harganya yang tertinggi adalah seperti bahasa persatuan.”
Gagasan mengenai bahasa persatuan itu tentulah tidak datang tiba-tiba. Ia lahir
dari sebuah proses pemikiran yang matang. Dalam kongres Indonesia I (1926),
Muhammad Yamin pun merupakan salah seorang yang memperjuangkan bahasa
Melayu agar menjadi bahasa yang dapat dipahami oleh suku-suku bangsa di Indonesia.
Dalam pidatonya ia mengatakan
“ Bahwa bahasa melayu lebih penting dari pada yang sering disangka orang dan
bahwa bahasa itu mempunyai satu perkembangan kelanjutan terus-menerus. Ia
memiliki suatu sastra luas, yang berpijak di berbagai bidang dan sekarang sudah
menjadi bahasa pengantar di kalangan orang-orang Indonesia……..” Di bagian lain, ia
berpendapat “………..saya sendiri mempunyai keyakinan penuh, bahwa bahasa melayu
lambat laun akan menjadi bahasa percakapan dan persatuan yang tepat bagi bangsa
Indonesia di masa depan……”

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

Salah satu hasil kongres itu adalah mempersiapkan materi-materi yang akan
dibahas dalam kongres berikutnya. Yamin dipercaya untuk membuat konsep-
konsepnya. Satu diantara butir konsep itu berisi rumusan tentang bahasa yang tertulis:
“ Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa
Melayu”. Setelah melewati perdebatan dan berbagai pertimbangan, dalam Kongres
Pemuda II, 28 Oktober 1928, disepakati rumusan mengenai bahasa persatuan sebagai
berikut “ Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa
Indonesia”. Sebuah keputusan penting yang ternyata didukung oleh tokoh- tokoh dari
berbagai suku bangsa seperti Ki Hajar Dewantara, Purbatjaraka, Abu Hanifah, Husein
Djajadiningrat, Adinegoro, Sanusi Pane, dan lain- lain. Dengan keputusan itu, bahasa
Melayu resmi diangkat sebagai bahasa Indonesia yang memberi kepastian kedudukan
dan fungsi bahasa Indonesia dalam masyarakata Indonesia.
Gagasan Muhammad Yamin mengenai pentingnya bahasa persatuan terungkap
pula dalam Kongres Bahasa Indonesia I di Solo ( 1938). Dikatakannya “ Membicarakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa kebudayaan, barulah berhasil
jikalau diperhatikan kedudukan bahasa Indonesia dalam seluruh masyarakat Indonesia
dahulu dan sekarang, tentang tempatnya pada hari yang akan datang dan tentang
artinya bagi bangsa Indonesia dan bagi pengetahuan umum.” Ditegaskan pula”…
Bahasa Indonesia adalah bahasa budaya; sebagai bahasa persamaan pertemuan dan
persatuan Indonesia, perkakas rohani dalam beberapa daerah dan bagi anak
Indonesia; denagn lahirnya kebudayaan Indonesia, bahasa Indonesia telah terhubung
dengan kebudayaan baru itu…. Pengetahuan dan kesadaran bangsa Indonesia
menguatkan pendirian bahwa bahasa Indonesia mendapat tempat yang semestinya
sebagai bahasa pertemuan , persatuan kebudayaan Indonesia, dan sebagai bahasa
Negara.“ Terbukti kemudian, bahasa Indonesia resmi menjadi bahasa Negara
sebagaimana tercantum dalam pasal 36, UUD 1945.
Peranan Muhammad Yamin dalam mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa
Indonesia dan dalam memajukan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, diakui
pula oleh para pakar sejarah. Hampir semua buku sejarah yang mengangkat peristiwa
Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, selalu menyinggung peranan Muhammad Yamin,
baik sebagai pencetus gagasan diselenggarakannya kongres itu maupun sebagai salah
satu tokoh yang merumuskan ketiga butir Sumpah Pemuda “Bertanah air: Berbangsa:
dan Menjunjung bahasa persatuan: Indonesia”.

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

Guru Besar Ilmu Sejarah dari Universitas Monash Australia, M.C. Ricklefs,
mengatakan “Muhammad Yamin….menjadi salah satu pemimpin politik di Indonesia
yang paling radikal meninggalkan bentuk-bentuk pantun dan syair serta menerbitkan
sajak-sajak pertama benar-benar modern dalam tahun 1920-1922.” Ricklefs
selanjutnya menambahkan “Yamin menulis sekumpulan sajak yang diterbitkan tahun
1929 dengan judul ‘Indonesia Tumpah Darahku’. Sajak-sajak tersebut mencerminkan
keyakinan di kalangan kaum terpelajar muda bahwa pertama-tama mereka adalah
orang Indonesia dan baru yang kedua orang Minangkabau, Batak, Jawa, Kristen,
Muslim, atau apa saja”.
Sebagai politikus terpelajar, selain aktif di lapangan politik dan pemerintahan,
Muhammad Yamin masih sempat membuahkan beberapa karya yang sekaligus juga
memperlihatkan minatnya di lapangan kebudayaan. Kumpulan puisi pertamanya,
Tanah Air, terbit tahun 1922. Kumpulan puisi berikutnya Indonesia Tumpah Darahku,
terbit tahun 1928. Adapun drama pertamanya Ken Arok dan Ken Dedes, pertama kali
dipentaskan 27 Oktober 1928 dan baru diterbitkan tahun 1934. Dua tahun sebelum
terbit naskah drama tersebut terbit pula naskah dramanya yang berjudul Kalau Dewi
Tara Sudah Berkata ( 1932).
Selain menulis karya asli, Yamin juga terkenal sebagai penerjemah. Beberapa
karya terjemahannya antara lain Menanti Surat dari Raja (1928) dan Di Dalam dan di
Luar Lingkungan Rumah Tangga (1933), keduanya karya Rabindranath Tagore serta
Julius Caesar (1951) karya William Shakespeare. Adapaun karyanya yang menyangkut
sejarah dan kebudayaan umum, antara lain Gadjah Mada (1946), Pangeran
Diponegoro (1950) dan 6000 Tahun Sang Merah Putih (1954). Kedua buku sejarah itu
mengangkat kebesaran tokoh Gadjah Mada dan kegigihan Pangaren Diponegoro,
sedangkan karya berikutnya mengisahkan keakraban bangsa Indonesia sejak dahulu
terhadap warna merah dan putih yang kemudian dijadikan sebagai bendera Kebangsaan
Indonesia.
Demikian sosok ketokohan Muhammad Yamin. Ia tidak melupakan tanah
leluhurnya. Namun, ia juga hidup sebagai warga Indonesia. Oleh karena itu,
kepentingan bangsa menjadi yang utama baginya. Ia telah membuktikan dengan
mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia yang ternyata kemudian menjadi
alat untuk mempersatukan keanekaragaman bangsa Indonesia. Seperti yang dikatakan
di dalam puisinya “Indonesia Tumpah Darahku” Ia mengawali kata kunci persatuan:

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

“Bersatu kita teguh/bercerai kita jatuh”. Itulah, diantaranya teladan yang hendak
ditanamkan Muhammad Yamin bagi generasi bangsa Indonesia ini.

Sumber : majalah Horison

b. Menyusun kembali biografi singkat ”Sutan Takdir Alisyahbana” yang belum


sesuai urutannya.

1. Bacalah biografi singkat di bawah ini!


2. Susunlah kembali teks di bawah ini! (teks ini akan lebih efektif jika guru
menaruhnya dalam sebuah amplop kemudian dibagikan kepada siswa. Guru
juga menyediakan satu lembar kertas untuk menyusun hasil susunan paragraf
yang benar disertai dengan kesimpulannya).

SUtan takdir alisyahbana



Hasil karyanya yang lain: Tak Putus Dirundung Malang (1929), Dian yang Tak
Kunjung Padam (1932), Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940), Layar
Terkembang (1936), Grota Azzura (1970-1971),dan kalah dan Menang (1978).
Kumpulan puisinya, yaitu Tebaran Mega (1935),Lagu Pemacu Ombak (1978), dan
Perempuan di Persimpangan Zaman (1985). Sejumlah puisinya dipilih Linus Suryadi
A.G. untuk antologi Tonggak 1 (1987).


Sutan Takdir Alisyabahbana lahir di Natal, Tapanuli Selatan, 11 Februari 1980.
Beliau mula-mula menjadi guru HKS di Palembang (1928). Pada tahun 1930 pindah ke
Balai Pusaka dan memimpin Panji Pustaka. Pada 1933 mendirikan majaah kesusatraan
Pujangga Baru.


Takdir dianggap sebagi jiwa angkatan Pujangga Baru sebab diantara sastrawan-
sastrawan Pujangga baru dialah yang paling gigih dan paling berpengaruh
memperjuangkan cita-cita pujangga baru. Karena menurut keyakinanya, bangsa
Indonesia hendaklah mencontoh dan mengambil alih cara berpikir barat yang dinamis.

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

Ia menentang setiap pemujaan terhadap kebudayaan lama karena baginya yang lama itu
sudah usang dan tidak berjiwa. Sikapnya ini antara lain dikemukakan dala puisinya ”
Menuju ke Laut”, ’Puisi Liris Seni baru” , novel Layar Terkembang, dan esai-esaiya.

Latihan 1

1. Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan bacaan!


a. Dimana dan kapan Muhammad Yamin dilahirkan, meninggal, dan
dimakamkan?
b. Dimana sajakah Muhamad Yamin bersekolah?
c. Apa saja organisasi yang pernah diikutinya?
d. Jabatan apa saja yang pernah dijabat oleh Muhammad Yamin?
2. Muhammad yamin ingin mengangkat bahasa Melayu sebagai bahasa yang
mempersatukan bangsa. Jelaskan usaha-usaha yang dilakukannya untuk
mewujudkan cita-cita tersebut.
3. Jelaskan peran Muhammad Yamin dalam mengangkat bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia!
4. Buktikan bahwa Muhammad Yamin adalah seorang sastrawan! Sebutkan hasil-
hasil karya sastranya!
5. Jelaskan bahwa Muhammad Yamin merupakan seorang yang berjiwa patriot!

Latihan 2

Petunjuk Pelaksanaan!

1. Guru membagikan potongan teks tersebut kepada siswa.


2. Setiap siswa mengurutkan kembali artikel tersebut menjadi satu kesatuan utuh
dalam lembar jawaban yang telah disediakan guru seperti di bawah ini.
3. Carilah kata-kata sukar yang ada dalam artikel tersebut !
4. Diskusikan arti kata-kata tersebut kemudian buatlah karangan singkat dengan
menggunakan kata-katamu sendiri sesuai dengan isi artikel di atas!
5. Bacalah hasil pekerjaan kalian di depan kelas !
6. Tanggapilah isi dari karangan rekan!

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

Tempel disini!

Nama :
No Absen :

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

B. Menemukan hal yang menarik dari tokoh.

Setelah kalian mendalami tokoh Muhammad Yamin dan Sutan takdir


Alisyahbana melalui teks biografi di atas, selanjutnya untuk memperdalam
pengetahuan kalian tentang tokoh-tokoh tersebut, maka kalian diharapkan untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan di bawah ini.

Latihan 3

Lakukan kegiatan di bawah ini!

1. Diskusikanlah hal-hal yang menarik yang kalian temukan dari kedua tokoh
tersebut!
2. Rumuskanlah kembali hasil diskusi kalian dalam lembar jawaban yang
sudah disediakan!
3. Beberapa orang siswa membacakan hasil rumusan di depan kelas!

LEMBAR JAWABAN

KESIMPULAN
.....................................................................
..................................................................................
.....................................................................................
.....................................................................................
...................................................................................
...................................................................................
.................................................................................
.........................................................................
........................................................

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

C. Meneladani kelebihan atau keunggulan dari tokoh.

Tokoh-tokoh tersebut perlu kalian teladani kelebihan dan keunggulannya.


Kalian tidak hanya sekedar tahu dan hafal akan biografi mereka. Namun, kalian juga
harus meneladani kepiawian mereka, khususnya dalam bidang bahasa dan sastra
Indonesia.

Latihan 4

Soal!

Setelah kalian membaca kedua biografi di atas, hal-hal apa sajakah yang dapat
kalian petik dan dapat kalian terapkan dalam kehidupan kalian nantinya? Apakah kedua
teks tersebut mengakibatkan perubahan dalam diri kalian? Jika ada, perubahannya apa?
Mengapa? Dan bagaimana?
Jawablah soal di atas dalam bentuk karangan pendek minimal 5 paragraf, di
lembar yang sudah disediakan. Setelah itu bacakan di depan kelas!

LEMBAR JAWABAN

........................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
........................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
........................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
TUGAS:
........................................................................................................
Carilah referensi tentang Sutan Takdir Alisyahbana di perpustakaan
Buatlah esai singkat tentang Sutan Takdir Alisyahbana (minimal 1 lembar folio).
Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

2
Mei 2008

....................................................................................................................
...............................................................................................................
.....

DAFTAR PUSTAKA

Hatikah, Tika dan Mulyanis. 2003. Membina Kompetensi Berbahasa dan Sastra
Indonesia untuk SMU Kelas III Semester I. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Dawud, Dkk. 2004. Bahasa dan Sastra Indonesia Jilid 1 untuk SMA Kelas X. Malang:
Erlangga.

Dawud, Dkk. 2004. Bahasa dan Sastra Indonesia Jilid 2 untuk SMA Kelas XI. Malang:
Erlangga.

Kamdhi, JS. 2002. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas 2 SMU. Cirebon:
Grasindo.

Wijaya, Andri. 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Siswa Sekolah Menengah
Atas dan Madrasah Aliyah. Bandung: Titian Ilmu.

Hariyanto, P. 2000. Pengantar Belajar Drama. Yogyakarta: Universitas Sanata


Dharma.

Mafrukhi. 2007. Kompeten Berbahasa Indonesia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta:
Erlangga.

Hatikah, Tika dan Mulyanis. 2004. Membina Kompetensi Berbahasa dan Sastra
Indonesia untuk SMU Kelas I (Kelas X) Semester I. Bandung: Grafindo Media
Pratama.

Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester II

Вам также может понравиться