Вы находитесь на странице: 1из 7

MODEL TETES CAIRAN

(Tugas Mata Kuliah Fisika Inti)

Oleh :

Afif Hasbi Bustomi 0643022003

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2010
Model Kulit (Shell Model)
KonsepModel Kulit

Johannes Hans Daniel Jensen adalah ahli fisika penemu teori struktur kulit inti
atom dan peraih Hadiah Nobel. Ia lahir di Hamburg, Jerman, pada 25 Juni
1907. Ia bekerja di Universitas Hamburg, lalu pindah ke Institut Hannover dan
akhirnya bekerja di Universitas Heidelberg. Menurut Jensen, inti atom
mempunyai struktur seperti kulit elektron yang berlapis-lapis dengan garis
tengah yang berbeda-beda. Lapisan kulit itu ditempati proton dan netron
dengan susunan menurut sifat-sifat proton dan netron.

Pada tahun yang sama (1949) di tempat yang berlainan Mayer, ahli fisika AS,
menemukan teori yang sama di Universitas Chicago. Padahal mereka bekerja
sendiri-sendiri. Pada tahun itu juga Jensen bersama Wigner mengajukan model
kulit inti. Pada tahun 1955 Jensen, Mayer dan Wigner mendapat Nobel untuk
fisika karena dapat menerangkan sifat-sifat inti atom secara terperinci.

Pada atom, yang juga dimodelkan memiliki kulit-kulit keadaan, beberapa sifat
atom ditentukan oleh elektron-elektron pada kulit terluar. Demikian juga
menurut model kulit untuk inti, beberapa sifat inti ditentukan oleh nukleon-
nukleon pada kulit terluar, seperti paritas inti, spin inti. Contoh lain, ingat
kembali rumus massa semiempiris, di situ terdapat suku koreksi pasangan
Δ(A). Suku ini berkaitan dengan nukleon-nukleon pada kulit terluar (di luar kulit
terakhir yang terisi penuh), yang memiliki kecenderungan membentuk
pasangan. Jadi, pada model kulit yang diperhatikan hanya dinamika nukleon
pada kulit terluar. Dinamika nukleon pada bagian dalam diabaikan. Ini
merupakan sifat model inti yang melihat nukleon-nukleon secara independent,
berlawanan dengan model inti yang melihat nukleon-nukleon secara kolektif.

Pada model tetesan cairan, nukleon-nukleon tidak diperlakukan secara individu,


tetapi dipandang secara kolektif (rata-ratanya). Model ini berhasil menjelaskan
beberapa sifat inti, seperti rata-rata energi ikat per nukleon. Namun, sifat inti
lainya, seperti energi-energi keadaan eksitasi dan momen magnetik inti,
membutuhkan pemakaian model mikroskopik dalam perhitungan perilaku
nukleon-nukleon secara individu.
Menurut data eksperimenl, terbukti bahwa sifat-sifat inti mengalami perubahan
pada N atau Z sebesar 2, 8, 20, 28, 50, 82, atau 126 yang dikenal sebagai
“bilangan ajaib”.
Pada bilangan ajaib ini didapatkan bahwa inti berada dalam keadaan stabil dan
berjumlah banyak.
Selain itu, energi-energi keadaan tereksitasi pertama pada “bilangan ajaib”,
ternyata lebih besar dibandingkan dengan inti-inti di luar “bilangan ajaib”.
Sebagai contoh perak, dengan bilangan ajaib Z = 50 memiliki 10 isotop stabil,
sehingga energi yang dibutuhkan untuk melepaskan proton sekitar 11 MeV dan
keadaan tereksitasi pertama untuk isoto-isotop genap-genap (N dan Z bernilai
genap) adalah sekitar 1,2 MeV di atas keadaan dasar.
Sebaliknya untuk isotop-isotop terulium (Z = 52) energi yang dibutuhkan untuk
melepas proton 7 MeV dan untuk isotop-isotop genap, keadaan tereksitasi
pertama memiliki energi sebesar 0,6 MeV.
Tampak sekali ada semacam pola sebagaimana pada atom yang elektron-
elektronnya mengisi kulit atom dengan pola tertentu. Kesamaan dalam perilaku
ini mengisyaratkan adanya kemungkinan bahwa beberapa sifat inti dapat
dijelaskan dengan model kulit inti.
Model kulit berhasil menjelaskan fenomena bilangan ajaib namun gagal
menjelaskan beberapa sifat / fenomena inti lain, yang menunjukkan gerakan
nukleon secara kolektif. Contoh:
 Inti yang turun ke keadaan dasar memancarkan foton. Dari spektrum
foton yang dipancarkan dapat dipelajari struktur tingkat keadaan eksitasi
inti. Pada tingkat eksitasi tertentu didapatkan spektrumyang sederhana,
yang menunjukkan adanya modus gerak inti yang lain, bukan seperti
yang digambarkan oleh model kulit, yang justru memprediksi spektrum
eksitasi yang lebih rumit.
 Momen quadrupol Lu177 didapatkan 25 kali lebih besar dari yang
diberikan oleh model kulit. Momen quadrupol yang besar menunjukkan
bahwa wujud inti bukan berupa bola yang simetris ke segala arah
.dengan kata lain, inti mengalami perubahan bentuk (deformasi). Ini
menandakan adanya gerak kolektif nukleon dalam tubuh inti, yang justru
tidak dipertimbangkan oleh model kulit.
 Pada hamburan inelastik inti mengambil energi dari proyektil untuk
eksitasi. Seringkali perhitungan berdasarkan model kulit memberikan
penampang lintang yang lebih kecil dari data eksperimen. Ini
menandakan suatu proses eksitasi kolektif nukleon, sesuai suatu modus
gerak kolektif tertentu.

Tingkat Energi Model Kulit

Struktur kulit atom didapatkan dari suatu deret pendekatan yang berurutan.
Pertama kita asumsikan bahwa tingkat-tingkat energi untuk suatu inti
bermuatan Ze telah terisi penuh oleh elektron-elektron Z dan seolah-olah tidak
terjadi interaksi satu dengan yang lain. Kemudian dibuat koreksi untuk
menghitung efek-efek interaksi yang terjadi. Efek utama, yang menghasilkan
pendekatan pertama terhadap tingkat-tingkat kulit, memunculkan suatu
keadaan bahwa secara rata-rata elektron bergerak independen di dalam medan
Coulomb inti.
Jika pendekatan yang sama digunakan untuk mengembangkan gambaran kulit
inti, potensial yang berbeda harus digunakan untuk merepresentasikan gaya-
gaya inti. Salah satu pendekatannya adalah dengan megasumsikan bahwa
nukleon-nukleon bergerak di dalam suatu rata-rata potensial osilator harmonik.

Setelah dihitung dengan mekanika kuantum, maka tingkat-tingkat energinya


diberikan oleh:
Dengan . Besaran l adalah bilangan kuantum momentum
orbital dan nilainya adalah 0, 1, 2, 3... serta berhubungan dengan vektor

momentum anguler orbital dalam bentuk biasa . Besaran n


adalah bilangan bulat yang nilainya adalah 1, 2 ,3... namun, berbeda dengan
solusi atom hidrogen, nilai l inti tidak dibatasi oleh n.
Keadaan momentum anguler orbital nukleon ditunjukkan dalam notasi
spektroskopik:
Nilai l 0 1 2 3 4 5 ...

Simbol s p D f g h ...
huruf

Bila nilai n di depan simbol huruf, akan menunjukkan orde (terhadap kenaikan
energi) dari suatu keadaan l tertentu. Dengan demikian 2d adalah keadaan l = 2
setelah keadaan yang paling rendah.
Untuk menghitung bilangan ajaib yang teramati, Mayer dan Jensen pada tahun
1949 secara independen memperlihatkan keberadaan interaksi spin-orbit (l.s)
selain potensial osilator harmonis. Karena nukleon memiliki nilai s = ½ yang
tunggal untuk bilangan kuantum spinnya, efek spin orbit akan menyebabkan
setiap keadaan momentum anguler orbital dengan l > 0 terbagi menjadi dua
orbit, mengikuti apakah total bilangan kuantum momentum anguler j adalah j = l
+ s atau j = l – s. Energi relatif untuk melakukan pembagian diperoleh melalui
pengevaluasian l.s:

Pengurangan kedua ekspresi ini memperlihatkan bahwa pemisahan energi


antar kedua orbit sebanding dengan 2l +1 dan menjadi besar seiring dengan
bertambahnya l.
Selanjutnya lambang 1d merupakan kombinasi bilangan-bilangan kuantum n
3/2
= 1, l = 2, j = l-s = 3/2.
Untuk inti, prinsip Pengecualian Pauli dinyatakan: tidak ada dua nukleon dapat
memiliki kumpulan bilangan kuantum yang sama (n, l, j, m ). Ini berarti setiap
j
orbit dapat memuat maksimum 2j + 1 nukleon.

Вам также может понравиться