Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
I. ANAMNESA
Identitas
o Umur : 35 th
o Pekerjaan : buruh
o Pendidikan : SMP
o Umur : 30 th
o Pekerjaan : IRT
o Pendidikan : SMEA
- Agama : Islam
- Suku : Lampung
1
- Alamat : JL.WR Supratman, Gedung Pakuan, Bandar Lampung
Riwayat Penyakit
Pasien datang ke RSUAM dengan keluhan kejang dan demam. 3 hari SMRS demam
terus menerus dan batuk. 1 hari SMRS kejang 2x (siang dan malam) seluruh tubuh,
demam, batuk, dan mutah 2x. Jum’at pagi pasien kejang lagi, lalu pasien di bawa
berobat ke RS. Kota diberi obat paracetamol syrup, amoxicillin syrup, ambroxol syrup,
dan diazepam. Lalu pasien di rujuk ke RSAM. Saat masuk RSAM pasien kejang 1 x.
Orang tua pasien juga mengeluh 1 hari SMRS feses nya berwarna hijau seperti biji-biji,
sekarang fesesnya berwarna hiaju berlendir. Nafsu makan kurang, minum susu formula
kuat.
Pada usia 2,5 bulan, pasien pernah mengalami mencret, kemudian dibawa ke klinik
dokter, tetapi tidak dirawat inap.
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat, asma, kencing manis, penyakit
jantung atau yang lainnya
Riwayat Kehamilan
Pasien merupakan anak pertama. Selama hamil, tidak ada keluhan yang berarti. Ibu
tidak mengalami gangguan dalam kehamilan. Pasien lahir dengan usia cukup bulan,
spontan.
Riwayat Makanan
2
9 – 12 bulan : Susu formula + bubur tim
Riwayat Imunisasi
Status Present
- Kesadaran : Apatis
- Suhu : 38,1
- BB : 8 kg
Status Generalis
3
- Oedem umum : tidak ada
- Turgor : menurun
KEPALA
- Bentuk : normochepal
LEHER
- Bentuk : simetris
- Trakhea : di tengah
THORAKS
- Bentuk : Simetris
4
JANTUNG
- Perkusi : batas atas sela iga II garis parasternal sinistra. Batas jantung
kanan sela iga IV garis parasternal dextra. Batas jantung kiri sela iga IV garis
midclavicula sinistra
PARU
ANTERIOR POSTERIOR
KIRI KANAN KIRI KANAN
Inspeksi Bentuk pergerakan toraks Bentuk & pergerakan toraks
simetris simetris
ABDOMEN
- Perkusi : timfani
5
GENITALIA EXTERNA
EKSTREMITAS
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Reflek Patologis : Babiensky (-), Kaku kuduk (-), Bruzinsky I (-), Bruzinsky II
(-), Schaefer (-), chaddock (-), Gordon (-)
b. Leukosit : 8000/ul
c. Trombosit : 115.000/ul
6
RESUME
I. Anamnesa
Seorang anak laki-laki, umur 1,5 tahun, BB: 8 kg, datang ke RSUAM dengan keluhan
kejang dan demam. 3 hari SMRS demam terus menerus dan batuk. 1 hari SMRS kejang
2x (siang dan malam) seluruh tubuh, demam, batuk, dan mutah 2x. Jum’at pagi pasien
kejang lagi, lalu pasien di bawa berobat ke RS. Kota diberi obat paracetamol syrup,
amoxicillin syrup, ambroxol syrup, dan diazepam. Lalu pasien di rujuk ke RSAM. Saat
masuk RSAM pasien kejang 1 x. Orang tua pasien juga mengeluh 1 hari SMRS feses
nya berwarna hijau seperti biji-biji, sekarang fesesnya berwarna hiaju berlendir. Nafsu
makan kurang, minum susu formula kuat.
Status Present
- Kesadaran : apatis
- Suhu : 38,1
- BB : 8 kg
Status Generalis
- Turgor : normal
7
III. Pemeriksaan Penunjang
b. Leukosit : 8000/ul
V. Diagnosis Banding
- Ensefalitis
- Meningitis
VI. Penatalaksanaan
o Parasetamol 3 x ¾ cth
o Kandistatin 3 x 0,75 cc
o Cek DL
8
VII.Prognosis
FOLLOW UP PASIEN
Pemeriksaan Fisik
Compos
Kesadaran Compos mentis composmentis
mentis
9
Suhu 39,1° C 38,4° C 37,8° C
Status Generalis
Kepala
Abdomen
Ekstremitas
10
-diazepam oral 1 -diazepam oral 1 -diazepam supp
mg (2x1 pulv) mg (2x1 pulv) (jika kejang)
-Ampisilin 250 -Ampisilin 250 -Ampisilin 250
mg/8 jam mg/8 jam mg/8 jam
-paracetamol 3x -paracetamol 3x ¾ -paracetamol 3x ¾
¾ cth cth cth
-kandistatin 3 x -kandistatin 3 x -kandistatin 3 x
0,7cc 0,7cc 0,7cc
11
Diagnosis pada pasien ini yaitu kejang demam komplek ditegakkan berdasarkan
Penderita datang dengan keluhan kejang dan demam. Dari anamnesis diketahui kejang
terjadi 3 kali dalam 1 hari, kejangnya umum, temperatur 39,1 0C, feses warna hijau
berbiji-biji. Pada pemeriksaan hari kedua temperatur 38,4 0C, batuk, mata sering melihat
keatas, feses warna hijau berlendir Pada pemeriksaan hari ketiga temperature 37,80C,
batuk.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan : KU tampak sakit sedang, compos mentis, gizi
ananemis dan anikterik, turgor normal. Thorax, cor dan pulmo dalam batas normal.
Abdomen : datar, timpani, turgor normal, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, bising
usus normal.
Prognosis pada pasien ini adalah baik, penatalaksanaan penyakit menggunakan obat
yang efektif dan pada pasien ini tidak ditemukan adanya komplikasi.
12
Definisi
Diare akut adalah buang air besar yang terjadi pada bayi atau anak yang sebelumnya
tampak sehat, dengan frekuensi 3 kali atau lebih per hari, disertai perubahan tinja
menjadi cairan dengan atau tanpa lendir dan darah.(1,3,4)
Etiologi
Ada beberapa faktor yaitu : (1,2)
1. Faktor infeksi
b. Infeksi parental, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan,
seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia,
Ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
< 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
c. Malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan
13
4. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas.
Cara Penularan
Pada umumnya adalah orofecal melalui :(1)
1. Makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh enteropatogen.
2. Kontak langsung atau tidak langsung (4 F = Fod, Feses, Finger, Fly).
5. Cara penyapihan bayi yang tidak baik (terlalu cepat disapih, terlalu cepat diberi
susu botol dan terlalu cepat diberi makanan padat)
6. Beberapa faktor resiko pada pejamu (host) yang dapat meningkatkan kerentanan
pejamu terhadap enteropatogen di antaranya adalah :
a. Malnutrisi
b. BBLR
c. Imunodefisien
d. Imunodepresi
g. Faktor genetik
14
Patogenesis (2,4)
Mekanisme dasar timbulnya diare ialah :
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
ostomik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dalam
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan diare timbul karena
terdapat peningkatan isi rongga usus.
15
Patogenesa Diare Karena Bakteri
Bakteri masuk ke dalam traktus digestivus, kemudian berkembang biak di dalamnya.
Bakteri kemudian mengeluarkan toksin yang akan merangsang epitel usus sehingga
terjadi peningkatan aktivitas enzim adenil siklase (bila toksin bersifat tahan panas / labil
toksin / LT) atau enzim guanil siklase (bila toksin bersifat tahan panas / stabil / ST).
sebagai akibat peningkatan aktivitas enzim – enzim ini akan terjadi peningkatan cAMP
(cyclic adenosine monophospate) atau cGMP (cyclic guanosine monophospate) yang
mempunyai kemampuan merangsang sekresi kloride, netrium dan air dalam sel ke
lumen usus serta menghambat absorbsi natrium, kloride dan air dari lumen usus ke
dalam sel. Hal ini akan menyebabkan peninggian tekanan osmotik di dalam lumen
(hiperosmolar). Kemudian akan terjadi hiperperistaltik usus untuk mengeluarkan cairan
yang berlebihan dalam lumen usus, sehingga cairan dapat dialirkan dari lumen usus
halus ke lumen usus besar (colon). Dan bila kemampuan penyerapan colon berkurang,
atau sekresi cairan melebihi kapasitas penyerapan colon, maka akan terjadi diare.(1)
3. Hipoglikemia.
16
4. Gangguan sirkulasi darah.
Dalam keadaan normal usus besar dapat meningkatkan kemampuan penyerapan sampai
4400 ml sehari, bila terjadi sekresi cairan yang berlebihan dari usus halus (ileosekal).
Bila sekresi melebih 4400 ml maka usus besar tidak mampu menyerap seluruhnya lagi,
selebihannya akan dikeluarkan bersama tinja dan terjadilah diare. Diare dapat juga
terjadi karena terbatasnya kemampuan penyerapan usus besar pada keadaan sakit,
misalnya karena virus, disentri basiler, ulcus, tumor dan sebagainya. Setiap perubahan
mekanisme normal absorbsi dan sekresi di dalam lumen usus halus, maupun usus besar
(kolon) dapat menyebabkan diare, kehilangan cairan, elektrolit dan akhirnya terjadi
dehidrasi. Secara garis besar diare dapat disebabkan oleh diare sekretorik, diare
osmotik, peningkatan motilitas usus dan defisiensi umum, terutama IgA. Diare yan
disebabkan oleh infeksi bakteri akan menyebabkan diare sekretorik.
Makanan yang tidak diserap atau dicerna, misalnya laktosa (dari susu), merupakan
makanan yang baik bagi bakteri. Laktosa ini akan difermentasikan oleh bakteri anerob
menjadi molekul yang lebih kecil, misalnya H2, CO2 H2O, dan sebainya. Dan
menyebabkan tekanan osmotik di dalam lumen usus meningkat. Keadaan dalam lumen
usus yang hiperosmolar ini kemudian akan meyerap air dari intraseluler, diikuti
peningkatan peristaltik usus sehingga terjadi diare ostotik. Peristaltik usus juga dapat
meningkat karena adanya zat makanan yang merangsang misalnya pedas, asam, terlalu
banyak lemak, serat dan dapat juga karena terdapatnya toksin dalam makanan (food
poisoning) yang akhirnya menyebabkan diare pula.
Pengeluaran cairan, selain melalui anus dalam keadaan normal juga melalui ginjal
berupa urin, juga melalui pori kulit berupa keringat dan melalui pernafasan berupa uap
air. Dalam keadaan normal, pengeluaran air dari tubuh anak usia 0 – 2 tahun sekitar
100 ml sehari. Bila jumlah cairan yang masuk dan ke luar setiap hari selalu seimbang,
tidak akan terjadi diare atau defisit cairan. Tetapi pengeluaran cairan melebihi
17
pemasukan, seperti pada diare akan terjadi defisit cairan tubuh yang lebih dikenal
dengan dehidrasi.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum / sesudah diare dan dapat disebabkan oleh
lembung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak, berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun –
ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
- Dehidrasi ringan
- Dehidrasi sedang
- Dehidrasi berat
- Dehidrasi isotonik
- Dehidrasi hipertonik
Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan
hipovolemik dengan gejala – gejala yaitu denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi
cepat dan kecil, tekanan darah menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun
(apatis, somnolen sampai soporokomatous). Akibat dehidrasi, diuresis berkurang
18
(oliguria sampai anuria). Bila sudah ada asidosis metabolik, tampak pucat dengan
pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan Kussmaul).
2. Ketosis kelaparan
3. Produk – produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (karena
oliguria atau anuria).
Dehidrasi hipotonik (dehidrasi hiponetremia) yaitu kadar Na dalam plasma < 130
mEq/l, dehidrasi isotonik (dehidrasi isonatremia) bila kadar Na dalam plasma 130 – 150
mEq/l, sedangkan dehidrasi hipertonik (hipernatremia) bila kadar Na dalam plasma >
150 mEq/l.
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet elinitest, bila
diduga intoleransi gula.
4. Pemeriksaan kadar elektrolit terutama natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam
serum (terutama bila ada kejang).
5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kualitatif dan kuantitatif, terutama pada penderita diare kronik.
19
Komplikasi (2)
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik dan hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
4. Hipoglikemi.
7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga mengalami
kelaparan.
2. Infeksi sistemik
Seperti alat pernafasan, morbili, dan sebagainya. Selain dapat menyebabkan suhu
penderita meningkat juga dapat menyebabkan diare dan dehidrasi.
3. Kejang
Sebagian penderita diare dapat disertai kejang baik sebelum atau sesudah dehidrasi
terjadi penyebabnya antara lain kejang demam, gangguan elektrolit (terutama
hipernatremi), hipoglikemi dan ensefalitis.
20
Pengobatan
Dasar pengobatan diare adalah :
1. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat).
2. Dietetik (pemberian makanan).
3. Obat – obatan.
a. Per oral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau
minum serta kesadaran baik.
b. Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi anak
tidak mau minum atau kesadaran menurun.
Sejumlah pasien dengan dehidrasi ringan / sedang tidak dapat diobati secara
memadai dengan oralit melalui mulut. Penderita ini harus diberikan terapi IV.
Beberapa penderita tidak dapat minum oralit dalam jumlah yang tepat
karena sakit atau radang pada mulut (contoh : campak, sariawan dan
herpes), karena kelelahan atau mengantuk karena obat (seperti antiemetik
atau obat antimotilitas). Terapi IV atau terapi nasogastrik diperlukan untuk
penderita ini.
Jika perut mulai kembung, oralit harus diberikan lebih lambat. Jika
kembung bertambah atau jika ada bising usus, terapi IV diperlukan. Ileus
paralitik (hambatan mobilitas isi perut) mungkin alasan kembung perut.
Gejala ileus paralitik disebabkan oleh obat yang mengandung candu
(kodein, loperamide), hipokalemia atau keduanya.
5. Malabsorpsi glukosa
3. Jumlah cairan
22
NWL = Normal Water Loss (ml / kgBB)
(Terdiri dari urin + jumlah cairan yang hilang melalui penguapan pada kulit dan
pernafasan).
(Jumlah cairan yang hilang melalui muntah dan diare, kira – kira 25 ml / kgBB / 24
jam).
Derajat
PWL NWL CWL Jumlah
Dehidrasi
- Oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas setiap kali buang air
besar.
- Parenteral dibagi rata dalam 24 jam.
b. Dehidrasi ringan
c. Dehidrasi sedang
d. Dehidrasi berat
23
Untuk anak 1 bulan – 2 tahun dengan BB 3 – 10 kg
Catatan : Hasil yang didapat pada penderita diberi angka 0, 1, 2 sesuai dengan
tabel kemudian dijumlahkan.
Nilai 0 – 2 = dehidrasi ringan
Nilai 3 – 6 = dehidrasi sedang
Nilai 7 – 12 = dehidrasi berat
24
TANDA
RINGAN SEDANG BERAT
DEHIDRASI
1. Keadaan umum & kondisi
Mengantuk, lemas,
Haus, gelisah atau
Haus, sadar, ekstermitas dingin,
Bayi dan anak kecil letargi tapi
gelisah berkeringat, sianotik,
iritabel
mungkin koma
Biasanya sadar, gelisah,
Haus, sadar, ekstremitas dingin,
Anak lebih besar dan Haus, sadar,
merasa pusing berkeringat dan
dewasa gelisah
pada perubahan sianotik, kulit jari – jari
tangan dan kaki keriput
Normal (frek. Cepat, halus, kadang –
2. Nadi radialis Cepat dan lemah
& isi kadang tidak teraba
3. Pernafasan Normal Dalam Dalam dan cepat
4. UUB * Normal Cekung Sangat cekung
Pada
pencubitan
5. Elastisitas kulit* Lambat Sangat lamban > 2 detik
kembali
segera
6. Mata * Normal Cekung Sangat cekung
7. Air mata Ada Kering Sangat kering
8. Selaput lendir Lembab Kering Sangat kering
Tidak ada urin untuk
9. Pengeluaran
Normal Berkurang beberapa jam, kandung
urin*
kencing kosong
10. TD sistolik Normal Normal, rendah < 80 mmlHg
11. Pasien kehilangan
4–5% 6–9% > 10 %
BB
Prakiraan kehilangan
40 – 50 ml/kg 60 – 90 ml/kg 100 – 110 ml/kg
cairan
Keterangan:
* Terutama berguna pada bayi untuk menilai dehidrasi dan memantau rehidrasi.
Pegangan untuk menggolongkan penderita termasuk dehidrasi berat, sedang atau ringan
adalah : bila terdapat 2 atau lebih gejala dalam penggolongan tersebut. Dengan catatan
selalu memikirkan resiko yang lebih tinggi, misal terdapat 2 gejala dehidrasi berat dan 5
gejala dehidrasi sedang, maka penderita tersebut dimasukkan dalam golongan dehidrasi
berat. (1)
INDIKATOR A B C
Lunglai/latergi,
1. Lihat keadaan umum Baik, sadar * Gelisah, rewel
tidak sadar, lesu
25
Sangat cekung dan
- Mata Normal Cekung
kering
- Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
- Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
* Malas minum,
Normal, tidak * Haus, minum
- Rasa haus sedikit atau tidak
haus dengan lahap
bisa minum
Kembali Kembali dengan * Kembali dengan
2. Periksa turgor kulit
dengan cepat lambat lambat
Dehidrasi ringan, Dehidrasi berat,
Tanpa jika memiliki 2 / jika memiliki 2 /
3. Hasil pemeriksaan
dehidrasi lebih tanda lebih tanda
termasuk tanda* termasuk tanda *
Untuk anak < 1 tahun atau berat badan < 7 kg, diberikan ASI dan susu rendah laktosa
dan asam lemak tidak jenuh seperti LLM, Elmiron, bubur susu. Sedangkan untuk anak
> 1 tahun dengan berat badan > 7 kg, diberikan makanan padat atau makanan cair atau
susu sesuai dengan kebiasaan makan di rumah. (2)
Buah yang dapat diberikan pada penderita diare adalah pisang, kalori dan pisang adalah
99 kcal dan kandungan kaliumnya 9,5 mmol/100 gram. Bila ada infeksi terutama diare
maka kebutuhan kalori dan protein bertambah karena meningkatnya katabolisme
protein tubuh. Pertumbuhan kalori dan protein untuk mengejar laju pertumbuhan (catch
up growth) membutuhkan kenaikan kalori sekitar 30 % dan protein sekitar 100 % dari
keadaan basal untuk menggantikan kehilangan selama diare, sedangkan kalium
dibutuhkan untuk mengatasi hipokalemi. (1)
Pengobatan Medikamentosa
26
1. Antibiotika
Pada umumnya antibiotika tidak diperlukan pada semua kasus diare akut karena
sebagian besar penyebab diare akut adalah Rotavirus yang sifatnya self limited dan
tidak dapat dibunuh oleh antibiotika. Hanya sebagian kecil saja (10 – 20 %) yang
disebabkan oleh bakteri patogen seperti Vibrio Cholerae, Shigella, ETEC (Entero
Toksigenic E. coli), Salmonella, Campilobakter dan sebagainya yang pada
umumnya baru diketahui setelah dilakukan biakan, sedangkan hasil biakan baru
datang setelah diare berhenti. (1)
Antibiotika diberikan jika penyebabnya jelas seperti : (2)
- Kolera diberikan Tetrasiklin 25 – 50 mg/kgBB/hari
- Campylobakter diberikan Eritromisin 40 – 50 mg/kgBB/hari
- Bila terdapat penyakit penyerta seperti :
Infeksi ringan (OMA, faringitis) diberikan Penisillin Prokain 50.000
u/kgBB/hari.
Infeksi sedang (bronkitis) diberikan Penisillin Prokain atau Ampisillin 50
mg/kgBB/hari.
Infeksi berat (bronkopneumonia) diberikan Penisillin Prokain dengan
Kloramphenikol 74 mg/kgBB/hari atau Ampisillin 75-100 mg/kgBB/hari
ditambah Gentamisin 6 mg/kgBB/hari atau derifat Sefalosporin 30 – 50
mg/kgBB/hari.
2. Anti Diare
Obat – obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat seperti
antispasmodik/spasmolitik atau opium (papaverin, ekstrak beladona, codein,
morfin, dsb) justru akan memperburuk keadaan karena akan menyebabkan
terkumpulnya cairan di lumen usus, dilatasi usus, melipatgandakan pembiakan
bakteri (over growth), gangguan digesti dan absorpsi lainnya. Obat ini hanya
berkhasiat menghentikan peristaltik usus saja tetapi justru akibatnya sangat
berbahaya karena baik pemberi obat maupun penderita akan terkelabui. Diarenya
terlihat tidak ada lagi tetapi perut akan bertambah kembung dan dehidrasi
bertambah berat yang akhirnya dapat fatal untuk penderita. (1)
3. Absorben
27
Obat – obat absorben (pengental tinja) seperti kaolin, pektin, charcoal (norit,
tabonal), Bismuth Subsalisit, dan sebagainya telah dibuktikan tidak ada
manfaatnya. Obat – obat stimulan seperti adrenalin, nikotinamit dan sebagainya
tidak akan dapat memperbaiki syok atau dehidrasi beratnya karena penyebabnya
adalah kehilangan cairan (syok hipovolemik). Pengobatan yang paling tepat ialah
pemberian cairan secepatnya. (1)
4. Anti Emetik
Obat anti emetik seperti klorpromazin (largaktil) terbukti selain untuk mencegah
muntah dapat mengurangi sekresi dan kehilangan cairan melalui tinja. Pemberian
dalam dosis kecil ( 0,5 – 1 mg/kgBB/hari) terutama penderita yang disertai muntah
– muntah hebat dapat diberikan. Obatanti piretik seperti preparat salisilat (Asetol,
Aspirin) dalam dosis rendah (25 mg/kgBB/hari) ternyata selain berguna untuk
menurunkan panas yang terjadi sebagai akibat dehidrasi atau panas karena infeksi
penyerta, juga dapat mengurangi sekresi cairan yang keluar melalui tinja.(1)
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I,
Editor A. H. Markum dkk, BP FKUI. Jakarta, 1996 : 448 – 446.
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak,
Jilid I, Editor Husein Alatas dan Rusepno Hasan, BP FKUI, Jakarta, 1985 : 283 :
312.
3. Gastroenterologi Anak Praktis : Editor Suharyono, Aswitha Boediarso, EM.
Halimun, BP FKUI, Jakarta, 1988 : 51 – 69.
4. Modul Diklat Jarak Jauh Keterampilan Klinik Diare.
29