Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Hormon (dari bahasa Yunani, yang berarti "yang menggerakkan") adalah pembawa
pesan kimiawi antar sel atau antar kelompok sel. Definisi dari hormon adalah
senyawa organik yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin (kelenjar buntu). Semua
organisme multiselular, termasuk tumbuhan, memproduksi hormon. Hormon
berfungsi untuk memberikan sinyal ke sel target yang selanjutnya akan melakukan
suatu tindakan atau aktivitas tertentu (Anonim, 2011).
Hormon dikeluarkan dan masuk ke aliran darah dalam konsentrasi rendah hingga
menuju ke organ atau sel target. Beberapa hormon membutuhkan substansi
pembawa seperti protein agar tetap berada di dalam darah. Hormon lainnya
membutuhkan substansi yang disebut dengan reservoir hormon supaya kadar
hormon tetap konstan dan terhindar dari reaksi penguraian kimia. Saat hormon
sampai pada sel target, hormon harus dikenali oleh protein yang terdapat di sel
yang disebut reseptor. Molekul khusus dalam sel yang disebut duta kedua (second
messenger) membawa informasi dari hormon ke dalam sel.
Tindakan yang dilakukan karena pesan hormon sangat bervariasi, termasuk
diantaranya adalah perangsangan atau penghambatan pertumbuhan serta
apoptosis (kematian sel terprogram), pengaktifan atau penonaktifan sistem
kekebalan, pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas baru (misalnya
terbang, kawin, dan perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan
menopause). Pada banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan
pelepasan hormon lainnya. Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada hampir
semua organisme multiselular.
Pada hewan, hormon yang paling dikenal adalah hormon yang diproduksi oleh
kelenjar endokrin vertebrata. Walaupun demikian, hormon dihasilkan oleh hampir
semua sistem organ dan jenis jaringan pada tubuh hewan. Molekul hormon
dilepaskan langsung ke aliran darah, walaupun ada juga jenis hormon yang disebut
ektohormon (ectohormone) yang tidak langsung dialirkan ke aliran darah,
melainkan melalui sirkulasi atau difusi ke sel target.
Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian
dari otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama
melalui kelenjar pituitari, yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain. Hipotalamus
akan memerintahkan kelenjar pituitari untuk mensekresikan hormonnya dengan
mengirim faktor regulasi ke lobus anteriornya dan mengirim impuls saraf ke
posteriornya dan mengirim impuls saraf ke lobus posteriornya.
BAB II
PEMBAHASAN
Hormon adalah senyawa organik yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin (kelenjar
buntu). Hormon berfungsi mengatur pertumbuhan, reproduksi, tingkah laku,
keseimbangan, dan metabolisme. Hormon masuk ke dalam peredaran darah
menuju organ target. Jumlah yang dibutuhkan sedikit namun mempunyai
kemampuan kerja yang besar dan lama pengaruhnya karena hormon
mempengaruhi kerja organ dan sel (Faisal, 2011).
Hormon disebut juga substansi kimia spesifik yang dihasilkan oleh kelenjar tubuh
(glandula endrokrin) yang langsung dicurahkan masuk ke dalam aliran darah dan
dibawa ke jaringan tubuh untuk membantu dan mengatur fungsi fisiologisnya
(Sturkie, 1987).
Semua hormon bersifat khas dan selektif dalam pengaruhnya terhadap organ
sasaran yang ditentukan secara genetik. Organ sasaran segera bereaksi terhadap
suatu hormon tertentu untuk menghasilkan zat atau perubahan-perubahan
sebagaimana yang telah diprogramkan secara genetik (Nalbandov, 1964).
Ciri- ciri dari hormon adalah:
1. Diproduksi dan disekresikan ke dalam darah oleh sel kelenjar endokrin dalam
jumlah sangat kecil.
2. Mengadakan interaksi dengan reseptor khusus yang terdapat di sel target.
3. Memiliki pengaruh mengaktifkan enzim khusus.
4. Memiliki pengaruh tidak hanya terhadap satu sel target, tetapi dapat juga
mempengaruhi beberapa sel target berlainan (Faisal, 2011).
Faktor yang mempengaruhi kerja hormon pada organ sasaran :
1. Kecepatan sintesis hormon dan sekresi hormon dan kelenjarnya.
2. Sistem transportasi hormon di dalam plasma (spesifik carrier protein).
3. Reseptor hormon khusus yang terdapat pada organ sasaran yang berbeda
dengan letak reseptornya.
4. Kecepatan degradasi hormon.
5. Kecepatan perubahan hormon dari bentuk inaktif menjadi bentuk yang aktif.
6. Jarak
Perubahan dari salah satu faktor di atas merupakan perubahan dari jumlah aktivitas
pada organ sasaran.
Hormon dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara yaitu menurut komposisi kimia,
sifat kelarutan, lokasi reseptor dan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di
dalam sel.
Klasifikasi hormon berdasarkan senyawa kimia pembentuknya:
1. Golongan Steroid → turunan dari kolestrerol.
2. Golongan Eikosanoid yaitu dari asam arachidonat.
3. Golongan derivat asam amino dengan molekul yang kecil → Thyroid,
Katekolamin.
4. Golongan Polipeptida/Protein → Insulin, Glukagon, GH, TSH.
Berdasarkan sifat kelarutan molekul hormon:
1. Lipofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam lemak
2. Hidrofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam air
Berdasarkan lokasi reseptor hormon:
1. Hormon yang berikatan dengan hormon dengan reseptor intraseluler
2. Hormon yang berikatan dengan reseptor permukaan sel (plasma membran)
Berdasarkan sifat sinyal yang mengantar kerja hormon di dalam sel: kelompok
hormon yang menggunakan kelompok second messenger senyawa cAMP, cGMP,
Ca2+, Fosfoinositol, Lintasan Kinase sebagai mediator intraseluler (Wijaya, 2008).
Kelenjar-kelenjar tiroid yang penting adalah: hypothalamus, hypophysis pituitary,
thyroid, parathyroid, pancreas (pulau Langerhans-Pancreas), adrenal (medula dan
korteks), gonad (ovari dan testes), thymus, dan membrana mukosa usus.
1. Hypothalamus
Hypothalamus terletak pada bagian ventral, meliputi hypophisis atau glandula
pytuitaria (salah satu kelenjar endokrin yang terpenting) dan struktur-struktur
lainnya yang berkaitan (Mukhtar, 2006). Hypothalamus berbatasan pada bagian
anterior dengan optic chiasma. Hypothalamus terdiri dari beberapa bagian yaitu:
a. Bagian posterior dengan mammilary bodies
b. Bagian dorsal dengan thalamus
c. Bagian ventral dengan sphenoid bone
3. Thyroid
Kelenjar thyroid terdapat pada semua vertebrata, jumlahnya sepasang yang
merupakan lobus yang berbentuk perisai yang saling dihubungkan oleh suatu
isthmus. Tiap-tiap lobus mempunyai lobuli yang di masing-masing lobuli terdapat
folikel dan parafolikuler. Di dalam folikel ini terdapat rongga yang berisi koloid
dimana hormon-hormon disintesa.kelenjar tiroid mendapat sirkulasi darah dari
arteri tiroidea superior dan arteri tiroidea inferior. Arteri tiroidea superior
merupakan percabangan arteri karotis eksternal dan arteri tiroidea inferior
merupakan percabangan dari arteri subklavia. Lobus kanan kelenjar tiroid
mendapat suplai darah yang lebih besar dibandingkan dengan lobus kiri (Haqiqi,
2008).
Kelenjar Thyroid menghasilkan hormon tyroxine dan triiodotyroxine yang berfungsi:
a. Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya pertumbuhan
saraf dan tulang.
b. Mempertahankan sekresi GH (Growth Hormone) dan gonadotropin.
c. Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan
kontraksi otot dan menambah irama jantung.
d. Merangsang pembentukan sel darah merah
e. Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai kompensasi tubuh
terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolisme.
f. Bereaksi sebagai antagonis insulin. Tirokalsitonin mempunyai jaringan sasaran
tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium serum dengan
menghambat reabsorpsi kalsium di tulang. Faktor utama yang mempengaruhi
sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium serum. Kadar kalsium serum yang rendah
akan menekan pengeluaran tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan kalsium
serum akan merangsang pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tambahan adalah diet
kalsium dan sekresi gastrin di lambung (Haqiqi, 2008).
g. Mempengaruhi laju metabolisme, mempengaruhi pertumbuhan bulu dan warna
(Ensminger, 1992).
4. Parathyroid
Kelenjar parathyroid menempel pada bagian anterior dan posterior kedua lobus
kelenjar tiroid oleh karenanya kelenjar parathyroid berjumlah empat buah. Kelenjar
ini terdiri dari dua jenis sel yaitu chief cells dan oxyphill cells. Chief cells merupakan
bagian terbesar dari kelenjar paratiroid, mensintesa dan mensekresi hormon
parathyroid atau parathormon disingkat PTH.
Kelenjar Parathyroid menghasilkan hormon PTH (Paratirod Hormone), yang
berfungsi PTH mempertahankan resorpsi tulang sehingga kalsium serum
meningkat. Di tubulus ginjal, PTH mengaktifkan vitamin D. Dengan vitamin D yang
aktif akan terjadi peningkatan absorpsi kalsium dan posfat dari intestin. Selain itu
hormon ini pun akan meningkatkan reabsorpsi Ca dan Mg di tubulus ginjal,
meningkatkan pengeluaran fosfat, HCO3 dan Na. karena sebagian besar kalsium
disimpan di tulang maka efek PTH lebih besar terhadap tulang. Faktor yang
mengontrol sekresi PTH adalah kadar kalsium serum.
5. Pancreas
Ada beberapa kelompok sel pada pankreas yang dikenal sebagai pulau Langerhans
berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon insulin. Hormon
antagonistik merupakan hormon yang menyebabkan efek yang berlawanan,
contohnya glukagon dan insulin. Saat kadar gula darah sangat turun, pankreas akan
memproduksi glukagon untuk meningkatkannya lagi. Kadar glukosa yang tinggi
menyebabkan pankreas memproduksi insulin untuk menurunkan kadar glukosa
tersebut (Anonim, 2011). Kelenjar pancreas menghasilkan hormon:
a. Hormon Glucagon. Berfungsi: untuk mengawasi pemecahan ygocen hepar, dan
efeknya pada metabolisme karbohidrat. Kerja hormon glucagon berlawanan dengan
hormon insulin.
b. Hormon Insulin. Berfungsi: untuk metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak,
sehingga apabila kekurangan insulin akan menyebabkan diabetes mellitus.
(Kartasudjana, 2006).
Pada hormon insulin akan mengakibatkan berbagai efek pada beberapa bagian
tubuh, seperti:
• Efek pada hati:
- Membantu glikogenesis
- Meningkatkan sintesis trigliserida, kolesterol, dan VLDL
- Meningkatkan sintesis protein
- Menghambat glikogenolisis
- Menghambat ketogenesis
- Menghambat glukoneogenesis
• Efek pada otot:
- Membantu sintesis protein dengan :
. Meningkatkan transport asam amino
. Merangsang sintesis protein ribosomal
- Membantu sintesis glikogen
• Efek pada lemak:
- Membantu penyimpanan trigliserida
- Meningkatkan transport glukosa ke dalam sel lemak
- Menghambat lipolisis intraseluler
(Wijaya, 2008).
6. Adrenal
Kelenjar ini berbentuk bola, menempel pada bagian atas ginjal. Pada setiap ginjal
terdapat satu kelenjar suprarenal dan dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar
(korteks) dan bagian tengah (medula). Kerusakan pada bagian korteks
mengakibatkan penyakit Addison dengan gejala sebagai berikut: timbul kelelahan,
nafsu makan berkurang, mual, muntahmuntah, terasa sakit di dalam tubuh. Dalam
keadaan ketakutan atau dalam keadaan bahaya, produksi adrenalin meningkat
sehingga denyut jantung meningkat dan memompa darah lebih banyak. Gejala
lainnya adalah melebarnya saluran bronkiolus, melebarnya pupil mata, kelopak
mata terbuka lebar, dan diikuti dengan rambut berdiri (Faisal, 2011).
Kelenjar adrenal menghasilkan hormon aldosterone yang merupakan tipe hormon
steroid. Hormon aldosterone berfungsi untuk metabolisme elektrolit dan air.
Kelenjar adrenal dibagi menjadi dua kelenjar, yaitu kelenjar cortex dan kelenjar
medulla.
a. Cortex. Menghasilkan hormon corticosteroids dan catecholamines. Berfungsi
untuk metabolism karbohidrat, protein, dan lemak.
b. Medulla. Menghasilkan hormon:
• Adrenaline (Epinephrine). Berfungsi: menimbulkan respon syaraf simpstetik.
• Noradrenalisne (Norapinephrine). Berfungsi: transmitter syaraf.
(Kartasudjana, 2006).
7. Thymus
Thymus terdapat dalam bagian superior thorax didekat bagian bawah tracea. Pada
anak-anak kelenjar ini agak besar, tetapi pada waktu pubertas antara 12-17 tahun,
akan mengalami regressi/kemunduran.
Pada kelenjar thymus terdapat fungsi endokrin daripada thymus ini, pada tikus,
thymus membentuk suatu substansia yang akan memasuki kelenjar-kelenjar
lymphe dan menimbulkan terbentuknya lympocit. Fungsi lain dari thymus yaitu
berperan dalam menimbulkan imunitas.
9. Testis
Testis memproduksi sejumlah hormon jantan yang kesemuanya disebut androgen.
Yang paling potensi dari androgen adalah testosterone. Berikut fungsi-fungsi dari
testosterone:
• Merangsang pendewasaan spermatozoa yang terbentuk dalam tubuli seminiferi.
• Merangsang pertumbuhan kelenjar-kelenjar asesori (kelenjar prostate, vesikularis,
dan bulbourethralis.
• Merangsang pertumbuhan sifat jantan (Partodihardjo, 1980).
• Untuk keratinisasi epithel praeputium, pemisahan gland penis dari praeputium,
dan pertumbuhan penis dan praeputium pada pubertas.
• Keinginan kelamin untuk libido dan kesanggupan untuk ereksi dan ejakulasi
(Toelihere, 1985).
10. Ovarium
Ovarium mensintesa tiga macam hormon, yaitu estrogen, progesterone, dan
relaxin. Estrogen dan progesterone adalah hormon steroid, sedangkan relaxin
adalah polipeptida. Estrogen dan progesterone dibicarakan secara mendetail
dibagian hormon steroid (Partodihardjo, 1980).
a. Estrogen.
Hormon estrogen disekresikan oleh theca interna dari folikel de Graaf. Jaringan ini
kaya akan estrogen dan memperlihatkan aktivitas yang maksimum selama phase
estrogenic dari siklus birahi (Toelihere, 1985).
Fungsi hormon estrogen adalah:
• Menimbulkan tanda-tanda birahi.
• Memperlancar peredaran darah dan perkembangan saluran kelamin.
• Menunjang pertumbuhan sistem pembuluh kelenjar susu.
• Bila sekresi estrogen mencapai ketinggian tertentu maka sekresi FSH akan
menurun dan saat itulah LH meningkat terus sampai puncak.
• Setelah ovulasi terjadi estrogen menurun dan FSH kembali normal dan berangsur-
angsur meningkat.
• Antara estrogen dengan FSH terjadi mekanisme saling ketergantungan.
b. Progesteron
Progesteron adalah progesteron alamiah terpenting yang disekresikan oleh sel-sel
lutein corpus luteum. Disamping itu hormon ini dihasilkan juga oleh placenta.
Sebagaimana steroid-steroid lainnya, progesteron tidak disimpan didalam tubuh, ia
dipakai secara cepat atau diekskresikan dan hanya terdapat dalam konsentrasi
rendah didalam jaringan-jaringan tubuh (Toelihere, 1985).
Fungsi hormon progesteron adalah:
• Penting untuk mempertahankan kebuntingan.
• Menyebabkan pertumbuhan alveoli kelenjar susu.
• Pengental lendir birahi untuk sumbat cervix.
• Menekan terjadinya kontraksi uterus dan menekan uterus terhadap pengaruh
estrogen dan oxytocin.
c. Relaxin
Relaxin merupakan hormon protein. Relaxin terutama disintesa dan dilepaskan
kedalam peredaran darah. Fungsi dari relaxin yaitu menyebabkan relaxasi simfisis
pelvis. Relaxasi ini lebih nyata jika sebelumnya hewan telah dijenuhkan dengan
estrogen dan progesterone. Fungsi lain misalnya synergism dengan estrogen dan
progesterone dalam merangsang pertumbuhan kelenjar susu (Partodihardjo, 1980).
Menurut Toelihere (1985) fungsi fisiologik relaxin terutama berhubungan dengan
partus dan bekerja erat dengan estrogen. Fungsi-fungsi tersebut adalah:
• Relaxin menstimuler pemisahan symphisis pubis pada marmot dan mencit
sesudah pemberian estrogen. Fungsi ini memudahkan keluarnya foetus pada waktu
partus.
• Relaxin menimbulkan dilatasi cervix uteri pada babi, sapi, tikus, dan mencit dan
mungkin pada manusia sesudah penyuntikan pendahuluan dengan estrogen dan
progesteron. Sekali lagi fungsi ini mempermudah keluarnya foetus pada saat
partus.
• Relaxin menghambat aktivitas myometrium, yaitu menghambat kontraksi uterus.
• Relaxin menghambat kadar air dalam uterus, bersama estrogen relaxin
menyebabkan pertumbahan pertumbuhan uterus.
• Relaxin menyebabkan peningkatan pertumbuhan kelenjar mammae bila diberikan
bersama estradiol dan progesterone.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
1. Kelenjar Hypothalamus menghasilkan hormon: Gonadotropin Releasing Hormone
(GnRH), Thyrotropin Releasing Hormone (TRH, Corticotropin Releasing Hormone
(CRH), Somatotropin Releasing Hormone (STH-RH), Somatotropin Inhibitory
Hormone (STH-IH), Prolactin Releasing Hormone (PRH), Prolactin Inhibitory Hormone
(PIH).
2. Kelenjar Hypophysis (Glandula Pituitaria) lobus anterior menghasilkan: Hormon
FSH (Follicle Stimulating Hormone), Hormon LH (Luteinezing Hormone), Hormon LTH
(Luteo Tropic Hormone) /Prolactin, Hormon TSH (Thyroid Stimulating Hormone),
Hormon ACTH (Adreno Cortico Tropin Hormone), Hormon MSH (Melanotropin),
Hormon Oxytocin. Hormon dari kelenjar Hypophysis (Glandula Pituitaria) lobus
posterior menghasilkan: Hormon Vasopressin/ADH (Antidiuratic Hormone) dan
Hormon Oxytocin.
3. Kelenjar Thyroid menghasilkan Hormon: Tyroxine dan Hormon Triiodotyroxine.
4. Kelenjar Parathyroid menghasilkan hormon PTH (Paratirod Hormone).
5. Kelenjar Pancreas menghasilkan Hormon Glucagon dan Hormon Insulin.
6. Kelenjar Adrenal dibagi menjadi dua kelenjar. Kelenjar Cortex menghasilkan
hormon Corticosteroids dan Catecholamines. Kelenjar Medulla menghasilkan
hormon Adrenaline (Epinephrine) dan Noradrenalisne (Norapinephrine).
7. Pada kelenjar Thymus terdapat fungsi endokrin.
8. Pada Intestinum tunue dihasilkan hormon: Secretine, Enterogastrone, dan
Cholecystikinin.
9. Pada Testis memproduksi hormon jantan yang disebut androgen. Yang paling
potensi dari androgen adalah Hormon Testosterone.
10. Pada Ovarium mensintesa tiga macam hormon, yaitu Estrogen, Progesterone,
dan Relaxin.
DAFTAR PUSTAKA
Haqiqi, Sohibul H., 2008. Biosintesis Hormon Tiroid dan Paratiroid. Makalah Seminar,
Malang: Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
Kartasudjana, R dan Suprijatna, E., 2006. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Mukhtar, A., 2006. Ilmu Produksi Ternak Perah. UNS Press. Surakarta.
Nalbandov, A.V., 1964. Reproductive Physiology. 2nd Ed. W.H. Freeman & Co.,
SanFransisco.
Sturkie, PD., 1987. Avian Physology, Fourt Ed. Springerverlag. New York. Berlin,
Heidenberg, Tokyo.
Toelihere R. Mozes, Drh., M. Sc., Dr., 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak.
Penerbit Angkasa. Bandung.
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Seiring dengan
naiknya pendapatan perkapita penduduk Indonesia, meningkat pula kebutuhan
akan protein hewani. Masyarakat semakin menyadari akan pentingnya protein
hewani bagi pertumbuhan jaringan tubuh. Konsumsi protein hewani tersebut
berasal dari berbagai macam daging Diantaranya daging sapi, daging domba,
daging ayam maupun daging babi. Daging ayam merupakan pemasok daging
paling besar sebab harganya relatif murah dibandingkan dengan daging yang
lainnya.
Usaha di bidang peternakan saat ini sangat terbuka lebar karena kondisi alam yang
memungkinkan dan adanya permintaan pasar yang semakin meningkat. Saat ini
banyak penternak yang bergerak dibidang peternakan ayam. Banyak di antara
peternakan ayam yang menjalankan usaha hanya sebatas usaha sampingan
(subsistem) dan dikerjakan secara tradisional belum memaksimalkan pemanfaatan
teknologi budidaya ternak. Padahal melihat strategisnya bisnis peternakan ini
sangat disayangkan. Selain itu, peternakan ayam yang modern dapat dilakukan
untuk maksimalkan keuntungan. Peternak harus memahami hal ini sehingga mau
tidak mau manajemen pemeliharaan secara modern harus dilaksanakan untuk
mendukung keberhasilannya.
Manajemen pemeliharaan ayam ini dimulai sejak persiapan kandang sesuai
persyaratan yang ada yang meliputi berbagai kelengakapan dari peralatan
pemeliharaan ayam, pemberian pakan, dan vaksinasi secara teratur dan terencana.
Selain itu juga harus diperhatikan penanganan dan pengendalian penyakit pada
saat pemeliharaan dapat meningkatkan keuntungan dan efisiensi modal. Oleh
karena itu PT. Medion Jaya Farm berusaha untuk membantu para peternak ayam
dalam menyediakan produk siap pakai yang dapat dimanfaatkan dalam
pelaksanaan manajemen pemeliharaan seperti peralatan pemeliharaan ayam, obat
dan vaksinasi.
B. Tujuan dalam kegiatan Kunjungan Kuliah Kerja Lapangan ini adalah :
1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Pelaksanakan kegiatan Kunjungan Kuliah Kerja Lapangan ini, mahasiswa diharapkan
akan dapat mengetahui tentang berbagai jenis usaha di bidang peternakan.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pelaksanakan kegiatan Kunjungan Kuliah Kerja Lapangan ini, mahasiswa diharapkan
akan mendapatkan pengetahuan tentang perusahaan di bidang peternakan,
manajemen, kegiatan yang dilakukan perusahaan, dan sebagai gambaran tentang
dunia kerja yang bisa kita dapatkan nantinya.
C. Manfaat
Kegiatan Kunjungan Kuliah Kerja Lapangan adalah memberikan pengetahuan
tentang tata cara berusaha dibidang peternakan dan mengetahui cara mendirikan
usaha.
A. Vaksin
Vaksin adalah suatu produk yang mengandung sejumlah oranisme (bibit penyakit
tertentu yang menimbulkan kekebalan tubuh khusus terhadap penyakit tertentu.
Vaksin dapat mengandung mikroorganisme yang telah mati (killed-virus) atau
masih hidup (live –virus). Kemampuan live –virus untuk menumbuhkan daya tahan
tubuh lebih tinggi dibandingkan killed-virus karena virus tersebut akan tumbuh dan
berkembang biak dalam tubuh unggas. Kekuatan killed-virus untuk merangsang
produsi antibody unggas tergantung pada unit antigenic (sel-sel virus yang
terkandung di dalam dosissi vaksin (Suprijatna dkk, 2005).
Vaksin ada dua macam, yaitub vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif adalah
vaksin yang mikroorganismenya masih aktif atau masih hidup. Biasanya vaksin aktif
berbentuk sediaan kering beku. Vaksin aktif disimpan pada suhu 2-8oC. Vaksin aktif
harus segera dipakai dalam jangka waktu dua jam setelah dilarutkan. Masa
kadaluwarsa yang tertera dalam kemasan hanya berlaku jika vaksin disimpan pada
suhu yang dianjurkan tersebut. Sedangkan vaksin inaktif harus disimpan pada suhu
8oC dan tidak boleh disimpan di freezer, karena vaksin akan rusak. Pemberian
vaksin dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti tetes mata, hidung, mulut
(cekok), melalui air minum dan suntikan (Retno, dkk, 2000).
Vaksin inaktif dapat bersifat tunggal (satu penyakit), tetapi dapat juga merupakan
kombinasi dari beberapa penyakit yang diberikan melalui suntikan secara
intramuscular atau subkutan. Beberapa keuntungan penggunaan vaksin inaktif
adalah penyimpanannya yang lebih mudah dibandingkan dengan vaksin aktif.
Vaksin inaktif tidak dipengaruhi oleh antibodi asal induk sehingga dapat digunakan
untuk DOC. Sedangkan kekurangan vaksin inaktif adalah biaya produksi yang mahal
dan dapat menimbulkan infeksi pada vaksinator jika terkena suntikan secara tidak
sengaja (Rangga, 2000).
Menurut Tizard (1982), pembuatan vaksin dapat dilakukan dengan cara
menginaktifkan atau melemahkan organisme (atenuasi). Cara yang sederhana dari
atenuasi termasuk pemanasan organisme sampai tepat di bawah titk kematian
panasnya atau memaparkan organisme pada bahan kimia penginaktif ke batas
konsentrasi subletal seperti penggunaan formalin atau formaldehida. Kemampuan
vaksin aktif untuk menimbulkan kekebalan tubuh lebih tinggi dibanding dengan
vaksin in aktif karena virus akan berkembang biak didalam tubuh dan merangsang
terbentuknya kekebalan secara cepat, sementara kekuatan vaksin in aktif
merangsang terbentuknya antibodi tergantung pada tergantung pada antigenik
(sel-sel virus) yang terkandung dalam dosis vaksin.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada persiapan vaksinasi yaitu kondisi ayam
yang akan divaksin sehat, jika terindikasi ayam sakit maka jadwal vaksinasi
hendaknya ditunda dan segera menangani gejala yang timbul, setelah thawing
vaksin hendaknya tidak dimasukkan ke dalam marina cooler yang suhunya 2-8oC
karena bisa menurunkan potensi vaksin. Pada saat vaksinasi beberapa hal yang
perlu diperhatikan diantaranya pada vaksinasi via air minum, ayam dipuasakan air
minum selama 1-2 jam (tergantung kondisi cuaca) sebelum vaksinasi, tempat
minum jangan terkena sinar matahari langsung dan jauhkan dari brooder; Jika perlu
vaksin diberikan 2 tahap untuk menghindari ayam yang tidak kebagian vaksin, tidak
tergesa-gesa saat melakukan vaksinasi dan pastikan semua ayam telah tervaksin
dengan dosis yang sama. Untuk vaksin inaktif selama vaksinasi hendaknya vaksin
tetap dikocok secara periodic. Tidak boleh melakukan desinfeksi selama 24-48 jam
sebelum dan sesudah vaksinasi dengan vaksin aktif (selain via injeksi) (Medion,
2009).
B. Obat-obatan
Ada dua cara mengatasi penyakit pada ayam, yaitu dengan program pengendalian
dan pembasmian. Program pengendalian meliputi: menjauhkan ternak dari
kemungkinan tertular penyakit yang berbahaya, meningkatkan daya tahan tubuh
ternak dengan vaksinasi, pengelolaan dan pengawasan yang baik, dan melakukan
diagnosis dini secara cepat dan tepat. Program pembasmian penyakit dapat
dilakukan melalui: test and slaughter, yaitu apabila ternak dicurigai positif
menderita penyakit pulorum, CRD atau lainnya harus dimusnahkan, test and
treatment, bila diketahui ada penyakit dilakukan pengobatan, dan stamping out,
yaitu bila terjadi kasus penyakit menular dan menyerang seluruh ayam di
peternakan, maka ayam, kandang, dan peralatan harus dimusnahkan (Zainuddin
dan Wibawan 2007).
Vitamin adalah zat organik yang tidak dapat dibuat oleh sel-sel tubuh ayam, kecuali
vitamin C. Vitamin dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk memelihara kesehatan,
pertumbuhan dan produksi telur. Vitamin dibagi dua jenis, yaitu vitamin yang larut
dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak (minyak). Vitamin yang larut dalam
air ialah vitamin B1, B2, B6 dan C. Vitamin yang larut dalam lemak ialah vitamin A,
D, E, dan K. Sediaan yang mengandung vitamin antara lain: Vita stress, Vita chicks
dan Vita Strong (Retno, 2000).
Pemberian antibiotik atau antibakteri pada ternak ayam hanya bertujuan untuk
mengobati infeksi sekunder oleh bakteri. Disamping itu, perlu juga dilakukan
rehabilitasi paa jaringan yang rusak dengan pemberian multivitamin. Sanitasi atau
desinfeksi perlu ditingkatkan untuk mencegah meluasnya infeksi pada kandang
atau flok lainnya (Rangga, 2000).
Antibiotik memiliki kemampuan sebagai bakteriostatik yang menghambat
pertumbuhan bakteri dan bakteriosidal yang membunuh bakteri. Dari segi
penyerapannya ada antibiotic yang diserap oleh usus dan ada juga yang tidak
dapat diserap. Cara kerja antibiotic terhadap bakteri antara lain melalui mekanisme
penghambatan dinding sel bakteri, perusakan membrane sel, penghambatan
sintetis protein, penghambatan sintetis DNA, dan penghambatan pembentukan
asam folat (Rangga, 2000).
Ayam yang menunjukkan cirri-ciri di luar ayam normal termasuk ayam sakit.
Beberapa gejala umum yang sering dijumpai diantaranya adalah bulu terkulai dan
kusam, diare, nafsu makan hilang, pertumbuhan terganggu dan produksi telur
turun, kualitas kerabang buruk, serta suara tidak normal. Apabila ternak mengalami
gejala demikian harus segera dilakukan pengobatan dengan pemberian zat
makanan dan antibiotic (Suprijatna, 2005)
C. Peralatan
Kandang harus dilengkapi dengan peralatan, seperti tepat pakan, tempat minum,
alat pemanas, alat penerangan, dan alat sanitasi atau kebersihan. Peralatan harus
memadai, baik kuantitas maupun kualitasnya. Hal ini terutama pemeliharaan dalam
kandang sistem litter sebab ayam dipelihara secara berkelompok sehingga tempat
pakan dan minum harus cukup agar tidak saling berebut. Apabila persediaan
tempat pakan dan minum kurang, ayam yang peringkat sosialnya rendah kalah
bersaing dan mengalami stress. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan atau
produksinya terganggu (Suprijatna, 2005).
Peralatan yang digunakan pada pemeliharaan fase starter meliputi tempat pakan,
tempat minum, termometer, ember, gelas takar dan lain-lain. Pengaturan tempat
pakan dan minum yang tepat dapat memberikan efisiensi penggunaan pakan
maupun minum. Dalam penempatannya tempat pakan dan minum pada
pemeliharaan umur 1-3 diletakkan dibawah dan disusun melingkar secara
berselang-seling antara tempat pakan dan minum, untuk pemeliharaan umur 5
minggu keatas peletakan tempat pakan dilakukan secara tergantung dengan
ketinggian setinggi bahu ayam Termometer sangat diperlukan dalam induk buatan
(brooder) untuk menentukan suhu ruangan yang ideal. Peralatan seperti kain
lap,ember, dan gelas takar digunakan untuk alat pembersih dan pemberian minum
(Imam, 2009).
Pembagian pakan dan dekatnya jarak tempat pakan (feeder) dengan unggas
merupakan hal penting untuk mencapai target tingkat konsumsi pakan. Sistem
pemberian pakan :
a. Tempat pakan manual; berbagai macam tempat pakan manual yaitu:
tempat pakan memanjang (long feeder), dengan standar 5 cm/ekor
tempat pakan bundar (round feeder), dengan standar 2 cm/ekor
tempat pakan nampan (tray feeder), umumnya digunakan minggu pertama
dengan standart pada hari I yaitu 1 nampan untuk 100 ekor .
b. Tempat pakan otomatis (Chain feeder dan pan feeder)
Tempat pakan nampan digunakan pada fase brooding yang secara perlahan-lahan
diganti dengan tempat pakan gantung. Untuk mencegah pakan tumpah bentuk
tempat pakan mempunyai “bibir” serta jeruji agar ayam tidak mengais pada tempat
pakan; tinggi tempat pakan digantung tapi piringannya masih menempel di lantai;
pengisian pakan sepertiga tinggi piringan (Setyawan, 2010).
Pemasangan tempat minum di dalam kandang sebaiknya jangan terlalu rendah,
karena ayam akan mengalami kesulitan untuk mengadahkan kepalnya dalam
meneguk air. Hal ini akan mengakibatkan ayam tidak dapat minum dengan cukup.
Kurangnya air minum mengakibatkan produksi telur tidak maksimal. Tempat minum
harus ditempatkan setinggi punggung ayam (untuk mkodel tempat minum
gantung). Untuk kandang baterai, tempat minum ditempatkan lebih tinggi dari
ransum (Retno, 2000).
A. Materi
Materi yang digunakan dalam kegiatan Kunjungan Kuliah Kerja Lapangan adalah di
PT. Medion, Jln. Babakan Ciparay No. 282 Bandung.
B. Waktu dan Tempat
Kegiatan Kunjungan Kuliah Kerja Lapangan dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal
23 November 2010 di PT. Medion, Jln. Babakan Ciparay No. 282 Bandung, pukul
09.00-12.00 WIB
C. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan kegiatan Kunjungan Kuliah Kerja Lapangan dilaksanakan
dengan mengadakan observasi di PT. Medion, Jln. Babakan Ciparay No. 282
Bandung. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam kegiatan Kuliah
Kerja Lapang ini adalah:
1. Pengamatan (Observasi)
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati secara langsung
disertai pencatatan tentang berbagai hal yang dibutuhkan praktikan.
2. Wawancara
Metode ini merupakan pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab
secara langsung kepada pengelola perusahaan yang dianggap mengetahui tentang
informasi yang dibutuhkan praktikan.
b) Produk Vitamin
Tabel 3. Vitamin yang diproduksi PT. Medion Jaya Farm
Vitamin Fungsi
Egg Stimlulant antibiotik dan vitamin yang digunakan untuk meningkatkan produksi
telur pada ayam petelur
Neobro mempercepat pertumbuhan ayam pedaging, mengurangi kematian, dan
meningkatkan efisiensi penggunaan ransum
Top Mix pelengkap makanan untuk ayam petelur, ayam pedaging, bibit ayam, dan
anak ayam
Turbo vitamin untuk bebek petelur
Vita Chicks kombinasi vitamin dan antibiotik yang digunakan pada ayam
Vita Strong multivitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh pada ayam
Strong n Fit memacu produktivitas ayam dan membantu pembentukan energi untuk
perbaikan produksi telur, berat badan, FCR dan daya tahan tubuh.
Aminovit menambah produksi telur dan memperpanjang masa bertelur pada ayam,
memperbesar telur, menguatkan dinding kerabang telur dan menambah kesuburan
(fertilitas), dan memperbaiki konversi ransum
Broiler Vita mempercepat pertumbuhan dan memperbaiki konversi ransum ayam
broiler.
Mineral Feed Supplement A meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas ayam
dan itik
Sumber: Info Medion
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Produk biologi (Biological Products) yang dihasilkan di PT. Medion Jaya Farm ini
antara lain adalah vaksin. Vaksin yang diproduksi berupa vaksin aktif dan vaksin
inaktif. Produk farmasi (Pharmaceutical Products) yang dihasilkan di PT. Medion Jaya
Farm ini antara lain berupa obat, vitamin, antibiotic, dan desinfektan.
Peralatan peternakan ayam (Poultry Equipment) yang dihasilkan di PT. Medion Jaya
Farm ini antara lain berupa tempat minum ayam baik ukuran kecil sampai besar
dan otomatis, tempat ransum ayam, nampan tempat pakan (feeder tray), alat
pemanas untuk anak ayam, tempat telur (egg tray), kemasan obat, vaksin, botol
dan juga produk-produk pendukung yang lainnya.
B. Saran
Sebaiknya PT. Medion Jaya Farm sering melakukan sosialisasi terhadap peternak
tradisional, sehingga kesadaran akan usaha peternakan yang modern dapat
ditingkatkan. Koleksi buku-buku terbitan Medion sebaiknya juga disosialisasikan
kepada para peternak-peternak maupun masyarakat, sehingga peternak tahu
perkembangan dunia peternakan.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
“ PENYAKIT RABIES ”
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PENDAHULUAN
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat
yang disebabkan oleh virus rabies, dan ditularkan melalui gigitan hewan menular
rabies terutama anjing, kucing dan kera. Sampai kini hanya 5 Propinsi di Indonesia
bebas historis rabies, yaitu Kalimantan Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat, Maluku
dan Irian Jaya. Sejak tahun 1994 propinsi yang tadinya endemis rabies, telah
dibebaskan dari rabies pada manusia pada hewan yaitu di Jawa Timur, Jawa Tengah
dan D.I Yogyakarta sampai saat ini ada 18 propinsi yang belum bebas kasus rabies.
Pada tahun 1998 terjadi outbreak di Kab. Flores Timur, Prop. NTT. Jumlah rata-rata
per tahun kasus gigitan pada manusia oleh hewan penular rabies (1995-1997)
15.000 kasus, diantaranya 8.550 (57 %) divaksinasi anti rabies (VAR) dan 662
(1,5%) diberikan kombinasi VAR dan SAR (serum anti rabies). Selama tiga tahun
( 1995 - 1997). Ditemukan rata-rata pertahun 59 kasus rabies pada manusia,
sedangkan 22,44 spesimen dari hewan yang diperiksa, 1327 (59%) menunjukkan
positif rabies.
Mengingat akan adanya bahaya rabies terhadap kesehatan dan ketentraman
masyarakat karena dampak buruknya yang selalu diakhiri dengan kematian, maka
usaha pengendalian penyakit berupa pencegahan dan pemberantasan perlu
dilaksanakan seintensif mungkin, bahkan menuju pada program pembebasan.
Program pembebasan rabies merupakan kesepakatan Nasional dan merupakan
kerjasama kegiatan 3 (tiga) Departemen, yaitu Departemen Pertanian (Ditjen
Peternakan), Departemen Dalam Negeri (Ditjen PUOD) dan Departemen Kesehatan
(Ditjen PPM & PLP), sejak awal Pelita V 1989 hingga diperpanjang sampai dengan
tahun 2005.
PEMBAHASAN
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat
yang disebabkan oleh virus rabies, dan ditularkan melalui gigitan hewan penular
rabies terutama anjing, kucing, dan kera. Penyakit rabies merupakan penyakit
zoonosis atau penyakit yang ditularkan oleh hewan ke manusia ataupun sebaliknya.
Penyakit ini disebabkan oleh Rabdhovirus dan ditularkan melalui gigitan hewan
pembawa dan dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia serta
mengakibatkan kerusakan pada sistem saraf pusat yang berujung pada kematian.
Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang terdapat pada air liur hewan yang
terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada hewan lainnya atau manusia
melalui gigitan dan kadang melalui jilatan. Virus akan masuk melalui saraf-saraf
menuju ke medulla spinalis dan otak, yang merupakan tempat mereka
berkembangbiak. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke kelenjar
liur dan masuk ke dalam air liur.
Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering
menjadi sumber dari rabies adalah anjing; hewan lainnya yang juga bisa menjadi
sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung, dan rubah.
Rabies pada anjing masih sering ditemukan di Amerika Latin, Afrika, dan Asia,
karena tidak semua hewan peliharaan mendapatkan vaksinasi untuk penyakit ini.
Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas atau rabies jinak. Pada rabies
buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan ganas, kemudian menjadi lumpuh
dan mati. Pada rabies jinak, sejak awal telah terjadi kelumpuhan lokal atau
kelumpuhan total.
1. GEJALA
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi, tetapi masa
inkubasinya bervariasi dari 10 hari sampai lebih dari 1 tahun. Masa inkubasi
biasanya paling pendek pada orang yang digigit pada kepala, tempat yang tertutup
celana pendek, atau bila gigitan terdapat di banyak tempat.
Meskipun sangat jarang terjadi, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara
yang tercemar. Telah dilaporkan 2 kasus yang terjadi pada penjelajah yang
menghirup udara di dalam goa yang terdapat banyak kelelawar. Orang atau hewan
tergigit menjadi sakit setelah 7 hari sampai bulanan/tahunan (rata-rata 14-90 hari)
tergantung pada tempat gigitan, kedalaman luka, galur virus dan kondisi tubuh.
Pada anjing, virus sudah dikeluarkan pada air liur bahkan sebelum gejala klinis
kelihatan. Gejala awal rabies pada anjing sering tidak jelas diantaranya adalah
perubahan tingkah laku hewan dari jinak menjadi galak, mengembara hingga
puluhan Km, dari galak menjadi jinak. Gejala rabies yang sebenarnya: galak, agresif
(mengejar segala benda/orang yang bergerak), menggigit dan menelan segala
macam barang (seperti batu, kayu, bungkus rokok, dll), air ludah mengalir,
meraung-raung, leher dan rahang lumpuh, ekor “menggantung”, kejang-kejang,
mati.
Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang
menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode
yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan dan demam.
Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita
akan mengeluarkan air liur. Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa
menyebankan rasa sakit luar biasa. Kejang ini terjadi akibat adanya gangguan
daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan
mencoba untuk minum air bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu
penderita rabies tidak dapat minum. Karena hal inilah, maka penyakit ini kadang-
kadang juga disebut hidrofobia (takut air).
2. GEJALA KLINIS
a. Stadium Prodromal
Gejala-gejala awal berupa demam, malaise, mual dan rasa nyeri ditenggorokan
selama beberapa hari.
b. Stadium Sensoris
Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka.
Kemudian disusul dengan gejala cemas, dan reaksi yang berlebihan terhadap
rangsang sensorik.
c. Stadium Eksitasi
Tonus otot-otot dan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala
hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi dan pupil dilatasi. Bersamaan dengan
stadium eksitasi ini penyakit mencapai puncaknya, yang sangat khas pada stadium
ini ialah adanya macam-macam fobi, yang sangat terkenal diantaranya ialah
hidrofobi. Kontraksi otot-otot Faring dan otot-otot pernapasan dapat pula
ditimbulkan oleh rangsang sensorik seperti meniupkan udara kemuka penderita
atau dengan menjatuhkan sinar kemata atau dengan menepuk tangan didekat
telinga penderita. Pada stadium ini dapat terjadi apnoe, sianosis, konvulsa da
tahikardi. Tindak-tanduk penderita tidak rasional kadang-kadang maniakal disertai
dengan saat-saat responsif. Gejala-gejala eksitasi ini dapat terus berlangsung
sampai penderita meninggal, tetapi pada saat dekat kematian justru lebih sering
terjadi otot-otot melemah, hingga terjadi paresis flaksid otot-otot.
d. Stadium Paralis
Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi. Kadang-kadang
ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang
bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang, yang
memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernafasan.
3. DIAGNOSA
Jika seseorang digigit hewan, maka hewan yang menggigit harus diawasi.
Immunofluoresensi (tes antibodi fluoresensi) yang dilakukan terhadap hewan
tersebut. Tes tersebut dapat menunjukkan bahwa hewan tersebut menderita rabies.
Biopsi kulit, pemeriksaan kulit leher dengan cara diperiksa dengan mikroskop,
biasanya dapat menunjukkan adanya virus. Setelah virus rabies masuk melalui luka
gigitan, maka selama 2 minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk dan
didekatnya, kemudian bergerak mencapai ujung-ujung serabut saraf posterior tanpa
menunjukkan perubahan-perubahan fungsinya.
Masa inkubasi bervariasi yaitu berkisar antara 2 minggu sampai 2 tahun, tetapi
pada umumnya 3-8 minggu, berhubungan dengan jarak yang harus ditempuh oleh
virus sebelum mencapai otak. Sesampainya di otak virus kemudian memperbanyak
diri dan menyebar luas dalam semua bagian neuron, terutama mempunyai
predileksi khusus terhadap sel-sel sistem limbik, hipotalamus dan batang otak.
Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian kearah
perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf volunter maupun saraf otonom.
Dengan demikian virus menyerang hampir tiap organ dan jaringan didalam tubuh,
dan berkembang biak dalam jaringan-jaringannya, seperti kelenjar ludah, ginjal, dan
sebagainya.
4. PENCEGAHAN
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau
segera setelah terjangkit. Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang-
orang yang berisiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu :
a. Dokter hewan.
b. Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi.
c. Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies
pada anjing banyak ditemukan
d. Para penjelajah gua kelelawar.
Vaksinasi memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi kadar antibodi akan
menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap penyebaran selanjutnya
harus mendapatkan dosis buster vaksinasi setiap 2 tahun.
Hal yang dapat menekan penyebaran rabies di Bali adalah masyarakat tidak
melepasliarkan anjing peliharaannya, misalnya dengan cara dirantai atau
dikandangkan. Perlu diperbanyak penyampaian informasi kepada masyarakat
tentang penyakit rabies, mulai dari apa itu penyakit rabies, gejala-gejala yang
tampak, bahaya dan cara pencegahannya serta pertolongan pertama jika tergigit
anjing. Serta sosialisasi tentang pelarangan memasukkan hewan penyebar rabies
ke Bali sesuai dengan Peraturan Gubernur Bali No. 80/2008 kepada masyarakat.
5. PENGOBATAN
a. Penanganan Luka Gigitan Hewan Menular Rabies
Setiap ada kasus gigitan hewan menular rabies harus ditangani dengan cepat dan
sesegera mungkin. Untuk mengurangi/mematikan virus rabies yang masuk pada
luka gigitan, usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan dengan air
(sebaiknya air mengalir) dan sabun atau detergent selama 10-15 menit, kemudian
diberi antiseptik (alkohol 70 %, betadine, obat merah dan lain-lain). Meskipun
pencucian luka menurut keterangan penderita sudah dilakukan namun di
Puskesmas Pembantu/Puskesmas/Rumah Sakit harus dilakukan kembali seperti di
atas.
Luka gigitan tidak dibenarkan untuk dijahit, kecuali jahitan situasi. Bila memang
perlu sekali untuk dijahit (jahitannya jahitan situasi), maka diberi Serum Anti Rabies
(SAR) sesuai dengan dosis, yang disuntikan secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak
mungkin dan sisanya disuntikan secara intra muskuler. Disamping itu harus
dipertimbangkan perlu tidaknya pemberian serum/vaksin anti tetanus, anti biotik
untuk mencegah infeksi dan pemberian analgetik.
b. Pengobatan Pada Rabies
a) Jika segera dilakukan tindakan pencegahan yang tepat, maka seseorang yang
digigit hewan yang menderita rabies kemungkian tidak akan menderita rabies.
Orang yang digigit kelinci dan hewan pengerat (termasuk bajing dan tikus) tidak
memerlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut jarang
terinfeksi rabies. Tetapi bila digigit binatang buas (sigung, rakun, rubah, dan
kelelawar) diperlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut
mungkin saja terinfeksi rabies.
b) Tindakan pencegahan yang paling penting adalah penanganan luka gigitan
sesegera mungkin. Daerah yang digigit dibersihkan dengan sabun, tusukan yang
dalam disemprot dengan air sabun. Jika luka telah dibersihkan, kepada penderita
yang belum pernah mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies diberikan
suntikan immunoglobulin rabies, dimana separuh dari dosisnya disuntikkan di
tempat gigitan.
c) Jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies
diberikan pada saat digigit hewan rabies dan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28. Nyeri
dan pembengkakan di tempat suntikan biasanya bersifat ringan. Jarang terjadi
reaksi alergi yang serius, kurang dari 1% yang mengalami demam setelah
menjalani vaksinasi.
d) Jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi, maka risiko menderita rabies akan
berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin
(pada hari 0 dan 2).
e) Sebelum ditemukannya pengobatan, kematian biasanya terjadi dalam 3-10 hari.
Kebanyakan penderita meninggal karena sumbatan jalan nafas (asfiksia), kejang,
kelelahan atau kelumpuhan total. Meskipun kematian karena rabies diduga tidak
dapat dihindarkan, tetapi beberapa orang penderita selamat. Mereka dipindahkan
ke ruang perawatan intensif untuk diawasi terhadap gejala-gejala pada paru-paru,
jantung, dan otak. Pemberian vaksin maupun imunoglobulin rabies tampaknya
efektif jika suatu saat penderita menunjukkan gejala-gejala rabies.
6. PERAN PEMERINTAH
Kebijakan dalam menangani penyebaran penyakit rabies di Indonesia diantaranya
tertera pada Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 1637.1/Kpts/Pd.640/12/2008
Tentang Pernyataan Berjangkitnya Wabah Penyakit Anjing Gila (Rabies) Di
Kabupaten Badung Provinsi Bali.
Isi dari keputusan ini diantaranya adalah :
a. Menyatakan berjangkitnya wabah penyakit anjing gila (rabies) di Kabupaten
Badung, Provinsi Bali .
b. Menyatakan kabupaten/kota lain dalam wilayah Provinsi Bali merupakan daerah
bebas terancam wabah penyakit anjing gila (rabies). Dari hasil pemeriksaan PCR
(Polimerase Chain Reaction), FAT (Fluorescence Antibody Test), dan IHK
(Imunohistokimia), Bali dinyatakan positif sebagai daerah tertular rabies.
Menindaklanjuti hasil penelitian tersebut, pemerintah melalui Peraturan Mentri
Pertanian No. 1637/2008 menyatakan Bali sebagai daerah wabah rabies. Hal ini
juga ditindaklanjuti oleh Gubernur Bali dengan mengeluarkan Peraturan Gubernur
Bali No. 80/2008 tentang penutupan sementara pemasukan atau pengeluaran
anjing, kucing, kera atau hewan sebangsanya dari dan ke provinsi Bali per 1
Desember 2008.
c. Pada daerah tertular dilakukan tindakan pencegahan, pengendalian dan
pemberantasan penyakit anjing gila (rabies) secara terkoordinasi dengan instansi
terkait yang kompeten dibidangnya sesuai Keputusan Bersama Menteri Kesehatan,
Menteri Pertanian, dan Menteri Dalam Negeri Nomor 279A/Men.Kes/SK/VIII/1978;
Nomor 522/Kpts/UM/8/78;Nomor 143 Tahun 1978 serta teknis pelaksanaanya.
Selain itu, dalam Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan juga menyebutkan mengenai Kebijakan Pemerintah yaitu
tercantum pada Bab V tentang Kesehatan Hewan, Pasal 39 – 54. Dan juga terdapat
pada Bab VI mengenai Kesehatan Masyarakat Veteriner, yaitu Pasal 56 – 65.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010 . http://www.kaskus. com. Diakses pada tanggal 2 September 2010
.2010. http://id.ekads.net/kembalikan-baliku-bebas-rabies. Diakses pada
tanggal 2 September 2010.
.2010.
http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa_lainnya/2010/08/27/brk,20100827-
274388,id.html. Diakses pada tanggal 2 September 2010.
.2010. http://www.vet-klinik.com/Pets-Animals/Penyakit-rabies.com. Diakses
pada tanggal 2 September 2010.
.2010. http://www.sigapbencana-bansos.info/berita/497-kadistan-ditemukan-
28-kasus-rabies-di-pekanbaru.html. Diakses pada tanggal 2 September 2010.
.2010. http://lawan.us/search/kabar terbaru rabies. com. Diakses pada tanggal
2 September 2010.
.2010. http://www.penanggulangan rabies. com. Diakses pada tanggal 2
September 2010.
Karkas dan Daging
Friday, November 05, 2010 9:48 PM
TUGAS ILMU TEKNOLOGI DAN PENGOLAHAN DAGING
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
Otot semasa hidup ternak merupakan alat pergerakan tubuh yang tersusun atas
unsur-unsur kimia C, H, dan O sehingga disebut sebagai energi kimia yang
berfungsi sebagai energi mekanik (untuk pergerakan tubuh) ditandai dengan
kemampuan berkontraksi dan berelaksasi Setelah ternak disembelih dan tidak ada
lagi aliran darah dan respirasi maka otot sampai waktu tertentu tidak lagi
berkontraksi. Atau dikatakan instalasi rigor mortis sudah terbentuk, ditandai dengan
kekakuan otot (tidak ekstensibel).
Konversi otot menjadi daging diawali pada saat ternak setelah mati dimana
sejumlah perubahan biokimia dan bifisk terjadi pada rangkaian kegiatan proses
terbentuknya rigor mortis dan dilanjutkan pada kegiatan pascarigor. Secara ilmiah
otot baru dapat dikatakan daging setelah melalui perubahan-perubahan biokimia
dan biofisik tersebut. Perubahan biokimia berupa proses glikolisis yakni
perombakan glikogen menjadi asam laktat yang akan mengakibatkan kekakuan
otot dikenal sebagai instalasi rigor mortis dan dilanjutkan dengan proses aging
untuk memperbaiki tingkat keempukan daging. Sejumlah perubahan biofisik yang
terjadi selama proses rigor mortis dan pasca rigor seperti perubahan-perubahan
atribut yang berkaitan dengan kualitas daging: warna, citarasa, bau, dan
keempukan.
Proses biokimia yang berlangsung sebelum dan setelah ternak mati sampai
terbentuknya rigor mortis pada umumnya merupakan suatu kegiatan yang besar
perannya terhadap kualitas daging yang akan dihasilkan pascarigor. Kesalahan
penanganan pascamerta sampai terbentuknya rigor mortis dapat mengakibatkan
mutu daging menjadi rendah ditandai dengan daging yang berwarna gelap (dark
firm dry) atau pucat (pale soft exudative) ataupun pengkerutan karena dingin (cold
shortening) atau rigor yang terbentuk setelah pelelehan daging beku (thaw rigor).
Kelainan-kelainan mutu yang terjadi pascamerta ternak dapat dihindari jika
pengetahuan tentang mekanisme rigor mortis dan perubahan pascarigor daging
dapat diterapkan dengan baik pada penanganan pascapanen ternak.
Secara ilmiah otot baru dapat dikatakan daging jika proses rigor mortis telah
terbentuk dan dilanjutkan dengan proses pematangan otot (aging) sehingga otot
menjadi lebih ekstensibel dan memberikan kualitas yang lebih baik dibanding pada
saat prarigor.
Aging merupakan proses alami yang biasanya memperbaiki keempukan pada
kondisi pendinginan. Enzim alami seperti calpain dan cathepsin akan memecahkan
protein spesifik otot menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil dan akibatnya
daging menjadi empuk terutama daerah loin dan rib.
Jika aging pascamerta besar peranannya terhadap perubahan-perubahan protein
miofibriler, maka pada protein jaringan ikat (kolagen) hampir tak berarti.
Ada perubahan solubilitas dan ikatan silang kolagen (peningkatan thermolabil) dan
yang lainnya menyatakan tidak ada perubahan pada jaringan ikat intramuskuler
selama maturasi
Effektivitas maturasi, dari segi ekonomi dapat dipertimbangkan untuk menurunkan
lama maturasi dari 7-10 hari menjadi 2-6 hari.
RIGOR MORTIS
Rigor mortis adalah suatu proses yang terjadi setelah ternak disembelih diawali fase
prarigor dimana otot-otot masih berkontraksi dan diakhiri dengan terjadinya
kekakuan pada otot. Padas sat kekakuan otot itulah disebut sebagai terbentuknya
rigor mortis sering diterjemahkan dengan istilah kejang mayat.
Waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya rigor mortis bisa bervariasi karena jenis
ternak, individu ternak dan jenis serat.
Waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya rigor mortis tergantung pada jumlah
ATP yang tersedia pada saat ternak mati. Jumlah ATP yang tersedia terkait dengan
jumlah glikogen yang tersedia pada saat menjelang ternak mati. Pada ternak yang
mengalami kecapaian/kelelahan atau stress dan kurang istirahat menjelang
disembelih akan mengjhasilkan persediaan ATP yang kurang sehingga proses rigor
mortis akan berlangsung cepat. Demikian pula suhu yang tinggi pada saat ternak
disembelih akan mempercepat habisnya ATP akibat perombakan oleh enzim ATPase
sehingga rogor mortis akan berlangsung cepat.
Waktu yang singkat untuk terbentuknya rigor mortis mengakibatkan pH daging
masih tinggi (di atas pH akhir daging yang normal) pada saat terbentuknya rigor
mortis. Jika pH >5.5 – 5.8 pada saat rigor mortis terbentuk dengan waktu yang
cepat dari keadaan normal maka kualitas daging yang akan dihasilkan menjadi
rendah (warna merah gelap, kering dan strukturnya merapat) dan tidak bertahan
lama dalam penyimpanan sekalipun pada suhu dingin.
d. Kebasahan
Merupakan kemampuan daging untuk melepaskan jus (cairan daging) selama
pengunyahan, sebaliknya kemampuan daging untuk mempertahankan kandungan
air disebut sebagai water holding capacity (WHC).
Kebasahan merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam penilaian kualitas
daging, bersama dengan keempukan dapat menjelaskan sampai > 80 % pilihan
konsumen dinegara maju terhadap kualitas daging. Daging yang empuk pada
umumnya pada saat gigitan pertama akan menghasilkan jus yang cukup berarti.
Terdapat korelasi yang baik antara pelepasan jus daging dengan keempukan.
Kebasahan bervariasi berdasarkan pH, maturasi dan faktor stress.
DAFTAR PUSTAKA
Abustam, E dan H. M. Ali. 2005. Dasar Teknologi Hasil Ternak. Buku Ajar. Program
A2 Jurusan Produksi Ternak Fak. Peternakan Unhas
Effendi, Abustam. 2009. Konversi Otot menjadi Daging. http://cinnatalemien-
eabustam.blogspot.com/2009/03/konversi-otot-menjadi-daging.html Diakses pada
hari Senin, 1 November 2010.
______________. 2009. Kualitas Daging. http://cinnatalemien-
eabustam.blogspot.com/2009/03/konversi-otot-menjadi-daging.html Diakses pada
hari Senin, 1 November 2010.
Manajemen Ternak Sapi Perah di CV. Umbul Jaya Colomadu
Wednesday, September 22, 2010 7:48 PM
II. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani yang sangat penting.
Sapi perah sebagai penghasil susu berperan sangat penting sebagai pengumpul
bahan-bahan yang tidak bermanfaat sama sekali bagi manusia seperti rumput,
limbah, dan hasil ikutan lainnya dari produk pertanian. Air susu sebagai sumber gizi
berupa protein hewani yang sangat besar manfaatnya bagi bayi, sebagai masa
pertumbuhan, orang dewasa dan lanjut usia. Susu memiliki kandungan protein yang
tinggi sehingga sangat menunjang pertumbuhan, kecerdasan, dan daya tahan
tubuh.
Susu sapi mengandung semua bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak
sapi yang dilahirkan. Susu juga dapat digunakan sebagai bahan minuman manusia
yang sempurna karena di dalamnya mengandung zat gizi dalam perbandingan yang
optimal, mudah dicerna, dan tidak ada sisa yang terbuang. Air susu sebagai sumber
gizi berupa protein hewani sangat besar manfaatnya bagi bayi, bagi mereka yang
sedang dalam proses tumbuh, bagi orang dewasa dan bahkan bagi yang berusia
lanjut. Susu dengan kandungan protein yang cukup tinggi dapat menunjang
pertumbuhan, kecerdasan, dan daya tahan tubuh.
Peningkatan permintaan produk susu yang tidak diimbangi dengan penambahan
produksi sapi tentu saja akan mengakibatkan kebutuhan akan susu tidak dapat
terpenuhi. Pemenuhan produk susu dengan penambahan populasi ternak sapi
perah membutuhkan proses yang panjang. Hal ini membuktikan bahwa
pengembangan usaha ternak sapi perah memiliki peluang dan prospek usaha yang
sangat cerah. Meskipun demikian prospek usaha ternak sapi perah yang sangat
menjanjikan di Indonesia ini tidak akan memperoleh hasil yang memuaskan tanpa
memperhatikan tata laksana pemeliharaan sapi perah itu sendiri.
Efisiensi pengembangbiakan dan pengembangan usaha ternak perah hanya dapat
dicapai apabila peternak memiliki perhatian terhadap tata laksana pemeliharaan
dan manajemen pengelolaan yang baik. Adanya manajemen dalam pengelolaan
merupakan sesuatu hal yang wajib bagi seseorang pengusaha ternak untuk
dimengerti dan dipahami. Manajemen yang meliputi berbagai hal, semisal
manajemen perkawinan, manajemen pakan, manajemen kandang, manajemen sapi
induk dan lain sebagainya, yang kesemuanya itu merupakan kunci dalam
mengusahakan ternak sapi perah. Jika semuanya tersebut dapat dikuasai oleh
peternak maka akan menghasilkan hasil yang maksimal.
B. Manajemen Pedet
Saluran pencernaan anak sapi muda berbeda dari sapi dewasa dan anak sapi tidak
berfungsi sebagai ruminan sampai berumur beberapa minggu. Pada anak sapi
kapasitas perut yang sebenarnya atau abomasum adalah 70 persen dari keempat
perut, sedangkan pada anak sapi dewasa hanya 7 persen. Jika anak sapi menyusu,
susu melewati rumen dan retikulum dan lewat langsung ke dalam perut yang
sebenarnya atau abomasum, dan hanya jika anak sapi minum terlalu banyak setiap
susu lewat ke dalam rumen. Rangsang bagi giatnya saluran lewat kerongkongan
adalah adanya cairan di belakang mulut. Susu berjalan ke rumen anak sapi kecil
mungkin mengental dan kemudian karena ruminasi belum dimulai, membusuk,
menyebabkan gangguan pencernaan. Jadi adalah praktek yang lebih baik untuk
memberi makan anak sapi sejumlah kecil susu pada selang waktu yang sering
dibandingkan sejumlah besar pada selang waktu jarang (Williamson dan Payne,
1993).
Menurut Reksohadiprodjo (1995) penghilangan tanduk dapat dikerjakan ketika
umur pedet satu-dua minggu dengan menggosok bungkul tanduk dengan kaustik
sampai hampir berdarah, zat kaustik misalnya collodion. Penempelan dengan besi
panas dilakukan kalau umur pedet 3-4 minggu. Kalau ada listrik, penempelan
dengan setrika listrik paling efektif. Kalau zat kaustik digunakan untuk
menghilangkan tanduk, jangan sampai pedet mencemarkan zat kaustik ke induk
sapi, atau ke matanya misalnya karena hujan.
Kastrasi dapat dikerjakan dengan pisau (sterilisasi alat harus benar-benar
dikerjakan), dengan alat penekan fuiculus, gelang karet ketika pedet berumur 2-3
minggu (10 hari paling baik, karena rasa sakit dan gangguan paling kurang). Alat
kastrasi Burdizzo digunakan untuk segala umur, memutus saluran-saluran tanpa
melukai kulit (Reksohadiprodjo, 1995).
Perut pedet belum berkembang sepenuhnya. Ia belum dapat memamah biak. Bila
diberi rumput, rumput itu tidak dapat dicernakannya dengan baik. Tetapi susu
dapat dicernakannya dalam perut besar tanpa dimamah biak. Maka susu adalah
makanan yang baik untuk pedet. Tapi sering lembu tidak mengeluarkan banyak
susu oleh karenanya pedet kekurangan susu. Sesudah itu diberi rumput sedikit
semi sedikit. Perutnya telah berkembang dan ia mulai memamah biak. Waktu ia
telah berusia 3 bulan, ia dapat mencernakan rumput dengan baik. Pedet tidak
membutuhkan lagi susu induknya. Selanjutnya induknya dapat diperah. Dan pedet
itu disapih karena sudah kuat mencernakan rumput sendiri. Umumnya sesudah
berumur 6 bulan (LPPS, 1972).
Anak sapi dapat dipisahkan dari induknya segera sesudah lahir dan kemudian
dipelihara sendiri. Anak sapi harus memperoleh kolostrum untuk beberapa hari
pertama dan sesudah itu dapat diberi minum susu atau makanan pengganti lain
susu. Cara lain, pedet dapat dipelihara penuh bersama induknya dan kemudian
biasanya disapih pada umur 6-8 bulan (Mangkoewidjojo, 1988).
Penandaan pada ternak sapi merupakan suatu tindakan untuk memberikan tanda
kepada ternak sapi secara sementara maupun permanen. Tujuannya sebagai ciri
kepunyaan, perhitungan umur atau nomor. Penandaan ini berguna untuk
pembibitan, perkawinan, penjualan ataupun tanda milik seseorang / perusahaan
peternakan. Penandaan yang lazim dilakukan pada peternak sapi adalah :
1. Tanda telinga, terdiri dari :
a. Ear tag (tanda telinga plastik/logam dengan nomor)
b. Ear notch (tanda telinga dengan cara pengguntingan dalam bentuk v/u).
c. Ear punch (tanda telinga dengan cara perlubangan)
2. Cap bakar pada kulit dengan memakai besi panas
3. Tatto
4. Kalung leher
5. Tanda pada tanduk, biasanya memakai penomoran cat baker
6. Penandaan lain seperti gelang tali plastik atau pada gelambir.
(Santosa, 2001).
E. Manajemen Kesehatan
Sapi yang akan diperah harus dalam keadaan bersih. Tempat dan peralatan yang
bersih akan percuma kalau sapi itu kotor. Semua kotoran pada tubuh sapi akan
mengotori air susu sehingga mudah rusak. Hanya sapi-sapi yang bersihlah yang
akan menghasilkan air susu yang sehat. Itulah sebabnya sapi-sapi yang akan
diperah harus dimandikan terlebih dahulu, paling tidak bagian tubuh tertentu
seperti pada lipatan paha, ambing dan puting (AAK, 1995).
Radang ambing merupakan radang infeksi yang berlangsung secara akut, subakut
maupun kronik. Radang ambing ini ditandai dengan kenaikan sel di dalam air susu,
perubahan fisik maupun susunan air susu dan disertai atau tanpa disertai dengan
perubahan patologis atas kelenjarnya sendiri (Subronto, 1993).
Mastitis adalah suatu peradangan pada ambing yang bersifat akut atau menahun
dan terjadi pada semua jenis mamalia. Pada sapi penyakit ini sering dijumpai pada
sapi perah dan disebabkan oleh berbagai jenis kuman/ mikoplasma. Pengendalian
penyakit ini dapat dilakukan dengan mencegah terjadinya infeksi terutama yang
ditimbulkan oleh kesalahan manajemen dan higiene pemerahan yang tidak
memenuhi standart. Dalam periode tertentu secara rutin perlu dilakukan
pemeriksaan kemungkinan adanya mastitis sub-klnis dengan melaksanakan CMT
(California Mastitis Test). Pengobaan dapat dilakukan dengan menggunakan
antibiotik dengan kuman yang menginfeksi dan disarankan agar dilakukan pula
sensitivitas terhadap kuman. Berbagai jenis bakteri yang telah diketahui sebagai
agen penyabab penyakit mastitis antara lain: Streptococcus agalactiae,
Streptococcus disgalactiae, Streptococcus uberis, Streptococcus zooepidemicus,
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Enterobacter aerogenes dan pseudomonas
aeruginosa. Dalam keadaan tertentu dijumpai pula Mycoplasma sp. dan Nocardia
asteroides (Akoso, 1996).
Milk fever yang terjadi pada sapi perah disebabkan karena adanya gangguan
metabolisme mineral. Peranan glandula tak bersaluran pituitary, pada thyreoidea
dan ovaria menentukan terjadinya penyakit ini terutama pada ternak berproduksi
air susu tinggi pada periode laktasi ketiga atau sampai kelima yang menerima
ransum dengan protein tinggi dan kondisi sapi sebenarnya dalam keadaan baik.
Banyak kejadian terjadi pada 3 hari pertama setelah melahirkan (Reksohadiprodjo,
1984).
Penularan Brucellosis dapat terjadi melalui pencernaan makanan yang bercampur
dengan Brucellosis. Media yang dapat membawa penyakit adalah jerami,
konsentrat, air minum, lantai kandang, kotoran kelamin, selaput fetus atau fetus.
Infeksi dari induk bisa melalui plasenta sebelum lahir atau melalui air susu setelah
lahir tetapi penularan ini tidak selalu menyebabkan penyakit pada anak dan
biasanya akan menghilang beberapa minggu kemudian karena adanya imunitas
yang pasif (Hardjopranjoto, 1995).
Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap
penyakit menular antara lain :
1. Menghapus hama kandang dan peralatan lainnya. Semua kandang dan yang
hargamnya relatif murah seperti bahan-bahan dari jerami, kertas dan lain-lain harus
dibakar. Untuk benda-benda yang harganya mahal sebaiknya disucihamakan saja.
2. Membakar bangkai hewan ternak. Semua hewan ternak yang mati akibat
penyakit menular, yang menurut ketentuan undang-undang harus dibakar, maka
perlu dibakar.
3. Mengubur bangkai. Bila keadaan tidak mamungkinkan, karena tidak ada bahan
bakar, sebaiknya bangkai dikubur saja, dengan ketentuan liang kubur tidak boleh
kurang dari 2 m dalamnya.
4. Menghapus hama orang dan hewan. Bagi orang-orang serta hewan yang terkena
penyakit menular dapat dicuci dengan menggunakan sabun dan air hangat,
kemudian digosok dengan obat-obatan desinfektan seperti : kreolin, lysol, karbol,
dan lain-lain (Girisonta, 1974).
H. Penanganan Feses
Limbah sapi dapat berupa kotoran/feses dan air seni. Saat ini, limbah sapi yang
dijadikan kompos atau pupuk organik banak diminati masyarakat. Hal ini
disebabkan harga pupuk kimia relatif mahal dan merusak zat hara tanah.
Pengolahan limbah sapi menjadi kompos jika dilakukan dengan benar akan menjadi
sumber penghasilan tambahan. Pengolahan limbah sapi ini bisa dilakukan dengan
berbagai cara, tergantung dari bahan tambahan yang digunakan (Sudono, 2003).
Tinja atau feses ternak dapat dikelola dengan baik untuk tujuan yang bermanfaat
misal untuk pembuatan pupuk, makanan ikan serta dapat pula dimanfaatkan
sebagai energi bio gas. Gas bio adalah campuran gas-gas yang dihasilkan dari
suatu proses fermentasi bahan organik oleh bakteri dalam keadaan tanpa oksigen.
Campuran gas yang dihasilkan dari proses fermentasi tersebut adalah methan,
karbondioksida, nitrogen, karbon monoksida, oksigen, propan, hidrogen sulfida dan
sebagainya (Jauhari, 1986).
Kotoran sapi bila didekomposisi dengan stardec yang mengandung mikroorganisme
cell akan menghasilkan pupuk organik disebut sebagai fine compost. Fine compost
akan menyuplai unsur hara yang ddiperlukan tanaman sekaligus memperbaiki
struktur tanah. Hasilnya, biaya produksi lebih rendah dan produksi meningkat.
Stardec dihasilkan LHM (Lembah Hijau Multifarm), bertujuan sebagai salah satu
upaya membantu tercapainya keseimbangan, serta membuat limbah-limbah yang
tidak berguna menjadi berdaya guna dan berdaya hasil. Limbah seperti kotoran
ternak dan blotong pabrik gula yang diolah dengan stardec mampu menciptakan
sebuah solusi untuk meningkatkan martabat alam yang seimbang (Trobos, 2001).
Biogas diproduksi bakteri dari bahan organik di dalam kondisi hampa udara
(anaerobic process). Proses ini berlangsung selama pengolahan atau fermentasi.
Gas tersebut sebagian besar terdiri dari CH4 dan CO2. Campuran gas ini mudah
terbakar jika kadar methane yang terkandung mencapai lebih dari 50%. Biogas
yang berasal dari kotoran ternak kira-kira berisi 60% methane (Sasse, 1992).
Pengambilan kotoran ternak sapi perah sebaiknya dilakukan di pagi hari.
Pengambilan kotoran pada pagi hari memiliki beberapa keuntungan, yaitu segera
tercipta lingkungan yang bersih dan pemerahan susu dilakukan pada kondisi
lingkungan bersih sehingga kebersihan susu lebih terjamin. Cara pengambilan
kotorannya biasanya dilakukan dengan mengguyur kotoran yang berserakan
dengan air kearah parit. Selanjutnya dari selokan ini kotoran digiring ke satu bak
penampungan. Setelah itu, kotoran ini diambil dengan serok untuk disimpan di
tempat penampungan. Jika jumlah sapinya tidak banyak, pengambilan juga dapat
dilakukan langsung dengan menyerok kotoran yang berserakan di lantai (Setiawan,
1996).
C. Metode Praktikum
Metode yang dilakukan dalam praktikum Manajemen Ternak Perah ini adalah
praktikan melakukan serangkaian kegiatan pemeliharaan sapi perah perusahaan,
meliputi ;
1. Membersihkan kandang ternak
2. Membersihkan tempat pakan dan tempat minum ternak
3. Mencampur pakan konsentrat
4. Memberikan pakan konsentrat
5. Mencacah hijauan segar
6. Memberikan hijauan segar
7. Melakukan pemerahan
8. Mengumpulkan dan menyaring susu
9. Memandikan ternak
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Manajemen Pedet
1. Hasil Pengamatan
a. Pakan
1. Pemberian kolostrum terhadap pedet selama 7 hari
2. Penyapihan pedet pada umur 2,5 - 3 bulan
3. Makanan cair pedet berupa; susu segar ± 4,5 liter sampai disapih selama 2,5
bulan.
4. Pakan konsentrat dan hijauan mulai diberikan pada umur 3 bulan.
5. Rincian pemberian pakan cair;
a. Umur pedet 1-7 hari berupa kolostrum
b. Umur pedet 8 hari hinggga minggu ke 12 berupa susu segar murni dari induk.
b. Kandang Pedet
1. Pedet prasapih = kandang batterey, koloni dengan ukuran 3 x 4 m2 untuk 5 – 7
pedet.
2. Pedet sapih, tidak dijatah per ekor, kandang berupa kandang lantai semen, koloni
ukuran 5 x 6 m2.
c. Perlakuan terhadap pedet
1. Dehorning tidak dilakukan, karena dengan adanya tanduk ternak tidak terganggu
2. Pemberian tanda /identifikasi tidak dilakukan, karena pemilik sudah hafal dengan
ternaknya.
3. Pemotongan puting tambahan tidak dilakukan, dengan alasan tidak mengganggu
dan tidak berpengaruh pada sapi.
4. Pencatan / recording tidak dilakukan dengan alasan pemilik sudah hafal dengan
ternaknya.
E. Manajemen Kesehatan
1. Hasil Pengamatan
a. Kebersihan Ternak
1. Frekuensi memandikan sapi: satu kali sehari
b. Memandikan sapi dilakukan pada saat : setelah pemerahan pagi
c. Bagian-bagian tubuh yang dibersihkan saat memandikan sapi: seluruh bagian-
bagian tubuh
d. Penyakit, pencegahan dan pengobatan
1. Vaksinasi terhadap penyakit : Dilakukan oleh dinas peternakan
2. Penyakit yang pernah dialami :
a. Mastitis
b. Diare
c. Kembung
d. Milk fever
e. Penyakit mulut dan kuku (PMK)
3. Diagnosa dan pengobatan :
a. Dilakukan sendiri
b. Dilakukan oleh Mantri Hewan
4. Obat-obatan yang biasa digunakan :
a. Obat modern
- Obat dari mantri hewan
b. Obat tradisional
- Jamu
5. Pemeriksaan sapi oleh dinas : dilakukan enam bulan sekali
e. Reproduksi Ternak
Reproduksi ternak sapi-sapi di Umbul Jaya berjalan baik, di samping perkawinan
dilakukan secara alami dengan 4 pejantan yang ada (1 pejantan prasapih, 2
pejantan dewasa dan 1 pejantan dewasa). Pedet disapih ketika berumur 3–4
bulan dan disendirikan, untuk sapi-sapi dara dikandangkan dalam kandang koloni
dan segera dikawinkan apabila sudah berahi. Penyediaan bibit sapi perah serta sapi
laktasi tidak ada hambatan. Pada perkawinan alami tidak mengalami hambatan,
tergantung pengawasan peternak yang mengawinkan.
f. Pemasaran Susu
Produk utama peternakan sapi perah Umbul Jaya berupa susu segar. Pemasaran
susu dilakukan dengan menjual ke Pasar Gede, serta dipasarkan di peternakan itu
sendiri. Yang menjadi permasalahan adalah kadang-kadang susu yang dipasarkan
tidak semua dapat habis dalam waktu itu juga, sehingga ada susu yang tersisa. Sisa
susu ini dimanfaatkan untuk konsumsi sendiri. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut antara lain bisa dilakukan dengan memperluas lokasi pemasaran atau
dengan menggunakan jasa loper yang bisa menjualkannya di warung-warung atau
terminal-terminal.
g. Penanganan Susu Pasca Pemerahan
Susu hasil pemerahan langsung dimasukkan dalam milkcan. Sebelum digunakan
untuk tempat susu milkcan telah dicuci terlebih dahulu dengan tujuan agar susu
tidak terkontaminasi. Susu yang telah dimasukkan dalam milkcan langsung
dipasarkan baik keluar maupun di dalam lingkungan perusahaan tersebut. Di
perusahaan ini tidak dilakukan perlakuan pada susu lebih lanjut karena otomatis
akan menambah biaya dan peralatan serta tenaga yang digunakan serta SDM yang
kurang memadai.
A. Kesimpulan
1. Kandang pedet menggunakan Perusahaan sapi perah “ Umbul Jaya “ didirikan
pada tahun 1960 dengan modal awal 5 ekor sapi perah PFH laktasi hingga kini
berjumlah 48 ekor dan luas kandang + 400 m2.
2. Stuktur organisasi, job diskripsi dan jaminan kesejahteraan karyawan di
perusahaan sapi perah “ Umbul Jaya “ tidak ada.
3. Lokasi perusahaan dan tata letak perkandangan cukup bagus.
4. Pemberian kolostrum pada pedet dilakukan setelah pedet dilahirkan sampai
umur 7 hari selanjutnya diberi susu segar dari induk.
5. Kandang berlantai semen dengan sistem koloni dengan ukuran 5 x 6 m2.
6. Sapi dara adalah sapi yang berumur 9 bulan sampai dengan sapi itu beranak
pertama kali.
7. Sapi dewasa dicapai pada umur 15 – 18 bulan.
8. Masa laktasi sapi perah adalah + 7 bulan.
9. Rata-rata produksi susu total / hari : 140 liter, sedang perekor/hari adalah 5-7
liter.
10. Pemasaran susu langsung ke konsumen tanpa mendapatkan perlakuan.
11. Pemandian ternak dilakukan 1 kali sehari pada pagi hari sebelum dilakukan
pemerahan.
12. Penyakit yang pernah dialami adalah mastitis, diare, dan kembung.
13. Pemeriksaan kesehatan dilakukan secara perioik oleh dinas setiap 6 bulan
sekali.
14. Peralatan kandang adalah tempat pakan dan air minum, ember penampung
susu, wadah susu, alat penyaring susu dan peralatan tambahan meliputi; sapu lidi,
pemotong rumput, keranjang rumput, selang air, sikat, garuk, cangkul, dan
timbangan.
15. Kamar susu berfungsi untuk menyimpan dan mengelola susu sebelum
dipasarkan.tetapi disini belum dimanfaatkan.
16. Kotoran ternak belum dimanfaatkan.
B. Saran
1. Waktu pelaksanaan praktikum hendaknya lebih lama
2. Penanaman hijauan hendaknya dilakukan untuk efisiensi biaya.
3. Penangan feses hendaknya dilakukan, apabila tidak mampu hendaknya bekerja
sama dengan instansi atau mahasiswa agar tidak menjadi permasalahan
dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
.
Ekonomi Produksi Peternakan Kambing/Domba di Kabupaten Gunungkidul
Wednesday, September 22, 2010 7:41 PM
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha ternak domba dan kambing umumnya merupakan usaha sampingan yaitu
bagian dari usaha pertanian. Ternak ini dipelihara secara tradisional, yakni
pemberian pakan masih terbatas (hijuan pakan ternak yang tersedia berupa
rumput-rumputan dan semak dengan sedikit atau tidak ada pakan tambahan) dan
belum ada manajemen yang terarah (Sugeng, 2000).
Pengembangan domba dan kambing sebagai salah satu ternak potong masih
banyak mengalami hambatan karena pemeliharaan domba dan kambing masih
dilakukan secara tradisional. Pemberian pakanya hanya sekedarnya tanpa
memperhitungkan kebutuhan standar gizi. Bahkan sering dijumpai domba dan
kambing dilepas begitu saja untuk mencari makan sendiri. Tata laksana program
pemeliharaanya tidak baik dan kandangnya hanya di buat sekedar tempat
berlindung dari terik matahari disiang hari dan dingin di malam hari (Cahyono,
1998).
Konsentrat merupakan makanan penguat yang terdiri dari bahan baku yang kaya
karbohidrat dan protein seperti jagung kuning, bekatul, gandum dan bungkil-
bungkilan. Konsentrat untuk ternak domba umumnya disebut makanan penguat
atau makanan yang memiliki kandungan serat kasar kurang dari 18% dan mudah
dicerna (Sodiq dan Abidin, 2002).
Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yaitu semua hal yang harus di
keluarkan untuk membuat suatu produk, yang diperlukan, yang tidak dapat
dihindarkan, dapat diperkirakan, dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu
produk (Cyrilla dan Ismail, 1988).
Untuk mendapatkan keuntungan dan untuk mengetahui seberapa besar
perkembangan perusahaan peternakan serta untuk merencanakan perkembangan
perusahaan kedepannya maka suatu perusahaan peternakan haruslah
memperhatikan dan memperhitungkan ekonomi perusahaannya dengan teliti serta
perusahaan haruslah mimiliki laporan keuangan yang disusun dengan baik dan rapi,
setiap pemasukan dan pengeluaran perusahaan haruslah dicatat dengan jelas
dalam laporan keuangan. Dengan mengetahui perekonomian dan melihat laporan
keuangan maka kita dapat menetapkan kebijakan-kebijakan yang tepat yang harus
diambil demi kemajuan perusahaan (Adisaputro, 1993).
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum Ekonomi Produksi Peternakan ini antara lain :
1. Bagaimana kondisi finansial usaha peternakan kambing/domba?
2. Bagaiman perhitungan analisis regresi dan korelasi pada usaha peternakan
kambing/domba?
C. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum Ekonomi Produksi Peternakan ini antara lain :
1. Mahasiswa mengetahui tentang sistem pengelolaan usaha peternakan
khususnya tentang analisis finansial/ekonomi.
2. Sebagai pengalaman empiris bagi mahasiswa dan mempermudah mahasiswa
dalam menguasai ilmu tentang ekonomi produksi peternakan.
D. Manfaat Praktikum
Manfaat praktikum Ekonomi Produksi Peternakan ini bagi mahasiswa yaitu dapat
menambah pengetahuan mahasiswa berkenaan dengan ekonomi produksi dibidang
peternakan khususnya masalah finansial/ekonomi.
F. Kerangka Pemikiran
Studi-studi ekonomi rumahtangga yang dilakukan secara simultan pada umumnya
menggunakan kerangka pemikiran model ekonomi rumahtangga yang dirumuskan
oleh Becker (1965) yang selanjutnya dikembangkan oleh Barnum dan Squire (1978)
dan Sing et al (1986) sehingga membentuk model dasar bagi analisis ekonomi
rumahtangga.
III. MATERI DAN METODE
2. Kondisi Geografis
Letak geografi: 110O 21' sampai 110O 50' bujur timur
7O 46'sampai 8O 09' lintang selatan.
Batas Wilayah Kabupaten Gunungkidul:
Sebelah Barat : Kabupaten Bantul dan Sleman (Propinsi DIY).
Sebelah Utara : Kabupaten Klaten dan Sukoharjo (Propinsi Jawa Tengah).
Sebelah Timur : Kabupaten Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah).
Sebelah Selatan : Samudera Hindia
3. Kondisi Demografis
a. Tabel Jumlah Penduduk
No. Kecamatan Luas Wilayah
(Km 2 ) Jumlah Penduduk Kepadatan (jiwa / Km 2)
1. Panggang 99,80 26.500 266
2. Purwosari 71,76 18.751 261
3. Paliyan 58,07 29.937 516
4. Saptosari 87,83 25.431 403
5. Tepus 104,91 33.714 321
6. Tanjungsari 71,63 26.387 368
7. Rongkop 83,46 28.912 346
8. Girisubo 94,57 23.770 251
9. Semanu 108,39 53.611 495
10. Ponjong 104,49 51.143 489
11. Karangmojo 80,12 49.782 621
12. Wonosari 75,51 75.517 1000
13. Playen 105,26 53.395 507
14. Patuk 72,04 28.833 400
15. Gedangsari 68,14 36.956 542
16. Nglipar 73,87 29.789 403
17. Ngawen 46,59 31.447 675
18. Semin 78,92 51.335 650
Jumlah 1.485,36 686.772 461
Sumber: BPS Kabupaten Gunungkidul Proyeksi SP 2000- SUPAS 2005
c. Pekerjaan Penduduk
Secara keseluruhan jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk
laki-laki, yaitu 349.799 perempuan dan 335.411 laki-laki.
Dilihat dari status pekerjaan utama, sebagian besar penduduk Kabupaten
Gunungkidul bekerja sebagai pekerja keluarga sekitar 36,56% dari jumlah
penduduk yang bekerja. Sedangkan yang berusaha dengan dibantu buruh tetap,
masih sangat sedikit yaitu sekitar 0,80 %.
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputro, G., 1993. Anggaran Perusahaan. Edisi kelima. Penerbit BPFE-Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Andri.1992. Analisis Aspek Teknis, Fungsi Keuntungan, dan Efisiensi Ekonomi Relatif
Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat Di Kecamatan Pengalengan, Kabupaten
Bandung. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Anonim, 2009. Pendapatan. http://www.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal
19 Mei 2010.
Brigham, F. E. dan F. J. Westen., 1990. Dasar Manajemen Keuangan (alih bahasa:
A. Sirait). Penerbit Erlangga. Jakarta.
Cahyono, B., 1998. Beternak Domba dan Kambing. Kanisius. Jakarta.
Cyrilla, L., dan Ismail. A., 1998. Usaha Peternakan. Diktat Kuliah. Jurusan Sosial
Ekonomi. Fakultas Peternakan. IPB, Bogor.
Downey, D. W. dan S. P. Erickson., 1988. Manajemen Agribisnis. Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Hadiana, M. H., 1990. Pendugaan Skala Usaha, Respon Suplai, dan Efisiensi
Ekonomi Relatif Peternakan Sapi Perah. Tesis. Fakultas Pasca Sarjana. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Priyono, 2010. Efisiensi Ekonomi. http://rac.uii.ac.id. Diakses pada tanggal 19 Mei
2010.
Rasyaf, M., 2002. Beternak Kambing. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Sodiq, A., dan Z. Abidin., 2002. Penggemukan Domba.. (Kiat Mengatasi
Permasalahan Praktis). Agromedia Pustaka, Jakarta.
Soekartawi, A. Soehardjo, A. J. L. Dillon dan J. B. Hardaker., 1986. Ilmu Usaha Tani
dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Subandriyo, B. Setiyadi, D. Priyanto, M. Rangkuti, W,K, Sejati, D, Anggraeni, Hastono
dan O.S. Butarbutar, 1995. Analisis Potensi Kambing Peranakan Ettawa dan
Sumberdaya di Daerah Sumber Bibit Pedesaan. Puslitbang Peternakan Bogor.
Suharno, B dan Nazaruddin., 1994. Ternak Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sugeng, Y. B., 2000. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Surkiyono, 2004. Penerimaan Perusahaan. http://pse.litbang.deptan.go.id. Diakses
pada tanggal 19 Mei 2010.
Sutama, I.K., 1994. Kinerja Reproduktivitas Sekitar Puberitas dan Beranak Pertama
Kambing Peranakan Ettawa (PE). Ilmu dan Peternakan. Balitnak Ciawi, Bogor.
Sutrisno, 2000. Manajemen Keuangan. Teori, Konsep dan Aplikasi. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
Syamsudin, L., 2002. Manajemen Keuangan Perusahaan. Konsep Aplikasi dalam
Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan. PT. Raja Grafindo Perkasa,
Jakarta.
Utomo, Budi., 2003. Teknologi Usaha Perbibitan Kambing. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP). Jawa Tengah.
SALURAN TATANIAGA PADA TERNAK AYAM
Wednesday, September 22, 2010 7:24 PM
SALURAN TATANIAGA TERNAK PADA AYAM
I. PENDAHULUAN
Salah satu tujuan dalam pembangunan sektor pertanian adalah terpenuhi
kebutuhan pangan penduduk yang terus meningkat. Swasembada pangan harus
dimantapkan dalam arti luas tidak hanya terbatas pada beras akan tetapi
mencakup kebutuhan pangan rakyat secara total termasuk hasil ternak yang
merupakan sumber karbohidrat, protein dan lemak. Kondisi ini akan mendorong
terciptanya sistem pangan yang berkelanjutan.
Dalam kerangka agribisnis sebagai suatu pendekatan pengelolaan usaha yang
secara menyeluruh, maka penanganan peternakan sebagai rangkaian kegiatan
beberapa sub sistem yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Sub-
sub sistem tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk kegiatan peternakan (on-
farm activities) dan kegiatan luar peternakan (of-farm activities) yang mencakup: 1)
pengadaaan sarana produksi 2) industri pengolahan hasil 3) tataniaga 4) jasa-jasa
penunjang (Bungaran, 1993; Priyadi, 2004).
Usaha peternakan ayam broiler (ras) ditinjau dari aspek finansial merupakan
salah satu usaha di bidang agribisnis yang memberikan keuntungan
(Suharno, 2002; Priyadi, 2004). Dalam menjalankan usaha ayam broiler terdapat 2
jenis pengelolaan, yakni dikelola secara mandiri (peternak mandiri) dan dikelola
dalam bentuk plasma-inti (peternak plasma inti). Para pedagang dalam
menjalankan usahanya benar-benar dikelola sebagai usaha memperoleh
pendapatan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Lain halnya dengan para
peternak yang dalam menjalankan usahanya relatif kurang memberikan
keuntungan, sehingga sebagian kecil para peternak dalam melakukan usahanya
sebagai usaha sampingan.
II. PEMBAHASAN
Pada gambar di atas, peternak mandiri dalam melakukan penjualan sebagian besar
adalah kepada pedagang pengumpul. Untuk peternak plasma, produksi ayam
broiler semuanya dijual kepada pedagang pengumpul yang ditunjuk perusahaan
inti. Para pedagang pengumpul dalam memperoleh komoditas dagangannya adalah
menerima penjualan dari para peternak yang langsung menjual kepada mereka
tetapi yang paling banyak dengan "sistem jemput bola".
Para pedagang besar dalam upaya memperoleh komoditas dagangannya
memperoleh pasokan dari para peternak dan pedagang pengumpul yang langsung
datang.
Berdasarkan gambar terdapat 5 saluran dalam sistem pemasaran ayam ras
pedaging (broiler) yaitu:
Saluran I : Peternak – P. Pengumpul – P.Eceran – Konsumen
Saluran II : Peternak – P. Pengumpul –Konsumen
Saluran III: Peternak – P. Pengumpul – P.Besar – P. Eceran – Konsumen
Saluran IV: Peternak – P. Besar – P. Eceran– Konsumen
Saluran V : Peternak – P. Eceran – Konsumen
Peternak plasma menggunakan saluran I, II, dan III karena peternak plasma menjual
produksi ayam broiler semuanya dijual kepada pedagang pengumpul yang ditunjuk
perusahaan inti. Sedang peternak mandiri memasarkan produksi melalui kelima
saluran pemasaran.
Produsen/peternak
Pengumpul/pemasok
Supermarket Pengecer
Konsumen/exportir
Bagi peternak ayam kampung petelur yang bermodal besar dengan produk yang
kontinu, akan dapat memotong jalur pemasaran, yaitu dengan cara menjual
langsung ke toko-toko besar atau langsung diekspor. Namun, bagi peternak kecil
mungkin hal ini masih sulit dilakukan mengingat produk yang dihasilkan tidak bisa
kontinu dan jumlahnya belum mencukupi. Oleh karena itu pemasaran lebih
cenderung menggunakan jalur lain, misalnya melalui pemasok, pengecer, atau
langsung ke konsumen.
Dari gambar 2 di atas terlihat bahwa beberapa kemungkinan jalur penjualan telur
dari peternak. Sedikitnya ada lima kemungkinan yang dapat dilakukan oleh
petenak, yaitu pemasok, pengecer, supermarket, eksportir, atau langsung ke
konsumen. Dari kelima kemungkinan tersebut yang paling banyak dilakukan oleh
peternak adalah melalui pemasok, pengecer, atau langsung dijual ke konsumen.
Pemasok itu sendiri terdiri dari beberapa pedagang perantara, mulai dari yang kecil,
menengah, sampai yang besar. Biasanya di setiap daerah selalu ada pemasokyang
dapat menampung produksi telur ayam kampung . Pedagang pengecer pun
bervariasi mulai dari yang kecil hingga yang besar. Mulai dari para pedagang
sayur-sayuran keliling, pedagang pengecer di pasar, sampai toko-toko kelontong
dan barang keperluan sehari-hari (took seba ada dipisahkan karena mempunyai
karakteristik system penjualan yang agak berbeda). Sedangkan yang dapat
digolongkan sebagai konsumen langsung adalah ibu rumah tangga, penjual jamu,
atau rumah makan. Penjualan ke toko serba ada dan eksportir biasanya hanya
dialkukan oleh peternak yang cukup besar karena memerlukan kualitas dan
kontinuitas produksi yang baik. Dalam kasus-kasus tertentu, seringkali para
pemasok mendatangi langsung para peternak nuntuk mendapatkan telur ayam
kampung (Sujionohadi, 2007).
KESIMPULAN
Bentuk usaha ternak ayam ras pedaging adalah sistem plasma dan sistem mandiri.
Pada peternak plasma menggunakan tiga saluran pemasaran dan yang dominan
saluran peternak – pedagang pengumpul – pedagang besar – pedagang pengecer –
konsumen. Sedang peternak mandiri lebih bervariasi ada lima saluran pemasaran
dan yang dominan adalah saluran peternak – pedagang pengecer – konsumen.
Ada lima kemungkinan jalur penjualan telur ayam kampung yang dapat dilakukan
oleh petenak, yaitu pemasok, pengecer, supermarket, eksportir, atau langsung ke
konsumen. Dari kelima kemungkinan tersebut yang paling banyak dilakukan oleh
peternak adalah melalui pemasok, pengecer, atau langsung dijual ke konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
A. Latar Belakang
Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani yang sangat penting.
Sapi perah sebagai penghasil susu berperan sangat penting sebagai pengumpul
bahan-bahan yang tidak bermanfaat sama sekali bagi manusia seperti rumput,
limbah, dan hasil ikutan lainnya dari produk pertanian. Air susu sebagai sumber gizi
berupa protein hewani yang sangat besar manfaatnya bagi bayi, sebagai masa
pertumbuhan, orang dewasa dan lanjut usia. Susu memiliki kandungan protein yang
tinggi sehingga sangat menunjang pertumbuhan, kecerdasan, dan daya tahan
tubuh.
Susu sapi mengandung semua bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak
sapi yang dilahirkan. Susu juga dapat digunakan sebagai bahan minuman manusia
yang sempurna karena di dalamnya mengandung zat gizi dalam perbandingan yang
optimal, mudah dicerna, dan tidak ada sisa yang terbuang. Air susu sebagai sumber
gizi berupa protein hewani sangat besar manfaatnya bagi bayi, bagi mereka yang
sedang dalam proses tumbuh, bagi orang dewasa dan bahkan bagi yang berusia
lanjut. Susu dengan kandungan protein yang cukup tinggi dapat menunjang
pertumbuhan, kecerdasan, dan daya tahan tubuh.
Peningkatan permintaan produk susu yang tidak diimbangi dengan penambahan
produksi sapi tentu saja akan mengakibatkan kebutuhan akan susu tidak dapat
terpenuhi. Pemenuhan produk susu dengan penambahan populasi ternak sapi
perah membutuhkan proses yang panjang. Hal ini membuktikan bahwa
pengembangan usaha ternak sapi perah memiliki peluang dan prospek usaha yang
sangat cerah.
Efisiensi pengembangbiakan dan pengembangan usaha ternak perah dapat dicapai
apabila peternak memiliki perhatian terhadap tata laksana pemeliharaan dan
manajemen pengelolaan yang baik. Adanya manajemen dalam pengelolaan
merupakan sesuatu hal yang wajib bagi seseorang pengusaha ternak untuk
dimengerti dan dipahami. Jika semuanya tersebut dapat dikuasai oleh peternak
maka akan menghasilkan hasil yang maksimal.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari pelaksanaan Praktikum Ilmu Ekonomi Perusahaan Peternakan ini
adalah:
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami suatu perusahaan peternakan
dari sisi manajemen perusahaan dan analisis finansial.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang manajemen perusahaan peternakan
khususnya tentang analisis finansial.
c. Mahasiswa lebih mudah dalam memahami dan menguasai Ilmu Ekonomi
Perusahaan Peternakan dan dapat menerangkan di lapangan.
C. Manfaat Praktikum
Manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan praktikum Ilmu Ekonomi
Perusahaan Peternakan adalah dapat diperoleh wawasan dan pengetahuan baru
tentang manajemen perusahaan peternakan yaitu Peternakan Sapi Perah Umbul
Jaya yang ditinjau dari segi finansial perusaahaan sehingga dapat diketahui sumber-
sumber input dan output dari perusahaan peternakan.
A. Materi Praktikum
Materi yang digunakan dalam praktikum Ilmu Ekonomi Perusahaan Peternakan
adalah Perusahaan Peternakan Sapi Perah “ Umbul Jaya”.
B. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Ilmu Ekonomi Perusahaan Peternakan dilaksanakan pada hari Minggu,
16 Mei 2010 di Perusahaan Peternakan Sapi Perah “Umbul Jaya” yang berlokasi di
Jalan Mojo no. 2, Kelurahan Karang Asem, Kecamatan Laweyan, Surakarta.
C. Jenis Data Praktikum
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan
pemilik/ manajer perusahaan.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu berasal dari catatan yang ada di perusahaan.
D. Metode Pelaksanaan Praktikum
Metode pelaksanaan praktikum yang digunakan dalam praktikum ini adalah
metode observasi dan wawancara secara langsung dengan pemilik/ manajer
Perusahaan Peternakan Sapi Perah “Umbul Jaya”.
Tugu adipura
Dilihat dari lokasi dan layout perkandangan, perusahan sapi Umbul Jaya telah
memenui syarat lokasi maupun syarat-syarat perkandangan yang baik. Letak kantor
terletak di sebelah selatan gudang pakan, kandang terletak di sebelah utara dekat
sungai. Kandang ini terdiri dari kandang pedet, kandang sapi dara, kandang sapi
dewasa, kandang laktasi, kandang pejantan, serta kandang karantina. Kamar susu
terletak di sebelah timur dan sekarang sudah tidak dipakai lagi. Gudang pakan
terletak di antara tempat pemotongan rumput dan kantor. Perumahan karyawan
berada di sebelah timur kandang dan selatan kandang. Dari segi lokasi perusahaan
ini terletak dekat dengan sungai, dekat dengan sumber air, sumber pakan, dekat
dengan jalan raya, dan daerah pemasaran.
Kekurangan dari perusahaan ini adalah kurangnya fasilitas air yang memadai,
karena bila listrik mati akan terjadi kekurangan air sehingga dibuat bak penampung
air, kurangnya pemasaran dari produk susu, bahkan penduduk sekitar ada yang
tidak tahu kalau lokasi tersebut adalah peternakan sapi perah. Kadang terjadi
kekurangan pakan karena pakan yang langka dan cara penaggulangannya yaitu
mengganti dengan jenis pakan yang lain. Kurangnya sanitasi di perusahaan ini juga
terjadi karena kadang bila air sungai tidak mengalir maka limbah sulit dialirkan.
f. Penanggulangan limbah ternak/kotoran ternak
Kotoran sapi (feses) ataupun ternak lainnya sering menimbulkan benturan dengan
kepentingan orang lain. Di satu pihak kita sedang menggalakkan peternakan untuk
dapat menghasilkan produk secara maksimal baik kualitas maupun kuantitasnya, di
lain pihak akan mendapatkan protes dari penduduk sekitarnya jika penanganan
feses tidak dilakukan secara baik, karena adanya pencemaran yang timbul dari
kotoran ternak tadi.
Peternakan “Umbul Jaya” ini merupakan peternakan skala kecil yang lokasinya tidak
jauh dari lokasi pemukiman penduduk. Bahkan rumah peternaknya sendiri berada
di lokasi peternakan. Dengan adanya lokasi peternakan yang dekat dengan
pemukiman penduduk, maka pencemaran lingkungan pun tidak dapat dihindari.
Pengambilan kotoran ternak sapi perah biasanya dilakukan pada pagi dan siang
hari. Menurut Setiawan (1996), pengambilan kotoran di pagi dan siang hari ini
mempunyai beberapa keuntungan, yaitu segera tercipta lingkungan yang bersih
dan pemerahan susu dilakukan pada kondisi lingkungan yang bersih sehingga
kebersihan susu lebih terjamin.
Kotoran sapi perah di “Umbul Jaya” dialirkan ke lubang penimbunan dengan cara
mengguyur atau menyiram kotoran sapi tersebut dengan air ke arah parit yang
kemudian ditempatkan di lubang penimbunan. Kotoran yang ada pada lubang
penimbunan, langsung dibuang ke sungai tanpa dilakukan pemrosesan lebih dulu,
karena memang peternakan ini bersebelahan dengan sungai yang cukup besar.
Penanganan feses yang kurang baik akan menganggu dan menimbulkan
pencemaran daerah sekitarnya. Untuk mengurangi resiko pencemaran lingkungan,
peternak dapat memanfaatkan kotoran ternak tersebut untuk hal yang bermanfaat,
misalnya diolah menjadi pupuk.
Pencemaran yang diakibatkan oleh limbah yang dihasilkan oleh perusahaan tidak
begitu ditanggapi oleh warga sekitar dengan alasan bahwa perusahaan sapi perah
tersebut sudah berdiri lama bahkan jauh sebelum terdapat pemukiman penduduk,
di samping itu limbah yang dihasilkan berupa feses ataupun urine sapi tidak begitu
mengganggu warga sekitar perusahaan.
g. Peran perusahaan dalam memberdayakan masyarakat sekitar
Didukung dengan kekuatan sumber daya manusia yang bertempat tinggal disekitar
lokasi peternakan, UD. Umbul Jaya terus menempa diri untuk dapat
mengembangkan usaha agribisnis sehingga dapat memberi keuntungan secara
bisnis dan peningkatan kualitas kehidupan bagi seluruh komponen yang manjadi
keluarga besar UD. Umbul Jaya.
Sumber daya tenaga yang melimpah dari penduduk disekitar lokasi peternakan
menjadikan suatu keuntungan tersendiri dari UD. Umbul Jaya. Tanpa mengurangi
rasa hormat dan saling menjaga UD. Umbul Jaya juga menggunakan warga sekitar
sebagai karyawan/pekerja dipeternakan. Sosialisasi terhadap warga disekitar
peternakan juga sering dilakukan untuk menghindari komplain dari warga yang
sering mengeluh karena polusi yang dihasilkan baik suara maupun bau yang
ditimbulkan.
h. SWOT analysis dalam pengembangan usaha peternakan
Dalam mempertahankan kondisi perusahaan yang tetap produksi, maka
perusahaan harus mempunyai kekuatan yaitu permintaan akan susu semakin
meningkat dengan hasil susu sebanyak 100 lt/hari dari 12 ekor sapi. Dengan
manajemen pemeliharaan yang baik maka produksi susu akan menghasilkan
produksi tinggi. Kekuatan yang mendukung perusahaan ini adalah keuletan dalam
usaha dan mempertahankan kelangsungan dari perusahaan itu sendiri. Dengan
dukungan personal perusahaan yang kuat masalah tersebut dapat diatasi dengan
lancer yaitu dengan menjual produk langsung ke konsumen dan perusahaanlah
yang menentukan harga langsung. Bahan pakan yang mahal dapat diatasi dengan
mencampur paka dengan bahan pakan (bekatul) yang lebih murah tanpa
mengurangi kandungan nutrisinya.
Setiap perusahan pasti mempunyai halangan dan hambatan dalam menjalankan
usahanya, tidak terkecuali UD. Umbul Jaya. Hambatan yang sangat terasa yaitu
harga jual susu yang masih rendah, karena yang menjadi dasar dari biaya
operasional setiap hari hanya dari penjualalan susu, sehingga bila harga susu tetap
terus rendah bisa dipastikan tidak bisa menutup biaya operasionalnya. Selain itu,
harga bahan baku pakan yang kian hari kian merangkak naik menjadikan masalah
tersendiri yang sangat membebani. Sedangkan kelemahan yang dihadapi adalah
biaya pakan yang besar sebab pakan dengan membeli yang menyebabkan
pembengkakan pengeluaran apalagi pada saat musim kemarau, tetapi pengeluaran
yang besar tersebut bias diimbangi dengan penjualan sapi afkir atau sapi yang
sudah tidak produktif.
Sebagai langkah kedepan, usaha sapi potong saat ini telah/mulai dikembangkan
melalui trading atau pembibitan sendiri. Selain dari segi akan kebutuhan susu yang
semakin meningkat dan harga susu yang cukup stabil dan cenderung naik, maka
perusahaan ini mempunyai peluang untik masa depannya. Selain di daerah tersebut
hanya perusahaan ini satu-satunya perusahaan sapi perah, maka peluang untuk
membuka usaha ini semakin besar, karena tidak ada pesaing dan lokasinya yang
mudah dijangkau yaitu di sekitar kota Solo. Dengan kekuatan sumber daya manusia
yang bertempat tinggal disekitar lokasi usaha peternakan, UD. Umbul Jaya terus
menempa diri untuk dapat mengembangkan usaha agribisnis sehingga dapat
memberi keuntungan secara bisnis dan peningkatan kualitas kehidupan bagi
seluruh koponen yang menjadi keluarga besar UD. Umbul Jaya.
Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang peternakan, perusahaan Umbul
Jaya pastilah mempunyai beberapa hal yang dapat menjadi ancaman bagi
kelangsungan perusahaan ini sendiri. Ancaman tersebut antara lain adalah masalh
limbah yang mungkin akan mengganggu masyarakat sekitar sehingga dapat
menyebabkan protes dari warga. Ancaman lain adalah adanya kondisi
perekonomian yang tidak stabil, yaitu harga pakan yang terus naik dan harga susu
yang turuyn dapat menyebabkan adanya kerugian pada perusahaan. Ancaman lain
adalah produk susus yang berasal dari Boyolali yang dijual ke Solo dapat menjadi
pesaing dalam proses penjualan susu, karena harganya lebih murah.
B. Analisis Finansial
Kebutuhan dana dari perusahaan peternakan sapi perah “Umbul Jaya” dapat
dirincikan sebagai berikut:
a. Modal Investasi
Tanah+ Bangunan 7000 m2 (Rp 1.400.000,00/m2) = Rp 9.800.000.000,00
Peralatan = Rp 1.800.000,00+
Total modal investasi = Rp 9.801.800.000,00
b) Rentabilitas (%)
= Laba x 100 %
Modal
= Rp 1.713.710.000,00 x 100%
Rp 10.276.890.000,00
= 0,17 %
c) Payback Period of Credit (PPC)
PPC = Investasi x 1 tahun
Keuntungan
= Rp 10.276.890.000,00 x 1 tahun
Rp 1.713.710.000,00
= 5,99 Tahun
d) Break Even Point (rupiah)
BEP = Fixed cost
(1-(variable cost/penjualan)
= Rp 32.800.000,00
(1-( Rp 457.490.000,00/ Rp 2.204.000.000,00)
= Rp 41518987,34
e) Asset Turn Over (ATO)
ATO = Hasil produksi per tahun/modal
= Rp 2.204.000.000,00
Rp 10.276.890.000,00
= 0,21 kali
f) EBIT
HPP = Variable cost + Biaya penj.(1% dari hasil prod.) + Fixed cost
= Rp 457.490.000,00 + ( 1% x Rp 2.204.000.000,00) +
Rp 32.800.000,00
= Rp 512.330.000,00
EBIT = (Hasil prod - HPP) - Biaya administrasi (1% dari hasil prod.)
= Rp 2.204.000.000,00 - Rp 512.330.000,00 –
(1% x Rp 2.204.000.000,00)
= Rp 1.669.630.000,00
g) Profit Margin
Profit margin = ( EBIT ) x 100%
Hasil Prod.
= Rp 1.669.630.000,00 x 100%
Rp 2.204.000.000,00
= 75,75 %
h) ROI
ROI = ATO x Profit Margin
= 0,21 x 75,75 %
= 15,91%
i) BCR
BCR = Total Benefit
Total Cost
= Rp 1.713.710.000,00
Rp 490.290.000,00
= 3,49
j) Efisiensi Usaha
Efisiensi Usaha = Investasi x 100%
Keuntungan
= Rp 10.276.890.000,00 x 100%
Rp 1.713.710.000,00
= 5,99 %
B. Pembahasan
Setiap perusahaan perlu analisis finansial yang berfungsi untuk mengetahui kondisi
perusahaan yang bersangkutan. Hal ini bertujuan jika perusahaan mengalami
kerugian dapat dilakukan upaya perbaikan disegala bidang untuk menghindari
kebangkrutan, sebaliknya apabila perusahaan mengalami keuntungan akan dapat
mengembangkan perusahaan menjadi lebih besar dan berkembang pesat. Hal ini
juga dilakukan oleh UD.Umbul Jaya.
Dengan memilki 35 ekor sapi yang terdiri dari sapi pedet 3 ekor, sapi pejantan 4
ekor, sapi betina bunting 2 ekor, sapi betina laktasi 12 ekor, dan sapi dara 14 ekor.
Dari ke-12 ekor sapi perah yang berproduksi hanya menghasilkan 100 liter susu tiap
harinya. Penghasilan utama dari perusahaan ini berupa produk susu murni yang
langsung dijual kekonsumen dengan harga jual susu Rp 5.000,00 per liter. Dari hasil
input yang diperoleh selama satu tahun sebesar Rp 2.204.000.000,00 dan total
biaya sebesar Rp 490.290.000,00, sehingga diperoleh keuntungan dalam satu
tahun sebesar Rp 1.713.710.000,00.
BCR (Benefit Cost Ratio) merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan
total biaya. Dengan kata lain, BCR merupakan hasil perbandingan antara nilai total
benefit dengan total biaya sebagai indikator biar diterima atau tidaknya investasi
yang dijalankan dalam perusahaan. Nilai BCR dari UD. Umbul Jaya sebesar 3,49 %
dan itu artinya nilai investasi yang dijalankan menguntungkan perusahaan, karena
memilki nilai BCR lebih dari satu ( 1 ). Sedangkan PPC (Payback Period of Credit)
adalah waktu pengembalian investasi setelah investasi ditanamkan dalam
perusahaan. Nilai PPC (Payback Period of Credit) dari UD. Umbul Jaya adalah 5,99
tahun.
BEP (Break Event Poin) merupakan nilai dimana keuntungan yang diterima
perusahaan sama nilainya dengan total biaya yang dikeluarkan, dengan anggapan
bahwa harga jual dari produk sudah tertentu ehingga perusahaan tidak utnung atau
rugi. BEP yang dihasilkan sebesar Rp Rp 41518987,34. Rentabilitas adalah
perbandingan antara laba dengan jumlah modal yang digunakan untuk
menghasilkan laba tersebut. Rentabilitas yang dihasilkan adalah sebesar 0,17 %.
Asset Turn Over (ATO) adalah ratio antara hasil produksi per tahun dibandingkan
dengan jumlah modal. ATO dari perusahaan ini sebesar 0,21 kali dengan profit
margin 75,75 %. Sedangkan ROI merupakan nilai hasil perkalian antara Asset Turn
Over (ATO) dengan profit margin, sehingga dapat diketahui seberapa besar
persentase pengembalian nilai investasi yang ditanamkan perusahaan. sebesar
15,91 %. Dan nilai EBIT UD. Umbul Jaya adalah Rp 1.669.630.000,00.
Secara garis besar perusahaan sapi perah UD. Umbul Jaya setiap tahun mengalami
keuntungan, sehingga sampai saat ini perusahaan masih tetap berdiri kokoh dan
dalam jangka panjang perusahaan masih ingin mengembangkan usaha yang ada
agar lebih maju lagi.
A. Kesimpulan
Dari hasil serangkaian praktikum ini dapat diambil kesimpulan antara lain:
1. Perusahaan sapi perah “Umbul Jaya” terletak di jalan Mojo no. 2 Karangasem Rt
05 / 8, Laweyan, Surakarta.
2. UD. Umbul Jaya bergerak di bidang peternakan sapi perah dengan hasil utama
berupa susu segar.
3. Investasi awal dari modal sendiri sejumlah 5 ekor sapi yang digunakan untuk
mendirikan perusahaan secara utuh.
4. Dengan memilki 35 ekor sapi yang terdiri dari sapi pedet 3 ekor, sapi pejantan 4
ekor, sapi betina bunting 2 ekor, sapi betina laktasi 12 ekor, dan sapi dara 14 ekor.
Dari ke-12 ekor sapi perah yang berproduksi menghasilkan 100 liter susu tiap
harinya.
5. Dari hasil input yang diperoleh selama satu tahun sebesar Rp 2.204.000.000,00
dan total biaya sebesar Rp 490.290.000,00, sehingga diperoleh keuntungan dalam
satu tahun sebesar Rp 1.713.710.000,00.
6. Investasi yang dijalankan sangat menguntungkan perusahaan karena
mempunyai nilai BCR sebesar 3,49 %, nilai PPC 5,99 tahun, dan nilai ATO
perusahaan sebesar 0,21 kali, profit margin 75,75 %. Sedangkan ROI sebesar 15,91
% dan nilai EBIT adalah Rp 1.669.630.000,00, sehingga perusahaan mampu untuk
berkembang lebih maju lagi.
7. Usaha peternakan ini masih layak untuk diteruskan karena masih
menguntungkan.
B. Saran
Saran kami adalah untuk menunjang kegiatan produksi dimasa yang akan datang
diusahakan UD. Umbul Jaya bisa menghasilkan suatu produk yang dapat langsung
dimanfaatkan oleh konsumen dengan menjalin kerjasama dengan perusahaan lain.
Serta menjaga hubungan yang baik dengan warga sekitar lokasi peternakan dengan
jalan merekrut pegawai memberikan sosialisasi usaha yang dijalankan terhadap
penduduk sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Limbah adalah sesuatu yang tidak mungkin terpisahkan dari industri dan manusia,
limbah merupakan momok yang selalu menghantui. Limbah dapat menyebabkab
kerusakan lingkungan yang cukup hebat. Itulah sebabnya berbagai upaya dilakukan
untuk meredam efek dari limbah, berbagai peraturan ditegakkan untuk
menanggulanginya. Tetapi masih saja banyak pelanggaran.
Kalau dikaji limbah-limbah industri ataupun dari manusia sangat jarang yang diolah,
dikarenakan instalasi pengolahannya masih tergolong mahal dan tidak
menguntungkan bagi pemiliknya. Sehingga cenderung pemilik limbah ini langsung
membuang limbah tersebut ke sungai, laut ataupun diresapkan kedalam tanah.
Akibatnya sangat luar biasa, pencemaran air sungai maupun air tanah sangat tinggi
dan diikuti dengan bau yang kurang sedap. Selanjutnya penyakit akan bertebaran
dimana-mana, yang pada akhirnya masyarakat juga yang dirugikan.
Limbah peternakan khususnya ternak sapi merupakan bahan buangan dari usaha
peternakan sapi yang selama ini juga menjadi salah satu sumber masalah dalam
kehidupan manusia sebagai penyebab menurunnya mutu lingkungan melalui
pencemaran lingkungan, menggangu kesehatan manusia dan juga sebagai salah
satu penyumbang emisi gas efek rumah kaca. Pada umumnya limbah peternakan
hanya digunakan untuk pembuatan pupuk organik. Untuk itu sudah selayaknya
perlu adanya usaha pengolahan limbah peternakan menjadi suatu produk yang bisa
dimanfaatkan manusia dan bersifat ramah lingkungan.
Pengolahan limbah peternakan melalui proses anaerob atau fermentasi perlu
digalakkan karena dapat menghasilkan biogas yang menjadi salah satu jenis
bioenergi. Pengolahan limbah peternakan menjadi biogas ini diharapkan dapat
mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak yang mahal dan terbatas,
mengurangi pencemaran lingkungan dan menjadikan peluang usaha bagi peternak
karena produknya terutama pupuk kandang banyak dibutuhkan masyarakat.
Biogas merupakan renewable energy yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif
untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak tanah dan
gas alam (Houdkova et.al., 2008). Biogas juga sebagai salah satu jenis bioenergi
yang didefinisikan sebagai gas yang dilepaskan jika bahan-bahan organik seperti
kotoran ternak, kotoran manusia, jerami, sekam dan daun-daun hasil sortiran sayur
difermentasi atau mengalami proses metanisasi. Gas metan ini sudah lama
digunakan oleh warga Mesir, China, dan Roma kuno untuk dibakar dan digunakan
sebagai penghasil panas. Sedangkan proses fermentasi lebih lanjut untuk
menghasilkan gas metan ini pertama kali ditemukan oleh Alessandro Volta (1776).
Hasil identifikasi gas yang dapat terbakar ini dilakukan oleh Willam Henry pada
tahun 1806. Dan Becham (1868) murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882) adalah
orang pertama yang memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan gas
metan.Gas ini berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah
biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan dapat dimanfaatkan menjadi energi
melalui proses anaerobik digestion (Pambudi, 2008). Biogas yang terbentuk dapat
dijadikan bahan bakar karena mengandung gas metan (CH4) dalam persentase
yang cukup tinggi.
Cara Pembuatan
1. Materi
Biogas atau sering pula disebut gas bio merupakan gas yang timbul jika bahan-
bahan seperti kotoran hewan, kotoran manusia, ataupun sampah, direndam di
dalam air dan disimpan di tempat tertutup atau anaerob (tanpa oksigen dari udara).
Proses kimia terbentuknya gas cukup rumit, tetapi cara menghasilkannya tidak
sesulit proses pembentukannya. Hanya dengan teknologi sederhana gas ini dapat
dihasilkan dengan baik.
Sumber bahan untuk menghasilkan biogas yang utama adalah kotoran ternak sapi,
kerbau, babi, kuda dan unggas; dapat juga berasal dari sampah organik.
Komponen biogas: CH4 (metana) ± 60 % , CO2 (karbon dioksida) ± 38 %, (N2, O2,
H2, & H2S) ± 2 % .
2. Metode
Cara Pengoperasian Unit Pengolahan (Digester) Biogas :
a. Buat campuran kotoran ternak dan air dengan perbandingan 1 : 2 (bahan biogas)
b. Masukkan bahan biogas ke dalam digester melalui lubang pengisian (inlet)
hingga bahan yang dimaksukkan ke digester ada sedikit yang keluar melalui lubang
pengeluaran (outlet), selanjutnya akan berlangsung proses produksi biogas di
dalam digester.
c. Setelah kurang lebih 8 hari biogas yang terbentuk di dalam digester sudah cukup
banyak. Pada sistem pengolahan biogas yang menggunakan bahan plastik,
penampung biogas akan terlihat mengembung dan mengeras karena adanya
biogas yang dihasilkan. Biogas sudah dapat digunakan sebagai bahan bakar,
kompor biogas dapat dioperasikan.
d. Pengisian bahan biogas selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, yaitu sebanyak
kira-kira 10 % dari volume digester. Sisa pengolahan bahan biogas berupa sludge
secara otomatis akan keluar dari lubang pengeluaran (outlet) setiap kali dilakukan
pengisian bahan biogas. Sisa hasil pengolahan bahan biogas tersebut dapat
digunakan sebagai pupuk kandang/pupuk organik, baik dalam keadaan basah
maupun kering.
PEMBAHASAN
A. Sejarah Biogas
Sejarah penemuan proses anaerobik digestion untuk menghasilkan biogas tersebar
di benua Eropa. Penemuan ilmuwan Volta terhadap gas yang dikeluarkan di rawa-
rawa terjadi pada tahun 1770, beberapa dekade kemudian, Avogadro
mengidentifikasikan tentang gas metana. Setelah tahun 1875 dipastikan bahwa
biogas merupakan produk dari proses anaerobik digestion. Tahun 1884 Pasteour
melakukan penelitian tentang biogas menggunakan kotoran hewan. Era penelitian
Pasteour menjadi landasan untuk penelitian biogas hingga saat ini.
B. Biogas dari Limbah Peternakan Sapi
Limbah peternakan seperti feses, urin beserta sisa pakan ternak sapi merupakan
salah satu sumber bahan yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas.
Namun di sisi lain perkembangan atau pertumbuhan industri peternakan
menimbulkan masalah bagi lingkungan seperti menumpuknya limbah peternakan
termasuknya di dalamnya limbah peternakan sapi. Limbah ini menjadi polutan
karena dekomposisi kotoran ternak berupa BOD dan COD (Biological/Chemical
Oxygen Demand), bakteri patogen sehingga menyebabkan polusi air
(terkontaminasinya air bawah tanah, air permukaan), polusi udara dengan debu dan
bau yang ditimbulkannya.
Biogas merupakan renewable energy yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif
untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak tanah dan
gas alam (Houdkova et.al., 2008). Biogas juga sebagai salah satu jenis bioenergi
yang didefinisikan sebagai gas yang dilepaskan jika bahan-bahan organik seperti
kotoran ternak, kotoran manusia, jerami, sekam dan daun-daun hasil sortiran sayur
difermentasi atau mengalami proses metanisasi. Gas metan ini sudah lama
digunakan oleh warga Mesir, China, dan Roma kuno untuk dibakar dan digunakan
sebagai penghasil panas. Sedangkan proses fermentasi lebih lanjut untuk
menghasilkan gas metan ini pertama kali ditemukan oleh Alessandro Volta (1776).
Hasil identifikasi gas yang dapat terbakar ini dilakukan oleh Willam Henry pada
tahun 1806. Dan Becham (1868) murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882) adalah
orang pertama yang memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan gas
metan. Gas ini berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah
biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan dapat dimanfaatkan menjadi energi
melalui proses anaerobik digestion (Pambudi, 2008). Biogas yang terbentuk dapat
dijadikan bahan bakar karena mengandung gas metan (CH4) dalam persentase
yang cukup tinggi.
C. Komponen Penyusun Biogas
Komposisi biogas:
Komponen %
Metana (CH4) 55-75
Karbon dioksida (CO2) 25-45
Nitrogen (N2) 0-0.3
Hidrogen (H2) 1-5
Hidrogen sulfida (H2S) 0-3
Oksigen (O2) 0.1-0.5
Air 2-7 (20-40o C)
Nilai kesetaraan biogas dan energi yang dihasilkan:
Aplikasi 1m3 biogas setara dengan
1 m3 biogas Elpiji 0,46 kg
Minyak tanah 0,62 liter
Minyak solar 0,52 liter
Kayu bakar 3,50 kg
Dapat menghasilkan 1,25 kwh listrik
60—100 watt lampu bohlam selama enam jam
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
PERSONALIA PERUSAHAAN
Oleh:
1. Febri Isra H H0507000
2. Kurniasih N H0507000
3. Hary Setiawan H0507044
4. Muji Sumiyati H0507054
5. Novi Dwi I H0507056
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PENDAHULUAN
ISI
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti
seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan
dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan
manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini
berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi. Sementara itu, Ricky W. Griffin mendefinisikan
manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals)
secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara
benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal; dalam berbagai bidang seperti
industri, pendidikan, kesehatan, bisnis, finansial dan sebagainya. Dengan kata lain
efektif menyangkut tujuan dan efisien menyangkut cara dan lamanya suatu proses
mencapai tujuan tersebut.
Dalam Manajemen terdapat fungsi-fungsi manajemen yang terkait erat di
dalamnya. Pada umumnya ada empat (4) fungsi manajemen yang banyak dikenal
masyarakat yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian
(organizing), fungsi pengarahan (directing) dan fungsi pengendalian (controlling).
Untuk fungsi pengorganisasian terdapat pula fungsi staffing (pembentukan staf).
Para manajer dalam organisasi perusahaan bisnis diharapkan mampu menguasai
semua fungsi manajemen yang ada untuk mendapatkan hasil manajemen yang
maksimal.
Ilmu manajemen merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang disistemisasi,
dikumpulkan dan diterima kebenarannya. Hal ini dibuktikan dengan adanya metode
ilmiah yang dapat digunakan dalam setiap penyelesaian masalah dalam
manajemen. Namun selain itu, beberapa ahli seperti Follet menganggap
manajemen adalah sebuah seni. Hal ini disebabkan karena kepemimpinan
memerlukan kharisma, stabilitas emosi, kewibawaan, kejujuran, kemampuan
menjalin hubungan antara manusia yang semuanya itu banyak ditentukan oleh
bakat seseorang dan sulit dipelajari.
Dalam makalah ini, akan diberikan gambaran mengenai pembahasan-pembahasan
tentang Manajemen Personalia, yang ada antara lain :
1. Analisa jabatan
2. Seleksi
3. Latihan
4. Mutasi
5. Promosi
6. Kompensasi
7. Semangat dan kegairahan kerja
8. Pemutusan hubungan kerja
PEMBAHASAN
A. ANALISA JABATAN
Analisa jabatan/job analysis adalah suatu kegiatan untuk memberikan analisa pada
setiap jabatan sehingga dengan demikian akan memberikan pula gambaran
tentang syarat-syarat yang diperlukan bagi setiap karyawan untuk jabatan tertentu.
Hal ini berarti akan merupakan landasan atau pedoman untuk penerimaan dan
penempatan karyawan, di samping sebagai landasan atau pedoman kegiatan
lainnya dalam bidang manajemen personalia.
Sebenarnya analisa jabatan adalah juga merupakan informasi tentang jabatan itu
sendiri dan syarat-syarat yang diperlukan untuk dapat memangku jabatan tersebut
dengan baik. Tentang jabatan itu sendiri ditunjukan dalam gambaran jabatan atau
deskripsi jabatan sedangkan tentang syarat-syarat yang diperlukanh informasi
jabatan ditujunjukan dalam syarat-syarat jabatan. Dengan demikian berarti
pengertian analisa jabatan yang pokok terdiri dari 2 hal yaitu:
1. Deskripsi jabatan /job description
2. Syarat-syarat jabatan/job specification
Deskripsi jabatan adalah penjelasan tentang suatu jabatan, tugas-tugasnya,
tanggung jawabnya, wewenangnya dan sebagainya.
Syarat-syarat jabatan dibuat berdasarkan skripsi jabatan jadi syarat jabatan adalah
merupakan suatu informasi tentang syarat-syarat yang diperlukan. Untuk membuat
deskripsi jabatan agar tidak menimbulkan kesimpangsiuran serta dobel pekerjaan,
maka dalam membuat deskripsi jabatan tidak boleh dilepaskan dengan deskripsi
jabatan keseluruhan jabatan.
Analisa jabatan sebenarnya dapat dipakai juga sebagai landasan atau pedoman
untuk penerimaan dan penempatan karyawan serta penentuan jumlah kebutuhan
karyawan. Selain sebagai landasan hal-hal tersebut di atas, maka analisa jabatan
dapat juga dipakai sebagai landasan kegiatan-kegiatan lain dalam bidang
personalia, yang diantaranya:
1. Sebagai landasan untuk melaksanakan mutasi
2. Sebagai landasan untuk melaksanakan promosi
3. Sebagai landasan untuk melaksanakan latihan/training
4. Sebagai landasan untuk melaksanakan kompensasi
5. Sebagai landasan untuk melaksanakan syarat-syarat lingkungan kerja
6. Sebagai landasan untuk melaksanakan pemenuhan kebutuhan peralatan
B. SELEKSI
Seleksi adalah kegiatan suatu perusahaan untuk dapat memilih karyawan yang
palinmg tepat dan dalam jumlah yang tepat pula dari calon-calon yang dapat
ditariknya. Untuk dapat memilih karyawan yang paling tepat dan dalam jumlah
yang tepat pula, maka diperlukan suatu metode seleksi yang tepat pula.
Seleksi berhubungan erat dengan analisa jabatan. Hal ini terjadi karena karyawan
atau pegawai yang diseleksi tersebut harus disesuaikan dengan analisa jabatan
yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun hal-hal yang diseleksi meliputi:
a. Pendidikan
b. Pengalaman
c. Pengetahuan
d. Kecerdasan
e. Kesehatan
f. Umur
g. Bakat
h. Kepribadian
i. Jenis kelamin, dan lain sebagainya
Setiap perusahaan harus dapat melakukan seleksi secara efeksif dan efisien,
dengan demikian metode seleksi yang dilaksanakan tersebut harus dapat memilih
atau menetapkan karyawan yagn paling tepat. Meskipun demikian amsalah efisiensi
dalam pelaksanaan metode seleksipun perlu diperhatikan. Efisiensi di sini adalah
dalam arti pengorbanan uang, energi, waktu dan sebagainya.
Dalam melakukan seleksi perlu memperhatikan beberapa hal yaitu :
a. Seleksi harus efektif dan efisien
b. Seleksi harus memperhatikan peraturan dan ketentuan pemerintah yang berlaku
c. Petugas seleksi harus jujur dan efektif
d. Keahlian petugas seleksi tidak boleh diabaikan
e. Pengertian "orang yang tepat pada tempat yang tepat" harus diartikan secara
dinamis
Bagaimanapun usaha kita dalam melakukan seleksi masih ada kemungkinan
terjadi kekeliruan, maka perlu adanya masa percobaan untuk mengurangi resiko
yang mungkin timbul.
C. LATIHAN
Latihan/training adalah suatu kegiatan dari perusahaan yang bermaksud untuk
dapat emperbaiki dan memperkembangkan sikap tingkah laku, keterampilan dan
pengetahuan dari para karyawan sesuai dengan keinginan dari perusahaan yang
bersangkutan. Proses latihan dilaksanakan setelah terjadi penerimaan karyawan
sebab latihan hanya diberikan pada karyawan dari perusahaan yang bersangkutan.
Sebenarnya peranan latihan saat ini makin menonjol setelah ada kecendrungan
bagi perusahaan untuk menerima juga karyawan yang belum berpengalaman. Ini
mungkin berdasarkan pertimbangan bahwa cara ini mungkin lebih baik. Ataupun
mungkin pertimbangan bahwa usaha mendapatkan karyawan yang sudah
berpengalaman agak sulit karena pada umumnya mereka sudah bekerja pada
perusahaan yang lain.
Ada beberapa sasaran yang ingin dicapai dengan mengadakan latihan yang antara
lain sebagai berikut:
a. Pekerjaan diharapkan lebih cepat dan lebih baik
b. Penggunaan bahan dapat lebih hemat
c. Penggunaan mesin dan peralatan diharapkan dapat lebih lama
d. Angka kecelakaan diharapkan lebih kecil
e. Tanggung jawab diharapkan lebih besar
f. Biaya produksi diharapkan lebih rendah
g. Kelangsungan perusahaan diharapkan lebih terjamin
Keuntungan yang dapat diperoleh dengan latihan adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi pengawasan
b. Meningkatkan rasa harga diri
c. Meningkatkan kerja sama antar pegawai
d. Memudahkan pelaksanaan mutasi dan promosi
e. Memudahkan pelaksanaan pendelegasian wewenang
Dalam melaksanakan latihan, pasti memiliki efek samping yang timbul yang tidak
diingini yaitu:
a. Hilangnya sebagian waktu yang produktif
b. Biaya yang terlalu tinggi
c. Harapan dari karyawan yang terlalu besar
d. Berpindahnya karyawan yang telah mendapat latihan.
Dalam pelaksanaan latihan tidak ada ketentuan secara mutlak mana yang lebih
baik antara melaksanakan latihan/training sendiri atau menyerahkan latihan
tersebut kepada pihak ketiga seperti yang banyak dilakukan oleh perusahaan pada
saat ini. Karena semua itu tergantung pada situasi dan kondisi serta tujuan masing-
masing.
Suatu metode yang tepat misalnya akan sia-sia apabila instrukturnya tidak dapat
menyampaikan pelajaran-pelajaran dengan baik kepada mereka yang diajar. Oleh
karena itu dalam penyelenggaraan latihan kita harus hati-hati dalam memilih
instruktur.
D. MUTASI
Mutasi adalah merupakan suatu kegiatan rutin dari suatu perusahaan untuk dapat
melaksanakan prinsip "the right man on the right place". Dengan demikian mutasi
yang dijalankan oleh perusahaan agar pekerjaan dapat dilakukan secara lebih
efektif dan efisien.
Untuk melaksanakan mutasi antara lain dapat didasarkan kepada alasan yaitu:
kemampuan kerja, rasa tanggung jawab, kesenangan dan sebagainya. Agar mutasi
dan pemindahan yang kita laksanakan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi
maka perlu adanya evaluasi pada setiap pekerja terus menerus secara obyektif.
Untuk pelaksanaan harus didasarkan pada pertimbangan yang matang, sebab bila
tidak demikian maka mutasi yang dilakukan itu bukannya merupakan tindakan
yang menguntungkan tetapi justru merugikan perusahaan tersebut. Dalam
melaksanakan mutasi maka perusahaan tersebut harus mengusahakan sedemikian
rupa, sehingga mutasi tersebut tidaklah dirasakan sebagai suatu hukuman oleh
karyawan yang bersangkutan.
Dalam rangka usaha untuk memacu persaingan sehat agar para karyawan lebih
berprestasi dalam kerjanya, maka kita dapat melaksanakan mutasi agar persaingan
sehat dpat tercapai. Dalam rangka tujuan jangka panjang, maka mutasi hendaknya
ditujukan untuk persiapan daloam pelaksanaan promosi, sehingga untuk itu
pemilihan orang yang akan dipromosikan adalah kader-kader yang akan
dipromosikan.
Karena pelaksanaan mutasi menyangkut bidang-bidang lain secara berantai, maka
dalam melaksanakan mutasi hendaknya secara terkoordinir.
E. PROMOSI
Promosi dan mutasi adalah kedua-duanya merupakan pemindahan karyawan dari
suatu jabatan ke jabatan yang lain. Promosi adalah proses kegiatan pemindahan
karyawan dari suatu jabatan ke jabatan yang lain yang lebih tinggi.
Pada umumnya promosi selalu diikuti oleh tugas, tanggung jawab dan wewenang
yang lebih tinggi dari jabatan yang diduduki sebelumnya, dan pada umumnya
promosi juga diikuti oleh peningkatan income serta fasilitas-fasilitas yang lain.
Dalam pelaksanaan promosi harus memperhatikan syarat-syarat tertentu antara
lain pengalaman, tingkat pendidikan, loyalitas, kejujuran dan sebagainya.
Agar promosi yang dilakukan tidak terjadi kesalahan maka evaluasi harus
dilakukan secara rutin, lengkap dan obyektif, dan agar dalam pelaksanaan promosi
moral yang tinggi selalu dapat terjaga,maka hendaknya dapat selalu ditetapkan
syarat-syarat promosi yang tegas dan jelas.
Pelaksanaan promosi juga memiliki efek samping, yang kadang kala tidak bisa
dihindarkan. Adapun efek samping tersebut yaitu:
a. Timbulnya kesalahan dalam promosi
b. Adanya ras iri hati antar pegawai yang dipromosikan dengan yang tidak
dipromosikan
c. Berkesan pelaksanaan promosi yang dipaksakan
Adapun syarat-syarat yang perlu ditetapkan dalam melaksanakan promosi yaitu:
a. Pengalaman
b. Tingkat pendidikan
c. Loyalitas
d. Kejujuran
e. Tanggung jawab
f. Kepandaian bergaul
g. Prestasi kerja
h. Inisiatif dan kreatif
Syarat-syarat promosi ini harus dinyatakan secara tegas. Untuk dapat
dipromosikan maka perlu setiap karyawan memenuhi syarat-syarat yang telah
ditetapkan. Syarat-syarat tesebut hendaknya menjamin kestabilan perusahaan dan
mampu meningkatkan moral kerja dari para karyawannya. Selain itu dengan
penetapan syarat-syarat yang tegas dan jelas, akan dapat mencegah dan
meminimalkan kemungkinan timbulnya pilih kasih di dalam melaksanakan promosi.
F. KOMPENSASI
Kompensasi adalah balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada para
karyawannya yang dapat dinilai dengan uang dan mempunyai kecendrungan
diberikan secara tetap. Kompensasi ini adalah merupakan masalah yang penting
karena justru adanya kompensasi seseorang mau menjadi karyawan dari suatu
perusahaan tetentu.
Masalah kompensasi bukan hanya penting karena merupakan dorongan utama
seseorang menjadi karyawan, tetapi besar pula pengaruhnya terhadap semangat
dan kegairahan kerja mereka. Agar kompensasi yang diberikan mempunyai dampak
yang positif maka minimal jumlah yang diberikan haruslah dapat memenuhi
kebutuhan secara minimal, serta sesuai dengan peraturan yang sedang berlaku.
Selain harus dapat memenuhi kebutuhan minimal, maka kompensasi yang diberi
hendaknya dapat mengikat mereka, sebeb dengan demikian peraturan keluar
masuknya karyawan dapat ditekan sekecil mungkin. Kompensasi yang diberikan
harus mampu pula meningkatkan semangat dan kegairahan kerja, sehingga
efektivitas dan efisiensi karyawan dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Untuk
dapat meningkatkan semangat dan kegairahan kerja maka dalam menetapkan
jumlah kompensasi haus selalu bersifat dinamis, artinya sesuai dengan
perkembangan situasi dan kondisi.
Suatu kompensasi yang dirasakan tidak adil dapat menimbulkan keresahan dengan
akibatnya, meskipun dibandingkan dengan perusahaan yang lain jumlah
kompensasi yang diberikan telah lebih tinggi.
Biasanya kompensasi yang diberikan didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan
yaitu:
a. Berat ringannya pekerjaan
b. Sulit mudahnya pekerjaan
c. Besar kecilnya resiko pekerjaan
d. Perlu tidaknya keterampilan dalam pekerjaan
DAFTAR PUSTAKA
Tanda “tanpa pengawet” berarti makanan ini dalam proses produksinya tidak
menggunakan bahan pengawet sehingga aman untuk dikonsumsi.
Tanda “halal” berarti bahwa makanan ini sesuai dengan syariat Islam dan dalam
produksinya tanpa menggunakan bahan yang mengandung lemak babi dan dalam
penyembelihannya sesuai dengan syariat Islam.
Tanda “expired date” berarti tanggal yang menunjukkan makanan tersebut masih
memenuhi syarat mutu dan keamanan untuk dikonsumsi.
Tanggal kadaluwarsa ini merupakan batas akhir makanan ini dijamin mutunya
sepanjang penyimpanannya mengikuti petunjuk yang diberikan oleh produsen.
Tanda keamanan “keep refrigerator” ini merupakan tanda petunjuk cara
penyimpanan makanan ini yang akan mempengaruhi sifat dan mutu produk pangan
tersebut yaitu harus disimpan dalam kondisi beku.
Tanda “BPOM” merupakan tanda nomor pendaftaran pangan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah (Departemen Kesehatan/Badan POM), yang berarti makanan ini sudah
sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku dan telah memiliki ijin edar.
Tanda “halal” dan “MUI” berarti bahwa makanan ini sesuai dengan syariat Islam
dan dalam produksinya tanpa menggunakan bahan yang mengandung lemak babi
dan dalam penyembelihannya sesuai dengan syariat Islam.
Kesehatan Ternak
Tuesday, April 06, 2010 10:17 AM
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan hewan adalah suatu status kondisi tubuh hewan dengan seluruh sel yang
menyusun dan cairan tubuh yang kandungannya secara fisiologis fungsi normal.
Kerusakan sel mungkin terjadi secara normal sebagai akibat proses pertumbuhan
yang dinamis demi kelangsungan hidup, sehingga terjadi pergantian sel tubuh yang
rusak atau mati bagi hewan yang sehat. Di lain pihak, keusakan mungkin saja tidak
mengalami pergantian bagi hewan yang mengalami gangguan karena serangan
penyakit atau gangguan lain yang rusak fungsi sel dan jaringan.
Tata laksana pengendalian penyakit adalah faktor penting yang terkait langsung
dengan pelaku usaha peternakan, pada kenyataan dilapangan faktor tersebut
cenderung mendapatkan perhatian yang kurang. Namun demikian dapat dilihat
kenyataan di lapangan bahwa tata laksana pengendalian penyakit yang benar
dalam peternakan ayam memiliki peran yang sangat besar dalam keberhasilan
usaha peternakan ayam. Ayam yang terkena penyakit sangat menurun
produktifitasnya bahkan penyakit yang menular dapat mengakibatkan kematian
ayam yang tinggi, dan akhirnya akan merugikan suatu usaha peternakan ayam.
B. Tujuan Praktikum
A. Kesehatan Ternak
Dalam pemeliharaan ternak, salah satu penghambat yang sering dihadapi adalah
penyakit. Bahkan tidak jarang peternak mengalami kerugian dan tidak lagi beternak
akibat adanya kematian pada ternaknya. Upaya pengendalian penyakit pada
hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan melalui cara pemeliharaan
yang baik, sehingga peternak memperoleh pendapatan secara maksimal. Upaya
pengendalian penyakit dapat dilakukan melalui usaha pencegahan penyakit dan
atau pengobatan pada ternak yang sakit. Namun demikian usaha pencegahan
dinilai lebih penting dibandingkan pengobatan (Jahja dan Retno, 1993).
Penyakit coccidiosis dikenal juga dengan istilah penyakit berak darah. Coccidiosis
disebabkan oleh protozoa genus Eimeria. Akibat penyakit coccidiosis ayam
mengalami diare dan radang usus (enteritis). Coccidiosis menyerang ayam muda
dan terjadi di bawah kondisi litter yang hangat dan kelembaban tinggi (litter
basah).Coccidiosis menyebar dalam bentuk sel tunggal (oocysts) yang dikeluarkan
melalui kotoran. Oocysts ini tidak bersifat infeksi dan dapat hidup di luar tubuh
ayam selama 2-4 hari . Jika termakan ayam, oocysts akan menuju ke saluran usus.
Di dalam usus oocysts akan berkembang dan membelah diri. Proses perkembangan
tersebut membutuhkan waktu 4-7 hari. Coccidia menjadi parasit yang hidup di
jaringan epitel dan saluran usus sehingga menyebabkan kerusakan dinding usus.
Perusakan dinding usus disebabkan oleh jumlah oocysts yang terdaapt di saluran
usus cukup banyak sehingga adanya proses perkembanagan oocysts akan
menghancurkan sel-sel jaringan lebih banyak (Fadilah, 2008).
3
Penyakit cestodosis disebabkan oleh cacing pita Choanothaenia infundibulum
yang terdapat di usus halus ayam dan kalkun. Panjang cacing pita dewasa bisa
mencapai 20 cm. Gejala ayam yang terinfeksi cacing ini adalah ayam menjadi lesu,
kurus dan terjadi gangguan syaraf. Cacing pita banyak terdapat di dalam usus halus
sehingga dapat menyebabkan penyumbatan pada usus halus tersebut (Anonimus,
2009).
Cacing pita adalah cacing pipih dorsoventral yang berbentuk pita memanjang dan
memiliki segmen-segmen, merupakan parasit dalam saluran pencernaan. Cacing
pita bersifat hermafrodit yaitu organ reproduksi jantan dan betina terdapat pada
setiap segmen dewasa. Bagian-bagian tubuh cacing pita terdiri dari skoleks, leher,
dan strobilla. Skoleks dilengkapi dengan empat batil isap dan rostellum yang
digunakan sebagai alat untuk menempel pada mukosa usus inangnya. Pada batil
isap dan rostellum dilengkapi juga dengan kait-kait tetapi tergantung pada
spesiesnya. Bagian leher adalah bagian yang paling aktif dalam pembentukan
segmen baru. Strobilla adalah bagian tubuh cacing pita yang paling besar yang
terdiri dari segmen-segmen. Strobilla terdiri dari segmen muda, segmen dewasa
dan segmen gravid. Pertumbuhan normal cacing pita dewasa memiliki tiga stadium
perkembangan segmen yaitu muda (immature), dewasa (mature) dan gravid.
Segmen muda memiliki ciri morfologi yaitu adanya perkembangan awal dari organ
reproduksi, sedangkan segmen dewasa perkembangannya sudah sempurna dan
lengkap. Morfologi segmen dewasa sering digunakan sebagai salah satu kriteria
untuk mengidentifikasi cacing pita. Segmen gravid membentuk kantung-kantung
yang penuh berisi telur. Segmen gravid akan mengalami proses destrobilisasi dan
keluar bersama-sama tinja inang definitif. Tinja inang inilah yang menjadi pembawa
sumber infeksi yang sangat potensial (Retnani, 2007).
Ayam yang sehat antara lain memiliki ciri-ciri sebagai berikut, posisi berdiri terlihat
normal tidak lumpuh (bengkak atau bengkok pada kaki dan sayap), kepala dan
wajah tampak normal (tidak bengkak), tidak keluar lendir dari hidung, warna pial
dan jengger terlihat bersih atau kering tidak ada perubahan warna, dan bulu di
sekitar kloaka terlihat bersih atau kering tidak lengket oleh kotoran ayam
(Anonimus, 2009).
Endoparasit adalah parasit yang hidup di dalam tubuh ternak, umumnya berupa
berbagai jenis cacing dalam saluran pencernaan. Semua jenis umur ayam
memungkinkan terserang endoparasit. Gejalanya adalah ayam lesu, pucat, kondisi
tubuh menurun, dan dapat mengakibatkan kematian karena komplikasi. Apabila
ayam mati dibedah, pada saluran pencernakannya terdapat banyak cacing dan
terjadi kerusakan pada organ-organ lainnya. Pertumbuhan ayam muda pun
terhambat serta produksi ayam yang tengah bertelur cepat menurun (Sundaryani,
2007).
B. Vaksinasi
Vaksinasi adalah suatu tindakan dimana hewan dengan sengaja dimasuki agen
penyakit (disebut antigen) yang telah dilemahkan dengan tujuan untuk
merangasang pembentukan daya tahan atau daya kebal tubuh terhadap suatu
penyakit tertentu dan aman untuk tidak menimbulkan penyakit. Agen tersebut
biasanya substansi biologis yang terdiri dari sejumlah jasad renik dari jenis penyakit
yang diupayakan untuk dicegah agar tidak menyerang. Apabila kegagalan vaksinasi
terjadi, paramedis harus segera menghubungi dokter hewan untuk melakukan
analisis kegagalan vaksinasi. Dokter hewan akan menetukan apakah vaksinasi
ulang perlu dilakukan (Akoso, 1993).
Cara pemberian vaksin yaitu melalui tetes, suntik/injeksi, melalui air minum, wing-
web, dan semprot. Melalui tetes yaitu dengan tetes mata, hidung, atau mulut.
Melalui injeksi yaitu subcutan/dibawah kulit dan intra muscular/dalam daging atau
otot. Melalui air minum adalah dengan mencampur vaksin dengan air minum, agar
efektif ternak dipuasakan dahulu selama 2 jam sehingga air mengandung vaksin
dapat segera dikonsumsi. Injeksi subcutan dilakukan dengan memberikan vaksin di
daerah leher dengan jarum tidak masuk ke daging melainkan berada diantara
daging dan kulit. Dan cara terakhir adalah semprot, cara ini harus dilakukan ketika
tidak ada angin sedang berhembus ke kandang, sehingga virus dalam vaksin akan
terbang keluar, tidak dihirup oleh ayam. Menurut penelitian terakhir cara inilah
yang terbaik (Rasyaf, 1994).
Anak ayam umur 2-16 minggu (mendekati dewasa kelamin) rawan terhadap
penyakit Marek's. Walaupun dapat juga menyerang unggas lain seperti puyuh,
kalkun dll, namun vaksinasi pasda unggas tersebut tidak lumrah. Ayam dan kalkun
dapat diimunisasi terhadap NCD (New Castle Disease). Vaksin aktif dengan virus
lemah dianjurkan melalui berbagai cara., seperti melalui air minum, tetes mata,
tetes hidung, atau semprot. Sedangkan vaksin inaktif dianjurkan untuk pullet
melalui vaksinasi injeksi intramuscular atau subcutan (Jacob et al., 2006).
Vaksin untuk melawan ND biasanya dibuat dari virus jenis ringan (lentogenic) dan
sedang (mesogenic). Vaksin ini akan memberikan proteksi terhadap semua bentuk
ND. Cara melakukan vaksinasi dengan tetes mata (intra ocular) yaitu melaksanakan
vaksinasi dengan cara meneteskan vaksin ke mata ayam. Vaksinasi ND melalui
suntik daging dilaksanakan dengan cara menyuntikkan vaksin ke dalam daging,
biasanya bagian dada atau paha. Vaksin yang disuntikkan bisa berupa vaksin live
atau vaksin killed (Fadilah et al., 2007).
Jenis-jenis vaksin ND antara lain vaksin ND inaktif / vaksin kill (vaksin yang
mengandung virus yang sudah diinaktifkan) dan vaksin ND aktif yaitu vaksin yang
mengandung virus yang masih hidup atau masih aktif, tetapi sifatnya sudah tidak
ganas lagi bagi ayam yang divaksin. Virus ini tidak lagi dapat membuat ayam yang
divaksin sakit, tetapi merangsang ayam untuk membentuk antibody (zat penolak)
sehingga timbul kekebalan. Berdasarkan jenis virus yang digunakan sebagai bahan,
vaksin aktif ND dibedakan menjadi vaksin lentogenik dan vaksin mesogenik
(Sundaryani, 2007).
A. Kesehatan Ternak
1. Materi
a. Ayam hidup
b. Pinset
c. Pisau
d. Gunting
e. Tissue
f. Jarum pentul
g. Kapas
h. Ether
2. Metode
b. Setelah ayam pingsan, kemudian membelah ayam pada bagian perut, sayap
difiksasi terlebih dahulu
B. Vaksinasi
1. Materi
a. Automatic injection
b. Alat penggores
c. Spuit
d. Kapas
e. Alkhohol
f. Vaksin cacar
g.
Vaksin ND
h. Vaksin ND La Sota
2. Metode
A. Kesehatan Ternak
1. Hasil
Nama Organ
Keterangan
Penyakit
Mata
Bening
Bulu
Halus, mengkilap
Hidung
Normal
Sikap
Lincah
Gerakan
Lincah
-
Nama Organ
Warna
Bentuk
Penyakit
Lidah
Tenggorokan
Kerongkongan
Tembolok
Proventrikulus
Duodenum
Usus Halus
Usus Besar
Ceca
Pankreas
Hati
Empedu
Ginjal
Limpa
Merah
Merah muda
Putih
Kuning
Merah muda
Merah
Merah
Merah
Merah pucat
Kuning kemerahan
Merah muda
Hijau tua
Merah tua
Merah
Runcing
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
-
-
2. Pembahasan
Pada praktikum kesehatan ternak ini dapat dilihat pada beberapa organ dalam
keadaan normal seperti pada: lidah, tenggorokan, kerongkongan, tembolok,
proventrikulus, usus besar, ceca, pancreas, hati, empedu, ginjal, dan limpa. Tetapi
pada bagian duodenum terdapat cacing pita dan usus halus terdapat cacing pipih.
Cacing pita tersebut menyebabkan penyakit Cestodosis, sedangkan cacing pipih
menyebabkan penyakit Coccidiosis.
Pada unggas yang terserang cacing pita akan mengalami kekurusan, kelesuan, dan
anemia yang pada akhirnya akan diikuti dengan merosotnya produksi. Siklus hidup
cacing pita yang juga dikenal dengan cestoda pada unggas umumnya melewati
inang perantara/vektor seperti kepiting, kutu air, crustacea dan katak (unggas air).
Sedang pada unggas darat (ayam) lebih sering menggunakan inang perantara
insekta terbang (lalat, kumbang) dan cacing tanah. Karena vektor yang berupa
insekta terbang inilah yang menjadikan cacing pita mudah tersebar secara luas.
Selain itu, telur-telur cacing pita pada umumnya mempunyai kemampuan yang
hebat untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Melihat akibat yang
ditimbulkannya cukup merugikan, peternak perlu mewaspadai serangan cacing pita
tersebut (Anonimus, 2009).
Menurut F.X Suwarta (1990) yang disitasi oleh Anonimus (2009) pada beberapa
spesies cacing pita yang biasa menyerang unggas dan sering ditemukan di daerah
tropis, yaitu: Davainea proglotina. Ukuran cacing ini sangat kecil, dengan panjang
0,5-3 mm dan mempunyai 3-9 proglotid. Telur-telur yang dihasilkan berada dalam
parenkim dari segmen-segmennya yang telah masak. Ukuran telurnya berdiameter
30-40 mikron. Segmen yang mengandung telur yang masak akan dilepaskan
bersama-sama dengan feses, dan telurnya akan bersifat aktif pada rumput. Telur-
telur tersebut dapat termakan oleh siput/bekicot, dan kemudian berkembang dalam
tubuh bekicot. Untuk unggas yang terserang cacing pita cukup efektif jika diobati
dengan senyawa tin. Di N-butyl tin dilaurate dengan dosis 250 mg dalam pakan
yang diberikan selama 48 jam sangat efektif untuk memberantas raillietina. Untuk
amoebotaenia dan davainea dengan menggunakan dosis 500 mg per kg pakan.
B. Vaksinasi
1. Hasil
Vaksin
Dosis
Cara pemberian
ND
1 tetes
Tetes mata
Cacar
ND La Sota
1 goresan
3 ml
B Kompleks
Biosolamin
3 ml
3 ml
Injeksi intramuskular
Injeksi intramuskular
2. Pembahasan
Vaksin ND ini digunakan untuk mencegah penyakit New Castle Disease dan
Infectious Bronchitis. Cara pemberian vaksin ini ada dua cara yaitu dengan tetes
mata dan suntik injeksi intramuskular pada bagian paha. Perbedaan metode vaksin
ini dikarenakan perbedaan umur ayam yang akan divaksin. Untuk pemberian
vaksin ND secara tetes biasanya dilakukan pada anak ayam di tempat penetasan
atau pada masa brooding (masa penghangatan) di kandang. Vaksin dilarutkan
sesuai dengan konsentrasi dan dosis yang disyaratkan vaksin harus benar-benar
mengenai mukosa mata. Pelarut dituangkan ke dalam botol vaksin sehingga terisi
2/3 dari botol tersebut, botol lalu ditutup dan dikocok sampai rata (dengan cara
goyangkan dengan arah seperti angka delapan). Selanjutnya diteteskan pada
mucosa mata 1 tetes/ ekor sesuai dengan konsentrasi. Vaksin ND dapat juga
diberikan dengan penyuntikan pada intramuscular dada dan sub kutan. Vaksin
tersebut adalah vaksin ND La Sota. Dosis untuk vaksin ND La Sota adalah 3 ml per
ekor dan tidak tergantung dari berat dan umur ayam. Vaksin ini diberikan dalam
jangka 1 tahun sekali.
Jenis-jenis vaksin ND antara lain vaksin ND inaktif / vaksin kill (vaksin yang
mengandung virus yang sudah diinaktifkan) dan vaksin ND aktif yaitu vaksin yang
mengandung virus yang masih hidup atau masih aktif, tetapi sifatnya sudah tidak
ganas lagi bagi ayam yang divaksin. Virus ini tidak lagi dapat membuat ayam yang
divaksin sakit, tetapi merangsang ayam untuk membentuk antibody (zat penolak)
sehingga timbul kekebalan. Berdasarkan jenis virus yang digunakan sebagai bahan,
vaksin aktif ND dibedakan menjadi vaksin lentogenik dan vaksin mesogenik
(Sundaryani, 2007).
Fowl Pox penyebab virus dari famili Pox. Gejalanya terdapat bungkul cacar pada
hidung, pial, dan telinga serta terjadi peradangan pada mulut. Vaksinasi cacar ini
sangat berbeda dengan vaksin-vaksin lainnya. Pemberian vaksin ini dilakukan
dengan metode tusuk sayap. Vaksin ini dikemas dalam satu vial berbentuk cairan
emulsi. Vaksinasi Wing Web (tusuk sayap) dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pelarut (khusus untuk jenis vaksin tersebut) dituangkan ke dalam botol vaksin
sehingga terisi 2/3 dari botol tersebut. Botol lalu ditutup, dikocok sampai rata.
b. Larutan vaksin dituangkan ke dalam pelarut, lalu botol ditutup dan dikocok
rapat.
c. Jarum penusuk yang sudah disediakan dicelupkan ke dalam larutan vaksin.
d. Lipat sayap ditusuk dari arah sebelah dalam ke arah luar sampai tembus.
Hati-hati jangan samapai menusuk pembuluh darah, tulang, dan otot (daging)
ayam.
(Sundaryani, 2007).
Dalam praktikum, pada vaksinasi fowl pox dilakukan pada ayam umur 10 minggu.
Vaksinasi dilakukan dengan cara:
Pemberian vaksin ini berfungsi untuk mencegah terjadinya penyakit Fowl Pox.
Pada hewan besar seperti sapi, kambing, dan domba diberikan injeksi intramuscular
multivitamin B-complex dan biosolamin. Metode injeksi tersebut pada daerah sub
cutan atau intra muscular. Fungsi dari B-complex adalah untuk metabolisme
karbohidrat, asam lemak dan protein, imunitas, menambah nafsu makan, dan
membantu tumbuh kembang. Dosis yang diberikan sekitar 3 ml per ekor.
Biosolamin juga dilakukan dengan cara injeksi. Fungsi dari pemberian biosalamin
sebagai penguat otot, biasanya ini diberikan pada sapi yang pincang dan habis
melahirkan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari praktikum Ilmu Kesehatan Ternak adalah
sebagai berikut:
b. Pada bagian duodenum terdapat cacing pita dan usus halus terdapat cacing
pipih.
c. Cacing pita menyebabkan penyakit Cestodosis, sedangkan cacing pipih
menyebabkan penyakit Coccidiosis.
d. Pemberian vaksinasi pada unggas dilakukan dengan tiga cara, antara lain :
tetes mata, injection dan goresan. Pemberian vaksin cacar Fowl Pox dilakukan
dengan cara digores pada bagian lipatan sayap. Pemberian vaksin ND dilakukan 2
cara yaitu tetes mata dan injection.
f. Pada hewan besar seperti sapi, kambing, dan domba diberikan injeksi
intramuscular multivitamin B-complex dan biosolamin.
B. Saran
b.
14
Fadilah et al., 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta
Selatan.
Fadilah, Roni dan Agustin Polana. 2008. Aneka Penyakit pada Ayam dan Cara
Mengatasinya. Agromedia. Jakarta Selatan.
Jahja dan Retno. 1993. Petunjuk Mendiagnosa Penyakit Ayam. Medion. Bandung.
J.P. Jacob, G.D. Butchaer, and F.B. Mather. 2006. Vaccination of Small Poultry Flock .
University of Florida, Institute of Food and Agricultural Sciences (UF/IFAS) . Florida.
Murtidjo, Bambang Agus. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Kanisius .
Yogyakarta.
Retnani E & Hadi UK. 2007. Beberapa aspek Cestodosis dan Peran Serangga yang
Berpotensi Sebagai Inang Antaranya pada Ayam Petelur [Laporan Akhir Penelitian].
Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Sudarmono, A.S. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Penebar Swadaya
. Jakarta.
Ga