Вы находитесь на странице: 1из 7

Artikel Penelitiati

Peranan Nilai Skala Koma Glasgow (SKG) dan Gambaran Head CT-Scan Sebagai Prediktor Perubahan Neurobehavior pada Pen de rita Trauma KapitisAkut Ringan-Sedang
Zuraini, A/dy S Rambe, Hasan Sjahrir ABSTRACT
Background: Head injury can cause cognitive disturbance, behavioural disturbance and physical limitation. This study was intended to determine whether Glasgow Coma Scale (GCS) and Head Scan can be predictors toward neurobehavioral changes in acute mild-moderate head injury patients. Methods: This was a longitudinal study with non random consecutive sampling on acute mild-moderate head injuries patients admitted in neurology ward RS H. Adam Malik Medan (RSHAM).GCSwas evaluated and Head CT Scan wasperformed and after the patients were coundous, neurobehavioral changes were examined using the Neurobehavioral Rating Scale (NRS). Result: The sample consisted of 61 patients with acute mild-moderate head injury. Based on GCS; the highest mean NRS score was found in GCS 9-12 group, which was 106,05:r 30,48. mean while, the mean of NRS score in GCS 13-15 group was 41;90:1: 17,88 (p« 0,05). There was a significant difference between the mean of NRS in GCSgroup 9-12 and group 13-1S. Based on head CT- Scan, the mean of the highest NRS score was found in massive diffuse injury (135,00 :t 3,54), followed by massive focal injury (116,50:t10,21), mild/moderate diffuse injury (111,33:t 20,03) medium focal injury {84,67:t 13,32 and mild focal injury (42,00 :I: 21,21). There was a significant difference between the mean of NRSamong the group of Head CT-Scan(p< 0,05). Conclusion: GCSand Head CT-Scancan be used as a predictor toward neurobehavioral change in patients with acute mildmoderate head injury. Key words: Head injury, Glasgow Coma Scale, Predictol; Neurobehavioral

cr

ABSTRAK
Latar belakang: Trauma kapitis dapat menyebabkan gangguan kognitif, behavioral dan keterbatasan fisiko Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah nilai Skala Koma Glasgow (SKG) dan gambaran Head CT-Scan dapat menjadi prediktor perubahan neurobehavior pada penderita trauma kapitis akut ringan-sedang. Metode: Studi ini merupakan studi longitudinal dengan pengambilan sam pel secara non random dengan metode konsekutif pada pasien trauma kapitis akut ringan-sedang yang dirawat di bangsal Neurologi RSUP; H. Adam Malik Medan. Dilakukan evaluasi nilai SKG dan pemeriksaan Head CT-Scan, dan setelah penderita sadar dilakukan pemeriksaan neurobehavior dengan menggunakan Neurobehaviour Rating Scale (NRS). Hasil: Jumlah sampel trauma kapitis akut ringan-sedang sebanyak 61 orang. Berdasarkan nilai SKG, maka pada nilai rerata skor NRS tertinggi dijumpai pada kelompok SKG 9 - 12 sebesar 106,05 ± 30,48. Sedangkan nilai skor rata-rata NRS pada kelompok SKG 13 - 15 sebesar 41,90 ± 17,88. Terdapat perbedaan signifikan antara nilai rerata skor NRS pada kelompok SKG 9-12 dengan SKG 13-15 (p< 0,05). Berdasarkan gambaran Head cr-scan, rnaka nilai rerata skor NRS tertinggi terdapat pada kefompok massive diffuse injury (135,00 ± 3,54), diikuti massive focal injury (116,50±10,21), mild/moderate diffuse injury (111,33 ± 20,03) medium focal injury (84,67 ± 13,32), serta mild focal injury (42,00 ± 21(21). Terdapat perbedaan signifikan antara nilai rerata skor NRS diantara berbagai kelompok gambaran Head CT Scan tersebut (p < 0,05). Kesimpulan: Nilai SKG dan gambaran Head CT-Scan dapat dijadikan sebagai prediktor perubahan neurobehavior pada penderita trauma kapitis akut ringan-sedang. Kata kunci: Trauma kapitis, Skala Koma Glasgow (SKG), Prediktor, Neurobehavior.

PENDAHULUAN
Trauma kapitis merupakan penyebab kematian dan kecacatan pada anak, dewasa dan pada usia produktif. Di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 1.6 juta orang
Departemen Neurologi RIkultas Kedoktemn USU/RSUP HAdam Malik Medon

pertahunnya mengalami trauma kapitis dan lebih dari 250.000 orang berobat ke rumah sakit. Dari keseluruhannya, 60.000 orang meninggal dan 70.000 sampai 90.000 orang mengalami cacat neurologis pennanen. Kerugian finansial karena kehilangan produktifitas dan hiaya perawatan medis

Neurona, Vo1.25, No.3, April 2008

15

ArUkel Petielitian sekitar 100 milyar dolar Amerika pertahunnya.' Di Inggris, 1800 'pasien per 100.000 penduduk masuk ke ruang gawat daruratdengan traumakapttis." Trauma kapitis dapat menimbulkan berbagai sequelae jangka pendek maupun jangka panjang meliputi gangguan kognitif, behavioral dan keterbatasan fisik." Berbagai gejala neuropsikiatri dapat dijumpai mulai dari yang tidak jelas terlihat sampai gangguan intelektual dan emosional berat. Gejala neuropsikiatri yang berhubungan dengan trauma kapitis meliputi gangguan kognitif gangguan mood, anxiety, psikosis dan problema behavioral.' Penderita-penderita trauma kapitis memerlukan pemeriksaan dan resusitasi yang cepat. Salah satu jenis pemeriksaan yang pada awalnya dikembangkan untuk pemeriksaan di ruang perawatan intensif adalah Skala Kama Glasgow (SKG). Skala neurologikal ini telah diadopsi secara luas sejak diperkenalkanpertamakali tahun 1974. dan telah menjadi standard tool bagi komunikasi status mental pada penderita traumatik dan non-traumatlk," Mukherjee dkk" menggunakan SKG. refleks batang otak, skor motorik, Reaction Level Scale dan Glasgow Liege Scale untuk memprediksi outcome 103 penderita trauma kapitis, dan melaporkan bahwa kombinasi refleks batang otak dan SKG, merupakan prediktor yang paling akurat dalam menentukan outcome? Pillai dkk," melakukan studi retrospektifterhadap 289 penderita trauma kapitis berat (SKG 3 - 8). Studi ini melakukan analisis terhadap usia. tipe injuzy, SKGsaat masuk rumah sakit, reaksi pupil, reflek okulosefalik, skor motorik dari SKG dan adanya midline shift pada CT- Scan sebagai prediktor outcome. Diperoleh hasil bahwa reflek okulosefalik, skat motorik dari SKG dan adanya midline shift pada CTScan sebagai prediktor terpenting terhadap poor outcome setelah 1 bulan. .Suresh," melakukan studi untuk menentukan faktorfaktor yang mempenguruhi outcome pada 340 anak dengan trauma kapitis. Penelitian ini melaporkan dari 95 anak dengan epidural hematom, 8,4% memiliki outcome yang jelek. Dari 100 anak dengan gambaran diffuse cerebral edema pada CTScan, 25% memiliki outcome jelek. Gambaran klinis yang memiliki hubungan dengan prognosis buruk meliputi tidak dijumpainya ocular movement [50%). ukuran dan reaksi abnormal daripupil (49%) serta usia kurang dari 2 tahun (27%). Trauma kapitis sering memiliki kaitan dengan terganggunya pervasive dari behavior, kagnitif, dan fungsi komunikasiserta interaksi yang mengakibatkan timbulnya keterbatasan dari aktivitas sehari-hari dan dalam kehidupan dan disinhibited 38%. apathy 14%, paranoia 5% dan perseveration 35%. ", Machamer dkk" melakukan suatu penelitian terhadap penderita violent dan non-violent trauma kapitis untuk menentukan faktar-faktor yang mempengaruhi outcome neurobehavioral, dari penelitian ini diperaleh Skala Kama Glasgow, tingkat pendidikan, usia tua, jenis kelamin lakilaki dan ras kulit putih sebagai prediktor yang signifikan terhadap outcome neurobehavioral. Lipper-Gruner dkk," yang melakukan studi untuk melihat gangguan neurobehavior terhadap 41 penderita cedera kranio serebral, mendapatkan penderita dengan trauma kapitis berat (SKG < 9) secara keseluruhan memperlihatkan tingginya sksr dari Neurobehavioral Rating Scale [NRS) yang menggambarkan tingginya tingkat disfungsi neurobehavior.

METODE
Studi ini merupakan studi longitudinal dengan sumber data primer diperoleh dari semua penderita trauma kapitis akut ringan dan sedang yang dirawat inap di bangsal neurologi RSUP. H. Adam Malik Medan. Penentuan subyek dilakukan menurut metode konsekutif. Populasi penelitian adalah semua penderita trauma kapitis akut ringan - sedang yang dirawat di ruang rawat inap terpadu [Rindu) A4 DepartemenNeurologi FK-USU/ RSUP. H. Adam Malik Medan. Penelitian dilakukan di Departemen neurologi FK - USUI RSUP.H. Adam Malik Medan dati tanggall November 2006 s/d 30 April 2007. Kriteria inklusi meliputi semua penderita trauma kapitis akut ringan-sedang yang datang dalam 48 jam setelah trauma dan dirawat di Bangsal Neurologi RSUP. H. Adam Malik Medan dan memberikan persetujuan untuk ikut serta dalam penelitian ini. Kriteria eksklusi meliputi penderita trauma kapitis yang tidak dikonfirmasi dengan pemeriksaan CT-Scan otak, memiliki riwayat telah mengalami defisit neurologi dan neuropsikiatri sebelum mengalami cedera kranioserebral, mengalami trauma berat pada wajah, afasia, cedera medula spinalis, tanda-tandaherniasi, dengan trakheostami maupun intubasi, menderita tumor otak, penyakit metabolic dan infeksi susunan saraf pusat berdasarkan anamnesis, klinis dan pemeriksaan laboratorium, serta penderita dengan pemakaian obat-obat tertentu (sedasi, neuromuscular blockers, anaestethics). Trauma kapitis dinyatakan ringan bila SKG 13 -15, CT Scan normal. pingsan < 30 menit, tidak ada lesi aperatif, rawat rumah sakit < 48 jam. amnesia pasca trauma (APT) < 1 jam." Dikatakan sedang bila SKG 9 - 12 dan dirawat > 48 jam, atau SKG > 12 akan tetapi ada lesi operatif intrakranial atau abnormal CT- Scan, pingsan > 30 menit24 jam. APT 1- 24 [am." Skala Kama Glasgow (SKG) adalah suatu skala yang

sosial."

Max dkk." melakukan studi untuk mendapatkan . gambaranklinis dati perubahan kepribadian pada anakyang mengalami cedera kranioserebral. Diperoleh hasil, 59% di antaraanakyang mengalami traumakapitis berat dan 25% dari kelompok trauma kapitis ringan/sedang mengalami perubahan kepribadian, di mana tipe labil49%. aggressive

16

Neurona, Vo1.25, No.3, April 2008

Artikel Penelitian digunakan secara luas sebagai pengukuran klinis semikuantitatif dari tingkat kesadaran berdasarkan keadaan buka mata dan respon verbal dan motorik pendente." Cl-Scan yang akan digunakan adalahX-ray CTsystem, merk Hitachi seri W450. Pengukuran mean volume ditentukan dengan metode estimator volume dari software computer analisa, dengan ketebalan pemotongan/slice 5 10 mm. Hasilnya akan dibaca oleh Dokter Spesialis Radiologi. Penilaian gambaran CT-Scan otak dikelompokkan menjadi :15 Normal. Mild focal injury (misalnya dijumpai adanya kontusio kecil pada hanya satu area di otak). Medium focal injury (dijumpai beberapa kontusio pada 1 atau 2 area yang berdekatan di otak, atau dijumpai subdural hematorn/epidural hematom kecil. Mild/moderate diffuse (beberapa kontusio kecil atau hematom tapi tidak pada daerah yang berdekatan, tapi sebagian besar otak kelihatannya normal. Massive focal injury (epidural/subdural hematom besar atau kontusio berat atau parenchymal hematomas). Massive diffuse injury (dijumpai edema otak menyeluruh atau banyak kontusio di beberapa area. Lokasi lesi pada gambaran CT-Scan otak dikelompakkan menjadi diffuse lesion, left hemisphere,Jronta11obe 1esion.16 Perubahan neurobehavior adalah adanya gejala defisit kognitif, gejala positif neuropsikiatri akibat gangguan penyesuaian diri terhadap fungsi kognitif yang menurun, perubahan kepribadian dan problem tingkah laku." Neurobehavioral Rating Scale (NRS) adalah instrumen "a multi-dimensional clinical" yang dirancang dan telah divalidasi untuk pemeriksaan gangguan neurobehavior akibat trauma kapitiS.1U6 Penilaian mencakup 27 skala, di mana masing-maslng skala meliputi nilai antara 1 sampai 7 (1 = tidak terdapat gejala, 7 = sangat berat), di mana semakin tinggi jumlah skor menunjukkan semakin berat gangguan neurobehavior yang dialami penderita." Selanjutnya penderita diambil secara konsekutifyang memenuhi kriteria inklusi dan tidak ada kriteria eksklusi. Pemeriksaan perubahan neurobehavior dilakukan oleh dokter pemeriksa dengan menggunakan Neurobehavioral Rating Scale (NRS) pada saat nilai SKG penderita telah mencapai nilai 15 dan dalam jangka waktu 2 minggu setelah onset. Data hasil penelitian akan dianalisa secara statistik dengan bantuan program komputer windows SPSS (Statistical Product and Science Service) versi 11. Untuk melihat gambaran karakteristik penderita disajikan dalam bentuk tabulasi dan dideskripsikan, untuk melihat hubungan karakteristik penderita yang meliputi umur, jenis kelamin dengan perubahan neurobehavior dilakukan uji one-way Anova. Sedangkan untuk melihat hubungan tingkat pendidikan dengan perubahan neurobehavior pada penderita trauma kapitis dilakukan uji t-Independent: Untuk melihat pengaruh nilai SKG sebagai prediktor terhadap perubahan neurobehavior dilakukan uji t-Independent Sedangkan untuk mengetahui pengaruh gambaran CT-Scan sebagai prediktor terhadap perubahan neurobehavior dilakukan uji one-way Anova.

HASIL Kakateristik subyek penelitian


Sejumlah 61 orang penderita trauma kapitis akut ring ansedang yang dianalisis pada penelitian ini, terdiri dati 49 orang (80,3 %) laki-laki dan 12 orangwanita (19.7 %).
A'

labolt

Karakterlstlksubyek penelHlan Karakterlsllk sampe! Kelompok umur < 50 tahun ~50 tahun Jenls kelamin Laki·laki Perempuan Status perkawinan Kawin Tidakkawin Tingkat pendidikan n 54 7 49 12 (%) 88,5 11,5 80,3 19,7 41,0 59,0 77,0 13,1 9,9 86,9 11,5 1,6

25
36
47 8 6 53 7 1

Penyebab trauma kap"is Kecelakaan lalulintas Jatuh

SMU SMP SD

Violence

Dati keselurnhan penderita, penyebab paling banyak yang menyebabkan trauma kapitis pada subyek adalah kecelakaan lalu-lintas sebanyak 53 orang (86,~ %), diikuti dengan jatuh sebanyak 7 orang (11.5 %) dan tindakan kriminal t orang (1,6 %). Dari 61 sampel yang diamati, subyek yang memiliki nilai SKG 13-15 sejumlah 41 orang (67.2 %), sedangkan yang memiliki nilai SKG 9-12 sejumlah 20 orang (32,8 %)(tabe12).
Tabel2. Distribusi sampel berdasarkan nilai SKG SKG 13-15 9-12

n
41

(%) 67,2 32,8

20

Berdasarkan gambaran Head CT-Scan, gambaran Head C1!Scan normal ditemukan pada 42 subyek (68,9 %), diikuti 2 subyek (3.3 %) denganmildfocal injury, 3 subyek (4,9 %) denganmediumfocal injury, 3 orang (4,9 %) denganmild/ moderate diffuse injury. 6 orang (9,8 %) dengan massive /0-

Neurona, Vol.25, No.3, April 2008

17

Arilke] Peneliiiati cal injury, dan 5 orang (8,2 %) dengan massive diffuse injUly (tabeI3). Tabel3. Distribusl sampel berdasarkan gambaran HeadCT-8can

HeadCTScan Normal Mild focal injury Medium focaf injury Mild/moderate diffuse Massive focal injury Massive diffuse injury
Total

n
42

flo)
68,9 3,3 4,9 4,9 9,8 8,2 100,0

Berdasarkan garnbaran Head CT-Scan, maka nilai rerata skor NRS tertinggi terdapat pada kelompok massive diffuse injury [135,00 ± 3,54), diikuti kelompokmassivefocal injuzy(116,50 ± 10,21), mild/moderate difjuse (111,33 ± 20,03), medium focal injury (84,67 ± 13,32), sertamildfocal injury (42,00 ± 21,21) (p = 0,001) (tabel s)
Tabel5, Dlstrlbusl rerata skor NRS menurut gambaran Head CT-Scan

3 6

3 5

Head CT-Scan n Normal Mild focal injul}' '" Medium focal injury Mild/moderate diffuse Massive focal injury Massive diffuse injury
42

NRS x±SD 42,69 ± 18,38 42,00 ± 21,21 84,67 ± 13,32 - 111,33 ± 20,03 116,50 ± 10,21 135,00 ± 3,54 62,93 ± 37,80

p
0,001

61

Berdasarkan tingkat pendidikan, maka nilai rerata skor NRS paling tinggi pada tingkat pendidikan SD (87,50 ± 42,34). Hasil analisa statistik menunjukkan tidak dijumpai perbedaan yang signifikan dalarn nilai retata skor NRS antara kelompok SMU, SMP maupun SD (p = 0,060) (tabe14).
Tabel4. Dlslribusi rerata skor NRS menu rut IIngkat pendldlkan Tingkat pendldikan n NRS x±SD 56,77 80,75 87,50 62,93 ± 37,84 ± 20,60 ± 42,34 ± 37,80 0,060

2 3 3 6 5

Total 61 Keterangan : ujl one-way Anova, p < 0,05

Total

SMU SMP SD

Berdasarkan lokasi lesi yang didapat dari garnbaran Head CT-Scan maka nilai rerata skor NRS paling tinggi dijumpai pada kelompok lesi difus sebesar 118,33 ± 15,99, diikuti dengan lesi lobus frontal sebesar 110,75 ± 28,38, serta lesi otak kiri sebesar 89,67 ± 42,81. (p = 0,001).
Tabel6. Frekuensl dlstrlbusl gelala gangguan neurobehavlor pada penderlta trauma kapltls akut rlngan - sedang berdasarkan NRS No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Gangguan neurobehavklr

47 8 6 61

Keterangan : uji one-way Anova.

p > 0,05

1
Tidak perhalian 27,9 . 67,2 Gejala fisik Gangguan orientasi 63,9 Ansletas 29,5 Kurangnya ekspresi 63,9 Kemunduran emosi 57,4 Gangguan konsepsual 59,0 Disinhibisi 50,8 Rasa bersalah 62,3 Delisil memori 26,2 Agllasl 29,5 Tilikan yang akurat 62,3 Mood depressive 42,6 Sikap pennusuhan 54,1 Penurunan lnisiatif 50,8 Kecurigaan 54,1 Cepat lelah 57,4 Tingkail laku hafusinasi 59,0 Kemunduran motorlk 62,3 lsi pikiran yang tidak biasa 62,3 Afek tumpul 57,4 Kegairahan 47,S Rancana yang tidak balk 36,1 Mood yang labi! 37,7 Ketegangan 59,0 Kekurangan pemahaman 55,7 Gangguan artikulasi berbicara 60,7
1. Tidak dijumpal 5. Sedangl Berat
2. Sangal ringan 6. Beral

gambar t,

Berdasarkan kelompok umur maka nilai rerata skor NRS pada kelompok umur < 50 tahun adalah 56,67 ± 34,69, sedangkan pada kelompok umur ~ 50 tahun nilai rerata skorNRS sebesar 111,29 ± 24,11 (p = 0,001). Berdasarkan nilai SKG maka nilai rerata skor NRS tertinggi dijumpai pad a kelompok nilai SKG 9-12 sebesar 106,05 ± 30.48, Sedangkan nilai rerata skor NRS pada kelompok SKG 13-15 sebesar 41,90 ± 17,88 [p = 0.001). Distribusi nilai SKGberdasarkan NRS dapat dilihat pada
Gambar 1. Grafik dlstrlbusl nllal SKG berdasarkan NRS

11

'~'r------------------------~--~

··~"""~'~""·'~·~·'.w.w

•••••••••• •••cn",_.'.~_r n

..

'_~_"'U···•,••,••,••~.,.••.••n.n""" •

•• n""'w.""

•••••••• ,•• ,•• ' •••n ••••• ,•• ,•• ' .. ' .. n_~."_

,..

12 13 14 15 16 17 1B 19 20 21 22 23 24 25 26 27

2 27,9 21,3 3,3 24,6 11,5 19,7 13,1 13,1 11,5 11,5 9,8 13,1 23,0 lB,O 31,1 23,0 18,0 26,2 9,8 11,5 24,6 3,3 4,9 21,3 14,8 16,4 11,5

FreIa1ens1 ~l NRS 3 4 5 16,4 21,3 6,6 6,6 1,6 3,3 19,7 13,1 0 14,8 13,1 18,0 6,6 16.4 1,6 4,9 0 1,6 1,6 4,0 0 4,9 4,9 3,3 9,8 13,1 0 4,9 4,9 8,2 8,2 8,2 8,2 13,1 9,8 1,6 13,1 1,6 1,6 6,6 0 0 0 11,5 6,6 11,5 11,5 0 11,5 11,5 1,6 0 14,8 0 1,6 1,6 3,3 6,6 13,1 0 3,3 14,B 19,7 19,7 9,8 19,7 0 3,3 18,0 19,7 3,3 9,8 16,4 0 1,6 3,3 1,6 1,6 3,3 1,6

0 0 0 0 0 0 0 0 8,2 8,2 8,3 13,1 11,5 11,5 1,6 1,6 23,0 21,3 13,1 23,0 0 0 8,2 9,8 16,4 4,9 0 0 0 0 0 0 0 0 11,5 9,B 4,9 1,6 0 0 0 0 8,2 27,9 0 0 0 0 9,8 11,5 11,5 9,8

Sublot

Ketillallgan

3. Rlngan

4. Sedang

7, Sanga! Berat

18

Neurona, Vo1.25, No.3, April 2008

ktikel
Berdasarkan data diatas maka terlihat di antara 27 gejala gangguan neurobehavior, maka persentase gejala yang paling banyak dialami oleh penderita trauma kapitis akut ringansedang pada penelitian ini meliputi gangguan memori, ansietas, gangguan perhatian serta agitasi.

Penelitian

DISKUSI
Pada penelitian ini diperoleh subyek penelitian yang terbanyak adalah laki-laki sebanyak 49 orang (80,3%) sedangkan wanitasebanyak 12 orang (19,7%). Sebanyak25 orang (41,0%) telah menikah dan 36 orang (59,0%) belum menikah. Rentang usia subyek adalah 17 tahun hingga 60 tahun, di mana kelompok usia yang terbanyak adalah <50 tahun sebanyak 54 orang (88,5%), sedangkan kelompok usia > 50 tahunsebanyak 7 orang (11,5%). Dari keseluruhan penderita, penyebab paling banyak yang menyebabkan trauma kapitis pada subyek adalah akibat kecelakaan Ialu-lintas sebanyak 53 orang (86,9%), diikuti dengan jatuh sebanyak 7 orang (11,5%) dan akibat tindakan kriminal t orang (1,6%). Karakteristik subyek penelitian yang dilakukan oleh Hammond dkk,? terhadap 927 penderita trauma kapitis dengan tujuan mendapatkan gambaran fungsi kognitif, komunikasi dan perubahan sosial akibat trauma kapitis mendapatkan usia rata-rata subyek 36,3 tahun dengan simpangan baku 15,6 tahun. Sebanyak 76% subyek adalah laki-Iaki. Sedangkan penyebab terbanyak trauma kapitis pada penelitian tersebut adalah kecelakan lalu-lintas sebesar 50%, violence 23%, akibat jatuh 13%, pedestrian 10%, akibat olahraga < 1%, sertalain-lain <1%. Berdasarkan nilai SKG, pada penelitian ini diperoleh 41 penderita (67,2%) dengan nilai SKG 13-15, sedangkan penderitadengannilaiSKG 9-12 sebanyak20 orang (32,8%). Hal ini sesuai dengan penelitian Machamer dkk," yang mendapatkan jumlah penderita trauma kapitis terbanyak padakelompokSKG 13-15 (56,0%). Tingkat pendidikan turut mempengaruhi perubahan neurobehavior. Hal tersebut terlihat pada studi ini, di mana pada penelitian ini diperoleh gangguan neurobehavior paling berat yang ditandai dengan paling tingginya skor NRS terdapat pad a kelompok penderita dengan tingkat pendidikan terendah yaitu Sekolah Dasar (87,50 ± 42,34). Sedangkan perubahan neurobehavior paling ringan dialami penderita padakelompok tingkat pendidikan SMU (56,77 ± 37,84), ditandai dengan lebih rendahnya nilai rerata skor NRS. Namun perbedaan rerata nilai skor NRS ini tidak signifikan. Menurut penelitian Machamer dkk," yang melakukan studi untuk mengetahui outcome neurobehavioral terhadap penderita violent dan non-violent trauma kapitis melaporkan bahwa prediktor yang mempengaruhi outcome neurobehavioral adalah nilai SKG, rendahnya tingkat pendidikan, usia tua serta jenis kelamin laki-laki,

Berdasarkan umur, maka penderita dengan usia >50 tahun mengalami perubahan neurobehavior yang lebih berat ditandai dengan skor NRS yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok penderita usia < 50 tahun. Pada penelitian ini perbedaan nilai rerata skor NRS antara penderita usia <50 tahun dengan > 50 tahun berbeda bennakna (p = 0,000). Tingkat keparahan trauma kapitis dapat mempengaruhi tingkat perubahan neurobehavior. Pada studi ini penderita dengan nilai SKG 9-12 mengalami perubahan neurobehavior lebih berat ditandai dengan lebih tingginya nilai rerata skor NRS (106,05 ± 30,48) dibandingkan dengan nilai rata-rata skor NRS pada kelompok penderita dengan SKG 13-15 (41,90 ± 17,88f. Berdasarkan analisis statistik dijumpai perbedaan signifikan nilai rerata skor NRS antara subyek dengan nilai SKG 13-15 dengan subyekyang memiliki nilai SKG 9-12 (p == 0,001). Hal ini sejalan dengan penelitian Lipper-Gruner dkk, 12 yang melakukan studi untuk melihat gangguan neurobehavior terhadap 41 penderita cedera kranioserebral, mendapatkan hasil bahwa penderita dengan trauma kapitis berat (SKG<9) secara keseluruhan memperlihatkan tingginya skor Neurobehavioral Rating Scale (NRS)yang menggambarkan tingginya tingkat disfungsi neurobehavior. Trauma kapitis dapat menimbulkan berbagai sequelae jangka pendek maupun jangka panjang meliputi gangguan kognitif, behavioral dan keterbatasan fisik.' Hal ini dapat mengganggu program rehabilitasi, kemampuan untuk kembali bekerja dan hubungan sosial." Berbagai gejala neuropsikiatri dapat dijumpai mulai dari yang tidak jelas terlihat sampai gangguan intelektual dan emosional berat. Gejala neuropsikiatri yang berhubungan dengan trauma kapitis meliputi gangguan kognitif, gangguan mood, anxiety, psikosis dan problema behavioral.' Beberapa studi terdahulu telah melaporkan bahwa gambaran Head CT-Scan merupakan salah satu prediktor penting terhadap outcome penderita trauma kapitis. Pada studi ini, gangguan neurobehavior paling berat yang ditandai dengan tingginya nilai rerata skor NRS terdapat pada kelompok dengan gambaran massive diffuse injury (135,00 ± 3,54) diikuti kelompok massive focal injury (116,50 ± 10,21), mild/moderate diffuse injury (111,33 ± 20,03) medium focal injury (84,67 ± 13,32), sertamildfocal injury (42,00 ± 21,21) (p = 0,001). Hal ini sesuai dengan penelitian Srinivasan," yang melakukan studi terhadap 85 penderita trauma kapitis moderat (SKG 9-12) yang meninggal, mengalami disabilitas berat atau problema kognitif dan behavioral pada hari pertama setelah trauma. Dilaporkan bahwa hampir 40% penderita mengalami sequelae neuropsychological, di mana kombinasi data CT-Scan dengan respon verbal dan gejala neurologis dapat menjadi prediktor yang akurat pada trauma kapitis sedang. Dijumpainya lesi baik pada hemisfer kiri maupun pada hemisfer kanan berperan dalam menimbulkan gejala-gejala psikotik pada penderita cedera kepala. Kerusakan terhadap

Neurona, Vol.25, No.3, April 2008

19

AItikel Penelitian area orbital-frontal menimbulkan disinhibition, sedangkan kerusakan pada convexity lobus frontal menyebabkan dysexecutive symptoms. Kerusakan pada lobus temporal dapat menimbulkan emotional lability dan gangguan memory.' Lesi pada temporal parietal dapat menyebabkan agitasi, hiperocti:ve state, keterlibatan area paralimbic dapat menyebabkan agitasi, delusi dan halusinasi." Defisit spesifik pada fungs kognitif bergantung pada lokasi dan beratnya cedera serta riwayat premorbit, pendidikan dan usia. Gangguan kognitf yang paling sering setelah cedera kepala akut adalah gangguan kewaspadaan, atensi dan konsentrasi." Pada penelitian ini diperoleh gejala gangguan neurobehavior yang paling banyak dialami oleh penderita akibat trauma kapitis meliputi gangguan memori, gangguan perhatian, ansietas dan agitasi. Ditinjau dari hubungan letak lesi dengan timbulnya gangguan neurobehavior, pada studi ini diperoleh nilai rerata skor rata-rata NRS paling tinggi pada kelompok penderita dengan lesi difus (118,33 ± 15,99) yang menunjukkan tingkat keparahan neurobehavioral yang dial ami penderita, diikuti penderita dengan lesi pada lobus frontal (110,75 ± 28,38). Nilai rata-rata skor NRS paling rendah terdapat pada kelompok penderita tanpa: dijumpainya lesi dari gambaran Head CT-Scan. Perbedaan nilai rerata skor NRS di tinjau dari lokasi lesi berbeda bermakna berdasarkan uji one-way Anova (p = 0,001). Thteno dkk," melaporkan bahwa baik penderita dengan aggressive behavior maupun non-aggressive setelah trauma kapitis terbanyak memiliki lesi difus pada gambar CT-Scan, sedangkan lesi pada lobus frontallebih banyak dijumpai pada kelompok aggressive. Berdasarkan percobaan pada animal model, maka adanya gangguan behavioral setelah trauma kapitis serta proses pemulihannya berhubungan denganftmctional depression dari neuron. Semakin berat trauma kapitis, semakin besar kejadian post-traumatic neural depression dan semakin berat pula disfungsi behavioral yang dialami oleh penderita akibat trauma kapi tis. 23

KESIMPULAN DAN SARAN


Nilai rerata skor NRS pada kelompok SKG 9-12 lebih tinggi daripada nilai rerata skor NRS dengan kelompok SKG 13-15 (p = 0.001),.dengandemikiannilaiSKGdapatmenjadi prediktor terhadap gangguan nemobehavior. Nilai rerata skor NRS paling tinggi pada kelompok dengan gambaran Head CT-Scan massive diffuse injury, sedangkan nilai rerata skor NRS paling rendah pada kelompok mild focal injury (p = 0,001), dengan demikian gambaran Head CT-Scan dapat menjadi prediktor terhadap gangguan neurobehavior. Gejala gangguan neurobehavior yang paling banyak dial ami oleh penderita akibat trauma kapitis meliputi gangguan memori, gangguan perhatian, ansietas dan agitasi. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar dan kriteria inklusi serta eksklusi yang lebih ketat. Hasll penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi dokter dalam rangka perencanaan terapi medikamentosa maupun rehabflitasi sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup penderita trauma kapitis.

20

Neurone, Vo1.25. No.3, April 2008

Artikel

Penelitian

DAFTAR PUSTAKA
1. Marik PE, VaronJ, Trask:T. Management ofhead trauma. Chest 2002;122:699-711. 2. Graham DI, McIntosh TIC Neuropathology of Brain Injury. In: Evan RW, editor. Neurology and ThlUma. Philadelphia: WE. Saunders Company;1996. p.53 - 90. 3. Kreutzer JS, Marwitz JH, l1blker W, Sander A, Sherer M, Bogner J, et a1. Moderating fuctors in Return to Work and Job Stability After 'Ihlumatic Brain Injury. J Head Trauma Rehabil 2003;18:128 - 38. 4. Rao V, Lyketsos C. Neuropsychiatric Sequelae of Traumatic Brain Injury. Psychosomatic 2000:41:95-103. 5. Gill M, Steele R, WIndemuth R, Green SM. A Comparison of Five Simplified Scales to the Out-of-hospital Glasgow Coma Scales for the Prediction of Traumatic Brain Injury Outcomes. Academic Emergency Medicine 2006;13:968-73. 6. Mukherjee KK, Sharma BS, Ramanathan SM, Khandelwa IN, Kak VK. A Mathematical Outcome Prediction Model in Severe Head Injury: A Pilot Study. Neurol India 2000;48:43-8. 7. Pillai Sv, Kolluri VR, Praharaj SS. Outcome Prediction Model for Severe Diffuse Brain Injuries: Development and evaluation. Neural India 2003;51:345-49. 8. Suresh HS, Praharaj SS, Devi BI, Shukla D, Kolluri VRS. Prognosis in Children With Head Injury: An Analysis of 340 patient. Neural India 2003;51:16-18. 9. Hammond FM, Hart 1; Bushnik 1; Corrigan JD, Sasser H. Change and Predictor of Change in Communication, Cognition, and Social Function Between 1 and 5 Years After 'Ihlumatic Brain Injury. J Head Trauma Rehabilitation 2004;
19:314-28.

13. PERDOSSI. Konsensus Nasional Penanganan 'Ihluma Kapitis dan 'Il'auma Spinal. Jakarta:PERDOSSI;2006. 14. Mayer SA, Rowland LP. Head Injury. In: Rowland LP, editor. Merritt's Neurology. 10th ed. Philadelphia:Lippincott MillIiams &' Wilkins;2000. p.401-6. 15. Wlrdlaw JM, Easton VI, Statham R Which CT Features Help Predict Outcome After Head Injury? J Neural Neurosurg Psychiatry 2002;72:188 - 92. 16. Tateno A, Jorge RE, Robinson RG. Clinical Correlated of Aggresive Behavior After Traumatic Brain Injury. J Neuropsychiatry Clin Neurosci 2003;15:155-60. 17. Lumempouw",SF. Gangguan Neurobehavior pada Cedera Kepala. Dalam: Hakim M, Ramli Y, Diatri NL, Hamonangan R, Bayu P, Roiana N. editors. Proceeding Updates in Neuroemergencies II. Jakarta: Bolai Penerbil FKUI;2004.h.14 - 19. 18. Levin HS, Williams DH, Eisenberg HM, High Jr VViW", Guinto Ir FC. Serial MRI and Neurobehavioral Findings After Mild to Moderate Closed Head Injury. J Neural Neurosurg Psychiatry 1992;55:255-62. (abstract) 19. Masur H. editor. Scales and Scores in Neurology: Quantification of Neurological Deficits in Research and Practice. New York:Thieme; 2004. p.267-69. 20. Goldstein FC, Levin HS, Goldman WP, Kalechstein AD, Clark AN, AItonen TIC Cognitive and Behavioral Sequelae of Closed Head Injury in Older Adults According to Their Significant Others. J Neuropsychiatry Clin Neurosci
1999;11:38-44.

21. Srinivasan US. A Mathematical Model for Predicting the Outcome in Moderate Head Injury. Neurol India 2006;54:2832.

10. Max JE, Roberston BAM, Lansing AB. The Phenomenology of Personality Change Due to Traumatic Brain Injury in Children and Adolescents. J Neuropsychiatry Clin Neurosci 2001;13:161-70. 11. Machamer JE, Temkin NR, Dikmen SS. Neurobehavioral Outcome in Persons With Violent or Nonviolent 'Il'aumatic Brain Injury. J Head Trauma Rehabilitation 2003;18:38797.

22. Drubach DA, Peralta LM. Psychiatric Complications. In: Maull KJ, Rodriguez A, Wiles CE III. editors. Complications in 'Il'auma and Critical Care. Philadelphia: W.B. Saunders Company;1996. p.l04 -10. 23. Hernadez TD. Post-Traumatic Neural Depression and Neurobehavioral Recovery after Brain Injury. J Neurotrauma 2006; 23:1211-21.

12. Lipper-Gruner M, Johannes K, Martin H, Norfrid K. NeurobehavioraJ Deficits After Severe 'Il'aumatic Brain Injury (TEl). Brain Injury 2006;20:569-574. (abstract).

Neurona, Vo1.25, No.3, April 2008

21

Вам также может понравиться