Вы находитесь на странице: 1из 25

Ditulis oleh Abu Salma pada Mei 15th, 2007

Menjawab Syubuhat Quburiyun 1

Oleh : Syaikh ‘Ali Babakar

Ada sebuah syubuhat yang dilontarkan oleh para penyembah kubur


(quburiyun) terhadap orang yang mengingkari mereka mengenai
istighotsah (meminta pertolongan) kepada orang yang mati, mereka
berkata :

“Kami bersyahadat Laa ilaaha illa Allahu dan Muhammad Rasul Alloh.
Kami juga berkeyakinan bahwa Alloh adalah yang Maha Pencipta,
Pemberi Rezeki, Pengatur (alam semesta), Pemberi mudharat dan
manfaat, di tangan-Nyalah segala sesuatu dan Dia-lah yang
menurunkan hujan. Kami juga tahu bahwa mayit (wali Alloh) tidaklah
memiliki kemanfaatan dan kemudharatan dengan sendirinya. Akan
tetapi dia (si mayit ini) adalah seorang yang shalih dan memiliki
kedudukan di sisi Alloh. Maka dari itu, kami berdo’a dan bertawassul
kepada Alloh melalui perantaraannya, supaya dirinya memberikan
syafa’at bagi kami di sisi Alloh sehingga do’a kami maqbul (diterima).
Dia (si mayit ini) adalah penengah antara kami dengan Alloh, karena
ketaatan kami amatlah sedikit sedangkan dosa kami amatlah
berlimpah, sehingga apabila kami meminta langsung kepada Alloh
tanpa penengah, maka niscaya do’a kami takkan diterima dikarenakan
banyaknya dosa kami. Karena itulah kami jadikan seorang wali (yang
telah mati) sebagai penengah antara diri kami dengan Alloh.”

Jawaban syubuhat ini dari beberapa segi :

Pertama, syahadat Laa ilaaha illa Allahu dan Muhammad Rasul Alloh
itu memiliki pembatal-pembatal dan barangsiapa yang melakukan
salah satu diantara pembatal-pembatal ini maka telah kafir, walaupun
dia mengucapkan (syahadat ini) dengan lisannya setiap hari, kecuali
apabila ia bertaubat dari pembatal ini dan ruju’ (kembali kepada
kebenaran).

Sebagai contohnya adalah kaum munafiqin, mereka bersyahadat Laa


ilaaha illa Allahu dan Muhammad Rasul Alloh, bahkan terkadang
mereka pun turut berjihad bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Salam. Meski demikian, mereka termasuk kaum yang berada di dasar
neraka terdalam yang tiada berguna sedikitpun syahadat mereka.

Alloh Ta’ala berfirman :


ُ ُ ‫سول‬
‫ه‬ ُ ‫ك ل ََر‬ ُ َ ‫عل‬
َ ّ ‫م إ ِن‬ ُ ّ ‫والل‬
ْ َ‫ه ي‬ َ ‫ه‬ِ ّ ‫ل الل‬ُ ‫سو‬ ُ ‫ك ل ََر‬َ ّ ‫هدُ إ ِن‬ ْ َ ‫قاُلوا ن‬
َ ‫ش‬ َ ‫ن‬ ُ ‫ف‬
َ ‫قو‬ ُ ْ ‫ك ال‬
ِ ‫مَنا‬ َ َ‫جاء‬ َ ِ‫إ‬
َ ‫ذا‬
‫ن‬ َ
َ ‫ن لكاِذُبو‬َ َ ‫قي‬ِ ‫ف‬ِ ‫مَنا‬ ْ
ُ ‫ن ال‬ ّ ِ ‫هدُ إ‬َ ‫ش‬ْ َ‫ه ي‬ ّ
ُ ‫والل‬َ

“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata:


“Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul
Allah”. dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar
Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang
munafik itu benar-benar orang pendusta.” (QS Al-Munafiqun : 1)

Dan tatkala Nabi hendak mensholati pemimpin kaum munafiqin, Abdullah bin ‘Ubay bin Salul, turunlah
ayat ini :

َ َ
ِ ّ ‫فُروا ِبالل‬
‫ه‬ َ َ‫م ك‬
ْ ‫ه‬
ُ ّ ‫ه إ ِن‬
ِ ‫ر‬
ِ ْ ‫قب‬َ ‫عَلى‬َ ‫م‬ ْ ‫ق‬ُ َ ‫وَل ت‬
َ ‫دا‬ً َ ‫ت أب‬ َ ‫ما‬ َ ‫م‬ْ ‫ه‬
ُ ْ ‫من‬
ِ ‫د‬ َ ‫عَلى أ‬
ٍ ‫ح‬ َ ‫ل‬ َ ُ ‫وَل ت‬
ّ ‫ص‬ َ
‫ن‬ َ ‫قو‬ُ ‫س‬
ِ ‫فا‬َ ‫م‬ ْ ‫ه‬ُ ‫و‬ َ ‫ماُتوا‬ َ ‫و‬ َ ‫ه‬ِ ِ ‫سول‬ُ ‫وَر‬َ

“Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah)


seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri
(mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka Telah kafir kepada
Allah dan rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.” (QS At-
Taubah : 84)

Demikian pula dengan apa yang kita dengar pada zaman ini dari anak-
anak kaum muslimin, yaitu apabila mereka marah maka mereka akan
mencela Alloh dan Rasul-Nya serta mencela agama ini, maka hal ini,
tidak diragukan lagi akan kekafirannya, walaupun mereka
mengucapkan Laa ilaaha illa Allahu dan Muhammad Rasul Alloh dan
walaupun mereka berada di tengah-tengah kaum muslimin.

Qodiyaniyah, mereka juga bersyahadat Laa ilaaha illa Allahu dan


Muhammad Rasul Alloh, akan tetapi mereka berkeyakinan bahwa
Mirza Ghulam Ahmad al-Qodiyani adalah seorang Nabi yang diutus
Alloh. Maka mereka telah kafir dikarenakan mereka telah
mendustakan Alloh dan Rasul-Nya di dalam keyakinan bahwa
Muhammad adalah penutup para nabi.

Demikian pula dengan orang yang menyembah kepada selain Alloh,


seperti sholat, sujud, berkurban atau berdo’a kepada selain Alloh.
Maka ia telah menyekutukan Alloh dan telah kafir, walaupun ia
senantiasa mengucapkan Laa ilaaha illa Allahu dan Muhammad Rasul
Alloh dengan lisannya. Syahadatnya ini tidaklah berfaidah baginya,
dikarenakan ia telah melakukan amalan yang membatalkannya.
Sebagaimana seorang manusia masuk ke dalam Islam dengan dua
kalimat syahadat Laa ilaaha illa Allahu dan Muhammad Rasul Alloh,
maka demikian pula ia akan keluar dari Islam dengan satu ucapan
kufur yang ia ucapkan dan ia sadar akan maknanya.
Para ulama fikih telah menyebutkan di dalam kitab-kitab fikih dalam
bab hukum murtad, yaitu suatu amalan yang apabila seorang muslim
mengamalkannya maka ia telah keluar dari agama Islam dan diminta
untuk bertaubat selama tiga hari . Apabila ia bertaubat (maka
2

Alhamdulillah) dan apabila ia tidak maka ia dibunuh, sebagaimana


sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam : “Barangsiapa merubah
agamanya maka bunuhlah.”

Termasuk diantaranya adalah seseorang yang menolak tentang


keharaman zina atau segala sesuatu yang telah jelas dan telah
disepakati keharamannya. Apabila ia jahil (bodoh) maka diterangkan
kepadanya, dan apabila ia masih bersikeras maka ia telah kafir.
Demikian pula orang yang menolak kewajiban ibadah dari lima rukun
Islam, atau menolak kehalalan roti dan semisalnya yang tidak ada
perselisihan sedikitpun di dalamnya, ataupun menolak keharaman babi
atau haramnya meminum khomr, apabila telah dijelaskan padanya
dan ia masih bersikeras, maka ia telah kafir.

Kedua, ucapan mereka : “Kami juga berkeyakinan bahwa Alloh adalah


yang Maha Pencipta, Pemberi Rezeki, Pengatur (alam semesta),
Pemberi mudharat dan manfaat, di tangan-Nyalah segala sesuatu dan
Dia-lah yang menurunkan hujan.”

Maka saya jawab : Aqidah semacam ini saja tidaklah cukup, namun kita juga harus mentauhidkan Alloh
Yang Maha Suci di dalam segala bentuk peribadatan dan tidak boleh kita palingkan kepada selain-Nya.
Kita tidaklah beribadah melainkan hanya kepada Alloh dan termasuk diantara bentuk ibadah adalah sholat,
sujud, berkurban dan berdo’a. Maka kita tidaklah sholat melainkan hanya kepada Alloh, kita tidak sujud
kepada selain Alloh dan kita tidak pula berkurban dan berdo’a kepada selain Alloh. Apabila Anda
berkeyakinan bahwa Rabb Yang Maha Suci, Dia-lah yang menurunkan hujan, lantas mengapa Anda
memohon hujan kepada selain-Nya? Mengapa Anda berucap : “Ya Syaikh Faris, datangkanlah hujan!!!”

Alloh Jalla wa ‘Ala telah mengisahkan di dalam banyak tempat di


dalam Kitab-Nya yang mulia mengenai keadaan kaum kuffar yang
mana mereka mengimani bahwa Alloh-lah Yang Maha Pencipta, Maha
Pemberi Rezeki dan Pengatur alam semesta. Dia-lah yang
menundukkan matahari dan bulan dan yang menurunkan hujan. Akan
tetapi, keyakinan ini belaka tidaklah memberikan manfaat bagi
mereka, dikarenakan mereka tidak mentauhidkan Alloh Yang Maha
Suci di dalam peribadatan, namun mereka memalingkannya dan
menyekutukan-Nya dengan selain-Nya. Mereka berkurban ditujukan
untuk patung-patung orang yang shalih dan selainnya, dan mereka
bernadzar serta berdo’a kepada mereka.

Ahli Tafsir yang terkenal, As-Suyuthi Rahimahullahu di dalam tafsir


Jalalain berkata tentang tafsir firman Alloh Ta’ala berikut ini :
‫ن‬ ُ ‫ر‬
َ ‫كو‬ ْ ‫م‬
ِ ‫ش‬ ُ ‫م‬
ْ ‫ه‬ َ ‫ه إ ِّل‬
ُ ‫و‬ ِ ّ ‫م ِبالل‬ ُ ‫ن أ َك ْث َُر‬
ْ ‫ه‬ ُ ‫م‬ ْ ُ ‫ما ي‬
ِ ‫ؤ‬ َ

“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah,


melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan
sembahan-sembahan lain).” (QS Yusuf : 106)

Beliau Rahimahullah berkata : “Dan sebahagian besar dari mereka


tidak beriman kepada Allah” maksudnya mereka (orang kafir)
menetapkan bahwa Alloh adalah Yang Maha Menciptakan dan Memberi
Rezeki. “melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah” yaitu
dengan menyembah patung-patung, oleh karena itu mereka berkata
ketika bertalbiyah (di saat haji) : “Kami memenuhi panggilan-Mu dan
tiada sekutu bagi-Mu melainkan sekutu yang Engkau miliki sedangkan
ia tidak memiliki.” Inilah yang mereka maksudkan.”

Alloh Ta’ala berfirman dalam surat al-Ankabut


َ َ
ّ ُ ‫قول‬
‫ن‬ ُ َ ‫مَر ل َي‬ َ ‫ق‬ َ ْ ‫وال‬ َ ‫س‬ َ ‫م‬ ْ ‫ش‬ ّ ‫خَر ال‬ ّ ‫س‬ َ ‫و‬ َ ‫ض‬ َ ‫واْلْر‬ َ ‫ت‬ ِ ‫وا‬َ ‫ما‬ َ ‫س‬ ّ ‫ق ال‬ َ َ ‫خل‬ َ ‫ن‬ ْ ‫م‬ َ ‫م‬ ْ ‫ه‬ ُ َ ‫سأل ْت‬ َ ‫ن‬ ْ ِ ‫ول َئ‬ َ
‫ن‬ َ ْ َ ُ ّ ُ َ ْ َ َ ّ
ّ ِ‫ه إ‬ ُ ُ ‫ل‬ ‫ر‬ ‫د‬
ِ ‫ق‬ َ ‫ي‬ ‫و‬
َ ‫ه‬
ِ ‫د‬
ِ ‫با‬َ ‫ع‬
ِ ‫ن‬
ْ ‫م‬ِ ُ ‫ء‬ ‫شا‬ َ ‫ي‬ ‫ن‬
ْ َ ‫م‬ ِ ‫ل‬ َ ‫ق‬ ‫ز‬ْ ‫ر‬
ّ ‫ال‬ ‫ط‬ ‫س‬ُ ْ ‫ب‬ َ ‫ي‬ ‫ه‬
ُ ‫ل‬ ‫ال‬ (*) ‫ن‬
َ ‫كو‬ ‫ف‬ ‫ؤ‬ ُ ‫ي‬ ‫نى‬ ّ ‫أ‬ ‫ف‬ ‫ه‬
ُ ‫ل‬ ‫ال‬
َ َ ً‫ء ماء‬ َ
‫ه‬
ِ ِ ‫حَيا ب‬ ْ ‫فأ‬ َ ِ ‫ما‬ َ ‫س‬ ّ ‫ن ال‬ َ ‫م‬ ِ ‫ل‬ َ ‫ن ن َّز‬ ْ ‫م‬ َ ‫م‬ ْ ‫ه‬ ُ َ ‫سأل ْت‬ َ ‫ن‬ ْ ِ ‫ول َئ‬ َ (*) ‫م‬ ٌ ‫عِلي‬ َ ‫ء‬ ٍ ‫ي‬ ْ َ ‫ل‬
‫ش‬ ّ ُ ‫ه ب ِك‬ َ ّ ‫الل‬
‫ن‬َ ‫قُلو‬ ِ ‫ع‬ْ َ ‫م َل ي‬ ْ ‫ه‬ ُ ‫ل أ َك ْث َُر‬ ْ َ‫ه ب‬ ِ ّ ‫مدُ ل ِل‬ ْ ‫ح‬َ ْ ‫ل ال‬ ِ ‫ق‬ ُ ‫ه‬ ُ ّ ‫ن الل‬ّ ُ ‫قول‬ ُ َ ‫ها ل َي‬ َ ِ ‫وت‬
ْ ‫م‬ َ ‫د‬ ِ ‫ع‬ ْ َ‫ن ب‬ ْ ‫م‬ ِ ‫ض‬ َ ‫اْلْر‬
َ

“Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah


yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan
bulan?” tentu mereka akan menjawab: “Allah”, Maka betapakah
mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar). Allah melapangkan
rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba- hamba-Nya
dan dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui segala sesuatu. Dan Sesungguhnya jika kamu
menanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menurunkan air dari
langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?” tentu
mereka akan menjawab: “Allah”, Katakanlah: “Segala puji bagi Allah”,
tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya).” (QS Al-Ankabut :
61-63)

Imam Mufassirin Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thobari


Rahimahullahu berkata di dalam tafsirnya mengenai ayat ini :

“Alloh Ta’ala berfirman : “Sesungguhnya jika kamu tanyakan” wahai


Muhammad, “kepada mereka” kaum musyrikin, “Siapakah yang
menjadikan langit dan bumi” dan meratakannya, “dan menundukkan
matahari dan bulan” bagi hamba-hamba-Nya yang beredar secara
kontinu bagi kemaslahatan hamba-hamba Alloh? “tentu mereka akan
menjawab:” yang menciptakan dan melakukan demikian ini adalah
Alloh. “Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang
benar)”. Alloh Jalla Tsana’uhu berfirman : Bagaimana mereka bisa
berpaling dari Alloh yang melakukan hal ini dan memalingkannya dari 3

mengikhlaskan diri di dalam peribadatan kepada Alloh, sebagaimana


Bisyr mengabarkan kepada kami, beliau berkata, menceritakan kepada
kami Yazid, beliau berkata, menceritakan kepada kami Sa’id dari
Qotadah, (beliau berkata) “Maka betapakah mereka (dapat)
dipalingkan (dari jalan yang benar)” maksudnya yaitu
memalingkannya.”

Kemudian Ibnu Jarir berkata di dalam tafsirnya tentang ayat :

َ َ َ ً‫ء ماء‬ َ
ّ ُ ‫قول‬
‫ن‬ ُ َ ‫ها ل َي‬
َ ِ ‫وت‬
ْ ‫م‬
َ ‫د‬
ِ ‫ع‬
ْ َ‫ن ب‬ْ ‫م‬
ِ ‫ض‬ َ ‫ه اْلْر‬ ِ ِ ‫حَيا ب‬ ْ ‫فأ‬ َ ِ ‫ما‬ َ ‫س‬ ّ ‫ن ال‬ َ ‫م‬ِ ‫ل‬َ ‫ن ن َّز‬ ْ ‫م‬
َ ‫م‬ ُ َ ‫سأل ْت‬
ْ ‫ه‬ ْ ِ ‫ول َئ‬
َ ‫ن‬ َ
‫ن‬ ُ َ َ ْ َ ْ ّ ْ ُ ّ
َ ‫قلو‬ ِ ‫ع‬
ْ َ‫م ل ي‬ ْ ُ‫ه‬
ُ ‫ر‬ ‫ث‬ ‫ك‬ ‫أ‬ ‫ل‬ َ ‫ب‬ ‫ه‬
ِ ‫ل‬ِ ‫ل‬ ُ ‫د‬ ‫م‬
ْ ‫ح‬
َ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ل‬ِ ‫ق‬ ‫ه‬
ُ ‫ل‬ ‫ال‬

“Dan Sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka:


“Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan
air itu bumi sesudah matinya?” tentu mereka akan menjawab: “Allah”,
Katakanlah: “Segala puji bagi Allah”, tetapi kebanyakan mereka tidak
memahami(nya).” (QS Al-Ankabut : 63)

Alloh Ta’ala bertanya kepada Nabi-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi


wa Salam, “Dan Sesungguhnya jika kamu menanyakan” wahai
Muhammad, “kepada mereka” kaum musyrikin dari kaummu,
“Siapakah yang menurunkan air dari langit” yaitu hujan yang mana
Alloh menurunkannya dari awan, “lalu menghidupkan dengan air itu
bumi”, maksudnya Alloh menghidupkan bumi dengan air yang
diturunkan oleh Alloh dari langit dan Alloh juga menghidupkan bebijian
dan tetumbuhan di dalamnya “sesudah matinya” yaitu setelah kering
kerontang dan gersang. Firman-Nya “tentu mereka akan menjawab:
Allah”, yaitu tentulah mereka akan menjawab, “yang melakukan ini
semua adalah Alloh yang memiliki hak peribadatan atas segala
sesuatu”. Firman-Nya “Katakanlah: Segala puji bagi Allah” yaitu apabila
mereka menjawab demikian, maka ucapkan segala puji hanyalah milik
Alloh, “tetapi kebanyakan mereka tidak memahaminya” artinya yaitu
kebanyakan kaum musyrikin itu tidaklah berakal dan tidaklah
sedikitpun mereka memberi kemanfaatan bagi agama mereka dan
tidak pula kemudharatan. Mereka dengan kebodohan ini mengira
bahwa dengan ibadah mereka kepada sesembahan-sesembahan selain
Alloh dapat menghantarkan mereka lebih dekat kepada Alloh. Mereka
tidak sadar, bahwa dengan demikian mereka telah binasa dan diancam
dengan neraka, kekal selama-lamanya.”

Kemudian Ibnu Jarir Rahimahullahu berkata di dalam tafsirnya tentang


firman Alloh :
َ ِ ‫م إ َِلى ال ْب َّر إ‬
‫ذا‬ ْ ‫ه‬
ُ ‫جا‬ ّ َ ‫فل‬
ّ َ ‫ما ن‬ َ ‫ن‬
َ ‫دي‬ ُ َ‫ن ل‬
ّ ‫ه ال‬ َ ‫صي‬ِ ِ ‫خل‬
ْ ‫م‬ُ ‫ه‬َ ّ ‫وا الل‬
ُ ‫ع‬ ِ ْ ‫فل‬
َ َ‫ك د‬ ُ ْ ‫في ال‬
ِ ‫ذا َرك ُِبوا‬ َ
َ ِ ‫فإ‬
‫ن‬ ُ
َ ‫ركو‬ ِ ‫ش‬ْ ُ‫م ي‬ْ ‫ه‬
ُ

“Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah


dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; Maka tatkala Allah
menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali)
mempersekutukan (Allah)” (QS Al-Ankabut : 65)

Alloh Ta’ala berfirman, “Maka apabila mereka” kaum musyrikin naik di


atas kapal laut, mereka merasa takut tenggelam dan binasa di tengah
lautan, “mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya” yaitu mereka memurnikan hanya kepada Alloh di saat
genting, yang ketika itu tauhid bersemayam di sanubari mereka dan
mereka pun mentauhidkan Alloh di dalam ketaatan, mengakui
peribadatan hanya untuk-Nya, mereka tidaklah beristighotsah kepada
tuhan-tuhan dan berhala-berhala mereka, akan tetapi hanya kepada
Alloh saja yang menciptakan mereka. “Maka tatkala Allah 4

menyelamatkan mereka sampai ke darat” yaitu tatkala Alloh


membebaskan mereka dari hal yang menimpa mereka dan
menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka di darat berubah
mempersekutukan Alloh di dalam ibadah dan mereka berdo’a kepada
sesembahan-sesembahan, berhala-berhala dan tuhan-tuhan lain
beserta Alloh.

Bisyr meriwayatkan kepada kami, beliau berkata : Yazid meriwayatkan


, Sa’id meriwayatkan dari Qotadah, (beliau berkata) : firman Alloh
“Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba
mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)” maksudnya seluruh
makhluk mengakui bahwa hanya Alloh-lah Rabb mereka namun
kemudian mereka menyekutukan-Nya.”

Termasuk diantara yang diterangkan oleh Alloh tentang pengikraran


kaum musyrikin yang menetapkan bahwa Alloh-lah yang Maha
Pencipta adalah firman-Nya di dalam surat Luqman :
َ َ
ِ ّ ‫مدُ ل ِل‬
ْ َ‫ه ب‬
‫ل‬ َ ْ ‫ل ال‬
ْ ‫ح‬ ِ ‫ق‬ ُ ّ ‫ن الل‬
ُ ‫ه‬ ّ ُ ‫قول‬
ُ َ ‫ض ل َي‬
َ ‫واْلْر‬ َ ‫ت‬ ِ ‫وا‬ َ ‫ما‬ َ ‫س‬ َ َ ‫خل‬
ّ ‫ق ال‬ َ ‫ن‬
ْ ‫م‬
َ ‫م‬ ُ َ ‫سأل ْت‬
ْ ‫ه‬ ْ ِ ‫ول َئ‬
َ ‫ن‬ َ
َ
‫ن‬
َ ‫مو‬ ُ َ ‫عل‬
ْ َ ‫م َل ي‬ْ ‫ه‬ُ ‫أك ْث َُر‬

“Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah


yang menciptakan langit dan bumi?” tentu mereka akan menjawab:
“Allah”. Katakanlah : “Segala puji bagi Allah”; tetapi kebanyakan
mereka tidak Mengetahui. “ (QS Luqman :25)

Alloh Ta’ala juga berfirman :


َ َ
‫م‬ َ ْ ‫زيُز ال‬
ُ ‫عِلي‬ َ ْ ‫ن ال‬
ِ ‫ع‬ ّ ‫ه‬ َ َ ‫خل‬
ُ ‫ق‬ ّ ُ ‫قول‬
َ ‫ن‬ ُ َ ‫ض ل َي‬
َ ‫واْلْر‬
َ ‫ت‬
ِ ‫وا‬
َ ‫ما‬
َ ‫س‬ َ َ ‫خل‬
ّ ‫ق ال‬ َ ‫ن‬
ْ ‫م‬
َ ‫م‬ ُ َ ‫سأل ْت‬
ْ ‫ه‬ ْ ِ ‫ول َئ‬
َ ‫ن‬ َ

“Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang


menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka akan menjawab:
“Semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui”.” (QS Az-Zukhruf : 9)

Dan firman-Nya :

‫ن‬ ُ ‫ف‬
َ ‫كو‬ ْ ُ ‫فأ َّنى ي‬
َ ‫ؤ‬ ُ ّ ‫ن الل‬
َ ‫ه‬ ّ ُ ‫قول‬
ُ َ ‫م ل َي‬
ْ ‫ه‬ َ َ ‫خل‬
ُ ‫ق‬ َ ‫ن‬
ْ ‫م‬
َ ‫م‬
ْ ‫ه‬
َ
ُ َ ‫سأل ْت‬ ْ ِ ‫ول َئ‬
َ ‫ن‬ َ

“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang


menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”, Maka
bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah )?”
(QS Az-Zukhruf : 87)

Demikian pula kaum kuffar yang menisbatkan anak bagi Alloh (Nasrani
pent
), mereka meyakini bahwa bumi dan seisinya adalah milik Alloh,
dan bahwasanya Alloh-lah Rabb (pengatur) langit yang tujuh dan
pemilik Arsy yang agung serta di tangan-Nya Subhanahu berada
kekuasaan atas segala sesuatu sedangkan Ia melindungi dan tiada
yang dapat terlindungi dari-Nya . 5

Alloh Ta’ala berfirman :

‫فَل‬ َ َ‫ل أ‬ ْ ‫ق‬ ُ ‫ه‬ ِ ّ ‫ن ل ِل‬ َ ‫قوُلو‬ ُ َ ‫سي‬ َ (*) ‫ن‬ َ ‫مو‬ ُ َ ‫عل‬ ْ َ‫م ت‬ ْ ُ ‫ن ك ُن ْت‬ ْ ِ ‫ها إ‬ َ ‫في‬ ِ ‫ن‬ ْ ‫م‬ َ ‫و‬ َ ‫ض‬ ُ ‫ن اْلْر‬
َ
ِ ‫م‬ َ ِ‫ل ل‬ ْ ‫ق‬ ُ
‫ن‬
َ ‫قولو‬ ُ ُ َ ‫سي‬ َ (*) ِ ‫ظيم‬ ِ ‫ع‬ ْ
َ ‫ش ال‬ ْ ْ ‫ق‬ ُ (*) ‫ن‬ َ ‫ت َذَك ُّرو‬
ِ ‫عْر‬ َ ‫ب ال‬ ّ ‫وَر‬ َ ‫ع‬ ِ ْ ‫سب‬ ّ ‫ت ال‬ ِ ‫وا‬ َ ‫ما‬ َ ‫س‬ ّ ‫ب ال‬ ّ ‫ن َر‬ ْ ‫م‬َ ‫ل‬
َ
‫ه‬ِ ْ ‫عل َي‬ َ ‫جاُر‬ َ ُ ‫وَل ي‬ َ ‫جيُر‬ ِ ُ‫و ي‬ َ ‫ه‬
ُ ‫و‬ َ ‫ء‬ ٍ ‫ي‬
ْ ‫ش‬ َ ‫ل‬ ّ ُ‫ت ك‬ ُ ‫كو‬ ُ َ ‫مل‬ َ ‫ه‬ ِ ‫د‬ ِ َ ‫ن ب ِي‬ ْ ‫م‬ َ ‫ل‬ ْ (*) ‫ن‬ َ ‫قو‬ ُ ّ ‫فَل ت َت‬ َ ‫لأ‬ ْ ‫ق‬ ُ ‫ه‬ِ ّ ‫ل ِل‬
‫ق‬ ْ َ ْ َ ‫ن )*( ب‬ َ َ ‫ل‬ ْ ‫ق‬ ُ ‫ه‬ ّ ُ ُ َ ‫سي‬ َ ُ
ّ ‫ح‬ َ ‫م ِبال‬ ْ ‫ه‬ ُ ‫ل أت َي َْنا‬ َ ‫حُرو‬ َ ‫س‬ ْ ُ ‫فأّنى ت‬ ِ ‫ن ل ِل‬ َ ‫قولو‬ َ (*) ‫ن‬ َ ‫مو‬ ُ ‫عل‬ ْ َ‫م ت‬ ْ ُ ‫ن كن ْت‬ ْ ِ‫إ‬
‫ه‬
ٍ ِ َ ‫ل‬ ‫إ‬ ‫ل‬ّ ُ ‫ك‬ ‫ب‬َ َ ‫ه‬ َ ‫ذ‬َ ‫ل‬ ‫ذا‬ ً ‫إ‬ ‫ه‬ َ ‫ل‬ ‫إ‬
ِ ٍ ِ ْ ِ ُ َ َ َ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫ن‬ ‫كا‬ َ ‫ما‬ ‫و‬
َ َ ٍ َ ْ ِ ُ‫د‬ َ ‫ل‬ ‫و‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ه‬ ّ ‫ل‬ ‫ال‬ َ ‫ذ‬ ‫خ‬َ ّ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫ما‬ َ (*) ‫ن‬ ‫بو‬
َ ُ ِ ‫ذ‬ ‫كا‬ َ َ ‫ل‬ ‫م‬ ْ ُ ّ ‫وإ ِن‬
‫ه‬ َ
‫ن‬ َ ‫فو‬ ُ ‫ص‬ ِ َ ‫ما ي‬ ّ ‫ع‬
َ ‫ه‬
ِ ّ ‫ل‬ ‫ال‬ ‫ن‬َ ‫حا‬َ ْ ‫ب‬ ‫س‬ُ ‫ض‬ ‫ع‬
ْ َ ‫ب‬ ‫لى‬ َ ‫ع‬
َ ‫م‬
ْ ‫ه‬
ُ ‫ض‬ ُ ‫ع‬
ْ َ ‫ب‬ ‫ل‬ َ ‫ع‬
َ َ ‫ل‬ ‫و‬
َ َ ‫ق‬ َ ‫ل‬ ‫خ‬
َ ‫ما‬ َ ِ ‫ب‬
ٍ

“Katakanlah: “Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada


padanya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab:
“Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak ingat?”
Katakanlah: “Siapakah yang Empunya langit yang tujuh dan yang
Empunya ‘Arsy yang besar?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan
Allah.” Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak bertakwa?” Katakanlah:
“Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu
sedang dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari
(azab)-Nya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab:
“Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “(Kalau demikian), Maka dari jalan
manakah kamu ditipu?” Sebenarnya kami Telah membawa kebenaran
kepada mereka, dan Sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang
yang berdusta. Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali
tidak ada Tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada Tuhan beserta-Nya,
masing-masing Tuhan itu akan membawa makhluk yang
diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan
sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan
itu,” (QS Al-Mu’minun : 84-91)

Ketiga, Ucapan mereka : “Kami juga tahu bahwa mayit (wali Alloh)
tidaklah memiliki kemanfaatan dan kemudharatan dengan sendirinya.
Akan tetapi dia (si mayit ini) adalah seorang yang shalih dan memiliki
kedudukan di sisi Alloh. Maka dari itu, kami berdo’a dan bertawassul
kepada Alloh melalui perantaraannya, supaya dirinya memberikan
syafa’at bagi kami di sisi Alloh sehingga do’a kami maqbul (diterima).
Dia (si mayit ini) adalah penengah antara kami dengan Alloh.”

Saya katakan : Sesungguhnya orang-orang musyrik yang menyembah


patung-patung orang yang shalih dan sesembahan-sesembahan
lainnya, mereka menyembahnya dengan mengharapkan syafa’at-nya
di sisi Alloh. Alloh Ta’ala berfirman :

َ‫عن ْد‬
ِ ‫ؤَنا‬ ُ ‫عا‬ َ ‫ف‬َ ‫ش‬ ِ ‫ؤَل‬
ُ ‫ء‬ ُ ‫ه‬ َ ‫قوُلو‬
َ ‫ن‬ ُ َ ‫وي‬َ ‫م‬ ْ ‫ه‬ُ ‫ع‬ َ ْ ‫وَل ي َن‬
ُ ‫ف‬ َ ‫م‬ ْ ‫ه‬ُ ‫ضّر‬ ُ َ ‫ما َل ي‬ َ ‫ه‬ ِ ّ ‫ن الل‬
ِ ‫دو‬ ُ ‫ن‬ ْ ‫م‬ ِ ‫ن‬ َ ‫دو‬ ُ ُ ‫عب‬
ْ َ ‫وي‬
َ
‫ه‬ َ ‫ن‬ ‫حا‬ ‫ب‬ ‫س‬ ‫ض‬ ‫ر‬َ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫في‬ ِ ‫ل‬َ ‫و‬ ‫ت‬ ‫وا‬ ‫ما‬ ‫س‬ ‫ال‬ ‫في‬ ِ ‫م‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫ل‬ َ ‫ما‬ ‫ب‬ ‫ه‬ّ ‫ل‬ ‫ال‬ ‫ن‬ ‫ئو‬ُ ‫ب‬ َ ‫ن‬ُ ‫ت‬َ‫ل أ‬
ْ ُ
‫ق‬ ‫ه‬ ّ ‫ل‬ ‫ال‬
ُ َ ْ ُ ِ ْ َ ِ َ َ ّ ُ ْ َ َ ِ َ َ ّ ِ
‫ن‬
َ ‫كو‬ ُ ‫ر‬ِ ‫ش‬ ْ ُ ‫ما ي‬ ّ ‫ع‬َ ‫عاَلى‬ َ َ ‫وت‬
َ

“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat
mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula)
kemanfaatan, dan mereka berkata: “mereka itu adalah pemberi
syafa’at kepada kami di sisi Allah”. Katakanlah: “Apakah kamu
mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit
dan tidak (pula) d ibumi?” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa
yang mereka mempersekutukan (itu).” (QS Yunus : 18)

Dari sini, terkadang ada orang yang berkata : “Sesungguhnya Alloh


menyebutkan di dalam ayat ini kata ‘menyembah’, padahal mereka itu
adalah kaum yang mengatakan, kami tidak menyembah para wali
Alloh yang wafat akan tetapi kami berdo’a kepada mereka beserta
Alloh.” Maka aku jawab dengan singkat : “Do’a itu ibadah”, dan
ucapanku ini bukanlah perkataanku belaka, namun merupakan
perkataan sayyid (penghulu)-nya keturunan Adam dan penutupnya
para nabi dan rasul.

Imam Ahmad, Nasa’I, Abu Dawud, Turmudzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban
–di dalam Shahihnya-, Al-Hakim –di dalam Mustadraknya- dan Bukhari
-di dalam Al-Adabul Mufrad- meriwayatkan dari Nu’man bin Basyir,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda : “Do’a adalah
ibadah”.
Maka katakanlah kepadaku –semoga Alloh memberkahi Anda-, ucapan
siapakah yang akan kita ambil dan dengan siapa kita berhukum di
dalam masalah ini?!! apakah kita akan mengambil ucapan orang yang
tidak berucap dari hawa nafsu melainkan hanyalah wahyu yang
diwahyukan kepada beliau, yaitu “do’a adalah ibadah”, ataukah kita
mengambil ucapan orang yang membodohi ummat dengan
perkataannya, “do’a bukanlah termasuk ibadah”???

Katakanlah padaku, kita berhukum dengan siapa?? Alloh berfirman :

‫م‬
ْ ‫ه‬
ِ ‫س‬ ُ ْ ‫في أ َن‬
ِ ‫ف‬ ِ ‫دوا‬ ِ َ ‫م َل ي‬
ُ ‫ج‬ ّ ُ‫م ث‬ْ ‫ه‬
ُ َ ‫جَر ب َي ْن‬َ ‫ش‬َ ‫ما‬ َ ‫في‬
ِ ‫ك‬ َ ‫مو‬ُ ّ ‫حك‬َ ُ ‫حّتى ي‬ َ ‫ن‬
َ ‫مُنو‬ ْ ُ ‫ك َل ي‬
ِ ‫ؤ‬ َ ‫فَل‬
َ ّ ‫وَرب‬ َ
‫ما‬
ً ‫سِلي‬ْ َ ‫موا ت‬ ّ
ُ ‫سل‬ َ ُ ‫وي‬
َ ‫ت‬َ ْ ‫ضي‬
َ ‫ق‬ َ ‫ما‬ّ ‫م‬ِ ‫جا‬ ً ‫حَر‬
َ

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman


hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang
mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati
mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS An-Nisa’ : 65)

Katakanlah padaku –semoga Alloh memberkahi Anda-, ucapan


siapakah yang harus kita dahulukan? Apakah kita dahulukan orang
yang ma’shum ataukah yang tidak ma’shum?
َ َ
‫ع‬
ٌ ‫مي‬
ِ ‫س‬ َ ّ ‫ن الل‬
َ ‫ه‬ َ ّ ‫قوا الل‬
ّ ِ‫ه إ‬ ُ ّ ‫وات‬
َ ‫ه‬
ِ ِ ‫سول‬
ُ ‫وَر‬ ِ ّ ‫ي الل‬
َ ‫ه‬ ِ َ‫ن ي َد‬
َ ْ ‫موا ب َي‬ َ ُ ‫مُنوا َل ت‬
ُ ّ‫قد‬ َ ‫نآ‬ ِ ّ ‫ها ال‬
َ ‫ذي‬ َ ّ ‫َيا أي‬
‫م‬ ٌ ‫عِلي‬
َ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan


Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Hujurat : 1)

Katakanlah padaku –semoga Alloh memberkahi Anda-, dengan ucapan siapakah kita berhukum?

ِ ْ ‫م ال‬ َ َ ُ ‫ضى الل ّه ورسول‬


‫ة‬
ُ ‫خي ََر‬ ُ َ‫ن ل‬
ُ ‫ه‬ َ ‫كو‬ُ َ‫ن ي‬ْ ‫مًرا أ‬ ْ ‫هأ‬ ُ ُ َ َ ُ َ ‫ق‬ َ ‫ذا‬
َ ِ‫ة إ‬ٍ َ ‫من‬
ِ ‫ؤ‬ ُ ‫وَل‬
ْ ‫م‬ َ ‫ن‬ٍَ‫م‬ ْ ‫م‬
ِ ‫ؤ‬ ُ ِ‫ن ل‬ َ ‫ما‬
َ ‫كا‬ َ ‫و‬
َ
‫مِبيًنا‬ ‫ل‬ً َ
‫ل‬ ‫ض‬
َ ّ
‫ل‬ ‫ض‬
َ ‫د‬ َ
‫ق‬ َ
‫ف‬ ‫ه‬ َ ‫ل‬ ‫سو‬ ‫ر‬ ‫و‬ ‫ه‬ ّ ‫ل‬ ‫ال‬ ‫ص‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫م‬‫ه‬ ‫ر‬ ‫م‬‫أ‬ ‫ن‬ ‫م‬
ُ ْ ُ ُ َ َ َ ِ ْ َ ْ َ َ ْ ِ ِ ْ ْ ِ

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang
lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan
rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata.” (QS Al-
Ahzab : 36)

Di antara dalil-dalil yang menunjukkan bahwa do’a itu adalah ibadah


adalah, Alloh Tabaroka wa Ta’ala memerintahkan, mendorong dan
menganjurkan kita untuk berdo’a di banyak tempat di dalam kitab-
Nya. Alloh Ta’ala berfirman :

‫ن‬
َ ‫دي‬
ِ َ ‫عت‬ ُ ْ ‫ب ال‬
ْ ‫م‬ ِ ُ ‫ه َل ي‬
ّ ‫ح‬ ُ ّ ‫ة إ ِن‬ ْ ‫خ‬
ً َ ‫في‬ ُ ‫و‬
َ ‫عا‬
ً ‫ضّر‬ ْ ُ ‫عوا َرب ّك‬
َ َ‫م ت‬ ُ ْ ‫اد‬

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang


lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.” (QS Al-A’raaf : 55)

Dan firman-Nya Ta’ala :


َ
َ ‫خُلو‬
‫ن‬ ُ ْ‫سي َد‬
َ ‫عَبادَِتي‬
ِ ‫ن‬
ْ ‫ع‬ َ ‫ست َك ْب ُِرو‬
َ ‫ن‬ ْ َ‫ن ي‬ َ ‫ذي‬ِ ّ ‫ن ال‬ّ ِ‫م إ‬ ْ ُ ‫ب ل َك‬
ْ ‫ج‬
ِ َ ‫ست‬
ْ ‫عوِني أ‬ ُ ُ ‫ل َرب ّك‬
ُ ْ ‫م اد‬ َ ‫و‬
َ ‫قا‬ َ
‫ن‬
َ ‫ري‬ِ ‫خ‬
ِ ‫دا‬َ ‫م‬
َ ّ ‫ن‬ ‫ه‬
َ ‫ج‬
َ

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan


Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku akan masuk neraka
Jahannam dalam keadaan hina dina“.” (QS Ghofir : 60)

Perhatikanlah –wahai orang-orang yang bertauhid- terhadap ayat “Dan


Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku”, kemudian apa yang Alloh
katakan setelahnya? Apakah Ia berkata, “Sesungguhnya orang-orang
yang menyombongkan diri dari berdo’a kepada-Ku”?? Tidak!!! Namun
Alloh berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan
diri dari beribadah kepada-Ku”.

Do’a adalah ibadah. Ibnu Jarir berkata : “Ali bin Sahl menceritakan
kepada kami, Ma’mal menceritakan kepada kami, ‘Imarah
menceritakan kepada kami, dari Tsabit beliau berkata : Aku berkata
kepada Anas, “Wahai Abu Hamzah, apakah Anda pernah
menyampaikan bahwa do’a itu separoh dari agama?” Beliau
menjawab, “Tidak, bahkan do’a itu adalah ibadah seluruhnya.”

Alloh murka apabila kau tinggalkan pinta kepada-Nya

Dan anak cucu Adam tatkala diminta akan marah

Saya ulang lagi jawaban terhadap syubuhat mereka, yaitu ucapan


mereka : “Sesungguhnya wali-wali yang telah wafat, mereka adalah
perantara antara diri kami dengan Alloh, dan kami bertaqorrub
(mendekatkan diri) melalui perantara do’a mereka kepada Alloh.”

Saya katakan : Syubuhat dan perkataan ini adalah perkataan kaum


kuffar generasi awal. Alloh Ta’ala berfirman :
َ ِ ‫ذوا من دون‬
َ ّ ‫ن الل‬
‫ه‬ ّ ِ ‫فى إ‬ َ ْ ‫ه ُزل‬ ِ ّ ‫قّرُبوَنا إ َِلى الل‬ َ ُ ‫م إ ِّل ل ِي‬ْ ‫ه‬ُ ُ‫عب ُد‬
ْ َ ‫ما ن‬ َ َ‫ول َِياء‬
ْ ‫هأ‬ ِ ُ ْ ِ ُ ‫خ‬ َ ّ ‫ن ات‬ َ ‫ذي‬ِ ّ ‫وال‬
َ
‫فاٌر‬ َ
ّ ‫بك‬ َ
ٌ ‫و كاِذ‬ َ ‫ه‬ ُ ‫ن‬ ْ ‫م‬
َ ‫دي‬ ِ ‫ه‬ َ
ْ َ‫ه ل ي‬ ّ
َ ‫ن الل‬ ّ ِ‫ن إ‬َ ‫فو‬ ُ ِ ‫خت َل‬
ْ َ‫ه ي‬
ِ ‫في‬ ِ ‫م‬ ْ ‫ه‬ ُ ‫ما‬َ ‫في‬ ِ ‫م‬
ْ ‫ه‬ُ َ ‫م ب َي ْن‬ ُ
ُ ‫حك‬ ْ َ‫ي‬

“Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):


“Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka
mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya”.
Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa
yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki
orang-orang yang pendusta dan sangat kafir.” (QS Az-Zumar : 3)

Ibnu Jarir berkata mengenai tafsir ayat ini : “ Alloh Ta’ala berfirman,
“Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah”, mencintai
dan menyembah kepada selain Alloh, mereka berkata tentang
sesembahannya, “kami tidaklah menyembahmu wahai tuhan-tuhan
sekalian melainkan hanyalah untuk mendekatkan diri kami kepada
Alloh dengan sedekat-dekatnya peribadatan dan kedudukan. Adapun
kalian hanyalah memberikan syafa’at kepada kami di sisi Alloh di
dalam memenuhi hajat (keperluan) kami.” Dan perkataan kaum kuffar
di dalam ayat ini, “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya
mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya”
mencakup seluruh bentuk ibadah, bahkan ibadah seluruhnya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullahu berkata : “Dan


kebanyakan perkataan yang tergolong sesat adalah ucapan, “orang ini
lebih dekat dengan Alloh dibandingkan diriku sedangkan diriku adalah
jauh dari Alloh, sehingga tidak mungkin bagiku untuk berdo’a kepada-
Nya melainkan melalui perantaraan orang ini” ataupun perkataan-
perkataan semisal dari kaum musyrikin. Padahal Alloh Ta’ala berfirman
:

‫ن‬ َ ِ‫ع إ‬ ُ َ ‫فإ ِّني‬


َ ‫عّني‬ َ َ ‫سأ َل‬ َ ِ ‫وإ‬
ِ ‫عا‬
َ َ‫ذا د‬ ِ ‫دا‬
ّ ‫وةَ ال‬
َ ‫ع‬
ْ َ‫ب د‬
ُ ‫جي‬
ِ ‫بأ‬ٌ ‫ري‬
ِ ‫ق‬ َ ‫عَباِدي‬
ِ ‫ك‬ َ ‫ذا‬ َ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka


(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” (QS
Al-Baqarah : 186)

Dan telah diriwayatkan bahwasanya para sahabat berkata : “Wahai


Rasulullah, Apakah Tuhan kita dekat sehingga cukupkah bagi kita
memohon kepada-Nya dengan berbisik ataukah jauh sehingga kita
meminta-Nya dengan berteriak?” maka Alloh menurunkan ayat ini. 6

Di dalam Ash-Shahih diceritakan bahwa ketika para sahabat sedang


dalam perjalanan, mereka mengangkat suaranya ketika bertakbir,
lantas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda : “Wahai sekalian
manusia, kasihanilah diri kalian masing-masing, karena sesungguhnya
kalian tidaklah menyeru Dzat yang tuli dan tidak pula yang tidak ada.
Namun kalian menyeru Dzat yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat.
Sesungguhnya Dzat yang kalian seru itu lebih dekat kepada kalian
daripada leher hewan tunggangannya.”

Sungguh Alloh telah memerintahkan seluruh hamba-Nya supaya


menegakkan sholat dan bermunajat hanya kepada-Nya, dan
memerintahkan seluruh hamba-Nya supaya berkata, “Hanya kepada-
Mu jualah kami menyembah dan hanya kepada-Mu jualah kami
memohon pertolongan”. Dan Alloh telah memberitakan tentang kaum
musyrikin yang mana mereka berkata, “Kami tidaklah menyembah
mereka (sesembahan-sesembahan selain Alloh) melainkan supaya
mereka mendekatkan diri kami kepada Alloh dengan sedekat-
dekatnya.”

Kemudian dikatakan kepada orang musyrik ini, “kamu jika berdo’a kepada mayit ini dan apabila kamu
yakin bahwa dia yang lebih tahu tentang keadaanmu dan dia yang lebih mampu di dalam memenuhi
permintaanmu atau lebih menyayangimu, maka hal ini merupakan suatu kebodohan, kesesatan dan
kekufuran. Jika kamu telah mengetahui bahwa hanya Alloh-lah yang lebih mengetahui, lebih mampu dan
lebih menyayangi, lantas mengapa kamu palingkan dirimu dari meminta kepada Alloh dengan meminta
kepada selain-Nya??

Tidak pernahkan kamu mendengar hadits yang diriwayatkan oleh Al-


Bukhari dan selain beliau dari Jabir Radhiyallahu ‘anhu, beliau
berkata : Dahulu Rasulullah pernah mengajari kami untuk
beristikhoroh di dalam memutuskan segala perkara sebagaimana
beliau mengajari kami surat dari al-Qur’an, beliau Shallallahu ‘alaihi
wa Salam bersabda : “Apabila salah seorang dari kalian berencana
untuk melakukan sesuatu, maka hendaklah ia melakukan sholat
sunnah dua raka’at kemudian membaca :

“Ya Alloh, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepada-Mua


dengan ilmu-Mu dan aku memohon kekuatan kepada-Mu (untuk
mengatasi persoalanku) dengan ke-Mahakuasaan-Mu. Aku memohon
kepada-Mu sesuatu anugerah-Mu yang Maha Agung, sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa sedangkan aku tidak berkuasa, Engkau Maha
Mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui dan Engkaulah yang
lebih mengetahui yang ghaib. Ya Alloh, apabila Engkau mengetahui
bahwa urusan ini lebih baik bagi agamaku, kehidupanku dan akibatnya
terhadap diriki maka sukseskanlah untuku dan mudahkanlah jalannya
kemudian berkahilah diriku. Akan tetapi apabila Engkau mengetahui
bahwa persoalan ini buruk agamaku, kehidupanku dan akibatnya
terhadap diriku, maka singkirkanlah persoalan tersebut dan
jauhkanlah aku darinya. Takdirkanlah kebaikan untukku di mana saja
kebaikan itu berada kemudian berkahilah keridhaan-Mu kepadaku.”

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Salam memerintahkan seorang hamba


mengucapkan : “Aku meminta pilihan yang tepat kepada-Mua dengan
ilmu-Mu dan aku memohon kekuatan kepada-Mu (untuk mengatasi
persoalanku) dengan ke-Mahakuasaan-Mu.”

Jika kamu telah tahu bahwa (wali/mayit itu) lebih dekat di sisi Alloh
dibandingkan dirimu, maka ini benar. Namun ini adalah perkataan
yang benar dimaksudkan untuk suatu kebatilan. Karena
sesungguhnya, apabila ia (wali/mayit itu) lebih dekat dan lebih tinggi
kedudukannya dibandingkan dirimu, maka maknanya adalah Alloh-lah
yang membalas ganjaran dan memberi lebih banyak (keutamaan ini)
kepadanya daripada yang Ia berikan kepadamu. Bukanlah maknanya
apabila kamu berdo’a kepada mayit itu maka Alloh akan memenuhi
permintaanmu lebih besar daripada yang Alloh berikan apabila kamu
meminta hanya kepada Alloh semata. Jika demikian maksudmu, maka
kamu layak diganjar dengan siksa dan do’amu ditolak –dikarenakan di
dalam do’amu terdapat unsur perbuatan dosa-. Nabi dan orang-orang
shalih, tidaklah akan menolong dan mengusahakan sesuatu yang Alloh
membencinya. Apabila tidak demikian halnya, maka Alloh-lah yang
lebih berhak di dalam merahmati dan menerima (do’a).” 7

Keempat, ucapan mereka : “karena ketaatan kami amatlah sedikit


sedangkan dosa kami amatlah berlimpah, sehingga apabila kami
meminta langsung kepada Alloh tanpa penengah, maka niscaya do’a
kami takkan diterima dikarenakan banyaknya dosa kami.”

Saya katakan : Apabila dosa Anda berlimpah, maka yang demikian ini
seharusnya tidaklah menghalangi Anda untuk berlindung kepada Alloh
dan merendahkan diri kepada-Nya karena Alloh Subhanahu telah
mengetahui hal ini (dosa-dosa anda). Alloh Subhanahu berfirman di
dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari
Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Salam dari Rabb al-‘Alamien (pemelihara alam semesta) :

“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian telah melakukan dosa


di malam dan siang hari dan Aku mengampuni dosa’dosa seluruhnya,
maka mintalah ampun pada-Ku niscaya Ku ampuni.”
Dialah Alloh yang mengetahui kelemahan dan kekurangan hamba-
hamba_nya sera berlimpahnya dosa-dosa mereka. Alloh
memberitahukan kepada mereka bahwa Ia mengetahui hal ini
kemudian Ia perintahkan mereka supaya memohon pengampunan
hanya kepada-Nya Subhanahu. Dia tidak mengatakan kepada mereka
supaya bersandar kepada orang-orang yang telah mati dan tidak
meminta mereka supaya mereka menjadikan perantara-perantara,
namun Alloh Subhanahu membuka pintu-Nya bagi siapa saja yang
bersandar kepada-Nya.

‫ن‬ َ ِ‫ع إ‬ ُ َ ‫فإ ِّني‬


َ ‫عّني‬ َ َ ‫سأ َل‬ َ ِ ‫وإ‬
ِ ‫عا‬
َ َ‫ذا د‬ ِ ‫دا‬
ّ ‫وةَ ال‬
َ ‫ع‬
ْ َ‫ب د‬
ُ ‫جي‬
ِ ‫بأ‬ٌ ‫ري‬
ِ ‫ق‬ َ ‫عَباِدي‬
ِ ‫ك‬ َ ‫ذا‬ َ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka


(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran.” (QS Al-Baqoroh : 186)

Sebagian ulama menyebutkan (tafsir) tentang firman Alloh Ta’ala :

َ ِ ‫ضطَّر إ‬ َ
َ‫سوء‬
ّ ‫ف ال‬ ِ ْ ‫وي َك‬
ُ ‫ش‬ َ ُ‫عاه‬
َ َ‫ذا د‬ ُ ْ ‫ب ال‬
ْ ‫م‬ ُ ‫جي‬
ِ ُ‫ن ي‬
ْ ‫م‬
َ ‫م‬
ْ ‫أ‬

“Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam


kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan
kesusahan…” (QS An-Naml : 62)

Bahwasanya sekalipun dia orang kafir, apabila dirinya dalam keadaan


terjepit dan terpaksa, maka dia akan berdo’a dan bersandar kepada
Alloh semata, dikarenakan Alloh Subhanahu dengan kemuliaan dan
keutamaan-Nya menyingkirkan keburukan dan menghilangkan
kesusahannya. Apabila hal ini berlangsung pada hamba yang kafir,
lantas bagaimana pandangan Anda dengan seorang muslim yang
bertauhid?!!

Ketahuilah, bahwasanya ayat-ayat yang menjelaskan tentang


haramnya berdo’a kepada selain Alloh datang dalam bentuk umum
(mencakup seluruhnya), baik yang dipinta dengan do’a itu adalah
malaikat –sebagaimana yang dilakukan para penyembah malaikat-, jin
ataupun rasul –sebagaimana yang dilakukan oleh para penyembah al-
Masih-, ataukah sahabat –sebagaimana yang dilakukan kaum rafidhah
yang mempertuhankan ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu- ataupun
patung yang dibentuk dengan rupa orang yang shalih atau wali yang
dibangun di atas kuburnya –sebagaimana yang dilakukan para
penyembah (kubur) Badawi atau selainnya-.
َ ّ ‫عوا مع الل‬
ُ ْ‫فَل ت َد‬ َ
‫دا‬
ً ‫ح‬
َ ‫هأ‬ِ َ َ ِ ّ ‫جدَ ل ِل‬
َ ‫ه‬ ِ ‫سا‬ َ ْ ‫ن ال‬
َ ‫م‬ ّ ‫وأ‬َ

“Dan Sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka


janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping
(menyembah) Allah.” (QS Al-Jinn : 18)

Ketahuilah wahai saudara pembaca, apabila dua orang berselisih atau


berbeda pendapat tentang suatu permasalahan dari perkara agama,
dimana yang satu mengatakan ini syirik, yang lain mengatakan ini
boleh, yang lain lagi mengatakan ini halal, ini haram, ini bid’ah atau ini
sunnah. Bagaimana Anda mengetahui mana yang benar dan mana
yang salah?

Jawabannya adalah, barangsiapa yang ucapannya selaras dengan


ayat-ayat Kitabullah atau hadits-hadits shahih Rasulullah, maka ia
benar. Adapun orang-orang yang tidak memiliki dalil baik dari al-
Qur’an maupun as-Sunnah, maka sesungguhnya dia telah berhujjah
dengan hawa nafsu dan pemikiran rusak yang menyelisihi nash, atau
berhujjah dengan adat/kebiasaan bapak-bapak, nenek moyang
ataupun guru-guru mereka, ataupun bersandar dengan hadits-hadits
dha’if atau dusta dari Rasul, maka orang inilah yang salah.

Alloh Ta’ala berfirman :

ِ ّ ‫ن ِبالل‬
‫ه‬ َ ‫مُنو‬ ْ ُ ‫ن ك ُن ْت‬
ْ ُ‫م ت‬
ِ ‫ؤ‬ ْ ِ‫ل إ‬ ِ ‫سو‬ُ ‫والّر‬ ِ ّ ‫دوهُ إ َِلى الل‬
َ ‫ه‬ َ ‫ء‬
ّ ‫فُر‬ ٍ ‫ي‬ْ ‫ش‬ َ ‫في‬
ِ ‫م‬
ْ ُ ‫عت‬
ْ ‫ن ت ََناَز‬ َ
ْ ِ ‫فإ‬
ً‫ويل‬ ْ ‫خير وأ َحسن ت َأ‬ َ َ ْ ْ
ِ ُ َ ْ َ ٌ ْ َ ‫ر ذَل ِك‬ ِ ‫خ‬
ِ ‫وم ِ ال‬ ْ َ ‫والي‬َ

“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka


kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul, jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS An-Nisa’ : 59)

Kembali kepada Alloh maksudnya kembali kepada Al-Qur’anul Azhim


dan kembali kepada Rasul Maksudnya adalah mengembalikan (segala
urusan) kepada beliau semasa beliau hidup dan kepada sunnahnya
yanh shahih setelah beliau wafat.

Alloh Ta’ala berfirman :

ِ ْ ‫وإ ِل َي‬
‫ه‬ ُ ْ ‫وك ّل‬
َ ‫ت‬ ِ ْ ‫عل َي‬
َ َ‫ه ت‬ ُ ّ ‫م الل‬
َ ‫ه َرّبي‬ ِ ّ ‫ه إ َِلى الل‬
ُ ُ ‫ه ذَل ِك‬ ُ ْ ‫حك‬
ُ ‫م‬ َ ‫ء‬
ُ ‫ف‬ ٍ ‫ي‬ َ ‫ن‬
ْ ‫ش‬ ْ ‫م‬
ِ ‫ه‬
ِ ‫في‬
ِ ‫م‬ ْ َ ‫خت َل‬
ْ ُ ‫فت‬ ْ ‫ما ا‬
َ ‫و‬
َ
‫ب‬ ‫ني‬ُ ‫أ‬
ُ ِ
“Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, Maka putusannya (terserah)
kepada Allah. (yang mempunyai sifat-sifat demikian) Itulah Allah
Tuhanku. kepada-Nya lah Aku bertawakkal dan kepada-Nyalah Aku
kembali.” (QS Asy-Syuuro : 10)

-OOO-

Footnote :

1 Disarikan dari muqoddimah buku Al-Aayatul Bayyinaat fii Tahriimi


Du’aatil Amwaati karya Syaikh Ali Babakar hafizhahullahu oleh Abu
Salma al-Atsari. Buku ini adalah salah satu buku yang ditulis oleh Alu
Ba’alawi (keturunan Alawiyin) yang muwaahidin yang mana mayoritas
mereka adalah shufiyun quburiyun khurofiyun tulen dan kebanyakan
berasal dari Hadhramaut. Mereka mengklaim memiliki keutamaan
tersendiri dari nasab yang bersambung hingga ke ‘Ali bin Abi Thalib
Radhiyallahu ‘anhu. Mereka sangat membanggakan nasab mereka dan
mengharamkan wanita-wanita kalangan mereka menikah dengan pria
selain mereka, karena kufu menurut mereka adalah senasab atau
nasab yang lebih mulia. Belum lagi ‘aqidah yang menyimpang, bid’ah
yang mereka lariskan seperti maulid, diba’, dan semisalnya dan kultus
individu yang berlebihan terhadap tokoh-tokoh mereka, semua ini
berangkat dari kejahilan dan fanatisme buta mereka terhadap Islam.
Semoga Alloh membalas jasa Syaikh Ali Babakar yang mendakwahkan
tauhid dan sunnah di kalangan mereka sehingga mereka mau kembali
ke jalan yang haq.

2 Pendapat yang rajih (kuat) adalah bahwasanya meminta taubat


(dengan batasan) selama tiga hari bukanlah suatu keharusan. Apabila
seorang imam melihat kemaslahatannya ketika meminta taubat
adalah dua hari atau tiga hari, maka hendaklah dilaksanakan. Juga
apabila ima memandang dengan langsung membunuhnya tanpa
dimintai taubat, maka hendaklah dilaksanakan. Sebagaimana sabda
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam : “Barangsiapa merubah agamanya
maka bunuhlah.”

3 Maksudnya adalah, bagaimana bisa mereka berpaling dari tauhid


terhadap Dzat yang melakukan hal ini –yaitu Alloh- di dalam
peribadatan dengan tidak memurnikan peribadatan hanya kepada-Nya
dan menyekutukan Alloh dengan selain-Nya, serta sujud dan berdo’a
kepada selian Alloh. Diantara mereka ada yang berdo’a kepada
malaikat, para nabi dan jin dan adapula yang memohon pertolongan
dan bantuan dari orang-orang yang telah meninggal dunia.

4 Para pembaca budiman, Perhatikanlah ucapan Ibnu Jarir ath-Thobari :


“Dan mereka tidaklah beristighotsah kepada tuhan-tuhan dan berhala-
berhala mereka, akan tetapi hanya kepada Alloh saja yang
menciptakan mereka.”

5 Yaitu Alloh menjaga dan melindungi siapa saja yang dikehendaki-Nya


dan tiada akan terlindungi dan terjaga siapa saja yang dikehendaki-
Nya dengan keburukan.

6 Hadits mursal yang sampai pada derajat hasan. Hadits mursal


termasuk kategori dho’if. Syaikh Muqbil al-Wadi’i telah
menerangkannya di dalam tahqiq (verifikasi)-nya terhadap Tafsir Ibnu
Katsir (I/400), oleh karena itulah Syaikhul Islam menyandarkannya
dengan ucapan ‘diriwayatkan’. (para ulama hadits apabila
menyebutkan hadits Rasulullah dengan bentuk pasif semisal
“diriwayatkan dari” adalah suatu bentuk pendha’ifan hadits tersebut,
pent.
)

7 Al-Fatawa (27/74-75)

FATWA ‘ULAMA TENTANG PERSATUAN AGAMA

9 January, 2007 – Tingkat pembahasan: Lanjutan

Disusun Oleh: Ustadz Muhammad Arifin Badri

Segala puji hanya milik Alloh semata, dan semoga sholawat dan salam dari Alloh
senantiasa terlimpahkan kepada Nabi yang tiada nabi setelahnya, dan atas keluarga, dan
sahabatnya serta setiap orang yang mengikuti jejak kebaikan mereka hingga hari kiamat,
amma ba’du: Sesungguhnya Komite Tetap Untuk Riset Ilmiah dan Fatwa (Kerajaan Saudi Arabia) telah
membahas berbagai pertanyaan yang diajukan kepadanya dan beberapa pendapat dan tulisan yang dimuat
di berbagai media masa seputar seruan kepada “Persatuan Agama”: Agama Islam, Yahudi, Nasrani, beserta
tindakan yang merupakan kelanjutan darinya, yaitu berupa seruan untuk membangun Masjid, Gereja, dan
tempat peribadatan lainnya dalam satu lokasi, di areal kampus, bandar udara dan tempat-tempat umum.
Juga seruan untuk mencetak Al Quran, Taurat, dan Injil dalam satu kitab. Dan masih banyak lagi berbagai
perwujudan dari seruan “Persatuan Agama” ini, ditambah lagi berbagai muktamar, seminar, dan organisasi
di berbagai belahan dunia, baik di timur atau di barat.Dan setelah mengamati dan mengkaji permasalahan
ini, maka Komite memutuskan hal-hal berikut:

Pertama
Di antara salah satu prinsip utama akidah (keyakinan) agama Islam yang telah diketahui
oleh setiap orang muslim, dan telah disepakati oleh seluruh kaum muslimin ialah:
Bahwasanya tiada di muka bumi agama yang benar selain agama Islam. Dan agama Islam
adalah sebagai penutup dan penghapus seluruh agama, ajaran dan syariat yang datang
sebelumnya. Dengan demikian tidaklah tersisa di atas muka bumi satu agama pun yang
diperbolehkan untuk dijalankan dalam rangka beribadah kepada Alloh selain agama
Islam. Alloh Ta’ala berfirman:‫ن‬ َ ‫م‬
ِ ‫ة‬ ِ َ ‫و ِفي ا ْل‬
ِ ‫خَر‬ َ ُ‫ه وَه‬
ُ ْ ‫من‬
ِ ‫ل‬ ْ ُ ‫سل َم ِ ِديًنا فََلن ي‬
َ َ ‫قب‬ ْ ِ ‫من ي َب ْت َِغ غ َي َْر ا ْل‬
َ َ‫و‬
‫ن‬
َ ‫ري‬
ِ ‫س‬
ِ ‫خا‬ ْ
َ ‫“ال‬Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
merugi.” (QS. Ali Imran: 85)Dan yang dimaksud dengan Islam setelah diutusnya Nabi
Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam ialah agama yang beliau bawa, dan bukan
agama selainnya.

Kedua
Dan di antara salah satu prinsip utama akidah Islam ialah: Bahwasanya kitab Alloh ta’ala
“Al Quran Al Karim” adalah kitab terakhir yang diturunkan dari sisi Alloh Tuhan
semesta alam. Dan Al Quran Al Karim sebagai penghapus dan hakim/tolok ukur bagi
kebenaran seluruh kitab yang pernah diturunkan sebelumnya, yaitu Taurat, Injil dan
lainnya. Dengan demikian sekarang ini tidaklah ada suatu kitab pun yang pernah Alloh
turunkan yang boleh dijadikan pedoman dalam beribadah kepada Alloh selain Al Quran
Al Karim. Alloh ta’ala berfirman:‫ب‬ ِ ‫ن ال ْك َِتا‬َ ‫م‬
ِ ‫ه‬ِ ْ ‫ن ي َد َي‬َ ْ ‫ما ب َي‬َ ّ ‫صد ًّقا ل‬
َ ‫م‬ ُ ‫ق‬ ّ ‫ح‬َ ْ ‫ب ِبال‬ َ ْ ‫وََأنَزل َْنآإ ِل َي‬
َ ‫ك ال ْك َِتا‬
َ َ
‫ق‬
ّ ‫ح‬َ ْ ‫ن ال‬
َ ‫م‬ َ ‫جآَء‬
ِ ‫ك‬ َ ‫ما‬
ّ َ‫م ع‬
ْ ُ‫وآَءه‬ ْ ِ ‫ه وَل َت َت ّب‬
َ ْ‫ع أه‬ ُ ‫ل الل‬ َ ‫مآأنَز‬َ ِ‫م ب‬ ْ ُ‫كم ب َي ْن َه‬ُ ‫ح‬ْ ‫ه َفا‬ ِ ْ ‫مًنا ع َل َي‬
ِ ْ ‫مهَي‬ُ َ‫“و‬Dan telah
Kami turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa
yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian (tolok
ukur) bagi kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa
yang Alloh turunkan, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.” (QS. Al Maaidah: 48)

Ketiga
Diwajibkan untuk beriman bahwa (Taurat dan Injil) telah dihapuskan dengan Al Quran
Al Karim, dan keduanya telah mengalami penyelewengan dan perubahan berupa
tambahan dan pengurangan. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam berbagai ayat dalam
Kitab Alloh, Al Quran Al Karim, diantaranya firman Alloh ta’ala:‫م‬ ْ ُ‫ميَثاقَه‬ ّ ‫ضِهم‬ ِ ‫ق‬ ْ َ ‫ما ن‬ َ ِ ‫فَب‬
‫ل‬ ُ ‫ه وَل َت ََزا‬ ّ
ِ ِ ‫ما ذ ُكُروا ب‬ ّ ‫م‬ ِ ‫حظا‬ ّ َ ‫سوا‬ ُ َ ‫ه وَن‬ ِ ِ ‫ضع‬ِ ‫وا‬ َ ‫م‬ ّ ‫عن‬ َ ‫م‬ َ
َ ِ ‫ن الكل‬ ْ َ ‫حّرُفو‬ َ ُ‫ة ي‬ ً َ ‫سي‬ِ ‫م َقا‬ ُ
ْ ُ‫جعَلَنا قُلوب َه‬ ْ َ َ‫م و‬ ْ ُ‫ل َعَّناه‬
‫م‬
ْ ُ‫من ْه‬ ّ ً ‫م إ ِل ّ قَِليل‬ ْ ُ‫من ْه‬ ّ ‫ة‬ ٍ َ ‫خآئ ِن‬ َ ‫ع ع ََلى‬ ُ ِ ‫(“َ ت َط ّل‬Tetapi) karena mereka melanggar janji-Nya, Kami
kutuk mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah
perkataan Alloh dari tempat-tempatnya, dan mereka sengaja melupakan sebagian dari
apa yang mereka telah diperingatkan dengannya. Dan kamu (Muhammad) senantiasa
akan melihat pengkhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka.” (QS. Al
َ
Maaidah: 13)Dan juga firman Alloh ta’ala: ‫ن‬ َ ‫قوُلو‬ ُ َ‫م ي‬ ّ ُ‫م ث‬ْ ِ ‫ديه‬ ِ ْ ‫ب ب ِأي‬ َ ‫ن ال ْك َِتا‬ َ ‫ن ي َك ْت ُُبو‬ َ ‫ذي‬ ِ ّ ‫ل ل ّل‬ ٌ ْ ‫فَوَي‬
ُّ ُ َ َ ّ ٌ َ ً َ َ ّ
‫ما‬ ‫م‬ ‫هم‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ي‬
ّ ّ ُ َْ َ ْ ِ ْ ْ َ ‫و‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫دي‬
ِ ‫ي‬ ‫أ‬ ‫ت‬ ‫ب‬َ ‫ت‬ ‫ك‬ ‫ما‬ ‫م‬
ّ ّ ُ‫هم‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ي‬
َْ ‫و‬ ‫ف‬ ‫ل‬ ‫لي‬
ِ ‫ق‬ ‫نا‬
ً ‫م‬
َ ‫ث‬ ‫ه‬
ِ ‫ب‬
ِ ُ ‫روا‬ َ ‫ت‬ ْ
‫ش‬ َ ‫ي‬ِ ‫ل‬ ‫ه‬
ِ ‫ل‬ ‫ال‬ ِ ‫د‬ ‫عن‬ ِ ‫ن‬
ْ ‫م‬
ِ ‫ذا‬َ َ ‫ه‬
‫ن‬َ ‫سُبو‬ ِ ْ ‫“ي َك‬Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab
dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: ‘ini dari Alloh’ (dengan maksud)
untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan
besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang dituliskan oleh tangan mereka sendiri, dan
kecelakaan besarlah bagi mereka akibat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al Baqoroh:
َ ‫قا يل ْوو‬
79)Dan firman Alloh ta’ala:‫ب‬ ِ ‫ن ال ْك َِتا‬ َ ‫م‬ ِ ُ‫سُبوه‬ َ ‫ح‬ ْ َ ‫ب ل ِت‬ ِ ‫سن َت َُهم ِبال ْك َِتا‬ ِ ْ ‫ن أل‬ َ ُ َ ً ‫ري‬ ِ ‫ف‬ َ َ‫م ل‬ ْ ُ‫من ْه‬ ِ ‫ن‬ ّ ِ ‫وَإ‬
‫ب‬ َ ْ
َ ِ ‫ه الكذ‬ ِ ‫ن ع َلى الل‬ َ َ ‫قولو‬ ُ ُ َ ‫ه وَي‬ ِ ‫عندِ الل‬ ِ ‫ن‬ ْ ‫م‬ ِ ‫و‬ َ ُ‫ماه‬ َ َ‫ه و‬ ِ ‫عندِ الل‬ ِ ‫ن‬ ْ ‫م‬ ِ ‫و‬ َ ُ‫ن ه‬ َ ‫قولو‬ُ ُ َ ‫ب وَي‬ ْ
ِ ‫ن الك َِتا‬ َ ‫م‬ِ ‫و‬ َ ُ‫ماه‬ َ َ‫و‬
‫ن‬ َ ‫مو‬ َُ ‫م ي َعْل‬ ْ َ ُ ‫ه‬‫و‬ “Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar
lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari
Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab, dan mereka mengatakan: ‘Ia (yang dibaca itu
datang) dari sisi Alloh’, padahal ia bukan datang dari sisi Alloh. Mereka berkata dusta
terhadap Alloh, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran: 78)Oleh karena itu bagian
dari kitab-kitab tersebut yang masih otentik, telah dihapuskan oleh agama Islam, dan
selainnya telah diselewengkan atau diubah. Dan diriwayatkan dalam hadits shahih dari
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau menjadi murka tatkala melihat
bersama Umar bin Khatthab rodhiallohu ‘anhu selembaran yang di dalamnya terdapat
sebagian ayat dari Taurat, dan Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:(‫ي شك أنت‬
ّ ‫أف‬
‫يا ابن الخطاب! ألم آت بها بيضاء نقية؟ لو كان أخي موسى حيا ما وسعه إل اتباعي( رواه‬
‫أحمد والدارمي وغيرهما‬.“Apakah ada keraguan pada dirimu tentang aku, wahai (Umar)
Ibnul Khatthab! Bukankah aku telah mendatangkannya dalam keadaan putih bersih?
Seandainya saudaraku (nabi) Musa sekarang ini masih hidup, niscaya tidak ada
keleluasaan baginya selain mengikutiku.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ad Darimi
dan lainnya)

Keempat
Di antara salah satu prinsip utama aqidah Islam adalah: bahwasanya Nabi kita
Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah penutup para nabi dan rasul,
َ َ
sebagaimana firman Alloh Ta’ala: ‫م‬ َ َ ‫خات‬ َ َ‫ه و‬ ِ ‫ل الل‬ َ ‫سو‬ ُ ‫كن ّر‬ ِ َ ‫م وَل‬ ْ ُ ‫جال ِك‬َ ‫من ّر‬ ّ ٍ ‫حد‬ َ ‫مد ٌ أَبآ أ‬ ّ ‫ح‬
َ ‫م‬ ُ ‫ن‬ َ ‫كا‬ َ ‫ما‬ ّ
‫ن‬
َ ِّّ‫يي‬ ‫ب‬‫ن‬ ‫“ال‬Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu,
tetapi dia adalah Rasulullah (utusan Alloh) dan penutup nabi-nabi.” (QS. Al Ahzab:
40)Sehingga dengan demikian tidaklah ada seorang rosul pun yang harus diikuti selain
nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan seandainya ada seorang nabi dan
utusan (rosul) Alloh yang masih hidup, maka tidaklah ada keleluasaan baginya selain
mengikutinya shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan juga tidaklah ada keleluasaan bagi
pengikut mereka (para rasul dan nabi) kecuali mengikutinya, sebagaimana firman Alloh
Ta’ala:‫ما‬ َ ّ ‫قُ ل‬ُ ّ ‫صد‬
َ ‫م‬ ّ ‫ل‬
ُُ ‫جآَءك ُم رسو‬
ُ َ ْ َ ‫م‬ ّ ُ‫ة ث‬ ٍ ‫م‬َ ْ ‫حك‬ ِ َ‫ب و‬ ٍ ‫من ك َِتا‬ ّ ‫كم‬ ُ ُ ‫مآَءات َي ْت‬َ َ‫ن ل‬ َ ‫ق الن ّب ِّيي‬َ ‫ميَثا‬ ِ ‫ه‬ ُ ‫خذ َ الل‬ َ َ ‫وَإ ِذ ْ أ‬
‫دوا‬ ُ َ‫شه‬ ْ ‫ل َفا‬ َ ‫ري َقاُلوا أ َقَْرْرَنا َقا‬ ِ ‫ص‬ْ ِ‫م إ‬ ْ ُ ‫م ع ََلى ذ َل ِك‬ ْ ُ ‫خذ ْت‬ َ َ ‫م وَأ‬ َ َ ‫معك ُم ل َتؤ ْمنن به ول َتنصرنه َقا‬
ْ ُ ‫ل َءأقَْرْرت‬ ُ ّ ُ ُ َ َ ِ ِ ّ ُ ِ ُ ْ َ َ
‫ن‬ ّ ‫ن ال‬ ُ َ
َ ‫دي‬ ِ ِ ‫شاه‬ َ ‫م‬ّ ‫معَكم‬ َ ‫“وَأَنا‬Dan (ingatlah) ketika Alloh mengambil perjanjian dari para
nabi: ‘Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah,
kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu,
niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya.’ Alloh
berfirman: ‘Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang
demikian itu?’ Mereka menjawab: ‘Kami mengakui.’ Alloh berfirman: ‘Kalau begitu
saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi pula bersama kamu.’” (Ali Imran:
81)Dan nabi ‘Isa ‘alaihi salam ketika beliau turun kembali pada akhir zaman, beliau akan
menjadi pengikut Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan menerapkan
ِ ّ ‫ي ال‬ ُ
syariatnya. Dan Alloh ta’ala juga berfirman:‫ذي‬ ّ ‫م‬ ّ ‫ي ا ْل‬ ّ ِ ‫ل الن ّب‬ َ ‫سو‬ ُ ‫ن الّر‬ َ ‫ن ي َت ّب ُِعو‬َ ‫ذي‬ِ ّ ‫ال‬
‫ل‬ ِ ‫جي‬ ِ ‫لن‬ ِ ْ ‫ة وَا‬ ِ ‫م ِفي الت ّوَْرا‬ ْ ُ‫عند َه‬ ِ ‫مك ُْتوًبا‬ َ ‫ه‬ُ َ ‫دون‬ ُ ‫ج‬ ِ َ ‫(“ي‬Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul,
Nabi yang ummi (tidak dapat menulis dan membaca) yang (namanya) mereka dapati
tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka.” (QS. Al A’raaf:
156)Sebagaimana di antara prinsip dasar akidah dalam Islam ialah bahwa: Kerasulan nabi
Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam bersifat umum untuk seluruh manusia. Alloh
َ ‫ة ِللناس بشيرا ونذيرا ول َك‬ َ ‫“و‬Dan
ta’ala berfirman:‫ن‬ َ ‫مو‬ ُ َ ‫س ل َي َعْل‬
ِ ‫ن أك ْث ََر الّنا‬ ّ ِ َ ً ِ َ َ ً ِ َ ِ ّ ً ّ‫كآف‬ َ ّ ‫ك إ ِل‬ َ ‫سل َْنا‬ َ ‫مآأْر‬ َ َ
Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya, sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pembawa berita peringatan, tetapi kebanyakan
manusia tiada mengetahui.” (QS. Saba’: 28)Dan Alloh ta’ala juga berfirman:‫ل َياأ َي َّها‬ ْ ُ‫ق‬
‫ميًعا‬ ِ ‫ج‬َ ‫م‬ ُ َ
ْ ‫ه إ ِلي ْك‬ ُ
ِ ‫سول الل‬ ُ ‫س إ ِّني َر‬ ُ ‫“الّنا‬Katakanlah: Hai manusia, sesungguhnya aku adalah
utusan Alloh kepadamu semua.” (QS. Al A’raf: 158), dan ayat-ayat selainnya.

Kelima
Dan di antara prinsip utama Islam: wajib hukumnya untuk meyakini bahwa setiap orang
yang tidak masuk agama Islam, baik orang Yahudi atau Nasrani atau lainnya adalah telah
kafir, dan wajib disebut sebagai orang kafir, dan ia adalah musuh Alloh, Rasul-Nya,
seluruh umat Islam, dan ia akan menjadi penghuni neraka, sebagaimana firman Alloh
ْ َ ‫فروا م‬
Ta’ala:‫ة‬ ُ َ ‫م ال ْب َي ّن‬
ُ ُ‫حّتى ي َأ ت ِي َه‬
َ ‫ن‬َ ْ ‫فك ّي‬ َ ْ ‫من‬
ُ ‫ن‬ َ ْ ‫شرِك ِي‬ ُ ْ ‫ب َوال‬
ْ ‫م‬ ِ َ ‫ل ال ْك ِت‬ِ ْ‫ن أه‬ْ ِ ْ ُ َ َ‫ن ك‬ َ ْ ‫ن ال ّذ ِي‬
ِ ُ ‫م ي َك‬ْ “Orang-
orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrikin (mengatakan bahwa mereka)
tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata.”
َ ‫فروا م‬
(QS. Al Bayyinah: 1)Dan Alloh ‘azza wa jalla juga berfirman:‫ل‬ ِ ْ‫ن أه‬ْ ِ ْ ُ َ َ‫ن ك‬ َ ْ ‫ن ال ّذ ِي‬
ّ ِ‫إ‬
‫ة‬ ْ َ ‫م‬ َ َ ُ ْ ‫م‬ ْ ْ
ِ ّ ‫شّر الب َرِي‬ ْ ُ‫ن فِي َْهآ أولئ ِك ه‬ َ ْ ‫خل ِد ِي‬َ ‫م‬ َ ّ ‫جهَن‬َ ‫ي َناِر‬ْ ِ‫ن ف‬ َ ْ ‫شرِك ِي‬ ُ ‫ب َوال‬ ِ َ ‫“الك ِت‬Sesungguhnya orang-
orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka
jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS
Al Bayyinah: 6), dan ayat-ayat lainnya.Dan juga telah tetap dalam kitab Shahih Muslim
bahwasanya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:‫والذي نفسي بيده ل يسمع بي‬
‫أحد من هذه المة يهودي ول نصراني ثم يموت ولم يؤمن بالذي أرسلت به إل كان من أهل‬
‫“النار‬Demi Zat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, tidaklah ada seorang pun dari umat
ini yang mendengar tentangku, baik Yahudi atau Nasrani, kemudian ia meninggal
sedangkan ia tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, melainkan ia
akan menjadi penghuni neraka.”Oleh karena itu, barang siapa yang enggan untuk
menganggap kafir orang Yahudi atau Nasrani, maka ia telah kafir, ini sebagai penerapan
terhadap kaidah: “Barang siapa yang tidak menganggap kafir orang kafir, maka ia
sendiri telah kafir”.

Keenam
Dengan mengetahui berbagai prinsip utama aqidah, dan fenomena syariat ini, maka dapat
diketahui bahwa seruan kepada “Persatuan Agama”, pendekatan antaranya, dan
meleburnya menjadi satu ajaran adalah seruan yang buruk lagi keji. Dan tujuan dari
seruan ini ialah mencampur adukkan antara kebenaran dan kebatilan, meruntuhkan dan
menghancurkan prinsip-prinsip agama Islam, serta menyeret kaum muslimin menuju
kepada pemurtadan secara menyeluruh. Sebagai buktinya adalah firman Alloh Ta’ala:َ ‫وَل‬
‫عوا‬ َ َ ‫ست‬
ُ ‫طا‬ ْ ‫نا‬ ْ ُ ‫ن ِدين ِك‬
ِ ِ‫م إ‬ ْ َ‫م ع‬ ْ ُ ‫دوك‬ّ ‫حّتى ي َُر‬ َ ‫م‬ْ ُ ‫قات ُِلون َك‬ َ ‫“ي ََزاُلو‬Mereka tidak henti-hentinya
َ ُ‫ن ي‬
memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada
kekafiran) seandainya mereka sanggup.” (QS. Al Baqoroh: 217)Dan firman Alloh:‫دوا‬ ّ َ‫و‬
‫وآًء‬
َ ‫س‬َ ‫ن‬ ُ
َ ‫فُروا فَت َكوُنو‬ َ
َ ‫ما ك‬ َ
َ ‫نك‬ َ ‫فُرو‬ ْ
ُ ‫و ت َك‬ َ
ْ ‫“ل‬Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir
sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka).”
(QS. An Nisa: 89)

Ketujuh
Dan di antara konsekuensi seruan sesat ini adalah dicampakkannya berbagai perbedaan
antara agama Islam dengan kekufuran, kebenaran dengan kebatilan, yang ma’ruf dengan
yang mungkar, dan diruntuhkannya benteng pemisah antara kaum muslimin dari orang-
orang kafir, sehingga tiada lagi prinsip wala’ dan bara’ (loyal kepada orang islam dan
berlepas diri dari orang kafir), dan tiada lagi kata jihad dan berperang demi menegakkan
kalimat Alloh di muka bumi, padahal Alloh Yang Maha Agung lagi Maha Suci
berfirman:‫ه‬ ُ ُ ‫سول‬ ُ ‫ه وََر‬ ُ ‫م الل‬
َ ‫حّر‬َ ‫ما‬
َ ‫ن‬َ ‫مو‬ُ ‫حّر‬ َ ُ ‫ر وَل َي‬ِ ‫خ‬ِ َ ‫ه وَل َ ِبال ْي َوْم ِ ا ْل‬ ِ ‫ن ِبالل‬ ِ ْ ‫ن ل َي ُؤ‬
َ ‫مُنو‬ ِ ّ ‫َقات ُِلوا ال‬
َ ‫ذي‬
ُ
‫م‬
ْ ُ‫عن ي َدٍ وَه‬
َ ‫ة‬ َ َ ‫جْزي‬ِ ْ ‫طوا ال‬ُ ْ‫حّتى ي ُع‬
َ ‫ب‬َ ‫ن أوُتوا ال ْك َِتا‬ َ ‫ذي‬ ِ ّ ‫ن ال‬َ ‫م‬ ِ ‫ق‬ ّ ‫ح‬ َ ْ ‫ن ال‬َ ‫ن ِدي‬َ ‫ديُنو‬ِ َ ‫وَل َي‬
‫ن‬َ ‫صاِغُرو‬ َ “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Alloh dan tidak pula
kepada hari akhir, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Alloh
dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar, yaitu orang-orang yang
diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah (upeti) dengan
patuh sedangkan mereka dalam keadaan tunduk.” (QS. At Taubah: 29)Alloh Yang Maha
Agung lagi Maha Tinggi juga berfirman:‫ة‬ ً ّ‫كآف‬ ْ ُ ‫قات ِل ُوْن َك‬
َ ‫م‬ َ َ‫ة ك‬
َ ُ ‫ما ي‬ َ ‫ن‬
ً ّ‫كآف‬ ُ ْ ‫وََقات ُِلوا ال‬
ْ ‫م‬
َ ْ ‫شرِك ِي‬
َ
‫ن‬
َ ْ ‫قي‬ ُ ْ ‫ع ال‬
ِ ّ ‫مت‬ َ ‫م‬
َ ‫ه‬
َ ‫ن الل‬
ّ ‫وا أ‬ ُ َ ‫“َواع ْل‬Dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana
ْ ‫م‬
mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Alloh beserta
orang-orang yang bertakwa.” (QS. At Taubah: 36)

Kedelapan
Sesungguhnya seruan kepada “Persatuan Agama” bila dilakukan oleh seorang muslim,
maka tindakannya ini dianggap sebagai kemurtadan yang nyata dari agama Islam, karena
seruan ini berlawanan dengan prinsip aqidah, sehingga menjadikanmu ridho dengan
kekufuran kepada Alloh ‘azza wa jalla, mendustakan kebenaran Al Quran, dan perannya
sebagai penghapus seluruh kitab suci sebelumnya. Sebagaimana seruan ini juga
mendustakan bahwa agama Islam sebagai penghapus seluruh syariat dan agama
sebelumnya. Dengan dasar itu, maka seruan ini adalah pemikiran yang tertolak menurut
syariat, diharamkan dengan tegas oleh seluruh dalil-dalil syari’at dalam Islam, yaitu Al
Quran, As Sunnah dan Ijma (konsensus ulama islam).

Kesembilan
Berdasarkan hal-hal di atas, maka jelaslah bahwa:

1. Tidak boleh bagi seorang muslim yang beriman kepada Alloh sebagai Tuhannya,
Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai nabi dan utusan Alloh, untuk
ikut andil dalam menyerukan pemikiran sesat ini (persatuan agama), atau
memberi dukungan kepadanya, atau membiarkannya berjalan di tengah-tengah
umat islam, apalagi sampai menerimanya, ikut andil dalam berbagai muktamar,
dan seminar tentangnya, dan menjadi anggota perkumpulannya.
2. Tidak dibenarkan bagi seorang muslim untuk mencetak Taurat dan Injil walau
secara terpisah, terlebih-lebih mencetaknya bersama Al Quran dalam satu
sampul!! Barang siapa yang melakukannya atau menyeru kepadanya berarti ia
berada dalam kesesatan yang amat jauh, karena tindakan ini berarti
mencampuradukkan antara kebenaran yaitu Al Quran Al Karim dengan kitab
yang telah diselewengkan atau kebenaran yang telah dihapuskan, yaitu Taurat dan
Injil.
3. Sebagaimana tidak dibenarkan bagi seorang muslim untuk menerima seruan
membangun masjid, gereja dan tempat peribadatan lainnya dalam satu lokasi,
karena tindakan ini merupakan pengakuan terhadap agama selain Islam dalam
peribadatan kepada Alloh, dan pengingkaran terhadap keunggulan agama Islam di
atas selainnya. Sebagaimana tindakan ini juga merupakan seruan secara tindak
langsung kepada pengakuan bahwa agama yang benar itu ada tiga, dan bagi
penduduk bumi ada kebebasan untuk memilih salah satunya sebagai agama yang
ia anut, dan kedudukan ketiganya adalah sama, dan Islam bukan sebagai
penghapus bagi agama sebelumnya.
Tidak diragukan lagi bahwa mengakui hal ini atau meyakininya atau rela dengannya
adalah kekufuran dan kesesatan, karena hal itu nyata-nyata menyelisihi Al Quran Al
Karim, As Sunnah dan kesepakatan (konsensus) umat Islam. Sebagaimana hal ini juga
merupakan pengakuan bahwa penyelewengan yang dilakukan oleh umat Yahudi dan
Nasrani terhadap kitab suci mereka adalah benar dan selaras dengan wahyu dari Alloh,
Maha Tinggi Alloh dari yang demikian. Sebagaimana tidak diperbolehkan untuk
menyebut gereja dengan sebutan “rumah Alloh”, atau beranggapan bahwa penganutnya
sedang beribadah dengan ibadah yang benar dan diterima Alloh di dalamnya, karena
sebenarnya yang mereka lakukan adalah ibadah yang tidak diajarkan oleh agama Islam,
padahal Alloh ta’ala berfirman:‫ن‬
َ ‫م‬
ِ ‫ة‬ ِ َ ‫و ِفي ا ْل‬
ِ ‫خَر‬ َ ُ‫ه وَه‬
ُ ْ ‫من‬
ِ ‫ل‬ ْ ُ ‫سل َم ِ ِديًنا فََلن ي‬
َ َ ‫قب‬ ْ ِ ‫من ي َب ْت َِغ غ َي َْر ا ْل‬
َ َ‫و‬
‫ن‬
َ ‫ري‬
ِ ‫س‬
ِ ‫خا‬ ْ
َ ‫“ال‬Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
merugi.” (Ali Imran: 85)Akan tetapi gereja adalah rumah-rumah yang dijalankan
padanya kekufuran kepada Alloh, kita berlindung dari kekufuran dan pelakunya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Majmu’ Fatawa (22/162) berkata: “Gereja dan
rumah peribadatan Yahudi bukanlah rumah-rumah Alloh, rumah-rumah Alloh hanyalah
masjid-masjid, akan tetapi –gereja dan rumah ibadah umat Yahudi- adalah rumah-rumah
yang dilakukan padanya amal kekufuran kepada Alloh, walaupun kadang kala nama
Alloh disebut di dalamnya; karena sesungguhnya status rumah ibadah selaras dengan
status penghuninya,karena penghuni rumah ibadah tersebut adalah orang-orang kafir,
sehingga gereja adalah rumah peribadatan orang-orang kafir.”

Kesepuluh
Dan di antara hal yang wajib diketahui adalah: Sesungguhnya mendakwahi/mengajak
orang-orang kafir secara umum, dan ahlul kitab secara khusus kepada agama Islam
merupakan tanggung jawab (kewajiban) atas seluruh kaum muslimin, hal ini selaras
dengan berbagai dalil yang jelas dari Al Quran dan As Sunnah. Akan tetapi dakwah itu
tidaklah dilakukan melainkan dengan cara menjelaskan dan mengadakan perdebatan
dengan cara yang baik, dan dengan tidak mengalah sedikit pun tentang syariat Islam. Ini
semua demi menumbuhkan pada diri mereka rasa percaya kepada Islam, dan agar mereka
masuk Islam atau demi menegakkan hujjah (penjelasan) kepada mereka, agar setiap
orang yang binasa itu, binasanya dengan keterangan yang nyata, dan orang yang hidup
itu, hidupnya dengan keterangan yang nyata. Alloh Ta’ala berfirman:‫ب‬ ِ ‫ل ال ْك َِتا‬ َ ْ‫ل َياأ َه‬ْ ُ‫ق‬
َ َ
‫ضا‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫نا‬‫ض‬ ‫ع‬ ‫ب‬ َ ‫ذ‬
ً ْ َ َ ُ ْ َ ِ َّ َ ْ
َ
‫خ‬‫ت‬ ‫ي‬ َ ‫ل‬‫و‬ ً
‫ئا‬ ‫ي‬ َ
‫ش‬ ‫ه‬ ‫ب‬ َ
‫ك‬
ِ ِ ِ ُ َ َ‫ر‬‫ش‬ ْ ‫ن‬ َ ‫ل‬‫و‬ ‫ه‬‫الل‬ ّ ‫ل‬ ‫إ‬ ‫د‬ ‫ب‬‫ع‬
ِ َ َُْ ‫ن‬ ّ ‫ل‬ ‫أ‬ ‫م‬ ُ ‫ك‬‫ن‬‫ي‬‫ب‬‫و‬ ‫نا‬‫ن‬‫ي‬‫ب‬ ٍ ‫ء‬‫وآ‬
ْ َََْ َََْ َ َ ٍ َ ِ
َ
‫س‬ ‫ة‬ ‫م‬ ‫ل‬َ ‫ك‬ ‫لى‬ ِ ْ َ ‫ت ََعال‬
‫إ‬ ‫وا‬
‫ن‬
َ ‫مو‬ُ ِ ‫سل‬
ْ ‫م‬ُ ‫دوا ب ِأّنا‬ ُ َ‫شه‬ ُ
ْ ‫قولوا ا‬ ُ َ‫وا ف‬ ّ
ْ ‫ه فَِإن ت َوَل‬
ِ ‫ن الل‬
ِ ‫دو‬ ُ ‫من‬ ّ ‫“أْرَباًبا‬Katakanlah: Hai Ahli Kitab,
marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tiada perselisihan antara
kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Alloh dan tidak kita persekutukan Dia
dengan sesuatu pun, dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain
sebagai tuhan selain Alloh. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka:
‘Saksikanlah, bahwa kami adalah kaum muslimin (orang-orang yang berserah diri
kepada Alloh).’” (QS. Ali Imran: 64)Adapun beradu argumentasi, berkumpul dan
bermusyawarah dengan mereka guna menuruti kehendak, dan merealisasikan keinginan
mereka, serta meruntuhkan prinsip-prinsip Islam dan dasar-dasar keimanan selaras
dengan yang mereka inginkan, maka ini adalah sikap yang batil, dan ditentang oleh
Alloh, Rasul-Nya dan seluruh kaum mukminin, hanya kepada Alloh-lah kita memohon
pertolongan atas segala yang mereka kerjakan. Alloh ta’ala berfirman:‫ك‬ َ ‫فت ُِنو‬ ْ َ ‫م َأن ي‬ ْ ُ‫حذ َْره‬ْ ‫َوا‬
َ ْ ‫ه إ ِل َي‬
‫ك‬ َ ‫مآ َأنَز‬
ُ ‫ل الل‬ َ ‫ض‬
ِ ْ‫عن ب َع‬
َ “Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka
tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Alloh kepadamu.”
(QS. Al Maaidah: 49)Dan Komite Tetap Untuk Riset Ilmiah Dan Fatwa, ketika
memutuskan dan menjelaskan hal ini kepada umat manusia, juga berpesan kepada kaum
muslimin secara umum, dan para ulama’ secara khusus agar senantiasa bertakwa dan
mengingat Alloh, membela agama Islam dan membentengi akidah kaum muslimin dari
kesesatan dan kekufuran beserta para penyerunya. Sebagaimana hendaknya mereka juga
memperingatkan kaum muslimin dari bahaya seruan kekufuran nan sesat ini, yaitu
“Persatuan Agama” agar mereka tidak terperdaya oleh berbagai propagandanya.
Sebagaimana kami juga memohonkan pelindungan kepada Alloh bagi setiap orang
muslim agar tidak menjadi penyebab masuknya kesesatan ini ke dalam negeri kaum
muslimin, dan mempropagandakannya di tengah-tengah mereka. Kami memohon kepada
Alloh dengan menyebut nama-namaNya Yang Indah dan sifat-sifatNya Yang Mulia, agar
melindungi kita semua dari berbagai fitnah yang menyesatkan, dan menjadikan kita
sebagai orang yang memberi petunjuk lagi mendapat petunjuk, pembela agama Islam,
dengan dasar petunjuk, dan cahaya dari Tuhan kita, hingga akhirnya kita berjumpa
dengan-Nya sedangkan Dia ridho dengan kita.Taufik hanya ada di Tangan Alloh, dan
semoga sholawat dan salam dari Alloh senantiasa terlimpahkan kepada nabi kita
Muhammad, keluarga, dan seluruh sahabat.

APAKAH ‘AZAB KUBUR BAGI ORANG MUKMIN DAPAT DIRINGANKAN

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah adzab
kubur terhadap orang mukmin yang berbuat maksiat dapat
diringankan ?

Jawaban
Ya, kadang-kadang diringankan, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah lewat dua kubur lalu berkata : “Keduanya benar-benar
sedang diadzab, keduanya diadzab karena hal yang besar, benar, dia
itu hal yang besar, salah satunya diadzab karena tidak bersuci dari
kencing, atau beliau berkata : “Tidak bertabir waktu kencing, dan yang
lain diadzab karena suka mengadu domba/membuat fitnah”. Kemudian
beliau mengambil pelepah yang masih basah, lalu dibagi dua
kemudian menancapkan pada tiap kubur satu buah dan berkata :
“Semoga adzab keduanya diringankan selama pelepah itu berlum
kering” [1]

Ini merupakan dalil bahwa terkadang adzab kubur itu bisa diringankan,
namun apa hubungan antara dua pelepah kurma yang basah itu
dengan diringankannya dua orang yang sedang diadzab ini ?
[1]. Ada yang berpendapat bahwa kedua pelepah ini senantiasa
bertasbih selama belum kering, sedangkan tasbih bisa meringankan
adzab bagi si mayit. Kesimpulan dari illat ini –yang kadang meleset
jauh- bahwasanya disunnahkan kepada manusia untuk pergi ke
kuburan dan bertasbih di sisinya agar adzabnya diringankan.
[2]. Sebagian ulama berkata : Penentuan seperti diatas adalah lemah
karena dua pelepah itu tetap bertasbih baik dalam keadaan basah
maupun kering, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya
bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih
dengan memujiNya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih
mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha
Pengampun” [Al-Isra : 44]

Pernah terdengar tasbihnya kerikil oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi


wa sallam, padahal kerikil itu kering, jadi apa illatnya?

Illatnya adalah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,


mengharap kepada Allah Azza wa Jalla agar adzab kedua orang itu
diringankan selama dua pelepah itu masih basah, artinya bahwa
tempo waktunya tidak panjang, dan hal itu dalam rangka untuk
memberi peringatan akan perbuatan kedua orang tadi karena
perbuatan mereka berdua itu persoalan besar, sebagaimana
diterangkan dalam sebuah riwayat : “benar, bahwa itu adalah urusan
besar”. Orang yang pertama tidak bersuci dari kencing, dan bila tidak
bersuci dari kencing berarti dia shalat tanpa bersuci. Sedangkan yang
kedua banyak memfitnah/mengadu domba, yang merusak hubungan
antara hamba-hamba Allah –aku berlindung kepada Allah- serta
melemparkan diantara mereka api permusuhan dan kebencian, dan ini
adalah persoalan besar. Inilah pendapat yang paling dekat dengan
kebenaran, bahwa hal hal itu merupakan syafa’at sementara sebagai
peringatan untuk umat bukan merupakan kebakhilan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memberi syafa’at selamanya.

Beralih dari pembicaraan, kami katakan : bahwa sebagian ulama –


semoga Allah memaafkan mereka- mengatakan : “Disunnahkan agar
manusia meletakkan pelepah basah, atau pohon atau semacamnya di
atas kuburan agar adzabnya diringankan, akan tetapi kesimpulan ini
jauh sekali dan tidak boleh kita melakukan hal itu karena beberapa
alasan :

Pertama : Kita tidak tahu bahwa orang tersebut sedang diadzab,


berbeda halnya dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kedua : Jika kita melakukan hal itu maka kita telah berbuat buruk
sangka terhadap mayit itu karena telah punya dugaan jelek (su’udzon)
kepadanya bahwa dia sedang diadzab, siapa tahu dia sedang diberi
nikmat. Siapa tahu mayit ini termasuk orang yang mendapat ampunan
dari Allah sebelum matinya karena adanya satu dari sekian banyak
sebab ampunan, lalu dia mati dan Rabb para hamba telah
mema’afkannya, dan saat itu dia tidak berhak mendapatkan adzab.

Ketiga : Kesimpulan ini menyelisihi pemahaman Salafush Shalih yang


mereka itu merupakan manusia yang paling mengerti tentang syari’at
Allah. Tidak ada seorangpun dari sahabat Radhiyalahu ‘anhum yang
mengerjalan hal itu, lalu apa urusannya kita melakukan hal itu?

Keempat : Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membuka


bagi kita (amal) yang lebih baik daripada hal itu. Bahwasanya Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila telah usai penguburan mayit
beliau berdiri dan berkata :

“Artinya : Mintakanlah ampunan untuk saudaramu dan mintalah


untuknya keteguhan karena dia sekarang akan ditanya” [2]

[Disalin dari kitab Majmu Fatawa Arkanil Islam, edisi Indonesia Majmu
Fatawa Solusi Problematika Umat Islam Seputar Akidah dan Ibadah,
Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Terbitan Pustaka
Arafah]
__________
Foote Note
[1]. Dikeluarkan oleh Bukhari, Kitabul Janaiz, Bab Adzabul Qabri Minal
Ghibah wal Baul : 1378 dan Muslim, Kitab Thaharah, bab Ad-Dalil A’la
Najasatil Baul wa Wujubil Istira’ minah : 292
[2]. Diriwayatkan oleh Abu Daud, kitabul Jazaiz, bab Istighfar ‘indal
qabri Lil Mayyit Fi Waqtil Inshairat : 3221]

Вам также может понравиться