Вы находитесь на странице: 1из 3

c  


     
 c
  
 

Pembangunan selain dapat meningkatkan kesejahteraan manusia seringkali


mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya alam dan lingkungan. Berbagai kasus
yang merupakan dampak negatif dari perkembangan industri telah banyak
mengakibatkan perubahan lingkungan hidup pada aspek fisika - kimia, sosial
ekonomi masyarakat dan biologi sehingga secara langsung maupun tidak langsung
akan mempengaruhi makhluk hidup serta lingkungannya, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi tujuan utama dari pembangunan itu sendiri.
Rancaekek yang dulunya terkenal dengan lumbung padi dan penghasil ikan,
sejak tahun 1990-an dimana industri tekstil mulai berkembang, sebutan tersebut
mulai luntur akibat daya produksinya menurun. Kini, luasan lahan pertanian sawah
di kawasan tersebut nyaris punah. Berdasarkan data-data dan pernyataan dari
sejumlah petani, sebelum adanya pabrik tekstil, produksi padi bisa mencapai 8 kg
gabah kering giling per bata (14 m2 atau setara 5,5 ton/ha). Dari sisi hasil dan
pendapatan ekonomi, petani bisa meraih keuntungan dari lahan sawahnya, karena
kegiatan usaha tani padi ditumpangsarikan dengan budi daya ikan. Namun, setelah
pabrik-pabrik membuang limbahnya dan mencemari sawah-sawah petani, dengan
jumlah luasan lahan yang sama, produksi padi paling tinggi hanya 4 kg gabah kering
giling per bata (sekira 2,8 ton/ha). Produksi sebesar itu pun jarang terjadi, karena
seringnya petani mengalami gagal panen.
Karena sering gagal dan jika pun bisa berproduksi, namun hasilnya tidak
optimal, petani bisa dibuat frustrasi. Demi untuk memenuhi kebutuhan hidup, para
petani pemilik lahan pun kemudian menjual tanah mereka. Namun, akibat kualitas
kesuburan dan produktivitasnya sudah menurun, harga jualnya jadi rendah. Tanah
yang tak mungkin lagi dimanfaatkan sebagai lahan pertanian diubah jadi kawasan
pabrik. Dengan demikian, proses konversi lahan subur dan produktif pertanian
menjadi lahan industri berlangsung sangat cepat dan biaya murah. Sektor pertanian
dan para petani yang paling dirugikan.


 
Berdasarkan hasil uji tanah dan air di laboratorium Jurusan Ilmu Tanah
UNPAD menunjukkan bahwa kandungan kimia beracun dan logam berat (B3) telah
mencemari lahan mereka, sehingga menurunkan produksi dan kualitas padi.
Pencemaran terjadi karena para petani menggunakan Sungai Cikijing yang telah
tercemar limbah industri tekstil sebagai sumber pengairan bagi pertanian mereka.
Dampak negatif cepatnya laju pembangunan di daerah Rancaekek
mengakibatkan tercemarnya lahan sawah dan sekitarnya yang disebabkan oleh air
buangan terutama industri tekstil yang dibuang ke sungai tanpa memperhatikan
kaidah baku mutu air yang diperbolehkan. Limbah pabrik tekstil yang mengalir ke
saluran irigasi pesawahan secara kontinu selama bertahun-tahun telah mengakibatkan
terakumulasinya logam berat di dalam tanah, sehingga dapat meracuni tanaman
ataupun makhluk hidup lainnya. Salah satu faktor penting yang berkaitan dengan
bahaya logam berat terhadap mahluk hidup adalah fraksi labil logam berat. Fraksi
logam berat ini relatif lebih tersedia bagi tanaman dan mudah tercuci di dalam tubuh
tanah. Serapan logam berat oleh tanaman atau pemanfaatan air bawah tanah untuk
air minum akan mempermudah masuknya logam berat ke dalam rantai makanan.
Berdasarkan hasil Uji Laboratorium tersebut, areal pertanian di daerah
Rancaekek yang terkena air buangan industri tekstil telah tercemar oleh unsur logam
berat yang sangat potensial membahayakan kelangsungan hidup. Berdasarkan hasil
analisis tanah-tanah di sekitar lokasi penelitian, kandungan Pb, Cd dan Cr masing-
masing sebesar 13,28 ppm; 0,33 ppm; dan 45,96 ppm, serta pada air limbahnya
selain mengandung ketiga unsur logam berat tersebut juga mengandung nilai daya
hantar listrik sebesar 5,4 mmho/cm, serta nilai pH tanah yang tinggi. Tingginya daya
hantar listrik menunjukkan kadar garam dalam tanah yang tinggi. Kondisi demikian
akan mempengaruhi plasmolisis, menurunkan porositas tanah, dan menghambat
proses aerasi. Tanah dengan daya hantar listrik lebih besar dari 4 mmho/cm saja
Menurun Tan (1991) dapat berakibat pada penurunan produksi tanaman padi.
Pada kondisi tanah yang basa (kisaran pH di daerah Rancaekek, yaitu 7,2
sampai dengan 7,6), akan menurunkan ketersediaan sejumlah unsur hara mikro,
seperti; Fe, Cu, Zn dan Mn, sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman.
Keberadaan logam berat di dalam tanah dapat merupakan zat toksik bagi tanaman,
dan melalui rantai makanan akan masuk ke dalam tubuh manusia sehingga akan
mengganggu kesehatan manusia.



Usaha pertanian di daerah pengairan Cikijing sudah tidak bisa diandalkan,
kalaupun dilakukan seperti disebutkan tadi, semata-mata untuk dimakan sendiri.
Sedangkan untuk penghasilan tambahannya tidak jarang petani beralih profesi ke
tukang bangunan, tukang beca atau bekerja di sektor lainnya.
Generasi-generasi tua mendominasi dalam pengolahan lahan pertanian,
itupun karena mengalami kesulitan mencari generasi muda yang mau turun ke
sawah. Maka tak jarang bila musim pengolahan sawah tiba saatnya, si pemilik dan
penggarap kelabakan mencari tenaga kerja. Untuk mengatasi hal ini, pemasokan
tenaga kerja harus didatangkan dari luar daerah, seperti desa Cibodas (Majalaya),
Cicalengka dan daerah lainnya.
Sebagai negara berkembang yang menuju era industri seperti Indonesia, maka
yang muda biasanya memilih kerja sebagai buruh pabrik. Hal ini didorong oleh
lapangan kerja yang sempit di sektor pertanian dan tersedianya lapangan kerja di sektor
industri, selain didorong oleh faktor internal yang menganggap bahwa bekerja di industri
lebih ³berprestise´ ketimbang sektor pertanian. Sebagaimana dituturkan petani Desa
Linggar bahwa kini anak muda enggan turun ke sawah, mereka lebih memilih buruh
pabrik atau sebagai tukang ojek.

 !"#
Di Pulau Jawa Ancaman pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi kawasan
industri atau pemukiman sudah menjadi kelaziman. Pandangan pesimis barangkali,
proses itu baru berhenti jika seluruh pulau jawa telah menjadi pemukiman atau
industri.
Ancaman pengalihan fungsi lahan pertanian produktif daerah Rancaekek
adalah salah satu contoh. Ketika satu kawasan diputuskan sebagai lokasi pabrik atau
pemukiman adalah hilangnya lahan produktif. Alih fungsi lahan pertanian menjadi
pabrik mengakibatkan bertambahnya lahan pemukiman dan hilangnya sumber
penghasilan kaum petani.
Jika dikaitkan dengan jumlah penduduk, walaupun angka pertumbuhan
penduduk dapat ditekan sampai hanya satu persen atau lebih rendah lagi, penduduk
Indonesia tetap saja bertambah setiap tahun sekitar dua juta jiwa. Melihat angka
pertumbuhan penduduk yang begitu besar, seharusnya yang dipikirkan adalah
bagaimana menambah atau minimal mempertahankan kelestarian fungsi lahan-lahan
produktif yang sudah ada untuk menjamin kelangsungan pembangunan dan
kehidupan yang layak di hari-hari mendatang. Karena itu, hilangnya lahan pertanian
produktif dan merosotnya produktivitas padi akibat air buangan tekstil, sangat tidak
diharapkan.
Tidak jarang para petani melakukan aksi jual lahan dalam menyongsong
masa depannya. Jika dilihat dari alasan yang mereka lontarkan, tujuan menjual lahan
adalah pertama; melihat kondisi sawah yang tanahnya tidak bisa diharapkan untuk
berproduksi optimal, kedua; harga tanah di sekitar lokasi meningkat pesat; ketiga;
kebutuhan ekonomi yang tidak bisa dihindari, misalnya makan, sekolah, dan lain-
lain. Adapun alokasi uang (hasil penjualan lahan) pada umumnya digunakan untuk
kebutuhan sandang, pangan atau perumahan, tetapi ada pula yang digunakan untuk
memiliki lahan di luar daerah, dengan asumsi akan diperoleh lahan yang luas untuk
kegiatan pertaniannya.
Sungai Cikijing membentang sepanjang lebih kurang 8 km dari hulu (sumber air:
Cisempur, kecamatan Cikeruh, kabupaten Sumedang) sampai hilir yang bermuara di
sungai Citarik (kecamatan Majalaya) bagian selatan Bandung, mengairi areal sawah
seluas 242 hektar dan berdiam tidak kurang lima ribu penduduk di lokasi setempat.
Cikijing sendiri merupakan bagian dari wilayah kerja Cabang Dinas PU Pengairan
Cicalengka. Secara administratif, sumber air ini berada dalam wilayah kabupaten
Sumedang, sedangkan areal yang terairi terdapat dalam wilayah kabupaten Bandung.
Namun saat ini, sumber air untuk mengairi areal padi sawah di kabupaten Bandung
tersebut sudah tidak berasal dari sumber air Cikeruh, melainkan dari air buangan industri
tekstil yang berada di sekitar Rancaekek yang terletak pada wilayah administratif
kabupaten Sumedang. Berdasarkan tata ruang kabupaten Sumedang wilayah sekitar
Rancaekek adalah diperuntukkan untuk lokasi industri, sedangkan tata ruang kabupaten
Bandung diperuntukkan untuk pertanian dan permukiman kota. Seandainya tidak
terjadi pola tata ruang wilayah, masih layakkah perencanaan untuk wilayah pertanian di
Rancaekek?

Вам также может понравиться