Вы находитесь на странице: 1из 36

Pediatrik Martindale’s: The Extra Pharmacopoiea

Royal Childrenis Hospital, Melbourne, 615.4


Pharmacopoiea Ind
Micromedex
AHFS Drug Information P
Pediatric Formulary: Guy’s/Australia

Dosis Obat Pada Gagal Ginjal AHFS Drug Information


Micromedex
Martindele’s: The Extra Pharmacopoiea
Brater: Drug Use In Renal Disease
IDIS
MEDLINE

Dosis Obat Pada Kerusakan AHFS Drug Information


Hati Martindale’s: The Extra Pharmacopoiea
Goodman and Gilman: Pharmacological Basis
of Therapeutics
Micromedex PEDOMAN
IDIS
MEDLINE
PELAYANAN INFORMASI OBAT
Administrasi Obat Martindale’s: The Extra Pharmacopoiea
Micromedex
AHFS Drug Information DI RUMAH SAKIT
APP guide or mims annual and updates
IDIS
MEDLINE
Trissel: Handbook of injectable drugs
Formulasi Obat Martindale’s: The Extra Pharmacopoiea
Nation Poisons Register
Britsh National Formulary
Manufacturer

Informasi Umum Obat Baru Micromedex


IDIS
MEDLINE
Martindale’s: The Extra Pharmacopoiea
Manufacturer
Commonwealth Department of Health and
Family Services, SAS Register
DIREKTORAT JENDERAL
PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
2006

52
Terapi Obat Kode Kimble: Applied Therapeutics
AHFS Drug Information
Victorian drug Usage advisory
Committee guidelines
Micromedex
IDIS
MEDLINE
Appropriate specialist texts
Consult with medical consultant or relevan
expert
Identifikasi Obat Mims Annual
Martindeles’s: The Extra Pharmacopeia
Merck Index
Micromedex (drugdex, poisindex)
National register of therapeutic goods
(commonwealth Department of Health and
Family Service)
Manufacturer
Index Nominum, Foreign Country Drug
Compendiums
IDIS- cross reference index

Farmakokinetik Ritschel: Handbook Of Basic


Pharmacokinetics
Goodman and Gilman: Pharmacological Basis
of Therapeutics
AHFS Drug Information
Evans, Schentag, Jusko: Applied
Pharmacokinetics
Winter: Basic Clinical Pharmacokinetics
Micromedex
IDIS
MEDLINE

Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI Farmakologi Goodman and Gilman: Pharmacological
615.1 Basis of Therapeutics
Indonesia, Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Kode Kimble: Applied Therapeutics
Ind Harrison: Principles of Internal Medicine
p Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan. The Merck Manual
IDIS
Pedoman Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit. MEDLINE
Jakarta, Departemen Kesehatan. 2004 Facts and comparisons
Micromedex
I. Judul

51
Lampiran 3 KATA PENGANTAR
Sumber Informasi Obat (Teks dan Referensi)

KATEGORI PILIHAN PUSTAKA ACUAN Dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal,
Obat pada wanita hamil dan Meyler’s Side Effects of Drugs sudah tentu mutlak diperlukan suatu pelayanan yang bersifat
menyusui Briggs freeman and yaffe: drugs in
pregnancy and lactation terpadu komprehensiv dan profesional dari para profesi
AHFS Drug Information
Martindale’s: the extra pharmacopeia kesehatan. Rumah sakit adalah merupakan salah satu
ADEC: medicines in pregnancy unit/instansi kesehatan yang sangat vital dan strategis dalam
Royal women’s hospital, Melbourne: gude on
drug in lactation melayani kesehatan masyarakat, dimana aspek pelayanan
MEDLINE
IDIS sangalah dominan dan menentukan.
Micromedex (drugdex, repotext, poisindex)
Specialist drug information center Pelayanan kefarmasian merupakan bagian intregral dari sistem
Dosis Obat Martindale’s: The Extra Pharmacopeian
AHFS Drug Information pelayanan kesehatan yang tidak terpisahkan, salah satu aspek
Micromedex (drugdex) pelayanan kefarmasian yaitu Pelayanan Informasi Obat yang
Manufacturer
IDIS diberikan oleh apoteker kepada pasien dan pihak-pihak terkait
MEDLINE
Pediatric Dosage Handbook : Teketoma lainnya. Informasi obat adalah suatu bantuan bagi dokter
Geriatric Dosage Handbook for oncology
dalam pengambilan keputusan tentang pilihan terapi obat
Interaksi Obat Haten and horn: drug interactions
Tatro: drug interactions facts yang paling tepat bagi seorang pasien. Pelayanan informasi
Stockley: drug interactions
AHFS Drug Information obat yang diberikan tersebut tentulah harus lengkap, obyektif,
Martindale’s: The Extra Pharmacopeia berkelanjutan dan selalu baru up to date. Dengan pelaksanaan
Meyler’s Side Effects of Drugs
IDIS pelayanan informasi obat ini, pada akhirnya diharapkan akan
MEDLINE
Inpharma/Reactions mendukung upaya penggunaan obat yang rasional di rumah
Micromedex (drugdex) sakit.
Manufacturer
Stabilitas Obat Martindale’s: The Extra Pharmacopeia
Merck Index
Mengingat demikian pentingnya fungsi dari pelayanan
Trissel: Handbook of injectable drugs informasi obat di rumah sakit, maka diperlukan suatu acuan
AHFS Drug Information
Pharmacopeian (BP, BPC, USPO..) atau pedoman.
IDIS
MEDLINE School of Pharmaceutical Chemistry

50 i
Disadari bahwa masih banyak hal-hal yang mungkin belum Lampiran 2
tertampung dalam buku pedoman ini, atau dengan kata lain
LEMBAR PELAYANAN INFORMASI OBAT
bahwa buku ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk ini
diharapkan kritikan yang membangun dan saran-saran dari NO: ...........Tgl: ............. Waktu:.......... Metode lisan/pertelp/tertulis
berbagai pihak guna perbaikan dimasa mendatang.
1. Identitas Penanya
Nama: ............................. Status: .............................
Terima kasih.
No. Telp: ...............................................
2. Data Pasien
Umur: .................... Berat: .....................kg Jenis Kelamin:L/P
Jakarta, Oktober 2004 Kehamilan: Ya/Tidak .................. minggu
Direktur Bina Farmasi Komunitas dan Klinik
N K ES Manyusui: Ya/Tidak Umur Bayi: ....................
ME EH
TE
AT

3. Pertanyaan
R

AN
DEPA

NDERA
L Uraian Permohonan
RAT JE IAN
DIREKTO N KEFARMAS
PELAYA
N A HATAN ..........................................................................................
T KESE
IA

DAN ALA
..........................................................................................
ES

Jenis Permohonan
RE

P
N

UB O
LIK IN D Identifakasi Obat Dosis
Drs. Abdul Muchid, Apt Antiseptik Interaksi Obat
NIP. 140 088 411 Stabilitas Farmakokinetik / Farmakodinamik
Kontra Indikasi Keracunan
Ketersediaan Obat Penggunaan Teraperik
Harga Obat Cara Pemakaian
ESO Lain-lain
4. Jawaban
..........................................................................................
..........................................................................................
5. Referensi
..........................................................................................
..........................................................................................
6. Penyampaian Jawaban: Segera dalam 24 jam, > 24 jam
Apoteker yang menjawab: ...............................................
Tgl: ..................... Waktu: .........................
metode Jawaban: lisan/tertulis/pertelp.

ii 49
Lampiran 1 SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN
Contoh keberadaan pelayanan informasi obat dalam
struktur organisasi IFRS DAN ALAT KESEHATAN
(struktur organisasi minimal)

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Ka.
IFRS Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji syukur kehadirat
Allah SWT., atas rahman rahim dan hidayah-Nya maka telah
selesai disusun buku Pedoman Pelayanan Informasi Obat
Adm. sebagai acuan dalam melaksanakan Pelayanan Informasi
IFRS Obat yang bermutu dan berkesinambungan serta dalam
rangka mendukung upaya penggunaan obat yang rasional di
rumah sakit.
Pengolahan Pelayanan Manajemen
Perbekalan Farmasi Farmasi Klinik Mutu Proses penyusunan buku Pedoman Pelayanan Informasi obat
ini melibatkan beberapa instansi dan organisasi profesi terkait
antara lain Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan
PIO Alat Kesehatan, perguruan tinggi, rumah sakit serta organisasi
profesi seperti ISFI (Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia) dan
HISFARSI (Himpunan Seminat Farmasi Rumah Sakit
Indonesia).
Dengan telah disusunnya buku Pedoman Pelayanan Informasi
Obat ini, maka diharapkan dapat menunjang mutu pelayanan
farmasi di rumah sakit terutama dalam hal informasi obat.
Akhirnya kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih
kepada semua pihak atas bantuan dan perhatiannya yang

48 iii
telah diberikan dalam penyusunan Pedoman Pelayanan PUSTAKA
Informasi Obat ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan * Charles J. P. Siregar, Prof. Dr., MSc, "Farmasi Rumah
bimbingan dan petunjuk kepada kita sekalian dalam melaksanakn
Sakit", Teori den Penerapan, EGC, 2004.
tugas ini. Amien.
* Kimberiy A. Galt, "Analyzing and Recording A Drug
Informafion Request", Clinical Skills Program, ASHP, 1994.
Jakarta, Oktober 2004 * Kimberly A. G., Karim A.C., Nannette M. T., "Preparing A
Dirjen Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Drug Information Response", Clinical Skills Program, ASHP,
1995.

* Moh. Aslem, dkk, "Farmasi Klinik" Menuju Pengobatan


Rasional den Penghargaan Pilihan Pasien, 2003.
Drs. H.M. Krissna Tirtawidjaja. Apt. * Patrick MM, Kristen WM, Karen LK, John ES, "Drug
NIP. 140 073 794 Information", A Guide for Pharmacists, 1996.

* The Society of Hospital Pharmacist of Australia, "Australian


Drug Information", Procedure Manual.

iv 47
KEPUTUSAN
DIREKTUR JENDERAL
PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
Nomor : HK.01.DJ.II.093

TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI OBAT
DI RUMAH SAKIT

DIREKTUR JENDERAL
PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DEPARTEMEN KESEHATAN RI

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan mutu dan


efisiensi pelayanan farmasi di rumah sakit,
perlu adanya pedoman pelayanan informasi
obat di rumah sakit.

b. bahwa pedoman pelayanan informasi obat


di rumah sakit merupakan arahan untuk
dilaksanakan oleh seluruh rumah sakit.

c. bahwa sehubungan hal-hal tersebut diatas


diperlukan penetapan pedoman pelayanan
informasi obat di rumah sakit.

Mengingat : 1. Undang-undang No. 23 Tahun 1992


tentang kesehatan (Lembaran Negara

v
Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan BAB VII
Lebaran Negara Nomor 3495).
PENUTUP
2. Keputusan Presiden RI Nomor 102 Tahun
1992 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi dan Dengan adanya Buku Pedoman Pelayanan Informasi Obat
Tata Kerja Departemen. di Rumah Sakit ini, diharapkan setiap rumah sakit mulai
melaksanakan pelayanan informasi obat, sehingga masyarakat
3. Keputusan Presiden RI Nomor 102 Tahun
pada umumnya dan khususnya pasien serta pihak-pihak
2000 tentang Unit Organisasi dan Tugas
terkait lainnya akan lebih merasakan peran dan fungsi
Eselon I Departemen.
pelayanan kefarmasian yang semakin bermutu. Adapun rumah
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor sakit yang telah merintis dan atau menjalankan pelayanan
983/MENKES/SK/XI/1992 tentang informasi obat, diharapkan semakin meningkatkan mutu
Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum. pelayanan informasinya.

5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor Buku Pedoman Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit
1333/MENKES/SK/XII/1999 tentang ini, hanyalah merupakan suatu acuan dan bukan merupakan
Standar Pelayanan Rumah Sakit. suatu standar yang bersifat mutlak. Oleh karena itu, dalam
pelaksanaannya di lapangan, sangat dimungkinkan adanya
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
suatu modifikasi-modifikasi atau penyesuaian-penyesuaian
436/MENKES/SK/VI/1993 tentang
sesuai dengan keadaan dan kondisi masing-masing rumah
berlakunya Standar Pelayanan Rumah
sakit.
Sakit dan Standar Pelayanan Medis di
Rumah Sakit. Selamat menjalankan fungsi pelayanan informasi obat.

7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor


1277/MENKES/SK/XI/2001 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan.

vi 46
- Menurunnya jumlah pertanyaan yang tidak dapat dijawab. MEMUTUSKAN

- Meningkatnya kualitas kinerja pelayanan. MENETAPKAN :

- Meningkatnya jumlah produk yang dihasilkan (leaflet, PERTAMA : Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan
buletin, ceramah). Kefarmasian dan Alat Kesehatan tentang
Pedoman Pelayanan Informasi Obat di
- Meningkatnya pertanyaan berdasar jenis pertanyaan dan
Rumah Sakit.
tingkat kesulitan.
KEDUA : Pedoman Pelayanan Informasi Obat di
- Menurunnya keluhan atas pelayanan
Rumah Sakit sebagaimana terdapat dalam
lampiran keputusan ini, merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan.

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal


ditetapkan dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam
keputusan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 9 November 2004
Direktur Jenderal Pelayanan Kefarmasian
dan Alat Kesehatan

Drs. H.M. Krissna Tirtawidjaja. Apt.


NIP. 140 073 794

45 vii
BAB Vl

EVALUASI KEGIATAN

Sebagai tindak lanjut terhadap pelayanan informasi obat di


rumah sakit, harus dilakukan pemantauan dan evaluasi
kegiatan secara berkala. Evaluasi ini digunakan untuk
menilai/mengukur keberhasilan pelayanan informasi obat itu
sendiri dengan cara membandingkan tingkat keberhasilan
sebelum dan sesudah dilaksanakan pelayanan informasi
obat.

Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan dengan mengumpul-


kan data dari awal dan mendokumentasikan pertanyaan
pertanyaan yang diajukan, serta jawaban dan pelayanan yang
diberikan kemudian dibuat laporan tahunan. Laporan ini
dievaluasi dan berguna untuk memberikan masukan kepada
pimpinan dalam membuat kebijakan di waktu mendatang.

Untuk mengukur tingkat keberhasilan tersebut harus ada


indikator yang digunakan. Indikator tersebut bersifat dapat
diukur dan valid (tidak cacat). Indikator keberhasilan pelayanan
informasi obat mengarah kepada pencapaian penggunaan
obat secara rasional di rumah sakit itu sendiri.

Indikator dapat digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan


penerapan pelayanan informasi obat antara lain:

- Meningkatnya jumlah pertanyaan yang diajukan.

44
- Metode penyampaian jawaban KEPUTUSAN
- Pertanyaan yang diajukan DIREKTUR JENDERAL
- Orang yang meminta jawaban PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
Nomor : HK.00.DJ.II.0364
- Orang yang menjawab
- Kontak personal untuk tambahan informasi. TENTANG
- Lama penelusuran informasi PEMBENTUKAN TIM PENYUSUN
- Referensi/sumber informasi yang digunakan PEDOMAN
PELAYANAN INFORMASI OBAT DI RUMAH SAKIT
Berikut ini disajikan macam-macam informasi yang umumnya
terdapat dalam formulir pertanyaan tentang informasi obat
(Drug Information Enquiry Form) : Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan mutu dan
efisiensi pelayanan farmasi di rumah sakit,
- Nama penanya
perlu adanya pedoman pelayanan informasi
- Pesan diterima oleh
obat di rumah sakit.
- Status dan pekerjaan penanya
b. bahwa pedoman pelayanan informasi obat
- Tanggal bertanya
di rumah sakit perlu dibentuk Tim Penyusun
- Urgensi : Waktu/Tanggal Jawaban diharapkan
Pedoman Pelayanan Informasi Obat di
- Cara menghubungi (Pager, HP, Telp., Fax, Email, dan lain Rumah Sakit.
lain)
Mengingat : Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang
- Jenis Kelamin dan usia pasien :......... Berat Badan :........
Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992
Tinggi Badan :..........
Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara
- Semua terapi saat ini dan sebelumnya Nomor 3495).
- Fungsi Ginjal/Hepar/Jantung (dari hasil tes)
Keputusan Presiden RI Nomor 102 Tahun 1992
- Trimester kehamilan
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
- Alergi (termasuk obat) Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata
- Pertanyaan yang diajukan dan informasi tambahan Kerja Departemen.

43 viii
Keputusan Presiden RI Nomor 102 Tahun BAB V
2000 tentang unit Organisasi dan Tugas
DOKUMENTASI
Eselon I Departemen.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1277/MENKES/SK/XI/2001 tentang Setelah terjadl interaksi antara penanya dan pemberi jawaban,
Organisasi dan Tata Kerja Departemen maka kegiatan tersebut harus didokumentasikan.
Kesehatan. Pendokumentasian sangat penting karena dapat membantu
menelusuri kembali data informasi yang dibutuhkan dalam
MEMUTUSKAN waktu yang relatif lebih singkat. Pendokumentasian tersebut
MENETAPKAN : Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan juga memperjelas beban kerja dari apoteker.
Kefarmasian dan Alat Kesehatan tentang Manfaat dokumentasi adalah:
Pembentukan Tim Penyusun Pedoman
Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit. 1. Mengingatkan apoteker tentang informasi pendukung yang
diperlukan dalam menjawab pertanyaan dengan lengkap.
PERTAMA : Membentuk Tim Penyusun Pedoman
Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit, 2. Sumber informasi apabila ada pertanyaan serupa.
dengan susunan sebagai berikut : 3. Catatan yang mungkin akan diperlukan kembali oleh
Penasehat: Dirjen Yanfar dan Alkes Depkes RI penanya.
Pengarah : Drs. Abdul Muchid, Apt.
4. Media pelatihan tenaga farmasi.
Ketua : Dra. Elly Zardania. Apt., MSi.
Sekretaris : Dra. Rostilawati Rahim, Apt. 5. Basis data penelitian, analisis, evaluasi dan perencanaan
Anggota : 1. Dra. Fatimah Umar, Apt., MM. layanan.
2. Dra. Ratna Nirwani, Apt., MSi. 6. Bahan audit dalam melaksanakan Quality Assurance dari
3. Dra. Nur Ratih Purnama, Apt., MSi. pelayanan informasi obat.
4. Drs. Masrul, Apt.
Dokumentasi memuat :
5. Founy Meutia, SSi., Apt.
6. Dra. Siti Nurul Istiqomah, Apt. - Tanggal dan waktu pertanyaan dimasukkan
7. Dra. Debby Daniel, Apt., M.Epid. - Tanggal dan waktu jawaban diberikan

ix 42
8. Dra. Irmawati, Apt., Sp.FRS
9. DR. Ernawati Sinaga, Apt., MSi.
10. Drs. Fauzi Kasim, Apt., MKes.
Sekretariat: 1. Sri Bintang Lestari, SSi., Apt.
2. Desko Irianto, SH.
KEDUA : Tim bertugas menyusun Pedoman
Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit.
KETIGA : D a l a m m e l a k u k a n t u g a s n y a Ti m
bertanggung jawab kepada Direktur
Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.
KEEMPAT : Pembiayaan kegiatan dibebankan pada
Anggaran DIP No. 001/XXIV/I/2004 tanggal
1 Januari 2004.
KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan dan akan ditinjau kembali apabila
ternyata ada kesalahan atau kekeliruan.

Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 14 April 2004
Direktur Jenderal Pelayanan Kefarmasian
dan Alat Kesehatan

Drs. Holid Djahari, MM


NIP. 140 024 279

x
TIM KONTRIBUTOR 4. Harga: perbedaan harga terjadi untuk sumber
yang tersedia dalam bentuk yang berbeda

IV.3.3 Evaluasi pustaka tersier


NAMA INSTANSI
1. Nanang Munif Yasin, M.Pharm, Apt UGM Pustaka tersier banyak tersedia sebagai sumber
informasi medik dan obat. Hal hal yang perlu
2. DR. Endang Kumolosasi, Msi ITB diperhatikan dalam memilih sumber pustaka
3. Drs.H.M. Idris Effendi, SU, Apt Universitas Hasanuddin tersier:
4. Drs. Adji Prayitno, Apt, MSi universitas Surabaya 1. Penulis dan atau editor: editor dan penulis
5. Santi Purna Sari, SSi Universitas Indonesia harus mempunyai keahlian dan kualifikasi
menulis tentang suatu judul atau bab tertentu
6. Dra. Azwinar, Apt RS Pringadi Medan
dari suatu buku.
7. Mariatun, SSi, SPFRS, Apt RS Dr. Sutomo Surabaya
2. Tanggal publikasi juga harus diperhatikan
8. Dra. Siti Susiani, Apt, MSi RS Hasan Sadikin Bandung bersama sama dengan edisi: tanggal publikasi
9. Dra. Widya, Apt, M.Pharm.Clin Rumkital Surabaya dari pustaka tersier terutama buku teks harus
merupakan tahun terbaru.
10. Dra. Endang Budiarti, M.Pharm RSU Bethesda Yogyakarta
11. Dra. Yulia Trisna, Apt, M.Pharm HISFARSI 3. Penerbit: penerbit yang mempunyai reputasi
tinggi.

4. Daftar pustaka: harus mengandung daftar


rujukan pendukung sesuai judul buku.

5. Format pustaka tersier harus didesain untuk


mempermudah penggunaan.

6. Cara lain untuk membaca buku teks yang


baru adalah membaca kritik tertulis.

xi 41
aktif). Subyek juga dapat berlaku sebagai DAFTAR ISI
kendali mereka sendiri, jika mereka menerima
lebih dari satu regimen dosis dibawah kondisi
halaman
studi.
KATA PENGANTAR ....................................................... i
Cara buta dan penetapan secara acak KATA SAMBUTAN ......................................................... iii
adalah dua teknik yang digunakan mengurangi
SURAT KEPUTUSAN DIRJEN YANFAR DAN ALKES .. v
bias pada peneliti dan subyek.
TIM PENYUSUN ........................................................... viii
IV.3.2 Evaluasi pustaka sekunder TIM KONTRIBUTOR ..................................................... xi
Pustaka sekunder terdiri atas dua jenis yaitu DAFTAR ISI ................................................................... xii
pustaka sekunder berisi pengindeksan
BAB I PENDAHULUAN ............................................. 1
(kepustakaan) dan pustaka sekunder berisi
I.1 Latar Belakang ....................................... 1
abstrak yang berguna sebagai pemandu ke
pustaka primer. Sebagai pertimbangan dalam I.2 Tujuan Pedoman .................................... 3
memilih sumber pustaka sekunder, antara lain: I.3 Sasaran Pedoman .................................. 4
I.4 Pengertian .............................................. 4
1. Waktu: adalah jarak waktu artikel itu
diterbitkan dalam majalah ilmiah dan dibuat BAB II PELAYANAN INFORMASI OBAT .................... 7
abstrak atau indeks. II.1 Pelayanan Informasi Obat ...................... 7
2. Jurnal pustaka cakupan: jumlah pustaka II.2 Ruang Lingkup Pelayanan ..................... 8
ilmiah yang mendukung tiap pustaka sekunder II.3 Sasaran Informasi Obat .......................... 10
merupakan pertimbangan lain dalam II.4 Struktur Organisasi dan
pemilihan pustaka tersebut. Sumber Daya Manusia (SDM) ................ 10
3. Selektivitas pengindeksan/pengabstrakan: II.5 Sarana dan Prasarana ........................... 12
bentuk dari sistem (cetak standar, mikrofis
BAB III KEGIATAN PELAYANAN INFORMASI OBAT ... 14
atau terkomputerisasi) harus dipertimbangkan,
III.1 Pelayanan ............................................... 14
dikaitkan dengan keperluan dan kebutuhan
pengguna. III.2 Prosedur Penanganan ............................ 17

40 xii
III.3 Pendidikan .............................................. 33 IV.3 EVALUASI SUMBER INFORMASI
III.4 Penelitian ................................................ 34
IV.3.1 Evaluasi pustaka primer
BAB IV SUMBER INFORMASI .................................... 35
Untuk mengevaluasi pustaka primer tidak mudah
IV.1 Macam dan Jenis Informasi .................... 35 meskipun hasil suatu studi atau makalah
IV.2 Penelusuran Informasi dan Pustaka ....... 37 penelitian sudah absah dan telah dipublikasikan.
IV.3 Evaluasi Sumber Informasi ..................... 39 Hal hal yang harus diperhatikan dalam melakukan
BAB V DOKUMENTASI .............................................. 42 evaluasi terhadap pustaka primer adalah sebagai
berikut:
BAB VI EVALUASI KEGIATAN .................................... 44
PENUTUP ...................................................................... 46 1. Bagian bahan dan metode adalah bagian
PUSTAKA ...................................................................... 47 paling penting dari suatu artikel yang
menguraikan cara peneliti melakukan studi
LAMPIRAN
tersebut.
Lampiran 1. Struktur Organisasi
minimal Pelayanan Informasi Obat ................. 48 2. Sampel mewakili populasi yang hasilnya akan
dapat diterapkan.
Lampiran 2. Lembar Pelayanan
Informasi Obat ................................................. 49 3. Desain studi adalah bagian berikut setelah
seleksi bahan dan metode yang memerlukan
Lampiran 3. Sumber Informasi Obat penelitian yang seksama.
(Teks dan Referensi) ....................................... 50
Ada tiga unsur indikator untuk desain studi
yang baik:

Kendali memberi suatu dasar untuk


pembanding, yang paling umum adalah
kelompok subyek yang menerima plasebo
atau pengobatan standar yang lain (kendali

xiii 39
Pencarian yang ideal harus dimulai dari sumber-sumber Lampiran Surat Keputusan Dirjen Yanfar & Alkes
yang umum untuk mendapatkan konteks yang cukup Nomor : HK.01.DJ.II.093
sebelum strategi yang lebih khusus digunakan untuk Tanggal : 9 November 2004
mencari data yang lebih detail. Strategi pencarian umum
ke khusus berarti berpindah dari pustaka tersier ke BAB I
pustaka sekunder kemudian ke pustaka primer. PENDAHULUAN

Keuntungan pencarian sistematis

Menghindarkan kita dari sumber informasi yang terlalu I.1 LATAR BELAKANG
banyak dan kehilangan arah dalam pencariannya Visi Departemen Kesehatan sebagai penggerak
sehingga didapat informasi yang cepat, tepat dan akurat. terwujudnya Indonesia Sehat mengandung makna bahwa
Contoh: D e pa r t e m e n K e s e h a ta n m a m p u m e n d o r o n g
pembangunan berwawasan kesehatan dan kemandirian
Apoteker yang belum mempunyai pengalaman praktis masyarakat dalam mewujudkan lingkungan hidup dan
atau keahlian dalam pencarian informasi secara benar, berperilaku sehat serta mampu menggerakkan semua
maka disarankan membaca terlebih dahulu latar belakang potensi bangsa dalam menyediakan pelayanan kesehatan
buku tersebut. Tahapan dalam pencarian informasi, yang merata dan bermutu bagi semua orang guna
pertama tama harus dipilih pustaka tersier yang sesuai memperoleh derajat kesehatan yang setinggi tingginya,
dengan topik permasalahan, misalnya referensi (informasi sebagai perwujudan hak asasi manusia di bidang
obat umum), kemudian pustaka sekunder misalnya buku kesehatan.
(mengenai obat, patofisiologi, onkologi, atau
endokrinologi) baru dilanjutkan pada pustaka primer Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari
misalnya artikel/abstrak. pelayanan kesehatan. Pelayanan kefarmasian ini
merupakan wujud pelaksanaan pekerjaan kefarmasian
Kelemahan pencarian sistematis berdasarkan undang undang no. 23 tahun 1992 tentang
Waktu penelusuran cukup lama karena harus berpindah Kesehatan. Yang dimaksud dengan pekerjaan
dari pustaka tersier ke sekunder kemudian ke primer. kefarmasian menurut undang undang tersebut adalah:

38 1
(1) pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan Sumber informasi ini dibuat dalam berbagai,
farmasi, (2) pengamanan, pengadaan, penyimpanan, data base, contoh : medline yang berisi
dan distribusi obat, (3) pengelolaan obat, (4) pelayanan abstrak-abstrak tentang terapi obat,
obat atas resep dokter, (5) pelayanan informasi obat, International Pharmaceutical Abstract yang
serta (6) pengembangan obat, bahan obat, dan obat berisi abstrak penelitian kefarmasian.
tradisional.
3. Pustaka tersier
Sebagai hasil kesepakatan WHO dengan Federasi
Pustaka tersier berupa buku teks atau data
Farmasi Internasional di Vancouver tahun 1997, telah
base, kajian artikel, kompendia dan pedoman
disepakati bahwa format baru pelayanan kefarmasian
praktis. Pustaka tersier umumnya berupa
adalah berbasis pasien dengan prosedur yang dikenal
buku referensi yang berisi materi yang umum,
sebagai pelayanan kefarmasian atau Pharmaceutical
lengkap dan mudah dipahami.
Care. Format baru ini berdampak kepada rangkaian cara
pelayanan yang baru yang akan merubah format lama IV.2 PENELUSURAN INFORMASI DAN PUSTAKA
menjadi lebih disempurnakan khususnya peranan
Pencarian dari umum ke khusus
apoteker kepada pelayanan pasien, yang merupakan
cerminan dari praktek kefarmasian yang baik Good Kita telah mengerti adanya bermacam macam sumber
Pharmacy Practice (GPP). informasi maka kita perlu melakukan penelitian secara
efisien dan terfokus melalui pendekatan sistematis untuk:
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang bermutu
dan selalu baru up to date mengikuti perkembangan 1. Penentuan kebutuhan informasi obat yang aktual.
pelayanan kesehatan, termasuk adanya spesialisasi
dalam pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian 2. Mengumpulkan data pasien secara khusus dengan
di rumah sakit pada dasarnya adalah untuk menjamin cara menanyakan hal hal yang relevan dengan cara
dan memastikan penyediaan dan penggunaan obat yang yang baik. Prinsip yang sama dapat digunakan untuk
rasional yakni sesuai kebutuhan, efektif, aman, nyaman mencari literatur.
bagi pasien. Pelayanan kefarmasian tersebut memerlukan Tujuan pencarian tersebut adalah untuk mengarahkan
pencarian agar lebih akurat, komplit dan terpadu.

2 37
IV.1.2 Pustaka Sebagai Sumber Informasi Obat informasi obat yang lengkap, objektif, berkelanjutan, dan
selalu baru up to date pula.
Semua sumber informasi yang digunakan
diusahakan terbaru dan disesuaikan dengan Untuk itu diperlukan upaya penyediaan dan pemberian
tingkat dan tipe pelayanan. informasi yang (1) lengkap, yang dapat memenuhi
kebutuhan semua pihak sesuai dengan lingkungan masing
Pustaka digolongkan dalam 3 (tiga) kategori.
masing rumah sakit, (2) memiliki data cost effective
1. Pustaka primer obat, informasi yang diberikan terkaji dan tidak bias
komersial (3) disediakan secara berkelanjutan oleh
Artikel asli yang dipublikasikan penulis atau
institusi yang melembaga, dan (4) disajikan selalu baru
peneliti, informasi yang terdapat di dalamnya
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
berupa hasil penelitian yang diterbitkan dalam
teknologi kefarmasian dan kesehatan.
jurnal ilmiah.

Contoh pustaka primer: I.2 TUJUAN PEDOMAN

- laporan hasil penelitian I.2.1 Tujuan Umum

- laporan kasus Tersedianya pedoman dalam rangka pelayanan


informasi obat yang bermutu dan berkesinam-
- studi evaluatif bungan dalam rangka mendukung upaya
- laporan deskriptif penggunaan obat yang rasional di rumah sakit.

2. Pustaka sekunder I.2.2 Tujuan Khusus

Berupa sistem indeks yang umumnya berisi - Tersedianya acuan dalam rangka pelayanan
kumpulan abstrak dari berbagai macam artikel informasi obat di rumah sakit.
jurnal. Sumber informasi sekunder sangat - Tersedianya landasan hukum dan operasional
membantu dalam proses pencarian informasi penyediaan dan pelayanan informasi obat di
yang terdapat dalam sumber informasi primer. rumah sakit.

36 3
- Terlaksananya penyediaan dan pelayanan BAB IV
informasi obat di rumah sakit.
SUMBER INFORMASI
- Terlaksananya pemenuhan kompetensi apoteker
Indonesia dalam hal pelayanan kefarmasian.
IV.1 MACAM DAN JENIS INFORMASI
I.3 SASARAN PEDOMAN
Untuk dapat memberikan pelayanan informasi obat,
Pedoman ini dimaksudkan untuk dapat dimanfaatkan Instalasi Farmasi Rumah Sakit perlu mengakses
oleh petugas kesehatan terkait provider, pasien dan lingkungan disekitarnya termasuk ketersediaan berbagai
keluarganya, masyarakat umum, dan institusi yang sumber daya.
memerlukan.
IV.1.1 Sumber Daya Meliputi :
I.4 PENGERTIAN a. Tenaga kesehatan
Dokter, apoteker, dokter gigi, perawat, tenaga
Apoteker adalah mereka yang berdasarkan undang-
kesehatan lain di rumah sakit.
undang yang berlaku, berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. b. Pustaka
Terdiri dari majalah ilmiah, buku teks, laporan
Data adalah bukti yang ditemukan dari hasil penelitian
penelitian dan Farmakope.
yang dapat dijadikan dasar kajian atau pendapat.
c. Sarana
Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan,
Fasilitas ruangan, peralatan, komputer,
pengolahan, dan penyimpanan informasi di bidang ilmu
internet dan perpustakaan.
pengetahuan.
d. Prasarana
Evaluasi adalah memberikan penilaian terhadap
Industri farmasi, Badan POM, Pusat Informasi
sesuatu.
Obat, Pendidikan tinggi farmasi, Organisasi
Farmakokinetik adalah aspek farmakologi yang profesi (dokter, apoteker dan lain lain.)

4 35
mencakup nasib obat dalam tubuh yaitu absorbsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi.

GPP (Good Pharmacy Practice) adalah pedoman


pelayanan kefarmasian yang baik, sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan pasien.

Interaksi obat adalah segala sesuatu yang


mempengaruhi kerja obat.

Keracunan adalah zat yang termakan yang dapat


menyebabkan sakit atau mati tetapi bukan bunuh diri.

Konsultasi adalah pertukaran pikiran untuk mendapatkan


kesimpulan yang sebaik baiknya.

Obat adalah bahan/paduan bahan-bahan untuk


digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah,
mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit,
luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada
manusia/hewan, memperelok badan atau bagian badan
manusia.

Over dosis adalah dosis yang diberikan melebihi dosis


maksimum/memberikan dosis yang berlebihan.

Pelayanan adalah hal, cara, atau hasil pekerjaan


melayani.

Pharmaceutical Care atau pelayanan kefarmasian


adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung

5
profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk dengan memberikan kuliah atau mempublikasikan topik-
meningkatkan kualitas hidup pasien. topik yang relevan dengan pelayanan informasi obat.

Pasien/Penderita adalah orang sakit/orang yang Beberapa kegiatan pendidikan yang dapat dilakukan
menjalani pengobatan untuk kesembuhan penyakitnya. antara lain:

PFT/KFT (Panitia Farmasi dan Terapi/Komite Farmasi 1. Memberikan pendidikan berkelanjutan bagi apoteker,
dan Terapi) adalah suatu panitia/komite di rumah sakit asisten apoteker, perawat, mahasiswa, atau profesi
yang merupakan badan penasehat dan pelayanan melalui kesehatan lainnya.
garis organisatoris yang berfungsi sebagai penghubung 2. Menyajikan informasi terbaru mengenai obat dan
antar staf medis dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit. atau penggunaan obat dalam bentuk seminar,
Pustaka adalah sumber informasi yang digunakan untuk simposium, dan lain-lain.
melayani persyaratan informasi mencakup buku teks, 3. Membimbing apoteker magang/mahasiswa yang
majalah ilmiah, monografi dan lain lain. sedang praktek kerja lapangan mengenai
keterampilan dalam pelayanan informasi obat.
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional
dan kosmetika.
III.4 PENELITIAN
Stabilitas obat adalah keseimbangan atau kestabilan
Kegiatan penelitian dapat berupa pemberian dukungan
obat secara farmakodinamik dan farmakokinetik.
informasi terhadap Evaluasi Penggunaan Obat (Drug
Terapi obat adalah usaha untuk memulihkan kesehatan Utilisation Evaluation) dan Studi Penggunaan Obat (Drug
orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit dan Utilisation Study).
perawatan penyakit. Program evaluasi penggunaan obat dikembangkan untuk
menjamin peresepan dan penggunaan obat yang aman,
rasional dan terjangkau. Kegiatan penelitian dapat
dilakukan sampai dengan studi desain untuk menjawab
permasalahan yang tidak dapat terjawab dengan sumber
yang ada.

6 34
Disini jelas terlihat bahwa keterampilan BAB II
berkomunikasi secara lisan dan tertulis sangat PELAYANAN INFORMASI OBAT
diperlukan.

III.2.11 Mendukung Panitia Komite Farmasi dan


II.1 PELAYANAN INFORMASI OBAT
Terapi
Pelayanan informasi obat didefinisikan sebagai kegiatan
Pelayanan informasi obat terlibat dalam kegiatan
penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat
penyusunan formularium rumah sakit dengan
yang independen, akurat, komprehensif, terkini oleh
menyiapkan monografi obat dan melakukan
apoteker kepada pasien, masyarakat maupun pihak yang
evaluasi/pengkajian dari studi yang relevan. Hasil
memerlukan di rumah sakit. Pelayanan informasi obat
pengkajian ini secara tertulis merupakan dasar
meliputi penyediaan, pengolahan, penyajian, dan
bagi diskusi Panitia/ Komite Farmasi dan Terapi
pengawasan mutu data/informasi obat dan keputusan
dalam memutuskan obat obatan yang akan
profesional. Penyediaan informasi obat meliputi tujuan,
dimasukkan ke atau dikeluarkan dari formularium
cara penyediaan, pengolahan, dan pengawasan mutu
rumah sakit secara objektif.
data/informasi obat.

III.3 PENDIDIKAN Tujuan :


Kegiatan pendidikan oleh suatu pelayanan informasi 1. Menunjang ketersediaan dan penggunaan obat yang
obat dapat bervariasi tergantung rumah sakit tersebut rasional, berorientasi kepada pasien, tenaga
merupakan fasilitas pendidikan atau tidak. kesehatan, dan pihak lain.
Untuk rumah sakit pendidikan, kegiatan ini dapat 2. Menyediakan dan memberikan informasi obat kepada
merupakan kegiatan formal dengan ikut berpartisipasi pasien, tenaga kesehatan, dan pihak lain.
dalam program pendidikan kepada mahasiswa farmasi
yang sedang praktek kerja lapangan ataupun mahasiswa 3. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan
lain yang berkaitan dengan obat. Program pendidikan kebijakan yang berhubungan dengan obat terutama
ini dapat dilakukan di dalam atau di luar rumah sakit bagi PFT/KFT.

33 7
II.2 RUANG LINGKUP PELAYANAN untuk kenyamanan pasien harus bersifat
Ruang lingkup kegiatan meliputi: rahasia. Informasi obat seperti ini hanya
digunakan untuk kondisi yang memungkinkan
II.2.1 Pelayanan untuk dipublikasikan atau tidak. Apoteker
- Menjawab pertanyaan informasi obat mempunyai tanggung jawab
untuk menyimpan sumber informasi rahasia
- Menerbitkan buletin
kepada penanya.
- Membantu unit lain dalam mendapatkan
informasi obat Informasi yang berhubungan dengan pasien
harus dirahasiakan. Ketika pasien diberikan
- Menyiapkan materi untuk brosur/leaflel
informasi khusus lainnya sebagai tambahan
informasi obat
informasi yang diperlukan pasien seperti
- Mendukung kegiatan Panitia/Komite Farmasi literatur, publikasi dan lain lain, identitas
dan Terapi dalam menyusun dan merevisi pasien harus disimpan. Identitas pasien harus
formularium. dirahasiakan dari pihak lain kecuali ada
persetujuan dari pasien.
II.2.2 Pendidikan
Pelayanan informasi obat melaksanakan fungsi III.2.10 Publikasi
pendidikan terutama pada rumah sakit yang Penyebaran informasi secara aktif ini harus
berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan : melibatkan staf di Pelayanan Informasi Obat
- Mengajar dan membimbing mahasiswa. dalam bentuk publikasi. Contohnya pembuatan
buletin farmasi, leaflet informasi untuk pasien,
- Memberi pendidikan pada tenaga kesehatan
jurnal atau artikel, informasi mini untuk tim
dalam hal informasi obat.
pelayanan kesehatan di rumah sakit, atau bentuk
- Mengkoordinasikan program pendidikan publikasi lain yang menunjang penggunaan obat
berkelanjutan di bidang informasi obat. yang rasional ataupun berkaitan dengan
- Membuat/menyampaikan makalah seminar/ kebijakan penggunaan obat serta perkembangan
simposium terakhir yang mempengaruhi pemilihan obat.

8 32
seperti apoteker di ruang rawat, Panitia/Komite II.2.3 Penelitian
Farmasi dan Terapi dan pihak terkait lainnya. - Melakukan penelitian evaluasi penggunaan
III.2.9 Manfaat Informasi obat.
- Melakukan penelitian penggunaan obat baru
Seluruh jawaban yang diberikan oleh Pelayanan
Informasi Obat harus didokumentasikan sebagai - Melakukan penelitian lain yang berkaitan
catatan dari kegiatan yang dilakukan maupun dengan penggunaan obat, baik secara mandiri
sebagai informasi yang berguna bagi pertanyaan maupun bekerja sama dengan pihak lain.
berikutnya dan evaluasi terhadap kegiatan - Melakukan kegiatan program jaminan mutu.
pelayanan informasi obat dan program jaminan
mutu. Dengan adanya keterbatasan waktu, dana dan
sumber-sumber informasi, maka jenis pelayanan
1. Umpan Balik yang dilaksanakan Pelayanan Informasi Obat
di Rumah Sakit disesuaikan dengan kebutuhan.
Permintaan informasi sebaiknya ditinda lanjuti
baik secara langsung maupun melalui Contohnya meliputi:
mekanisme umpan balik. Hal ini dapat 1. Memberi jawaban atas pertanyaan spesifik
membantu dalam menentukan hasil dan melalui telepon, surat atau tatap muka.
apakah informasi yang diberikan telah
2. Laporan atau buletin bulanan.
mengenai sasaran. Informasi umpan balik
penting sebagai ukuran jaminan mutu serta 3. Pelayanan cetak ulang reprint.
dalam kaitan dengan tanggung jawab 4. Konsultasi tentang cara penjagaan terhadap
profesional. reaksi ketidakcocokan obat, konsep-konsep
2. Kerahasiaan Informasi obat yang sedang dalam penelitian atau
peninjauan penggunaan obat-obatan.
Informasi yang diberikan oleh industri farmasi
5. Tugas-tugas pendidikan dan pelatihan seperti
termasuk data formulasi, data efek samping
kuliah tentang farmakologi dan pengobatan,
atau data obat investigasi yang diberikan
evaluasi literatur obat atau penggunaannya.

31 9
6. Melakukan riset. b. Tertulis

7. Dukungan Panitia/Komite Farmasi dan Terapi Cara ini sangat tepat untuk memberikan
seperti tinjauan terhadap obat-obatan yang informasi yang bersifat kompleks, sangat
baru yang diajukan untuk dimasukkan dalam rinci dan disertai dengan dokumen yang
daftar obat rumah sakit. diperlukan. Jawaban secara tertulis dapat
mengikuti format (lampiran 2)
8. Hubungan dengan para sales perusahaan
obat, komite staf medis dan para petugas c. Tanggapan
perpustakaan medis.
Tanggapan yang diberikan mencakup
9. Pengawasan atas racun/keracunan. pendahuluan, sumber pustaka, rangkuman
dari apa yang ditemukan termasuk dengan
II.3 SASARAN INFORMASI OBAT
data pendukungnya seperti tabel, grafik
1. Pasien dan atau keluarga pasien dan lain lain.
2. Tenaga kesehatan: dokter, dokter gigi, apoteker, d. Kesimpulan
perawat, bidan, asisten apoteker, dan lain lain.
Kesimpulan harus menjawab pertanyaan.
3. Pihak lain: manajemen, tim/kepanitiaan klinik, dan
Dapat dilengkapi dengan saran dan
lain-lain.
rekomendasi.
II.4 STRUKTUR ORGANISASI DAN SUMBER DAYA
e. Referensi
MANUSIA (SDM)
Seluruh referensi yang digunakan harus
Pelayanan informasi obat merupakan bagian integral
sesuai dengan standar.
dari instalasi farmasi yang tata organisasinya
disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit masing- III.2.8 Menyampaikan Informasi Kepada Pihak
masing. Lainnya

(Contoh struktur organisasi dapat dilihat pada Dalam hal tertentu jawaban yang diberikan juga
lampiran 1). perlu disampaikan pada pihak lain yang terkait

10 30
2. Formulasi Jawaban II.4.1 Persyaratan SDM

Apoteker harus menyiapkan suatu rangkuman 1. Mempunyai kemampuan mengembangkan


secara singkat, relevan dan logis serta pengetahuan dan keterampilan dengan
mencatat hal-hal penting yang akan mengikuti pendidikan pelatihan yang
disampaikan kepada penanya. Petugas yang berkelanjutan
belum berpengalaman harus mendiskusikan 2. Menunjukkan kompetensi profesional dalam
terlebih dahulu jawaban yang disiapkan penelusuran, penyeleksian dan evaluasi
kepada atasannya. Apabila data yang sumber informasi.
dipergunakan dalam menjawab pertanyaan
berasal dari percobaan hewan atau studi in- 3. Mengetahui tentang fasilitas perpustakaan
vitro maka harus diinformasikan dengan jelas di dalam dan di luar rumah sakit, metodologi
beserta segala keterbatasannya. Apabila data penggunaan data elektronik.
berasal dari abstrak suatu artikel maka harus 4. Memiliki latar belakang pengetahuan tentang
diinformasikan keterbatasannya dan terapi obat.
diberitahukan sumber aslinya.
5. Memiliki kemampuan berkomunikasi baik
Jawaban dapat diberikan secara : secara lisan maupun tulisan.

a. Verbal II.4.2 Metode Untuk Menentukan Pelayanan


Informasi Obat
Dilakukan melalui telepon atau secara
langsung kepada penanya. Cara ini cocok 1. Pelayanan informasi obat dilayani oleh
untuk menyampaikan informasi yang apoteker selama 24 jam atau on call
bersifat sederhana. Dapat juga dilakukan disesuaikan dengan kondisi rumah sakit.
diskusi terlebih dahulu dengan penanya 2. Pelayanan informasi obat dilayani oleh
pada saat informasi diberikan. apoteker pada jam kerja, sedang diluar iam
kerja dilayani oleh apoteker instalasi farmasi
yang sedang tugas jaga.

29 11
3. Pelayanan informasi obat dilayani oleh - Kondisi khusus: Kuliah, rapat panitia farmasi
apoteker pada jam kerja, dan tidak ada dan terapi
pelayanan informasi obat diluar jam kerja.
- Penelitian
4. Tidak ada petugas khusus pelayanan
- Umum
informasi obat, dilayani oleh semua apoteker
instalasi farmasi, baik pada jam kerja maupun
III.2.7 Penelusuran Pustaka dan Memformulasikan
diluar jam kerja.
Jawaban
5. Tidak ada apoteker khusus, pelayanan
Begitu permintaan informasi diputuskan untuk
informasi obat dilayani oleh semua apoteker
dijawab, lalu didokumentasikan serta ditetapkan
instalasi farmasi di jam kerja dan tidak ada
skala prioritas, maka langkah selanjutnya adalah:
pelayanan informasi obat diluar jam kerja.
1. Pengumpulan Data dan Analisa
11.5 SARANA DAN PRASARANA
Untuk menjawab suatu permintaan informasi
Sarana dan prasarana pelayanan informasi obat yang sederhana dapat dilakukan dengan
disesuaikan dengan kondisi rumah sakit. Jenis dan menggunakan pustaka baku, sedang untuk
jumlah perlengkapan bervariasi tergantung ketersediaan menjawab pertanyaan yang lebih kompleks
dan perkiraan kebutuhan akan perlengkapan dalam diperlukan penelusuran data yang lebih
pelaksanaan pelayanan informasi obat. khusus dan rinci, misalnya dari abstrak, artikel,
Sarana ideal untuk pelayanan informasi obat, sebaiknya data studi in vitro atau hewan percobaan.
disediakan sarana fisik, seperti : Data tersebut harus diinterpretasi dan
1. Ruang kantor dievaluasi, untuk itu memerlukan pengetahuan
seperti farmakologi, patofisiologi, statistik dan
2. Ruang rapat lain-lain.
3. Perpustakaan

12 28
- Penanganan termasuk tipe, frekuensi dan 4. Komputer
lama dialisa
5. Telepon dan faksimili
- Riwayat penyakit
6. Jaringan internet, dan lain lain
12. Penetapan dosis pada pasien dengan penyakit
7. In house data base
hati.
Apabila tidak ada sarana khusus, pelaksanaan pelayanan
- Demografi pasien
informasi obat dapat menggunakan ruangan instalasi
- Tipe dan penyebab gangguan fungsi hati farmasi beserta perangkat pendukungnya.

- Hasil tes fungsi hati

- Riwayat penyakit

III.2.6 Tujuan Permintaan Informasi

Tujuan permintaan informasi ini untuk


menentukan skala prioritas, memberikan respon
secara rinci dan tepat sesuai dengan harapan
dan dapat dipahami sipenanya.

Skala prioritas seluruh permintaan informasi


harus disusun dan dinilai secara periodik agar
dapat mempertahankan pelayanan yang optimal.
Prioritas harus disusun berdasarkan kepentingan
atau urgensi permintaan misalnya sebagai
berikut:

- Permasalahan klinikal akut


- Permasalahan klinikal non akut

27 13
- Aturan pakai

- Riwayat pasien terkait (umur, fungsi ginjal,


fungsi hati, berat badan)

- Obat lainnya

- Alasan permintaan informasi (eliminasi


pada keracunan, kemungkinan interaksi,
perubahan cara pemberian lainnya)

10. Pasien Anak (Paediatrics)

- Usia, jenis kelamin dan berat badan pasien

- Riwayat penyakit

- Riwayat pengobatan

- Riwayat alergi/ADR

- Hasil laboratorium terkait

11. Penetapan dosis pada pasien dengan penyakit


ginjal

- Demografi pasien

- Indikasi

- Tipe dan penyebab gangguan fungsi ginjal

- Perkiraan fungsi ginjal (serum kreatinin,


klirens kreatinin)

26
- Fungsi ginjal, fungsi hati BAB III

- Hasil test sensitivitas terhadap antibiotika KEGIATAN PELAYANAN INFORMASI OBAT

- Cara pemberian

- Riwayat pengobatan (interaksi obat, III.1 PELAYANAN


kegagalan terapi) Kegiatan petayanan informasi obat berupa penyediaan
- Riwayat alergi, ADR dan pemberian informasi obat yang bersifat aktif atau
pasif. Pelayanan bersifat aktif apabila apoteker pelayanan
8. Identifikasi obat informasi obat memberikan informasi obat dengan tidak
menunggu pertanyaan melainkan secara aktif
- Nama obat (Nama dagang, nama generik
memberikan informasi obat, misalnya penerbitan buletin,
dan nama kimia)
brosur, leaflet, seminar dan sebagainya. Pelayanan
- Sumber informasi (resep, wadah, tanya bersifat pasif apabila apoteker pelayanan informasi obat
jawab, artikel jurnal) mernberikan informasi obat sebagai jawaban atas
pertanyaan yang diterima.
- Negara asal obat
Menjawab Pertanyaan
- Pabrik
M e n j a w a b p e r ta n y a a n m e n g e n a i o b a t d a n
- Indikasi
penggunaannya merupakan kegiatan rutin suatu
- Bentuk sediaan pelayanan informasi obat. Pertanyaan yang masuk dapat
disampaikan secara verbal (melalui telepon, tatap muka)
- Alasan permintaan informasi
atau tertulis (surat melalui pos, faksimili atau e-mail).
9. Farmakokinetik Pertanyaan mengenai obat dapat bervariasi dari yang
sederhana sampai dengan yang bersifat urgen dan
- Nama obat
kompleks yang membutuhkan penelusuran literatur serta
- Bentuk sediaan, cara pemberian evaluasi secara seksama. Namun apapun bentuk

25 14
pertanyaan yang datang, apoteker sebagai petugas yang b. Akses ke intra vena
memberi pelayanan informasi obat hendaknya mengikuti
- Jumlah lines
suatu pedoman pelaksanaan baku. Kemampuan
berkomunikasi yang baik disamping kemampuan - Larutan infus
menganalisa pertanyaan merupakan dasar dalam
- Obat lainnya
memberikan pelayanan informasi obat yang efektif.
Permintaan mengenai informasi obat yang ditangani c. Status pasien
secara profesional, ramah dan bersifat rahasia, tidak
hanya akan meningkatkan pelayanan kepada pasien - Kebutuhan untuk pemberian secara
atau penanya lainnya tetapi juga dapat meningkatkan parenteral
profesionalitas dari pelayanan informasi obat maupun - Pembatasan cairan
pelayanan farmasi secara keseluruhan.
- Ketersediaan intra vena akses

- Alternatif cara pemberian

- Rincian inkompatibilitas yang diduga

6. Stabilitas Obat

- Nama obat

- Formulasi

- Pabrik, nomor batch tanggal kadaluarsa

- Kondisi penyimpanan (temperatur, cahaya,


lamanya)

7. Terapi Obat

- Riwayat penyakit terkait

15 24
- Dosis ALUR MENJAWB PERTANYAAN DALAM
- Lama terapi, lamanya pemberian secara PELAYANAN INFORMASI OBAT
bersamaan, aturan pakai

- Status pasien PENANYA

- Penanganan yang telah dilakukan


PIO
- Pengobatan terkait/data laboratorium

4. Obat obat yang mengganggu pemeriksaan


laboratorium ISI FORMULIR
KLASIFIKASI
- Rincian gangguan
PENANYA
- Rincian riwayat pengobatan (obat, dosis, PERTANYAAN
lama pengobatan, aturan pakai)
UMPAN
- Rincian test laboratorium INFORMASI BALIK
LATAR BELAKANG
- Waktu pemberian

5. Ketercampuran secara in vitro


KUMPUL DATA &
a. Spesifikasi obat EVALUASI DATA

- Nama obat

- Aturan pakai dan lama pengobatan DOKUMENTASI FORMULIR JAWABAN

- Cara pemberian
KOMUNIKASI
- Kadar

23 16
III.2 PROSEDUR PENANGANAN PERTANYAAN - Lama penggunaan obat (akut atau kronik)

III.2.1 Menerima Pertanyaan - Dosis dan cara pemberian

Pertanyaan dapat datang langsung dari pasien - Usia janin


atau melalui petugas kesehatan di ruang rawat.
- Usia bayi/frekuensi menyusui perhari
Semua ini membutuhkan komunikasi yang efektif.
Pertanyaan melalui telepon hendaknya dijawab - Apakah obat diresepkan? Oleh siapa?
dengan jelas dan baik, perlu disebutkan identitas
- Riwayat pengobatan terkait
institusi dan nama petugas secara jelas sehingga
penanya mengetahui mereka dilayani oleh siapa. - Riwayat penyakit terkait
Penanya yang mendatangi pusat informasi obat
2. Dosis
juga dilayani secara baik. Berikan perhatian
penuh sementara pertanyaan mereka ditangani, - Diagnosa atau Indikasi
bersikaplah tenang dalam menangani pertanyaan - Usia, jenis kelamin, berat badan pasien
yang bersifat emergency.
- Riwayat penyakit
III.2.2 Identifikasi Penanya - Fungsi ginjal, fungsi hati
Identitas penanya dan alasan mereka - Terapi yang diterima
mengajukan pertanyaan perlu diketahui segera
karena hal ini akan mempengaruhi petugas - Riwayat alergi, ADR:
dalam mengambil langkah selanjutnya. Misalnya - Bentuk sediaan yang diinginkan atau cara
bila pertanyaan datang melalui petugas pemberian yang diinginkan
kesehatan di ruang rawat, perlu diketahui
identitas baik pasien maupun petugas yang 3. Interaksi Obat
menyampaikan. Bila pertanyaan datang dari - Nama obat yang diduga

17 22
Keracunan. overdosis, dan akibat bisa pihak diluar rumah sakit seperti dari masyarakat,
binatang media masa, pabrik obat, atau badan resmi
lainnya, otoritas memberikan informasi dapat
- Nama zat, label
berbeda dibandingkan dengan menjawab
- Pabrik pertanyaan dari lingkungan rumah sakit, untuk
itu diperlukan ijin dari pimpinan rumah sakit.
- Ukuran wadah
III.2.3 Identifikasi Masalah
- Bentuk (padat, cairan, gas)
Apoteker harus membuat kondisi sedemikian
- Cara terpapar: topikal, inhalasi, tertelan, rupa agar penanya mengemukakan masalahnya
melalui gigitan/sengatan secara ringkas tapi jelas. Kemudian dengan
- Perkiraan jumlahnya segera mengetahui sumber daya dan keahlian
yang tersedia untuk memutuskan apakah
- Waktu terpapar permintaan informasi dapat diterima atau
- Lama terpapar harus dirujuk ke sumber informasi lain yang
lebih tepat.
- Demografi pasien
III.2.4 Menerima Permintaan Informasi
- Status pasien
Suatu permintaan informasi diterima dan dilayani
- Rincian penanganan yang telah dilakukan akan mempengaruhi citra dan perkembangan
Bila Pelayanan Informasi Obat tidak dapat dari pelayanan informasi obat dikemudian hari.
menangani hal ini, dapat dirujuk ke Pelayanan Biarkan penanya menyatakan permintaannya
Informasi Keracunan dengan nyaman tanpa diinterupsi, dan apoteker
harus menunjukkan perhatian penuh kepada
1. Kehamilan dan Menyusui masalah penanya. Perjelas permintaan informasi
- Nama obat tersebut dengan mengajukan pertanyaan yang
tepat dan kemudian menyampaikan kembali
kepada penanya secara rinci untuk konfirmasi.
21 18
Perlu diingat terutama dalam percakapan melalui - Riwayat penyakit (termasuk fungsi organ,
telepon bahwa inti percakapan yang penting dan hasil laboratorium terkait)
dapat luput atau hilang sehingga dapat terjadi
- Riwayat pengobatan (yang diresepkan
penafsiran yang keliru terhadap permintaan
maupun dibeli bebas, dosis, lama
informasi tersebut
pengobatan dan pemberian obat yang lalu)
III.2.5 Informasi Latar Belakang Penanya
b. Informasi Latar Belakang Bersifat Spesifik
a. Informasi Latar Belakang Bersifat Dasar
Reaksi obat yang tidak diinginkan Adverse
Informasi Umum antara lain: Drug Reactions/ADR
- Nama dan pekerjaan penanya - Reaksi: tanda tanda, gejala-gejala dan
- Nomor telepon/alamat yang dapat diagnosa
dihubungi - Tingkat keparahan
- Tujuan permintaan - Waktu mula/timbulnya reaksi, pola
- Rincian permintaan berkembangnya

- Urgensi permintaan - Keterkaitan (sementara) dengan riwayat


pengobatan
Informasi Pasien - Riwayat alergi atau ADR terrnasuk riwayat
- Nama pasien dalam keluarga

- Ruang rawat - Penanganan selama ini

- Demografi pasien (umur, jenis kelamin, - Pabrik, tanggal kadaluarsa, nomor batch
berat badan, ras dan lain lain) dari obat yang diduga

19 20

Вам также может понравиться