Вы находитесь на странице: 1из 32

ANGGARAN DASAR LIGA MUSLIM INDONESIA

MUKADIMAH

Sesungguhnya Allah SWT, dengan segala Rahmat, Keperkasaan dan Kekuasaan-Nya atas Rencana dan Tujuan diciptakannya alam semesta ini, berkehendak agar Anak Adam hidup di dalam kemuliaan. Dibedakannya kejadian Anak Adam dengan kejadian makhluk-makhluk-Nya yang lain, dan dikaruniakan-Nya Anak Adam dengan nurani, akal budi dan intuisi agar Anak Adam dapat meraih derajat tertinggi harkat insaninya melalui peniruan kepada atribut-atribut Ruhani-Nya. Semua ini di tetapkan oleh-Nya agar Anak Adam mampu memikul amanah sebagai khalifah-Nya di muka bumi, guna menabur rahmat bagi sekalian alam. Untuk memenuhi Iradah-Nya itu, Allah SWT menurunkan Petunjuk-Nya berupa Al-Kitab, melalui para utusan-Nya yang terpercaya, yaitu para Nabi dan Rasul, dari Adam AS hingga Muhammad SAW, dengan kitab-Nya yang paling akhir dan paripurna, yakni Al-Quran. Dalam praksisnya, kedua unsur ini saling melengkapi; kitab berperan konstruktif dalam merefleksikan kedalaman spiritual, keluhuran moral dan kecemerlangan intelektual yang dibutuhkan manusia dalam kesaharian hidupnya, sedangkan Nabi sendiri adalah personifikasi ideal nilai-nilai agung kamanusian yang terkandung di dalam Al-Kitab, baik dalam kapasitasnya sebagai hamba-Nya, sebagai khalifah-Nya maupun sebagai penabur rahmat bagi sekalian alam. Nilai-nilai agung kemanusian telah diteladankan olehNabi Muhammad SAW tatkala beliau memimpin sebuah komunitas plural yang menjadi cikal bakal civil society, yakni Al-Madinah AlMunawwarah yang merupakan tonggak-tonggak monumental sekaligus parameter ideal masyarakat beradab sepanjang masa.Keberpihakannya kepada kaum yang lemah dan tertindas; komitmennya kepada keadilan,persamaan, dan persaudaraan; kesungguhannyadalam menegakkan wibawa dan supremasi hukum; kepeduliannya akan nasib kaum perempuan;kecintaannya kepada ilmu dan peradaban demi sebesar-besar kemaslahatan ummat; dan yang terpenting keberhasilannya dalam menegakan pilar-pilar kemanusian semata-mata dimungkinkan oleh kepiawaiannya dalam menaklukan hati baik para sekutu maupun seterunya, bukan dengan pedang dan tetesan darah - adalah factum et datum historicum(fakta dan data sejarah) yang tak terbantahkan. Walaupun pribadi Nabi Muhammad SAW kini telah tiada, namun keberlanjutan misi dan peran sosial kenabiannya pantang mengenal kata henti, karena misi suci mewujudkan persamaan, persaudaraan, kebebasan, dan keadilan serta pembebasan manusia dari segala bentuk dan jenis perbudakan tetap menjadi tugas dan tanggungjawab bagi setiap individu muslim yang sadar, tak terkecuali Ummat Islam Bangsa Indonesia. Berbekal cita-cita luhur di atas serta didorong oleh hasrat tulus untuk melaksanakan bakti suci sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW, maka kami UmmatIslam Bangsa Indonesia yang sadar dan terpanggil, dengan mengharap Rahmat dan Ridho serta Hidayah Allah SWT, dengan ini menyatakan berhimpun ke dalam sebuah organisasi kemasyarakatan yang bernama LIGA MUSLIM INDONESIA, dengan berpedoman kepada Anggaran Dasar organisasi yang memuat ketentuan dan peraturan sebagai berikut:

BAB I ASAS-ASAS POKOK Pasal 1 Nama, Tempat Dan Kedudukan Nama organisasi kemasyarakatan ini adalah LIGA MUSLIM INDONESIA, disingkat LMI, didirikan tanggal 7 Agustus 1998 bertepatan dengan tanggal 17 Rabiul Akhir 1419 H, dan berkedudukan di Jakarta untuk waktu yang tak terbatas. Pasal 2 Dasar dan Sifat Organisasi kemasyarakatan ini berdasarkan Islam dan bersifat independen. Pasal 3 Lambang Lambang organisasi kemasyarakatan Islam ini adalah Tulisan lafadz ALLAH dengan kombinasi warna merah dan putih, dengan latar berwarna hitam. Pasal 4 Tujuan Mewujudkan Islam dalam kehidupan nyata sebagai Rahmatan lilalamin Membentuk terbangunnya pribadi dan keluarga muslim seutuhnya. Menegakkan kedaulatan Allah di bumi Indonesia, sebagai prasyarat dan tempat bagi tercapainya keselamatan ummat manusia seutuhnya, muslim maupun non musilm, lahir maupun batin. Mendorong penegakan supremasi hukum yang akan memberikan jaminan dan kepastian pelaksanaan hukum, memelihara martabat dan kehormatan manusia dan memberikan perlindungan dan rasa aman kepada seluruh warga Negara Indonesia. Memajukan peradaban dan ilmu pengetahuan sebesar-besar demi kesejahteraan dan kemaslahatan ummat. Dan berperan aktif dalam mewujudkan dan memelihara ketertiban dan perdamaian dunia berdasarkan keadilan, kesetaraan dan kemerdekaan, serta saling menghormati dalam hubungan antar bangsa.

1. 2. 3.

4.

5. 6.

Pasal 5 Khittah Perjuangan Khittah perjuangan organisasi adalah Kemerdekaan Sejati, Persaudaraan Insani dan keadilan Ilahi berdasarkan kalimat tahwid LAA ILAAHA ILLAL-LAHU.Penjabaran Khittah Perjuangan diuraikan dalam penjelasan Anggaran Dasar/Tafsir Asas dan Khittah Perjuangan. Pasal 6 Jalan Mencapai Tujuan LIGA MUSLIM INDONESIA adalah Harakatu l-Tajdidul-Ammah yang berjuang mewujudkan tujuannya dengan berpegang teguh kepada Kitabullah, Sunnah Rasulullah SAW, dan Atsar Khilafatu Rasyidah, dengan bersandar pada Manhaj Risalah: 1. Kerangka Syakhsiyyah: Tablig, Shidiq, Tablig, Fathonah, dan Syajaah. 2. KerangkaAmaliyyah: Ijtihad Wat-Tahajjud, Amal sholeh, Dawah wa Tarbiyyah, Amar maruf nahyi munkar, dan Jihad Fii Sabilillah. 3. Penjabaran manhaj organisasi dalam mencapai tujuannya, diuraikan dalam Penjelasan Anggaran Dasar/Tafsir Asas dan Khittah Perjuangan. Pasal 7 Kebijakan Publik 1

1. Organisasi berhak merespons dan mengkaji berbagai isu dan persoalan publik pada dimensi Infrastruktur maupun suprastruktur, baik pada aspek teoritis maupun praktis dalam bidang Ideologi, Politik, Hukum, Sosial-Budaya, serta Pertahanan dan Kemanan. 2. Atas dasar kemanfaatan dan kemaslahatan, organisasi berhak mempublikasikan pandangan, sikap, dan tindakan serta program yang dianggap perlu dalam merespons persoalan dimaksud. 3. Hal-hal yang berkenaan dengan sikap, pandangan, dan program organisasi dalam bidang-bidang diatas, diuraikan lebihlanjut dalam Penjelasan Anggaran Dasar/Tafsir Asas dan Khittah Perjuangan.

BAB II KEANGGOTAAN Pasal 8 Anggota LMI 1. Organisasi berhak mengangkat dan memberhentikan Anggota. 2. Anggota terdiri dari: a) Anggota Partisipan; b) Anggota Inti; dan c) Anggota Kehormatan. Pasal 9 Pemberhentian Anggota Anggota LMI dapat berhenti atau diberhentikan dari keanggotaannya apabila yang bersangkutan: a) Meninggal dunia b) Mengundurkan diri secara resmi atas permintaan sendiri c) Gugur, atau hilang dalam tugas (missing in action) d) Diberhentikan secara tidak hormat jika menghianati perjuangan, atau melakukan pelanggaran berat terhadap disiplin dan peraturan organisasi, atau melakukan tindakan kriminal dan amoral yang merugikan masyarakat dan mencemarkan nama baik organisasi. e) Hal-hal yang berkenaan dengan pemberhentian anggota termasuk yang berhubungan dengan anggota keluarga yang ditinggalkan oleh anggota LMI yang gugur atau hilang dalam tugas diatur melalui kebijakan khusus organisasi.

BAB III STRUKTUR ORGANISASI Pasal 10 Hirarki Organisasi 1. Majelis Ala adalah Organ Pemutus Kebijakan Tertinggi organisasi sebagai perwujudan doktrin kepemimpinan Islami (Qiyadatul Islamiyyah), yang para anggotanya dipilih berdasarkanintegritas kepribadian, kesalehan, kearifan, dan kefaqihan atas ilmu-ilmu keislaman, serta keluasan wawasannnya. 2. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) adalah organ kepemimpinan organisasi ditingkat nasional yang terdiri dari: a) Dewan Pembina Pusat b) Majelis Fiqh Tasyri Wal IbadahPusat c) Dewan Pakar Pusat d) Dewan Pengurus Pusat 3. Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) adalah organ kepemimpinan organisasi ditingkat provinsi yang terdiri dari: a) Dewan Pembina Wilayah b) Majelis Fiqh Tasyri Wal Ibadah Wilayah c) Dewan Pakar Wilayah 2

d) Dewan PengurusWilayah 4. Dewan Pimpinan Daerah (DPD) adalah organ kepemimpinan organisasi di tingkat kabupaten/kota yang terdiri dari: a) Dewan Pembina Daerah b) Majelis Fiqh Tasyri Wal Ibadah Daerah c) Dewan Pakar Daerah d) Dewan Pengurus Daerah 5. Pengurus Komisariat (PK) adalah organ di bawah Dewan Pimpinan Daerah yang berwenang mengurusi ranting-ranting di bawahnya. 6. Pengurus Ranting (PR) adalah organ di bawah Pengurus Komisariat yang berwenang mengurusi para anggota di bawahnya. Pasal 11 Dewan Pimpinan Pusat 1. Dewan Pimpinan Pusat bertugas untuk masa bakti selama lima tahun dan bertanggungjawabkepada Majelis Ala melalui Musyawarah Majelis Ala. 2. Dewan Pimpinan Pusat berkedudukan di ibukota Negara dan bertugas menjalankan roda organisasi dalam skala nasional. Pasal 12 Dewan Pimpinan Wilayah 1. Dewan Pimpinan Wilayah bertugas untuk masa bakti selama empat tahun dan bertanggungjawab kepada Dewan Pimpinan Pusat dan Musyawarah Wilayah. 2. Dewan Pimpinan Wilayah berkedudukan di salah satu kota/kabupaten dalam suatu provinsi dan bertugas menjalankan roda organisasi dalam wilayah provinsi tertentu.

Pasal 13 Dewan Pimpinan Daerah 1. Dewan Pimpinan Daerah bertugas untuk masa bakti selama tiga tahun dan bertanggungjawab kepada Dewan Pimpinan Wilayah dan Musyawarah Daerah. 2. Dewan Pimpinan Daerah berkedudukan di salah satu daerah dalam suatu Kota/Kabupaten tertentu dan bertugas menjalankan roda organisasi dalam daerah kota/kabupaten tertentu. Pasal 14 Pengurus Komisariat 1. Pengurus Komisariat bertugas untuk masa bakti selama dua tahun dan bertanggungjawab kepada Dewan Pimpinan Daerah dan Musyawarah Komisariat. 2. Pengurus Komisariat berkedudukan di salah satu daerah dalam lingkup kewenangan Dewan Pimpinan Daerah serta bertugas menjalankan roda organisasi di lingkungannya. Pasal 15 Pengurus Ranting 1. Pengurus Ranting bertugas untuk masa bakti selama satu tahun dan bertanggungjawab kepada Pengurus Komisariat dan Musyawarah Ranting. 2. Pengurus Ranting berkedudukan di salah satu daerah yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Daerah serta bertugas menjalankan roda organisasi di lingkungannya.

BAB IV MAJELIS ALA Pasal 16 Susunan Keanggotaan Majelis Ala 3

1. Majelis Ala adalah organ tertinggi organisasi yang dipimpin oleh seorang ketua/Mursyid Am, dengan susunan: a) Anggota Majelis Ala b) Anggota Dewan Pembina Pusat c) Ketua Majelis Fiqh Tasyri Wal-Ibadah Pusat d) Ketua Dewan Pakar Pusat e) Ketua Umum f) Sekretaris Jenderal g) Bendahara Umum 2. Ketua Majelis Ala secara otomatis menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Pusat. 3. Anggota Majelis Ala dipilih melalui Musyawarah Nasional untuk masa jabatan lima tahun. Pasal 17 Amanahdan Fungsi Majelis Ala 1. Majelis Ala bermusyawarah sedikitnya sekali dalam satu tahun. 2. Majelis Ala merupakan organ yudikatif dan legislatif tertinggi organisasi yang mengemban amanah dan fungsi sebagai: a) organ arbitase internal organisasi yang berkekuatan hukum tetap b) organ pembuat fatwa c) organ pembuat kebijakan dasar organisasi d) organ pengawas organisasi 3. Amanah dan fungsi ini secara praksis-operasional didelegasikan kepada Dewan Pembina Pusat.

BAB V PERANGKAT ORGANISASI Pasal 18 Dewan Pembina Di tingkat pusat, Dewan Pembina dipimpin oleh seorang ketua dan bertanggung jawab kepada Majelis Ala melalui Musyawarah Majelis Ala. Di tingkat wilayah, Dewan Pembina adalah pelaksana keputusan organisasi di atasnya dan bertanggung jawab melalui Musyawarah wilayah. Di tingkat daerah, Dewan Pembina adalah pelaksana keputusan organisasi di atasnya dan bertanggung jawab melalui Musyawarah daerah. Dewan Pembina mengemban amanah dan fungsi yang didelegasikan Majelis Ala.

1. 2. 3. 4.

Pasal 19 Majelis Fiqh Tasyri Wal-Ibadah 1. Majelis Fiqh Tasyri Wal-Ibadah adalah organ perancang fatwa dan pelaksana pembinaan aturan/Syariat Islam dalam kehidupan organisasi. 2. Anggota Majelis Fiqh Tasyri Wal-Ibadah dipilih berdasarkan integritas kepribadian, kefaqihan, dan keluasan wawasannya tentang problematika ummat. Pasal 20 Dewan Pakar 1. Dewan pakar adalah organ pemberi saran dan pertimbangan ilmiah untuk kepentingan organisasi dan bertanggungjawab kepada Dewan Pembina. 2. Anggota Dewan Pakar dipilih berdasarkan keahlian dan kompetensinya. 3. Saran dan pertimbangan Dewan Pakar direkomendasikan dalam berbagai forum musyawarah organisasi atas inisiatif sendiri maupun organ lainnya. Pasal 21 Dewan Pengurus 4

1. Di tingkat pusat, Dewan Pengurus adalah organ pelaksana harian organisasi dan keputusan musyawarah di tingkat nasional. 2. Di tingkat wilayah, Dewan Pengurus adalah organ pelaksana harian organisasi dalam menjalankan keputusan organisasi di atasnya dan keputusan musyawarah di tingkatannya. 3. Di tingkat daerah, Dewan Pengurus adalah organ pelaksana harian organisasi dalam menjalankan keputusan organisasi di atasnya dan keputusan musyawarah di tingkatannya. 4. Di tingkat komisariat, Pengurus Komisariat adalah organ pelaksana harian organisasi dalam menjalankan keputusan dalam menjalankan keputusan organisasi di atasnya dan keputusan musyawarah di tingkatannya. 5. Di tingkat ranting, Pengurus Ranting adalah organ pelaksana harian organisasi dalam menjalankan keputusan organisasi di atasnya dan keputusan musyawarah di tingkatannya.

BAB VI MUSYAWARAH Pasal 22 Prinsip dan Jenis Musyawarah 1. Musyawarah untuk mufakat adalah asas dalam pengambilan putusan organisasi. 2. Jenis-jenis musyawarah antara lain: a) Tingkat nasional: 1) Musyawarah Nasional 2) Musyawarah Majelis Ala 3) Musyawarah Kerja Nasional 4) MusyawarahKoordinasi Nasional 5) Musyawarah Pleno Dewan Pimpinan Pusat 6) Musyawarah Harian Dewan Pimpinan Pusat b) Tingkat Provinsi: 1) Musyawarah Wilayah 2) Musyawarah Kerja Wilayah 3) Musyawarah Koordinasi Wilayah 4) Musyawarah Pleno Dewan Pimpinan Wilayah 5) Musyawarah Harian Dewan Pimpinan Wilayah c) Tingkat Kabupaten/Kota: 1) Musyawarah Daerah 2) Musyawarah Kerja Daerah 3) Musyawarah Koordinasi Daerah 4) Musyawarah Pleno Dewan Pimpinan Daerah 5) Musyawarah Harian Dewan Pimpinan Daerah d) Tingkat Komisariat: 1) Musyawarah Komisariat 2) Musyawarah Kerja Komisariat 3) Musyawarah Koordinasi Komisariat 4) Musyawarah Harian Pengurus Komisariat e) Tingkat Ranting: 1) Musyawarah Ranting 2) Musyawarah Kerja Ranting 3) Musyawarah Koordinasi Ranting 4) Musyawarah Harian Pengurus Ranting

BAB VII KEUANGAN ORGANISASI Pasal 23 5

Sumber Keuangan Organisasi berhak menerima dan mengelola sesuai syariat pendapatan/keuangan yang bersumber dari: 1. Qurban, Hibah, Waqaf, Zakat, Infak dan Shodaqoh Anggota serta Kaum Muslimin yang mendukung perjuangan organisasi; 2. Derma yang tidak mengikat dan tidak bertentangan dengan Syariat; 3. Hasil usaha yang dimiliki dan/atau dikelola organisasi.

BAB VIII BADAN OTONOM Pasal 24 1. Untuk kecepatan dan ketepatan gerak sosial-politik dan keagamaan organisasi, Dewan Pimpinan Pusat berhak membentuk badan otonom sesuai dengan kebutuhan. 2. Tata kerja badan otonom diatur dalam peraturan dasar dan peraturan rumah tangga tersendiri

BAB XI HUBUNGAN ORGANISASI Pasal 25 Prinsip Kerjasama Organisasi 1. Organisasi dapat menjalin kerjasama dengan pihak lain atas dasar kesetaraan dan kemanfaatan serta kemaslahatan bagi organisasi dan ummat. 2. Pihak lain dimaksud pada ayat 1 (satu) dapat berbentuk organisasi pemerintahan maupun nonpemerintahan, profit maupun non-profit, baik dalam maupun luar negeri.

BAB X PENGHARGAAN DAN SANKSI Pasal 26 1. Organisasi dapat memberikan penghargaan dan sanksi kepada Anggota atau Fungsionaris atau Struktur Organisasi atas jasa, prestasi, dan/atau perilaku berorganisasi. 2. Organisasi dapat menjatuhkan sanksi dalam bentuk sanksi administratif, pembebanan/penugasan tertentu, penurunan jenjang keanggotaan, pemberhentian sementara, dan pemberhentian permanen atas tindakan yang melanggar aturan Syariat dan atau/organisasi, merusak citra dan martabat organisasi, atau perbuatan lain yang bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan/atau peraturan organisasi lainnya. 3. Organisasi dapat memberikan penghargaan dan/atau tindakan kepada perseorangan maupun lembaga lain di luar organisasi atas keluarbiasaan jasa-jasanya dan/atau tindakannya terhadap organisasi. 4. Ketentuan yang mengatur tentang institusi, prosedur dan tatacara penegakan disiplin organisasi, pemberian penghargaan, penjatuhan sanksi serta tindakan organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu), 2 (dua), dan 3 (tiga) diatur melalui peraturan organisasi.

BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 27 Status Kebijakan 1. Peraturan/ketentuan dan badan-badan yang ada dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan atau belum diadakan berdasarkan Anggaran Dasar ini. 6

2. Seluruh struktur dan kebijakan organisasi harus sudah mengalami perubahan paling lama dua tahun setelah disahkannya Anggaran Dasar ini.

BAB XII KETENTUAN PERUBAHAN DAN PENUTUP Pasal 28 1. Anggaran Dasar ini dapat diubah melalui Musyawarah Majelis Ala atas usulan sepertiga anggota Majelis Ala. 2. Keputusan perubahan ditetapkan minimal oleh dua pertiga Anggota Majelis Ala. 3. Anggaran Dasar ini dinyatakan berlaku untuk pertama kali sejak tanggal ditetapkan oleh Dewan Pendiri Organisasi. 4. Hal-hal lain yang belum diatur dalam anggaran dasar ini akan diatur melalui anggaran rumah tangga dan ketentuan organisasi yang lainnya. Ditetapkan di Jakarta Pada Tanggal, 24 Jumadil Awwal 1432H 28 April 2011M DEWAN PENDIRI

KH.MUHAMMAD ROYANUDDIN Dewan Pimpinan Pusat LIGA MUSLIM INDONESIA

Ir. IWAN GUNAWAN AHMAD

M. DJAMIDIN UMAR Ketua Umum

DEDI SURYADILAGA Sekretaris Jenderal

ANGGARAN RUMAH TANGGA LIGA MUSLIM INDONESIA

Bab I LAMBANG Pasal 1 Makna lambang 1. Makna lambang organisasi yaitu: a) Lafadz Allah bermakna; bahwa Allah SWT sebagai Ilah, Rabb, dan Malik bagi semesta alam dan manusia, adalah sumber inspirasi, orientasi, sekaligus aksi tertinggi perjuangan, yang diyakini sepenuh hati senatiasa Hadir secara ideal dan real sebagai Pemandu Arah dan Langkah Perjuangan organisasi. b) Warna putih bermakna Kebeningan hati dan Kesucian motivasi dalam perjuangan, yakni bukan demi meraih kekuasaan dan atau segala hal yang bersifat duniawi, akan tetapi semata-mata demi menunaikan Kewajiban Asasi Manusia; selaku Abdullah dan Khalifatullah yang bertugas menghambakan diri secara total kepada Dzat Ilahy, menaburkan salam, dan menebarkan rahmat bagi sekalian alam.. c) Warna Merah bermakna Keberanian dan Ketegasan yang didasarkan pada Hikmah dan Pengetahuan dalam mewujudkan kemenangan DinulHaq atas Din yang lainnya; dalam menenggelamkan Kegelapan dan Menerbitkan Cahaya; Menyirnakan Kezaliman dan Meneguhkan keadilan; Memusnahkan Kebathilan dan Mengokohkan Kebenaran. d) Latar lambang berwarna hitam bermakna Keadilan-sebagai Nilai dan Atribut Ilahy yang melekat secara fitri--yang senantiasa diangankan dan dibutuhkan kehidupan ummat manusia, yang hanya niscaya dapat dibumikan dan dirasakan secara nyata serta paripurna dalam dimensi ruang dan waktu yang nisbi, jika dipandu oleh Kebenaran Wahyu yang hakiki dan Pengetahuan Akali yang memadai. 2. Penjelasan lebih lanjut tentang lambang organisasi diatur tersendiri melalui Tafsir Asas dan Khittah Perjuangan. Pasal 2 Penggunaan Lambang 1. Penggunaan lambang organisasi dalam bendera, panji, dan atau atribut organisasi lainnya diatur melalui ketentuan tersendiri. 2. Lambang organisasi adalah simbol pemersatu organisasi yang dipergunakan sesuai ketentuan bakuorganisasi.

BAB II KEANGGOTAAN

Pasal 2 Status keanggotaan 1. Status keanggotaan dalam organisasi LMI adalah Anggota Biasa dan Anggota Kehormatan. 2. Anggota biasa adalah individu muslim yang telah mengikuti kegiatan Pelatihan Keanggotaan, telah diambil sumpah keanggotaannya, serta telah menerima Kartu Tanda Anggota (KTA). 3. Anggota kehormatan adalah anggota LMI yang diangkat dan ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat Liga Muslim Indonesiakarenajasa-jasanya yang luar biasa bagi organisasi dan atau karena keahlian/kemampuannya dibutuhkan oleh organisasi. Pasal 3 Jenjang Keanggotaan 1. Anggota Partisipan terdiri dari: a) Anggota Pemula b) Anggota Muda 2. Anggota Inti terdiri dari: a) Anggota Pratama b) Anggota Madya c) Anggota Utama 3. Anggota Kehormatan 4. Setiap anggota wajib terdaftar, memiliki Kartu Tanda Anggota, dan mengikuti kegiatan pendidikan dan perkaderan serta dinyatakan lulus untuk tiap jenjangnya. 5. Anggota Pemula dan Muda diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Pengurus Daerah. 6. Anggota Pratama dan Madya diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Pengurus Wilayah. 7. Anggota Utama dan Anggota Kehormatan diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Pengurus Pusat. 8. Pemberhentian dimaksud sebagaimana termaktub pada ayat 5 (lima), 6 (enam) dan ayat 7 (tujuh) dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan dari Dewan Pembina di masing-masing tingkatan. Pasal 4 Syarat-Syarat Menjadi Anggota 1. Sehat jasmani dan rohani. 2. Bersedia Mengikrarkan Sumpah Anggota dan Mitsaqul Khamsah LIGA MUSLIM INDONESIA sebagaimana diatur oleh ketentuan organisasi. Pasal 5 Hak-Hak Umum Anggota Berhak mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi sesuai ketentuan organisasi. Berhak mendapatkan status keanggotaan sesuai jenjang pengkaderan organisasi yang diikuti. Berhak mengikuti program pendidikan, pelatihan dan pengkaderan (tarbiyyah dan tadibiyah) yang diselenggarakan sesuai ketentuan organisasi. Berhak untuk menyampaikan pendapat secara lisan maupun tulisan. Berhak untuk memberikan usulan, nasehat, dan kritik sesuai adab syariat dan tertib organisasi. Berhak berprakarsa dan berkreasi sesuai adab syariat dan tertib organisasi. Berhak mendapatkan pembelaan organisasi atas kezaliman dan kemudaratan yang ditimbulkan akibat melaksanakan perintah dan arahan organisasi. Berhakmembela diri, jika mendapatkan sanksi organisasi sesuai ketentuan organisasi. Berhak menerima penghargaan atas jasa dan prestasi sesuai ketentuan organisasi.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Pasal 6 Kewajiban Umum Anggota 1. Wajib berpegang teguh pada Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Organisasi, Keputusan Musyawarah Nasional, Putusan Majelis Ala, Putusan Dewan Pembina, serta ketentuan organisasi lainnya. 9

2. Wajib membayar zakat, infak, shadaqah, qardlan hasanah dan sejenisnya sesuai kemampuan yang bersangkutan. 3. Wajib menjaga citra dan nama baik organisasi. 4. Wajib memenuhi undangan kegiatan resmi organisasi. 5. Wajib melaksanakan amanah yang diberikan oleh organisasi sepanjang tidak bertentangan dengan syariaat. 6. Wajib menerima segala putusan akhir atas sanksi organisasi yang diterima. Pasal 7 Hak-hak Khusus Anggota Inti 1. Hak khusus Anggota Pratama antara lain: a) Berhak merekomendasikan usulan dan saran kepada Dewan Pimpinan Daerah melalui sebuah forum khusus; b) Berhak dinominasikan dan dipilih sebagai unsur panitia kegiatan resmi organisasi di tingkatan Dewan Pimpinan Daerah. c) Berhak dinominasikan dan dipilih sebagai calon fungsionaris Dewan Pimpinan Daerah; d) Berhak mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk kenaikan jenjang ke tingkat Anggota Madya. 2. Hak Khusus Anggota Madya antara lain: a) Berhak merekomendasikan usulan dan saran kepada Dewan Pimpinan Wilayah melalui sebuah forum khusus; b) Berhak dinominasikan dan dipilih sebagai unsur panitia kegiatan resmi organisasi di tingkatan Dewan Pimpinan Wilayah. c) Berhak dinominasikan dan dipilih sebagai calon fungsionaris Dewan Pimpinan Wilayah; d) Berhak mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk kenaikan jenjang ke tingkat Anggota Utama. 3. Hak Anggota Utama: a) Berhak merekomendasikan usulan dan saran kepada Dewan Pimpinan Pusat melalui sebuah forum khusus; b) Berhak dinominasikan dan dipilih sebagai unsur panitia kegiatan resmi organisasi di tingkatan Dewan Pimpinan Pusat. c) Berhak dinominasikan dan dipilih sebagai calon fungsionaris Dewan Pimpinan Pusat; d) Berhak mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan khusus untuk tingkat Anggota Utama. Pasal 8 Kewajiban Khusus Anggota 1. Kewajiban khusus Anggota Pratama antara lain: a) Wajib mengikrarkan Sumpah Anggota Pratama sebagaimana diatur dalam ketentuan organisasi. b) Wajib memenuhi standar kompetensi Anggota Pratama. 2. Kewajiban khusus Anggota Madya antara lain: a) Wajib mengikrarkan Sumpah Anggota Madya sebagaimana diatur dalam ketentuan organisasi. b) Wajib memenuhi standar kompetensi Anggota Madya. 3. Kewajiban khusus Anggota Utama antara lain: a) Wajib mengikrarkan Sumpah Anggota Utama sebagaimana diatur dalam ketentuan organisasi. b) Wajib memenuhi standar kompetensi Anggota Utama.

BAB III FUNGSIONARIS ORGANISASI Pasal 9 Kualifikasi Umum Fungsionaris Organisasi 10

1. Fungsionaris organisasi adalah seorang anggota yang mendapatkan amanah untuk menduduki salah satu jabatan struktural organisasi pada seluruh tingkatan, dengan kriteria umum: a) Taat terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, peraturan dan kebijakan organisasi. b) Mampu secara jasmani dan ruhani menunaikan kewajiban fungsionaris organisasi. c) Tidak pernah mendapatkan sanksi organisasi dalam kurun satu tahun terakhir yang mengakibatkan dicabut hak dipilihnya. d) Memiliki wawasan yang luas dan kecakapan manajemen organisasi. 2. Di tingkat Pusat, yang berhak dipilih dan ditetapkan untuk mendapatkan amanah pada salah satu jabatan struktual Dewan Pimpinan Pusat adalah yang berkualifikasi minimal Anggota Utama dan Anggota Kehormatan. 3. Di tingkat Wilayah, yang berhak dipilih dan ditetapkan untuk mendapatkan amanah pada salah satu jabatan struktual Dewan Pimpinan Wilayah adalah yang berkualifikasi minimal Anggota Madya dan atau Anggota Kehormatan. 4. Di tingkat Daerah, yang berhak dipilih dan ditetapkan untuk mendapatkan amanah pada salah satu jabatan struktual Dewan Pimpinan Daerah adalah yang berkualifikasi minimal Anggota Madya dan atau Anggota Kehormatan. 5. Di tingkat Komisariat, yang berhak dipilih dan ditetapkan untuk mendapatkan amanah pada salah satu jabatan struktual Dewan Pimpinan Daerah adalah yang berkualifikasi minimal Anggota Muda. 6. Di tingkat Komisariat, yang berhak dipilih dan ditetapkan untuk mendapatkan amanah pada salah satu jabatan struktual Dewan Pimpinan Daerah adalah yang berkualifikasi minimal Anggota Pemula. 7. Posisi dan Jabatan yang berhak diamanahkan kepada Anggota Kehormatan antara lain sebagai Anggota Majelis Fiqh Tasyri Wal-Ibadah, Anggota Dewan Pakar, Fungsionaris Dewan Pengurus, dengan jumlah maksimal sepertiga dari total anggota yang ada dalam satu organ. 8. Anggota Inti berhak dipilih dan ditetapkan untuk mendapatkan amanah pada jabatan struktural setingkat pimpinan/ketua, sekretaris, dan bendahara. Pasal 10 Tugas dan Kewajiban Fungsionaris Mengikuti kegiatan musyawarah dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan organisasi. Melaksanakan segala putusan musyawarah yang ditetapkan organisasi. Melaksanakan secara ikhlas dan sungguh-sungguh amanahdan mandat yang diberikan organisasi. Memberikan keteladanan dalam menjalankan disiplin organisasi.

1. 2. 3. 4.

Pasal 11 Pemberhentian Fungsionaris 1. Fungsionaris organisasi dapat berhenti dari jabatannya karena: a) Meninggal dunia, b) Berhalangan tetap, c) Mengundurkan diri dengan alasan syari, d) Diberhentikan oleh Keputusan Musyawarah Pleno pada setiap tingkatannya. 2. Fungsionaris yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) huruf d, dikarenakan: a) Tidak lagi memenuhi syarat keanggotaan, b) Melalaikan tugas dan kewajibannya sebagai Fungsionaris, c) Sebab-sebab lain yang ditetapkan Dewan Pembina Pusat. 3. Pemberhentian fungsionaris sebagaimana dimaksud pada ayat 2 (dua) dapat dilakukan, setelah menempuh prosedur: a) Yang bersangkutan telah mendapatkan tawshiyah (nasehat) dan atau peringatan oleh Ketua Dewan Pembina pada tingkatannya atau pihak lain yang ditunjuk. b) Mendapatkan rekomendasi pemberhentian dari Majelis Fiqh Tasyri Wal-Ibadah pada tingkatannya. 11

4. Dalam hal berhentinya FungsionarisKomisariat/Ranting, maka ditetapkan penggantinya oleh putusanPengurus Komisariat/Ranting atas persetujuan Dewan Pengurus Daerah. 5. Ketentuan mengenai mekanisme Fungsionaris Pengganti ditetapkan oleh Peraturan Organisasi.

BAB III MAJELIS ALA Pasal 12 Amanah dan Persyaratan Anggota Majelis Ala Majelis Ala memiliki amanah dan tugas antara lain: a) Memilih dan menetapkan Ketua Majelis Ala. b) Atas usul Ketua Majelis Ala, memilih dan menetapkan: 1) Anggota Dewan Pembina Pusat 2) Ketua Majelis Fiqh Tasyri Wal Ibadah Pusat 3) Ketua Dewan Pakar Pusat 4) Ketua Umum 5) Sekretaris Jenderal 6) Bendahara Umum c) Mengubah dan menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. d) Menetapkan Kebijakan Dasar dan Rencana Strategis Nasional untuk jangka waktu lima tahun. e) Menetapkan Tafsir Asas dan Khittah Perjuangan atas rancangan yang disusun Dewan Pembina Pusat. f) Mengubah dan menetapkan Teks Mitsaqul Khamsah dan Tafsirnya. g) Menyusun Anggaran Belanja Majelis Ala. h) Menerima laporan pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Pusat. i) Menetapkan putusan hukum atas suatu perkara. Yang berhak dicalonkan menjadi Anggota Majelis Ala adalah Anggota Utama dan Anggota Kehormatan, dengan kriteria: a) Taat terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, peraturan dan kebijakan organisasi. b) Mampu secara jasmani dan ruhani menunaikan kewajiban sebagai Anggota Majelis Ala. c) Tidak pernah mendapatkan sanksi organisasi dalam kurun satu tahun terakhir yang mengakibatkan dicabut hak dipilihnya. d) Memiliki wawasan syari, siyasah, dan keorganisasian. Majelis Ala terdiri dari seorang ketua dan minimal 14 (empat belas) orang Anggota, diluar unsur Dewan Pimpinan Pusat Terpilih. Anggota Kehormatan yang dipilih sebagai Anggota Majelis Ala maksimal berjumlah sepertiga dari total jumlah Anggota Majelis Ala. Anggota Majelis Ala dipilih dalam Musyawarah Nasional untuk masa bakti lima tahun melalui aklamasi maupun pemungutan suara oleh Peserta Musyawarah Nasional. Pengesahan dan Pelantikan Anggota Majelis Ala terpilih dilakukan oleh Ketua Majelis Ala terpilih.

1.

2.

3. 4. 5. 6.

Pasal 13 Tugas dan Kewajiban Ketua Majelis Ala 1. Tugas dan Kewajiban Ketua Majelis Ala adalah: a) Memimpin Majelis Ala. b) Memimpin MusyawarahMajelis Ala. c) Menerima pengaduan dan/atau penjelasan Anggota Majelis Ala. d) Menyampaikan Laporan Tahunan kepada Majelis Ala. 2. Setiap Anggota dapat dicalonkan dan dipilih menjadi Ketua Majelis Ala, dengan persyaratan sebagai berikut: a) Anggota Majelis Ala. 12

b) Masa keanggotaanya sebagai Anggota Utama sudah lebih dari (10) sepuluh tahun. c) Memiliki kapasitas keilmuan, integritas kepribadian, keteladanan, kepemimpinan, dan berwawasan luas. d) Memiliki kemampuan jasmani yang memadai untuk mengemban tugas dan kewajiban yang diamanahkan. Pasal 14 Pemberhentian Anggota Majelis Ala Anggota majelis Ala dapat berhenti dari keanggotaanya karena: a) Meninggal dunia, b) Berhalangan tetap, c) Mengundurkan diri dengan alasan syarI, d) Diberhentikan oleh putusan Majelis Ala. Anggota Majelis Ala yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) huruf d, dikarenakan: a) Tidak lagi memenuhi syarat keanggotaan, b) Melalaikan tugas dan kewajibannya sebagai Anggota Majelis Ala, c) Sebab-sebab lain yang diputuskan Majelis Ala. Pemberhentian Anggota Majelis Ala sebagaimana dimaksud pada ayat 2 (dua) dapat dilakukan, setelah menempuh prosedur: a) Yang bersangkutan telah mendapatkan tawshiyah (nasehat) dan atau peringatan oleh Ketua Majelis Ala atau pihak lain yang ditunjuk. b) Mendapatkan rekomendasi pemberhentian dari Ketua Dewan Pembina Pusat. Dalam hal gugurnya keanggotaan Majelis Ala, maka ditetapkan penggantinya oleh putusan Majelis Ala atas rekomendasi Dewan Pembina Pusat, dengan mempertimbangkan unsur keterwakilan Anggota yang diganti. Ketentuan mengenai mekanisme Anggota Pengganti ditetapkan melalui Putusan Majelis Ala.

1.

2.

3.

4.

5.

Pasal 15 Putusan Majelis Ala 1. Putusan Majelis Ala terdiri dari Ketetapan dan Keputusan. 2. Putusan Majelis Ala dianggap sah, jika dilaksanakan melalui Musyawarah dengan ketentuan: a) Musyawarah dipimpin oleh Ketua Majelis Ala atau oleh Anggota Majelis Ala yang ditunjuk untuk memimpim Musyawarah. b) Musyawarah dihadiri oleh minimal setengah plus satu dari jumlah total Anggota. c) Pengambilan keputusan dilakukan secara mufakat dan atau aklamasi/ijma. d) Jika pengambilan keputusan mufakat tidak tercapai, maka dilakukan voting (pemungutan suara). e) Jika hasil pemungutan suara diperoleh jumlah suara yang sama, maka pemungutan suara diulang lagi. f) Jika hasil pemungutan suara untuk yang kedua kalinya, tetap menghasilkan jumlah suara yang sama, maka putusan yang ditetapkan adalah putusan dimana pihak Ketua Majelis Ala atau Pihak lain yang ditunjuknya berada. 3. Putusan Majelis Ala mengikat bagi seluruh Anggota dan struktur organisasi di bawahnya dan tetap berlaku sebelum dicabut oleh putusan yang lainnya.

BAB IV STRUKTUR DEWAN PIMPINAN PUSAT Pasal 16 Perangkat Organisasi Dewan Pimpinan Pusat 1. Dewan Pimpinan Pusat terdiri dari organ Dewan Pembina Pusat, Majelis Fiqh Tasyri WalIbadahPusat, Dewan Pakar Pusat, dan Dewan Pengurus Pusat. 2. Dewan Pembina Pusat terdiri dari seorang Ketua dan beberapa orang anggota. 13

3. Dewan Pakar Pusat terdiri dari seorang Ketua dan beberapa orang anggota. 4. Dewan Pengurus Pusat terdiri dari seorang Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, beberapa orang Ketua Bidang, dan beberapa staff Bidang. 5. Atas persetujuan Dewan Pembina Pusat, Dewan Pengurus Pusat dapat membentuk organ/badan otonom sesuai kebutuhan organisasi. Pasal 17 Amanah dan Fungsi Dewan Pembina Pusat 1. Dewan Pembina Pusat terdiri dari oleh seorang ketua dan minimal 4 (empat) orang Anggota, merupakan organ pengemban sebagian amanah Majelis Aladenganfungsi sebagai berikut: a) Organ Pengawas organisasi dalam menjalankan keputusan Majelis Ala b) Organ Pengawas pelaksanaan Ajaran Islam dalam kehidupan organisasi c) Organ Arbitrase internal organisasi tingkat tinggi d) Organ Pemutus Kebijakan strategis organisasi e) Organ Pembuat Fatwa 2. Dewan Pembina Pusat memiliki amanah untuk: a) Melaksanakan putusan Majelis Ala. b) Melaksanakan putusan Musyawarah Nasional. c) Melaksanakan putusan Musyawarah Kerja Nasional dan Musyawarah Koordinasi Nasional. d) Menyusun personalia Dewan Pimpinan Pusat bersama Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, dan Bendahara Umum terpilih. e) Melantik, Mengawasi dan mengevaluasi kinerja Majelis Fiqh Tasyri Wal-Ibadah Pusat, Dewan Pakar Pusat dan Dewan Pengurus Pusat. f) Mengadili dan memutuskan sengketa atau konflik atas suatu perkara. g) Mengoreksi kebijakan Dewan Pengurus Pusat yang dinilai bertentangan dengan Syariat Islam dan/atau asas pokok perjuangan. h) Menerima pemberhentian jajaran fungsionaris pusat. i) Memproduk putusan organisasi dalam bentuk fatwa dan Keputusan sesuai fungsi dan kewenangan yang dimilikinya. Pasal 18 Putusan Dewan Pembina Pusat 1. Putusan Dewan Pembina Pusat dianggap sah, jika dilaksanakan melalui musyawarah dengan ketentuan: a) Musyawarah dipimpin oleh Ketua Dewan Pembina Pusat atau oleh Anggota Dewan Pembina Pusat yang ditunjuk untuk memimpin Musyawarah. b) Musyawarah dihadiri oleh minimal setengah dari jumlah total Anggota. c) Pengambilan keputusan dilakukan secara mufakat dan atau aklamasi/ijma. d) Jika pengambilan keputusan mufakat tidak tercapai, maka dilakukan voting (pemungutan suara). e) Jika hasil pemungutan suara tidak diperoleh jumlah suara yang sama, maka pemungutan suara diulang lagi. f) Jika hasil pemungutan suara untuk yang kedua kalinya, tetap menghasilkan jumlah suara yang sama, maka putusan yang ditetapkan adalah putusan dimana pihak Ketua Dewan Pembina Pusat atau pihak lain yang ditunjuk berada. 2. Putusan Dewan Pembina Pusat mengikat bagi seluruh Anggota dan struktur organisasi di bawahnya dan tetap berlaku sebelum dicabut oleh putusan yang lainnya. Pasal 19 Tugas dan Persyaratan Anggota Dewan Pembina Pusat 1. Setiap Anggota Dewan Pembina Pusat memiliki tugas dan kewajiban antara lain: a) Melaksanakan putusan Musyawarah Dewan Pembina dan Majelis Ala. b) Hadir dan terlibat dalam musyawarah untuk pengambilan keputusan Dewan Pembina Pusat. c) Melayani konsultasi dan pengaduan fungsionaris dan anggota. 14

d) Memberikan tawhiyah (nasehat) dan kritik serta pencerahan bagi organisasi. e) Memberikan keteladanan amal, moral, dan spiritual. f) Mengayomi dan menengahi berbagai perbedaan dan potensi konflik organisasi. g) Berhak memanggil dan bertanya atas suatu kebijakan Dewan Pengurus Pusat. 2. Yang berhak dicalonkan dan dipilih menjadi Anggota Dewan Pembina Pusat adalah Anggota Majelis Ala terpilih, dengan kriteria: a) Telah menjadi Anggota Utama selama minimal 10 (sepuluh tahun). b) Taat terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, peraturan dan kebijakan organisasi. c) Mampu secara jasmani dan ruhani menunaikan kewajiban sebagai Anggota Dewan Pembina. d) Tidak pernah mendapatkan sanksi organisasi dalam kurun 2 (dua) tahun terakhir yang mengakibatkan dicabut hak dipilihnya. e) Memiliki wawasan yang luas dalam berbagai bidang terutama syari, siyasah, dan keorganisasian. f) Berpengalaman menjadi fungsionaris Dewan Pimpinan Pusat. 3. Dalam menjalankan amanahnya, Dewan Pembina Pusat dibantu oleh Majelis Fiqh Tasyri WalIbadah Pusat, Dewan Pakar Pusat, dan Dewan Pengurus Pusat. 4. Hal-hal lain yang berkenaan dengan Dewan Pembina Pusat akan diatur dalam ketentuan organisasi lainnya yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat. Pasal 20 Amanah dan Persyaratan Anggota Majelis Fiqh Tasyri Wal-Ibadah Pusat Majelis Fiqh Tasyri Wal-Ibadah Pusat merupakan organ sub-ordinat Dewan Pembina Pusat yang terdiri dari seorang ketua dan minimalnya 2 (dua) orang anggota, yang memiliki fungsi konsultatif dan rekomendatif, dengan amanah sebagai berikut: a) Melaksanakan segala putusan musyawarah di tingkat nasional. b) Merumuskan dan menyusun Panduan Pembinaan Amaliyah Islam untuk Anggota. c) Melakukan Pembinaan kepada Anggota Majelis Fiqh Tasyri Wal-Ibadah Wilayah. d) Melakukan kajian dan Penelitian mendalam atas suatu sengketa/perkara/pengaduan. e) Melayani konsultasi dan bimbingan keagamaan. f) Memberikan pertimbangan syari atas kebijakan Dewan Pimpinan Pusat, g) Berkoordinasi dengan perangkat organisasi tingkat pusat lainnya. Setiap Anggota Majelis Fiqh Tasyri Wal-Ibadah Pusat memiliki tugas dan kewajiban antara lain: a) Membantu pelaksanaan tugas Anggota Dewan Pembina Pusat. b) Mempersiapkan bahan-bahan kajian keagamaan. c) Mensosialisasikan fatwa dan putusan Dewan Pembina Pusat. d) Memberikan keteladanan amal dan moral. e) Terlibat aktif dalam penyusunan rancangan keputusan/ketetapan Dewan Pembina Pusat. Yang berhakdipilih menjadi Anggota Majelis Fiqh Tasyri Wal-Ibadah Pusat adalah Anggota Utama yang memiliki kualifikasi sebagaimana diatur dalam Pasal 9 (Sembilan), dengan kriteria: a) Memiliki integritas kepribadian yang baik b) Memiliki wawasan Islam, khususnya syariat/hukum Islam yang memadai c) Memiliki wawasan sosial-budaya dan kontemporer yang luas Hal-hal lain yang belum diatur berkenaan dengan Majelis Fiqh Tasyri Wal-Ibadah Pusat, akan diatur dalam ketetapan Dewan Pimpinan Pusat.

1.

2.

3.

4.

Pasal 21 Amanah dan Persyaratan Anggota Dewan Pakar Pusat 1. Dewan Pakar Pusatmerupakan organ sub-ordinat Dewan Pembina Pusat yang terdiri dari seorang ketua dan minimalnya 2 (dua) orang anggota, yang memiliki fungsi konsultatif dan rekomendatif, dengan amanah sebagai berikut: a) Melaksanakan segala putusan musyawarah di tingkat nasional. 15

b) Merumuskan dan menyusun bahan kajian strategis organisasi. c) Melakukan Pembinaan kepada Anggota Dewan Pakar Wilayah. d) Melakukan kajian dan Penelitian Ilmiah secara mendalam atas masalah. e) Memberikan pertimbangan ilmiah atas kebijakan Dewan Pimpinan Pusat, f) Berkoordinasi dengan perangkat organisasi tingkat pusat lainnya. 2. Setiap Anggota Dewan Pakar Pusat memiliki tugas dan kewajiban antara lain: a) Membantu pelaksanaan tugas Anggota Dewan Pembina Pusat. b) Mempersiapkan bahan-bahan kajian ilmiah. c) Terlibat aktif dalam penyusunan rancangan keputusan/ketetapan Dewan Pembina Pusat. 3. Yang berhak dipilih menjadi Anggota Dewan Pakar Pusat adalah Anggota Utama atau Anggota Kehotmatan yang memiliki kualifikasi sebagaimana diatur dalam Pasal 9 (Sembilan), dengan kriteria: a) Memiliki integritas kepribadian yang baik b) Memiliki wawasan dan kecakapan akademis yang memadai c) Memiliki pengetahuan keislaman yang baik 4. Hal-hal lain yang belum diatur berkenaan dengan Dewan Pakar Pusat, akan diatur dalam ketetapan Dewan Pimpinan Pusat. Pasal 22 Amanah dan Persyaratan Fungsionaris Dewan Pengurus Pusat 1. Dewan Pengurus Pusat adalah organ eksekutif organisasi yang paling sedikit terdiri dari seorang Ketua Umum, Sekretaris Jendral, dan Bendahara Umum, dengan dibantu beberapa orang Ketua Bidang beserta Anggota Staff Bidang, dengan: a) Amanah dan Tugas Struktural: 1) Melaksanakan Keputusan Majelis Ala, Putusan Dewan Pembina Pusat, Keputusan Musyawarah Kerja Nasional, dan Musyawarah Koordinasi Nasional serta Musyawarah Harian. 2) Mengkoordinasikan seluruh perangkat organisasi di tingkat pusat. 3) Membentuk dan menetapkan struktur organisasi di bawahnya. 4) Melakukan pengawasan dan pembinaan struktur organisasi di bawahnya. 5) Menyampaikan laporan berkala kepada Majelis Ala dan Dewan Pembina Pusat. 6) Menetapkan dan mengesahkan segala produk kebijakan struktur organisasi di bawahnya. 7) Atas persetujuan Dewan Pembina Pusat melakukan pembekuan struktur organisasi di bawahnya. b) Amanah dan Tugas Konseptual: 1) Menyusun dan mengkompilasi rancangan kebijakan organisasi di tingkat pusat. 2) Menyusun rancangan program dan anggaran perangkat organisasi di tingkat pusat. 3) Menyusun dan menetapkan produk konseptual untuk keperluan bidang-bidang tugas dan struktur organisasi di bawahnya. c) Tugas Operasional: 1) Mendokumentasikan dan mensosialisasikan berbagai keputusan organisasi sesuai kepentingannya. 2) Menerima dan mengelola sumber-sumber keuangan organisasi. 3) Menyelenggarakan kaderisasi. 4) Bertanggungjawab dalam hubungan eksternal organisasi. 5) Menyelenggarakan Musyawarah Kerja Nasional, Musyawarah Koordinasi Nasional, dan Musyawarah Harian. 6) Memfasilitasi penyelenggaraan Musyawarah Nasional. 7) Memfasilitasi penyelenggaraan Musyawarah Dewan Pembina Pusat, 8) Memfasilitasi penyelenggaraan Musyawarah Majelis Ala. 9) Mengatasnamakan organisasi dalam forum eksternal organisasi. 2. Yang berhakdipilih menjadi Fungsionaris Dewan Pengurus Pusat adalah Anggota Utama yang memiliki kualifikasi sebagaimana diatur dalam Pasal 9 (sembilan), dengan kriteria: 16

a) Memiliki integritas kepribadian yang baik b) Memiliki wawasan dan kecakapan akademis yang memadai c) Memiliki pengetahuan keislaman yang baik 3. Syarat khusus untuk dipilih dan ditetapkan sebagai Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, dan Bendahara Umum antara lain: a) Telah menjadi Anggota Utama selama minimal 10 (sepuluh tahun). b) Taat terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, peraturan dan kebijakan organisasi. c) Mampu secara jasmani dan ruhani menunaikan kewajiban sebagai Ketua Umum/Sekretaris Jenderal/Bendahara Umum. d) Tidak pernah mendapatkan sanksi organisasi dalam kurun 2 (dua) tahun terakhir yang mengakibatkan dicabut hak dipilihnya. e) Memiliki wawasan yang luas dalam berbagai bidang terutama sosial-politik, managemen, dan keorganisasian. f) Berjiwa kepemimpinan. g) Berpengalaman menjadi fungsionaris Dewan Pimpinan Pusat/Wilayah. 4. Hal-hal lain yang belum diatur berkenaan dengan Dewan Pengurus Pusat, akan diatur dalam ketetapan Dewan Pimpinan Pusat.

BAB V STRUKTUR DEWAN PIMPINAN WILAYAH Pasal 23 Perangkat Organisasi Dewan Pimpinan Wilayah Dewan Pimpinan Wilayah terdiri dari organ Dewan Pembina Wilayah, Majelis Fiqh Tasyri WalIbadah Wilayah, Dewan Pakar Wilayah, dan Dewan Pengurus Wilayah. Struktur Dewan Pimpinan Wilayah dapat ditetapkan dan disahkan oleh Dewan Pimpinan Pusatdengan persyaratan telah terbentuk minimal 3 (tiga) Dewan Pimpinan Daerah. Dewan Pembina Wilayah terdiri dari seorang Ketua dan beberapa orang anggota. Dewan Pakar Wilayah terdiri dari seorang Ketua dan beberapa orang anggota. Dewan Pengurus Wilayah terdiri dari seorang Ketua, Sekretaris, Bendahara, beberapa orang Ketua Bidang, dan beberapa staff Bidang.

1. 2. 3. 4. 5.

Pasal 24 Amanah dan Fungsi Dewan Pembina Wilayah 1. Dewan Pembina Wilayah terdiri dari oleh seorang Mursyid Am/Ketua dan minimal 4 (empat) orang Anggota, yang merupakan organ pengemban amanah dan fungsi sebagai berikut: a) Organ Pengawas organisasi dalam menjalankan keputusan organisasi. b) Organ Pengawas pelaksanaan Ajaran Islam dalam kehidupan organisasi c) Organ Arbitrase internal organisasi tingkat wilayah d) Organ Pemutus Kebijakan strategis di tingkat wilayah e) Organ Pembuat Fatwa di tingkat wilayah 2. Dewan Pembina Wilayah memiliki amanah untuk: a) Melaksanakan putusan Dewan Pembina Pusat. b) Melaksanakan putusan Musyawarah di Tingkat Nasional. c) Melaksanakan putusan Musyawarah Kerja Wilayah dan Musyawarah Koordinasi Wilayah. d) Mengawasi dan mengevaluasi kinerja Majelis Fiqh Tasyri Wal-Ibadah Wilayah, Dewan Pakar Wilayah dan Dewan Pengurus Wilayah. e) Mengadili dan memutuskan sengketa atau konflik atas suatu perkara di tingkatan wilayah. f) Mengoreksi kebijakan Dewan Pengurus Wilayah yang dinilai bertentangan dengan Syariat Islam dan/atau asas pokok perjuangan. g) Menerima pemberhentian jajaranFungsionaris Wilayah. h) Mengkaji dan mensosialisasikan putusan Dewan Pembina Pusat. 17

Pasal25 Putusan Dewan Pembina Wilayah 1. Putusan Dewan Pembina Pusat dianggap sah, jika dilaksanakan melalui Musyawarah dengan ketentuan: a) Musyawarah dipimpin oleh Ketua Dewan Pembina Wilayah atau oleh Anggota Dewan Pembina Wilayah yang diberi surat kuasa untuk memimpin Musyawarah. b) Musyawarah dihadiri minimal oleh setengah dari jumlah total Anggota. c) Pengambilan keputusan dilakukan secara mufakat dan atau aklamasi/ijma. d) Jika pengambilan keputusan mufakat tidak tercapai, maka dilakukan voting (pemungutan suara). e) Jika hasil pemungutan suara tidak diperoleh jumlah suara yang sama, maka pemungutan suara diulang lagi. f) Jika hasil pemungutan suara untuk yang kedua kalinya, tetap menghasilkan jumlah suara yang sama, maka putusan yang ditetapkan adalah putusan dimana pihak Ketua Dewan Pembina Wilayah berada. 2. Putusan Dewan Pembina Wilayah mengikat bagi seluruh Anggota dan struktur organisasi di bawahnya dan tetap berlaku sebelum dicabut oleh putusan yang lainnya. Pasal 26 Tugas dan Persyaratan Anggota Dewan Pembina Wilayah Setiap Anggota Dewan Pembina Wilayah memiliki tugas dan kewajiban antara lain: a) Melaksanakan putusan Musyawarah Dewan Pembina Wilayah. b) Hadir dan terlibat dalam musyawarah untuk pengambilan keputusan Dewan Pembina Wilayah. c) Melayani konsultasi dan pengaduan fungsionaris dan anggota. d) Memberikan tawshiyah (nasehat) dan kritik serta pencerahan bagi organisasi. e) Memberikan keteladanan amal, moral, dan spiritual. f) Mengayomi dan menengahi berbagai perbedaan dan potensi konflik organisasi. g) Berhak memanggil dan bertanya atas suatu kebijakan Dewan Pengurus Wilayah. Yang berhak dicalonkan dan dipilih menjadi Anggota Dewan Pembina Wilayah adalah sekurangkurangnya Anggota Madya atau Anggota Kehormatan, dengan kriteria: a) Taat terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, peraturan dan kebijakan organisasi. b) Mampu secara jasmani dan ruhani menunaikan kewajiban sebagai Anggota Dewan Pembina. c) Tidak pernah mendapatkan sanksi organisasi dalam kurun 2 (dua) tahun terakhir yang mengakibatkan dicabut hak dipilihnya. d) Memiliki wawasan yang luas dalam berbagai bidang terutama syari, siyasah, dan keorganisasian. e) Berpengalaman menjadi fungsionaris organisasi di bawahnya. Dalam menjalankan amanahnya, Dewan Pembina Wilayah dibantu oleh Majelis Fiqh Tasyri WalIbadah Wilayah, Dewan Pakar Wilayah, dan Dewan Pengurus Wilayah. Hal-hal lain yang berkenaan dengan Dewan Pembina Wilayah, akan diatur dalam ketentuan organisasi lainnya yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

1.

2.

3. 4.

Pasal 27 Amanah dan Persyaratan Anggota Majelis Fiqh Tasyri Wal-Ibadah Wilayah 1. Majelis Fiqh Tasyri Wal-Ibadah Wilayah merupakan organ sub-ordinat Dewan Pembina Wilayah yangterdiri dari seorang ketua dan minimalnya 2 (dua) orang anggota, yang memiliki fungsi konsultatif dan rekomendatif, dengan amanah sebagai berikut: a) Melaksanakan segala putusan musyawarah di tingkat nasional dan wilayah. b) Merumuskan dan menyusun Panduan Pembinaan Amaliyah Islam untuk Anggota. c) Melakukan Pembinaan kepada Anggota Majelis Fiqh Tasyri Wal-Ibadah Wilayah. 18

d) Melakukan kajian dan Penelitian mendalam atas suatu sengketa/perkara/pengaduan. e) Melayani konsultasi dan bimbingan keagamaan. f) Memberikan pertimbangan syari atas kebijakan Dewan Pimpinan Pusat, g) Berkoordinasi dengan perangkat organisasi tingkat pusat lainnya. 2. Setiap Anggota Majelis Fiqh Tasyri Wal-Ibadah Wilayah memiliki tugas dan kewajiban antara lain: a) Membantu pelaksanaan tugas Anggota Dewan Pembina Wilayah. b) Mempersiapkan bahan-bahan kajian keagamaan. c) Mensosialisasikan fatwa dan putusan Dewan Pembina Pusat maupun Wilayah. d) Memberikan keteladanan amal dan moral. e) Terlibat aktif dalam penyusunan rancangan keputusan/ketetapan Dewan Pembina Wilayah. 3. Yang berhak dipilih menjadi Anggota Majelis Fiqh Tasyri Wal-Ibadah Wilayah adalah sekurangkurangnya Anggota Madya atau Anggota Kehormatan yang memiliki kualifikasi sebagaimana diatur dalam Pasal 9 (Sembilan), dengan kriteria: a) Memiliki integritas kepribadian yang baik b) Memiliki wawasan Islam, khususnya syariat/hukum Islam yang memadai c) Memiliki pengetahuan sosial dan kontemporer yang baik 4. Hal-hal lain yang belum diatur berkenaan dengan Majelis Fiqh Tasyri Wal-Ibadah Wilayah, akan diatur dalam ketetapan Dewan Pimpinan Pusat. Pasal 28 Amanah dan Persyaratan Anggota DewanPakar Wilayah Dewan Pakar Wilayah merupakan organ sub-ordinat Dewan Pembina Wilayah yangterdiri dari seorang ketua dan minimalnya 2 (dua) orang anggota, yang memiliki fungsi konsultatif dan rekomendatif, dengan amanah sebagai berikut: a) Melaksanakan segala putusan musyawarah di tingkat nasional dan wilayah. b) Merumuskan dan menyusun bahan kajian strategis organisasi. c) Melakukan Pembinaan kepada Anggota Dewan Pakar Wilayah. d) Melakukan kajian dan Penelitian Ilmiah mendalam atas masalah. e) Memberikan pertimbangan ilmiah atas kebijakan Dewan Pimpinan Wilayah, f) Berkoordinasi dengan perangkat organisasi tingkat wilayah lainnya. Setiap Anggota Dewan Pakar Wilayah memiliki tugas dan kewajiban antara lain: a) Membantu pelaksanaan tugas Anggota Dewan Pembina Wilayah. b) Mempersiapkan bahan-bahan kajian ilmiah. c) Terlibat aktif dalam penyusunan rancangan keputusan/ketetapan Dewan Pembina Wilayah. Yang berhak dipilih menjadi Anggota Dewan Pakar Wilayah adalah sekurang-kurangnyaAnggota Madya dan Anggota Kehormatan yang memiliki kualifikasi sebagaimana diatur dalam Pasal 9 (Sembilan), dengan kriteria: a) Memiliki integritas kepribadian yang baik b) Memiliki wawasan dan kecakapan akademis yang memadai c) Memiliki pengetahuan keislaman yang baik Hal-hal lain yang belum diatur berkenaan dengan Dewan Pakar Wilayah, akan diatur dalam ketetapan Dewan Pimpinan Pusat.

1.

2.

3.

4.

Pasal 29 Amanah dan Persyaratan Fungsionaris Dewan Pengurus Wilayah 1. Dewan Pengurus Wilayah adalah organ eksekutif organisasi yang paling sedikit terdiri dari seorang Ketua, Sekretaris, dan Bendahara, dengan dibantu beberapa orang Ketua Bidang dan Anggota Staff Bidang, dengan: a) Amanah dan Tugas Struktural: 1) Melaksanakan Putusan Majelis Ala, Putusan Dewan Pimpinan Pusat, Keputusan Musyawarah Kerja Wilayah, dan Musyawarah Koordinasi Wilayah serta Musyawarah Harian Wilayah. 19

Mengkoordinasikan seluruh perangkat organisasi di tingkat wilayah. Membentuk dan menetapkan struktur organisasi di bawahnya. Melakukan pengawasan dan pembinaan struktur organisasi di bawahnya. Menyampaikan laporan berkala kepada Dewan Pembina Wilayah dan Dewan Pimpinan Pusat. 6) Menetapkan dan mengesahkan segala produk kebijakan struktur organisasi di bawahnya. 7) Atas persetujuan Dewan Pimpinan Pusat melakukan pembekuan struktur organisasi di bawahnya. b) Amanah dan Tugas Konseptual: 1) Menyusun dan mengkompilasi rancangan kebijakan organisasi di tingkat wilayah. 2) Menyusun rancangan program dan anggaran perangkat organisasi di tingkat wilayah. 3) Menyusun dan menetapkan produk konseptual untuk keperluan bidang-bidang tugas dan struktur organisasi di bawahnya. c) Tugas Operasional: 1) Mendokumentasikan dan mensosialisasikan berbagai keputusan organisasi sesuai kepentingannya. 2) Menerima dan mengelola sumber-sumber keuangan organisasi. 3) Menyelenggarakan kaderisasi. 4) Bertanggungjawab dalam hubungan eksternal organisasi. 5) Menyelenggarakan Musyawarah KerjaWilayah, Musyawarah Koordinasi Wilayah, dan Musyawarah Harian Wilayah. 6) Memfasilitasi penyelenggaraan Musyawarah Dewan Pembina Wilayah, 7) Mengatasnamakan organisasi dalam forum eksternal organisasi di tingkatannya. 2. Yang berhak dipilih menjadi Fungsionaris Dewan Pengurus Wilayah adalah sekurang-kurangnya Anggota Madya atau Anggota Kehormatan yang memiliki kualifikasi sebagaimana diatur dalam Pasal 9 (sembilan), dengan kriteria: a) Memiliki integritas kepribadian yang baik b) Memiliki potensi kepemimpinan c) Memiliki wawasan yang luas d) Memiliki pengetahuan keislaman yang baik 3. Syarat khusus untuk dipilih dan ditetapkan sebagai Ketua, Sekretaris, dan Bendahara adalah Anggota Madya dengan: a) Taat terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, peraturan dan kebijakan organisasi. b) Mampu secara jasmani dan ruhani menunaikan kewajiban sebagai Ketua/Sekretaris /Bendahara. c) Tidak pernah mendapatkan sanksi organisasi dalam kurun 2 (dua) tahun terakhir yang mengakibatkan dicabut hak dipilihnya. d) Memiliki wawasan yang luas dalam berbagai bidang terutama sosial-politik, managemen, dan keorganisasian. e) Berjiwa kepemimpinan. f) Berpengalaman menjadi fungsionaris di tingkat pusat/wilayah/daerah. 4. Hal-hal lain yang belum diatur berkenaan dengan Dewan Pengurus Wilayah, akan diatur dalam ketetapan Dewan Pimpinan Pusat.

2) 3) 4) 5)

BAB VI STRUKTUR DEWAN PIMPINAN DAERAH Pasal 30 Perangkat Organisasi Dewan Pimpinan Daerah 1. Dewan Pimpinan Daerah terdiri dari organ Dewan Pembina Daerah, Majelis Fiqh Tasyri WalIbadah Daerah, Dewan PakarDaerah, dan Dewan PengurusDaerah. 2. Dewan Pembina Daerah terdiri dari seorang Ketua dan beberapa orang anggota. 20

3. Dewan Pakar Daerah terdiri dari seorang Ketua dan beberapa orang anggota. 4. Dewan PengurusDaerah terdiri dari seorang Ketua, Sekretaris, beberapa orang Ketua Bidang, dan beberapa Anggota staff Bidang. Pasal 31 Amanah dan Fungsi Dewan Pembina Daerah 1. Dewan Pembina Daerah terdiri dari oleh seorang ketua dan minimal 2 (dua) orang Anggota, yang merupakan organ pengemban amanah dan fungsi sebagai berikut: a) Organ Pengawas organisasi dalam menjalankan keputusan organisasi. b) Organ Pengawas pelaksanaan Ajaran Islam dalam kehidupan organisasi c) Organ Arbitrase internal organisasi tingkat Daerah d) Organ Pemutus Kebijakan strategis di tingkat Daerah e) Organ Pembuat Fatwa di tingkat Daerah 2. Dewan Pembina Daerah memiliki amanah untuk: a) Melaksanakan putusan Dewan Pembina Pusat dan Wilayah. b) Melaksanakan putusan Musyawarah di Tingkat Daerah. c) Melaksanakan putusan Musyawarah Kerja Daerah dan Musyawarah Koordinasi Daerah. d) Mengawasi dan mengevaluasi kinerja Majelis Fiqh Tasyri Wal-Ibadah Daerah, Dewan Pakar Daerah dan Dewan Pengurus Daerah. e) Mengadili dan memutuskan sengketa atau konflik atas suatu perkara di tingkatan Daerah. f) Mengoreksi kebijakan Dewan Pengurus Daerah yang dinilai bertentangan dengan Syariat Islam dan/atau asas pokok perjuangan. g) Menerima pemberhentian jajaran Fungsionaris Daerah. h) Mengkaji dan mensosialisasikan putusan Dewan Pembina Wilayah dan Pusat. Pasal 32 Putusan Dewan Pembina Daerah 1. Putusan Dewan Pembina Daerah dianggap sah, jika dilaksanakan melalui Musyawarah dengan ketentuan: a) Musyawarah dipimpin oleh Ketua Dewan Pembina Daerah atau oleh Anggota Dewan Pembina Daerah yang diberi surat kuasa untuk memimpin Musyawarah. b) Musyawarah dihadiri minimal oleh setengah dari jumlah total Anggota. c) Pengambilan keputusan dilakukan secara mufakat dan atau aklamasi/ijma. d) Jika pengambilan keputusan mufakat tidak tercapai, maka dilakukan voting (pemungutan suara). e) Jika hasil pemungutan suara tidak diperoleh jumlah suara yang sama, maka pemungutan suara diulang lagi. f) Jika hasil pemungutan suara untuk yang kedua kalinya, tetap menghasilkan jumlah suara yang sama, maka putusan yang ditetapkan adalah putusan dimana pihak Ketua Dewan Pembina Daerah berada. 2. Putusan Dewan Pembina Daerah mengikat bagi seluruh Anggota dan struktur organisasi di bawahnya dan tetap berlaku sebelum dicabut oleh putusan yang lainnya. Pasal 33 Tugas dan Persyaratan Anggota Dewan Pembina Daerah 1. Setiap Anggota Dewan Pembina Daerah memiliki tugas dan kewajiban antara lain: a) Melaksanakan putusan Musyawarah Dewan Pembina Daerah. b) Hadir dan terlibat dalam musyawarah untuk pengambilan keputusan Dewan Pembina Daerah. c) Melayani konsultasi dan pengaduan fungsionaris dan anggota. d) Memberikan tawhiyah (nasehat) dan kritik serta pencerahan bagi organisasi. e) Memberikan keteladanan amal, moral, dan spiritual. f) Mengayomi dan menengahi berbagai perbedaan dan potensi konflik organisasi. g) Berhak memanggil dan bertanya atas suatu kebijakan Dewan Pengurus Daerah. 21

2. Yang berhak dicalonkan dan dipilih menjadi Anggota Dewan Pembina Daerah adalah sekurangkurangnya Anggota Pratama atau Anggota Kehormatan, dengan kriteria: a) Taat terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, peraturan dan kebijakan organisasi. b) Mampu secara jasmani dan ruhani menunaikan kewajiban sebagai Anggota Dewan Pembina. c) Tidak pernah mendapatkan sanksi organisasi dalam kurun 1 (satu) tahun terakhir yang mengakibatkan dicabut hak dipilihnya. d) Memiliki wawasan yang luas dalam berbagai bidang terutama syari, siyasah, dan keorganisasian. e) Berpengalaman menjadi fungsionaris organisasi di tingkat Daerah/Komisariat. 3. Dalam menjalankan amanahnya, Dewan Pembina Daerah dibantu oleh Majelis Fiqh Tasyri WalIbadahDaerah, Dewan Pakar Daerah, dan Dewan Pengurus Daerah. 4. Hal-hal lain yang berkenaan dengan Dewan Pembina Daerah, akan diatur dalam ketentuan organisasi lainnya yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat. Pasal 34 Amanah dan Persyaratan Anggota Majelis Fiqh Tasyri Wal-Ibadah Daerah Majelis Fiqh Tasyri Wal-Ibadah Daerah merupakan organ sub-ordinat Dewan Pembina Daerah terdiri dari seorang ketua dan minimalnya 2 (dua) orang anggota, yangmemiliki fungsi konsultatif dan rekomendatif, dengan amanah sebagai berikut: a) Melaksanakan segala putusan musyawarah di tingkat nasional, wilayah dan di tingkatananya. b) Merumuskan dan menyusun Panduan Pembinaan Amaliyah Islam untuk Anggota. c) Melakukan Pembinaan Keagamaan kepada Fungsionaris Komisariat dan Ranting. d) Melakukan kajian dan Penelitian mendalam atas suatu sengketa/perkara/pengaduan. e) Melayani konsultasi dan bimbingan keagamaan. f) Memberikan pertimbangan syari atas kebijakan Dewan Pimpinan Daerah, g) Berkoordinasi dengan perangkat organisasi tingkat Daerah lainnya. Setiap Anggota Majelis Fiqh Tasyri Wal-IbadahDaerah memiliki tugas dan kewajiban antara lain: a) Membantu pelaksanaan tugas Anggota Dewan Pembina Daerah. b) Mempersiapkan bahan-bahan kajian keagamaan. c) Mensosialisasikan fatwa dan putusan Dewan Pembina Pusat/Wilayah maupun Daerah. d) Memberikan keteladanan amal dan moral. e) Terlibat aktif dalam penyusunan rancangan keputusan/ketetapan Dewan Pembina Daerah. Yang berhak dipilih menjadi Anggota Majelis Fiqh Tasyri Wal-IbadahDaerah adalah sekurangkurangnya Anggota Pratama atau Anggota Kehormatan yang memiliki kualifikasi sebagaimana diatur dalam Pasal 9 (Sembilan), dengan kriteria: a) Memiliki integritas kepribadian yang baik b) Memiliki wawasan Islam, khususnya syariat/hukum Islam yang memadai c) Memiliki pengetahuan sosial dan kontemporer yang baik Hal-hal lain yang belum diatur berkenaan dengan Majelis Fiqh Tasyri Wal-Ibadah Daerah, akan diatur dalam ketetapan Dewan Pimpinan Pusat.

1.

2.

3.

4.

Pasal 35 Amanah dan Persyaratan Anggota DewanPakar Daerah 1. Dewan Pakar Daerahmerupakan organ sub-ordinat Dewan Pembina Daerah yang terdiri dari seorang ketua dan minimalnya 2 (dua) orang anggota, yang memiliki fungsi konsultatif dan rekomendatif, dengan amanah sebagai berikut: a) Melaksanakan segala putusan musyawarah di tingkat nasional, wilayah, dan tingkatannya. b) Merumuskan dan menyusun bahan kajian strategis organisasi. c) Melakukan Pembinaan kepada Anggota Dewan Pakar Daerah. d) Melakukan kajian dan Penelitian Ilmiah mendalam atas masalah. 22

e) Memberikan pertimbangan ilmiah atas kebijakan Dewan Pimpinan Daerah. f) Berkoordinasi dengan perangkat organisasi tingkat daerah lainnya. 2. Setiap Anggota Dewan Pakar Daerah memiliki tugas dan kewajiban antara lain: a) Membantu pelaksanaan tugas Anggota Dewan Pembina Daerah. b) Mempersiapkan bahan-bahan kajian ilmiah. c) Terlibat aktif dalam penyusunan rancangan keputusan/ketetapan Dewan Pembina Daerah. 3. Yang berhak dipilih menjadi Anggota Dewan Pakar Daerah adalah sekurang-kurangnya Anggota Pratamaatau Anggota Kehormatan yang memiliki kualifikasi sebagaimana diatur dalam Pasal 9 (Sembilan), dengan kriteria: a) Memiliki integritas kepribadian yang baik b) Memiliki wawasan dan kecakapan akademis yang memadai c) Memiliki pengetahuan keislaman yang baik 4. Hal-hal lain yang belum diatur berkenaan dengan Dewan Pakar Daerah, akan diatur dalam ketetapan Dewan Pimpinan Pusat. Pasal 36 Amanah dan Persyaratan Fungsionaris Dewan Pengurus Daerah 1. Dewan Pengurus Daerah adalah organ eksekutif organisasi yang paling sedikit terdiri dari seorang Ketua, Sekretaris, dan Bendahara, dengan dibantu beberapa orang Ketua Bidang dan Anggota Staff Bidang, dengan: a) Amanah dan Tugas Struktural: 1) Melaksanakan PutusanMajelis Ala, Putusan Dewan Pimpinan Pusat, Keputusan Musyawarah Kerja Wilayah, dan Musyawarah Koordinasi Wilayah serta Putusan Musyawarah di tingkatannya. 2) Mengkoordinasikan seluruh perangkat organisasi di tingkat daerah. 3) Membentuk dan menetapkan struktur organisasi di bawahnya. 4) Melakukan pengawasan dan pembinaan struktur organisasi di bawahnya. 5) Menyampaikan laporan berkala kepada Dewan Pembina Daerah dan Dewan Pimpinan Wilayah, dengan tembusan ke Dewan Pimpinan Pusat. 6) Menetapkan dan mengesahkan segala produk kebijakan struktur organisasi di bawahnya. 7) Atas persetujuan Dewan PembinaDaerah melakukan pembekuan struktur organisasi di bawahnya. b) Amanah dan Tugas Konseptual: 1) Menyusun dan mengkompilasi rancangan kebijakan organisasi di tingkat daerah. 2) Menyusun rancangan program dan anggaran perangkat organisasi di tingkat daerah. 3) Menyusun dan menetapkan produk konseptual untuk keperluan bidang-bidang tugas dan struktur organisasi di bawahnya. c) Tugas Operasional: 1) Mendokumentasikan dan mensosialisasikan berbagai keputusan organisasi sesuai kepentingannya. 2) Menerima dan mengelola sumber-sumber keuangan organisasi. 3) Menyelenggarakan kaderisasi. 4) Bertanggungjawab dalam hubungan eksternal organisasi. 5) Menyelenggarakan Musyawarah Kerja Daerah, Musyawarah KoordinasiDaerah, dan Musyawarah Harian. 6) Memfasilitasi penyelenggaraan Musyawarah Dewan Pembina Daerah, 7) Mengatasnamakan organisasi dalam forum eksternal organisasi ditingkatannya. 2. Yang berhak dipilih menjadi Fungsionaris Dewan Pengurus Daerah adalah sekurang-kurangnya Anggota Pratamaatau Anggota Kehormatan yang memiliki kualifikasi sebagaimana diatur dalam Pasal 9 (sembilan), dengan kriteria: a) Memiliki integritas kepribadian yang baik b) Memiliki potensi kepemimpinan c) Memiliki wawasan yang luas 23

d) Memiliki pengetahuan keislaman yang baik 3. Syarat khusus untuk dipilih dan ditetapkan sebagai Ketua, Sekretaris, dan Bendahara adalah sekurang-kurang Anggota Pratama kriteria: a) Taat terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, peraturan dan kebijakan organisasi. b) Mampu secara jasmani dan ruhani menunaikan kewajiban sebagai Ketua /Sekretaris /Bendahara. c) Tidak pernah mendapatkan sanksi organisasi dalam kurun 2 (dua) tahun terakhir yang mengakibatkan dicabut hak dipilihnya. d) Memiliki wawasan yang luas dalam berbagai bidang terutama sosial-politik, managemen, dan keorganisasian. e) Berjiwa kepemimpinan. f) Berpengalaman menjadi fungsionaris di tingkat daerah/komisariat. 4. Hal-hal lain yang belum diatur berkenaan dengan Dewan Pengurus Daerah, akan diatur dalam ketetapan Dewan Pimpinan Pusat.

BAB VI STRUKTUR PENGURUS KOMISARIAT Pasal 37 Struktur Organisasi Pengurus Komisariat Pengurus Komisariat adalah organ di bawah Dewan Pimpinan Daerah yang paling kurang terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan beberapa orang Anggota Staff, yang bertugas mengelola ranting di bawahnya. Struktur Pengurus Komisariat dapat ditetapkan dan disahkan oleh Dewan Pimpinan Daerah dengan persyaratan telah terbentuk minimal 3 (tiga) Pengurus Ranting. Pengurus Komisariat dibentuk oleh Dewan Pimpinan Daerah atas asas kesamaan teritorial/domisilisetingkat kecamatan dan/atau asas kesamaan fungsional dalam lingkungan aktivitas tertentu. Hal-hal lain yang belum diatur berkenaan dengan Pengurus Komisariat, akan diatur dalam ketetapan Dewan Pimpinan Pusat.

1.

2. 3.

4.

Pasal 38 Amanah dan Persyaratan Fungsionaris Pengurus Komisariat 1. Pengurus Komisariat adalah organ eksekutif organisasi di tingkat kecamatan/lingkungan aktivitas tertentu yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Daerah, dengan: a) Amanah dan Tugas Struktural: 1) MelaksanakanPutusan struktur organisasi di atasnya dan Musyawarah Komisariat, dan Musyawarah Koordinasi Komisariat serta Musyawarah Harian. 2) Membentuk dan menetapkan struktur organisasi di bawahnya. 3) Melakukan pengawasan dan pembinaan struktur organisasi di bawahnya. 4) Menyampaikan laporan berkala kepada Dewan Pimpinan Daerah dan ditembuskan ke Dewan Pimpinan Wilayah. 5) Menetapkan dan mengesahkan segala produk kebijakan struktur organisasi di bawahnya. 6) Atas persetujuan Dewan Pimpinan Daerah melakukan pembekuan struktur organisasi ranting. b) Amanah dan Tugas Konseptual: 1) Menyusun rancangan program dan anggaran perangkat organisasi di tingkat pusat. 2) Menyusun dan menetapkan produk konseptual untuk keperluan bidang-bidang tugas dan struktur organisasi ranting. c) Tugas Operasional: 24

1) Mendokumentasikan dan mensosialisasikan berbagai keputusan organisasi sesuai kepentingannya. 2) Menerima dan mengelola sumber-sumber keuangan organisasi. 3) Menyelenggarakan rekruitment calon anggota. 4) Bertanggungjawab dalam hubungan eksternal organisasi. 5) Menyelenggarakan Musyawarah Komisariat, Musyawarah Kerja Komisariat, Musyawarah Koordinasi Komisariat, dan Musyawarah Harian Komisariat. 6) Mengatasnamakan organisasi dalam forum eksternal organisasi di lingkungan terdekatnya. 2. Yang berhak dipilih menjadi Fungsionaris Pengurus Komisariat adalah sekurangkurangnyaAnggota Muda yang memiliki kualifikasi sebagaimana diatur dalam Pasal 9 (sembilan), dengan kriteria: a) Memiliki integritas kepribadian yang baik b) Memiliki wawasan dan kecakapan akademis yang memadai a) Memiliki pengetahuan keislaman yang baik 3. Syarat khusus untuk dipilih dan ditetapkan sebagai Ketua, Sekretaris, dan Bendahara antara lain: a) Taat terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, peraturan dan kebijakan organisasi. b) Mampu secara jasmani dan ruhani menunaikan kewajiban sebagai Ketua/Sekretaris/Bendahara. c) Tidak pernah mendapatkan sanksi organisasi dalam kurun 6 (enam) bulan terakhir yang mengakibatkan dicabut hak dipilihnya. d) Memiliki wawasan managemendan keorganisasian. e) Berjiwa kepemimpinan. 4. Hal-hal lain yang belum diatur berkenaan dengan Pengurus Komisariat, akan diatur dalam ketetapan Dewan Pimpinan Pusat.

BAB VII STRUKTUR PENGURUS RANTING Pasal 39 Struktur Organisasi Pengurus Ranting 1. Pengurus Ranting adalah organ di bawah Dewan Pimpinan Daerah yang paling kurang terdiri dari seorang Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan paling sedikit memimpin 4 (empat)orang anggota. 2. Pengurus Ranting dibentuk oleh Dewan Pimpinan Daerah dan atau Pengurus Komisariat atas asas kesamaan teritorial/domisilisetingkat desa/kelurahan dan/atau asas kesamaan fungsional/professional anggotanya dalam lingkungan aktivitas tertentu, atas dasar permohonan paling sedikit 7 (tujuh) orang Anggota. 3. Hal-hal lain yang belum diatur berkenaan dengan Pengurus Komisariat, akan diatur dalam ketetapan Dewan Pimpinan Pusat. Pasal 40 Amanah dan Persyaratan Fungsionaris Pengurus Ranting 1. Pengurus Ranting adalah organ eksekutif organisasi di tingkat desa/kelurahan/lingkungan aktivitas tertentu yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Daerah , dengan: a) Amanah dan Tugas Struktural: 1) Melaksanakanputusan struktur organisasi di atasnya dan Musyawarah Ranting, Musyawarah Koordinasi Ranting,dan Musyawarah HarianRanting. 2) Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap Anggota. 3) Menyampaikan laporan berkala kepada Pengurus Komisariat dan ditembuskan ke Dewan Pimpinan Daerah. 25

4) Mengajukan usulan pemberhentian Anggota Partisipan ke Pengurus Komisariat, untuk diputukan di tingkat Dewan Pimpinan Daerah. b) Amanah dan Tugas Konseptual: 1) Menyusun rancangan program dan anggaran organisasi di tingkat ranting. 2) Menyusun dan menetapkan produk konseptual untuk keperluan bidang-bidang tugas Anggota c) Tugas Operasional: 1) Mendokumentasikan dan mensosialisasikan berbagai keputusan organisasi sesuai kepentingannya. 2) Menerima dan mengelola sumber-sumber keuangan organisasi. 3) Menyelenggarakan rekruitment calon anggota. 4) Bertanggungjawab dalam hubungan eksternal organisasi. 5) Menyelenggarakan Musyawarah Ranting, Musyawarah Kerja Ranting, Musyawarah Koordinasi Ranting, dan Musyawarah Harian Ranting. 6) Mengatasnamakan organisasi dalam forum eksternal organisasi di lingkungan terdekatnya. 2. Yang berhak dipilih menjadi Fungsionaris Pengurus Ranting adalah paling kurang Anggota Pemula yang memiliki kualifikasi sebagaimana diatur dalam Pasal 9 (sembilan), dengan kriteria: a) Memiliki integritas kepribadian yang baik b) Memiliki wawasan dan kecakapan akademis yang memadai b) Memiliki pengetahuan keislaman yang baik 3. Syarat khusus untuk dipilih dan ditetapkan sebagai Ketua, Sekretaris, dan Bendahara antara lain: a) Taat terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, peraturan dan kebijakan organisasi. b) Mampu secara jasmani dan ruhani menunaikan kewajiban sebagai Ketua/Sekretaris/Bendahara. c) Tidak pernah mendapatkan sanksi organisasi dalam kurun 6 (enam) bulan terakhir yang mengakibatkan dicabut hak dipilihnya. d) Memiliki wawasan managemen dan keorganisasian. e) Berjiwa kepemimpinan. 4. Hal-hal lain yang belum diatur berkenaan dengan Pengurus Ranting, akan diatur dalam ketetapan Dewan Pimpinan Pusat.

BAB VIII PERWAKILAN LUAR NEGERI Pasal 41 Pembentukan Perwakilan Organisasi di Luar Negeri 1. Dewan Pengurus Pusat dapat membentuk struktur organisasi di luar negeri atas permintaan sekurang-kurangnya 7 (tujuh) orang Anggota. 2. Ketentuan tentang perwakilan luar negeri diatur dalam Panduan Dewan Pengurus Pusat.

BAB IX PEMBEKUAN STRUKTUR ORGANISASI Pasal 42 1. Organisasi dapat membekukan struktur organisasi, dan menetapkan Pelaksana Tugas sementara, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat. 2. Struktur organisasi tingkat ranting berhak dibekukan oleh Dewan Pimpinan daerah atas rekomendasi Pengurus Ranting. Pengesahan atas pembekuannya dilakukan oleh Dewan Pimpinan Daerah setempat. 26

3. Struktur organisasi tingkat komisariat berhak dibekukan oleh Dewan Pimpinan Daerah atas rekomendasi Dewan Pengurus Daerah. Pengesahan atas pembekuannya dilakukan oleh Dewan Pimpinan Wilayah. 4. Struktur organisasi tingkat daerah berhak dibekukan oleh Dewan Pimpinan Pusat atas rekomendasi Dewan Pimpinan Wilayah. Pengesahan atas pembekuannya dilakukan oleh Dewan Pembina Pusat. 5. Struktur organisasi tingkat wilayah berhak dibekukan oleh Dewan Pimpinan Pusat atas rekomendasi Dewan Pengurus Pusat. Pengesahan atas pembekuannya dilakukan oleh Dewan Pembina Pusat. 6. Dalam hal belum terbentuk struktur organisasi di tingkat wilayah, maka pembekuan struktur organisasi di tingkat daerah dilakukan oleh Dewan Pimpinan Pusat. 7. Dalam hal belum terbentuk struktur organisasi di tingkat komisariat, maka pembekuan struktur organisasi di tingkat ranting dilakukan oleh Dewan Pimpinan Daerah. 8. Struktur organisasi tingkat pusat berhak dibekukan oleh Majelis Ala, atas rekomendasi 2/3 Anggota Majelis Ala. Pasal 43 Syarat-syarat dan Tatacara Pembekuan 1. Pembekuan dilakukan dengan syarat: a) Struktur organisasi dimaksud menetapkan kebijakan organisasi yang bertentangan tujuan dan manhaj organisasi. b) Struktur organisasi dimaksud menetapkan kebijakan yang bertentangan dengan syariat. c) Struktur organisasi dimaksud melakukan tindakan atas nama organisasi yang mengakibatkankan ternodainya martabat organisasi. d) Struktur organisasi dimaksud tidak menjalankan fungsinya sebagaimana yang telah ditetapkan. 2. Dalam hal telah ditetapkan dan disahkannya pembekuan struktur organisasi pada suatu tingkatan, maka struktur organisasi diatasnya berhak mengambil alih struktur yang dibekukan sampai dilakukan musyawarah yang berwenang berdasarkan anggaran dasar/anggaran rumah tangga menetapkan hal tersebut.

BAB X MUSYAWARAH ORGANISASI Pasal 44 Musyawarah Di Tingkat Nasional 1. Musyawarah Nasional atau disingkat MUNAS merupakan forum pengambilan keputusan organisasi yangdilaksanakan setiap lima 5 (tahun) sekali oleh Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah, dan Dewan Pimpinan Daerah untuk: a) Memilih dan menetapkan Anggota Majelis Ala. b) Merekomedasikanusulan kepada Majelis AlaTerpilih tentang perubahan/perbaikan klausul Anggaran Dasar dan Anggaran rumah Tangga. c) Merekomendasikan usulan kepada Majelis Ala Terpilih tentang Calon Fungsionaris Dewan Pimpinan Pusat. d) Merekomendasikan usulan kepada Majelis Ala Terpilih tentang Kebijakan Dasar dan Rencana Strategis Nasional LMI. 2. Musyawarah Kerja Nasional atau disingkat MUKERNAS,merupakan forum pengambilan keputusan organisasi yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali oleh Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah, dan Dewan Pimpinan Daerah untukmenetapkan Program Kerja Nasional untuk jangka waktu satu tahun. 3. Musyawarah KoordinasiNasional atau disingkat MUKORNAS,merupakan forum pengambilan keputusan organisasi yang dilaksanakan secara temporal oleh Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah, dan Dewan Pimpinan Daerah,sesuai kebutuhan strategis dan atau mendesak organisasi. 27

4. Musyawarah Pleno Dewan Pimpinan Pusat, merupakan forum pengambilan keputusan di tingkat Pusat yang dilaksanakan oleh Dewan Pengurus Pusat, Dewan Pakar Pusat, Majelis Fiqh Tasyri Wal-IbadahPusat, dan Dewan Pembina Pusat untuk menetapkan suatu putusan strategis organisasi di tingkat nasional yang bersifat internal maupun eksternal, dalam bentuk Maklumat dan/atau Peraturan Organisasi. 5. Musyawarah Harian Dewan Pimpinan Pusat, merupakan forum pengambilan keputusan di tingkat pusat yang diinisiasi oleh Dewan Pengurus Wilayah dan berhak dihadiri fungsionaris struktural pusat lainnya, yang dilaksanakan secara rutin, intens, dan berkala untuk mengevaluasi dan menetapkan kebijakan operasional organisasi. 6. Pedoman Musyawarah dimaksud pada ayat 1 (satu), 2 (dua), 3 (tiga), 4 (empat), dan 5 (lima)diatur melalui peraturan tersendiri yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat. Pasal 45 Musyawarah Di Tingkat Wilayah Musyawarah Wilayahatau disingkat MUSWILmerupakan forum pengambilan keputusan organisasi yangdilaksanakan setiap 4 (empat)tahun sekali oleh Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan Daerah dengan supervisi Dewan Pimpinan Pusat untuk: a) Memilih dan menetapkan Ketua Dewan Pembina Wilayah, Ketua Majelis Fiqh Tasyri WalIbadah Wilayah, Ketua Dewan Pakar Wilayah, dan Ketua beserta Sekretaris Dewan Pengurus Wilayah untuk masa bakti berikutnya sebagai Tim Formatur. b) Merekomendasikan usulan kepada Tim Formatur Terpilih tentang Calon Fungsionaris Dewan Pimpinan Wilayah. c) Menetapkan Rencana Strategis Wilayah untuk jangka waktu 4 (empat) tahun. Musyawarah Kerja Wilayah atau disingkat MUKERWILmerupakan forum pengambilan keputusan organisasi yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali olehDewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan Daerah dengan supervisi Dewan PimpinanPusat untukmenetapkan Program Kerja Wilayah untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Musyawarah KoordinasiWilayah atau disingkat MUKORWILmerupakan forum pengambilan keputusan organisasi yang dilaksanakan secara temporal sesuai kebutuhan strategis dan atau mendesak organisasi, yang dilaksanakanoleh Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan Daerah dengan supervisi Dewan Pimpinan Pusat. Musyawarah Pleno Dewan Pimpinan Wilayah, merupakan forum pengambilan keputusan di tingkat Wilayah yang dilaksanakan oleh Dewan Pengurus Wilayah, Dewan Pakar Wilayah, Majelis Fiqh Tasyri Wal-Ibadah Wilayah, dan Dewan Pembina Wilayah untuk menetapkan suatu putusan strategis organisasi di tingkat provinsi yang bersifat internal maupun eksternal. Musyawarah Harian Dewan Pimpinan Wilayah, merupakan forum pengambilan keputusan di tingkat Wilayah yang diinisiasi oleh Dewan Pengurus Wilayah dan berhak dihadiri fungsionaris struktural wilayah lainnya, yang dilaksanakan secara rutin, intens, dan berkala untuk mengevaluasi dan menetapkan kebijakan operasional organisasi. Pedoman Musyawarah dimaksud pada ayat 1 (satu), 2 (dua), 3 (tiga), 4 (empat), dan 5 (lima) diatur melalui peraturan tersendiri yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Pasal 46 Musyawarah di Tingkat Daerah 1. Musyawarah Daerahatau disingkat MUSDAmerupakan forum pengambilan keputusan organisasi yangdilaksanakan setiap 3 (tiga) tahun sekali oleh Dewan Pimpinan Daerah dan Pengurus Komisariat dengan supervisi Dewan Pimpinan Wilayah untuk: a) Memilih dan menetapkan Ketua Dewan Pembina Daerah, Ketua Majelis Fiqh Tasyri WalIbadahDaerah, Ketua Dewan Pakar Daerah, dan Ketua beserta Sekretaris Dewan Pengurus Daerah untuk masa bakti berikutnya sebagai Tim Formatur. b) Merekomendasikan usulan kepada Tim Formatur Terpilih tentang Calon Fungsionaris Dewan Pimpinan Daerah. c) Menetapkan Rencana Strategis Daerah untuk jangka waktu 4 (tiga) tahun. 2. Musyawarah Kerja Daerah atau disingkat MUKERDA merupakan forum pengambilan keputusan organisasi yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali oleh Dewan Pimpinan Daerah dan 28

3.

4.

5.

6.

Pengurus Komisariat dengan supervisi Dewan Pimpinan Wilayah untukmenetapkan Program Kerja Daerah untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Musyawarah KoordinasiDaerah atau disingkat MUKORDA merupakan forum pengambilan keputusan organisasi yang dilaksanakan secara temporal sesuai kebutuhan strategis dan atau mendesak organisasi, yang dilaksanakan oleh Dewan Pimpinan Daerah dan Pengurus Komisariat dengan supervisi Dewan Pimpinan Wilayah. Musyawarah Pleno Dewan Pimpinan Daerah, merupakan forum pengambilan keputusan di tingkat daerah yang dilaksanakan oleh Dewan Pengurus Daerah, Dewan PakarDaerah, Majelis Fiqh Tasyri Wal-Ibadah Daerah, dan Dewan Pembina Daerah untuk menetapkan suatu putusan strategis organisasi di tingkat daerah yang bersifat internal maupun eksternal. Musyawarah Harian Dewan Pimpinan Daerah, merupakan forum pengambilan keputusan di tingkat daerah yang diinisiasi oleh Dewan Pengurus Daerah dan berhak dihadiri fungsionaris struktural daerah lainnya, yang dilaksanakan secara rutin, intens, dan berkala untuk mengevaluasi dan menetapkan kebijakan operasional organisasi. Pedoman Musyawarah dimaksud pada ayat 1 (satu), 2 (dua), 3 (tiga), 4 (empat), dan 5 (lima) diatur melalui peraturan tersendiri yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat. Pasal 47 Musyawarah di Tingkat Komisariat Musyawarah Komisariatatau disingkat MUSKOM merupakan forum pengambilan keputusan organisasi yang dilaksanakan setiap 2 (dua)tahun sekali oleh Pengurus Komisariat dan Pengurus Ranting dengan supervisi Dewan Pimpinan Daerahuntuk: a) Memilih dan menetapkan Ketua dan Sekretaris serta perangkat struktural lainnya yang diperlukan untuk masa bakti berikutnya. b) Merekomendasikan usulan kepada Tim Formatur Terpilih tentang Calon Fungsionaris Pengurus Komisariat. Musyawarah Kerja Komisariat atau disingkat MUKERKOM merupakan forum pengambilan keputusan organisasi yang dilaksanakan setiap 1 (satu) tahun sekali oleh Pengurus Komisariat dan Pengurus Ranting dengan supervisi Dewan Pimpinan Daerah untukmenetapkan Program Kerja Komisariat untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Musyawarah Koordinasi Komisariat atau disingkat MUKORKOM merupakan forum pengambilan keputusan organisasi yang dilaksanakan secara temporal sesuai kebutuhan mendesak organisasi, yang dilakukan oleh Pengurus Komisariat dan Pengurus Ranting dengan supervisi Dewan Pimpinan Daerah. Musyawarah Pleno Pengurus Komisariat merupakan forum pengambilan keputusan di tingkat komisariat yang dilaksanakan oleh Pengurus Komisariat untuk menetapkan suatu putusan yang bersifat internal maupun eksternal. Musyawarah Harian Pengurus Komisariat merupakan forum pengambilan keputusan di tingkat komisariat yang diinisiasi oleh Pengurus Komisariat dan berhak dihadiri fungsionaris struktural tingkat ranting, yang dilaksanakan secara rutin, intens, dan berkala untuk mengevaluasi dan menetapkan kebijakan operasional organisasi. Pedoman Musyawarah dimaksud pada ayat 1 (satu), 2 (dua), 3 (tiga), 4 (empat), dan 5 (lima) diatur melalui peraturan tersendiri yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Pasal 48 Musyawarahdi Tingkat Ranting 1. Musyawarah Ranting atau disingkat MUSRAN merupakan forum pengambilan keputusan organisasi yang dilaksanakan setiap 1 (satu) tahun sekali oleh Pengurus Ranting dan Anggota dengan supervisi Pengurus Komisariat untuk: a) Memilih dan menetapkan Ketua dan Sekretaris serta perangkat struktural lainnya yang diperlukan untuk masa bakti berikutnya. b) Merekomendasikan usulan kepada Tim Formatur Terpilih tentang Calon Fungsionaris Pengurus Ranting. 2. Musyawarah Kerja Ranting atau disingkat MUKERAN merupakan forum pengambilan keputusan organisasi yang dilaksanakan setiap 1 (satu) tahun sekali oleh Pengurus Ranting dan Anggota 29

3.

4.

5.

6.

dengan supervisi Pengurus Komisariat untukmenetapkan Program Kerja Ranting untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Musyawarah Koordinasi Ranting atau disingkat MUKORAN merupakan forum pengambilan keputusan organisasi yang dilaksanakan secara temporal sesuai kebutuhan strategis dan atau mendesak organisasi, yang dilakukan oleh Pengurus Ranting dan Anggota dengan supervisi Pengurus Komisariat. Musyawarah Pleno Pengurus Ranting, merupakan forum pengambilan keputusan di tingkat ranting yang dilaksanakan oleh Pengurus Ranting untuk menetapkan suatu putusan yang bersifat internal maupun eksternal. Musyawarah Harian Pengurus Ranting, merupakan forum pengambilan keputusan di tingkat ranting yang diinisiasi oleh Pengurus Ranting, yang dilaksanakan secara rutin, intens, dan berkala untuk mengevaluasi dan menetapkan kebijakan operasional organisasi. Pedoman Musyawarah dimaksud pada ayat 1 (satu), 2 (dua), 3 (tiga), 4 (empat), dan 5 (lima) diatur melalui peraturan tersendiri yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

BAB XI HIRARKI KETETAPAN ORGANISASI Pasal 49 1. Hirarki/Tata Urutan ketetapan yang berlaku untuk seluruh tingkatan organisasi sebagai berikut: a) Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga b) Putusan Majelis Ala: c) Peraturan Organisasi; d) Maklumat; e) Ketetapan MUKERNAS dan MUKORNAS; f) Pedoman Dewan Pengurus Pusat; g) Keputusan Dewan Pengurus Pusat 2. Hal-hal yang berkenaan dengan hirarki/Tata Urutan Ketetapan organisasi diatur dalam Peraturan Organisasi.

BAB XII TATA KELOLA KEUANGAN ORGANISASI Pasal 50 Ketentuan ZIS Keuangan organisasi dikelola secara transparan, efektif, efisien, dan bertanggungjawab sesuai ketentuan etika, syariat, danperkembangan sistem administrasi keuangan. Ketentuan distribusi yang bersumber dari Infaq Anggota adalah : a) Hak Dewan Pimpinan Pusat sebesar 10% b) Hak Dewan Pimpinan Wilayahsebesar 10% c) Hak Dewan Pimpinan Daerah sebesar 15 % d) Hak Pengurus Komisariat 15% e) Hak Pengurus Ranting 50% Jika struktur organisasi pada suatu tingkatan belum terbentuk, maka dana Infaq dimaksud, diserahkan dan dikelola oleh struktur organisasi di atasnya. Hal-hal lain berkenaan tata kelola keuangan organisasi diatur dalam Peraturan Organisasi yang ditetapkan Dewan Pimpinan Pusat.

1. 2.

3. 4.

30

BAB XIII PENUTUP Pasal 51 1. Anggaran Rumah Tangga ini dapat diubah melalui Musyawarah Majelis Ala atas usulan sepertiga anggota Majelis Ala. 2. Keputusan perubahan ditetapkan minimal oleh dua pertiga Anggota Majelis Ala. 3. Anggaran Rumah Tangga ini dinyatakan berlaku untuk pertama kali sejak tanggal ditetapkan oleh Dewan Pendiri Organisasi. 4. Hal-hal lain yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur melalui ketentuan organisasi yang lainnya. Ditetapkan di Jakarta Pada Tanggal, 24 Jumadil Awwal 1432H 28 April 2011M DEWAN PENDIRI

KH.MUHAMMAD ROYANUDDIN

Ir. IWAN GUNAWAN AHMAD

Dewan Pimpinan Pusat LIGA MUSLIM INDONESIA

M. DJAMIDIN UMAR Ketua Umum

DEDI SURYADILAGA Sekretaris Jenderal

31

Вам также может понравиться