Вы находитесь на странице: 1из 10

Pertanyaan yang sering pada seminar 1 1. Kenapa kamu memilih judul skripsi ini? 2. Masalahnya apa? 3. Metode penelitiannya?

Dan kenapa memilih itu? 4. Analisis datanya? 5. Sampel dan pengumpulan data? 6. Fokus penelitian? Jawaban berupa kisi-kisinya: 1.Tarik garis merah dari latar belakang kamu (apa yang seharusnya yang ditetapkan pada undang-undang tidak sesuai dengan kondisi dilapangan atau pada kenyataannya) 2.Masalah lihat pada matrik kamu (das sien dan das solen) 3.Metode penelitianmu apa? ,misalnya kualitatif deskriptif, alasannya karena ingin menggambarkan suatu permasalahan dengan mengankat lebih jauh untuk mengungkapkan suatu makna dalam masalah tersebut (baca; Sugiyono, memahami metode kualitatif) 4.Analisis data (yang kualitatif, gunakan buku moleong), dengan penggunaan analisis data miles dan huberman.Kalau ditanya alasannya : Analisis ini digunakan untuk seorang peneliti mengumpulkan data, penyederhanakan data, menampilkan data kemudian menarik kesimpulan dari data yang didapat tersebut. 5.Sampel (baca Sugiyono: Metodelogi Penelitian Andministrasi), ada Purposive sampiling, pengambilan sample (narasumber/key informan) karena pertimbangan sesuatu msalnya dia ahli maupun berkompeten dalam bidang masalah yang kita teliti. Pengumpulan data (Observasi, wawancara dan dokumentasi) 6.Fokus penelitian didapat dari teori yang kamu angkat, kemudian definisi konsepsional harus ada focus enelitian maupun kesimpulan harus tertulis focus penelitian.

1. Apa alasan pemilihan judul? Alasan pemilihan judul harus dijawab dengan dua pendekatan, yaitu dari segi teori yang mendukungnya dan prakteknya dalam kehidupan nyata. 2. Metode apa yang digunakan dalam penelitian? Metode penelitian deskriptif, yaitu metode penelitian yang bersifat untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Metode penelitian asosiatif/hubungan, yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Metode ini berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala/peristiwa (Sugiyono, 2001:10-11). 3. Apa itu variabel? Variabel adalah konsep. Hal yang ingin diteliti kebenarannya, bisa berupa peristiwa/kasus maupun teori-teori pokok dalam sebuah disiplin ilmu. Variabel umumnya dibagi dua: (1) variabel bebas (variabel X) adalah variabel yang mempengaruhi, (2) variabel terikat (variabel Y) adalah variabel yang dipengaruhi. 4. Apa itu populasi dan sampel? Populasi adalah kumpulan data yang ingin diteliti dan masih bersifat luas. Contoh: populasi dari biaya promosi adalah seluruh biaya promosi sejak awal berdiri perusahaan sampai sekarang; atau

populasi dari karyawan adalah seluruh karyawan yang terdapat dalam sebuah perusahaan. Sedangkan sampel adalah data-data yang diambil yang dapat mewakili populasi dan cakupannya lebih sempit karena adanya pembatasan. Contoh: sampel dari biaya personal selling adalah dibatasi hanya pada laporan keuangan tentang biaya personal selling dari tahun 2004-2006; atau sampel karyawan dibatasi pada karyawan pada sebuah divisi saja. 5. Apa itu random sampel? Random sampel adalah sebuah teknik pengambilan sampel dengan acak dari populasi yang bersifat luas/banyak. 6. Teknik pengambilan data apa yang dipakai? Bisa berbentuk random sampel seperti dijelaskan di atas, bisa juga berupa sampel jenuh, yaitu mengambil sampel keseluruhan dari jumlah populasi. Sampel jenuh biasanya digunakan untuk populasi yang relatif kecil. 7. Teknik analisis data apa yang dipakai? 1. Teknik analisis koefesien korelasi (r), digunakan untuk mengetahui tingkat hubungan antara kedua variabel. 2. Teknik Uji Koefesien Determinasi (KD), digunakan untuk mengetahui persentase hubungan antara variabel X dan Y. 3. Teknik Uji keberartian Koefesien Korelasi (Uji t), digunakan untuk mengetahui keberartian r (uji korelasi) dan untuk menerima atau menolak hipotesis yang telah diajukan. 4. Uji Regresi untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel X dan Y. 5. Uji Linieritas (UJI F) digunakan untuk menguji hasil model persamaan yang telah diuji oleh Uji regresi. 6. Perbedaan Uji t dan Uji F adalah, Uji t digunakan untuk menguji hasil korelasi, sedangkan Uji F digunakan untuk menguji hasil regresi. Atau bisa juga berarti, Uji t adalah untuk menguji hipotesis yang parsial dan Uji F untuk menguji hipotesis yang bersifat simultan (bersama-sama). 7. Dari segi jenis data, termasuk ke dalam jenis penelitian apa yang dipakai? Jika datanya adalah laporan keuangan yang bersifat data angka, maka termasuk ke dalam penelitian kuantitatif. Namun jika data yang digunakan adalah bersifat abstrak (perilaku, perasaan, budaya, dsb) maka termasuk ke dalam penelitian kualitatif. Dan jika data diambil dari data yang abstrak dan kemudian diolah dengan statistik, maka termasuk ke dalam penelitian gabungan antara data kuantitatif dan kualitatif. Pengertian jenis data pun bisa didekati dengan jenis data sekunder dan primer. Sekunder adalah data yang telah tersedia, sedangkan primer belum tersedia seperti kuesioner. Jenis data yang lain adalah data interval, ordinal dan nominal. 8. Apa alasan Anda menjadikan PT/Instansi. .sebagai obyek penelitian? Dikarenakan dari hasil pengamatan, PT/Instansi diperkirakan dapat mewakili masalah pokok dalam penelitian ini, dan dapat mewakili perusahaan lain yang sejenis. 9. Apa itu ibid.? Ibid adalah kutipan dari buku yang sama dari kutipan sebelumnya, 10. Apa itu Op.Cit? adalah kutipan dari buku yang telah dikutip dari penulis yang sama, yang sudah diselingi oleh buku yang lain. 11. Apa itu H0? Adalah hipotesis negatif, yang menduga tidak ada pengaruh/hubungan. Lawan H0 adalah H1 atau Ha.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN BEBAN KERJA PERAWAT DI UNIT RAWAT INAP RSJ DADI MAKASSAR TAHUN 2005 IRWANDY Mahasiswa Magister Administrasi Rumah Sakit Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

A. LATAR BELAKANG Ketenagaan merupakan salah satu sumber daya yang diperlukan dalam sistem kesehatan suatu negara untuk meningkatkan kesehatan hidup masyarakat. Ketenagaan membutuhkan masa persiapan yang terpanjang dibandingkan dengan sumber daya yang lain dan tergantung yang menyalurkan mobilisasi atau usaha-usaha untuk pemerataan pelayanan. Dalam merencanakan kebutuhan tenaga kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah menyusun modul dasar susunan personalia (DSP) yang memuat tentang metode perhitungan tenaga kesehatan yaitu estimasi beban kerja. Dalam metode ini tiap-tiap pegawai dapat dihitung beban kerjanya berdasarkan tugas dan fungsinya. Beban Kerja itu sendiri erat kaitannya dengan produktifitas tenaga kesehatan, studi yang dilakukan oleh Gani (Yaslis Ilyas, 2000) mendapatkan bahwa hanya 53,2% waktu yang benarbenar produktif yang digunakan untuk pelayanan kesehatan langsung dan sisanya 39,9% digunakan untuk kegiatan penunjang. Produktifitas tenaga kesehatan dipengaruhi oleh beban kerja yang berlebih, sementara beban kerja tersebut disebabkan oleh jumlah tenaga kesehatan yang belum memadai. Dari hasil penelitian Ruwaedah (1990) dalam Sitti Rahma (2003) di Puskesmas strata II Kodya Makassar, menyimpulkan bahwa penampilan tenaga kerja pengelola program kegiatan Puskesmas 59,2% dipengaruhi oleh beban kerja yang berlebihan. Pada tenaga kesehatan khususnya perawat analisa beban kerjanya dapat dilihat dari asspek-aspek seperti tugas-tugas yang dijalankan berdasarkan fungsi utamanya. Begitupun tugas tambahan yang ia kerjakan, jumlah pasien yang harus dirawatnya, kapasitas kerjanya sesuai dengan pendidikan yang ia peroleh, waktu kerja yang ia gunakan untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan jam kerja yang berlangsung setiap hari, serta kelengkapan fasilitas yang dapat membantu perawat menyelesaikan kerjanya dengan baik. Banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang perawat dapat menganggu penampilan kerja dari perawat tersebut. Hal tersebut sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh RSUD Kebumen dimana banyak perawat yang berada di bangsal harus menjalankan tugas tambahan sebagai petugas kebersihan. Akibat negatif dari permasalahan ini, kemungkinan timbulnya emosi perawat yang tidak sesuai yang diharapkan sebagai perawat masih ada. "Bisa saja perawat kami sengol bicaranya, karena beban kerja yang berlebih dan di luar tanggung jawabnya (yahoo.com / 13-02-2005). Disamping tugas tambahan beban kerja seorang perawat juga sangat dipengaruhi oleh waktu

kerjanya. Apabila waktu kerja yang harus ditanggung oleh perawat melebihi dari kapasitasnya maka akan berdampak buruk bagi produktifitas perawat tersebut. Lonjakan pasien akibat DBD membuat manajemen RS Budhi Asih Jakarta melakukan sistem double shift kepada para perawatnya, sehingga banyak dari mereka yang bekerja melebihi dari beban kerja yang seharusnya ditanggung oleh perawat tersebut (Kompas Cyber Media.Com / 3-03-2004). Beban kerja yang berlebihan ini sangat berpengaruh terhadap produktifitas tenaga kesehatan dan tentu saja berpengaruh terhadap produktifitas rumah sakit itu sendiri. Rumah Sakit Jiwa DADI kota Makassar merupakan satu-satunya rumah sakit jiwa rujukan di kawasan Indonesia timur, selama 3 tahun berturut-turut produktifitas dan kinerjanya mengalami penurunan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh St. Hadriani pada tahun 2002, Dapat dilihat terjadinya penurunan produktifitas Rumah Sakit Jiwa DADI Makassar, hal ini dapat dilihat dari persentase ketidakhadiran tenaga kesehatan dari tahun 1998 (10,25%), tahun 1999 (18,11%), dan pada tahun 2000 (24%) terjadi peningkatan yang cukup besar dari tahun ketahun. Demikian pula dengan persentase BOR Rumah Sakit terjadi penurunan dari tahun 1998 (77,04%), tahun 1999 (74,12%), dan tahun 2000 (69,61%). Serta penerimaan penghasilan juga terjadi penurunan dari tahun 1998 (99,5%), tahun 1999 (95,2%), dan tahun 2000 (83,3%). Demikian pula dengan asuhan keperawatan dari tahun-ketahun mengalami penurunan; tahun 1998 (72,3%), tahun 1999 (65,1%), dan tahun 2000 (48,5%). Hasil penelitian yang sama memperlihatkan bahwa tingkat kejenuhan tenaga perawat di Rumah Sakit Jiwa DADI Makassar sangat tinggi. Dari 128 Responden 72 responden (56,3%) menjawab cukup jenuh, 46 Responden (35,9%) jenuh akan pekerjaan mereka. B. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan beban kerja perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa DADI Makassar pada tahun 2005. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan waktu kerja dengan beban kerja perawat.di unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa DADI Makassar pada tahun 2005 b. Untuk mengetahui hubungan kelengkapan fasilitas dengan beban kerja perawat di unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa DADI Makassar pada tahun 2005 c. Untuk mengetahui hubungan tugas tambahan dengan beban kerja perawat di unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa DADI Makassar pada tahun 2005 C. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Yang diteliti adalah hubungan waktu kerja, kelengkapan fasilitas dan tugas tambahan terhadap beban kerja perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa DADI Makassar pada tahun 2005. Populasi adalah semua perawat pelaksana yang bertugas di Unit Rawat Inap Rumah sakit Jiwa DADI Makassar (Sebesar 83 Perawat). Untuk menetapkan ada tidaknya hubungan antara variabel independent dan variabel dependen

dengan meggunakan CHI SQUARE dengan bantuan SPSS 11.5.

D. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 68 sedangkan distribusi responden berdasarkan kelompok umur terbesar terdapat pada kelompok umur 36-40 tahun sebanyak 26 orang (38,2%), dan yang terendah terdapat pada kelompok umur 20-25 tahun sebanyak 2 orang (2,9%). Hal ini menunjukkan bahwa perawat di unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa DADI berada pada usia produktif. Dari 68 responden yang paling banyak yaitu jenis kelamin Perempuan sebanyak 37 orang (54,4%) dan Laki-laki sebanyak 31 orang (45,6%). Sedangkan distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir terbanyak D3 Keperawatan sebanyak 25 orang (51,5%) dan yang terendah pada tingkat Pendidikan S1 Keperawatan sebanyak 9 orang (13,2%). 2. Karakteristik Variabel Penelitian a. Beban Kerja Beban Kerja adalah frekuensi kegiatan rata-rata dari masing-masing pekerjaan dalam jangka waktu tertentu. Beban kerja dalam penelitian ini diukur berdasarkan tanggapan responden terhadap beban kerja yang dirasakannya dalam menyelesaikan pekerjaannya yang sesuai dengan uraian tugas perawat pelaksana di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa DADI Makassar. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan untuk mengetahui beban kerja perawat di unit rawat inap RSJ DADI, diperoleh gambaran beban kerja perawat dari 68 Responden terdapat 22 orang (34,4%) yang merasa terbebani dengan tugas mereka dan 46 orang (67,6 %) yang tidak terbebani dengan tugas mereka. Dari hasil observasi yang dilakukan, sebagian besar responden menyatakan tidak terbebani dengan tugas mereka sebagai perawat pelaksana di unit Rawat Inap RSJ DADI sebab sebagian besar pasien yang ditanganinya merupakan pasien jiwa yang sudah dapat mengurus diri mereka (Self Care), dimana pasien tersebut sudah dapat melaksanakan aktivitas kesehariannya secara sendiri seperti makan, mandi, serta sudah dapat berkomunikasi dengan cukup baik dengan orang lain. Menurut Hasibuan, H.Malayu (2000), Uraian Pekerjaan itu harus jelas dan persepsinya mudah dipahami serta menguraikan hal-hal sebagai berikut : 1. Identifikasi pekerjaan atau jabatan yakni memberikan nama jabatan seperti rektor, dekan, dosen dan kepala administrasi. 2. Hubungan tugas dan tanggung jawab yakni perincian tugas dan tanggung jawab secara nyata diuraikan secara terpisah agar jelas diketahui rumusan hubungan hendaknya menunjukkan hubungan antara pejabat yang lain di dalam maupun di luar organisasi. 3. Standar wewenang dan pekerjaan yakni kewenangan dan prestasi yang harus dicapai oleh setiap pejabat harus jelas. 4. Syarat kerja harus diuraikan dengan jelas seperti alat-alat, mesin-mesin, dan bahan baku yang

akan dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. 5. Ringkasan pekerjaan atau jabatan hendaknya menguraikan bentuk umum pekerjaan dengan hanya mencantumkan fungsi-fungsi dan aktivitas utamanya. Jadi semakin jelas uraian pekerjaan seorang tenaga kesehatan maka akan sangat membantu mereka dalam meringankan beban kerja mereka. Hal tersebut sesuai dengan yang hasil yang di diperoleh dimana Perawat di Unit Rawat Inap RSJ DADI berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa banyak dari responden (67,6 %) yang tidak terbebani oleh pekerjaan mereka, hal ini disebabkan sudah tersedianya secara baku uraian pekerjaan para perawat di RSJ DADI dan para perawat tersebut sudah mengetahui dengan jelas uraian pekerjaannya. b. Tugas Tambahan Tugas Tambahan dalam penelitian ini adalah tugas-tugas yang dikerjakan oleh perawat selain tugas utamanya yang tercantum dalam prosedur tetap Perawat Rumah Sakit Jiwa DADI Makassar. Seperti, membuat laporan, mengikuti rapat dan tugas lain yang diberikan oleh atasan. Semakin banyak tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang tenaga perawat maka tentu saja akan menambah tinggi beban kerjanya demikian juga sebaliknya. Dari 68 responden terdapat 29 orang (42,6 %) yang memiliki tugas tambahan dan 39 orang (57,4%) yang tidak memiliki tugas tambahan. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa perawat pelaksana di Unit Rawat Inap RSJ DADI lebih banyak yang tidak memiliki tugas tambahan (57,4%) sedangkan dari hasil observasi yang dilakukan, para perawat pelaksana yang memiliki tugas tambahan melaksanakan tugas tambahan tersebut atas perintah atasan ataupun inisiatif sendiri untuk membantu rekan kerjanya seperti : mengikuti rapat, membuat laporan, dan lain-lain. Sedangkan responden yang tidak memiliki tugas tambahan sebesar (42,6 %) disebabkan karena tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh seorang perawat pada unit rawat inap RSJ DADI sudah tercantum dalam uraian pekerjaan mereka sehingga setiap petugas memiliki uraian pekerjaan yang jelas sesuai fungsi dan jabatannya tanpa harus lagi mengerjakan tugas yang lain (tugas tambahan). c. Kelengkapan Fasilitas Fasilitas merupakan alat atau sarana yang dibutuhkan seseorang dalam melaksanakan suatu kegiatan. Tenaga perawat sebagai tulang punggung rumah sakit membutuhkan fasilitas dalam mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya. Perawat lebih mudah menyelesaikan tugasnya apabila didukung dengan fasilitas yang lengkap Kelengkapan fasilitas dalam penelitian ini adalah alat-alat yang dibutuhkan perawat untuk melaksanakan dan mendukung dalam melaksanakan tugasnya. Fasilitas ini diukur berdasarkan pendapat responden terhadap kelengkapan fasilitas dalam mendukung pelaksanaan tugasnya sebagai perawat seperti, alat-alat vital (Stetoscope, tensimeter, dll) serta alat-alat penunjang lainnya (Jaket pengikat, alat terapi, dll). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa dari 68 responden terdapat 33 orang (52,4 %) yang menyatakan bahwa fasilitas yang tersedia di unit Rawat Inap RSJ DADI Makassar cukup lengkap dalam membantu meringankan beban kerja mereka dan 35 orang (51,5 %) yang menyatakan tidak lengkap.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan, didapatkan bahwa responden yang menyatakan fasilitas di Unit Rawat Inap RSJ DADI cukup lengkap yaitu pada alat-alat vital keperawatan seperti : Stetoscope, tensimeter dan thermometer. Sedangkan fasilitas yang dianggap belum lengkap yaitu alat-alat pendukung keperawatan, seperti : Kateter, Urine bag, Jaket Pengikat, Maag selang, dll. d. Waktu Kerja Waktu kerja seseorang menentukan efisiensi dan produktifitasnya. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan dan tidak disertai efisiensi yang tinggi biasanya memperlihatkan penurunan produktifitas serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan (Moenir, As. 1995). Yang dimaksud dengan Waktu Kerja dalam penelitian ini adalah jumlah jam kerja produktif yang digunakan oleh perawat untuk mengerjakan tugas utamanya sesuai dengan uraian tugas perawat Rumah Sakit Jiwa DADI Makassar, maupun tugas-tugas tambahan yang dikerjakannya yang tidak tercantum dalam uraian tugas perawat Rumah Sakit Jiwa DADI Makassar. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa dari 68 responden terdapat 11 orang (16,2 %) yang mempunyai Waktu kerja yang sesuai dan 55 orang (80,9 %) yang mempunyai waktu kerja yang kurang serta terdapat 2 orang (2,9%) yang waktu kerjanya lebih. Hal ini memperlihatkan bahwa waktu yang benar-benar digunakan oleh perawat untuk melaksanakan tugas utamanya masih kurang atau tidak sesuai dengan standar waktu kerja yang dikeluarkan oleh Depkes RI yaitu waktu kerja nomal perhari adalah 8 jam (5 hari kerja), jadi waktu yang efektif untuk tiap pegawai adalah 6,4 jam perhari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa beban kerja standar setiap pegawai adalah 80% - 100 % dari waktu kerja normal atau 6,4 8 jam / hari. Dari 68 responden, ada 55 orang (80,9 %) yang mempunyai waktu kerja yang kurang. Hal ini disebabkan karena masih banyak perawat pada waktu jam kerjanya masih melakukan kegiatankegiatan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan mereka seperti berbincang-bincang dengan rekan kerja. Sedangkan ressponden yang memiliki waktu kerja lebih sebanyak 2 orang (2,9 %) hal ini diakibatkan oleh karena kondisi pasien yang ditanganinya adalah pasien yang memerlukan penanganan secara total (Total Care) dimana pasien tersebut merupakan pasien yang seluruh kebutuhannya harus dipenuhi oleh perawat seperti makan, minum dan mandi sehingga dalam penanganannya memerlukan waktu ekstra. Serta ditambah lagi jika mereka memiliki tugas tambahan yang harus diselesaikan sehingga hal tersebut menambah jam bekerja perawat tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Gani dkk (1986) tentang waktu kerja produktif petugas kesehatan diperoleh data bahwa hanya 53,2 % waktu kerja petugas puskesmas (termasuk tenaga Perawat) di Sukabumi dan Pandeglang Jawa Barat yang digunakan untuk bekerja. Serta hasil penelitian St.Rahma (2003) diperoleh data bahwa hanya 25,87 % perawat di RS Nene Mallomo Kab.Sidrap yang masuk dalam kategori cukup. 3. Hubungan Antara Variabel Independen terhadap Variabel Dependent a. Hubungan Antara Tugas Tambahan dengan Beban Kerja Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap beban kerja yaitu tugas tambahan. Semakin banyak

tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang perawat, maka akan semakin besar beban kerja yang harus ditanggung oleh perawat tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perawat yang beban kerjanya membebani lebih banyak yang tidak memiliki tugas tambahan yaitu sebesar 19 orang (27,9%) dimana mereka merasa beban kerja yang mereka tangung tersebut walaupun tanpa adanya tugas tambahan sudah membebani mereka, dibanding dengan mereka yang memiliki tugas tambahan yaitu 3 orang (4,4%) dimana mereka yang memiliki tugas tambahan merasa beban kerjanya bertambah akibat harus mengerjakan tugas tambahan tersebut dan berdasrakan kuisioner penelitian didapatkan bahwa banyak dari mereka yang memiliki tugas tambahan tersebut atas perintah langsung dari atasan mereka dan bukan atas inisiatif mereka sendiri sehingga hal terbut dirasa menambah tinggi beban kerja yang harus ditanggungnya. Sedangkan perawat yang beban kerjanya tidak membebani, pada mereka yang memiliki tugas tambahan lebih besar yaitu 26 orang (38,2%) karena mereka mengerjakan tugas tambahan tersebut atas inisiatif mereka sendiri, seperti untuk membantu rekan kerja mereka dibanding yang tidak memiliki tugas tambahan yaitu hanya 20 orang (29,4%) dimana hal ini menunjukkan bahwa semakin kurang tugas tambahan yang harus ditanggung oleh perawat maka akan lebih meringankan beban kerjanya. Berdasarkan hasil uji Chi Square yang dilakukan didapatkan nilai p 0,001 atau lebih kecil dari 0,05 jadi Hipotesis penelitian diolak dimana ada hubungan antara Tugas Tambahan dengan Beban Kerja Perawat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara beban kerja dan tugas tambahan. Dimana semakin banyak tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang perawat maka akan menambah tinggi beban kerjanya, tetapi tidak selamanya tugas tambahan tersebut menambah tinggi beban kerja perawat bahkan dapat menambah produktivitas perawat tersebut selama tugas tambahan tersebut tidak melebihi standar kemampuan yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan yang dituliskan oleh Yalis Ilyas (2000) bahwa beban kerja dipengaruhi oleh jumlah kegiatan yang dilakukan, dengan demikian tugas tambahan dapat senantiasa diberikan pada tenaga kesehatan bila hal tersebut tidak menyebabkan beban kerjanya tidak melewati standar. b. Hubungan Antara Kelengkapan Fasilitas dengan Beban Kerja Fasilitas adalah segala hal yang memudahkan perkara atau kelancaran tugas (Kamus Bahasa Indonesia, 1990). Fasilitas sangat diperlukan dalam melaksanakan suatu kegiatan, kelengkapan fasilitas sangat mempengaruhi beban kerja seseorang dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perawat yang beban kerjanya membebani, lebih banyak yang menganggap Fasilitas di unit rawat inap tidak lengkap yaitu 19 orang (27,9%), dibanding dengan mereka yang menganggap fasilitas lengkap yaitu 3 orang (4,4%). Hal tersebut memperlihatkan bahwa perawat di unit rawat inap RSJ DADI tersebut lebih banyak yang merasa beban kerjanya tinggi akibat kurangnya peralatan atau kelngkapan fasilitas di rumah sakit tersebut. Dari hasil wawancara singkat yang dilakukan dapat dilihat ketika seorang pasien ketika penanganannya membutuhkan jaket pengikat untuk menenangkannya tetapi karena tidak tersedianya peralatan tersebut maka yang digunakan hanya sebuah tali biasa sehingga hal

tersebut tentu lebih berat dan menambah beban kerja perawat untuk melaksanakannya. Sedangkan perawat yang beban kerjanya tidak membebani, pada mereka yang Mengangap Fasilitas Lengkap yaitu 30 orang (44,1%) dibanding yang menganggap fasilitas tidak lengkap yaitu hanya 16 orang (23,5%). Berdasarkan hasil Chi Square yang dilakukan didapatkan nilai p 0,000 atau lebih kecil dari 0,05 jadi Hipotesis penelitian ditolak dimana ada hubungan antara Kelengkapan fasilitas dan Beban Kerja Perawat. Hal ini menunjukkan bahwa kelengkapan fasilitas di suatu Rumah Sakit sangat membantu meringankan beban kerja seorang tenaga perawat. Semakin lengkap fasilitas untuk menunjang kerja para perawat maka akan semakin membantu meringankan beban kerja perawat tersebut dan demikian sebaliknya semakin minim peralatan atau fasilitas disuatu rumah sakit maka akan semakin menambah beban kerja tenaga kesehatan di Rumah Sakit tersebut. c. Hubungan Antara Waktu Kerja dengan Beban Kerja Waktu kerja adalah waktu produktif yang digunakan oleh perawat untuk mengerjakan tugastugas pokoknya. Semakin lama waktu kerja yang dimiliki oleh seorang perawat maka akan menambah tinggi beban kerja perawat tersebut dan sebaliknya jika waktu yang digunakan oleh perawat itu dibawah waktu kerja kerja sebenarnya maka akan mengurangi beban kerja perawat, tetapi akan sangat mempengaruhi produktifitas perawat tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perawat yang Beban Kerjanya Membebani lebih banyak yang waktu kerjanya tidak sesuai yaitu 15 orang (22,1%), dibanding dengan mereka yang waktu kerjanya sesuai yaitu 7 orang (10,3%). Hal tersebut meperlihatkan bahwa perawat merasa beban kerjanya berlebih karena waktu kerjanya berlebih, hal ini diakibatkan oleh karena kondisi pasien yang ditanganinya adalah pasien yang memerlukan penanganan secara total (Total Care) dimana pasien tersebut merupakan pasien yang seluruh kebutuhannya harus dipenuhi oleh perawat seperti makan, minum dan mandi sehingga dalam penanganannya memerlukan waktu ekstra. Sedangkan Perawat yang Beban Kerjanya tidak membebani, pada mereka yang memiliki waktu Kerja tidak sesuai yaitu 42 orang (61,8%) dibanding yang memiliki waktu kerja yang sesuai yaitu hanya 4 orang (5,9%). Hal tersebut memperlihatkan bahwa banyaknya perawat yang tidak terbebani dengan beban kerjanya diakibatkan oleh karena rata-rata perawat tersebut mempunyai waktu kerja efektif dibawah dari standar (<6,4 jam perhari) dan sebagian waktunya lebih banyak digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses perawatan pasien seperti berbincang-bincang dengan rekan kerja. Berdasarkan hasil Yetes correction yang yang dilakukan didapatkan nilai p 0,038 atau lebih kecil dari 0,05 jadi Hipotesis penelitian ditolak dimana ada hubungan antara waktu kerja dan Beban Kerja Perawat. Hasil penelitian ini memperlihatkan adanya hubungan antara waktu kerja dan beban kerja seorang tenaga perawat. Sejalan dengan pendapat yang dikeluarkan oleh Moenir, As. (1995) bahwa Waktu kerja seseorang menentukan efisiensi dan produktifitasnya. Memperpanjang waktu bekerja lebih dari kemampuan dan tidak disertai efisiensi yang tinggi biasanya memperlihatkan penurunan produktifitas serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan.

E. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan antara waktu kerja perawat di unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa DADI Makassar dengan beban kerja perawat. 2. Ada hubungan antara Kelengkapan Fasilitas di unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa DADI Makassar dengan beban kerja perawat. 3. Ada hubungan antara tugas tambahan di unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa DADI Makassar dengan beban kerja perawat.

Вам также может понравиться