Вы находитесь на странице: 1из 15

TUGAS MATA KULIAH SEMESTER BLOK PENGELOLAAN LINGKUNGAN

ENVIRONMENTALLY FRIENDLY CAMPUS


DOSEN PENGAMPU Prof. Dr. Sudarmadji, M.Eng.Sc.

Disusun oleh : Kelompok


Dedek Aprianto ( 6388) Reza Fauziah (6404) Andri Yudistira (6400) Heti Nurwinda (6440) Fiqih N. A (6465) Erstayudha H. N (6473)

: DAS Pabelan
Anindia Septiani (6479) Cristian Yogyana (6482) Dela Risnain T. (6483) Rina Dwi Ariani (6487) Evita Pramudianti (6492)

FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Lahirnya era globalisasi ditandai dengan munculnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menitikberatkan pada aspek teknologi informasikomunikasi, jasa dan transportasi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah melahirkan masyarakat industri, masyarakat yang dipenuhi dengan otomatisisasi, mekanisasi dan standarisasi. Dampak negatif dari perkembangan tersebut yaitu terdapat limbah yang dikeluarkan yang mengandung bahan berbahaya atau beracun bagi lingkungan. Untuk menjaga fungsi lingkungan hidup, telah diupayakan untuk mencari solusi alternatif terhadap permasalahan yang ditimbulkan dari pembuangan limbah sebagai problem lingkungan hidup karena dapat mengganggu keseimbangan ekosistem, merusak lingkungan hidup, dan menimbulkan pencemaran lingkungan. Beragam upaya dan kampanye mencintai atau bersahabat dengan lingkungan dilakukan guna mencegah terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup yang berkelanjutan, yang dibiarkan begitu saja tanpa pengelolaan lebih lanjut. Kampus sebagai pusat dari masyarakat terpelajar seharusnya telah didisain sebagai percontohan instansi yang melakukan pengelolaan lingkungan. Pengelolaan lingkungan tersebut dapat dilakukan di dalam lingkungan kampus atau hingga di sekitar lingkungan kampus. Selain itu pengelolaan lingkungan dapat juga direalisasikan melalui program-program Pengelolaan Kampus Berbasis Lingkungan yang telah dilakukan oleh Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Dalam mewujudkan Environmentally Friendly Campus (EFC) di lingkungan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada beserta masyarakat di dalamnya ditetapkan berbagai lingkup atau indikator, diantaranya : (1) Peduli Lingkungan; (2) Geografi Hemat Energi dan Sumber Daya Air; (3) Geografi Sehat; (4) Geografi Ramah dan Berbudaya; (5) Geografi Pro Kebijakan Lingkungan (Suratman, 2010). Pengelolaan lingkungan pada Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada sangat penting dilakukan karena secara substansial, disiplin ilmu Geografi sangat berkaitan erat dengan prinsip-prinsip dasar tentang lingkungan. Oleh karena itu Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada sebagai institusi pendidikan yang mengemban amanah menjaga kelestarian diharapkan mampu mewujudkan nilai-

nilai lingkungan tersebut dalam kehidupan sehari-hari, baik didalam kampus maupun di luar kampus dalam bentuk gerakan Environmentally Friendly Campus (Kampus Ramah Lingkungan). 1.2. Rumusan Masalah Program Environmentally Friendly Campus yang dilakukan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada dilaksanakan sebagai model manajem en sumberdaya lingkungan yang melibatkan mahasiswa, dosen dan tenaga

kependidikan. Namun pencanangan EFC di Fakultas Geografi baru dilakukan pada tahun 2010, sehingga perlu dilakukan evaluasi untuk menentukan keberhasilan program tersebut selama satu tahun. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengimplementasian program Environmentally Friendly Campus pada Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada selama satu tahun berjalannya program? 2. Apakah program Environmentally Friendly Campus telah dilakukan dengan baik di Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada?

1.3. Tujuan Berdasarkan identifikasi permasalahan penelitian, dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Mengetahui implementasi program Environmentally Friendly Campus yang telah dilakukan oleh Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada selama satu tahun. 2. Mengevaluasi program Environmentally Friendly Campus yang telah berjalan satu tahun pada Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

II. TINJAUAN PUSTAKA Kampus merupakan tempat berlangsungnya aktivitas pendidikan yang sangat kompleks. Kampus adalah miniatur masyarakat dan itu memang tepat. Di kampus berbagai orang dengan berbagai latar belakang, ras, agama, pemikiran, ideologi dan kepentingan berkumpul dalam sebuah sistem. Tak ubahnya dalam

sebuah masyarakat. Walapun memang tingkat kompleksitasnya tidak setinggi di masyarakat. Cerminan masyarakat di masa yang akan datang bisa dilihat dari kondisi kampus. Di dalam kampus dapat terjadi interaksi yang sangat intens baik sesama komponen kampus ataupun interaksi antara komponen kampus dengan lingkungan sekitarnya yakni biofisik dan sosial budaya ( Fahrirozy, 2010 ). Civitas akademika adalah potensi besar dalam membangun pengelolaan lingkungan yang integrated, comprehensive dan sustainable. Karena itu perlu dikembangkan sebuah konsep yang bisa menyatukan semua elemen dalam sebuah sistem pengelolaan lingkungan, dari sistem ini diharapkan bisa membangun kesadaran tentang pentingnya sebuah pengelolaan lingkungan hidup ( BPLHD Jabar, 2004 ) . Tata ruang kampus umumnya dirancang berdasarkan perhitungan tata ruang bangunan fisik dan fungsi bangunan fisik tersebut. Pada saat ini, komponen lingkungan yang menjadi bagian dari pertimbangan tata ruang sangat tergantung dari eksistensi interaksi yang terjadi serta bentuk interaksinya baik secara langsung ataupun tidak langsung. Lingkungan yang dipertimbangkan dapat terbatas pada lingkungan yang sangat sempit, dalam sistem yang terbatas atau sangat luas. Pemanfaatan ruang dalam kampus atau yang disebut sebagai tata ruang kampus tidak diatur secara khusus dalam undang undang, sehingga diperlukan pemikiran khusus oleh kampus masing masing agar penataan ruang kampus sesuai dengan aspek lingkungan yang baik dan memadai ( Soekisno, 1975 ). Secara fisik, suatu kampus terdiri atas kompleksitas bangunan yang disusun berdasarkan atas kebutuhan untuk mendukung aktivitas kampus dan beberapa pertimbangan estetika atau keindahan. Konsep ini lebih banyak didasarkan atas konsep tata ruang dengan pendekatan fungsional. Dengan pendekatan fungsional ini maka pengertian tata ruang dipersepsikan sebagai sesuatu yang bukan dihasilkan oleh masyarakat, bukan hasil budidaya yang dibentuk oleh latar belakang sosiokultural manusia yang berusaha menyesuaikan diri dengan ruang tempat hidupnya. Hal ini menimbulkan masalah - masalah lingkungan hidup seringkali tidak menjadi prioritas yang tinggi dan seringkali menjadi sub agenda yang pada akhirnya larut dan tenggelam dalam tema - tema kampanye yang lebih luas dan abstrak. Isu - isu lingkungan yang masuk dalam mainstream kampus lebih banyak

pada hal- hal yang sifatnya temporer dan terkesan reaksioner seperti bencana alam, kecelakaan di hutan atau perusakan hutan oleh kegiatan manusia tetapi belum sampai pada akar masalah lingkungan yang terjadi pada saat ini, dampak dari kegiatan yang temporer ini hanya akan melahirkan kebencian pada mereka yang melakukan perusakan lingkungan tanpa melihat siapa sesunggguhnya yang melakukan dan membuat tekanan sehingga semua bencana itu terjadi ( Wiradj t, a 2004 ). Dalam ekologi pendidikan, kampus dengan segala aktivitas di dalamnya adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem lingkungannya. Dengan demikian maka komponen komponen kampus akan mengalami hubungan interaktif dengan komponen komponen lingkungannya. Adanya suatu hubungan antara subsistem lingkungan denga subsistem pendidikan yang dapat dihitung dan digunakan sebagai gambaran tentang dukungan terhadap pendidikan. Dalam hal ini sebagai rintisan untuk mencoba eksistensi pendidikan dalam sistemnya secara terpadu, dimana pendidikan tidak hanya diletakkan sebagai suatu bagian yang terpisah dalam suatu kampus, namun dianggap sebagai suatu subsistem yang justru ada dalam sistem yang lebih besar yaitu sistem masyarakat dengan segala aktivitas dan fungsinya. Pendidikan tidak dilihat sebagai aktivitas pada suatu wilayah tertentu ( Soekisno, 1975 ). III. METODOLOGI Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survai. Pada penelitian survai tidak ada intervensi, survai mengumpulkan informasi keberadaan fasilitas-fasilitas yang mendukung pengelolaan kampus yang berwawasan lingkungan. Pendekatan yang digunakan dalam mengkaji penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang menekankan pada analisis suatu proses dan penyimpulan analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah. Selain itu, penelitian ini digolongkan dalam penelitian deskriptif dimana penelitian ini lebih mengarah pada pengungkapan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis. Penelitian deskriptif perlu memanfaatkan ataupun menciptakan konsep-konsep ilmiah, sekaligus berfungsi

dalam mengadakan suatu spesifikasi mengenai gejala-gejala fisik maupun sosial yang dipermasalahkan. Dan hasil dari penelitian ini difokuskan untuk memberikan gambaran keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti.

IV. PEMBAHASAN Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada pada dasarnya bukan merupakan satu-satunya Fakultas di Universitas Gadjah Mada yang berbasis Lingkungan, namun Fakultas Geografi berusaha menjadi salah satu Fakultas pelopor di Universitas Gadjah Mada yang mencanangkan Environmentally Friendly Campus (EFC) atau biasa yang disebut dengan Kampus Ramah Lingkungan. Gerakan EFC ini dilakukan salah satunya sebagai wujud dari substansial disiplin Ilmu Geografi yang sangat berkaitan erat dengan prinsip-prinsip dasar tentang lingkungan, maka dari itu Fakultas Geografi sebagai Instansi Pendidikan yang mengemban amanah untuk menjaga kelestarian lingkungan, bermaksud untuk mewujudkan nilai-nilai lingkungan tersebut baik di dalam kampus maupun dalam kehiupan sehari-hari di luar kampus. EFC sendiri merupakan implementasi dari EFSD (Education for Sustainable Evelopment) serta bagian dari klinik lingkungan dan bencana di Fakultas Geografi. Kebijakan EFC ini berdasarkan atas kebijakan dasar sebagai arahan bagi seluruh civitas academika Fakultas Geografi UGM dan dalam pelaksanaan serta pengembangan pendidikan berbasis lingkungan, yang tidak hanya mencakup aspek pengetahun (kognitif), tetapi juga mampu menggerakkan (psikomotorik), dan membentuk sikap mental (afektif) berupa kesadaran serta prilaku untuk menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam kehidupan seharihari. Berdasarkan kebijakan tersebut, EFC diharapkan sebagai pemacu dan menjadi model manajemen sumberdaya lingkungan yang melibatkan seluruh civitas academika Fakultas Geografi serta semakin banyak insan Geografi yang peduli akan permasalahan lingkungan hidup sehingga dikemudian hari semakin banyak contoh perilaku yang bertanggung jawab terhadap pelestarian lingkungan hidup. Prinsip-prinsip yang dimiliki oleh EFC Fakultas Geografi ini sendiri dalam penerapannya membutuhkan beberapa pendekatan agar mudah dilakukan oleh

seluruh civitas academika yang dilibatkan. Pendekatan itu antara lain : pendekatan teknologi, pendekatan sosial ekonomi, dan pendekatan institusi. 1. PENDEKATAN TEKNOLOGI Pendekatan teknologi untuk pengelolaan lingkungan di sekitar Fakultas Geografi mengacu pada prinsip EFC yaitu memerapkan prinsip-prinsip pengelolaan sampah berwawasan lingkungan, diantaranya : tidak membuang sampah di sembarang tempat serta menimbunnya; menerapkan prinsip zero waste system; menerapkan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah di lingkungan ( reduce, reuse, recycle ); menyediakan tempat sampah organik dan non organik secara terpisah untuk mempermudah mendaur ulang serta pembuatan kompos. Pendekatan teknologi lainnya yaitu mengembangkan model konservasi sumberdaya alam (air) di lingkungan kampus dan luar kampus, diantara dengan : meminimalkan limpasan air permukaan di lingkungan kampus; membuat dan mengembangkan sumur resapan; serta pengolahan dan pemanfaatan kembali limbah air bersih. Teknik pengolahan lingkungan tersebut dapat memberikan dampak yang positif seperti tujuan dari pembuatan sumur resapan adalah ketika air hujan turun ke atas permukaan maka tidak seluruhnya menjadi aliran permukaan (run off) melainkan dapat menjadi air simpanan (air tanah).

Gambar 1. Sumur resapan (pojok kiri atas) Gambar 2 dan 3. Teknik pengeloaan serta pemanfaatan kembali limbah air bersih

Pengolahan serta pemanfaatan kembali limbah air bersih itu sendiri melalui enam tahapan. Tahapan pertama masuk pada bak ekualisasi, fungsi ekualisasi itu sendiri menurunkan pencemaran dan fluktuasi air limbah. Tahapan kedua masuk pada bak koagulasi, fungsi koagulasi yaitu menurunkan BOD, COD, TSS dan warna. Tahapan ketiga masuk pada bak flokulasi, fungsi flokulasi yaitu memperbesar flok. Tahapan keempat masuk pada bak sedimentasi, fungsinya untuk mengendapkan lumpur yang ada. Tahapan kelima masuk pada bak aerasi,fungsi aerasi yaitu menaikkan fungsi oksigen. Tahapan keenam masuk bak bio indikator, fungsi dari bak bio indikator yaitu mengatur hasil perlakuan. Limbah Air dapat dimanfaatkan kembali setelah mengalami enam tahapan tersebut, dan akan lebih menghemat sumberdaya air. Sistem drainase jalan sekitar kampus Geografi yang dibuat oleh pemerintah juga akan membantu pengelolaan lingkungan sekitar kampus. Semakin banyak pengaspalan pada jalan akan memperbesar run off, sehingga teknik drainase perlu diterapkan. Namun adanya sistem drainase yang berupa saluran air belum berfungsi maksimal, maka di bagian sisi-sisi jalan dibuat lubang-lubang kecil untuk mempermudah run off di jalan raya sekitar kampus agar leb mudah masuk ke ih saluran air.

Gambar 4. Sistem Drainase Jalan Kaliurang sebelah Timur Fakultas Geografi Tujuan lainnya yang dapat dilihat adalah pemilihan sampah. Jenis sampah dapat dibagi atas plastik, organik dan kertas. Adanya pemilahan sampah tersebut dilakukan sebab setiap jenis sampah tersebut memiliki jangka waktu yang berbeda dalam proses dekomposisi/penguraian. Jenis sampah organik lebih memiliki waktu

i i/t j i

l i

t ili i

i t t l il

j i i i/t j i t l li l ti l lit l it il t il i

l i l i i i

j i l i i

l ti l i t ij i i

i i

l ti t

t t

il i C i t l j i li li li t l ti ll lt t

Gambar 5 dan 6. Si t m Pemilahan Sampah Fakultas Geografi 2. PE E T LE

Gambar 7. Poster Green Campus, Fakultas Geografi UGM

Pendekatan sosial ekonomi dilakukan dengan melibatkan masyarakat di sekitar untuk berpartisipasi aktif dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pendekatan sosial ekonomi yang dilakukan di area Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada untuk mendukung program EFC (Enviromentally Friendly Campus) antara lain menyediakan plakat tentang Green Campus yang berisi sepeda hijau, penyediaan tempat sampah dengan berbagai jenis sampah (organik, plastik, kertas), melakukan daur ulang limbah, menjaga dan melestarikan tanaman, hemat air, hemat energi, tidak merokok di tempat umum, dan tidak melakukan pembakaran di sekitar kampus, serta membuat taman untuk penghijauan.

Gambar 8. Plakat di sekitar Fakultas Geografi (kiri) Gambar 9. Plakat di area Fakultas Geografi (kanan) Plakat yang di tempel biasanya memuat himbauan kepada mahasiswa dan civitas Kampus Geografi untuk mendukung program EFC tersebut. Plakat di tempelkan di tempat tempat strategis sehingga isi dari plakat tersebut dapat dibaca dengan mudah oleh mahasiswa ataupun civitas kampus sehingga pengelolaan lingkungan dapat dilakukan bersama-sama, dengan adanya plakat tersebut diharapkan mahasiswa dan civitas dapat sadar diri untuk tetap melakukan pengelolaan lingkungan sehingga lingkungan kampus tetap terjaga keasriannya. Namun beberapa peraturan yang ada dalam plakat tersebut masih belum sepenuhnya diterapkan.

Gambar 10. Taman Fakultas Geografi Sedangkan pembuatan taman di kampus bertujuan untuk membuat kampus terlihat lebih indah dan tidak terlihat gersang. Selain itu dengan adanya tanaman di taman dapat menyerap gas CO2 sehingga mampu membantu mengurangi polusi udara yang ada di sekitar kampus. Manfaat lain yang dapat diperoleh dari taman yaitu dapat memperindah dan memperindang lingkungan. Fakultas memiliki beberapa peraturan dalam menjaga kelestarian taman yaitu dengan memberi plang agar tidak menginjak taman, namun kenyataanya peraturan tersebut banyak dilanggar.

3.

PENDEKATAN INSTITUSI Universitas Gadjah Mada, khususnya fakultas geografi sebagai institusi pendidikan merupakan salah satu institusi yang peduli dengan kondisi lingkungan di sekitar wilayah Fakultas Geografi. Penggunaan sepeda bagi semua bagian dari fakultas merupakan salah satu bentuk pengurangan emisi gas buang kendaraan di sekitar lingkungan kampus. Penyediaan sepeda juga di dukung oleh PT Wismilak Inti Makmur, di mana sumbangan sepeda tentunya merupakan salah satu bentuk Corporate Social Responsibility dalam usaha mengurangi emisi gas buang kendaraan di sekitar kampus UGM.

Gambar 11. Bentuk Kerjasama UGM dan PT Wismilak Inti Makmur dalam Mengurangi Emisi Gas Buang Kendaraan di Kampus UGM Penggunaan sepeda tersebut tentunya tidak diimbangi dengan jumlah sepeda yang tersedia di lingkungan Kampus UGM. Sehingga penggunaan di Kampus UGM, khususnya Fakultas Geografi hanya digunakan oleh petugas keamanan kampus (SKK). Mahasiswa, maupun para karyawan masih menggunakan kendaraan bermotor di lingkungan Kampus, sehingga sepeda hijau masih kurang diaplikasikan di sekitar fakultas Geografi. Bentuk realisasi pendekatan pengelolaan lingkungan yang telah diterapkan di sekitar kampus UGM adalah Car-free Day. Bentuk kerjasama UGM sebagai pemrakarsa Car-free Day dengan Polantas sebagai institusi yang menangani lalu lintas jalan. Pelaksanaan Car-free Day dilakukan di sekitar jalan Kaliurang yang masih berdekatan dengan lokasi kampus UGM. Rute jalan Kaliurang dialihkan menjadi ke jalan menuju rumah sakit Sardjito. Car-free Day dilakukan hanya beberapa jam saja, serta pemantauan hasil Car-free Day berupa pengurangan emisi gas buang kendaraan masih belum dipantau, sehingga efektivitasnya masih tidak dapat diketahui apakah program tersebut sudah efisien dan sesuai dengan tujuan Car-free Day.

Gambar 12. Penutupan jalan untuk Car-free Day di Sekitar Jalan Kaliurang Ditinjau dari keseluruhan prinsip-prinsip EFC, Fakultas Geografi belum sepenuhnya menerapkan prinsip tersebut terutama dalam kegiatan Civitas Academika. Hal tersebut dikarenakan mengingat mulai terlaksana EFC ini pada tahun 2010, sehingga dalam pelaksanaannya belum maksimal. Namun, jika ditinjau secara keseluruhan, pelaksanaan prinsip EFC ini berjalan dengan lancar. Kemungkinan tahun 2012 Fakultas Geografi mencapai tujuan sebagai Kampus Ramah Lingkungan, dan prinsip-prinsip EFC akan berjalan secara maksimal. V. KESIMPULAN 1. Gerakan EFC (Enviromentally Friendly Campus) ini dilakukan salah satunya sebagai wujud dari substansial disiplin Ilmu Geografi yang sangat berkaitan erat dengan prinsip-prinsip dasar tentang lingkungan. 2. EFC sendiri merupakan implementasi dari EFSD (Education for Sustainable Evelopment) serta bagian dari klinik lingkungan dan bencana di Fakultas Geografi. 3. EFC diharapkan sebagai pemacu dan menjadi model manajemen sumberdaya lingkungan yang melibatkan seluruh civitas academika Fakultas Geografi. 4. Pendekatan teknologi yang dilakukan secara intensif oleh Fakultas Geografi yaitu pemilahan sampah antara organik dan non-organik serta pengolahan dan pemanfaatan limbah air. 5. Pendekatan sosial-ekonomi yang intensif dilakukan oleh Fakultas Geografi antara lain pembuangan sampah pada tempatnya dan sesuai dengan sistem

pemilahan sampah serta menjadikan Fakultas Geografi menjadi Fakultas bebas rokok. 6. Pendekatan institusi yang intensif dilakukan oleh Fakultas Geografi yaitu penyediaan sepeda di dukung oleh PT Wismilak Inti Makmur, dan sumbangan sepeda tersebut merupakan salah satu bentuk Corporate Social Responsibility dalam usaha mengurangi emisi gas buang kendaraan di sekitar kampus UGM. 7. Prinsip-prinsip EFC belum terlaksana secara maksimal di fakultas Geografi, karena memang pelaksanaan EFC baru 1 tahun terakhir ini.

VI. DAFTAR PUSTAKA

BPLHD

Jabar,2004, Implementasi

Kampus

Berbudaya

lingkungan Bandung

Makalah Seminar Sosialisasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Bagi Mahasiswa se-Jawa Barat Fahrirozy. 2010. Kampus Adalah Mata Air, Mengaplikasikan Paradigma Kampus Sebagai Center Of Excellence. Unpad. Bandung Gunawan, Totok. 2007. Pendekatan Ekosistem Bentanglahan sebagai Dasar Pembangunan Wilayah Berbasis Lingkungan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Makalah: Seminar Nasional Pembangunan Wilayah Berbasis Lingkungan di Indonesia. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Hadikoemoro, Soekisno, dkk. 1975. Ekologi Pendidikan. Laporan Penelitian, Direktorat Pendidikan Tinggi Swasta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Jakarta Khotimah, Luluk. 2008. Manajemen Sekolah Berbasis Lingkungan Hidup. Makalah: Diklat Pengolahan Limbah Cair. Malang: VEDC Noesan, Wiradjat, 2004, Peran Perguruan Tinggi dalam Pengelolaan Sampah . Bandung Makalah Seminar Sosialisasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Bagi Mahasiswa se-Jawa Barat Sudarmadji, 2010. Panduan Environmentally Friendly Campus Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM

Вам также может понравиться