Вы находитесь на странице: 1из 41

48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Puskesmas Ritan Kecamatan Tabang

Puskesmas Ritan adalah salah satu Puskesmas yang ada di Kabupaten Kutai Kertanegara , merupakan salah satu dari dua Puskesmas yang ada di wilayah Kecamatan Tabang, Lokasi Puskesmas Ritan, berada di Desa Tukung Ritan RT. 6. Lokasinya yang kurang setrategis karna berada di ujung perkampungan penduduk turut memberi pengaruh dalam akses keterjangkauan oleh masyarakat. Wilayah kerja Puskesmas Ritan luasnya 12.432,09 km 2 dimana penduduknya bermukim dipinggiran sungai Belayan anak dari sungai Mahakam dan sisanya sebagian dataran (darat). Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ritan berjumlah 4.613 jiwa, terdiri dari 2.459 jiwa penduduk laki laki dan 2.154 jiwa penduduk.( Profil Puskesmas Ritan Tahun 2011 ). Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat, Puskesmas Ritan Kecamatan Tabang mempunyai 4 Puskesmas Pembantu yaitu:

49

1. Pusban Gunung sari 2. Pusban Long Lalang 3. Pusban Muara Ritan 4. Pusban Buluk Sen a. Visi Puskesmas Ritan

: Desa Gunung Sari RT. 1 : Desa Long Lalang RT. 2 : Desa Muara Ritan RT. 2 : Desa Buluk Sen RT. 1

Terdepan dalam mewujudkan Kecamatan Tabang sehat dan menjadi pilihan masyarakat dalm mendapatkan pelayanan

kesehatan. b. Visi Puskesmas Ritan 1. Senatiasa menggerakkan pembangunan berwawasan

kesehatan lingkungan 2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga masyarakat 3. Memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan mengutamakan perilaku hidup bersih dan sehat 4. Senantiasa meningkatkan mutu p elayanan kesehatan secara profesional dan mengutamakan kepuasan masyarakat. c. Motto Pelayanan Melayani dengan Senyum, Sapa dan Santun (3 S) dari hati untuk memberikan yang terbaik terhadap masyarakat. d. Prioritas Program Untuk tercapainya yakni visi pembangunan kesehatan sehat melalui menuju dan

Puskesmas

terwujudnya

Kecamatan

Indonesia sehat tahun 2015, Puskesmas bertanggung jawab

50

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya apabila di tinjau dari system kesehatan Nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan yang di laksanakan di Puskesmas Ritan Kecamatan Tabang di kelompokkan menjadi dua yakni: 1. Upaya kesehatan wajib puskesmas Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang di tetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit yang tinggi untuk penigkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus di selenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah: a) Upaya promosi kesehatan b) Upaya kesehatan lingkungan c) Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana d) Upaya perbaikan gizi masyarakat e) Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular f) Upaya pengobatan 2. Upaya kesehatan pengembangan Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang di tetapkan berdasarkan permasalahan keseh atan yang ditemukan di masyarakat serta yang di sesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan

51

yang di selenggarakan di Puskesmas Ritan Kecamatan Tabang yaitu: a) Pengembangan Desa Siaga b) Upaya kesehatan sekolah (UKS) c) Upaya kesehatyan gigi dan mulut d) Upaya kesehatan Remaja e. Struktur Organisasi Penyusunan struktur organisasi tergantung dari prioritas program menyesuaikan dengan struktur organisasi dan tata kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara yang di tetapkan dengan perda Pemda Kabupaten Kuati Kartanegara .
2. Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini berjumlah 23 orang, yaitu terdiri dari 4 orang Desa Muara Ritan Desa, 5 orang Buluk Sen, 7 orang Desa Ritan Baru dan 6 orang Desa Tukung Ritan. Sedangkan jumlah balita sebanyak 30 balita, hal ini di karenakan terdapat beberapa informan yang memiliki jumlah anak lebih dari satu orang. Atau dengan kata lain dalam satu rumah informan terdapat 2 orang balita. Karakteristik informan dalam penelitian in i meliputi usia informan, jumlah anak, pendidikan terakhir, pekerjaaan, usia balita dan jenis kelamin balita . a. Usia Informan Karakteristik informan berdasarkan usia pada empat Desa yaitu usia 15-20 tahun sebanyak 3 orang, usia 21-25 tahun

52

sebanyak 7 orang, 26-30 tahun sebanyak 7 orang, 31-35 tahun 4 orang, 36-40 tahun 1 dan 41-45 tahun sebanyak 1 orang. b. Jumlah Anak Karakteristik informan berdasarkan jumlah anak pada

empat Desa yaitu informan yang memiliki 1-2 anak sebanyak 9 orang, informan yang memiliki 3-4 orang anak sebanyak 7 orang, 5-6 orang anak sebanyak 5 dan informan yang memiliki 7-8 orang anak sebanyak 2 orang. c. Pendidikan Terakhir Karakteristik informan berdasarkan pendidikan terakhir pada empat Desa yaitu informan berpendidikan SD sebanyak 6 orang, SMP sebanyak 8 orang, SMA 7 orang, Diploma / D3 sebanyak 1 orang, dan Strata S1 sebanyak 1 orang. d. Pekerjaan Karakteristik informan berdasarkan pekerjaan pada empat Desa yaitu PNS sebanyak 2 orang, swasta 4 orang, wira usaha 3 orang dan IRT/Tani sebanyak 14 orang. e. Usia Balita Karakteristik informan berdasarkan usia balita pada empat Desa yaitu usia 0-12 bulan sebanyak 11 orang, 2 4-36 bulan sebanyak 13 orang dan 48-60 bulan sebanyak 6 orang. f. Jenis Kelamin Balita Karakteristik informan berdasarkan jenis kelamin balita pada empat Desa yaitu balita dengan jenis kelamin laki -laki

53

sebanyak 16 orang. Dan balita dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 14 orang.
3. Hasil Wawancara

Dari kegiatan wawancara mendalam (indept interview) yang di lakukan pada saat penelitian, maka di peroleh hasil sebagai berikut:
a. Pengetahuan Ibu Balita Terhadap Imunisasi DPT

Pertanyaan ini untuk memeperoleh informasi mengenai pengetahuan informan terhadap imunisasi DPT yang melip uti pemahaman tentang pengertian imunisasi, jenis-jenis imunisasi, berapa kali imunisasi DPT di berikan, usia pemberian imunisasi DPT, pengetahuan menge nai penyakit difteri, pertusis, penyakit tetanus, dampak positif melakukan imunisasi serta dampak tidak melakukan imunisasi. 1. Pengertian Imunisasi Dari hasil wawancara mendalam (indept interview) pada lokasi empat desa wilayah mengenai pengertian imunisasi pada umumnya informan menjawab pengertian imunisasi yaitu untuk menambah kekebalan tubuh dan pencegahan penyakit. Seperti yang di ungkapkan ibu balita yang menjadi informan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: Aaq tigate, Tigae ke jagaq usa elemuto ke tiga (Ya bagus kan, bagusnya kan untuk kekebalan tubuh nya terus untuk kesehatan) (PW:12 April 2011)

54

Aaq gina seku, tuk jagaq penyakit (Ya seperti itu, untuk pencegahan penyakit) (NU: 30 April 2011) Demikian juga hasil wawanca dengan informan yang

menyebutkan pengertian imunisasi Untuk kesehatan seperti hasil wawancara berikut: Imunisasi tigae, ngan jaga usa anak, udip le o ini (Imunisasi itu bagus, untuk kesehatan anak untuk masa depanya kan gitu) (DG : 19 April 2011) Cuk ilu tiga leq (Supaya dia sehat) (DBJ :15 April 2011) Dari 23 informan masih terdapat ibu balita yang masih kurang mengetahui pengertian imunisasi seperti dalam hasil

wawancara berikut: A, aq gok akeq tiga mok pe, mok pe leo mudip anak dau mane (Ya menurut ku sih penting, soalnya untuk

perkembangan anaknya itu kan ) (TK : 20 April 2011) Mbi kiq tisen paun, bek imunisasi riq atek e anun anak-anak te (Tidak tau juga saya, kalau imunisasi itu memang untuk anak-anak kan ) ( AL : 21 April 2011)

55

Selain itu informan kunci menyebutkan pengertian imunisasi yaitu memasukan kuman yang telah di lemahkan ke dalam tubuh, seperti hasil wawancara berikut: vaksin ina ketei penyakit dalam usa yeq lepek, ke kuaq sehat temu (Imunisasi itu ya memasukan kuman penyebab penyakit yang sudah di lemahkan ke dalam tubuh, memberikan kekebalan) (IA : 20/4/2011) 2. Jenis-Jenis Imunisasi Sedangkan mengenai jenis-jenis imunisasi, untuk

menunjukkan bahwa informan mengetahui jenis -jenis imunisasi namun kebanyakan informan menyebutkan jenis imuni sasi

dengan tidak lengkap yaitu hanya terdiri dari tiga atau empat imunisasi, seperti dalam hasil kutipan wawancara berikut: Dpt, Campak, polio kua hepatitis B (DPT, campak, polio sama hepatitis B) ( KR : 2/5/2011) Campak, polio, BCG (Campak, polio, BCG) ( IH : 12/4/2011) Polio, Campak, hepatitis kah yam bi kiq tisen mu akeq kelupek (Polio, campak, hepatitis kah ya ga tau lupa aku) (LA : 13/4/2011) Beberapa informan tidak tau dan lupa mengenai jenis-jenis

imunisasi seperti dalam hasil kutipan berikut:

56

Awi pe amai (Tidak tau Pak) (ST : 23/4/2011) Mbi kiq tisen mu (Kurang tau saya) (Al : 21/4/2011) Awi pe, mok pe anak kiq cuk ia nei ngan dulu lek vaksin e (Ga tau, soalnya anak ku di titipkan aja vaksinnya) (IP : 27/4/2011) 3. Pengetahuan Mengenai Usia Pemberian Imunisasi DPT Dari hasil wawancara yang di lakukan secara mendalam kepada informan tentang Pengetahuan mengenai usia

pemberian imunisasi DPT pada saat balita berusia 1 minggu setelah lahir. Seperti yang di ungkapkan ibu balita yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ca minggu pek e muga mun DPT (1 minggu setelah kelahiran kalau untuk DPT) (TL : 6/4/2011) Mbi q tisen pe, mok pe nem bulan ya riq telu liwei na lek, o ina tisen no (Ga tau juga sih, pokoknya 6 bulan tapi tiga kali itu aja setelah itu ga lagi) (AN : 16/4/2011) Kulu kelupek ne, tisen ngik anak umit ne ca minggu sundik, pek na ca bulan ca lewei nei (Ya lupa sudah, setau ku anak kecil tu satu minggu suntik, habis itu satu bulan sekali datang)

57

(HS : 16/4/2011) Dari seluruh informan masih terdapat ibu balita yang masih kurang mengetahui usia pemberian imunisasi DPT seperti

dalam hasil wawancara berikut: Mbi baca mu kelupeq majan ne, ni tai ke dua uman mok pe iya kena ca uman. lepek mung ne. bek inu ne lo muga pa ca uman, lemah uman pelapa mbi njam. Pak ne ca uman lepek mung ne polio, tisen nggiq nggina cen bidan ne ( Ga baca sih lupa sudah lama, ini sudah mau umur dua tahun. Kan pokoknya dia sebelum 1 tahun udah harus lengkap itu. Kalau tidak dia baru lahir batasnya sampai setahun, lima tahun lewat ga boleh. Paling tidak kan 1 tahun sudah lengkap semua polio, setau saya kan begitu dari bidannya) (IA : 20/4/2011) 4. Pengetahuan Mengenai Berapa Kali Imunisasi DPT di Berikan Dari hasil wawancara mendalam yang di lakukan kepada informan mengenai berapa kali imunisasi DPT di berikan informan menyebutkan imunisasi DPT di berikan sebanyak tiga kali, seperti dalam hasil kutipan wawancara berikut:

Telu liwei, bek lo nai lahirkan suntik ia (3 kali , kalau baru lahir dia disuntik) (IA : 20/4/2011)

58

Pokonya telu liwei, adding nyap de ca uman dua liwei gak e, beng telu liwei liye (Pokoknya 3 kali, Pas kemaren 1 tahun 2 kali atau 3 kali ya) (MID : 1/5/2011) Beberapa informan tidak terlalu mengetahui atau lupa berapa kali imunisasi DPT di berikan, seperti dalam hasil kutipan berikut: Ca liwei mun dua liwei ngina, pokoe DPT ca, DPT dua (1 kali atau 2 kali itu ya, pokoknya DPT I, DPT II) (MA : 12/4/2011) Awi pe pat liwei bek raun lemma liwei (Ga tau 3 kali kah 4 kali ya) (TK :20/4/2011) 5. Pengetahuan Mengenai Penyakit Difteri Dari hasil wawancara mendalam yang di lakukan kepada informan mengenai pengetahuan penyakit difteri

mengungkapkan informan mengenai penyakit difteri yaitu Panas dalam, radang seperti dalam hasil wawancara dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: Pana dalem, balae bek bala-balae ina tisen nggiq bek ben nyelok-nyelok gak e (Panas dalam, radang gitu. Kalau radang-radang gitu saya tau kalau untuk menelan rasanya sakit) (TK : 20/4/2011)

59

Oh balae a, aq ben seq minat miket (Oh radang, ya seperti pilek batuk) (MJK : 20/4/2011) Selain itu beberapa informan menyebutkan pengertian penyakit difteri yaitu penyakit amandel, dan gondok, seperti dalam kutipan wawancara berikut: Oh yeqnuwem, ma mbiq tisen (Oh.. yang gondok, itu tidak tau) (MMR : 28/4/2001) Ia na rei ben seq uwen, amandel (Itu kan seperti gondok, amandel) (LKP : 13/3/2011) Demikian juga hasil wawancara dengan informan mengenai penyakit difteri yang menjawab tidak mengerti terhadap penyakit difteri, seperti dalam kutipan hasil wawancara berikut: Mbi kiq tisen, bek tetanus tisen nggi o, bek difteri mbi nggi tisen (Ga tau, kalau tetanus kayak nya sih saya tau, kalau difteri saya ga tau) (MA : 12/4/2011) Mbi tisen, be ina raun badak me doctor le (Tidak tau, kalau itu tidak di jelaskan sama dokter nya) (DG : 19/4/2011)

60

Demikian juga hasil wawancara dengan informan kunci mengenai penyakit difteri, seperti dalam kutipan hasil

wawancara berikut: Bek penyakit difteri ina penyakit yeq ben kuman tih,pengalei kuman neh Ti lubang batuk (Kalau penyakit difteri itu penyakit yang di sebabkan oleh kuman, biasanya kuman menyerang saluran nafas dan tenggorokan ) (IA : 20/4/2011) 6. Pengetahuan Mengenai Penyakit Pertusis Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang di

lakukan kepada informan mengenai penyakit pertusis atau batuk rejan informan menjawab tidak mengetahui mengenai penyakit tersebut. Seperti yang di ungkapkan informan sebagai berikut: Miket ca to tau. Mbiq tisen (batuk 100 hari, ga tau ) (HS :10/4/2011) Mbi kiq tisen (Tidak tau saya) (MU : 6/4/2011) Beberapa Informan menjawab penyakit pertusis yaitu batuk

yang keras, batuk yang ngejan -ngejan, dan batuk berdahak seperti dalam kutipan wawancara berikut: Tisen nggiq,aun anak kiq seq misep taban ya riq miket -miket le pieh (setau saya, pernah juga anak saya dia sudah minum obat tetapi masih batuk) (DBJ : 15/4/2011)

61

Bek miket ina ben gak ngecan -ngecan nde, anak kiq pek ngina pa telu bulan (Kalau batuk itu sakit kaya ngejan -ngejan gitu, anak saya pernah gitu sampai 3 bulan ) (MID : 1/5/2011) Di seq e miket kedero ya riq anak miket ne pa ca uman (Pokonya batuk berdahak tapi dia lanjut terus tidak berhenti semacam batuk menahun) (TK : 20/4/2011) Demikian juga hasil wawancara dengan informan kunci mengenai penyakit pertusis, seperti dalam kutipan hasil wawancara berikut: Beq miket rejan ne miket yeq majan,miket eh majan ngan pengalai eh aun kedero dau eh ngan ngelibah Batuk rejan itu batuk yang sudah lama, batuknya lama biasanya disertai dahak dan lender) (IA : 20/4/2011) 7. Pengetahuan Mengenai Penyakit Tetanus Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang di

lakukan pada ibu balita mengenai pengetahuan informan terhadap penyakit tetanus. informan berpendapat penyakit tetanus yaitu penyakit kalau penyakit itu susah sembuhnya, dan penyakit habis di tusuk yang berkarat-karat, seperti dalam hasil kutipan wawancara berikut :

62

Tisen bek tetanus, ya sakit bek siok mok inu mali tai tiga (Tau kalau tetanus, ya penyakit kalau kena paku itu susah sembuhnya) (ID :10/4/2011) Beq tetanus neh kuaq baan ngan sioq paku nggina kan amei (Kalau tetanus yang kaya habis di tusuk yang berkarat -karat itu kan) (HS :10/4/2011) Dari hasil wawancara informan menjawab ga tau dan tidak

mengerti mengenai penyakit tetanus, seperti dalam kutip an wawancara berikut: Tetanus kumbin bale, suat yek raun ubak tei tiga ngina, njo pe kiq raun tisen (Tetanus apa ya, yang luka ga sembuh itu kah, ga tau lagi saya) (MID : 1/5/2011) Mbi kiq tisen aleq-aleq aun amai (Kurang tau saya Pak) ( NU : 30/4/2011) Tetanus njo pe kiq raun tisen, yek akeq tisen sakit hepatitis, campak ngan polio (Tetanus saya ga tau juga, yang saya tau penyakit hepatitis, campak sm polio ) (DG : 19/4/2011)

63

8. Pengetahuan Mengenai Dampak Negatif Tidak Melakukan Imuniasasi Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang di lakukan pada ibu balita mengenai pengetahuan informan terhadap dampak informan negative tidak melakukan dampak imuniasasi tidak beberapa melakukan

berpendapat

negatif

imuniasasi yaitu kurang kuat kekebalan tubuhnya, dan mudah terserang penyakit, seperti dalam pernyataan berikut: Beq anak umit raun miyen ngan sakit,cenaan seq anak yeq vaksin ngan yeq raun vaksin (Biasanya anaknya kurang

kuat kekebalan tubuhnya. terus kan beda di vaksin sama nggak, kan beda) (IA : 20/4/2011) Malei sakit (Mudah sakit) (TSS : 17/4/2011) Tajen sakit ne, baun sek ini, ban sek seken re (Sering sakit lah, seperti ini, seperti kakaknya ) (DBJ : 15/4/2011) Bi kiq tisen lal-lan inu iko pisiu ne (Saya betul-betul tidak tau apa yang kita tanyakan) (MMR : 28/4/2011)

64

9. Pengetahuan Mengenai Dampak Positif Melakukan Imuniasasi Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang di

lakukan pada ibu balita mengenai pengetahuan informan terhadap dampak positif melakukan imuniasasi. Beberapa informan berpendapat dampak positif melakukan imuniasasi yaitu Untuk kekebalan, agar tidak mudah kena penyakit seperti dalam pernyataan berikut: Beq ubaq lebeh sehat leq,lebeh tiga imunisasi dari pada leh sakit tene (Untuk lebih sehat aja daripada tidak di imunisasi sering sakit) (LA : 13/4/2011) Miyen usah eh (Kekebalan tubuhnya bagus) (IH :12/4/2011) Ya jaga temu, di le raun sakit ( Ya biar mencegah lah, biar ga sakit) (MJK :27/4/2011) Beberapa informan menyebutkan tidak mengerti mengenai dampak positif melakukan imuniasasi imunisasi DPT seperti dalam hasil kutipan hasil wawancara berikut: Maru gak kiq no (Bingung saya sudah) (AL : 21/4/2011)

65

Kulu tiga te,tei leh ngan ben seq posyandu badaq miluh rei,nggina te (Ya bagus aja pokok nya, kita ikuti yang kaya kita di anjurkan di posyandu itu ya sudah) (AN :16/4/2011)
b.Sikap ibu balita terhadap imunisasi DPT

Pertanyaan ini untuk memeperoleh informasi mengenai sikap informan terhadap imunisasi DPT yang meliputi efek setelah imunisasi, sikap ibu balita terhadap imunisasi DPT setelah ada efek tersebut, Status imunisasi balita dan berapa kali

mendapatkan imunisasi DPT. 1. Status imunisasi balita Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang di

lakukan mengenai status imunisasi balita informan melakukan imunisasi lengkap 9 kali dan tidak pernah bolong. Seperti dalam kutipan berikut: Asen lengkap ne amei,mbi ki palo mu, pokoknya inu yeq dulu ncen amin taban cuk akeq nei,mbiq kiq raun nei aun

(Pokoknya lengkap pak, yang saya tidak pernah bolong sekali pun. Pokoknya apa yang di surukan sama orang puskesmas di suruh datang ya saya datang, ga pernah lewat) (MA : 12/4/2011) Tipo, pek pien liwei (Lengkap, Pernah, 9 kali) ( KG : 21/4/2011)

66

Tok mung tipo mbi perna tapa mu idei tok ne (Semuanya Lengkap, Saya ga pernah telat sih datang (imunisasi) terus) (AL : 21/4/2011) Demikian juga hasil wawancara mendalam dengan informan yang menyebutkan status imunisasinya tidak lengkap, seperti hasil wawancara berikut: Muo nini ne, pak ne mun seken ne, mbi tipo te ( Habis sudah ini, sudah lengkap (ade nya), Kakanya (ga lengkap) (DBJ : 15/4/2011) Mbi tipo ne, beaun taket alok, kado gayeng te pe amai (Tidak lngkap, gada kendaraan, habis tu sibuk pak) (TSS: 17/4/2011) Mbi tipo o Ripot (Tidak lengkap (sibuk)) (IH : 12/4/2011) 2. Efek Setelah Imunisasi Berdasarkan hasil wawancara yang di lakukan pada petugas imunisasi mengenai efek setelah melakukan imunisasi DPT, yaitu badan balita menjadi panas setelah melakukan imunisasi tersebut, seperti dalam hasil kutipan berikut: Beq cen toq mung imunisasi BCG,DPT,polio,campak kuaq ngan hepatitis B, Imunisasi DPT aun efek panas eh,ia riq pengalei leh naq penjelasan men tinen deh naq taban cuk panah nei kendaq,yeq ben ida naq cen puskesmas,ngan kuaq

67

leh tei kompresan katah ulat suntik eh (Kalau dari semua imunisasi BCG, DPT, polio, campak sama hepatitis B , imunisasi DPT memiliki efek panas tapi biasanya kita beri penjelasan kepada ibu nya untuk ngasih obat penurun panas yang sudah di berikan dari puskesmas, sama sambil di beri kompesan di tempat bekas suntikan) (IA : 20/4/2011) Hal serupa di ungkapkan ibu balita mengenai efek setelah melakukan imunisasi, yaitu badan balita menjadi panas setelah melakukan imunisasi DPT seperti dalam kutipan hasil

wawancara berikut: Ben yek akeq tisen lepek suntik DPT pana (Paling yang

saya tau kalau habis suntik (imunisasi DPT) panas) (DG : 19/4/2011) Lemang-lemang usa e, dak palai suntik, dak palai uman taban (Hangat-hangat badanya, kadang suntik, minum obat ) (ID : 10/4/2011) Panah usa eh ia riq ndeng tilu naban neng taban cuk panah leh tei kendaq (Suhu badanya tinggi tapi biasa di berikan dengan obat penurun panas ) (TL : 6/4/2011) Selain itu informan menjelaskan mengenai efek imu nisasi DPT yaitu demam dan sakit 3 hari setelah melakukan imunisasi

DPT, seperti dalam hasil kutipan wawancara berikut:

68

Aun, lepek sundik ne mayung biasa (Ada, habis suntik itu demam bias) ( MJK : 27/4/2011) Pana usa e, sakit yeq nggina, aun yeq sakit telu teu, bek lepek de uman taban mbi pana usa e (Panas badannya. Sakit kaya gitu ada yang sakit biasa 3 hari, kalau setelah di minumkan obat tidak Panas badannya ) (HS : 10/4/2011) Hal yang berbeda di ungkapkan informan mengenai efek imunisasi DPT yaitu kondisi tubuh bayi tidak panas setelah melakukan imunisasi DPT seperti dalam hasil kutipan

wawancara berikut: Mun po, aun yeq\k uyan mayung teu na kan (Tidak sih, (nggak panas) ada yang bikin demam hari itu ka n) (AL : 21/4/2011) Mbi aun, bek atek pana kan tei taban mia lek diraun pana o (Tidak ada,(nggak panas) kalau memang panas kan dia di kasih obat biar tidak panas gitu ) (IA : 20/4/2011) 3. Sikap Ibu Balita Terhadap Imunisasi DPT. Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang di

lakukan mengenai ibu balita terhadap imunisasi DPT, yaitu tetap lanjut biar balita tetap sehat seperti dalam kutipan berikut

69

Yeq ubaq,aun mung supaya le rauun sioq penyakit (Ya mau, (lanjut imunisasi) pokoknya lengkap. ya supaya ga kena penyakit) (LA : 13/4/2011) Mbiq kiq tisen aun ,biasa bek anak tading sioq suntik,vaksin eh penjo uman taban cah tau leq pana eh (Lanjut. Ga tau juga, tidak papa gitu na. biasa sudah kalau. Anak pertama abis di suntik, vaksinnya jalan minum obat langsung paling sehari aja panasnya) (KG : 21/4/2011) Kulu tine,beq ina yeq tiga beq ina yeq panah kiq, k iompres neng sungai panah mamut (Ya lanjutkan biar sehat. Kalau ini panas saya kompres pakai air hangat) (TK : 20/4/2011) Beberapa ibu balita memutuskan untuk berhenti atau tidak melanjutkan imunisasi setelah ada efek tersebut, seperti dalam kutipan wawancara berikut: Ngelineq mok pe takut amai pana usa e (Berhenti soalnya takut pak panas badannya) (MID : 1/5/2011) Yeq pana usah e, pek ina no takut, mbi tei nggin ke dokter untuk vaksin. Iya bek pana ben seq kejang-kejang nggina na mbi making tei nggina (Yang panas badanya, habis itu kan takut. Tidak lagi saya bawa ke dokter utk (imuniasi). Dia kalau

70

panas model kejang-kejang gitu jadi tidak berani lagi saya bawa (tidak lanjut)) (IH : 12/4/2011) 4. Berapa Kali mendapatkan imunisasi DPT Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang di

lakukan mengenai berapa kali mendapatkan imunisasi DPT. informan menjawab pernah mendapatkan imunisasi tersebut, seperti dalam kutipan berikut : Pernah, telu liwei bek raun salak (Pernah, 3 kali kalau tidak salah) (ST:23/4/2011) Ca tau dua liwei ngina, pokoknya DPT I, DPT II (Sekali atau dua kali itu ya, pokoknya DPT I, DPT II ) (MA : 12/4/2011) Pernah, kudak liwei tain? Dua liwei tainmu, telu liwei, kelupek ne kiq o, majen ne badi (Pernah, berapa kali ya? dua kali kah, tiga kali ya lupa juga saya sudah lama pang) (MJK : 27/4/2011) Demikian juga hasil wawancara mendalam dengan informan yang tidak tahu atau lupa, seperti hasil wawancara berikut: Mbi tisen amai kudak liwei ina vaksin DPT ne (Ga tau Pak udah berapakali tu imunisasi DPT nya ) (AL : 21/4/2011)

71

Awi pe, telu liwei tainmu pat liwei tain mu (Ga tau tiga kali kah atau lima kali ya) (TK : 20/4/2011)
c. Tindakan ibu balita terhadap efek imunisasi DPT

Petanyaan ini untuk memeperoleh informasi mengenai tindakan informan (ibu balita) yang meliputi tindakan pada saat sebelum terserang penyakit, tindakan pada saat terserang penyakit, dan tindakan pada saat terserang penyakit. 1. Tindakan pada saat sebelum terserang penyakit Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang di lakukan mengenai tindakan ibu balita sebelum t erserang penyakit, yaitu menjaga makanan dan menjaga kebersihan, seperti dalam kutipan wawancara berikut: Aaq penguman ne ia jagak bueq e (Ya makanannya di jaga kebersihannya) (LKP 13/4/2011) Jagak bueq leq ngan penguman-uman yea tiga (Menjaga kebersihan aja sama makan-makanan yang sehat) (ID : 10/4/2011) Demikian juga hasil wawancara mendalam dengan informan yang menyebutkan tindakan ibu balita sebelum terserang penyakit, yaitu menjaga kesehatan, dan melakukan imunisasi, seperti hasil wawancara berikut:

72

Yaq jagak bueq, imunisasi (Ya jaga kebersihan, imunisasi) (MA :12/4/2011) Jagak Periga leq (Menjaga kesehatan aja) (DBJ :15/4/2011) Imunisasi yeq tipo (Di imunisasi yang lengkap ) (KR : 2/5/2011) Selain itu hasil wawancara mendalam , beberapa informan tidak memngetahui mengenai tindakan ibu balita sebelum terserang penyakit seperti hasil wawancara berikut: Maru gak kiq no (Bingung saya sudah) (AL : 21/4/2011) Mbi tesen mu (Tidak tahu) (KG : 21/4/2011) 2. Tindakan pada saat terserang penyakit Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang di

lakukan mengenai tindakan ibu balita pada saat terserang penyakit, yaitu di minumin obat dan di bawa ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan seperti dalam kutipan wawancara berikut: Aaq tei ngin kok mantri pe ke dokter (Ya di bawa ke mantri atau ke dokter) (MJK : 27/4/2011) Pasti miq naban eh,akeq gin keq mantri dudo amin o (Ya pasti di obati, saya bawa ke itu (mantri) di dekat rumah )

73

(LA : 13/4/2011) Beq raun njam petuboh tei ng gin ia koq rumah sakit leno.yeq dudo amin leq (Paling kalau tidak bisa di tanggulangi di bawa ke rumah sakit atau ke puskesmas. Ya ke puskesmas lah yang terdekat dahulu (MA : 12/4/2011) Selain itu tindakan informan pada saat balita sterserang

penyakit yaitu dengan cara di berikan pertolongan pertama kali tidak sembuh baru di bawa ke dokter seperti dalam hasil wawancara berikut: Nggin koq dokter lene,lepeq ne kiq tei yeq tading eh,njam te kiq naq taban amin sakit kuaq ngan sirup nggina,aun te kiq siap eh untuk ca teu atau dua teu,beq renei tiga tei nggin koq dokter lene (Bawa ke dokter itu aja, habis kaya apa kadang kan yang pertama sih biasa saya beri obat di ru mah kaya sirup gitu. Saya kan selalu sedia tapi kalau sehari dua hari tidak mempan langsung aja bawa ke dokter ) (MA : 12/4/2011) Tading kenei sakit nerei ben eh pana penjo kiq kompres ia neng sungei uduh sepaq.Beq adet dayak kenyah neh yeq ina ameq tei nggina seq miq cuq pana tei kendaq,beq dulu biasa pakai sungei sengim,beq akeq mbi nggina aun,kompres. Eh pakai sungei daun sepaq leq,ina kuaq te leh ngan sungei sengim ina njam cuq pana tei kendaq,beq raun tei kendaq

74

pana eh,nembam eh tei kiq nggin iaKoq dokter no (Mulai sakit nya pada saat panasnya tu saya beri kompresan air daun sirih, Kan kalau adat dayak kenyah itu di kasih daun sirih, itu supaya panasnya cepat turun. Kalau orang, biasa kan pakai air dingin atau air hangat. Kalau saya tidak,

ngompresnya pakai air daun sirih itu aja, itu kan sama aja kalau di kompres dengan air dingin kan panasnya langsung turun. Kalau sudah tidak turun panas besoknya berarti bukan panas biasa, saya periksakan ke dokte ) (MMR : 28 /4//2011) 3. Tindakan Setelah Sembuh Dari Penyakit Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang di

lakukan mengenai tindakan ibu balita setelah sembuh dari penyakit, yaitu di minumkan virtamin seperti dalam hasil wawancara berikut: Akeq naq kurkuma plus ngan vitamin,mali seq uman yaq riq pali seq ngujat (Saya berikan kurkuma plus dengan vitamin, dia susah makannya ngemilnya kuat) (AL : 21/4/2011) Pengalei eh uman vitamin leq,muso minyak atuq leq,di eh tahan te usa oh (Biasanya minum vitamin aja ini, ya minyak ikan bilangnya menambah daya tahan tubuh. Itu aja ) (DBJ : 15/4/2011)

75

Naq vitamin pi e supaya raun sakit (Di beri vitamin penambah kekebalan tubuh supaya tidak sakit lagi ) (TL : 6/4/2011) Selain itu penyakit tindakan informan pada saat balita sembuh dari yaitu menjaga kesehatann ya, seperti dalam hasil

wawancara berikut: Kulu jaga kesehatan deh,jagaq punguman eh,kembueq eh (Ya menjaga kesehatannya, menjaga makanannya,

kebersihannya) (ID : 10/4/2011) Ilu tei pengumuman yeq tiga, ngecok neng inu pengumuman yyeq raun njam ia uman (Kita memberi makanan yang sehat, menjauhkan dari apa yang belum bisa dia makan ) (HS : 10/4/2011) Beberapa informan menjawab tidak tahu terhadap tindakan

yang di lakukan setelah sembuh dari penyakit, seperti dalam hasil wawancara berikut: Mbi tisen (tidak tahu) (MMR : 28/4/2011) Mbi kiq tisen amai (Tidak ngerti mbak) (LA : 13/4/2011)

76

B. PEMBAHASAN

1. Pengetahuan Ibu Balita Terhadap Imunisasi DPT Menurut Bloom, pengetahuan merupakan bagian dari

cognitive domain yang mempunyai 6 tingkatan, yaitu: Tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis

(analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang ( overt behavior) (Notoatmodjo, 1993). Dalam hasil wawancara mendalam yang di lakukan pada empat Desa mengenai pengetahuan ibu balita terhadap imunisasi, pengetahuan informan (ibu balita) berada dalam tingkatan tahu dan memahami. Namun pada umumnya informan lebih cenderun g menjawab tujuan imunisasi yaitu untuk menambah kekebalan tubuh dan pencegahan penyakit. Sedangkan menurut Departemen

Kesehatan RI (2004), menyebutkan vaksin atau imunisasi adalah suatu bahan yang bersal dari kuman atau virus yang menjadi penyebab penyakit yang bersangkutan, yang telah di lemahkan atau di matikan, atau di ambil sebagian, atau mungkin tiruan dari kuman penyebab penyakit yang secara sengaja di msukkan kedalam tubuh seseorang yang bertujuan merangsang timbulnya zat anti penyaki t

77

tertentu pada orang tersebut. Pernyataan ini telah sesuai dengan pendapat petugas mengenai pengertian imunisasi yaitu memasukan kuman penyebab penyakit yang telah di lemahka n ke dalam tubuh, dengan tujuan untuk memberikan kekebalan. Pengetahuan ibu balita tarhadap jenis-jenis imunisasi

menunjukkan bahwa informan mengetahui jenis -jenis imunisasi namun kebanyakan informan menyebutkan jenis imunisasi dengan tidak lengkap yaitu hanya terdiri dari tiga atau empat imunisasi, DPT, campak, polio dan hepati tis B. Sedangkan jenis-jenis vaksin yang saat ini dipakai dalam program imunisasi rutin di Indonesia adalah Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine) Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkolosis. Vaksin DPT ( Dipteri Pertusis Tetanus) Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin TT (Tetanus Toksoid) Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tetanus. Vaksin DT ( Dipteri Tetanus) Untuk pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus. Vaksin Campak dan Vaksin Polio (Depkes RI, 2006) pengetahuan informan dalam hal ini hanya berada dalam tingkat pertama atau tahu, namun informan belum memahami jenis-jenis imunisasi.

Dari hasil wawancara yang di lakukan kepada informan tentang pengetahuan mengenai usia pemberian imunisasi DPT pada umumnya informan menjawab imunisasi DPT diberikan pada saat balita berusia 1 minggu setelah lahir. Sedangkan menurut petugas

78

kesehatan imunisasi DPT di berikan pada saat balita berusia sebelum satu tahun. Dalam buku pedoman penyelenggaraan imunisasi, jadwal pemberian imunisasi pada bayi dengan

menggunakan vaksin DPT dan HB dalam bentuk terpisah, menurut frekuensi dan selang waktu dan umur pemberian. Imunisasi ini di berikan pada usia 2-11 bulan dengan dosis 0,5 cc. Tempat suntikan pada paha tengah luar, i ntramaskular. (Depkes RI 2005). Dalam hal ini tingkat pengetahuan informan masih kurang karena informan belum dapat menjawab pertanyaan dengan benar.

Dari hasil wawancara mendalam yang di lakukan kepada informan mengenai berapa kali imunisasi DPT di berika n informan menyebutkan imunisasi DPT di berikan sebanyak tiga kali, dan ada beberapa informan menjawab tidak tahu atau lupa. Menurut buku pedoman penyelenggaraan imunisasi, Jadwal Pemberian Imunisasi pada Bayi dengan menggunakan vaksin DPT dan HB dalam be ntuk terpisah, menurut frekuensi dan selang waktu dan umur pemberian. DPT/HB 1, 2, dan 3 diberikan tiga kali dengan selang waktu pemberian4 minggu. Tempat suntikan pada paha tengah luar, intramaskular. (Depkes RI 2005). Dalam hal ini tingkat pengetahuan informan masih sangat kurang mengenai berapa kali imunisasi DPT di berikan, karena hanya beberapa informan yang menyebutkan

imunisasi DPT di berikan sebanyak tiga kali seperti dalam buku pedoman penyelenggaraan imunisasi (Depkes RI 2005).

79

Difteri

adalah

inf eksi

akut

yang

di

sebabkan

oleh

Corynebacterium Diphteriae. Difteri biasanya terdapat pada faring, laring, hidung dan kadang pada kulit, konjungtiva, genitalia dan telinga. Infeksi ini menyebabkan gejala -gejala local dan sistemik terutam karena eksitoksin yang di keluarkan oleh mikro organisme pada tempat infeksi. (TH.Rampengan, 1993:). Dari hasil wawancara mendalam yang di lakukan kepada informan mengenai pengetahuan penyakit difteri mengungkapkan informan mengenai penyakit difteri yaitu panas dalam, dan radang. Selain itu beberapa informan menyebutkan pengertian penyakit difteri yaitu penyakit amandel, dan gondok.. dari pernyataan -pernyataan tersebut pengetahuan informan berada dalam tingkatan tidak tahu dan tidak memahami penyakit difteri. Hal tersebut berbeda dengan pendapat petugas imunisasi yang menyebutkan penyakit difteri yaitu penyakit yang di sebabkan oleh bakteri, dan biasanya kuman menyerang saluran pernafasan, hidung serta tenggorokan.

Pertusis adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan yang sangat menular, dengan di tandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang bersifat spasmodic dan paroksismal disertai nada yang meninggi, karena penderita berupaya keras untuk menarik nafas sehingga pada akhir batuk sering disertai bunyi khas (Whoop), sehingga penyakit ini di sebut Whooping Cough. (Rampengan,1993: 20). Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang di lakukan kepada informan mengenai penyakit pertusis atau

80

batuk rejan informan menjawab tidak mengetahui mengenai penyakit tersebut. Sedangkan beberapa Informan mnjawab penyakit pertusis yaitu batuk yang keras, batuk yang ngejan -ngejan, dan batuk

berdahak. Pengetahuan informan mengenai penyakit pertusis yaitu beberapa informan berada dalam tingkat tidak tahu dan tidak

mengerti namun ada beberapa informan yang tahu dan mengerti mengenai penyakit tersebut hal ini di karenakan terdapat balita informan yang terkena penyakit tersebut akibat tidak lengkapnya imunisasi.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang di lakukan pada ibu balita mengenai pengetahuan informan terhadap penyakit tetanus. informan berpendapat penyakit tetanus yaitu penyakit kalau kena kenapa itu susah sembuhnya, dan penyakit habis di tusuk

yang berkarat-karat. Dan ada juga informan menjawab ga tau dan tidak mengerti mengenai penyakit tetanus. Tetanus atau Lockjaw merupakan penyakit akut yang menyerang susunan saraf pusat yang di sebabkan oleh racun tetanospasmin yang di hasilkan oleh Clostridium Tetani. Penyakit ini timbul jika kuman tetanus masuk ke dalam tubuh melalui luka gigitan serangga, infeksi gigi, infeksi telinga, bekas suntikan, pemotongan tali pusat. Dalam tubuh kuman ini akan berkembang biak dan menghasilkan eksotoksin antara lain tetanospasmin yang secara umum menyebabkan kekakuan, spasme dari otot bergaris (Rampengan,1993).

81

Pengetahuan informan terhadap penyakit tetanus yaitu sebagian besar tingkat pengetahuan informan terhadap penyakit tetanus sangat baik, serta informan berada dalam tingkat tahu dan memahami penyakit tersebut karena tidak terlalu asing dan sering di temui dalam kehidupan sehari -hari.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang di lakukan pada ibu balita mengenai pengetahuan informan terhadap dampak negatif tidak melakukan imuniasasi Beberapa informan berpendapat dampak negatif tidak melakukan imuniasasi yaitu kurang kuat kekebalan tubuhnya, dan mudah terserang penyakit. Pengetahuan informan terhadap dampak negative tidak melakukan imunisasi yaitu sebagian besar tingkat pengetahuan infor man cukup baik, serta informan berada dalam tingkat tahu dan memahami dampak negative tidak melakukan imunisasi.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang di lakukan pada ibu balita mengenai pengetahuan informan terhadap dampak positif melakukan imuniasasi. Beberapa informan berpendapat dampak positif melakukan imunisasi yaitu Untuk kekebalan, agar tidak mudah kena penyakit. Imunisasi adalah salah satu bentuk

intervensi kesehatan untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila ia kelak terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit (I.G.N. Ranuh, dkk. 2005). Pengetahuan informan terhadap dampak positif melakukan

82

imunisasi yaitu sebagian besar tingkat pengetahuan informan cukup baik baik, serta informan berada dalam tingkat tahu dan memahami dampak positif melakukan imunisasi tersebut.

Pengetahuan ibu adalah sebagai salah satu faktor yang mempermudah (predisposing factor) terhadap terjadinya perubahan perilaku khususnya mengimunisasikan anak. Hal ini sesuai dengan pendapat L. Green dalam buku (Notoatmodjo,2003) yang

menyatakan bahwa salah satu faktor penentu terjadinya perubahan perilaku adalah adanya faktor pemudah (presdiposing factor) yang di dalam termasuk pengetahuan ibu.

Hal ini sejalan dengan pendapat (Soekidjo Notoatmodjo, 2003) bahwa pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

Menurut WHO (1998) dalam Notoatmodjo (2003) bahwa yang menyebabkan seseorang itu berprilaku karena adanya 4 alasan pokok yaitu pemikiran dan perasaan penting sebagai referensi, sumber-sumber daya dan kebudayaan. Bentuk dari pikiran dan perasaan adalah; pengetahuan, kepercaya an, sikap dan nilai. Pengetahuan dapat di peroleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.

83

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan pengalanan dan penelitian ternyata prilaku yang di dasari

pengetahuan akan lebih langgeng daripada prilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan. (Notoatmodjo, 1997)

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. (Soekidjo Notoatmodjo, 2003)

Dari teori-teori tersebut di atas dan di kaitkan dengan hasil penelitian jelas bahwa penge tahuan ibu-ibu tentang imunisasi DPT mempengaruhi prilaku ibu dalam mengimunisasikan DPT anaknya. Selain itu penelitian ini di dukung oleh pendapat Sarwono, 1993 menyebutkan bahwa keikut sertaan ibu balita dalam program imunisasi selain di tentukan oleh fa ctor internal yaitu karakteristik ibu yang bersangkutan juga di tentukan oleh factor eksternal yang meliputi lingkungan social, program kesehatan, pengetahuan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan (Rahmadewi,1994) 2. Sikap ibu balita terhadap imunisasi DPT Petanyaan ini untuk memeperoleh informasi mengenai sikap informan terhadap imunisasi DPT yang meliputi efek setelah imunisasi, serta sikap ibu balita terhadap imunisasi setelah ada efek

84

tersebut, berapa kali mendpatkan imunisasi DPT serta status imunisasi balita. Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang di lakukan mengenai status imunisasi balita informan melakukan imunisasi lengkap 9 kali. Dalam hal ini sikap ibu balita berada dalam tingkat ke tiga yaitu menerima, merespon dan menghargai imunisasi sehingga informan mengimunisasikan balitanya dengan lengkap. Sedangkan terdapat juga hasil wawancara mendalam dengan informan yang menyebutkan status imunisasinya tidak lengkap dengan alasan gada kendaraan dan sibuk hal ini menunjukkan sikap informan hanya sampai berada dalam tingkat menghargai namun informan tidak menerima efek imunisasi, sehingga imunisasinya tidak lengkap Berdasarkan hasil wawancara mendalam pada empat Desa yang di lakukan pada ibu balita mengenai efek setelah melakukan imunisasi DPT, sebagian besar informan berpendapat bahwa

kondisi tubuh balita-nya Panas Hangat-hangat serta sakit biasa 3 hari hal ini seperti di jelaskan dalam (Direktorat Jendral PPM & PL, Departemen Kesehatan RI) sedangkan beberapa informan

menjawab balita nya tidak panas setelah melakukan imunisasi tersebut. Seperti yang telah di jelaskan dalam (Direktorat Jendral PPM & PL, Departemen Kesehatan RI) mengenai efek imunisasi DPT. hal ini sesuai dengan pendapat petugas imunisasi imunisasi DPT memiliki efek panas.

85

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang di lakukan mengenai sikap ibu balita terhadap imunisasi DPT yaitu sebagian besar informan memilih untuk tetap lanjut dengan alasan biar balita tetap sehat. Sikap ibu balita berada dalam tingkat ke tiga yaitu

menerima, merespon dan menghargai imunisasi. Namun terdapat beberapa ibu balita yang memilih untuk berhenti imunisasi karena suhu tubuh anaknya tinggi. Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang di lakukan apakah pernah mendapatkan imunisasi DPT informan menjawab

pernah melakukan imunisasi tersebut. Sikap ibu balita berada dalam tingkat ke tiga yaitu menerima, merespon dan menghargai

imunisasi. Karena beberapa ibu balita mendapatkan im unisasi DPT sebanyak tiga kali. Sikap dapat terbentuk dari adanya interaksi ya ng di alami individu. Factor yang mempengaruhi terbentuknya sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang di anggap penting, pendidikan dan lainnya. Pendidikan, pengalaman dan pengetahuan yang baik akan berarti bagi tenaga kerja bila di duku ng dengan sikap yang positif karena akan menghasilkan prilaku yang baik pula. (Notoatmodjo, 2003) Sikap senantiasa ada dalam diri namun tidak selalu aktif setiap saat. Sikap merupakan kecenderungan untuk bereaksi secara positif (menerima) ataupun negatif terhadap suatu obyek itu. Sikap seseorang lebih banyak diperoleh melalui proses belajar

86

dibandingkan dengan pembawaan atau hasil perkembangan dan kematangan. Sikap dapat di pelihara atau ditumbuhkan dan dapat pula dirangsang atau diperlemah. Sikap terdiri d ari beberapa tingkatan, yaitu :Menerima (receiving), merespon (responding), menghargai (Valuing) dan bertanggung jawab (responsible)

(Notoatmodjo, 2007). Menurut L. Green dalam (Notoatmodjo,2003) sikap juga merupakan faktor predisposisi (predisposing factor) dari perilaku atau praktek. Di sini dituntut kebijakan seorang ibu untuk memahami pengetahuan yang telah didapat kemudian ia harus menentukan sikap apa yang harus diambil untuk kepentingan anaknya kelak dimasa yang akan datang. Berbekal pengetahuan ters ebut seorang ibu akan menentukan sikap akan mengimunisasikan anaknya atau tidak. 3. Tindakan Ibu Balita Terhadap Efek Imunisasi DPT Dalam (Notoatmodjo, 2007). Tindakan memiliki tingkatan tingkatan. Tingkatan tingkatan tersebut adalah :Persepsi

(Perception), respon terpimpin (Guided Response), mekanisme (Mecanisme) dan daptasi (Adaptation). Secara umum tindakan diketahui adalah respon atau reaksi individu terhadap stimulus baik baik berasal dari dalam dirinya. Respon atau reaksi individu terhadap stimulus atau rangsangan terdiri dari dua bentuk yakni respon yang berupa tindakan yang dapat di lihat dari luar dan dapat diukur di sebut sebagai perilaku

87

yang tampak (over behavior). Dan juga Respon yang berupa tindakan yang tidak dapat dilihat langsung disebut sebagai perilaku yang tidak tampak (covert behavior). Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang di lakukan mengenai tindakan ibu balita terhadap imunisasi DPT. saat balita sebelum terkena penyakit, pada saat sakit dan setelah sembuh dari sakit. Pada saat sebelum terkena penyakit yaitu menjaga makanan, menjaga kebersihan dan melakukan imunisasi. Dalam hal ini dapat di tarik kesimpulan bahwa informan memiliki tindakan yang masih berada dalam tingkatan persepsi yang baik dalam mengenal dan

memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang di lakukan mengenai tindakan ibu balita terhadap imunisasi DPT pada saat

balita sakit memberi pertolongan pertama seperti obat dan apabila tidak sembuh di bawa ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan. Dalam hal ini informan berada dalam tingkatan mekanisme dimana ibu balita telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis. Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang di lakukan mengenai tindakan ibu balita terhadap imunisasi DPT pada saat setelah sembuh dari sakit informan memberikan multi vitamin untuk menambah kekebalan tubuh balitanya supaya tidak sakit. Tindakan informan tersebut berada dalam tingkat ketiga yaitu pada tingkat

88

mekanisme, dimana apabila sesorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat ketiga. Secara umum tindakan diketahui adalah respon atau reaksi individu terhadap stimulus baik baik berasal dari dalam dirinya. Respon atau reaksi individu ter hadap stimulus atau rangsangan terdiri dari dua bentuk, yaitu : a) Respon yang berupa tindakan yang dapat di lihat dari luar dan dapat diukur. Ini di sebut sebagai perilaku yang tampak ( over behavior). b) Respon yang berupa tindakan yang tidak dapat dilihat langsung. Ini disebut sebagai perilaku yang tidak tampak ( covert behavior). (Notoatmodjo, 2007). Hasil yang sama juga di temukan pada penelitian yang di lakukan Suharsono yang melakukan studi deskripsi t entang

pengetahuan, sikap, dan prilaku ibu -ibu etnis Tionghoa tentang imunisasi di Kecamatan Kampit, Kabupaten Belitung.(Sugeng Hariyadi,2003) juga berpendapat bahwa sikap merupakan penentu penting dalam tingkah laku. Sikap yang ada pada seseorang akan memberikan gambaran corak bagaimana tingkah laku seseorang. Dari mengetahui sikap seseorang, orang akan dapat menduga bagaimana respon atau tindakan yang akan diambil oleh orang tersebut terhadap suatu masalah atau keadaan yang dihadapinya.

Вам также может понравиться

  • Modul 6 Model SCL
    Modul 6 Model SCL
    Документ11 страниц
    Modul 6 Model SCL
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • Modul 4 Perencanaan Pembljrn
    Modul 4 Perencanaan Pembljrn
    Документ15 страниц
    Modul 4 Perencanaan Pembljrn
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • Modul 1 Konsep Pengmb Kur
    Modul 1 Konsep Pengmb Kur
    Документ42 страницы
    Modul 1 Konsep Pengmb Kur
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • Modul 3 Pembelajaran SCL 2011
    Modul 3 Pembelajaran SCL 2011
    Документ17 страниц
    Modul 3 Pembelajaran SCL 2011
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • Modul 2 Penyusunan Kurikulum 2011
    Modul 2 Penyusunan Kurikulum 2011
    Документ29 страниц
    Modul 2 Penyusunan Kurikulum 2011
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • Modul 5 Penilaian Belajar 2011
    Modul 5 Penilaian Belajar 2011
    Документ27 страниц
    Modul 5 Penilaian Belajar 2011
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • Modul 7 Format KPT
    Modul 7 Format KPT
    Документ13 страниц
    Modul 7 Format KPT
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ2 страницы
    Daftar Pustaka
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • Kuisioner
    Kuisioner
    Документ5 страниц
    Kuisioner
    Ismail Andi Baso
    0% (1)
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ2 страницы
    Daftar Pustaka
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • Bab 1 Sampai Bab 5
    Bab 1 Sampai Bab 5
    Документ101 страница
    Bab 1 Sampai Bab 5
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • Bab 1 - Bab 5
    Bab 1 - Bab 5
    Документ82 страницы
    Bab 1 - Bab 5
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • Abstrak Indonesia Dan Abstrak Inggris
    Abstrak Indonesia Dan Abstrak Inggris
    Документ2 страницы
    Abstrak Indonesia Dan Abstrak Inggris
    Ismail Andi Baso
    100% (1)
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Документ29 страниц
    Bab Iv
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ8 страниц
    Bab I
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • Bab V
    Bab V
    Документ3 страницы
    Bab V
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • Bab II Yg Udh Diedit Repaired)
    Bab II Yg Udh Diedit Repaired)
    Документ23 страницы
    Bab II Yg Udh Diedit Repaired)
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ8 страниц
    Bab I
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • BAB V Kesimpulan Dan Saran
    BAB V Kesimpulan Dan Saran
    Документ2 страницы
    BAB V Kesimpulan Dan Saran
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • BAB III Yang Udah Diedit
    BAB III Yang Udah Diedit
    Документ4 страницы
    BAB III Yang Udah Diedit
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ3 страницы
    Daftar Pustaka
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • Abstract
    Abstract
    Документ3 страницы
    Abstract
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • BAB IVdan V Baru May 2
    BAB IVdan V Baru May 2
    Документ45 страниц
    BAB IVdan V Baru May 2
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ3 страницы
    Daftar Pustaka
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • Bab II Tinpus
    Bab II Tinpus
    Документ34 страницы
    Bab II Tinpus
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • Abstrak Baru
    Abstrak Baru
    Документ2 страницы
    Abstrak Baru
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • Bab III Metil
    Bab III Metil
    Документ5 страниц
    Bab III Metil
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • BAB IV Hasil &amp Pembahasan
    BAB IV Hasil &amp Pembahasan
    Документ31 страница
    BAB IV Hasil &amp Pembahasan
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Документ6 страниц
    Bab I Pendahuluan
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет
  • Bab Hasil
    Bab Hasil
    Документ54 страницы
    Bab Hasil
    Ismail Andi Baso
    Оценок пока нет