Вы находитесь на странице: 1из 17

TROPIK INFEKSI

DEMAM BERDARAH DENGUE


Pengertian
Demam berdarah dengue merupkan penyakit demam akut yang disebabkan virus
dangue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty dan aedes albopictus serta
memenuhi WHO damam berdarah dengue (DBD)
DIAGNOSIS
Kreteria diagnosis WHO 1997 untuk DBD harus memenuhi:
. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanyabifasik
. Terdapat minimum satu dari manifestasi perdarahan berikut ini :
- uji torniquet positip (>20 petekie dalam 2,54 cm²)
- Petekie, ekimosis, atau purpura pedarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan,
atau tempat lain
- Hematemesis atau melana
. Trombositopenia (>100.000/mm³)
. Trdapat minimal satu tanda – tanda plasma leakage
- hematokrit meningkat >20% dibanding hematokrit rata – rata pada usia, jenis
kelamin, dan jenis populasi yang sama
- hematokrit turun hingga >20% dibanding homatokrit awal, setelah pemberian cairan
- terdapat efutasi pluera, efusi perikard, asites, dan hipoproteinemia
Drajat
I : Demam disertat gejala konstitusional yang tidak khas, manifestasi perdarahan hanya berupa uji
tornique positif dan/atau mudah menular
II : Drajat I disertai perdarahan spontan
III : Terdapat gejala sirklus : nadi cepat dan lemah atau hipontensi, disertai kulit dingin dan
lembab serta gelisah.
IV : Renjatan : tekanan darah dan nadi tidak teratur DBD Drajat III dan IV digolongkan dalam
DIAGNISIS BANDING
Demam akut yang berbermanifestasi trombositopenia
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb,Ht,lekosit,trobisit,selorologi dangue

TERAPI
Nonfarmakologis: tirah baring,makanan lunak
Farmakologis
 Simtomatis : antipirektik parasetamol bila demam
 Tatalaksana terinci dapat dilhat pada lampiran protokol tatalaksana DBD
- Cairan intravena : Ringer Laktat atau ringer asetat 4-6 jam/kolf koloid/plasma
ekspenter DBD stradium III dan IV bila diperlukan
- Transfusi trombosit dan komponen darah sesuai indikasi
- Pertibangan heparinisasi pada DBD Stadium III atau IV dengan Koagulasi
intravaskular diseminata(KID)

KOMPLIKASI
Ranjatan,pendarahan,KID

PROGNOLOGIS
BONAM

WEWENANG
• RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
• RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam

UNIT TERIKAT
• RS Pendidikan : Divisi Hermatologi-Onkologi Medik,PMI
DEMAM TIFOID

PENGERTIAN
Demam tifoid merupakan penyakit sistemitik akut yang disebabkan kuman salmonella typhy atau
salmonnella partatyphy
DIAGONISIS
• Anamnesis : demam naik secara bertangga pada minggu pertama lalu demam menetap (kontinyu) atau
remiten pada minggu kedua. Demam terutama sore atau malam hari, sakit kepala, sakit otot,anoreksia,
mual, muntah, obstifasi atau diare.
• Pemeriksaan fisis : febris, kesadaran berkabut, brakardia relatif (peningkatan suhu 1°c tidak di ikuti
peningkatan denyut nadi 8 x/menit), lidah yang beselaput (kotor ditengah, tepi dan ujung merah, serta
tremor), hepatomegali, splenomegali, nyeri abdomen, roseolae(jarang pada orang indonesia).
• Laboratorium : dapat ditemukan lekopeni, lekositosis, atau lokosit normal. Aneosinofilia, limfopenia,
peningkatan LED anemia ringan, trombositopenia. Ganguan fungsi hati. Kultur darah
• (biakan empedu). Positif atau peningakta titer uji widal >4 lipat setelah suhu satu minggu memastikan
diagnosis. Kultur darah negatif tidak menyingkirkan diagnosis. Uji widal tunggal titer antibodi O 1/320
atau H 1/640 disertai gambaran klinis khas menyokong diagnosis.
Hepatitis Tifosa
Bila dipenuhi 3 atau lebih kreteria khosla(1990):hepatomegali,ikterik, kelainan laboratorium (antara
lain:bilirubin>30,6umo1/1,peningkatan SGOT/SGPT,penurunan indeks PT), kelaianan histopatologi

Tifoid Karier
Ditemukannya kuman selmonella typhy dalam pembiakaan feses atau urin pada seseorang tanmpa tanda
klinis infeksi atau pada seseorang setelah 1 tahun pasca – demam tifoid.

DIAGNOSIS BANDING
Infeksi virus, malaria

PEMERIKSAAN MENUNJANG
Darah perifer lengkap,tes fungsi hati, serologi kultur darah (biakan empedu)
TERAPI
Nonfatmalogis: tirah baring, makanan lunka rendah serat
Famakologis:
• Simtomatis
• Antimikroba
-pilihan utama kloramfenikol 4 x 500 mg sampai dengan 7 hari bebas demam.
Alternatif lain :
• Tiamfenikol 4 x 500 (komplikasi hematologi lebih rendah dibandingkan kloramfenikol)
• Kotrimoksazol 2 x 2 tablet selama 2 minggu
• Ampisilin adan amoksisilin 50-150 mg/kg BB selama 2 minggu
• Sefalosporin generasi III;yang terbukti efektif adalah seftriakson 3-4 gram dalam
dekstrosa 100 cc selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari dapat pula
diberikan sefotaksim2-3 x 1 gram, sefoperazon 2 x 1 gram
• Fluorokuinolon ( demam umumnya lisis pada hari III atau menjelang hari IV);
- norfloksasin 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
- siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
- ofloksasin 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
- pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari
- fleroksasin 400mg/hari selama 7 hari.
 Pada kasus toksik tifoid (demam tifoid disertai gangguan kesadaran dengan atau tampa
kelainan neurologis lainnya dan hasil pemeriksaan cairan otak masih dalam batas
normal) langsung diberikan kombinasi kloramfeniko 4 x 500 mg dengan ampisilin 4 x 1
gram dan deksametason 3 x 5 mg.
 Kombinasi antibiotika hanya diindikasikan pada toksiktifoid,peritonitis atau perforasi,
renjatan septik.
 Steroid hanya di indikasikan pada toksik tifoid atau demam tifoid yang mengalami
renjatan septik dengan disis 3 x 5 mg
Kasus tifoid karier
 Tanpa kolelitiasis -> pilihan renjimen terapi selama 3 bulan
- Ampisilin 100 mg/kgBB/hari + probenesid 30 mg/kg BB/hari
- Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari + probenesid 30 mg/kg BB/hari
- Kotrimoksazol 2 x 2 tablet/hari
 Dengan kolelitiasis -> kolesistektomi + regimen tersebut diatas selama 28 hari atau
 - siprofloksasin 2 x 750 mg/hari
 - norfloksasin 2 x 400 mg/hari
 Dengan infeksi Schistososma haematobium pada trakus urinarius -> eradikasi
Schistososma haematobium;
- Prazikuantel 40 mg BB disis tunggal, atau
-Metrifonat 7,5 – 10 mg/kgBB bila di perlukan diberikan 3 dosis, interval 2 minggu
setelah eradikasi berhasil, diberikan rajimen terapi untuk tifoid karier seperti diatas
Perhatikan: pada kehamilan flourokuinolon dan kotrimoksazol tidak boleh digunakan.
Kloramfenikol tidak dianjurkan pada III. Tiamfenikol tidak diajurkan pada trimester I . Obat
yang dianjurkan golongan beta laktam: ampisilin, amoksisilin, dan sefalosporin generasi
III (seftriakson)
KOMPLIKASI
Intestinal : perdarahan intestinal, perforasi usus, ileus paralintik, pankreatis.
Ekstra-intestinal: kordiovaskular (kegagalan sirkulasi perifer,miokarditis, trombosis,
tromboflebitis), hematologik ( anemia hemolitik, trombositopenia,KID), paru
(pneumonia, empiema, pleuritis), hepatobilier (hepatitis, kolestitis), ginjal
(glomerulonefritis pielonefritis), tulang ( osteomielitis, periostitis, spondilitas, artritis),
neuropsikiatrik (toksiktifoid)
PROGNOSIS
Baik. Bila penyakit berat, pengobatan terlambat/tidak ada akut atau ada komplikasi berat,
prognosis meragukan/buruk
WEWENANG
RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT YANG MANANGANI
. RS pendidkan : depertemen ilmu Penyakit dalam – Divisi Tropik Infeksi
. RS non pendidikan ; bagian ilmu penyakit dalam
UNIT TERKAIT
. RS pendidikan: departemen Bedah diaestif
. RS Non pendidikan : Departemen Bedah
LEPTOSPIROSIS
PENGERTIAN
Penyakit zoonosis yang disebabkan oleh spirokaeta patogen dari famili leptospiraceae
DIAGNOSIS
• Anamnesis : demam tinggi, mengigil, sakit kepala, nyeri otot, mual, muntah, diare
• Pemeriksaan fisis: injeksi konjungtiva, ikterik, fotofobia, hepatomegalli,
splenomegali,penurunan kesadaran
• Laboratorium : dapat ditemukan leukositosis, peningkatan amilase, lipase, dan Ck,
gangguan fungsi hati, ganguan fungsi ginjal, serologi leptospira positif ( litter >1/100
atau terdapat peningkatan >4 kali pada liter ulangan)
DIAGNOSIS BANDING
Hepatitis fifosa, ikterus obstruktif, maliria kolangitis, hepatitis fulominan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DPL, tes fungsi hati, ureum, kreatinin, elekrolit, amelase, lipase serologi leptodpira
MAT (mikoaglutinasi test)

TERAPI
Nonfarmakologis
Tirah baring, makanan/cairan tergantung pada komplikasi organ yang terlibat
Farmakologis
• Simtomatis
• Antimikroba pilihan adalah pilihan utama :Peniselin G 4 X 1,5 juta unit selama 5-7 hari.
Alternatifnya tetrasiklin, eritromosin, doksisiklin, sefalosporin generasi III, fluorokuinolon
KOMLIKASI
Gagal ginjal, pankreatitis, miokarditis, perdarahan masif, meningitis aseptik
PROGNOSIS
Bonam
WEWENANG
RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT YANG MANANGANI
. RS pendidkan : depertemen ilmu Penyakit dalam – Divisi Tropik Infeksi
. RS non pendidikan ; bagian ilmu penyakit dalam
UNIT TEKAIT
 RS pedidikan : Divisi ginjal-hipertensi
 RS non pendidikan

SEPSIS DAN RENJATAN SEPTIK


PENGERTIAN
• Sepsis merupakan sindroms respons inflamsi sistemik (SIRS) yang disebabkan oleh
infeksi.
• Renjatan (syok) septik: sepsis dengan hipotensi, ditandai dengan penurunan TDS<90
mm Hg atau penurunan >40 mmHg dari TD awal, tanpa adanya obat-obatan yang
dapat menurunkan TD
• Sepsis berat : ganguan fungsi organ atau kegagalan fungsi organ termasuk
penurunan keasdaran, gangguan fungsi hati, ginjal paru-paru dan asidosis metabolik
DIAGNOSIS SEPSIS
17. SIRS ditandai 2 gejala atau lebih berikut:
. Suhu bandah >38°c atau <36°c
. Frekuensi denyut jantung > 90x/menit
. Frekuensi pernapasan >24x/menit atau PaCO2<32
. Hitung leukosit>12.000/mm³,atau adanya > 10% sel batang
22 Adanya fokus infeksi yang bermakna
DIAGNOSIS
Renjatan kardiogenik, ranjatan hipovolemik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dpl, tes fungsi hati, ureum kreatinin, gula darah,AGD , elektrolit, kultur darah dan infeksi
fokal(urin, pus,sputum, dll) disertai uji kepekatan mikroorganisme terhadap
tantimikroba, foto toraks
TERAPI
. Eradiksi fokus infeksi
. Antimikroba empirik diberikan sesuai dengan tempat infeksi, dugaan kuman penyebab,
profil antimikroba (farmakokinetik dan farmakodinamik), keadaan fungsi ginjal dan
fungsi hati
Anitimikroba definitif diberikan bila kultur mikroorganisme telah diketahui, antimikroba
dapat diberikan sesuai hasil uji kepekaan mikroorganisme
. Suportif : resusitasi ABC, oksigenasi, terapi cairan, vasopresor/ inotropik, dan
trasfusi(sesuai indikasi ) pada ranjatan septik diperlukan unntuk mendapatkan
respon secepatnya
- Resusitasi cairan. Hipovolemia pada sepsis segara diatasi dengan pemberian
cairan kristaloid.
- Oksigenasi sesuai kebutuhan, ventilator diindikasika pada hipoksemia yang
progresif, hiperkapnia gangguan neurologis atau kegagalan otot pernapasan
- Bila hidrasi cukup tetapi pasien tatap hipotensi,
- Transfusi komponen darah sesuai indikasi
koreksi ganaguan metabolik : elektrolik , gula darah asidosis
metabolik.
- Nutrisi yang adekuat
- Terapi suportif terhadap gangguan fungsi ginjal
- Kortikostroid bila ada kecurigaan insufisiensi adrenal
- Bila terdapat KID dan terdapatkan bukti terjadinya tromboemboli, dapat
diberikan heparin dengan dosis 100 IU/kgBB bolu.
KOMPLIKASI
Gagal napas, gagal ginjal, gagal hati, KID,renjatan septikireversibel
PROGNOSIS
Dubia ad malam
WEWENANG
RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT YANG MANANGANI
. RS pendidkan : depertemen ilmu Penyakit dalam – Divisi Tropik Infeksi
. RS non pendidikan ; bagian ilmu penyakit dalam
UNIT YANG TERKAIT
. RS pendidikan :Divisi pulmonologi, ginjal – hipertensi, hematologi-onkologi, dan medical
hihg care/ICU
. RS non pendidikan: ICU

FEVER OF UNKNOWN ORIGIN


PENGERTIAN
 Fever of Unknown (FUO) klasik adalah demam > 38,3°c selama lebih 3 minggu,
sudah dilakukan pemeriksaan intensif selama 3 hari bila pasien dirawat atau minimal
3 kali kunjungan pasien rawat jalan tetapi belum dapat dilakuan penyebab demam.
Penyebab: infeksi, neoplasma, penyakit kolagen dan vaskular
 FUO pada pasien HIV adalah demam >38,3°c selama 4 minggu dirawat atau lebih
pada pasien rawat jalan atau minimal 4 hari pada pasein yang dirawat dengan hasil
pertumbuhan mikroorganisme negatif dari dugaan fokus infeksi. Penyebab
:infeksi,obat, sarkoma, limfoma
 FUO pada pasien netropenia (jumlah lekosit PMN <500/MM³) adalah demam
>38,3°c , dalam 3 hari perawatan pertumbuhan mikroorganisme masih negatif dari
dugaan fokus infeksi. Penyebab : infeksi
 FOU Pada geneatri (demam >38,3°c dalam 3 hari perawatan atau minimal 3 kali
kunjungan pasein di rawat jalan belum dapat ditentukan penyebab demam,
penyebab: neoplasma, penyakit kolage, infeksi
 FUO pada pasien padiatri(usia<18, tahun) adalah demam > 38,3°c selama lebih 8
hari, sudah dilakukan pemeriksaan intensif selama 3 hari bila pasien dirawat atau
minimal 3 kali kunjungan pasien rawat jalan tetepi belum dapat ditentukan
penyebab demem. Infeksin, Penyakit kolagen, neoplasma
 FOU pada pasien nosokomil demam >38,3°c timpul pada pasien yang dirawat di RS
dan pada mulai dirawat serta pada saat permulaan perawatan tidak terjankit infeksi,
penyebab demam tak diketahui dalam waktu 3 hari, termasuk hasil termasuk hasil
pertumbuhan mikroorganisme negatif dari dugaan fokus infeksi, penyebab : infeksi.
 FOU iatrogenik adalah demam >38,3°c akibat penggunaan obat: penisilin,
sefalosporin, sulfonamida, atropin, fenition, prokainamida, amfoterisin, interferon,
interleukin, rifampisin, INH, Makrolida, klidamisin, vankomisin, aminoglikosida,
allopurinol
DIAGNOSIS
Anamnesis dan Pemeriksaan Fesis:
• Riwayat penyakit secara terperinci: pola demam, ada tidaknya infeksi saluran napas atas, infeksi saluran
napas bawah, kaku lehar, nyeri perut, disuria atau sakit pinggang, diare, abses atau randang tonsil dan
otot, nyeri dan pembengkakan sendi, atau tanpa kelainan spesipik
• Riwayat pekerjaan, perjalanan kontak dengan orang sakit atau hewan, trauma fisik atau badeh, obat-
obatan (termasuk rokok, alkohol, narkoba), keadaan kulit pasien, kelenjar getah bening, lubang orifices
pasien
Laboratorium : sesuai mikroorganisme dan orang terkait

DIAGNOSIS BANDING
Infeksi, penyakit kolagen, neoplasma, efek samping obat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan hematologi, kimia darah, UL, mikrobiologi, imunologi, radiologi, EKG, biopsi jaringan tubuh,
pencitraan, sidikan,(scanning), endoskopi,/peritoneskopi, angiografi, limfografi, tidakan bedah (laparatomi
percobaan), uji pengobatan
TERAPI
. Simtomatis
. Uji terapeutik dangan antibiotika, kortikosstroid, atau obat antiinflamasi non steroid tidak dianjurkan kecuali bila
penyakit progresif potensial fatal sehingga terapi empirik diperlukan.
KOMPLIKASI
Sepsis, renjatan sepsis
PROGNOSIS
Dubia
WEWENANG
RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT YANG MANANGANI
. RS pendidkan : depertemen ilmu Penyakit dalam – Divisi Tropik Infeksi
. RS non pendidikan ; bagian ilmu penyakit dalam
UNIT TERKAIT
. Pedidikan : Divisi Pulmologi, hematologi –onkologi
. RS non pendidikan:-
MALARIA
Pengertian
Malaria merupakan penyakit yang disebabka oleh infeksi parasit plasmodium falsifarum,
plasmadium vavix, plasmodium ovale atau malariae dan ditukarkan melalui
gigitan nyamuk anopheles
DIAGNOSIS
Anamnesis : riwayat demam intermiten atau terus menerus, riwayat dari atau pergi ke
daerah endemik malaria, trias malaria (keadaan menggigil yang diikuti denan
demam dan kemudian timbul keringat yang banyak; pada daerah endemik
malaria, trias malaria mungkin tidak ada, diare dsapat merupakan gejala utama)
Pemeriksaan fisis: konjungtiva pucat, sklera ikterik, spelnomegali
Laboratorium : sediaan darah tebal dan tipis ditemukan plasmadium, serologi malaria
(+) [sebagai penunjang]
Malaria berat: ditemukanya p.falciparum dalam stadium aseksual desertai satu atau
lebih gejala berikut:
 Malaria serebral: koma dalam yang tidak dapat/sulit dibangunkan dan bukan
disebabkan oleh penyakit lain
 Anemia berat (normositik ) pada keadaan hitung parasit >10.000/ul;(Hb<5g/dl
atau hematokrit <15%)
 Gagal ginjal akut (urin <400 ml/24 jam pada orang dewasa, atau <12 ml/kgBB
pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi kretinin>3mg/dl)
 Edema paru/acute respiratory distress syndrome (ARDS)
 Hipoglikemia ( gula darah <40 mg/dl)
 Gagal sirkulasi atau syok (tekanan sistolik<70mmHg,disertai keringan dingin atau
perbedaan temperatur kulit –mukosa>1°c)
 Perdarahan spontan dari hidung, gusi saluran cerna, dan/atau disertai gangguan
koagulasi intravaskular
 kejang berulang lebih 2 kali dalam 24 jam setelah pendinginan pada hipertermia
 Asidemia (ph 7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma <15 mEg/1)
 Hemoglobinuria makroskopik oleh karena infeksi malaria akut (kukan karena efek
samping obat antimalaria pada pasien dengan defisiensi G6OD).
11. Diagnosis pasca kematian dengan ditemukanya P.Falciparum yang padat pada pembulu
darah kapiler jaringan otak
Beberapa keadaan yang juga digolongkan sebagai malaria berat sesuai dengan gambaran
klinik daerah setempat;
 Gangguan kesadaran
 Kelemahan otot tanpa kelainan heurologis (tak bisa duduk/jalan)
 hiperparasitemia >5% pada daerah hipoendemik atau daerah tak stabil malaria
 Ikterus (bilirubin >3mg/dl)
 Hiperpireksia (suhu rektal>40°C)
DIAGNOSIS BANDING
Infeksi virus, demam tifoid toksik, hipatitis, fulminan, leptospirosis, ensefalitis
PEMIRIKSAAN PENUNJANG
Darah teral dan tipis malaria, serologi malaria, DPL, tes fungsi hati, gula darah, UL, AGD,
elektrolit, hemostasis, rontgen toraks, EKG
TERAPI
 Infeksi p. vivax atau P. ovale
a. Daerah sensetif klorokuin:
klorokuin basa 150 mg:
Hari I: 4 tablet + 2 tablet ( 6 jam kemudian)
Hari II dan III: 2 tablet atau
Hari I dan II: 4 tablet
Hari III: 2 tablet
Terapi radikal : tambah primakiun 1 x 15 mg selama 14 hari, bila gagal dangan
terapi klorokiun, kina sulfat 3 x 400 – 600 mg/hari selama 7 hari.
b. Daerah resisten klorokiun
kina 3 x 400-600 mg selama 7 hari
Terapi redikal : di tambah primakiun 1 x 15 mg selama 14 hari
II. Infeksi P.falciparum ringan/sedang infeksi campur P. falciparum dan P. vivax
. Artemisin
Hari I : 4 tablet (200 mg)
Hari II : 4 tablet (200 mg)
Hari III : 4 tablet (200 mg)
. Amodiagium
Hari I : 4 tablet (600 mg)
Hari II : 4 tablet (600 mg)
Hari III : 2 tablet (600 mg)
. Klorokuin basa 150 mg:
Hari I : 4 tablet + 2 tablet (6 jam kemudian)
Hari II : 2 tablet
Hari III : 2 tablet atau
Hari I : 4 tablet
Hari II : 4 tablet
Hari III: 2 tablet
. Bils perlu ditambah terapi redikal : ditambah primakiun 45 mg (3 tablet)(dosis tunggal);
infeksi campuran : primakiun 1 x 15 mg selama 14 hari -> bila resisten dengan
pengobatan tersebut : SP 3 tablet (disis tunggal ) atau kina sulfat 3 x 400-600 mg/hari
selama 7 hari
III. MALARIA BERAT
. Artesnate iv/im 2,4 mg/kgBB diberikan pada jam ke:0,12,24, dilanjutkan satu kali per
hari.
. Drip kina HCL 500mg (10/kg/BB) dalam 250-250 ml D5% diberikan dalam 6-8 jam
(maksimum 2000 mg) dengan pemantauan EKG dan kadar gula darah tiap 8-12 jam
sampai pasien dapat minum obat per oral atau sampai hitungan parasit malaria sesuai
target (total pemberian parenteral dan per oral selama 7 hari dengan dosis per oral 10
mg/kgBB/24 jam diberikan 3 kali sehari)
. Pengobatan dengan kina dapat dikombinasikan dengan tetrasiklin 94 mg/kgBB diberikan 4
kali sehari atau doksisiklin 3 mg/kgBB sekali sehari.
Perhatikan SP tidak boleh diberikan pada bayi dan ibu hamil. Primakiun tidah boleh diberikan pada
ibu hamil, bayi, dan penderita defisiensi G6PD. Klorokiun tidak boleh diberikan dalam
keadaan perut kosong. Pada pemberian kina parentenal, bila obat sudah diterima 48 jam
tetapi belum ada perbaikan dan atau tardapat ganguan fungsi ginjal, maka dosis
selanjutnya diturunkan sampai 30-50%. Kortikosteroid merupakan kontraindikasi pada
malaria serebal.
Pemantuan pengobatan : hitungan parasit minimal tiap jam, target hitung parasit pada Hl 50% Ho
dan H3<25%HO. Prmiriksaan diulang samapai dengan tidak titemukan parasit malaria
dalam 3 hari pemeriksaan berturut-turut.
Pencegahan : klorokuin basa 5 mg/KgBB, maksimal 300mg/minggu diminum tiap minggu sejak 1
minggu sebelum ,masuk daerah endemik sampai dendgan 4 minggu setelah
meninggalkan daerah endemik atau deksisiklin 1,5 mg/kgBB/hari dimulai 1 (satu) bhari
sebelum pergi ke daerah endemis malaria hingga 4 minggu setelah meninggalkan daerah
endemis
KOMPLIKASI
Malaria berat, ranjatan gagal napas, gagal ginjal akut.
PROGNOSIS
Malaria falsiparum ringan/sedang malaria vivax, atau malaria ovale: bonam, malaria
berat: dubia ad malam.
WEWENANG
RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT YANG MANANGANI
. RS pendidkan : depertemen ilmu Penyakit dalam – Divisi Tropik Infeksi
. RS non pendidikan ; bagian ilmu penyakit dalam
UNIT TERKAIT
RS pendidkan: Divisi Ginjal-hipertensi, Divisi Pulmonologi dan departemen Neurologi
RS non pendidikan: Bagian Neurologi.
INTOKSIKASI OPIAT
PENGERTIAN
Intoksikasi opiat merupakan intoksikasi akibat pengguna obat golongan opiat yaitu morfin,
petidin, heroin, opium, pentazokain, kodein, loperamid, dekstrometorfan
DIAGNOSIS
 Anamnesis : informasi mengenai seluruh obat yang digunakan, sisa obat yang ada.
 Pemeriksa Fasis :pupil miosis-pin point pupil, depresi napas, penurunan kesadaran, nadi
lemah, hipontesi tanda edema paru, needle track sign, sianosis spesme saluran cerna
danbilier, kenjang
 Laboratorium : opiat urin positif atau kadar dalam darah tinggi
DIAGNOSIS BANDING
Intosikasi obat sedatif: elektrolit, benzodiazepin,etanol
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Opiat urine/darah, AGD elektrolit gula darah, rontogen toraks
TERAPI
M. Penaganan kegawatan : resusitasi A-B-C(airway, breathing, circulation) dengan
memperhatikan prinsip kewaspadaan univesal. Bebaskan jalan napas, berikan oksigen
sesuai kebutuhan, pamasangan infus dan pemberian cairan sesuai kebutuhan.
N. Pemberian antidot nalokson
1. Tanpa hipoventilasi: dosis awal diberikan 0,4 mg intravena pelan-pelan atau
diencerkan
2. Tanpa hipoventilasi: dosis awal diberikan 01-2 mg intravena pelan-pelan atau
diencerkan
3. Bila tak ada respon, diberikan nalokson 1-2 mg intravena tiap 5- 10 minet hingga
timbul respon (perbaikan kesadaran hilangnya dipresi pernapasan, dilatasipupil) atau
lelah mencapai dosis maksimal 10 mg. bila tetep tak ada respon, diagnosis intosikasi
opiat perlu dikaji ulang.
4 . Efek nalokson berkurang dalam 20-40 menit dan pasien dapat jatuh kedalam keadaan
overdosis kembali, sehingga perlu pemantauan ketat tanda vital, kesadaran dan
perubahan pupil selama 24 jam. Untuk mencegah dapat dapat diberikan drip nalokson
satu ampul dalam 500 ml D5% atau Nacl 0,9 % diberikan dalam 4-6 jam
5. Simpan sanpel urine untuk pemeriksaan opiat urin dan lakukan foto toraks
6. pertimbangkan pemasangan pipa endo treakel bila: pernapasan tidak adeakut setelah
pemberian nalokson yang optimal, oksigensi kurang meski ventilasi cukup, atau
hipoventilasi menetap setelah 3 jam pemberian nalokson yang optima.
7. Pasien di puasakan 6 jam untuk menghindARI ASPIRASI AKIBAT Spesme pilorik bila
diperlukan dapat dipasang NGT untuk mencegah aspirasi atau bilas lambung pada
intoksikasi opiat oral.
8. Activated charcoal dapat diberikan pada intoksikasi peroral dengan memberikan 240 ml
cairan dengan 30 gram charcoal, dapat diderikan sampai 100 grm.
9.bila terjadi kecang dapat diberikan daizepam intravena 5-10 mg dan dapat di ulan dila
perlu.
Pasien dirawat untuk penilaian klinis dan rencana rehabilitasi
KOPLIKASI
Aspirasi
WEWENANG
RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT YANG MANANGANI
. RS pendidkan : depertemen ilmu Penyakit dalam – Divisi Tropik Infeksi
. RS non pendidikan ; bagian ilmu penyakit dalam
UNIT TERKAIT
RS pendidkan: Divisi Ginjal-hipertensi, Divisi Pulmonologi dan Departemen psikiantri, Departemen
Anesntensi/ICU
RS Non pendidikan : bagian Psikiatri
INTOKSIKASI ORGANOFOSFAT
PENGERTIAN
Intoksikasi organofofat merupakan intoksikasi akit zat yang mengandung organofosfat
DIAGNOSIS
. Anamnesis: riwayat minum/kontak denan jat yang mengandung organofosfat, muntah
. Pemeriksaan Fasis: bradikardia pupil miosis, penurunan kesadaran, tanda-tanda
aspirasi.
. Laboratorim: pemerikasaan bahan muntah atau darah mengandung organofosfat
PEMERIKSAAN PENUJANG
DPL, elektrolit, rontgen toraks,EKG, memeriksaan ogranofosfat
TERAPI
. Bilas lambung melalui NGT
. Antropinisasi
KOMPLIKASI
Gagal napas, blok AV
PROGNOSIS
Dubia
RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT YANG MANANGANI
. RS pendidkan : depertemen ilmu Penyakit dalam – Divisi Tropik Infeksi
. RS non pendidikan ; bagian ilmu penyakit dalam
UNIT TERKAIT
. RS pendidikan : Divisi Pulmonologi, Psikosomomatik
. RS non Pemdidikan : bagian Psikiatri

Вам также может понравиться