Вы находитесь на странице: 1из 8

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR

BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VIII


Jln. Kapten Anwar Sastro No. 1251 Telp/Fax. (0711) 312272 - PALEMBANG

LAPORAN AKHIR ( FINAL REPORT )

RANCANGAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI MUSI

Nomor Tanggal Tahun Anggaran

: 01/SP/BWSS.VIII/PP/2007 : 29 Maret 2007 : 2007

Jl. Masjid Annur III No. 51A Kav. DPR Kebayoran Lama Jakarta Selatan

PT. DDC CONSULTANTS

FINAL REPORT

Penyusunan Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Musi

ABSTRACT
RANCANGAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI MUSI

1. Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya air untuk berbagai keperluan disatu pihak terus meningkat dari tahun ketahun, sebagai dampak pertumbuhan penduduk dan pengembangan aktivitasnya. Padahal dilain pihak ketersediaan sumber daya air semakin terbatas, terutama akibat semakin menurunnya kualitas lingkungan dan penurunan kualitas sumber daya air akibat pencemaran. Hal ini apabila tidak diantisipasi, pada saatnya dapat menimbulkan ketegangan dan malahan konflik akibat terjadinya benturan kepentingan akibat permintaan (demand) tidak lagi seimbang dengan ketersediaan sumber daya air (supply). Oleh karena itu perlu upaya secara proporsional dan seimbang antara pengembangan, pelestarian dan pemanfaatan sumber daya air baik dilihat dari segi teknis maupun dari aspek non teknis. Mengingat pengelolaan sumber daya air merupakan masalah yang kompleks dan melibatkan semua pihak sebagai pengguna, pemanfaat maupun pengelola, maka pengelolaan SDA di wilayah sungai perlu menggunakan prinsip one river basin, one plan, and one integrated management. Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai (SDA WS) perlu dilaksanakan secara holistik, yang merangkum aspek kuantitas dan kualitas air. Untuk memenuhi kebutuhan air yang terus meningkat diberbagai keperluan, diperlukan suatu perencanaan terpadu yang berbasis wilayah sungai guna menentukan langkah dan tindakan tepat dengan mengoptimalkan potensi SDA (Sumber Daya Air) dan melindungi/melestarikan serta meningkatkan SDA. Salah satu tahapan dalam perencanaan SDA Wilayah Sungai sesuai dengan UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air adalah penyusunan Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai yang berisi tentang : (1) tujuan umum pengelolaan SDA, (2) dasar-dasar pengelolaan SDA, (3) prioritas dan strategi dalam mencapai tujuan, (4) konsepsi kebijakan-kebijakan dasar pengelolaan dan (5) rencana pengelolaan strategis. 2. Wilayah Sungai Musi Luas seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Sumatera Selatan dan 2 Kabupaten di Prov. Bengkulu adalah 89.070,26 km2 sedang areal yang berada di WS Musi sebesar 58.625,38 km2 (65,81%). Bagian hulu WS Musi yang meliputi 8 Kabupaten/Kota menempati areal seluas 25.823,33 km2 (44.05% dari luas seluruh WS Musi), bagian tengah meliputi 5 kabupaten/Kota (21.890,54 km2 atau 37,34% dari seluruh WS Musi) dan bagian hilir yang meliputi 4 Kabupaten/Kota (10.911,52 km2 atau 18,61% dari seluruh WS Musi).

PT. DDC CONSULTANTS

ENGINEERING AND MANAGEMENT CONSULTANT

Abstract - 1

FINAL REPORT

Penyusunan Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Musi

Peta Wilayah Sungai Musi Berdasarkan Batas Adminstrasi (terdiri dari 17 Kabupaten/Kota)

Peta Potensi Danau/Waduk di WS Musi (Musi River Basin Study, 1989) Jumlah penduduk di 17 Kabupaten/Kota yang masuk dalam WS Musi tercatat sebesar 6.395.307 jiwa dengan kepadatan 98 orang/km2. Kota Palembang merupakan Kota yang terpadat dengan kepadatan 3.579 jiwa/km2. Beberapa data kependudukan untuk WS Musi:

PT. DDC CONSULTANTS

ENGINEERING AND MANAGEMENT CONSULTANT

Abstract - 2

FINAL REPORT

Penyusunan Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Musi

o o

Jumlah penduduk Kabupaten/Kota di WS Musi sebanyak 6.395.307 orang dimana yang bberada di Prov. Sumatera Selatan sebanyak 6.027.367 jiwa. Kepadatan penduduk di WS Musi adalah 98 orang/km2, dimana yang terpadat berada di Kota Palembang (3.579 jiwa/km2)

Total PDRB (dengan migas) untuk harga berlaku tahun 2005 dari 17 Kabupaten/Kota di WS Musi (kabupaten/Kota di Prov. Sumatera Selatan dan Bengkulu) tercatat sebesar Rp 85,58 Triliun). PDRB tertinggi dicapai oleh Kota Palembang (Rp.24,59 Triliun) sedang PDRB terendah di Kota Pagar Alam (Rp 712 Miliar). Melihat kontribusi sektor-sektor penting dalam penyusunan PDRB tersebut maka dapat dilihat bahwa sektor pertanian merupakan sektor penting di 11 kabupaten/Kota. Di Kabupaten Kepahiang dan Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, sektor pertanian masih sangat dominan (67,6% dan 54%). Pengembangan pelabuhan laut Tanjung Api Api memerlukan dukungan penyediaan air baku. Mengingat ketersediaan air yang ada, secara volumetrik kebutuhan air tersebut akan dapat dipenuhi dari beberapa ruas sungai disekitarnya. 3. Permasalahan dalam Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Musi Permasalahan dalam pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai Musi disebabkan oleh o Pertumbuhan penduduk yang menyebabkan kebutuhan akan air baku juga akan meningkat. o Pertumbuhan ekonomi yang tinggi (target 7% pada tahun 2009) menyebabkan naiknya permintaan akan air baku antara lain untuk industri, perkotaan tetapi juga ancaman menurunnya kualitas air akibat dari pembuangan limbah di badan air. o Perubahan pola pemanfaatan ruang di WS Musi yang dapat merubah kemampuan DAS atau WS dalam menyimpan air dimusim hujan dan melepaskannya dimusim kemarau. Trend pengembangan ruang yang akan terbentuk berdasarkan struktur tata ruang yang telah ditetapkan dalam RTRW Provinsi Sumatera Selatan memberikan potensi pendayagunaan dan pengembangan sumber daya air di WS Musi. Peningkatan kebutuhan air perkotaan dan irigasi bagi kawasan budidaya pertanian yang dikembangkan menurut pola tata ruang disetiap wilayah menjadi pertimbangan bagi pengembangan potensi sumber daya air di WS Musi. Trend pemanfaatan ruang yang menjadi potensi pengembangan sumber daya air di WS Musi antara lain: o Pengembangan sumber daya air bagi peningkatan pelayanan air bersih untuk permukiman dan industri, system drainase, dan system sewerage (air kotor) di perkotaan. o Pengembangan sumber daya air bagi daerah irigasi guna melayani wilayah basis kegiatan ekonomi pertanian, khususnya pertanian lahan basah utuk mendukung Prov Sumatra Selatan sebagai lumbung pangan. Produksi beras provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2006 adalah 1,46 juta ton. Target produksi beras per tahun yang akan dicapai pada tahun 2009 adalah sebesar > 2 juta ton (konsumsi 0,9 juta ton) dengan strategi antara lain optimalisasi lahan sawah irigasi, rawa pasang surut dan lebak. Target tersebut diharapkan dapat dicapai dengan upaya peningkatan intensitas tanam yang akan dapat dijamin dengan pasokan air irigasi yang cukup. Untuk itu diperlukan rehabiltasi jaringan irigasi, rawa dan lebak serta penyediaan dana OP yang memadai. Luas irigasi teknis, semi teknis dan sederhana (air permukaan) yang sudah sawah dan berfungsi sebesar 89.039 ha, yang belum berfungsi 10.043 ha dan belum sawah 8.070 ha sehingga jumlah seluruhnya adalah 107.242 ha. Luas daerah potensial tetapi belum ada jaringan irigasi sebesar 47.270 ha. Untuk masa yang

PT. DDC CONSULTANTS

ENGINEERING AND MANAGEMENT CONSULTANT

Abstract - 3

FINAL REPORT

Penyusunan Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Musi

akan datang luas daerah irigasi untuk lahan irigasi baik teknis, non teknis maupun sederhana akan menjadi 155.316 ha setelah semua sawah dicetak. Luas daerah rawa (pasang surut maupun non pasang surut) yang sudah sawah dan berfungsi sebesar 205.200 ha dimana luas jaringan irigasi rawa pasang surut 156.763 ha dan irigasi non pasang surut 48.527 ha. Sedang yang belum berfungsi 8.904 ha dan belum sawah 2.964 ha sehingga jumlah 324.400 ha. Untuk masa yang akan datang luas daerah rawa pasang surut maupun non pasang surut akan menjadi 526.488 ha dimana tambahan areal didapat dari areal pasang surut yang belum ada jaringan (218.109 ha) dan jaringan non pasang surut yang belum berfungsi (77.104 ha). o o Pengembangan sumber daya air bagi pengembangan terpadu dengan kawasan konservasi dan pariwisata. Pengembangan sumber daya air bagi energi listrik dan alur sungai untk sarana trnsportasi untuk mendukung Prov. Sumatera Selatan sebagai lumbung energi. Target penyediaan tenaga listrik sebesar 1400 MW antara lain akan dipenuhi dari pembangunan PLTU (1000 MW) dan PLTG (400 MW). Tetapi untuk listrik pedesaan masih terbuka lebar potensi yang dapat dikembangkan dari PLTMH. Bahkan tenaga listrik dari tenaga air (PLTA) di WS Musi cukup tersedia dengan kapasitas total 744 MW dimana 210 MW telah terbangun (PLTA Musi, 3x70MW). Keuntungan komparatif dari PLTA yang bersumber dari energi yang terbarukan terhadap sumber energi yang lain dapatmenjadi pilhan yang menarik untuk dikaji lebih lanjut.

Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk maka kebutuhan air untuk rumah tangga, perkotaan dan industri (RKI) juga meningkat Kebutuhan air untuk industri di Indonesia masih sulit ditentukan secara pasti karena tidak ada statistik tentang pemakaian air untuk industri. Dalam data statistik tidak pernah disebutkan berapa air yang digunakan sebagai input produksi dibidang industri. Neraca ketersediaan air di WS Musi per tahunnya dapat dilihat pada Gambar berikut dimana terdapat surplus yang cukup besar dimana 88,43% dari volume air mengalir ke laut.
NERACA AIR WS MUSI TAHUN 2007 DAN TAHUN 2030 (TANPA WADUK) 64,098.88 66,123.36 825.27 527.67 9,853.52 8,126.64 74,777.67 74,777.67 0 10,000 20,000 30,000 40,000 JUTA M3 TAHUN 2007 TAHUN 2030 50,000 60,000 70,000 80,000

Terbuang Kebut RKI Kebut.Irigasi Ketersediaan

Kondisi pada masa mendatang dicirikan dengan meningkatnya kebutuhan air untuk rumah-tangga, perkotaan dan industri, juga irigasi sesuai dengan rencana yang ada. Pada masa mendatang telah direncanakan perluasan areal Daerah Irigasi Komering, Lakitan dan Kelingi sebagai berikut: o Daerah Irigasi Komering (saat ini 46.222 ha) akan ditingkatkan arealnya menjadi 107.164 ha dimana 62.664 hektar berada di Provinsi Sumatera Selatan, dan 44.500 hektar di Provinsi Lampung.

PT. DDC CONSULTANTS

ENGINEERING AND MANAGEMENT CONSULTANT

Abstract - 4

FINAL REPORT

Penyusunan Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Musi

o o

Daerah Irigasi Lakitan, ditingkatkan arealnya menjadi 13.950 hektar Daerah irigasi Kelingi, ditingkatkan arealnya menjadi 10.163 hektar.

Hasil run program DSS-Ribasim dengan dibangunnya waduk Muara Dua menunjukkan bahwa tidak terjadi kekurangan air irigasi pada Daerah Irigasi Komering, baik yang termasuk dalam wilayah Sumatera Selatan, maupun yang di provinsi Lampung, walaupun luas jaringan irigasi telah dikembangkan menjadi 107.164 ha dari kondisi saat ini (46.226 ha). Tetapi daerah irigasi Lakitan, kelingi, Batang harileko dan Daerah Rawa Musi Banyuasin dan Banyuasin masih akan defisit dengan probabilitas sukses masing-masing 72,5%, 65,7% dan 76% karena tidak ada waduk tampungan air untuk memenuhi kebutuhan air pada daerah tersebut. Berdasarkan pengamatan kualitas air yang pernah dilakukan secara umum kondisi fisik air khususnya di bagian hilir sungai pada umumnya keruh. Hal ini menunjukkan adanya partikel tanah terlarut hasil dari proses erosi pada lahan yang berada di daerah atasnya. Bapedalda Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2006 dan 2007 telah melakukan pengujian baik di lapangan maupun di laboratorium. Bencana yang diakibatkan oleh daya rusak air antara lain banjir, longsor, amblesan tanah, kekeringan, dan bahkan sampai wabah penyakit yang diakibatkan oleh air (waterborne desease) yang biasa terjadi sesudah terjadinya banjir. Pengendalian daya rusak air diutamakan pada upaya pencegahan melalui perencanaan pengendalian daya rusak air yang disusun secara terpadu dalam pola pengelolaan sumber daya air. Pencegahan banjir dilakukan melalui upaya fisik maupun non fisik tetapi diutamakan pada kegiatan non fisik. Penanggulangan daya rusak air dilakukan dengan mitigasi bencana. Pemulihan daya rusak air dilakukan dengan memulihkan kembali fungsi lingkungan hidup dan sistem prasarana sumber daya air.

Jumlah Bencana Alam menurut Jenis, Prov SumSel, Thn 2006


Pembakaran 11%

Kebakaran 8% Gempa bumi 2%

Lainnya 3%

Longsor 15%

Banjir bandang 9%

Banjir 52%

Jumlah Bencana Alam Menurut Jenis,

Dari data tersebut diatas tampak bahwa bencana akibat dari daya rusak air (banjir, banjir banding dan longsor lahan) merupakan bencana terbesar (74,6%). Lahan kritis yang terdapat di WS Musi sekitar 1,5 juta ha, yaitu sekitar 30% dari luas hutan yang ada. Kalau dilihat prosentase lahan kritis menurut Sub DAS, maka luas lahan kritis terbesar terdapat di Sub DAS Lakitan (41%) dan yang kedua di Sub DAS Air Padang (36%). Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar berikut:

PT. DDC CONSULTANTS

ENGINEERING AND MANAGEMENT CONSULTANT

Abstract - 5

FINAL REPORT

Penyusunan Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Musi

TOTAL LAHAN KRITIS (HA)


1800000 1600000 1400000
966,108 1,524,912

LUAS (HA)

245,441.35

112,026.06 272,273

192,044.09

331,234.67

800000
362,019 33,735.18 178,877

200000 0

6,883.72

400000

LEMATANG

SEMANG US

KO MERING

HARILEKO

LAKITAN

PADANG

KELING I

RAW AS

41%

22%

O AN G

19%

MUSI

25%

27%

18%

2%

36%

16%

60,734.14 201,624

66,579.40 184,263

600000

150,695.05

94,334.09

595,380

1000000

721,659

854,422

1200000

Total lahan kritis

Luas Sub DAS

Pers en thd luas Sub DAS

Gambar Lahan kritis di Sub DAS di WS Musi Berdasarkan kriteria TBE dan luas TBE di Sub DAS maka jumlah sedimen dari DAS dapat diperkirakan. 4. Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Musi Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Musi dalam implementasinya akan dijabarkan kedalam berbagai program kegiatan yang disusun sesuai dengan kebutuhan dan kondisi nyata yang dituangkan dalam matrik pola pengelolaan SDA. Dalam Pola pengelolaan SDA, hal-hal berikut perlu ditekankan: 1. Rancangan Pola Pengelolaan SDA Wilayah Sungai adalah kerangka kerja dan merupakan arah kebijakan dalam pengelolaan SDA. 2. Dalam Rancangan Pola Pengelolaan SDA Wilayah Sungai tidak dilakukan penyusunan program prioritas karena prioritas akan menjadi output dari rencana induk wilayah sungai (program dengan nilai kelayakan tertinggi merupakan prioritas jangka pendek). Tetapi sesuai dengan hasil PKM maka akan tetap diberikan program berjangka hanya sebagai panduan kasar yang dapat digunakan nanti pada penyusunan rencana induk. Beberapa arahan kebijakan dalam Rancangan Pola Pengelolaan SDA WS Musi antara lain sebagai brikut: 1. Konservasi Sumber Daya Air o Rencana Induk Konservasi Sub DAS Komering Hulu termasuk pembangunan waduk Muara Dua o Penetapan Kabupaten Konservasi untuk Kab. OKU-Selatan, Lahat, Empat Lawang, Musi Rawas, Kepahiang, Rejang Lebong dan Kota Pagaralam o Rehabilitasi lahan kritis o Rencana Induk Kualitas Air WS Musi o Pilot Project communal waste management 2. Pendayagunaan Sumber Daya Air o Penetapan sempadan sungai , waduk, danau, mata air di seluruh WS Musi

PT. DDC CONSULTANTS

ENGINEERING AND MANAGEMENT CONSULTANT

Abstract - 6

30%

FINAL REPORT

Penyusunan Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Musi

o Rencana Induk Irigasi WS Musi o Penyediaan air baku untuk rencana pelabuhan laut Tanjung Api Api, dan Kota Terpadu Mandiri (KTM) 3. Pengendalian Daya Rusak Air o Penetapan flood zoning pada lokasi rawan banjir dan flood proofing pada lokasi rawan banjir o Perda atau SKB antar Kabupaten untuk penerapan sistem insentif disinsentif antara hulu-hilir o Penyusunan Pedoman untuk flood proofing dan pengelolaan dataran banjir o Penyusunan Rencana Tanggap Darurat o Peningkatan fungsi retensi ekologis di WS Musi o Penyusunan Rencana Induk Penanggulangan Banjir Kota Palembang 4. Keterbukaan dan Ketersediaan Data dan Informasi SDA o Pembuatan Unit Data dan Informasi SDA Tingkat Provinsi o Pembuata Web site SDA Provinsi Sumatera Selatan 5. Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masarakat, Swasta dan Pemerintah o Meningkatkan peran swasta dalam pengendalian pencemaran air o Meningkatkan peran Peguruan Tinggi dalam dan kelembagaan masyarakat lainnya dalam perencanan pengelolaan SDA o Optimalisasi Badan Litbang dalam pelaksanaan diklat terhadap petugas lapangan dan masyarakat o Revitalisasi Dewan Sumber Daya Air Daerah Provinsi Sumatera Selatan. o Pembentukan Tim Koordinasi Pengelolaan SDA (TKPSDA) WS Musi 5. Kesimpulan Dengan diselesaikannya Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Musi, diharapkan dapat ditindaklanjuti dengan penyusunan beberapa Rencana Induk atau Master Plan yang terkait dengan pengelolaan SDA, yang dilaksanakan secara terpadu bersama stakeholders lain yang terkait.

PT. DDC CONSULTANTS

ENGINEERING AND MANAGEMENT CONSULTANT

Abstract - 7

Вам также может понравиться