Вы находитесь на странице: 1из 13

Husnuz-Dzan Di Jalan Allah

Khuthbah Idul Fitri


Oleh : H. Mas’oed Abidin1
‫السلم عليكم ورحمة ال و بركاته‬
َ‫ال أكبر ال أكبر ال أكبر ال أكبر كَ ِبيْرًا وَ اْلحَ ْمدُ ِلِ كَ ِثيْرًا وَ سُبْحَانَ الِ بُكْرَ ًة و‬
َ‫ل العِ ْيد‬
َ ‫ الحَ ْم ُد ل الذِي جَ َع‬.‫ ال أَكْبَر وَ ِل الحَمْد‬،‫ل لَ ِإلَ َه ِإلّ ال ُهوَ ال أَكْبَر‬ ً ‫أَصِي‬
َ‫ َأشْهَ ُد َأنْ ل‬.ِ‫حسَنَات‬ َ ‫ض لِلعِمَارَات وَ زَ ْرعِ ال‬ ِ ‫ل َلنَا مَا فيِ الر‬ َ ‫ت وَ جَ َع‬ ِ ‫ُموْسِمًا لِلخَيْرَا‬
َ‫ و َأشْهَ ُد َأنّ مُحَ ّمدًا عَ ْبدُه و‬،‫ق الرْض وَ السّمَاوَات‬ ُ ِ‫ك لَهُ خَال‬
َ ‫حدَهُ لَ شَرِ ْي‬ ْ َ‫ِإلَ َه ِإلّ ال و‬
‫علَى‬
َ ‫سّلمْ وَ بَارِك‬ َ َ‫ل و‬ ّ‫ص‬َ ّ‫ الل ُهم‬.‫ضحِ البَيّنَات‬ َ ْ‫ى دِيْ ِنهِ بَِأو‬
َ ‫َرسُوْله الدّاعِي إِل‬
َ‫ى آلِ ِه وَ أَصْحَابِ ِه وَ التّابِ ِع ْينَ المُجْتَ ِهدِين ِلنَصْرَ ِة الدّين و‬ َ ‫ َنبِيّنَا مُحَمّد وَ عَل‬،‫سَ ّيدِالكَائِنَات‬
‫ ال أكبر ال أكبر ال‬، َ‫ ُأوْصِيْ ُك ْم وَ ِإيّاىَ بِ َت ْقوَى ال فَ َقدْ فَا َز المُتّ ُق ْون‬.‫إِزَالةِ ال ُمنْكَرَات‬
.‫أكبر ول الحَمْد‬
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tiada tuhan selain Allah yang Maha
Besar. Allah Maha Besar dan segala puji hanya milik Allah.
Allah Maha Besar sebesar-besarnya, segala puji bagi-Nya sebanyak-banyaknya, Maha Suci
Allah dari pagi hingga petang hari. Tiada tuhan selain Allah, sendiri. Yang benar janji-Nya, yang
memberi kemenangan kepada hamba-Nya, yang memuliakan prajurit-Nya sendirian. Tiada tuhan
selain Allah, dan kita tidak beribadah kecualihanya kepada Allah, mengikhlaskan agama hanya
kepada-Nya, walaupun orang-orang kafir membenci. Tiada tuhan selain Allah. Allah Maha Besar,
bagi Allah-lah segala puji.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.


Pada pagi hari ini kita menyaksikan ratusan juta umat manusia
mengumandangkan takbir, tahlil, tasbih, dan tahmid. Semilyar mulut
menggumamkan kebesaran, kesucian, dan pujian untuk Allah Subahanhu wa Ta'ala,
sekian banyak pasang mata tertunduk di hadapan kemaha-besaran Allah Azza wa
Jalla, sekian banyak hati diharu-biru oleh kecamuk rasa bangga, haru, bahagia
dalam merayakan hari kemenangan besar ini.

1
Disampaikan oleh Wakil Ketua Dewan Penasehat MUI Prov.Sumbar. Ketua Umum Forum Kewaspadaan Dini
Misyarakar (FKDM) Prov Sumbar, di Kota Pariaman, pada Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1429 H/1 Oktober
2008 M.
Sebuah kemenangan dalam pertempuran panjang dan
melelahkan. Bukan melawan musuh di medan laga, bukan melawan pasukan
dalam pertempuran
bersenjata. Tetapi, pertempuran melawan musuh yang ada di dalam diri kita, nafsu
dan syahwat serta syetan yang cenderung ingin menjerumuskan kita.
Ibnu Sirin berkata tentang sulitnya mengendalikan jiwa, "Aku tidak pernah
mempunyai urusan yang lebih pelik ketimbang urusan jiwa."
Hasan Bashari berkata, "Binatang binal tidak lebih memperlukan tali kekang
ketimbang jiwamu."
Kemenangan melawan hawa nafsu ini adalah inti kemenangan. Ini
kemenangan terbesar. Kemenangan utama akan melahirkan kemenangan-
kemenangan lain dalam semua kancah kehidupan dunia yang kita arungi.
Kita memerlukan kemenangan seperti ini untuk memenangkan semua
pertarungan yang di hadapi dalam hidup ini. Betapapun banyaknya alat peragat
berupa materi untuk merebut kemenangan yang di-kuasai oleh seseorang,
kelompok, atau bangsa, ternyata mereka harus menelan kekalahan jua. Sebenarnya,
mereka menguasai ilmu dan teknologi, senjata canggih dan perlengkapan yang
mencukupi. Namun semua itu tidak berdaya ketika berhadapan dengan seseorang,
kelompok, atau bangsa yang memiliki ketangguhan jiwa, mempunyai kekuatan
mental, yang dibentengi oleh kematangan pribadi.
           
     
"Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan
izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar (memiliki ketangguhan)." (Al-Baqarah:
249).

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu.


Selama sebulan penuh kita berada dalam bulan suci, bulan penuh
keberkahan dan nilai. Bulan yang mengantarkan kita kepada suasana batin yang
sangat indah. Bulan yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan bagi kita kaum
Muslimin.
Bulan Ramadhan melatih kita untuk memberi perhatian kepada waktu. Sungguh
banyak manusia yang tidak bisa menghargai dan memanfaatkan waktunya.
Ramadhan melatih kita untuk selalu rindu kepada waktu-waktu shalat, yang
barangkali di luar Ramadhan kita sering mengabaikan waktu-waktu shalat itu.
Adzan telah berkumandang di samping kanan kiri telinga kita, namun kita
masih tetap dengan segala kesibukan kita. Tidak tergerak bibir kita untuk
menjawabnya apa lagi untuk memenuhi panggilan itu. Dan kita telah membiarkan
suara Muadzin itu memantul di tembok rumah dan kantor kita, lalu pergi bersama
angin lalu.
Selama bulan Ramadhan ini kita selalu menunggu suara adzan, minimal adzan
Maghrib dan Shubuh. Kita tempel di rumah kita, bahkan kita hapal jadwal
Imsakiyyah. Mudah-mudahan selepas Ramadhan ini rasa rindu kepada waktu
shalat selalu kita pelihara.
Waktu adalah kehidupan. Barangsiapa menyia-nyiakan waktunya berarti ia
menyiakan-nyiakan hidupnya.
Ada survei tahun 1980 bahwa Jepang adalah negara pertama yang paling
produktif dan efektif dalam menggunakan waktu. Disusul Amerika dan Israel.
Subhanallah, ternyata negara-negara itu kini menguasai dunia.
Sebagai seorang muslim, mestinya kita menjadi orang yang paling disiplin
dengan waktu kita.
Al-Qur'an yang kita baca di bulan Ramadhan mengisyaratkan pentingnya waktu
bagi kehidupan. Bahkan pada banyak ayat Allah bersumpah dengan waktu. Maka
jika kita ingin menjadi manusia yang terhormat di antara manusia lain dan
bermartabat di sisi Allah, hendaknya kita isi waktu kita dengan hal-hal yang
produktif, baik untuk kepentingan dunia atau akhirat kita.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu.


Ramadhan juga melatih kita untuk memakmurkan tempat-tempat ibadah;
masjid, mushalla, dan surau. Gegap gempita kita mendatangi rumah-rumah Allah
ini, kita kerahkan anak istri kita untuk meramaikan tempat suci ini. Hingga ketika
menyaksikan pemandangan indah ini seseorang sempat berkhayal, "Andai Ramadhan
datang dua belas kali setahun."
Begitu indah pemandangan ini, suara pujian dan doa bersahut-sahutan dari
pengeras suara di antara masjid-masjid. Alam serasa hanyut dalam tasbih dan
istighfar, di bawah naungan Asma’ al Husna.
Suasana ini perlu kita pertahankan selepas Ramadhan ini, kita perlu
mengerahkan keluarga kita untuk memakmurkan masjid-masjid Allah. Sehingga
kita layak mendapatkan janji Allah, bahwa,
"Ada tujuh golongan manusia yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya di hari
dimana tidak ada naungan selian naungan Allah .dan (salah satu daripadanya
adalah) seseorang yang hatinya terikat dengan masjid."
Ramadhan juga melatih kita untuk lebih mementingkan ketaatan kepada Allah
dengan mengorbankan tenaga dan kepentingan kita
Di saat-saat kita masih lelah bekerja seharian, setelah sepanjang siang kita
bertahan dengan rasa lapar dan dahaga. Ketika kita mestinya beristirahat dari
kepenatan, namun, justru kita ruku' dan sujud dalam shalat tarawih atau qiyamu
Ramadhan dengan satu harapan, mudah-mudahan kita mendapatkan ridha Allah.
Itu semata satu-satunya yang paling berharga dalam hidup kita selaku Muslim.
Semangat ini mestinya kita pelihara tetap ada setelah Ramadhan meninggalkan
kita. Kita wajib mengabdi dan mempersembahkan apa yang kita miliki ini untuk
meraih keridhaan Allah.
Sejatinya, apa yang kita miliki saat ini hanya amanah dari Allah Ta'ala, apakah
kita dapat menjaga dan menunaikan amanah ini atau tidak.
Semestinya keridhaan Allah itu menjadi tujuan kita. Tidak ada desah nafas,
mulut bergerak, tangan berayun, dan kaki melangkah kecuali kita harus
mengiringinya dengan satu pertanyaan, "Apakah dengan apa yang saya ucapkan dan
saya lakukan ini saya akan mendapatkan ridha Allah." ??? Hingga serasilah apa yang
sering kita ikrarkan,
         
 
" Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam."

Ramadhan melatih kita untuk mempunyai rasa solidaritas sesama manusia,


dengan rasa lapar dan dahaga kita teringat akan nasib sebagian dari saudara-
saudara kita yang kurang beruntung di dalam hidup ini, mereka setiap harinya
dirongrong rasa lapar dan dahaga.
Rasa kemanusiaan semacam ini nyaris mulai sirna dewasa ini. Saat budaya
hedonisme mulai menjangkiti manusia modern, di mana mereka hanya disibukkan
oleh urusan pribadi, nafsi-nafsi, urusanku sendiri sendiri. Hal ini diakibatkan karena
orientasi hidup manusia modern yang hanya memandang materi sebagai satu-
satunya tujuan.
Terkadang untuk memenuhi ambisi kebendaannya seseorang rela menghalalkan
segala cara.
Maka Solidaritas semacam ini perlu kita pelihara dan kita aplikasikan dalam
hubungan dengan sesama manusia dengan melakukan shiyam-shiyam sunnah, di
mana Islam telah mensyariatkannya.
Manusia maju atau modern perlu melakukan puasa untuk melatih kepekaan
sosialnya Para pejabat perlu melakukan puasa sunnah untuk merasakan derita yang
dialami sebagian besar bangsa ini. Sehingga, muncul kebijakan-kebijakan yang
berpihak kepada masyarakat miskin. Minimal dapat menurunkan gaya hidup kelas
tinggi mereka di tengah bangsa yang menangis ini.
Di antara tanggung jawab umarak adalah melindungi orang lemah dengan
memperbaiki silaturahim dan menanam tekad memancangkan keadilan di tengah
kehidupan dengan saling menghormati, seperti sabda Rasulullah SAW :
َ‫ظُلوْ ُم وَ َمنْ أَكْ َرم‬
ْ َ‫ف وَ بِهِ َينْتَصِ ُر الم‬
ِ ْ‫ يَأوِى ِإلَ ْي ِه الضّعِي‬،ِ‫ل فِى الرْض‬
ِ ‫ظلّ ا‬
ِ ُ‫سلْطَان‬
ّ ‫ال‬
‫ رواه ابن النجار عن أبي هريرة‬.ِ‫ن ال فِى الدّ ْنيَا أَكْرَمَهُ الُ َيوْمَ القِيَامَة‬ َ ‫سلْطَا‬
ُ
“Penguasa (pemerintahan) yang dilindungi oleh Allah di bumi, lantaran berlindung kepadanya
orang lemah dan karena orang teraniaya mendapatkan pertolongan (dengan adil). Barang siapa di
dunia memuliakan penguasa yang menjalankan perintah Allah, niscaya orang itu di hari kiamat
dimuliakan pula oleh Allah” (Diriwayatkan oleh ibnu Najar dari Abu Hurairah).

Kita menyambut adanya itikad baik dari pemimpin negeri membudayakan


hidup sederhana. Alangkah indahnya jika ajakan hidup sederhana ini di terapkan
oleh semua pihak, terutama para pejabat, menteri, anggota dewan, dirjen-dirjen
dan lainnya. Ini akan menggurangi anggaran negara dan dapat dialokasikan untuk
hal-hal yang lebih bermanfaat.
Bangsa ini masih terpuruk. Rakyat masih menderita. Kemiskinan menjadi
pemandangan utama di setiap sudut kota dan pelosok desa. Tidaklah pantas
memamerkan kemewahan di hadapan mereka. Apalagi menggunakan fasilitas
negara.
Zuhud, adalah sikap yang diajarkan Islam kepada kita dalam hidup ini. Az-
Zuhri ditanya tentang makna zuhud dan dia menjawab, "Zuhud bukanlah berpakaian
yang kumal dan badan yang dekil. Zuhud adalah memalingkan diri dari syahwat dunia."

Orang mukmin boleh kaya dan berjaya, namun yang ada di hatinya hanyalah
Allah semata. Letakkan harta di tanganmu dan jangan letakkan di hatimu."
Demikian nasihat ulama.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu


Sungguh banyak pelatihan dalam Diklat Ramadhan kepada kita. Besar sungguh
hikmah disyariatkan shiyam sebulan penuh. Agar sebelas bulan dalam setahun, kita
lalui dengan menerapkan nilai-nilai Ramadhan.
Suasana spiritual yang dilatih selama sebulan Ramadhan ini menjadi energi
bagi kita mengarungi sebelas bulan berikutnya. Agar predikat takwa itu benar-
benar terjaga dalam diri.
Ketakwaan adalah bekal hidup dan modal untuk menghadapi pengadilan Allah
Azza wa Jalla.
             
   
"Dan berbekallah kalian, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah
kepada-Ku hai orang-orang yang berakal."
               
"Sesungguhnya sebaik-baik kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa, Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS,49, Al Hujurat : 13)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu


Ramadhan telah memberikan banyak perubahan dalam diri kita. Mulai dari
sikap, perilaku, dan paradigma dalam memandang hidup dan kehidupan. Mestinya
ini semua menjadi bekal untuk melakukan perubahan-perubahan di masa
depan. Perubahan yang mengantarkan hidup kita ke arah yang lebih baik.
Apakah sebagai pribadi maupun bangsa.
Kehidupan yang kita lalui masih sulit. Beban yang kita pikul semakin berat
sebagai pribadi atau bangsa.
Kita sekarang belum juga bisa keluar dari krisis multi dimensi yang cukup pelik.
Pekerjaan kian sulit dicari. Harga-harga masih membumbung tinggi. Angka
pengangguran masih tinggi. Bencana alam silih berganti. Kejahatan telah meraja-
lela. Demi sesuap nasi, nilai-nilai yang semestinya dijunjung dan dijaga tidak
diindahkan lagi. Bahkan, nyawa yang begitu mahal dan berharga oleh semua
agama dan ideologi, kini menjadi taruhan yang sangat murah sekali.
Dari layar TV dan media cetak kita sering menyaksikan peristiwa
pembunuhan yang sungguh menjadikan bulu kuduk kita berdiri. Anak
membantai ayah bundanya sendiri. Suami mencincang istri. Tetangga menghabisi
tetangga. Saudara menggorok leher saudara kandungnya. Rata-rata motifnya
sama,.. ekonomi… !!!. Semua harus bangkit untuk mengatasi semua kesulitan yang
melanda bangsa ini.
Tidak akan pernah ada bekal terbaik untuk menghadapi kondisi sulit ini selain
ketakwaan semata. Di dalam lubuk hati umat Islam mesti dikumandangkan
pernyataan tulus Khalifah Umar Ibnu Khattab ;

‫) رواه‬ ُ‫لسْلَم فَمَهْمَا ابْتَ َغيْنَا العِزّةَ بِغَيْرِ مَا َأعَزّنَا الُ بِ ِه َأ َذلّنَا ال‬
ِ ‫ن قَ ْومٌ َأعَزّنَا ال بِا‬
ُ‫ح‬ْ َ‫ن‬
( ‫الحكم‬
“ Kita adalah umat yang telah dibikin berjaya oleh Allah dengan bimbingan agama Islam. Kalaulah
(satu kali) kita ingin mencapai kejayaan lagi dengan bimbingan selain agama Islam, (sudah pasti)
malah kehinaan yang akan ditimpakan Allah kepada kita.”

Di hari yang fitri ini, di tengah merayakan kemenangan besar, di masa baru saja
selesai melakukan pelatihan sebulan penuh. Di mana nuansa kesucian masih kita
rasakan. Di saat pikiran dan hati telah mengalami pencerahan oleh nilai-nilai
ketakwaan. Marilah kita menatap hari esok yang lebih baik, penuh optimisme.
Memang seorang Mukmin Muttaqin berpantang kehilangan asa dalam kondisi
apapun. Optimisme adalah harga mati jika kita ingin bangkit mengatasi berbagai
kesulitan ini.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu.

Ada beberapa variabel untuk membangun optimisme dalam diri kita.


Pertama, Husnudzan kepada Allah.
Husnudzan atau berprasangka baik kepada Allah
harus kita kokohkan dalam diri kita. Kita sepakat
bahwa tidak ada satu peristiwa yang terjadi selain
hanya dengan izin dan kehendak Allah semata.
Termasuk ujian dan kesulitan yang sedang kita
hadapi sebagai bangsa atau Negara.
Seorang Mukmin selalu menerima semua
ketentuan Allah dengan prasangka baik. Mukmin
punya prinsip bahwa apa yang menimpanya,
itulah yang terbaik baginya menurut ketentuan Allah. Mukmin tidak mau
menggerutu kepada Penciptanya.
Mereka tidak pernah memberontak kepada keputusan Tuhannya. Mukmin selalu
menatap semua ujian itu dengan senyum. Mereka yakin akan mendapatkan
dua keuntungan dari ujian itu:
1. Diangkat dan dihapuskannya kesalahan dan dosa-dosanya

2. Dan tinggikan derajatnya di sisi Allah Azza wa Jalla

َ َ َ َ َّ ‫ع‬
:‫ل‬ ُ َّّ ‫ أن‬:ِ‫سل ّم‬
َ ‫ه قَا‬ َ َّ‫صل ّى الل ُهّ ع َلَي ّْهِ و‬
َّ ِّ ‫ل الله‬
ِ ْ‫سو‬
ُّ ‫ن َر‬
ْ َّ ‫ ع‬،‫ك‬
ٍ ِّ ‫مال‬
َ ‫ن‬
ِ ّْ ‫س ب‬
ِ َّ ‫ن أن‬
ْ
َ َّ ِّ ‫ إ‬.ِ‫عظ َّم ِ البَلَء‬
‫ما‬ً ّْ‫ب قَو‬ َّّ ‫ح‬ َ ‫ إِذ َا أ‬،‫ه‬ َّ ‫ن الل‬ ِ َّ ‫مع‬ َ ‫جَزا ِء‬ َ ْ ‫م ال‬ُ َّ ‫عظ‬ ِ
ُ َّ ‫ط فَل‬
‫ه‬ َ ‫خ‬ ِ ‫س‬ َّ ‫ن‬ ّْ ‫م‬ َ َ‫ و‬.‫ضا‬ َ ِّ‫ه الّر‬ ُ َّ ‫ فَل‬،‫ى‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ن َر‬ ّْ ‫م‬ َ َ‫ ف‬.‫م‬ ْ ُّ‫ابْتَلَه‬
‫ باب الصبر‬،‫ كتاب الفتن‬،‫ سنن ابن ماجه‬،)2320( ‫ باب ماجاء في الصبر على البلء‬،‫ كتاب الزهد‬،‫) سنن الترمذي‬
ُ ‫خ‬
‫ط‬ ْ ‫س‬ ُّ ‫ال‬
)4011( ‫على البلء‬

Dari Anas bin Malik RA. Rasulullah SAW bersabda: Besarnya suatu balasan amal
tergantung pada besarnya cobaan yang diterima. Karena sesungguhnya Allah, jika mencintai suatu
kaum, maka ia timpakan bala’ pada mereka. Siapa yang ridha, baginya keridhaan Allah. Siapa yang

gundah gulana, makaia akan tersiksa karena kegundahannya (baginya kemurkaan Allah).” (HR.
Turmudzi, [2320], Ibnu Majah [4021])

"Sungguh mengherankan urusan seorang Mukmin, semua urusannya berakibat baik baginya, dan itu
tidak terjadi kepada selain orang-orang Mukmin, jika mereka mendapatkan kebaikan ia bersyukur
dan itu baik baginya. Dan jika mereka mendapat bencana ia bersabar dan itu baik pula baginya."
(HR.Muslim)
Husnudzan harus kita pelihara dalam diri kita. Allah tidak menghendaki dari
hamba-Nya selain kebaikan di dunia dan di akhirat.
Jangan sampai kita celaka di dunia dan teraniaya di akhirat akibat prasangka
buruk kepada Allah. Na'udzu billah, tsumma na'udzu billah.

Kedua, Tidak putus dari berdoa. Doa merupakan senjata orang beriman,
berdoa merupakan ibadah dan enggan berdoa merupakan kesombongan kepada
Allah Azza wa Jalla.
Sebagai bangsa, kita ini diharapkan orang lain mestinya sudah hancur
berantakan, mestinya negara yang bernama Indonesia ini sudah gulung tikar. Krisis
ekonami berkepanjangan telah menggiling bangsa. Krisis kepercayaan, rusak moral,
bom meledak di mana-mana, pemerintahan yang lemah Berbagai tekanan bahkan
konspirasi untuk menghancurkan bangsa kita begitu kuat dilakukan orang.
Pertikaian dan permusuhan antar suku, entis, dan antar agama menjadi-jadi.
Pertumbuhan ekonomi yang kian memburuk. Hutang negara kian membumbung
tinggi.
Semuanya itu, mestinya sudah cukup membuat kita, sebagai bangsa ambruk
terkapar Tetapi kenyataannya tidak. Kita masih hidup sebagai bangsa yang kuat.
Apapun keadaannya, kita masih bisa berdiri tegak. Mengapa hingga saat ini kita
masih bisa bertahan.
Kita yakin seyakin-yakinnya, semuanya telah terjadi berkat doa yang
dipanjatkan setiap muslim di negeri ini. Semua itu berkat ratusan juta pasang
tangan yang selalu ditengadahkan ke langit. Berdoa agar negeri ini dijauhkan dari
kehancuran.

Perpaduan hati dan kecintaan menjadi awal dari persatuan. Akhlak mulia dan
sifat malu pada generasi muda akan menjadikan dunia bersih tak bernoda. Sabda
Rasulullah SAW sebutkan,
،ُ‫سن‬َ‫ح‬ ْ َ‫لغْنِيَا ِء أ‬
َ ‫ن فِى ا‬ ْ ‫ن وَ لَ ِك‬
ٌ‫س‬َ‫ح‬َ ُ‫ السّخَاء‬،ُ‫سن‬ َ‫ح‬ْ َ‫سنٌ َو لَ ِكنْ فِى الُمَرَا ِء أ‬ َ‫ح‬ َ ُ‫ال َعدْل‬
ُ‫ ال ّتوْبَة‬،ُ‫حسَن‬ ْ َ‫سنٌ َو لَ ِكنْ فِى الفُقَرَا ِء أ‬ َ‫ح‬ َ ُ‫سنُ الصّبْر‬َ‫ح‬
ْ َ‫سنٌ َو لَ ِكنْ فِى ال ُعلَمَاءِ أ‬ َ‫ح‬ َ ُ‫َا ْلوَرَع‬
‫ رواه‬.ُ‫حسَن‬ ْ َ‫سنٌ َو لَ ِكنْ فِى ال ّنسَا ِء أ‬
َ‫ح‬َ ُ‫ الَحيَاء‬،ُ‫سن‬ َ‫ح‬ْ َ‫ب أ‬
ِ ‫ن فِى الشّبَا‬ ْ ‫سنٌ وَ لَ ِك‬
َ‫ح‬ َ
‫الديلمى عن عمر‬
“Keadilan itu baik, akan tetapi lebih baik kalau berada pada umarak (pejabat pemerintahan).
Kedermawanan itu baik, akan lebih baik jika ada pada orang-orang yang mampu (hartawan).
Hemat cermat itu sangat baik, akan tetapi lebih baik kalau cermat itu berada pada orang berilmu.
Kesabaran itu baik, namun akan lebih baik kalau ada pada orang miskin. Tobat (meninggalkan dosa
itu baik), tetapi akan lebih baik kalau ada pada pemuda. Malu itu baik, tetapi akan lebih baik kalau
ada pada perempuan”. (HR. Dailami dari Umar bin Khattab).

Di tangan umarak terletak kunci pemerintahan. Penguasa yang baik akan


menjadikan kehidupan dunia jernih dan saling menyayangi dalam tatanan
berbangsa.

.ْ‫علَيْ ُكم‬
َ ‫ن‬
َ ْ‫صّلو‬
َ ُ‫علَيْ ِه ْم وَ ي‬
َ َ‫صّل ْون‬
َ ُ‫خِيَا ُر أَئِمّتُ ُك ُم الذّينَ تُحِ ّبوْنَ ُه ْم وَ يُحِ ّبوْن َكمُ ْو َت‬
“Pemimpin/penguasa kamu yang terbaik ialah yang kamu cintai dia setulus hati, sedang mereka pun
mencintai kamu rakyatnya dengan sesungguh hati pula. Kamu selalu mendo’akan keselamatan
mereka kepada Allah, begitu pula mereka selalu berdo’a dan berusaha keras untuk kesejahteraan
kamu rakyatnya, dengan seikhlas hati pula.

‫رواه‬ .ْ‫ضوْنَ ُكمْ تلَعُِْنوْنــ ُه ْم وَ َيلْعَ ُنوْنَ ُكم‬


ُ ْ‫ضوْنَ ُه ْم وَ يَبْغ‬
ُ ُ‫وَ شِرَا ُر أَئِمّتِ ُكمْ الذّ ْينَ َتبْغ‬
‫مسلم عن ابن مالك‬
Sejahat-jahat pimpinan pengusaha kamu ialah mereka yang selalu kamu benci karena tindak
tanduknya yang tidak adil, dan merekapun membenci kamu rakyatnya setengah mati. Kamu selalu
mengutuk dan melaknat mereka supaya kekuasaan mereka cepat tumbang,sedangkan mereka sendiri
mengutuki kamu pula dengan cara mempersulit dan menyengsarakan kamu rakyatnya….” (Hadits
menurut riwayat Imam Muslim dari A’uf bin Malik).
Ketiga, meneladani para nabi dan rasul. Mereka adalah kekasih-kekasih Allah.
Sungguhpun demikian, ujian dan cobaan selalu Allah timpakan kepada mereka,
amat dahsyat dan tak terperikan. Bahkan di antara mereka ada yang mendapat
gelar Ulil Azmi karena keberhasilan mereka dalam mengahadapi ujian berat.
Rahasianya adalah mereka tidak pernah berputus asa kepada Allah Ta'ala.
Adalah nabiyullah Zakaria yang selalu merindukan anak, namun hingga di
usianya yang mulai senja, si buah hati yang di idamkannya belum kunjung datang.
Hal itu tidak membuatnya putus asa dan kehilangan optimisme. Dengarkan Al-
Quran menuturkan,
       
       
              
         
              
        

(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya,
Zakariya, yaitu tatkala ia berdo`a kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata: "Ya
Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum
pernah kecewa dalam berdo`a kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir
terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka
anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi
sebahagian keluarga Ya`qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai".(QS.19,
Maryam: 2-6).
Orang yang sudah tua renta, istrinya mandul pula, lalu mengharapkan
mempunyai anak. Rasanya akan mustahil terjadi. Harapan akan tinggal harapan.
Kekasih Allah tidak pernah menyandarkan harapannya kepada sebab-sebab
manusiawi semata. Sebab sebab itu juga merupakan kehendak Allah.
Sungguh Allah mampu menciptakan dari yang tiada menjadi ada. Tentulah
tidak akan sulit menciptakan dari yang sudah ada, walau usia renta dan istri
mandul. Akhirnya Allah mendengar doanya dan melihat ketegarannya.
            
     
"Hai Zakariya, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang
anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa
dengan dia." (QS.19, Maryam: 7).

Itu pula yang dialami Ibrahim, Khalilullah, ketika beliau bermohon diberi
turunan ketika berdoa “Rabbi, Hablii minas-Shalihin”. Tidak ada yang mustahil
bagi Allah. Tugas kita hanyalah tetap berusaha dan berdoa.
Pada perang Khandaq, saat sepuluh ribu pasukan sekutu yang terdiri dari suku
Quraisy dan kabilah-kabilah Arab lainnya mengepung Madinah. Sementara
Rasulullah hanya didukung dua ribu pasukan dengan parit (khandaaq) yang
mengelilingi sebagian sisi kota.
Sementara itu pula, orang-orang Yahudi Bani Quraidzah yang terikat
perjanjian dengan kaum Muslimin untuk melindungi wilayah perbatasan kota
Madinah, telah berkhianat dan membatalkan perjanjian mereka dengan kaum
muslimin dan bergabung dengan pasukan sekutu.
Dengarlah bagaimana sikap Rasulullah SAW ketika menghadapi kondisi genting
ini,
         
  
“ dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan
yang dekat (waktunya). dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.”
(QS.61, Ash-Shaaf : 13)
Allahu Akbar, Bergembiralah wahai sekalian kaum Muslimin dengan
kemenangan dari Allah dan pertolongan-Nya. Ternyata Allah memperhatikan
optimisme hamba terbaik-Nya. Dua ribu pasukan Muslim dapat mengalahkan
sepuluh ribu pasukan sekutu plus orang-orang Yahudi Bani Quraidzah.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu

Keempat, beramal dan bertawakkal. Sebab Allah tidak menurunkan emas dari
langit. Gunakan seluruh potensi yang Allah telah karuniakan kepada kita.
              
            
   
"Dan katakanlah: "Bekerjalah kalian, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan
melihat pekerjaanmu itu, dan kalian akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan
yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kalian apa yang telah kamu kerjakan".
(At-Taubah:105).

Rasulullah SAW menyebutkan kedudukan amalan karya kita di dunia ini dalam
menciptakan kebahagiaan bersama-sama.

َ‫ل فِ ْيهِ رَحِمَ ُه و‬


ُ‫ص‬ِ َ‫علْمًا فَ ُهوَ يَتّقِي فِيْ ِه وَ ي‬
ِ ‫ عَ ْبدٌ رِ ْزقَهُ ال مَالً َو‬:ٍ‫الدّنْيَا الَرْبَعَةُ نَفَر‬
‫ رواه الترمذي‬.ِ‫زل‬ ِ ‫ضلِ ال َمنَا‬َ ْ‫يَ ْعَلمُ الُ حَقّا فَهذَا بَِأف‬
“ Dunia ini berada dalam genggaman empat tahapan; seorang yang diberi rezki oleh Allah dengan
kekayaan dan ilmu, lalu dengan kekayaan itu dia bertaqwa kepada Allah, selanjutnya di ikat tali
silahturrahmi dengan masyarakat, kemudian di perhatikannya benar batas-batas hak untuk Allah.
Maka disanalah kedudukan sebaik-baiknya.” (HR.Tirmidzi)

Indonesia adalah negara yang berpenduduk muslim terbanyak dengan tanah air
paling strategis di perlintasan dunia. Indah seakan “qith’ah minal jannah fid-
dunya”. Negeri ini mesti kita bangun untuk umat masa depan. Di awali
memperbaiki silaturrahim.
(‫) رواه أحمد‬ .ِ‫عمَار‬
ْ ‫ن الِجوَا ِر ُي َع ّم ْرنَ ال ّديَارَ َو َي ِز ْدنَ فِى ال‬
ُ‫س‬
ْ‫ح‬
ُ ‫خُلقِ َو‬
ُ ‫ن اْل‬
ُ‫س‬
ْ‫ح‬
ُ ‫ح ِم َو‬
ِ ‫صَلةُ ال ّر‬
ِ
“Menghubungkan silaturrahim, budi pekerti yang baik den berbuat baik terhadap tetangga, itulah yang akan
meramaikan kampung dan menambah umur”. (HR Ahmad)

Tidak ada yang mengubah diri kita selain kita sendiri.


        
         
              
        

"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikuti-nya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaga-nya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (QS.13, Ar-Radu: 11).

Minimal dengan memanjatkan do’a secara tulus dan ikhlas agar kemelut tidak
terjadi, sebagai bagian dari mensyukuri nikmat, sesuai firman Allah,
ٌ‫عذَابِي َلشَدِيد‬
َ ‫ن‬
ّ ِ‫َوإِذْ تََأ ّذنَ رَبّ ُك ْم لَ ِئنْ شَكَرْ ُتمْ لَأَزِيدَنّ ُك ْم وَلَ ِئنْ كَفَ ْرُتمْ إ‬
“Dan (ingat juga), ketika Tuhanmu mema’lumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami
akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih". (Surat ibrahim ayat 7)

Akhirnya, dengan jiwa yang suci bersih bak seorang bayi yang baru lahir.
Marilah kita tundukkan hati kita kepada kebesaran Allah, menengadah,
mengharap akan karunia dan rahmat-Nya, untuk kita keluarga kita, kaum
Muslimin, dan bangsa kita,

.‫علَى ال َق ْومِ الكَافَرْيْن‬


َ ‫ت َأقْدَامَنَا وَ انْصُ ْرنَا‬
ْ ‫رَبّنَا اغْفِ ْرلَنَا ذُ ُنوْبَنَا وَ ِاسْرَافَنَا فِى أَمْرِنَا وَ ثَ ّب‬
“Ya Allah, Ampunilah dosa kami, ampunilah keteledoran kami, dan tetapkanlah pendirian kami,
dan tolonglah kami menghadapi kaum kafir”.

َ‫ن لَ َيَخا ُفكَ َول‬


ْ ‫علَيْنَا َم‬
َ ‫ط‬
ْ ّ‫سل‬
َ ‫سلّطْ ُهمْ عَلَ ْينَا ِبذُ ُنوْبِنَا َولَ ُت‬
َ ‫عدَا َء فِيْنَا وَلَ ُت‬
ْ‫ل‬َ ‫اللّهُ ّم لَ تُمْ ِكنُ ا‬
‫يَرْحَ ُمنَا‬
“Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau beri kemungkinan musuh berkuasa terhadap kami janganlah
Engkau berikan kemungkinan mereka memerintah kami, walaupun kami mempunyai dosa.
Janganlah Engkau jadikan yang memerintah kami, orang yang tidak takut kepada-Mu, dan tidak
mempunyai kasih sayang terhadap kami”.

َ‫ن َأ ْولِيَا َئك‬


َ ْ‫ك وَ يُقَا ِتُلو‬
َ َ‫سل‬
ُ ‫ك وَ يَ ْكذِ ُب ْونَ َر‬
َ ‫عنْ سَبِ ْيِل‬
َ َ‫صدّ ْون‬
ُ ‫ك الكَفَرَ َة اّلذِي َي‬
ِ ‫اللهُ ّم أَ ْهِل‬
“Wahai Tuhan kami, hancurkanlah orang-orang yang selalu menutup jalan Engkau, yang tidak
memberikan kebebasan kepada agama-Mu, dan mereka-mereka yang mendustakan Rasul-Rasul
Engkau,dan mereka yang memerangi orang-orang yang Engkau kasihi”.

ِ‫عنِ ال َقوْم‬
َ ُ‫سكَ اّلذِي ل َتَ ُر ْودَه‬
َ ‫اللهُ ّم فَرّقْ جَمْعَ ُهمْ وَ شَ ّتتْ شَ ْملَهُ ْم َو أَنْ ِزلْ بِ ِهمْ بَ ْأ‬
.َ‫الُمجْرِمِْين‬
“Wahai Tuhan kami, hancurkanlah kesatuan mereka, dan pecah belah barisan mereka. Turunkan
kepada mereka ‘azab sengsara-Mu, yang selalu Engkau timpakan kepada golongan-golongan yang
selalu berbuat dosa”.

َ‫ل الكَفَرَ َة وَ المُشْرِكِ ْين‬


ِ ‫ن وَ اخْ ُذ‬
َ ‫سلِمِ ْي‬
ْ ُ‫لسْلَ ِم وَ الم‬
ِ ‫اللهُ ّم َأعِزّ ا‬
“Wahai Tuhan kami, berilah kemuliaan kepada Islam dan kaum Muslimin, rendahkanlah orang-
orang yang kafir dan orang musyrik”.

َ ‫ رَبّنَا تَ َق ّبلْ مِنّا إِ ّن‬.ِ‫حسَنَ ًة َو قِنَا عَذَابَ النّار‬


‫ك‬ َ ِ‫حسَنَ ًة َو فِى الخِرَة‬ َ ‫رَبّنَا آ ِتنَا فِى الدّ ْنيَا‬
‫ب العِزّةِ عَمّا‬ ّ ‫ سُبْحَانَ رَ ّبكَ َر‬.ِ‫ك أَ ْنتَ ال ّتوّابُ الرّحِ ْيم‬ َ ‫علَيْنَا ِإّن‬
َ ْ ُ‫ت السّمِيْ ُع ال َعلِ ْي ِم وَ تب‬ َ ‫أَ ْن‬
.َ‫ب العَالَمِ ْين‬
ّ ‫ن وَ اْلحَ ْمدُ لِ َر‬ َ ‫سلِ ْي‬
َ ‫علَى الْمُ ْر‬
َ ‫ل ُم‬ َ َ‫ن وَ س‬ َ ْ‫ص ُفو‬
ِ َ‫ي‬
ُ‫علَيْ ُك ْم وَرَحْمَةُ اللِه بَرَكَاته‬
َ ُ‫لم‬
َ ّ‫وَ الس‬

Pariaman, 1 Syawal 1429 H / 1 Oktober 2008 M.

Вам также может понравиться